Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

PELAKSANAAN EVIDENCE BASED PRACTICE PADA SISTEM


INTEGUMEN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Medical Bedah III
Dosen: Nunung Liawati, S. Kep., Ners., M.Kep.,

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Abdul Karim C1AA18001
Awaldy Mubarok C1AA18023
Erik Setiawan C1AA18041
Dwi Rahayu Kustina C1AA18037
Nira Nurliani C1AA18081
Nurahmah Alhasanah C1AA18083
Rizqi Ayu Safitri C1AA18099
Selviana C1AA18103

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

1
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Sukabumi, Maret 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .........................................................................2
C. TUJUAN ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3
A. SISTEM INTEGUMEN ..........................................................................3
1. PENGERTIAN ..................................................................................3
2. FUNGSI INTEGUMEN ...................................................................3
3. KOMPONEN INTEGUMEN ..........................................................4
4. GANGGUAN PADA KULIT DAN KUKU.....................................11
B. EVIDANCE BASE PRACTICE..............................................................16
1. KONSEP EVIDANCE BASE PRACTICE ....................................16
2. TUJUAN DAN MANFAAT EVIDANCE BASE PRACTICE .....17
3. PERSYARATAN DALAM PENERAPAN EVIDANCE BASE
PRACTICE .......................................................................................18
4. MODEL IMPLEMENTASI EVIDANCE BASE PRACTICE .....19
5. LANGKAH DALAM EVIDANCE BASE PRACTICE................20
6. PELAKSANAAN EVIDANCE BASE PRACTICE PADA SISTEM
INTEGUMEN....................................................................................21
C. LITERATUR REVIEW...........................................................................25
BAB III PENUTUP ............................................................................................45
A. KESIMPULAN ........................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat merupakan tenaga kesehatan professional yang memiliki tugas
untuk mengembangkan praktek yang berkontribusi terhadap kesehatan pasien.
Profesionalisme diartikan sebagai tingkat komitmen individu untuk nilai dan
karakteristik perilaku terhadap identitas karir tertentu. Hal ini merupakan
karakteristik penting yang menekankan nilai dan komitmen dalam pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Kim-Godwin, Baek, & Wynd,
2010).
Profesionalisme harus menjadi bagian yang mendasar dan melekat dari
seluruh kelompok perawat, baik yang bekerja di tatanan klinis maupun
akademis. Peran professional dari seorang perawat di pelayanan klinis telah
berkembang menjadi kemandirian dalam melakukan pengambilan keputusan
klinis untuk diagnosis keperawatan, pengujian, dan pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien (Facchiano & Snyder, 2012).
Oleh karena itu, untuk memenuhi tanggung jawab peran profesional tersebut,
diperlukan suatu penelitian klinis yang dapat menjadi bukti kuat bahwa suatu
intervensi keperawatan tidak membahayakan dan memiliki efek yang
menguntungkan bagi pasien, baik ditinjau dari segi klinis dan juga ekonomis
(Forbes, 2009).
Salah satu metode dalam mendapatkan hasil penelitian klinis yang
terbukti manfaatnya adalah dengan melakukan kajian terkait Evidence Based
Practice dan riset klinis keperawatan. Pemahaman dan penerapan hasil-hasil
riset/penelitian di tatanan pelayanan keperawatan akan membantu
meningkatkan mutu dan kualitas pemberian asuhan keperawatan.
Namun, dalam kenyataannya di tatanan klinis, masih banyak tindakan
atau intervensi keperawatan yang dilakukan hanya berdasarkan kepada
kebiasaan yang turun temurun tanpa berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan yang baru. Kebiasaan seperti ini perlu dihilangkan dan
digantikan dengan kebiasaan tindakan yang berdasarkan pada bukti riset dan
ilmu pengetahuan. Evidence Based Practice ini bisa digunakan untuk
perawatan pada sistem integumen, seperti intervensi keperawatan sistem
integumen pada pasien luka bakar, dematitis dan acne.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem integumen?
2. Bagaimana pelaksanaan Evidence Based Practice pada sistem integumen?
3. Bagamana literatur review pelaksanaan Evidence Based Practice pada
sistem integumen?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem integumen
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Evidence Based Practice pada sistem
integumen
3. Untuk mengetahui literatur review pelaksanaan Evidence Based Practice
pada sistem integumen

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Integumen
1. Pengertian
Kata integumen ini berasal dari bahasa Latin "Integumentum",
yang berarti "Penutup". Sistem integumen atau biasa disebut kulit adalah
system organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan manusia terhadap lingkungan sekitarnya dan
merupakan organ yang paling luas, dimana orang dewasa luasnya
mencapai lebih dari 19.000 cm.
Sistem integumen meliputi kulit dan derivatnya. Kulit yang
sebenarnya adalah lapisan penutup yang umumnya terdiri atas dua lapisan
utama yang letaknya disebelah luar jaringan ikat, kendur. Sedangkan
derivat integumen meliputi struktu-struktur tertentu yang secara ontogeni
berasal dari salah satu dari kedua lapisan utama pada kulit yang
sesungguhnya yaitu epidermis dan dermis. Stuktur-struktur tersebut
mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan
produknya (keringat atau lendir).

2. Fungsi Integumen
Integumen dan derivate mempunyai fungsi yang sangat luas di dalam
tubuh meliputi :
a. Pelindung atau proteksi terhadap mikroorganisme, penarikan, atau
kehilangan cairan dan zat iritan kimia maupun mekanik.
b. Eksterosepsi atau penerimaan stimuli dari lingkungan luar, misalnya
rasa sakit,gatal, panas, dingin.
c. Ekskresi atau pembuangan sisa metabolisme melalui kelenjar,
misalnya kelenjarkeringat pada mamalia.

3
d. Thermoregulasi atau mengatur panas tubuh pada hewan hewan
endoterm danhomoiterm (mamalia dan aves) dibantu oleh adanya
rambut dan bulu.
e. Homeostatis atau mengatur kadar garam dan cairan tubuh
(osmoregulasi).
f. Tempat menyimpan cadangan makanan seperti lemak di bawah kulit.
g. Tempat sintesis vitamin D.

3. Komponen Integumen
Secara rinci, integumen dapat dibedakan atas:
a. Kulit
Kulit adalah bagian terluar tubuh. Beratnya ± 4,5 kg menutupi area
seluas 18kaki persegi dengan BB 75 kg. Dilihat dari strukturnya, kulit
terdiri dari dua lapis,paling luar disebut epidermis tersusun atas
epithelium, skuamosa bergaris, danlapisan di bawahnya disebut
dermis. Tersusun dari jaringan ikat tidak beraturan. Kedua lapisan
tersebut berlekatan dengan erat. Tepat di bawah dermis terdapat
lapisan hypodermis atau fasia superficial yang terutama tersusun dari
jaringan adiposa yang bukan bagian dari kulit. Lapisan ini banyak
mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan,
pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas tubuh,
mengikat kulit secara longgar dengan organ yang terdapat di
bawahnya.Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam.
a) Epidermis
Epidermis merupakan permukaan kulit paling luar dengan
tebal ± 0,07 – 0,12mm. Epidermis tersusun dari lapisan epitelium
bergaris, mengandung sel-sel pigmen yang memberi warna pada
kulit dan berfungsi melindungi kulit dari kerusakan oleh sinar
matahari. Epidermis terdiri dari beberapa lapis sel. Lapis paling

4
luar disebut stratum korneum, yang disebut juga lapisan bertanduk,
karena lapisan ini tersusundari sel-sel pipih berkeratin yang
merupakan sel-sel mati. Keratin adalah suatuprotein yang bersifat
tahan air, jadi lapisan ini merupakan“mantel”tubuh alami yang
melindungi jaringan-jaringan yang lebih dalam dari kehilangan air.
Lapisan ini secara terus menerus mengalami gesekan dan
mengelupas, namun secara terus menerus pula selalu diganti oleh
sel-sel yang lebih dalam. Persis di bawah stratum korneum adalah
stratum lusidium, yang nampak lebih terang disebabkan akumulasi
dari molekul keratin. Di bawah stratum lusidium adalah stratum
granulosum, merupakan daerah dimana sel-sel mulai mati karena
terakumulasinya molekul bakal keratin yang memisahkan sel-sel
ini dari daerah dermal. Lapisan epidermis yang berbatasan
langsung dengan dermis adalah stratum germinativum, yang
tersusun dari stratum spinosum dan stratum basal.
Stratum germinativum tersusun dari sel-sel epidermal yang
menerima nutrisi cukup daridermis. Sel-sel tersebut mengalami
pembelahan dan menghasilkan berjuta-juta sel baru setiap hari.
Sel-sel yang lebih tua akan terdesak keluar menjauhi sumber
nutrisi,sehingga lambat laun akan mati dan mengalami keratinisasi.
Sel utama kedua epidermis (setelah keratinosit) adalah melanosit,
ditemukan dalam lapisan basal. Perbandingan sel-sel basal
terhadap melanosit adalah 10 : 1. Didalam melanosit disintesis
granula-granula pigmen yang disebut melanosom. Melanosom
mengandung biokroma coklat yang disebut melanin.
Melanosomdihidrolisis oleh enzim dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Jumlah melanin dalam keratinosit menentukan
warna dari kulit. Melanin melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh

