Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang
akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan merasa puas
dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu
memperhatikan teknik-teknik dan tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.
Dalam pelaksanaan tindakan dengan klien gawat darurat perawat perlu melakukan komunikasi
terapeutik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran situasi yang sesungguhnya
sedang terjadi, dengan tidak menambahkan kecemasan dan memberikan support verbal maupun
non verbal.

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang benar (Abdalati,
1989).

Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagian kalangan ada yang berpendapat dia
adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus berbicara, sedangkan sebagian lagi berpendapat
walau dia tidak sadar dia juga masih memiliki rasa atau masih mengalami apa yang kita perbuat,
maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan janggal. Padahal, pada pasien
tidak sadar ini pada dasarnya pasien tidak responsif, mereka masih dapat menerima rangsangan.
Pendengaran dianggap sebagai sensai terakhir yang hilang dengan ketidaksadaran dan menjadi
pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi pertimbangan mengapa perawat tetap harus
berkomunikasi pada klien tidak sadar sekali pun.

Untuk itu, perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
mencakup keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
“caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana tujuan komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat?
3. Bagaimana prinsip komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat?
4. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat?
5. Bagaimana komunikasi dengan pasien tidak sadar di ruang ICU?
6. Apakah fungsi komunikasi dengan pasien tidak sadar?
7. Bagaimanakah cara berkomunikasi dengan pasien tidak sadar?
8. Bagaimanakah tahap komunikasi dengan pasien tidak sadar?

C . Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik


2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat
3. Untuk mengetahui prinsip komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat
4. Untuk mengetahui teknik komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat
5. Untuk mnengetahui komunikasi dengan pasien tidak sadar di ruang ICU
6. Untuk mengetahui fungsi komunikasi dengan pasien tidak sadar
7. Untuk mengetahui cara berkomunikasi dengan pasien tidak sadar
8. Untuk mengetahui tahap komunikasi dengan pasien tidak sadar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien.


Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang
digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dan klien.
Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara
perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara
perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Darurat


1. Untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antar perawat dan klien melalui
hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi
dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan
2. Menciptakan kepercayaan antar perawat dan klien yang mengalami kondisi kritis atau
gawat darurat dalam melakukan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak
terjadi hal yang fatal.
C. Prinsip Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Darurat

Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukkan perilaku dan sikap seperti :

1. Caring yaitu sikap pengasuhan yang ditunjukkan peduli dan selalu ingin memberikan
bantuan
2. Acceptance yaitu menerima pasien apa adanya
3. Respect yaitu hormati keyakinan pasien apa adanya
4. Empaty yaitu merasakan perasaan pasien
5. Trust yaitu memberi kepercayaan
6. Integrity yaitu berpegang pada prinsip profesional yang kokok

3
7. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
8. Terapkan teknik komunikasi : terfokus, bertanya, dan validasi
9. Bahasa yang mudah dimengerti
10. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien atau keluarga
11. Motivasi dan hargai pendapat dan respon klien
12. Hindari : menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif
D. Teknik Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Darurat
1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh
klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang ke
arah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan,
dan menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau
memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada
klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujuhi, melainkan bersedia untuk mendengarkan
orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya
perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau
penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah.
Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
respon pembicaraan klien.
3. Mengulang pernyataan klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan mumpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respon terhadap komunikasi dapat
berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat
mengikuti pembicaraan klien.
4. Menyampaikan hasil pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa
pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dan
isyarat non verbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien

4
berkomunikasi dengan lebih baik dan berfokus pada permasalahan yang sedang
dibicarakan.
E. Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar di Ruangan ICU

Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan


menggunakan teknik komunikasi khusus atau terapeutik dikarenakan fungsi sensorik dan
motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat
diterima klien dan klien dapat merespon kembali stimulus tersebut.

Pasien yang tidak sadar atau yang sering kali disebut dengan koma, dengan gangguan
kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat
membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam
penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan
kerusakan struktural atau metabolik di tingkat korteks serebri, batang, otot keduanya.

Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak responsif, mereka masih dapat
menerima rangsangan. Pendengaran dianggap sebagai sensasi tarakhir yang hilang dengan
ketidaksadaran dan yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi pertimbangan
mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak sadar pun.

Ada karakterikstik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien
tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak
sadar. Nyatanya di lapangan atau dibanyak rumah sakit pasien yang tidak sadar atau pasien
koma di ruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care
Unit (ICCU) dan lain sebagainya, sering mengabaikan komunikasi terapeutik dengan pasien
ketika mau melakukan sesuatu tindakan atau bahkan suatu intervensi.

Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagian kalangan ada yang berpendapat dia
adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus berbicara, sedangkan sebagian lagi
berpendapat walau dia tidak sadar dia juga masih memiliki rasa atau masih mengetahui apa
yang kita perbuat, maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan
janggal. Makan dar itu kita sebagai perawat diajarkan komunikasi terapeutik untuk

5
menhargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia berada
dalam keadaan yang tidak sadar atau sedang koma.

F. Fungsi Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar

Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Mengendalikan Perilaku

Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki respon dan
klien tidak ada perilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai
pengendali perilaku. Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu perilaku yaitu pasien
hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun
dengan berbaring ini pasien tetap memiliki perilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.

2. Perkembangan Motivasi

Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan kesadaran, tetapi
klien masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya. Perawat dapat
menggunakan kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan
motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari klien
untuk menjadi lebih maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat
pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai perawat,
perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24 jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak
lain halnya dengan pasien yang sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang
dikatakan oleh perawat.

3. Pengungkapan Emosional

Pada pasien tidak sadar, pengungakapn emosional klien tidak ada, sebaliknya
perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat berinteraksi dengan klien.
Perawat dapat mengungkapkan kegembiraan, kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi
dan semua hal positif yang dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita
dituntut tidak bersikap negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak
langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan
pengungkapan positif maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh

6
mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini
berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang
terjadi, apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang
dirasakan klien terhadap apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien
telah sadar kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan
terhadapnya.

4. Informasi

Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang
akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus dikomunikasikan untuk
menginformasikan pada klien karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh
untuk menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien
tidak sadar, kita dapat meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien
sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien.
Perawat dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan
terjadi jika kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.

G. . Cara Berkomunikasi dengan Pasien Tidak Sadar

Menurut Prastakyu (2010), cara bekkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan
adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga menggunakan
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Dalam
berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien
tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Teknik terapeutik , perawat
tetap dapat terapkan. Adapun teknik yang dapat diterapkanm meliputi :

1. Menjelaskan

Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat lakukan
terhadap klien. Penjelaskan ini dapat berupa intervensi yang akan dilakukan kepada
klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan untuk dipahami
menjadi lebih besar oleh klien.

7
2. Memfokuskan

Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari
pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien
untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.

3. Memberikan informasi

Fungsi komunikasi dengan klien salah satunya adalah memberika informasi. Dalam
interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi informasi kepada klien.
Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan maupun kemajuan sari status
kesehatannya, karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat
menumbuhkan kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.

4. Mempertahankan ketenangan

Mempertahankan ketenangan pada pasien tidak sadar, perawat dapat menunjukkan


dengan kesabaran dalam merawat klien. Ketenangan yang perawat berikan dapat
membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenangan perawat dapat
ditunjukkan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal. Komunikasi
non verbal dapat berupa sentuhan yang hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa
kata-kata, merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan
pesan kepada orang lain. Sentuhan adalah bagian dari hubungan antara perawat dan klien.

H. Tahap Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar

Komunikasi terapeutik terdiri dari 4 fase, yaitu fase parinteraksi, fase orientasi, fase
kerja dan fase terminasi. Setiap fase atau tahapan komunikasi terapeutik mencerminkan
uraian tugas dari petugas, yaitu :

1. Fase Prainteraksi

Pada fase prainteraksi ini, perawat harus mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan
ketakutan sendiri. Perawat juga perlu menganalisa kekuatan kelemahan profesional diri.
Selanjutnya mencari data tentang klien jika mungkin, dan merencanakan pertemuan
pertama dengan pasien.

8
2. Fase Orientasi

Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau kontrak
komunikasi dengan pasien, serta penentuan program orientasi. Program orientasi tersebut
meliputi penentuan batas hubungan, pengidentifikasian masalah, mengkaji tingkat
kecemasan diri sendiri dan pasien, serta mengkaji apa yang diharapkan dari komunikasi
yang akan dilakukan bersama antara perawat dan klien. Tugas perawat pada fase ini
adalah menentukan alasan klien minta pertolongan, kemudian membina rasa percaya,
penerimaan dan komunikasi terbuka. Merumuskan kontrak bersama klien,
mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien sangat penting dilakukan perawat
pada tahap orientasi ini. Dengan demikian perawat dapat mengidentifikasi masalah klien,
dan selanjutnya merumuskan tujuan dengan klien.

