Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA TENAGA KESEHATAN”

MATA KULIAH : KOMUNIKASI KEPERAWATAN


DOSEN : Dr. Yulastri Arif, S.Kp, M.kep
KELAS : A1 2020

Kelompok 3 :

Marsi Sekar Ningrum 2011311034

Patrisia Dinda Ritesa 2011311001


Roby Juniwieldra Almy 2011312056
Fadillah Buyatma Putri 2011312017
Rahmi Aulia Adrul 2011311013
Odelia Sabrina Visandri 2011312011
Deby rahma anisa 2011313011
Tio Rivaldi 2011312059
Diyan R. Kurnia 2011312074
Resty Noer Syafitri 2011313002
Fitri Rahmayani Asnur 2011312071
Rifka Putri Khairuna 201131205
Putri Nabila Rahmi 2011311040

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penulis berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami
berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi para pembaca. Selain itu, kami juga
berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada


bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Sawahlutno, 05 Desember 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Konsep Komunikasi pada Tenaga Kesehatan........................................................................5
2.2 Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Dokter......................................................5
2.3 Komunikasi Terapeutik Antara Sesama Perawat..................................................................7
2.4 Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Ahli Terapi..............................................8
2.5 Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Ahli Farmasi............................................8
2.6 Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Ahli Gizi..................................................9

BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatankomunikasi.Sehingga
sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satukajian ilmu komunikasi ialah
komunikasi kesehatan yang merupakan hubungantimbal balik antara tingkah laku manusia
masa lalu dan masa sekarang denganderajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaanpraktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional
dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman
yanglebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehatke arah
yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagianintegral dari


kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinyaselalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, denganatasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai saranayang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran danfungsinya dengan baik

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep komunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan?
2. Bagaimana teknik kommunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan?
3. Bagaimana saja hambatan dalam komunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan?

1.3 Tujuan
1. Memahami konsep komunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan
2. Memahami teknik berkomunikasi secara terepeutik pada enaga kesehatan
3. Memahami hambatan dalam komunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Komunikasi pada Tenaga Kesehatan


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai anggota
tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien juga
dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan
kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini berfokus pada
pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi,
kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk
berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan
performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan
membutuhkan interaksi sosial danterapeutik untuk membangun kepercayaan dan meperkuat
hubungan. Semua orang memilki kebutuhan interpribadi akan penerimaan,keterlibatan,
identitas,privasi,kekuatandankontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, du
kungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress
pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan
rekan kerja (Potter & Perry, 2009).
Menurut Robin & Coulter (2007) mengatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif itu
jika pemahaman pesan yang disampaikan oleh komunikator sama dengan pemahaman pesan
oleh komunikan. Ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan untuk efektivitas
komunikasi yaitu adanya keterbukaan (opennes), saling mendukung (Supportiveness),
bersikap positif (possitiveness), memehami perasaan orang lain (emphaty), dan kesetaraan
(equality).

2.2 Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Dokter

Perawat bekerja sama dengan dokter dalam berbagai bentuk dan asuhan keperawatan


yang diberikan perawat bergantung pada instruksi medis yang
diberikan oleh dokter. Perawat di lingkungan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang
telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari
kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara
individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa

5
dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan
keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara
pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu
dapat terwujud dengan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan
dokter. Contoh: Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes
pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan
dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah
memberikandata pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhankeluhan dari pasien,dan data 
penunjangseperti hasillaboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengena
i penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan
istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga
tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan
baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.

WHO Collaborating Center For Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan "Nine Life Saving Patient Safety Solution". Panduan ini mulai disusun oleh
sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara dengan
mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.
Dengan diterbitkannya Nine Life Saving Patient Safety oleh WHO maka komite
keselamatan pasien Rumah Sakit (KKP-RS) mendorong rumah sakit di indonesia untuk
menerapkan sembilan solusi " Life- Saving" keselamatan pasien rumah sakit, langsung atau
bertahap sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing. Salah satu dari sembilan
solusi tersebut, adalah komunikasi secara benar saat serah terima (handover) dengan metode
SBAR. Kerangka komunikasi efektif berbasis SBAR digunakan pada saat perawat melakukan
timbang terima (handover), pindah ruang perawatan maupun dalam melaporkan kondisi
pasien kepada dokter melalui telepon. Tujuan komunikasi SBAR adalah:
1) Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara anggota tim
perawatan kesehatan dengan dokter.
2) Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan setiap
perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan.
3) Membantu staf menjadi advokat pasien.

6
Komunikasi dengan menggunakan SBAR (Situation, Background, Assesment,
Recomendation) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis, dan menghemat waktu (NHS,
2012).
 S (situation) mengandung komponen tentang identitas pasien, masalah saat ini, dan hasil
diagnosa medis.
 B (background) menggambarkan riwayat penyakit atau situasi yang mendukung
masalah/situasi saat ini.
 A (assesment) merupakan kesimpulan masalah yang sedang terjadi pada pasien sebagai
hasil analisa terhadap situasion dan Background.
 R (recommendation) adalah rencana ataupun usulan yang akan dilakukan untuk
mengenai permasalahan yang ada (Permanente 2011, p: 104).

2.3 Komunikasi Terapeutik Antara Sesama Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga


kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang
klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal.
1. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanankeperawatan.
2. Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau
struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang
dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau
ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi
yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural.
3. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim
dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah

7
hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

2.4 Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Ahli Terapi

Komunikasi antara perawat dengan ahli terapi. Ahli terapi respiratorik ditugaskan
untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau
oksigenasi klien.Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi.
Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan
mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu,
perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.
Contoh : Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan
merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan
otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

2.5 Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau
mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan.Dengan demikian, perawat membantu klien membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju,
dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini
tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka
perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.

Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan
mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan.

8
Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker samasama
mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim
medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat
menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-
obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat
dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli
farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.

2.6 Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan factor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak
setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar
pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-obatan yang digunakan pasien,jika perawat
tidak mengkomunikasikannya maka bisa saja pilihan makanan yang diresepkan oleh ahli gizi
akan menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi komunikasi dua arah yang baik antara
perawat dengan ahli gizi sangat diperlukan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran, penyampaian,dan
penerimaan berita, ide,atau secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai suatu
proses pertukaran, penyampaian,dan penerimaan berita, ide,atau informasi dari
seseorang ke orang lain. Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi
dengan berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan
perawat klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada
pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis.
Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi,
konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak
keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan
masalah kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan.
Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi
sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua
orang memilki kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi,
kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan,
bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress
pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan
rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

3.2 Saran
Dengan demikian kami sebagai penulis makalah ini kami meminta saran dan kritik karena
masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki bagi pembaca agar memberikan
masukan demi kesempurnaan makalah kami serta agar dapat memahami konsep tumbuh
kembang pada masa anak preschool di kehidupan sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Dwii N. 2018. Makalah Hub-Efektif Sesama Perawat.

https://id.scribd.com/document/372075048/Makalah-Hub-efektif-Sesama-Perawat

11

Anda mungkin juga menyukai