5
matahari yang merugikan. Sebaliknya, sinar matahari
meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin.
b) Dermis
Dermis tersusun atas jaringan ikat, terdiri dari dua daerah
utama, yaitu daerah papilar dan daerah retikular. Seperti pada
epidermis, ketebalannya tidak merata,misalnya dermis pada
telapak tangan dan telapak kaki lebih tebal daripada di bagian kulit
yang lain.
1. Lapisan papilar
Merupakan lapisan dermal paling atas, sangat tidak rata, bagian
bawah papila ini nampak bergelombang. Proyeksi seperti
kerucut yang menjorok ke arah epidermis yang disebut papila
dermal. Proyeksi tersebut diproyeksikan pada cap jari yang
merupakan pola unik yang tidak berubah selama hidup.
Jaringan kapiler yang banyak pada lapisan papilar
menyediakan nutrien untuk lapisan epidermal dan
memungkinkan panas merambat ke permukaan kulit. Reseptor
sentuhan juga terdapat dalam lapisan dermal.
2. Lapisan reticular
Merupakan lapisan kulit paling dalam, mengandung banyak
arteri dan vena,kelenjar keringat dan sebaseus, serta reseptor
tekanan. Baik lapisan papilla rmaupun lapisan retikuler banyak
mengandung serabut kolagen dan serabutelastin. Adanya
serabut elastis tersebut menyebabkan kuilt orang muda
lebihelastis, sedangkan kulit orang tua menjadi keriput karena
serabut elastis dan lapisan lemak subkutan menjadi sangat
berkurang.Pada seluruh dermis juga mengandung fibroblas,
sel-sel adiposa, berbagai jenis makrofag yang sangat penting
bagi pertahanan tubuh dan berbagai jenis selyang lain.

6
Dermis juga memiliki banyak pembuluh darah, yang
memungkinkan berperan melakukan regulasi suhu tubuh. Bila
suhu tubuh meningkat, arterioldilatasi, dan kapiler-kapiler
dermis menjadi terisi dengan darah yang panas.Dengan
demikan memungkinkan panas dipancarkan dari permukaan
kulit keudara. Bila suhu lingkungan dingin, maka panas tubuh
harus disimpan, untuk itukapiler dermal berkontriksi sehingga
darah tidak banyak menuju permukaan kulit, dengan demikian
sedikit panas tubuh dipancarkan keluar tubuh. Dermis juga
kaya akan pembuluh limfa dan serabut-serabut saraf. Banyak
ujung saraf berakhir pada dermis berubah menjadi reseptor
khusus, sehingga mampu mendeteksi perubahan perubahan
yang terjadi di lingkungan yang kemudian disampakan ke otak.
c) Derivat Kulit
Rambut, kuku, dan kelenjar kulit merupakan derivat dari
epidermis meskipun berada dalam dermis, mereka berasal dari
stratum germinativum yang tumbuh ke arah bawah ke bagian yang
lebih dalam dari kulit.
- Kelenjar kulit
Kelenjar kulit dibedakan menjadi dua macam yaitu kelenjar
sebasea (kelenjarminyak) dan kelenjar keringat.
- Kelenjar minyak
- Terdapat hampir di semua permukaan kulit kecuali di
daerah-daerah yangtidak berambut seperti telapak tangan
dan telapak kaki. Saluran kelenjar minyak biasanya
bermuara pada bagian atas folikel rambut, tetapi pada
beberapa terbuka langsung ke permukaan kulit, seperti pada
glans penis, glans klitoris, dan bibir.

7
Sekresi kelenjar minyak disebut sebum, merupakan
campuran dari zat-zat berminyak dan pecahan-pecahan sel.
Sebum berfungsi sebagai pelumas yang memelihara kulit
tetap halus, serta rambut tetap kuat. Kelenjar minyak
menjadi sangat aktif selama pubertas sehingga kulit
cenderung berminyak selama periode ini. Sering sebum
mengumpul pada suatu tempat, mengering, dan kadang
mengandung bakteri, membentuk gangguan kulit yang
disebut “blackheads”. Kadang-kadang kelenjar minyak
mengalami infeksi aktif membentuk “ jerawat”.
- Kelenjar keringat
Merupakan kelenjar eksokrin yang ekskresinya dikeluarkan
melalui pori-pori yang tersebar luas di seluruh permukaan
kulit. Kelenjar keringat dibedakanmenjadi dua macam
berdasarkan sekresinya, yaitu: kelenjar ekrin dan kelenjar
apokrin, kelenjar ekrin tersebar di seluruh permukaan tubuh
memproduksi keringat jernih yang terutama mengandung
air, NaCl, dan urea, sedangkan kelenjar apokrin dijumpai
pada ketiak dan daerah genital. Di samping mensekresikan
air, NaCl, dan urea, kelenjar ini juga mensekresikan zat dari
bahandasar protein bersusu yang merupakan medium ideal
untuk mikroorganisme yang berada dalam kulit.Kelenjar
keringat berada di bawah pengendalian sistem saraf,
merupakan bagian penting dari alat regulasi suhu tubuh.
Bila suhu lingkungan cukup panas, makakelenjar keringat
akan mensekresikan keringat ke permukaan tubuh untuk
kemudian diuapkan airnya.

8
Penguapan ini menggunakan panas tubuh, sehingga
penguapan keringat berlaku sebagai sistem keadaan darurat
untuk membebaskan panas apabila sistem pendingin kapiler
tidak bekerja dengan baik untuk memelihara homeostatis.
Kedua jenis kelenjar ini tersusun atas sel mioepitel (dari
bahasa Latin:myo=otot), sel epitel khusus yang terletak
antara sel kelenjar dan lamina basalis dibawahnya.
Kontraksi sel mioepitel memeras kelenjar dan melepaskan
sekret yangs udah menumpuk. Aktivitas sekretorik sel
kelenjar dan kontraksi sel mioepitel dikendalikan oleh
sistem saraf otonom dan hormon yang beredar dalam tubuh.
b. Rambut
Rambut dijumpai di seluruh permukaan tubuh kecuali pada
permukaan tangan, permukaan kaki, dan bibir. Rambut dibungkus oleh
folikel rambut, yaitu suatu invaginasi epidermis yang terjadi selama
periode pertumbuhan dengan suatu pelebaran ujung yang dinamakan
bulbus rambut. Bagian rambut yang berada didalam folikel rambut
disebut akar rambut. Rambut dibentuk oleh mitosis sel-selepithelial
germinal yang mengalami deferensiasi menjadi sel-sel yang
membentuk medula rambut, korteks rambut, dan kutikula rambut. Sel-
sel yang lebih tua didesak menjauh dari daerah pertumbuhan ini,
mereka mati dan mengalami keratinisasi,membentuk bagian membesar
dari pangkal rambut. Suatu rambut terdiri dari tiga lapis, bagian pusat
disebut medula, yang dikelilingi pertama-tama oleh korteks pelindung
dan kemudian oleh kutikula. Lukapada kutikula menyebabkan ujung
rambut terbelah.

9
Folikel rambut dipisahkan daridermis oleh membran hialin non
seluler yang disebut membran glasi, yang merupakan penebalan dari
membrane basalis. Warna rambut ditentukan oleh jumlahpigmen
dalam korteks rambut. Bila struktur rambut diamati dengan cermat,
akan nampak umumnya tertanam miring pada kulit. Di bagian dalam
dermis terdapat pita kecil dari otot polos yang disebut pili arektor,
menghubungkan salah satu sisi folikel rambut ke lapisan papilla
dermis. Bila otot ini berkontraksi pada saat dingin atau takut, maka
batang rambut akan ditarik ke atas ke posisi yang lebih vertikal.
Fenomena ini pada manusia sering disebut “tegak bulu roma”.
Aktivitas otot pili arektor juga memberikan tekanan kepada kelenjar
minyak di sekitar folikel, menyebabkan sejumlah kecil sebum
dibebaskan.
c. Kuku
Kuku merupakan derivat epidermis yang berupa lempeng-
lempeng zat tanduk terdapat pada permukaan dorsal ujung jari tangan
dan jari kaki. Kuku terdiri dari bagian akar dan bagian badan. Dilihat
dari atas, pada bagian proksimal badan kuku terdapat bagian putih
berbentuk bulan sabit yang disebut lunula. Warna putih lunula
disebabkan epitel yang lebih tebal dari epitel kasar kuku dan kurang
melekatnya epitel dibawahnya sehingga transmisi warna pembuluh
darah kurang dipancarkan.Seperti halnya rambut, kuku tersusun atas
zat-zat mati, yaitu lapisan kompak dari epitel yang mengalami
pertandukan. Kuku tumbuh ke arah distal, meluncur diatas kulit dasar
kuku yang dikenal sebagai hiponikium, yang melanjutkan diri ke
epidermis yang meliputi permukaan ventral jari-jari. Perluasan
epidermis berzat tanduk pada ujung proksimal lipatan kuku adalah
eponikium atau kutikula. Kuku hampir tidak berwarna tetapi nampak

