Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KARAKTERISTIK PERAWAT DALAM


MEMFASILITASI HUBUNGAN TERAPEUTIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi
Keperawatan II

Dosen Pengajar :

DISUSUN OLEH :

FICKA KHOTIMAH
KHOTIMAH NUR LAELA

KELAS : Keperawatan Reguler C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


2018/2019
Jalan Lingkar Kadugede No. 02 Kadugede, Jawa Barat, Indonesia 455

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kehadirat-Nya yang telah dilimpahkan keapada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas KOMUNIKASI
KEPERAWATAN II tentang “Karakteristik Perawat Dalam Memfasilitasi
Hubungan Terapeutik”.

Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami


berbagai masalah. Namun berkat arahan dan dukungan dari beberapa pihak
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen


mata perkuliahan, yaitu Ibu Yunita Kristina, S.Kep.,Kes, yang telah
membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami sebagai penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna,


baik dari isi maupun penjelasan dari makalah ini, maka dari itu kami meminta
maaf jika makalah kami masih banyak kekurangannya apabila ada kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini kami mengucapkan
terima kasih.

Kuningan, November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................


DAFTAR ISI .............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................
D. Manfaat Penulisan .........................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi Terapeutik ...................................................
B. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik ..........................................
C. Sikap Komunikasi Terapeutik .......................................................
D. Teknik-teknik dalam Komunikasi Terapeutik ..............................
E. Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Hubungan Terapeutik

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................
B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung
pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang,
komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih,
atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara
lain: berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis,
menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala
bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan
(verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah
komunikasi.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus
dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis
yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan
pendidikan atau informasi kesehatan-mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa
nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien.
Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang
berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan
data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan
dari intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang
berkaitan dengan proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi komunikasi terapeutik?
2. Apa prinsip dasar komunikasi terapeutik?
3. Bagaimana sikap komunikasi terapeutik?
4. Apa saja teknik-teknik komunikasi terapeutik?

4
5. Bagaimana karakteristik perawat yang memfasilitasi tumbuhnya
hubungan terapeutik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui sikap komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam komunikasi terapeutik
5. Untuk mengetahui karakteristik perawat yang memfasilitasi tumbuhnya
hubungan terapeutik

D. Manfaat Penulisan
Agar

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong dan


membantu proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Northouse (1998)
mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan
perawat dalam berinteraksi untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,
mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal dan nonverbal (Mulyana, 2000).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanankan secara


sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Indrawati, 2003). Komunikasi terapeutik bukan merupakan pekerjaan yang
dapat dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan
tindakan professional seorang perawat. Akan tetapi, jangan sampai karena
terlalu asik dan sibuk bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manuasia
dengan bergbagai macam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003).

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan


bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi terencanakan yang terjadi
antara perawat dan klien secara langsung atau tatap muka dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah dan membantu proses penyembuhan klien (Depkes RI,
1997; Northouse, 1998; Mulyana, 2000; Indrawati, 2003; Arwani, 2003).

B. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu


terbentuknya hubungan yang konstruktif diantara perawat-klien. Tidak seperti
komunikasi sosial, komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu
klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat
penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik
berikut ini:
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and
clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong
(helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia
yang bermartabat (Dult-Battey,2004).
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter, memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat
perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap
individu.

6
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya
(trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan
dan memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998).
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari
komunikasi terapeutik.

C. Sikap Komunikasi Terapeutik

Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :

1. Berhadapan
Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.

2. Mempertahankan kontak mata


Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

3. Membungkuk ke arah klien


Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar
sesuatu.

4. Mempertahankan sikap terbuka


Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi.

5. Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberi respon kepada klien.

D. Teknik-Teknik dalam Komunikasi Terapeutik

1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tekhnik yang dapat mendorong klien
untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, tekhnik ini sering digunakan
pada tahap orientasi.

2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi
terapeutik (Keliat, Budi, Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif
(Gerald, D dalam Suryani, 2005) dan penerimaan informasi serta penelaahan
reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani,
2005).

7
3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang
diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi, Anna, 1992).
Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi yang mendukung listening
(Suryani, 2005).

4. Klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran
klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari
ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan
menekankan empati, minat, dan penghargaan
terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).

6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien
untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada
pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

7. Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada
klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-
masing (Stuart& Sundeen dalam Suryani, 2005).

8. Memberi informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan
kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan
perawatan diri dan penyembuhan.

9. Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang
membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawatklien.
Tekhnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang
sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu
peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith
dalam Suryani, 2005).

10. Mengubah cara pandang


Tekhnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk
memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau
masalah dari aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Tehnik

8
ini sangat bermanfaat terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu,
atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Jadi dengan begitu klien bisa
menerima dan meningkatkan harga dirinya.

11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih
dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya
masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk
mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12. Membagi persepsi


Menurut Stuart G.W : 1998 dalam Suryani : 2005, menyatakan
membagi persepsi (sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang
hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat
merasakan atau melihat ada perbedaan antara respon verbal dan respon
nonverbal klien, dan untuk selanjutnya menyamakan persepsi yang berbeda itu.

13. Mengidentifikasi tema


Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan
harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya
adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart
& Sadeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal
kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar
dirasakan klien.

14. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik.
Menurut Nightingale, F dalam Anonymous : 1999 dalam Suryani : 2005,
mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor.
Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta
menurunkan tekanan darah dan nadi. Humor juga bisa membuat suasana
menjadi lebih santai dan rileks. Humor juga bisa melepaskan ketegangan yang
terjadi pada proses komunikasi.

15. Memberikan pujian


Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis
yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement
berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien
(Gerald, D dalam Suryani, 2005). Semua orang pasti senang ketika
mendapatkan pujian dari seseorang, begitu juga dengan pasien yang
mendaptkan pujian dari perawat.

E. Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Hubungan Terapeutik

Menurut Roger dan Stuart GW (1998) ada beberapa karakteristik seorang


perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik yaitu :

9
1. Kejujuran
Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya,
sesorang akan menaruh kepercayaan kepada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya dia akan berhati-hati
pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hati
yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur. (Rahmat, J,
1996).

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif


Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh klien dan tidak berbelit-belit.

3. Bersikap positif
Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat,
penuh perhatian dan penghargaan terhdap klien.

4. Empati bukan simpati


Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan
permasalahan dan yang dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu melihat
permasalahan secara byektif karena perawat terlibat secara emosional terhadap
permasalahan yang dihadapi klien.

5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien


Agar mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien maka
perawat harus menjadi pendengar yang aktif dan sabar dalam mendengarkan
semua ungkapan klien.

6. Menerima klien apa adanya


Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina klien dan
keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor

7. Sensitif terhadap perasaan klien


Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya agar tidak menyinggung
perasaanya.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri
Seorang perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan
di masa lalu dan menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi saat ini.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih
mampu dalam mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan
(intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan,
melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya
masalah- masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.

11

Anda mungkin juga menyukai