3. Fase Kerja

Pada fase kerja ini perawat perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan faktor
fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan interaksi sosial
dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan,
atau dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan dan
dalam mengembangkan hubungan kerja sama. Mengembangkan atau meningkatkan
faktor fungsional komunikasi terapeutik dengan melanjutkan pengkajian dan evaluasi
masalah yang ada, meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan
pasien pada perawat dan mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil
tindakan berdasarkan masalah yang ada. Tugas perawat pada fase kerja ini adalah
mengeksplorasi stressor yang terjadi pada klien dengan tepat. Perawat juga perlu
mendorong perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian mekanisme koping yang
konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi penolakan perilaku adaptif.

4. Fase Terminasi

Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan
tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan dan mempertahankan batas
hubungan yang telah ditentukan. Perawat harus mengantisipasi masalah yang akan timbul
pada fase ini karena pasien mungkin menjadi tergantung pada perawat. Pada fase ini

9
memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga pasien
merasa sunyi, menolak dan depresi. Diskusikan perasaan-perasaan tentang terminasi.
Pada fase terminasi tugas perawat adalah menciptakan realitas perpisahan. Perawat juga
dapat membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi
perasaan bersama klien tentang penolakan dan kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain
yang mungkin terjadi pada fase ini.

Contoh Komunikasi Terapeutik pada Pasien di Ruangan IGD & ICU

Pasien : Anis Nurul Fatim

Ibu Pasien : Diah Ayu Mia Zunita

Perawat Tindakan :

1. Devi Yuliana
2. Nadila Ayulia Dwi Puspitaningrum

Dokter : M. Maulana Idkholus Surur

NARASI

Seorang anak perempuan berusia 17 tahun diantar ke IGD setelah mengalami gagal
jantung kongensif karena sebelumnya sudah pernah dirawat dan memiliki riwayat
penyakit tersebut sejak lahir. Hasil pengkajian didapatkan pasien tidak sadar, , RR
10x/menit, nadi 150x/menit lemah, Beberapa saat kemudian tiba-tiba pasien mengalami
gagal nafas. Setelah pijat jantung 30x tidak teraba nadi carotis. Ketika anda melihat
gambaran EKG di monitor; terlihat coarse ventrikuler vibrilation.

10
Sesion 1

Anis adalah seorang perempuan berusia 17 tahun. Ia seorang anak sekolah pada
suatu pagi ia ingin berangkat kesekolah dan berpamitan dengan ibunya. Ia dipesani
untuk meminum obat secara teratur karena anis sudah memiliki riwayat gagal jantung,
dan anis pun menuruti permintaan ibunya lalu ia pamit untuk kesekolah. Namaun tiba-
tiba didepan rumah ia mengalami pusing dan dadanya terasa sesak dan sakit, setelah ia
tidak kuat menahan sakit kemudian ia terjatuh dan pingsan. Kemudian ibunya bergegas
dibawa kerumah sakit.

Pasien datang menggunakan ambulance dalam keadaan tidak sadar. Perawat UGD
melakukan tindakan untuk memeriksa TTV dan mengkaji keadaan anis. Karena pasien
sebelumnya memiliki riwayat gagal jantung.

P. Nadila : Saya akan memasang oksigen dan infuse

D. Surur : Sus, tolong cek TTV dan ambil sample darah pasien ya.

P. Nadila : Baik. (Ners nadila memeriksa TTV pasien lalu mengambil sample darah).

BP 60/40 mmHg; RR 10x/menit; Nadi 150x/menit; CRT > 6 detik.

D. Surur : Tolong bantu saya memasang monitor jantung dan pulse oxymetri.

(P. Nadila memasang sandapan EKG)

P. Nadila : Baik dok, saya akan siapkan alat-alatnya.

(Lalu nadila dan devi mempersiapkan alat-alatnya)

Beberapa saat kemudian pasien Nn. Anis sudah di periksa oleh dokter tetapi kondisinya
semakin menurun. Dokter sudah melakukan tindakan sesuai prosedur yang ada dan sudah
melakukan semaksimal mungkin agar pasien cepat sembuh tetapi kondisi pasien menurun
secara terus menerus akhirnya pasien kritis. Kemudian perawat menemui keluarga pasien
untuk menginformasikan keadaan Nn. Anis.

D. Surur : Sus, tolong temui keluarga korban, dan bilang kalau kondisinya kritis

11
P. Devi : Baik dok.

P. Devi : Keluarga Nn. Anis ya?

Diah : Saya dyah, Ibunya anis, bagaimana keadaan anak saya sus? (dengan raut wajah
ibu yang panik)

P. Devi : Begini Ibu Dyah, Anak ibuk mengalami henti nafas dan sekarang harus dilarikan
keruang ICU. Bagaimana apakah ibu menyetujui?