10
kemerahan karena warna darahyang berada di dalam kapiler di bawah
kuku.
4. Gangguan pada Kulit dan Kuku
Kulit merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan langsung
dengan lingkungan luar. Oleh karena itu sangat mungkin mengalami
gangguan dan mengalami kerusakan. Gangguan tersebut terutama berupa
ganggauan mekanis, zat-zat kimia, dan mikroorganisme. Beberapa
gangguan pada kulit dan kuku antara lain: jerawat, impetigo, dermatitis,
dan onikomikosis.

a. Jerawat
Jerawat adalah suatu peradangan kelenjar minyak, terjadi
biasanya mulai pada saat pubertas. Jerawat yang umum disebut acne
vulgari (jerawat vulgaris). Jerawat ini umumnya terjadi pada individu
berumur antara 14 – 25 tahun, diderita oleh hamper 80% anak muda.
Namun tidak sedikit orang dewasa yang menderita jerawat tersebut.
Jenis jerawat yang lain adalah acne cosmetika (jerawat kosmetik) yang
disebabkanoleh pengguanaan make-up dan bahan kosmetik lain dalam
jangka lama.Pada masa pubertas kelenjar minyak pada kulit di bawah
pengaruh hormonandrogen tumbuh membesar dan meningkatkan
produksi sebum, yaitu berupa produk lipid kompleks. Di samping
hormon androgen, ovarium dapat menstimulus sekresi minyak kulit
sama baiknya dengan hormon androgen. Jerawat terjadi terutama
padakelenjar minyak folikel, dimana kelenjar minyak membesar dan
rambutnya mengalami rudimenter. Folikel-folikel secara cepat
ditempati koloni mikroorganismeyang tumbuh dengan subur, karena
lingkungan folikel kaya akan lipid.

11
Bila ini terjadi, maka kantung sel-sel jaringan ikat dapat rusak
dan memindah sel-sel epidermal sehingga terbentuk bekas luka yang
tetap. Menghadapi jerawat harus hati-hati, perlu menghindari memijat
atau menggaruknya supaya tidak terjadi luka.
b. Impetigo
Impetigo adalah suatu infeksi permukaan atas kulit, disebabkan oleh
stafilokoki atau streptokoki, dan ditandai oleh binntil-bintil terisolasi
yang mengeras kemudian pecah.Terjadi biasanya di sekitar mulut,
hidung, dan tangan. Peradangan terisolasi pada lapisan papila kulit,
melibatkan jaringan kapiler dan stratum korneum. Penyakit ini
umumnya menyerang anak-anak, dan dapat epidemik serius pada
taman kanak-kanak.
c. Dermatitis
Dermatitis adalah suatu peradangan kulit, ada beberapa jenis dengan
penyebab yangberbeda-beda, antara lain:
a) Dermatitis kronik, sering terjadi pada tangan atau kaki, dan terjadi
karena iritasiyang terus menerus. Ditandai oleh penebalan kulit,
peradangan, dan pengelupasan. Kadang-kadang disebabkan oleh
pencucian tangan yang berlebihan atau oleh sisa sabun atau
deterjen yang berada di bawah cincin. Kadang-kadang disebabkan
oleh infeksi jamur.
b) Dermatitis kontak, adalah jenis peradangan kulit yang disebabkan
oleh zat kimiayang bersinggungan dengan kulit. Misalnya zat
kimia yang keras, deterjen, atausabun yang mengiritasi secara
langsung. Dapat pula oleh suatu zat yang menyebabkan reaksi
alergi yang baru muncul setelah 5 – 6 hari setelah kontak.
Penyebab utama dermatitis kontak adalah racun sejenis tumbuhan

12
menjalar, bahan kimia pada sepatu dan baju, rantai arloji dari
logam, salep antibiotik, dan bahan kosmetik.
c) Eksem, merupakan peradangan yang ditandai oleh melepuhnya
kulit, kemerah-merahan, keluar cairan dari peradangan ini, kerak,
keropeng, rasa gatal, dankadang-kadang mongering. Umumnya
eksem terdapat pada tempat lekukan kulit,misalnya bagian
belakang lutut, dan ujung dari siku. Terdapat beberapa
macameksem, salah satu jenis yang umum dermatitis atopik, yaitu
peradangan kulit yangdisertai rasa gatal disebabkan oleh alergi.
d) Dermatitis eksfoliatif, merupakan  jenis dermatitis yang ditandai
dengan adanya pengelupasan kulit di seluruh tubuh disertai dengan
rontoknya rambut. Seluruh permukaan kulit berwarna merah,
berkerak, dan menebal. Pada banyak kasustidak diketahui
penyebabnya, tetapi kadang-kadang terjadi mengikuti suatu
efek samping dari obat.
e) Dermatitis seboreik, merupakan jenis dermatitis yang ditandai oleh
pengerakandan peradangan kulit kepala dan kadang-kadang kulit
muka dan bagian tubuhyang lain. Pada umumnya penyebabnya
adalah ketombe.
f) Onikomikosis, merupakan peradangan kuku yang disebabkan oleh
infeksi jamur. Onikomikosis umumnya terdapat pada orang yang
memiliki daya tahan rendah terhadap infeksi, misalnya penderita
diabetes atau pasien yang menggunakan kortikosteroid atau obat
hormonal yang lain. Onikomikosis disebabkan oleh sejumlah
jamur dan sering dihubungkan dengan paronisia.

13
d. Luka bakar
Luka bakar adalah luka yang dapat timbul akibat kulit terpajan
ke suhu tinggi, syok listrik, atau bahan kimia (Corwin, 2001). Luka
bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
sehingga air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari
dalam sel dan menyebabkan terjadinya edema yang dapat berlanjut
pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Kehilangan cairan
tubuh pada klien luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain: peningkatan mineralokortikoid (retensi air, natrium,
klorida, ekskresi kalium), peningkatan permeabilitas pembuluh darah,
perbedaan tekanan osmotik intra dan ekstra sel (Djuanda,A 2001).
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui
kebocoran kapiler yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein
plasma serta edema jaringan diikuti dengan; penurunan curah jantung,
hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ
mayor, edema menyeluruh. ( Mansjoer, A.dkk. 2000).
Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma
ke ginjal dan GFR akan menurun yang mengakibatkan penurunan
haluaran urine (Djuanda, A.2001).
Sepertiga dari klien-klien luka bakar akan mengalami masalah
pulmoner yang berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak
terjadi cedera pulmoner, hipoksia (starvasi oksigen) dapat dijumpai.
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh
klien akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan
hipermetabolisme dan repon lokal.(Djuanda, A. 2001).

14
Cedera inhalasi merupakan penyebab utama kematian pada
korban-korban kebakaran. Karbonmonoksida mungkin merupakan gas
yang paling sering menyebabkan cedera inhalasi karena gas ini
merupakan produk sampingan pembakaran bahan-bahan organik.
Efek patofisiologiknya adalah hipoksia jaringan yang terjadi
ketika karbonmonoksida berikatan dengan hemoglobin untuk
membentuk karboksihemoglobin.(Djuanda, A. 2001).
Respon umum yang biasa terjadi pada klien luka bakar >20%
adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh
kombinasi efek repson hipovolemik dan neurologik serta respon
endokrin terhadap adanya perlukaan luas.(Djuanda, A. 2001).
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka
bakar. Semua tingkat respon imun akan dipengaruhi nsecara
merugikan. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan
pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan kadar
imunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil,
dan penurunan jumlah limfosit (limfositopenia). Imunosupresi
membuat klien luka bakar berisiko tinggi untuk mengalami sepsis.
(Djuanda, A. 2001).
Hilangnya kulit juga menyebabkan ketidakmampuan tubuh
untuk mengatur suhunya. Karena itu klien-klien luka bakar dapat
memperlihatkan suhu tubuh yang rendah dalam beberapa jam pertama
pasca luka bakar, tetapi kemudian setelah keadaan hipermetabolisme
menyetel kembali suhu inti tubuh, klien luka bakar akan mengalami
hipertermi selama sebagian besar periode pasca luka bakar kendati
tidak terdapat infeksi.

