Anda di halaman 1dari 8

JIME, Vol. 4. No.

1 ISSN 2442-9511 April 2018


PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH PUSKESMAS
WOHA – BIMA TAHUN 2018

Ns. Junaidin
STIKES Yahya Bima
junaidinstikesyahya@gmail.com

Abstrak; Meningkatnya jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) dapat disebabkan oleh
banyak faktor, diantaranya adalah faktor keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya hidup, pola
makan yang salah, obat-obatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah, kurangnya aktifitas fisik,
proses menua, kehamilan, perokok dan stress. Penanganan Diabetes Melitus (DM) di rumah sakit
yang ada selama ini masih sebagian besar berfokus pada pengobatan konvensional yang telah
diprogramkan oleh dokter, belum memperhatikan penanganan stress pasien, sedangkan faktor
psikologis sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien. Harapannya setelah pemberian
teknik relaksasi otot progresif dapat menrunkan kadar gula darah pasien diabetes melitus. Tujuan
penelitian ini adalah untuk membandingkan kadar gula darah antara pengobatan dengan tidak
didampingi intervensi relaksasi otot progresif dan pengobatan dengan didampingi intervensi teknik
relaksasi otot progresif pada orang yang sama. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan
pre and post control group, yaitu suatu desain yang memberikan perlakuan pada dua atau lebih
kelompok, kemudian diobservasi sebelum dan sesudah implementasi. Desain ini digunakan untuk
membandingkan hasil intervensi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol
yang keduanya diukur sebelum dan sedah melakukan intervensi. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara consecutive sampling, yaitu merekrut semua subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dalam waktu tertentu. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, terlihat bahwa
latihan relaksasi otot progresif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada pasien diabetes melitus (DM). Peneliti meyakini bahwa relaksasi otot progresif
memberikan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan KGD pasien diabetes melitus (DM)
dalam penelitian ini dengan beberapa alasan, diantaranya penelitian ini menggunakan desain kuasi
eksperiman dengan pre and post with control group, variabel karakteristik responden setara
(homogen) antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, dan variabel rata-rata kadar
glukosa darah sebelum intervensi setara antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Kata kunci: relaksasi otot progresif, gula darah.