Diah : Lalu bagaimana sus, berikan yang terbaik untuk anak saya? Lakukan apa saja
agar anak saya bisa disembuhkan ?

P. Devi : Baik ibu, ibu yang tenang jangan kwatir kita akan berusaha melakukan yang
tebaik semaksimal mungkin agar putri ibu kembali sadar dan bisa sembuh. Ibu
tunggu

Diah : Saya akan tunggu perkembangan anak saya sus

P. Devi : Baik buk, mohon ditunggu 30 menit di ruang tunngu ya buk. Kami akan
berusaha semaksimal mungkin kesembuhan putri ibuk. Kami membutuhkan
dukungan dan do’a kepada keluarga agar semuanya diberikan kelancaran dan
kesembuan bagi putri ibu (Kemudian P. Devi menyodorkan informed concent
kepada Ibu pasien). Ibu, ini adalah lembar persetujuan atas tindakan yang kami
lakukan. Di dalam lembar ini dijelaskan bahwa kami akan melakukan tindakan
resusitasi pada anak Ibu. Jika terjadi hal-hal yang diluar dugaan tentang kondisi
anak Ibu, kami membutuhkan persetujuan Ibu untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Bagaimana Bu, apakah ada yang ingin Ibu tanyakan?

Diah : Tidak ada sus, tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya

P.Devi : Baik Bu. Saya mengerti. Silahkan ditandatangani

Dyah : Iya sus saya akan menandatangani

P. Devi : Terimakasih bu, semoga dilancarkan semuanya

12
Sesion 3

Dokter surur adalah salah satu dokter di UGD.

D. Surur : Sus bagaimana kondisi pasien ?

P. Nadila : Pasien mengalami henti nafas dok.

D. Surur : Saya akan melakukan Pijat Jantung

(Dokter surur melakukan evaluasi pada pasien)

P. Nadila : Gambaran EKG menunjukkan coarse ventrikuler fibrillation.

D. surur : Saya akan melakukan CPR I, dan siapkan DC shock

P. Nadila : Dokter, gambaran EKG pasien masih coarse ventrikuler fibrilation.

D. Surur : Shock (Dokter Surur mengambil paddle dan meletakkan di atas dada
pasien. Salah satu paddle diletakkan di sternum bagian atas tepat di
bawah clavicula dan paddle lain di apex jantung (antara tepi putting
susu kiri dan garis midaxilla). Posisi lain yang boleh dipilih adalah
satu paddle di precordial dan satu paddle lain di infra scapular.

“ CLEAR”

P. Nadila : Gambaran EKG tidak ada perubahan.

D. Surur : Melakukan CPR 5 siklus

(Cek Nadi)

Karena tidak mengalami perubahan kemudian nona anis dilarikan ke ruang ICU

Sesion 4

Di ruang ICU……

P. Nadila : Assalamu’alaikum mbak anis, perkenalkan saya Perawat Ika. Kami


berdua akan merawat Mba anisselama berada di ICU.

13
P. Nadila : Mba anis, saya Perawat nadila. Saya akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital (TD, N, RR, S)

Perawat tersebut terus memantau kondisi pasien selama berada di ruang ICU.

Setelah beberapa hari Perawatan, pasien Anis dapat pulang ke rumah.

=SELESAI=

14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai


pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada
klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antara perawat dan klien. Komunikasi yang dilakukan pada pasien
gawat darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapeutik lain, tetapi dalam hal
ini yang lebih diutamakan dalam mengatasi pasien gawat darurat adalah tindakan yang akan
diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat. Sedangkan pada pasien di ruangan ICU
yaitu dengan menjelaskan, memfokuskan, memberikan informasi dan mempertahankan
ketenangan. Tahap komunikasi dengan pasien tidak sadar terbagi menjadi 4 tahap, fase
prainteraksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.

B. Saran

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan tambahan pengetahuan mengenai komunikasi terapeutik pada pasien di ruangan
IGD dan ICU. Kami mengharapkan dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi tulisan, bahasa, dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca
yang bersifat membangun, kami harapkan agar dapat tercipta makalah yang baik dan benar.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8425510/Komunikasi_Terapeutik Diakses pada tanggal 23 Desember


2019

https://id.scrib.com/document/375134037/Komunikasi-Terapeutik-Dalam-Keadaan-Gawat-
Darurat Diakses pada tanggal 23 Desember 2019

https://meymed10.wordpress.com/2014/12/31/komunikasi-dengan-pasien-koma/ Diakses pada


tanggal 23 Desember 2019

16

Anda mungkin juga menyukai