15
B. Evidence Based Practice
1. Konsep Evidance Based Practiced (EBP)
Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil
keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid.
Dengan kata lain, EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil
penelitian ke dalam praktek keperawatan sehingga perawat dapat
meningkatkan rasa pedulinya terhadap pasien. EBP merupakan suatu
pendekatan memecahkan masalah untuk mengambilan keputusan dalam
organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu
pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti - bukti
nyata yang baik (pasien dan
praktisi).
Evidence Based Practice (EBP) adalah Penggunaan bukti terbaik saat
ini secara sadar dan bijaksana dalam hubungannya dengan keahlian klinis,
nilai pasien, dan keadaan untuk memandu keputusan perawatan kesehatan.
EBP merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik
keperawatan kesehatan, yang berdasarkan hasil penelitian atau fakta dan
bukan hanya asumsi untuk menuntun pengambilan keputusan dalam
proses
perawatan.
Menurut (Ingersoll G, 2000), EBP adalah penggunaan teori dan
informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas
dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan
keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan

16
mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut.
Sedangkan menurut (Mullhal 1998), EBP merupakan penggabungan bukti
yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis ditambah dengan
pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis.

2. Tujuan Dan Manfaat Evidance Based Practiced (EBP)


a. Tujuan EBP :
a) Tujuan EBP yaitu memberikan data pada perawat praktisi
berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara
efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik,
menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan
terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan
keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu
adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok, 200l / 2002).
b) Menurut Stout & Hayes (2005), EBP bertujuan untuk memberi
alat, berdasarkan bukti-bukti terbaik, untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani gangguan kesehatan artinya dalam memilih suatu
pendekatan pengobatan kita hendaknya secara empiris melihat
kajian penelitian yang menunjukkan keefektifan suatu pendekatan
terapi tertentu pada diri individu tertentu.
b. Manfaat EBP :
1) Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik keperawatan.
2) Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk.
3) Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil
penelitian.
4) Mengeliminasi budaya layanan kesehatan dimana praktik yang
tidak berbasis bukti.

17
5) Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan.
6) Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting
untuk meningkatkan kualitas perawatan pada pasien.

3. Persyaratan dalam Penerapan EBP


Dalam menerapkan EBP, perawat harus memahami konsep
penelitian dan tahu bagaimana secara akurat mengevaluasi hasil
penelitian. Konsep penelitian meliputi antara lain proses atau langkah-
langkah dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, etika
penelitian, desain penelitian, dan sebagainya. Keakuratan dalam
mengevaluasi hasil penelitian antara lain dapat ditingkatkan dengan
menggunakan panduan yang sesuai dengan desain dan jenis penelitian
yang dilakukan.
Tingkatan Hirarki dari penerapan EBP Tingkatan hirarki digunakan
untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang tingkatan rendah
menuju ke tingkatan tinggi :
a. Laporan fenomena atau kejadian - kejadian yang kita temuai sehari –
hari
b. Studi kasus
c. Studi lapangan atau laporan deskriptif
d. Studi percobaan tanpa penggunaan teknik pengambilan sampel secara
acak (random)
e. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok
pembanding dan menggunakan sampel secara acak
f. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau metaanalisa yaitu
pengkajian

18
berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

4. Model Implmentasi Evidence Based Practice


a. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan atau media penelitian untuk
meningkatkan penerapan Evidence Based. 5 langkah dalam Model
settler:
1) Fase 1 : Persiapan.
2) Fase 2 : Validasi.
3) Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan.
4) Fase 4 : Translasi dan aplikasi.
5) Fase 5 : Evaluasi
b. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality
Care
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD,
RN, FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu atau masalah. Pemicu /
masalah ini sebagai focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas
dari suatu organisasi tim segera dibentuk. Tim terdiri dari
stakeholders, klinisian, staf perawat dan tenaga kesehatan lain yang
dirasakan penting untuk diliatkan dalam EBP. Langkah selanjutnya
adalah mensistesis EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdadat
cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan. kemudian

19
dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones dan Bartlett,
2004 : Bernadette Mazurek Melnyk, 2011).

c. Model konseptual Rosswurm dan Larrabee


Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice
Change yang terdiri dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 : mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik
Tahap 3 : kritikal analisis evidence
Tahap 4 : design perubahan dalam praktek
Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perubahan
Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek
Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based ke
lahan praktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada,
kevalidan dan kereliabilitasan metode yang digunakan serta
penggunaan nomenklatur yang standar.

5. Langkah – Langkah Dalam EBP


a. Langkah 1: Kembangkan semangat penelitian
Sebelum memulai dalam tahapan yang sebenarnya didalam EBP, harus
ditumbuhkan semangat dalam penelitian sehingga klinikan akan lebih
nyaman dan tertarik mengenai pertanyaan - pertanyaan berkaitan
dengan perawatan pasien.

20
b. Langkah 2: Ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT
Pertanyaan klinis dalam format PICOT untuk menghasilkan evidence
yang lebih baik dan relevan.
a) Populasi pasien (P) : Siapa yang menjadi populasi yang menderita
masalah ?
b) Intervensi (I) : Intervensi keperawatan seperti apa yang kira - kira
menyebabkan masalah bagi pasien, bagi organisasi, bagi perawat?
c) Perbandingan intervensi / Comparison intervensi (C) : intervensi
standar atau intervensi yang biasa dilakukan.
d) Hasil yang diharapkan / Outcome (O) : berupa pengetahuan,
praktik atau proses dan pasien.
e) Batas waktu atau Time (T) : berapa waktu yang diperlukan

6. Pelaksanaan Evidence Based Practice Pada Sistem Integumen


a. Luka bakar
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang rentan terjadi
kerusakan, salah satunya akibat suhu tinggi dapat menyebabkan luka
bakar. Penyembuhan luka bakar sangat tergantung dengan manajemen
luka yang baik. Terdapat banyak bahan obat-obatan yang dapat
mempercepat kesembuhan luka bakar, antara lain adalah madu. Madu
berperan sebagai antibakteri dan saat ini sudah dimanfaatkan dalam
tatalaksana luka bakar. Madu memiliki beberapa sumber nutrisi yang
kaya akan asam amino, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang
berperan dalam mempercepat penyembuhan kulit. Di dalam madu juga
terdapat senyawa organik seperti polypenol dan glykosida yang
bersifat antiviral dan antibakteri yang dapat menekan infeksi yang
merupakan salah satu penghambat penyembuhan luka bakar. Madu
terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli,
Listeria monocytogenes, dan Staphylococcus aureus. Nutrisi yang

21
baik, kandungan antiviral dan antibakteri iniliah yang membuat madu
efektif sebagai tatalaksana masalah kulit, terutama luka bakar.
a) Patofisiologi
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan
permeabilitasnya. Peningkatan permeabilitas ini mengakibatkan
edema jaringan dan pengurangan cairan intravaskular. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan terjadi
akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan cairan
pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari
20%, biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan
tubuh, namun jika lebih dari 20% resiko syok hipovolemik akan
muncul dengan tanda-tanda seperti gelisah, pucat, dingin, nadi
lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi
urin.4 kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44o C (111o F) relatif
selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal.
b) Fase Luka Bakar
- Fase akut/syok/awal.
- Fase subaut/flow/hipermetabolik,
- Fase lanjut.
b. Dermatitis
Dermatitis atopik (DA) adalah keradangan kulit yang bersifat
gatal, menahun, residif, dan dapat terjadi pada bayi, anak, serta
dewasa. Pengobatan DA dibagi menjadi pengobatan sistemik dan
topikal.Pengobatan topikal merupakan lini pertama dari pengobatan
DA ringan sampai sedang yang merupakan bentuk tersering penyakit
DA. Selain itu pengobatan dermatitis bisa dengan kompres aloe vera.

22
Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan
kemerahan. Dematitis juga dapat didefinisikan sebagai peradangan
pada kulit, baik karena kontak langsung dengan zat kimia yang
mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi.
Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi kulit. Selain
penyebab bahan-bahan kimia, sering kali dermatitis terjadi ketika kulit
sensitive kontak langsung dengan perhiasan logam biasanya emas
dengan kadar rendah atau perhiasan perak dan kuningan.

a) Patofisiologi Dermatitis
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau
beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui
membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-
komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan
membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari
komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan
limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan
histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi
platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida
akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya
dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak
iritan tidak melalui fase sensitisasi.

