LITERATURE RIVIEW
A. DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus merupakan suatu kondisi dimana kadar gula didalam darah
lebih tinggi dari normal. Kadar gula darah normal yaitu 60 mg/dL–145 mg/dL.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang
dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia,
penurunan berat badan,kesemutan1.
Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit metabolik kronik
dengan angka kejadian tinggi yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total, namun hanya dapat dikontrol
sehingga memerlukan terapi seumur hidup. Terapi yang digunakan adalah antidiabetik
baik oral maupun insulin dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda dalam
mengontrol kadar glukosa darah. Pemilihan terapi antidiabetik disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi klinik pasien berdasarkan algoritma terapi. Dimulai dari
monoterapi antidiabetik oral, lalu terapi kombinasi antidiabetik serta penggunaan
insulin intensif2
B. NYERI NEUROPATIK PADA PASIEN DM TIPE II
Nyeri neuropatik didefinisikan sebagai nyeri yang berhubungan dengan lesi
atau penyakit pada sistem saraf somatosensori, yang dapat terjadi akibat pembedahan
dan berbagai kondisi, termasuk diabetes, infeksi herpes zoster, stroke, multiple
sclerosis, dan lesi medula spinalis. Nyeri neuropati menimbulkan keluhan tidak hanya
fisik, namun juga mood dan kualitas hidup pasien. Peyandang DM yang mengalami
nyeri neuropati diabetik akan merasa sangat terganggu. Nyeri yang dirasakan pada
tungkai dan beberapa kasus pada ekstremita atas termasuk ujung jari dan telapak
tangan akan bertambah berat ketika istirahat atau setelah melakukan aktifitas.
Karakteristik nyeri neuropati diabetik sangat kuat yaitu rasa nyeri seperti rasa
terbakar, rasa ditikam, tersengat listrik, disobek, tegang, diikat serta tidak hilang
hanya dengan merubah posisi sendi sehingga dapat mempengaruhi kemampuan
berjalan pasien3
Manajemen nonfarmakologis merupakan pilihan pengobatan untuk
melengkapi terapi farmakologis yang sudah dilakukan. Manajemen nyeri neuropati
diabetik bertujuan untuk, mengurangi perilaku nyeri dan tingkat nyeri, mengurangi
gejala, mencegah perburukan, mengurangi dosis analgetik yang dibutuhkan sehingga
mengurangi efek samping obat yang akhirnya memberikan rasa nyaman dan
meningkatkan kualitas hidup pasien4.
Nyeri neuropati diabetik timbul akibat adanya gangguan sistem metabolisme
glukosa, kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
gangguan vaskularisasi perifer yang menimbulkan hipersensitivitas pada saraf perifer,
disamping kehilangan fungsi inhibisi pada saraf afferen. Keadaan ini berakibat
meningkatnya produksi neurotransmiter yang berperan dalam sensasi nyeri.
Berdasarkan kajian literatur metode nofarmakologis yang dapat digunakan
dalam manajemen nyeri diantaranya exercise, distraksi relaksasi dan stimulasi listrik
perkutan. Exercise dapat meningkatkan faktor metabolik yang mempengaruhi
kesehatan saraf dan fungsi mikrovaskular yang secara tidak langsung dapat mencegah
kerusakan saraf perifer, otot kaki diperkirakan mengalami peningkatan aliran darah
tiga kali lipat dari otot yang istirahat. Efek mekanis langsung terjadi dari otot atau
jaringan yang dengan sengaja dilakuan latihan senam kaki diabetik yaitu menstimulasi
sirkulasi darah, otot menjadi lebih lembut dan fleksibel. Sehingga dengan adanya
peningkatan sirkulasi darah perifer, dapat meminimalkan kerusakan saraf perifer
sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Penelitian lain menunjukan bahwa senam
kaki ataupun buerger allen exercise efektif menurunkan instesitas nyeri nyeri
neuropati. Teknik massase aroma terapi dan terapi musik merupakan salah satu teknik
distraksi relaksasi yang dapat dilakuakn untuk mengurangi nyeri neuropati diabetic.
