Oleh :
Solihin Niar Ramadhan 110.110.110.195
Bima Rizki Nurahman 110.110.110.237
Trian Christiawan 110.110.110.244
Dosen :
Dr. Hj. Efa Laela Fakhriah, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Amir & Hanafiah, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga: Jakarta: EGC,
1999, hlm.15.
2
Craven & Hirnle, Fundamentals Of Nursing. Philadelphia. Lippincott, 2000.
3
Ibid
3
4
Prihadjo, Praktik Keperawatan Profesional Konsep Dasar dan Hukum, Jakarta : EGC,
1995, hlm.18.
5
Indonesia Nutrition Network, Model Praktik Perawatan Profesional. <http://giz-neLorg>
[01/12/2014]
4
6
Cecep Tribowo, 2010, Hukum Keperawatan, Pandan Hukum dan Etika bagi Perawat,
Pustaka Book Publisher, Yogyakarta hal. 56
7
Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239 Tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktik Perawat
5
B. Identifikasi Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
8
Huston, C.J, Leadership Roles and Management Functions in Nursing; Theory and
Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott, 2000.
9
Kozier, Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. Philadelphia. Addison
Wesley, 2000.
10
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat.
7
13
Ibid
14
Depkes & UI, 2005
15
Ibid
9
16
Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
17
Ibid
10
18
Redjeki, S, Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak
diterbitkan. 2002.
11
Perawat adalah salah satu pekerjaan yang memiliki ciri atau sifat
yang sesuai dengan ciri-ciri profesi. Saat ini Indonesia sudah memiliki
pendidikan profesi keperawatan yang sesuai dengan undang-undang
22
Staunton, P and Whyburn, B, Nursing and the law. 4thed.Sydney: Harcourt. 1997.
13
23
Tonia, Aiken, Legal, Ethical & Political Issues in Nursing, 2ndEd. Philadelphia. FA Davis.
1994.
24
Ibid
25
Ibid
14
26
Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and
Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO.
27
Supriadi, Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju, 2001.
28
Ibid
29
Staunton, P and Whyburn, B. Nursing and the law. 4thed.Sydney: Harcourt. 1997.
15
Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. meningkatkan mutu Perawat;
b. meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat
dan Klien; dan
d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
SIPP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2), Perawat harus melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat
keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(5) SIPP masih berlaku apabila:
a. STR masih berlaku; dan
b. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam
SIPP.
Mengenai Praktik Keperawatan diatur dalam pasal 28-35
Mengenai Hak dan Kewajiban Perawat
Pasal 36
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar
prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien
dan/atau keluarganya.
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah
diberikan;
17
Pasal 37
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:
a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai
dengan standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
c. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau
tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan
tingkat kompetensinya;
d. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
e. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
f. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga
kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
g. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Pasal 38
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:
a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang
tindakan Keperawatan yang akan dilakukan;
18
Pasal 39
(1) Pengungkapan rahasia kesehatan Klien sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf e dilakukan atas dasar:
a. kepentingan kesehatan Klien;
b. pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum;
c. persetujuan Klien sendiri;
d. kepentingan pendidikan dan penelitian; dan
e. ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2) Ketentuan
lebih lanjut mengenai rahasia kesehatan Klien diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 40
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berkewajiban:
a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
19
Pasal 58
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1), Pasal
21, Pasal 24 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB III
20
PENUTUP
A. Simpulan
Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik
Keperawatan dibutuhkan.
Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan
konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat
berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok
desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan
hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum.
Kedua, alasan yuridis. UU Nomor 36 tahun 2009, Pasal 63
ayat (4), secara eksplisit menyebutkan bahwa pelaksanaan
pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan
atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Sedang pasal 27 ayat (1), menyebutkan bahwa tenaga
kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan semakin
meningkat.
Akibat hukum bagi Perawat dalam menjalankan profesinya setelah
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
disahkan antara lain :
a. Adanya pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan
Klien;
b. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keperawatan harus
memenuhi Standar Nasional Pendidikan Keperawatan;
21
DAFTAR PUSTAKA
22