23
c. Acne
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum terjadi
pada remaja dan dewasa. Terapi topikal untuk akne dapat digunakan
sebagai monoterapi maupun kombinasi dengan terapi sistemik. Terapi
topikal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tretinoin dan
nicotinamide, dan terapi sistemiknya adalah zinc.

a) Patogenesis Acne
Akne memiliki patogenesis yang multifaktorial, tetapi secara
umum dapat diidentifikasikan ke dalam empat faktor, yaitu :
- Hiperproliferasi epidermis folikular.
- Produksi sebum yang berlebihan.
- Inflamasi.
- Aktivitas Propionibacterium acnes.
Hiperproliferasi epidermis folikular menyebabkan
pembentukan lesi primer akne, yaitu mikrokomedo yang
membuat penyumbatan folikel.Terjadinya hiperproliferasi
epidermis folikular dipengaruhi oleh penurunan asam linoleat
kulit dan adanya peningkatan aktivitas IL-1, sehingga
menyebabkan infundibulum atau folikel rambut bagian atas
menjadi hiperkeratotik dan bertambahnya kohesi keratinosit
sehingga menyumbat muara folikel rambut.
Hormon androgen juga berperan pada folikel keratinosit
untuk menstimulasi hiperproliferasi melalui dihidrotestosteron
(DHT) sebagai poten androgen serta bekerja pada aktivitas
sebosit yang berlebih.

24
C. Literatur Review
a. Topic
Pelaksanaan Evidence Based Practice pada sistem integumen (luka bakar,
dermatitis, acne)
b. Kata kunci
Evidence Based Practice, sistem integumen, luka bakar, dermatitis, acne
c. Sumber yang digunakan
Penelaahan artikel dilakukan melalui media elektronik yaitu database
google scholar , Artikel yang dipilih berupa hasil penelitian pada rentang
tahun 2016-2021.
d. Alasan pemilihan sumber
a) Sumbernya jelas
b) Isi jurnal relevan dengan topic
c) Merupakan sumber primer
d) Sumber yang dipakai jelas kredibilitasnya
e) Sesuai dengan yang dibutuhkan untuk penulisan literature review

25
e. Summary jurnal
No Topik Peneliti Tahun Metode Populasi & Hasil Kesimpulan
sampel
1. Efek Madu Arif Mz 2017 Penelitian ini Sebanyak 10 Hasil penelitian Penyembuhan luka bakar
Dalam Proses merupakan sampel luka menunjukkan secara klinis derajat dua dangkal yang
Epitelisasi penelitian dibagi menjadi 2 proses epitelisasi luka bakar diberi madu secara klinis
Luka Bakar eksperimental kelompok balut madu lebh cepat berlangsung lebih cepat dari
Derajat Dua pada pasien perlakuan yaitu dibandingkan dengan balut yang diberi kasa tulle.
Dangkal yang telah kelompok madu kasa tulle. Namun secara Namun secara statistik, tidak
lolos kaji etik (M) dan staistik tidak didapatkan didapatkan perbedaan yang
penelitian kelompok perbedaan yang bermakna bermakna pada proses
kontrol (K). pada proses epitelisasi luka epitelisasi luka bakar yang
bakar derajat dua dangkal diberi madu dan kasa tulle
yang dibalut madu dan kasa
tulle
2. The Effect Of Pramesty, 2021 Penelitian ini Populasi dalam Luka bakar yang diolah Dari penelitian ini diperoleh
Giving Honey I menggunakan penelitian ini dalam bentuk madu murni kesimpulan bahwa madu
On The metode studi adalah jurnal dapat memberikan hasil dapat digunakan sebagai
Process Of pustaka. berlatar yang baik dan sembuh rata- alternatif pengobatan luka
Wound belakang bidang rata dalam 20 hari. Proses bakar.
Healing In kesehatan penyembuhan akan lebih
Burned dengan 10 jurnal baik jika luka diberi
Patients internasional campuran bahan lain yang

26
tentang luka juga memiliki keasaman
bakar dengan rendah seperti bawang
kualifikasi 9 putih, kitosan dan lilin lebah
jurnal terindeks serta minyak zaitun. Madu
SCIMAGO dan memiliki sifat antimikroba
1 jurnal dan tingkat pH yang rendah.
terindeks Mikroba yang paling
SINTA terbitan sensitif terhadap madu
2015 hingga adalah Staphylococcus
2020. aureus.
3. Pengaruh Nanang 2019 penelitian Sampel Hasil penelitian ini kompres aloe vera sangat
Kompres Aloe Roswita ini penelitian menunjukkan bahwa efektif dalam penurunan
Vera Pada Paramata, menggunakan sejumlah 10 setelah diberikan kompres gejala dermatitis sehingga
Penderita Nova Jenis orang aloe verakepada 10 disarankan kepada penderita
Dermatitis Di Afriyani penelitian yaitu penderita responden, semua dermatitis menggunakan
Wilayah Kerja Abas kuantitatif penyakit responden mengalami kompres aloe vera untuk
Puskesmas dengan dermatitis. penurunan gejala. menyembuhkan penyakit
Sumalata Eksperimen Berdasarkan hasil dermatitis
Kabupaten Semu (quasi- komputerisasi melalui uji
Gorontalo experimen tal) T Berpasangan didapatkan
Utara menggunakan nilai pvalue =0,000 < a =
rancangan 0,05 yang artinya dapat
penelitiandeng dinyatakan ada pengaruh

27
an pra-post kompres aloe vera pada
test design. Penyakit Dermatitis di
Wilayah Kerja Puskesmas
Sumalata.
4 Penelitian Wahyunita 2016 Penelitian ini Semua pasien Jumlah pasien baru DA Kortikosteroid topikal
Retrospektif: Desi dilakukan baru DA yang yang mendapat terapi merupakan pilihan utama
Pengobatan Ratnaningt secara mendapat topikal sebesar 272 pasien untuk dermatitis atopik,
Topikal Pada yas, retrospektif pengobatan (83.2%) dari 327 pasien namun peranan emolien
Pasien Marsudi dengan topikal di Divisi baru DA. Terapi topikal diperlukan untuk
Dermatitis Hutomo mengevaluasi Alergi yang diberikan berupa memperbaiki sawar kulit
Atopik rekam medik Imunologi Unit kortikosteroid topikal
pasien baru Rawat Jalan sebesar 187 pasien (23.6,%),
DA yang (URJ) Ilmu emolien sebesar 183 pasien
mendapat Kesehatan Kulit (23,1%), dan antibiotik
pengobatan dan Kelamin topikal pada 40 pasien
topikal di RSUD Dr. (5.1%). Pasien yang tidak
Divisi Alergi Soetomo kontrol setelah kunjungan
Imunologi Surabaya pertama sebesar 174 orang
Unit Rawat periode 2013- (53.2%).
Jalan (URJ) 2015.
Ilmu
Kesehatan
Kulit dan

28
Kelamin
RSUD Dr.
Soetomo
Surabaya
periode 2013-
2015.
5 Terapi Topikal Usodo, G. 2017 Experimental sebanyak 30 Jumlah lesi pada kelompok Tretinoin 0,024% + Zinc Oral
Tretinoin P., dengan orang yang terapi tretinoin 0,025% dan Nicotinamide 4%+ Zinc 
0,025% + Zinc Wibowo, pendekatan dibagi menjadi 2 + zinc oral (p= 0,00) Oral sama – sama efektif
Oral D. A., & kohort dan kelompok secara dan nicotinamide 4% menurunkan jumlah lesi akne
Dibandingkan Ariosta, rancangan com acak untuk + zinc oral (p= 0,00) vulgaris.
Topikal A. parison group mendapat mengalami penurunan yang
Nicotinamide pre and post pengobatan treti sangat bermakna (p<0,05).
4% + Zinc Oral test design. noin 0,025% Presentase kesembuhan lesi
Pada Akne + zinc oral pada
Vulgaris dan nicotinamid kelompok tretinoin 0,025%
e 4% + zinc oral, + zinc oral sebesar 61%
digunakan 1 kali sedangkan
sehari tiap kelompok nicotinamide 4%
malam selama 4 + zinc oral sebesar 60%.
minggu Analisis Tidak ada perbedaan
data unutk efektivitas yang bermakna
derajat antara dua kelompok terapi

29
kesembuhan lesi (p= 1,00 ; p > 0,05).
menggunakan
uji kolmogrov-
smirnov.
6. Pengaruh Baiq 2015 Penelitian ini Penelitian ini Dari hasil analisi minyak Kesimoulan dari penelitian
Pemakaian Lenysia masuk menggunakan jinten hitam dan madu ini adalah pemakaian
Kombinasi Puspita penelitian 12 Sukarelawan menggunakan GCMS kombinasi minyak jinten
Minyak Jinten Anjani, eksperimental wanita yang di diketahui bahwa hitam dan madu dengan
Hitam (Nigella dkk. dengan bagi dalam dua kandungannya yang paling perbandingan 1:1 selama 14
Sativa) dan rancangan kelompok, yaitu banyak atau kandungan hari berefek sebagai anti-
Madu (Apis penelitian Pre- kelompok utamanya adalah asam acne pada wanita, namun
Mellifera) Post kontrol dan linoeat. Kadar asam linoleat secara statistik tidak
sebagai Anti- Treatment kelompok pada minyak jinten hitam bermakna.
Acne Secara Design Study. perlakuan. sebesar 34,12% dan kadar
Topikal Pada asam linoeat pada madu
Sukarelawan sebesar 33,25%. Hasil
Wanita. penelitian menunjukan
bahwa kelompok perlakua
wanita yang memakai
kombinasi minyak jinten
hitam dan madu dengan
perbandingan 1:1 selama 14
hari dibandingkan dengan