Terapi musik efektif menurunkan intensitas nyeri neuropati pada pasien DM tipe 25
Pengaruh terapi musik pada nyeri adalah dengan cara mendistraksikan pikiran
terhadap nyeri. Otak memproses musik dan nyeri di sepanjang jalur saraf yang sama,
melalui teori Gate Control dimana sinyal nyeri yang dikirim melalui reseptor saraf di
sumsum tulang belakang menstimulasi sinapsis untuk menyampaikan informasi ke
otak. Sinapis diyakini bertindak sebagai gerbang yang membuka dan menutup dalam
menanggapi impuls nyeri. Ketika gerbang ditutup, maka sinyal akan dihambat menuju
ke otak. Namun ketika gerbang terbuka, impuls dapat melakukan perjalanan menuju
otak, sehingga menyadari rasa nyeri. Musik diyakini mengirim input sensori melalui
jalur dari otak sehingga menyebabkan batang otak mengelurakan sinyal untuk
menutup gerbang sehingga mengurangi rasa nyeri saat mendengar musik. Terapi
Musik dan aromaterapi memicu melepaskan endorphin melalui proses modulasi
otonom. Neurotransmiter di otak akan dilepaskan ketika ada impuls yang akan
merangsang sistem biologis lain, seperti kelenjar endokrin yang melepaskan
endorphin. Hambatan terhadap respon nyeri dan merangsang pelepasan opiod
endogen tubuh. Musik dan aromaterapi juga bekerja pada sistem limbik yang akan
diantar menuju sistem saraf. Mengatur kontraksi otototot sehingga menjadi releks dan
kontraksi otot berkurang5
Refrensi :
1. Fatimah, Noor R. Diabetes Mellitus Tipe 2. Indones J Pharm. 2015;1–9.
2. Agustini, N. L. P. I. B., Wulansari NT, Yusniawati, Y. N. P., & Sintia NW. The Effect
of Foot Massage on Decreasing Peripheral Neuropathy Diabetic Complaints in the
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. J Ners,. 2019;14(3), 305–9.
3. Devi FL. Manajemen Nyeri Neuropatik. J Penelit Perawat Prof. 2021;3(1):179–88.
4. Ghavami, H., Aldin Shamsi, S., Soheili, S. R, M., & Khalkhali HR. Effect of lifestyle
interventions on diabetic peripheral neuropathy in patients with type 2 diabetes, result
of a randomized clinical trial. Agri [Internet]. 2018;(30(4), 165-170.). Available from:
http://eprints.umsu.ac.ir/5474/1/1282.pdf
5. Colloca, L., Ludman, T. B, D., Baron, R., Dickenson AH, Yarnitsky, D., Freeman R,
Truini, A., Attal, N., Finnerup N, B., Eccleston, C., Kalso E, Bennett, D. L., Dworkin,
R. H. &, et al. Neuropathic pain. Nature Reviews Disease Primers, 3, 1–20. Available
from: https://doi.org/10.1038/nrdp.2017
6. Afisa E. Tingkat kelelahan pasien diabetes melitus yang berobat di poliklinik rumah
sakit universitas sumatera utara skripsi. 2019;
7. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas. Edisi 8 Tahun 2017. 2017;
Available from: https://www.idf.org/e-library/epidemiology%02research/diabetes-
atlas/134-idf-diabetes-atlas%028th-edition.html%0D. Pada tanggal 10 November
2021
8. Gregg EW. The Changing Tides of the Type 2 Diabetes Epidemic d Smooth Sailing or
Troubled Waters Ahead ? Kelly West Award Lecture 2016. Diabetes Care. 2017;
9. Ratnasari PMD, Andayani TM, Endarti D. Analisis Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Berdasarkan Pola Peresepan Antidiabetik dan Komplikasi. J Manaj
DAN PELAYANAN Farm (Journal Manag Pharm Pract. 2019;9(4):260.