30
kelompok kontrol wanita
tidak teerdapat perbedaan
dalam menurunkan jumlah
parameter komedo hitam,
komedo putih, papul, pustul,
hiperpigmentasi, eritemia,
pruritis, xerosis,
desquamation, dan sunburn
dengan nilai p>0,05.
7. Pembuatan Ulaen, S. 2012 Penelitian Sampel yang Dari hasil ekstraksi rimpang Berdasarkan hasil penelitian,
Banne, Y.
Salep Anti yang digunakan temulawak secara maserasi ekstrak rimpang temulawak
Suatan, R.
Jerawat Dari digunakan dalam penelitian diperoleh ekstrak kental dapat dibuat menjadi sediaan
Ekstrak adalah jenis ini adalah sebanyak 50 gram. Ekstrak salep yang memenuhi syarat
Rimpang penelitian rimpang rimpang temulawak yang pengujian sediaan salep.
Temulawak deskriptif yang temulawak. digunakan untuk pembuatan Perlu dilakukan
(Curcuma dilakukan di salep anti jerawat dari pengembangan dan
Xanthorrhiza laboratorium. ekstrak rimpang temulawak sosialisasi pemanfaatan
Roxb.) sebanyak 12,16 gram. tanaman obat seperti
Berdasarkan penelitian, temulawak dalam bidang
formulasi salep ekstrak kosmetika
rimpang temulawak
menghasilkan suatu sediaan
semi padat yang memiliki

31
konsistensi yang baik. Salep
anti jerawat yang di buat
dari ekstrak rimpang
temulawak menggunakan
dasar salep larut air, terdiri
dari campuran 40% PEG
4000 dan 60% PEG 400
dengan penambahan nipagin
sebagai pengawet.
8. Formulasi F. Rahim, 2015 Tidak di Bahan yang Ekstrak etanol daun ubi jalar - Ekstrak etanol daun ubi jalar
Krim Ekstrak M. Aria, cantum kan digunakan adalah dan VCO diformula dala dan

Etanol Daun N. Aji dalam jurnal daun ubi jalar bentuk krim, dengan Virgin Coconut Oil (VCO)
putih, Virgin konsentrasi ekstrak 3%. Basis dapat
Ubi Jalar
Coconut Oil krim dan krim yang dibuat diformulasi dalam bentuk krim
(Ipomoeae
(VCO), etanol dievaluasi meliputi yang stabil secara fisika dan
batatas L.)
96%, asam pemeriksaan organoleptis, kimia selama 8 minggu
untuk
stearat, homogenitas, pemeriksan tipe penyimpanan.
Pengobatan trietanolamin, krim, pH krim, yang dilakukan - Formula krim ekstrak etanol
Luka Bakar adeps lanae, setiap minggu selama 8 daun ubi jalar (Ipomoea batatas
paraffin minggu. L.) dengan basis krim yang
liquid, nipagin, mengandung VCO (F1B)
nipasol, aquadest memberikan efek penyembuhan
luka bakar yang paling cepat
yaitu 7 hari. Dari perhitungan

32
uji statistika analisa variasi satu
arah (ANOVA) diketahui bahwa
krim ekstrak etanol daun ubi
jalar dapat memberikan
penyembuhan terhadap luka
bakar.
9. Uji Aktivitas Nuralifah, 2019 Uji stabilitas tidak tercantum - Serbuk simplisia daun sirih Sediaan krim ekstrak
N
Antibakteri fisik sediaan dalam jurnal. dari Kabupaten Muna terpurifikasi daun sirih
Armadany
Sediaan Krim , Fery krim meliputi diekstraksi menggunakan dengan konsentrasi 0,5%,
Indradewi
Anti Jerawat pemeriksaan etanol 96%. Hasil ekstraksi 1%, 1,5%, dan 2% memiliki
Parawansa
Ekstrak Etanol h, P organoleptis, disaring kemudian aktivitas antijerawat dengan
Pratiwi,
Terpurifikasi homogenitas, dipekatkan dengan rotary nilai daya hambat masing-
Aulif
Daun Sirih daya sebar, vacuum evaporator pada masing zona hambat 1,41
(Piper betle L.) viskositas, pH, suhu 30°C sehingga mm; 5,33 mm; 9,58 mm; dan
dengan Basis dan tipe krim diperoleh ekstrak etanol 13 mm terhadap bakteri P.
Vanishing m/a sebanyak 72,4 g (14,48%). acne. Formula sediaan krim
Cream - Senyawa yang terkandung ekstrak terpurifikasi daun
Terhadap dalam daun sirih meliputi sirih stabil secara fisik
Propionibacteri alkaloid, saponin, tannin, selama penyimpanan ditinjau
um acne dan flavonoid. Mekanisme dari pengamatan
kerja flavonoid sebagai organoleptis, homogenitas,
antimikroba dapat dibagi pH, viskositas, daya sebar,
menjadi 3 yaitu dan tipe krim m/a.

33
menghambat sintesis asam
nukleat, menghambat fungsi
membran sel dan
menghambat metabolisme
energi.
- Uji aktivitas antibakteri
ekstrak etanol terpurifikasi
daun sirih terhadap P. acne
dilakukan dengan melihat
zona bening yang terbentuk
disekitar lubang yang
merupakan zona hambat
pertumbuhan bakteri.

10. Pembersihan Wahyuni, 2015 Metode Populasi Dari hasil Nonparametric Dari hasil analisa data dan

Luka Tavip Dwi penelitian ini penelitian ini Correlations(Spearmen’s rho) pembahasan
Dermatitis adalah quasi adalah semua pada program SPSS penelitian yang sudah diuraikan

eksperimen. penderita menunjukkan ada Pengaruh dapat ditarik


Atopik Dengan
Pembersihan Luka dengan kesimpulan sebagai berikut:
Cairan Normal dermatitis
menggunakan Cairan Dari 20
Salin atopik.Sampel
NormalSalin terhadap Kondisi Responden yang mengalami
penelitian ini
Luka pada Klien Dermatitis dermatitis atopic sebelum dan
adalah penderita
Atopik dengan nilai ( sesudah dilakukan
dermatitis atopik P= 0,000).

34
ringan sampai pembersihan luka dengan
sedang. Besar menggunakan cairan Normal
sampel 20 Salin menunjukkan
responden perkembangan kondisi luka
dilakukan secara bagus yang ditandai dengan
Accidental penurunan derajat inflamasi
Sampling. pada luka dermatitis yang
diukur dengan metode
Scorad. Terdapat hubungan
yang signifikan pembersihan
luka dengan menggunakan
cairan Normal Salin dengan
Kondidi Luka pada klien
dermatitis Atopik yang
ditunjukkan dengan
Nonparametric Correlations
(Spearmen’srho) pada program
SPSS juga menunjukkan
ada dengan nilai ( P= 0,000).
11. Pengaruh Gel Hervina 2015 Penelitian ini Konsumen yang Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkananalisis data
Anti Jerawat Rela menggunakan dijadikan yang telah dilakukan, yaitu hasilpenelitiandapatdiambilsi
Dari Ekstrak Afrilyanti pendekatan responden data hasil pemberian gel anti mpulansebagaiberikut :
Daun Pepaya kuantitatif sebanyak 12 jerawat dari ekstrak daun - Ada pengaruh gel anti

35
Dan Daun karena dalam orang pepaya dan daun binahong jerawat dari ekstrak daun
Binahong pelaksanaanny mahasiswa untuk kulit wajah berjerawat pepaya dan daun binahong
Terhadap a mencari data UNNES. sebelum dan sesudah terhadap konsumen untuk
Konsumen sebanyak- perlakuan. Pengolesan mengeringkan jerawat.
Untuk banyaknya. dilakukan pada saat setelah - Besar pengaruh gel anti
Mengeringkan Desain pembersihan wajah, jerawat dari ekstrak daun
Jerawat eksperimen pengolesan dilakukan pada pepaya dan daun binahong
yang jerawat yang ada terhadap konsumen untuk
digunakan di wajah dengan cara mengeringkan jerawat adalah
dalam mengoleskan tipis-tipis pada sangat baik.
penelitian ini jerawatnya saja. Tunggu
adalah hingga kering sekitar 30-60
OneGroup menit angkat gel dengan air
Pretest- bersih.
Posttest
Desain
12. Efektivitas Miftahul 2017 Penelitian ini 20 bayi,10 bayi Hasil penelitian - Perawatan perianal dengan
Perawatan Khair menggunakan akan diberikan menunjukkan kejadian menggunakan baby oil yang
Perianal Imran desain perawatan diaper dermatitis lebih dilakukan secara rutin
Dengan Baby penelitian perianal dengan banyak pada responden setelah bayi selesai
Oil Terhadap Quasi menggunakan yang dilakukan perawatan BAB/BAK, efektif mencegah
Pencegahan Eksperimental baby oil dan 10 tanpa menggunakan baby diaper dermatitis pada bayi.
Diaper (Post Test bayi akan oil - Perawatan perianal yang

36
Dermatitis Only diberikan yaitu 7 orang (70%) dengan dilakukan dengan
Pada Bayi Di Control Group perawatan dermatitis sedang dan 3 menggunakan baby oil
Rsud Labuang Design) perianal orang (30%) dengan membuat kulit bayi
Baji tanpa dermatitis berat. Dilihat dari terjaga tetap kering,
Makassar menggunakan uji statistik Mann Whitney mencegah amonia dan enzim
baby oil. U Test menunjukkan fecal tidak mudah meresap
probabilitas p=0,000 dalam kulit bayi
(p≤0,05) sehingga menyebabkan permeabilitas
penggunaan baby oil sangat kulit (pH kulit) normal
efektif terhadap pencegahan sehingga tidak terjadi
diaper dermatitis pada bayi dermatitis. Pada perawatan
di Ruang Perawatan Anak perianal tanpa menggunakan
RSUD Labuang Baji baby oil maka kulit bayi
Makassar. Dalam hal ini menjadi lembab oleh urine
seorang perawat atau ibu dan faeces, menyebabkan
berperan sangat penting amonia dan enzim fecal
dalam melakukan mudah meresap dalam kulit,
pencegahan terjadinya sehingga pH kulit meningkat
diaper dermatitis dengan dan terjadilah diaper
cara melakukan perawatan dermatitis.
segera setelah bayi - Bayi yang terkena diaper
BAB/BAK dengan dermatitis tanpa penggunaan

37
menggunakan baby oil baby oil dari sebanyak 10 org
dengan prosedur perawatan (100%) dari 10 responden
perianal. sedangkan bayi dengan
penggunaan baby oil yang
terkena diaper dermatitis
sebanyak 2 org (20%) dari 10
responden.
13. Perbandingan Athuf 2015 Penelitian Pasien usia Penelitian didapatkan: Skor Krim metronidazol 1% dan krim

Efektivitas Thaha eksperimental kurang dari 12 SASI-F post-eksperimental pada ketokonazol 2% sama efektifnya
kedua kelompok pengobatan terhadap penurunan skor SASI-F
Krim paralel, acak, tahun; pasien
menurun secara signifikan pada DS di wajah.
Metronidazol buta ganda yang didiagnosis (p=0,000). Rerata skor SASI-F
1% dan Krim membagi rosasea, post-eksperimental pada
Ketokonazol subjek menjadi sebopsoriasis, kelompok metronidazol adalah

2% pada 2 kelompok penyakit 1.375±1.257 and kelompok


ketokonazol adalah 1.188±1.014
Dermatitis untuk Parkinson,
(p=0.514). Derajat perbaikan
Seboroik di menerima krim HIV/AIDS; klinis pada kedua kelompok
Wajah metronidazol hamil dan hampir sama, (p=0,811). Angka
1% atau krim menyusui; kesembuhan kelompok

ketokonazol pasien yangtelah metronidazol adalah 75% (24/32)


dan kelompok ketokonazol
2% untuk mendapat terapi
81,25% (26/32), (p=0,763).
pengobatan DS kortikosteroid
di wajah. atau antijamur;
yang sedang

38
mendapat terapi
radioterapi, obat
imunosupresan,
asam retinoat
topikal,
isotretinoin oral
dan kemoterapi.
14. Pengaruh dr. Nani 2019 Penelitian ini Pasien yang Terdapat penurunan yang Penggunaan ekstrak biji
Ekstrak Biji Kumala merupakan uji didiagnosis bermakna dari jumlah lesi markisa ungu secara topikal
Markisa Ungu Dewi. klinis quasi- dengan akne noninflamasi, inflamasi dapat mempengaruhi
(Passiflora eksperimental vulgaris di dan total lesi akne vulgaris perbaikan akne vulgaris dan
Edulis Sims dengan desain Poliklinik Kulit setelah 8 minggu pemberian menurunkan jumlah lesi dan
Var. Edulis) pretest- dan Kelamin ekstrak biji markisa ungu, UVRF pasien akne vulgaris
Terhadap Akne posttest pada Rumah Sakit dengan rerata penurunan dengan efek samping yang
Vulgaris. 45 subjek Universitas sebesar 80,9%, 71,1%, dan ringan dan dapat ditoleransi
dengan akne Sumatera Utara 73% (p < 0,001), secara serta tingkat kepuasan yang
vulgaris. dimulai bulan berurutan. baik.
April 2019. Penurunan bermakna
sebesar 36% dari jumlah
spot dan 45,9% dari
persentase area terjangkau
UVRF juga diamati pada
akhir penelitian (p < 0,001).

39
Hanya 1 dari 45 subjek
penelitian (2,2%)mengalami
efek samping derajat ringan
dan sementara berupa kulit
terkelupas. Sebagian besar
subjek penelitian (77,8%)
menunjukkan tingkat
kepuasan pasien yang baik.
15. Pengaruh N. Earlia 2018 Penelitian ini Populasi Jumlah subjek penelitian Kesimpulan penelitian ini
Pemberian merupakan penelitian ini yang terkumpul berjumlah adalah suplementasi vitamin
Vitamin D penelitian uji adalah seluruh 68 orang yang terbagi D selama satu bulan lebih
Terhadap klinis (clinical penderita menjadi dua kelompok efektif menurunkan derajat
Perbaikan trials) desain Dermatitis penelitian yaitu kelompok keparahan dermatitis atopik
Gejala Klinis paralel dengan Atopik yang vitamin D (+) dan kelompok pada anak dibandingkan
Pada Penderita matching. Uji berobat di vitamin D (-) yang pada plasebo.
Dermatitis klinis adalah Poliklinik Kulit masing-masing
Atopik Di penelitian dan Kelamin kelompok terdiri dari 34
Poliklinik Kulit eksperimental Rumah Sakit subjek penelitian. Jumlah
Kelamin terencana yang Umum Dearah subjek yang sudah
RSUD Dr . dilakukan pada dr. zainoel memenuhi kriteria inklusi
Zainoel Abidin manusia. Abidin Banda dan ekslusi penelitian.
Banda Aceh Aceh. Data hasil penelitian
Tahun 2018 : dianalisis menggunakan

40
Uji Klinis analisis
Ketersamaran statistik tidak berpasangan
Ganda dengan tingkat kepercayaan
95%. SCORAD penderita
DA yang mendapat
suplementasi vitamin D
selama 28 hari dengan terapi
standar (13,8  6,39) lebih
baik dibandingkan dengan
kelompok yang tidak
mendapat vitamin D 20,6 
7,94 dengan tingkat
kemaknaan p < 0,001.

41
f. Literarur
a. Luka Bakar
Kerusakan akibat luka bakar derajat dua dangkal mengenai epidermis dan
bagian atas dari corium / dermis. Penyembuhan terjadi spontan dalam 10-14 hari
tanpa terbentuk jaringan parut. Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari
kehidupan jaringan. Hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Proses
penyembuhan dapat terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa
bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan (Stotts
N.A, et all,1 993).
Pengelolaan luka yang baik akan menentukan hasil akhir proses
penyembuhan luka. Kasa tulle banyak digunakan untuk pembalutan luka bakar.
Pemberian antibiotik pada kasa tulle dapat mencegah terjadinya infeksi
mikroorganisme yang dapat menghambat proses penyembuhan luka bakar
(Sabiston, 1995). Madu adalah cairan kental manis yang dihasilkan oleh lebah.
Bahan ini telah lama digunakan sebagai obat, dan penelititan yang dilakukan pada
dekade terakhir telah menunjukkan manfaat yang besar dari madu.8-10 Selain
memiliki efek anti mikroba, madu juga memiliki efek anti inflamasi dan
meningkatkan fibroblastik serta angioblastik (Medhi, 2008). Analisis mengenai
kandungan madu menyebutkan bahwa unsur terbesar komponen madu adalah
glukosa dengan kadar fruktosa paling besar (76,8%), disamping mineral dan
vitamin (Aden R, 2010).
Hasil penelitian Martyarini, (2011) menunjukkan secara klinis proses
epitelisasi luka bakar balut madu lebh cepat dibandingkan dengan balut kasa tulle.
Namun secara staistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada proses
epitelisasi luka bakar derajat dua dangkal yang dibalut madu dan kasa tulle.
Gambaran ini sedikit berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
oleh P.C. Molan (2006) pada luka bakar derajat tiga yang diberi madu dan perak
sufadiazine dimana secara statistik didapatkan perbedaan yang bermakna pada
proses penyembuhan luka bakar tersebut.

42
b. Dermatitis
Dermatitis atau yang sering disebut eczemaadalah peradangan kulit
dengan morfologi khas namun penyebabnya bervariasi. Kulit yang
mengalami dermatitis memiliki ciri warna kemerahan, bengkak, vesikel kecil
berisi cairan, dan pada tahap akut mengeluarkan cairan. Pada tahap kronis,
kulit menjadi bersisik, mengalami likenfikasi, menebal, retak, dan dapat
berubah warna (Jeyaratnam & Koh, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun
(2013)pada survey American Academy ofAllergy, Asthma and
Immunology (AAAAI), mengungkapkan bahwa dermatitis merupakan
masalah kulit yang umum dimana terdapat 5,7 juta kunjungan dokter pertahun
akibat penyakit dermatitis. Data Kemenkes RI (2014), bahwa ditemukan
jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya sebesar 15,6%,
dimana penyakit dermatitis sebesar 66,3%.
Saat ini terdapat penelitian terbaru bahwa lidah buaya dapat
menyembuhkan luka, dan dermatitis radiasi.Penelitian yang dilakukan oleh
Novyana dan Susanti (2016), mendapatkan hasil bahwa dengan pemberian gel
lidah buaya (aloe vera) secara topikal dapat mempercepat proses
penyembuhan luka karenatumbuhan lidah buaya dapat merangsang
proliferasi beberapa jenis sel.Penelitian lainnya dilakukan oleh Sharma
(2015), dengan judul “Studi Acak Untuk menilai efektivitas Gel Lidah
Buaya Pada Dermatitis Radiasi Akut” bahwa aloe veraefektif dalam menunda
dan mengurangi tingkat keparahan dermatitis radiasi selama menjalan
radioterapi. Beberapa penelitian diatas menemukan bahwa aloe
veradapat mempercepat proses penyembuhan dermatitis, namun belum ada
penelitian yang melihat apakah aloe verA (lidah buaya) dapat
menyembuhkan dermatitis jenis lainnya.

43
c. Acne
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum terjadi pada remaja
dan dewasa, walaupun begitu dapat menurunkan kualitas hidup seseorang dan
mempengaruhi aspek sosial dan psikologis. Akne merupakan peradangan kronik
yang melibatkan unit pilosebaceous dan bersifat multifaktorial, karena ada banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya akne. Terapi akne dapat secara topikal dan
sistemik. Terapi topikal dapat digunakan sebagai monoterapi maupun kombinasi.
Terapi topikal dapat juga dikombinasikan dengan terapi sistemik. Terapi topikal
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tretinoin dan nicotinamide, dan terapi
sistemiknya adalah zinc.
Zinc merupakan mikronutrien yang diperlukan tubuh. .Zinc
mempengaruhi perkembangan sistem umum, sehingga defisiensi zinc
menyebabkan tubuh kita lebih mudah terkena infeksi. Penelitian sudah
membuktikan bahwa pada penderita akne didapatkan kadar zinc yang lebih
rendah dari normal, sehingga terapi pemberian zinc dapat memperbaiki derajat
akne (Rostami Mogaddam M, at all 2014). Tretinoin yang berasal dari derivat
vitamin A merupakan terapi topikal yang paling sering digunakan untuk akne
derajat ringan hingga sedang. Tretinoin mempunyai efek komedolitik, dengan
efek samping deskuamasi kulit, eritema, hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
Nicotinamide adalah derivat dari vitamin B3. Nicotinamide bekerja dengan cara
menghambat sitokin pro inflamasi (IL 1,IL 6, TNF α) sehingga mempunyai efek
antiinflamasi (Ungerstedt JS, at all 2003)

44
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem integumen atau biasa disebut kulit adalah system organ yang
membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan manusia terhadap
lingkungan sekitarnya dan merupakan organ yang paling luas, dimana orang dewasa
luasnya mencapai lebih dari 19.000 cm.
Molan (2006) pada luka bakar derajat tiga yang diberi madu dan perak
sufadiazine dimana secara statistik didapatkan perbedaan yang bermakna pada proses
penyembuhan luka bakar tersebut.
Saat ini terdapat penelitian terbaru bahwa lidah buaya dapat menyembuhkan
luka, dan dermatitis radiasi. Penelitian yang dilakukan oleh Novyana dan
Susanti (2016), mendapatkan hasil bahwa dengan pemberian gel lidah buaya
(aloe vera) secara topikal dapat mempercepat proses penyembuhan luka
karenatumbuhan lidah buaya dapat merangsang proliferasi beberapa jenis sel.
Acne Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum terjadi pada remaja
dan dewasa, walaupun begitu dapat menurunkan kualitas hidup seseorang dan
mempengaruhi aspek sosial dan psikologis.

45
DAFTAR PUSTAKA
Paramata, N. R., & Abas, N. A. (2019). Pengaruh Kompres Aloe Vera Pada Penderita Dermatitis
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. Jambura Nursing
Journal, 1(1), 19-23.
Usodo, G. P., Wibowo, D. A., & Ariosta, A. (2017). Terapi Topikal Tretinoin 0,025%+ Zinc
Oral Dibandingkan Topikal Nicotinamide 4%+ Zinc Oral Pada Akne Vulgaris. DIPONEGORO
MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 6(2), 583-591.
Stotts N.A, Whitney J.D., Wound healing : critical care nursing. Philadelphia : W.B. Saunders
Company; 1993.
Sabiston, editor. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC; 1995.
Medhi B, Puri A. Topical application of honey in treatment of wound healing ; a metaanalysis.
JK Science. 2008; 10(4).
Aden R. Manfaat dan khasiat madu. Yogyakarta : Hanggar Kreator; 2010. p. 64;92
Molan P.C. The evidence supporting the use of honey as a wound dressing. The International
Journal of Lower Extremity Wounds. 2006; 5(1) : 40-54.
Pramesty, I. (2021). The Effect Of Giving Honey on The Process of Wound Healing in Burned
Patients. Medical and Health Science Journal, 5(1), 51-56.
Ungerstedt JS, Blömback M, Söderström T. Nicotinamide is a potent inhibitor of
proinflammatory cytokines. Clin Exp Immunol [Internet]. 2003 Jan [cited 2015 Dec
8];131(1):48–52. Available from: Pubmed.
Nuralifah, N., dkk. (2019). Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Krim Anti Jerawat Ekstrak Etanol
Terpurifikasi Daun Sirih (Piper betle L.) dengan Basis Vanishing Cream Terhadap
Propionibacterium acne. Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan, 4(2).
S, Ulaen., Y, Banne., & R, Suatan. (2012). PEMBUATAN SALEP ANTI JERAWAT DARI
EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Ilmiah Farmasi
Poltekkes Manado, 3(2).
N. Oktavia. (2014). Efektivitas Beberapa abun Pembersih Wajah Antiacne Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes.
Hervina Rela Afrilyanti, (2015). Pengaruh Gel Anti Jerawat Dari Ekstrak Daun Pepaya Dan
Daun Binahong Terhadap Konsumen Untuk Mengeringkan Jerawat. Jurnal Farmanesia, 7(9):
19.
Baiq Lenysia Puspita Anjani, dkk. (2015). Pengaruh Pemakaian Kombinasi Minyak Jinten Hitam
(Nigella Sativa) dan Madu (Apis Mellifera) sebagai Anti-Acne Secara Topikal Pada
Sukarelawan Wanita.Journal Parmaciana, 5(2): 139-146.
F. Rahim, M. Aria, N. Aji. (2015). Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar (Ipomoeae
batatas L.) untuk Pengobatan Luka Bakar. Scientia : Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 1(1): 21.
Athuf Thaha. (2015). Perbandingan Efektivitas Krim Metronidazol 1% Dan Krim Ketokonazol
2% Pada Dermatitis Seboroik Di Wajah. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 2(2): 105-110.
dr. Nani Kumala Dewi. (2019). Pengaruh Ekstrak Biji Markisa Ungu (Passiflora Edulis Sims Var.
Edulis) Terhadap Akne Vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan –
Indonesia.
N. Earlia. (2020). Pengaruh Pemberian Vitamin D Terhadap Perbaikan Gejala Klinis Pada
Penderita Dermatitis Atopik Di Poliklinik Kulit Kelamin RSUD Dr . Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2018 : Uji Klinis Ketersamaran Ganda. Journal of Medical Science, 1(4): 33-42.
Miftahul Khair Imran. (2017). Efektivitas Perawatan Perianal Dengan Baby Oil Terhadap
Pencegahan Diaper Dermatitis Pada Bayi Di Rsud Labuang Baji Makassar. Global Health
Science, 2(2): 149-154.
T. Wahyuni. (2015). Pembersihan Luka Dermatitis Atopik Dengan Cairan Normal Salin. Jurnal
Keperawatan, 5(1): 79-91.

47

Anda mungkin juga menyukai