PENDAHULUAN meningkat menjadi 21.257.000 orang (WHO,


Proses menua merupakan proses yang 2012).
berlanjut secara alamiah, dimulai sejak lahir Diabetes Melitus (DM) merupakan
dan pada umumnya dialami pada semua salah satu penyakit degeneratif, yaitu penyakit
makhluk hidup (Nugroho, 2008). Penyakit akibat fungsi atau struktur dari jaringan atau
degeneratif pada lansia yang disebabkan oleh organ tubuh yang secara progresif menurun
penurunan fungsi adalah Diabetes Mellitus dari waktu ke waktu karena usia atau gaya
dan Hipertensi (Subroto, 2006). Penyakit hidup. Diabetes Mellitus sifatnya bukan
tersebut akan dapat mengganggu aktifitas bawaan dari lahir tetapi disebabkan oleh
lansia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari factor gaya hidup dan makanan yang
(Sutikno, 2011). Indonesia termasuk 10 besar dikonsumsi setiap hari serta faktor
negara dengan jumlah penderita Diabetes degenaratif, sehingga pada umumnya
Melitus (DM) terbanyak. Pada tahun 2000 penderita Diabetes Mellitus adalah mereka
jumlahnya 8.426.000 orang, dan WHO yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu,
memprediksi pada tahun 2030 jumlah ini akan
Jurnal Ilmiah Mandala Education 189
JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2018
Diabetes Mellitus sering tidak didiagnosis dokter, belum memperhatikan penanganan
sampai komplikasi muncul (Foreman , 2011). stress pasien, sedangkan faktor psikologis
Diabetes Melitus (DM) merupakan sangat berpengaruh terhadap kondisi
penyakit gangguan metabolisme kesehatan pasien. Apabila stres yang dialami
menahun/kronik yang ditandai dengan penderita diabetes dibiarkan saja, dengan
peningkatan kadar glukosa darah kadar gula darah tetap tinggi dan tidak
(hiperglikemi) yang disebabkan karena dikelola dengan baik, ditakutkan komplikasi
jumlah insulin yang kurang atau jumlah akut (ketoasidosis diabetes/KAD, asidosis
insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih laktat, koma hiperosmolar hiperglikemik non
akan tetapi kurang efektif, kondisi ini disebut ketotik) sampai komplikasi kronik (retinopati,
dengan resistensi insulin (Waspadji, 2012). nefropati, jantung koroner) dapat terjadi
Berbagai penelitian epidemiologi (Sudoyo, dkk, 2006). Sehingga dengan itu
menunjukkan adanya kecenderungan perlu penanganan secara holistik pada pasien
peningkatan angka insidensi dan prevalensi Diabetes Melitus (DM).
Diabetes Melitus (DM) di berbagai penjuru Banyak cara yang dapat digunakan
dunia termasuk juga di Indonesia (Perkeni, dalam penanganan stres diantaranya teknik
2011). relaksasi nafas dalam, teknik relaksasi otot
Meningkatnya jumlah penderita progresif, terapi musik, terapi respon emosi-
Diabetes Melitus (DM) dapat disebabkan oleh rasional, yoga, dan pendekatan agamis (Wade
banyak faktor, diantaranya adalah faktor & Tavns, 2007). Berbagai teknik tersebut
keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya merupakan suatu upaya meredakan
hidup, pola makan yang salah, obat-obatan ketegangan emosional sehingga individu
yang mempengaruhi kadar glukosa darah, dapat berpikir lebih rasional. Dengan
kurangnya aktifitas fisik, proses menua, demikian produksi gula hati dapat terkontrol
kehamilan, perokok dan stres (Soegondo, dkk dengan baik, dengan begitu gula darah dapat
, 2011). Pada penderita Diabetes Melitus stabil normal. Salah satu bentuk cara
(DM), stres fisiologi dan emosional seperti meredakan ketegangan emosional yang cukup
keadaan sakit, infeksi dan pembedahan dapat mudah dilakukan adalah relaksasi otot
menimbulkan hiperglikemia. Sebagai respon progresif (Suyamto, dkk, 2009). Teknik ini
terhadap stres akan terjadi peningkatan memaksa individu untuk berkonsentrasi pada
hormon-hormon stres yaitu glukagon, ketegangan ototnya dan kemudian melatihnya
epinefrin, norepinefrin, kortisol dan hormon untuk relaks. Orang yang stres, secara
pertumbuhan. Hormon-hormon ini akan emosional tegang dan mengalami ketegangan
meningkatkan produksi glukosa oleh hati dan otot. Teknik ini berusaha meredakan
mengganggu penggunaan glukosa dalam ketegangan otot dengan harapan bahwa
jaringan otot serta lemak dengan cara ketegangan emosionalpun berkurang, maka
melawan kerja insulin. Oleh karena itu dari itu teknik relaksasi otot progresif ini
diperlukan manajemen keperawatan yang dapat digunakan untuk mendampingi teknik
tepat untuk mengatasi stres pada pasien selain konvensional yang biasa diberikan.
terapi medis sehingga glukosa darah pasien Berdasarkan studi pendahuluan yang
dapat terkontrol, salah satunya adalah dengan dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu
terapi komplementer. Terapi komplementer tanggal 17 Mei 2018 di PUSKESMAS Woha
yang sering digunakan pada pasien diabetes - Bima, Puskesmas ini belum menggunakan
untuk membantu menurunkan kadar glukosa teknik nonfarmakologi dalam menangani
darah adalah Mind Body Medicine (Lorentz, pasien Diabetes Melitus (DM) tipe 2 pada
2006). pasien rawat inapnya, hanya menggunakan
Penanganan Diabetes Melitus (DM) di teknik konvensional tanpa ada intervensi
rumah sakit yang ada selama ini masih nonfarmakologi. Berdasarkan studi
sebagian besar berfokus pada pengobatan pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
konvensional yang telah diprogramkan oleh pada hari Juma’at tanggal 26 Mei 2018, obat
Jurnal Ilmiah Mandala Education 190
JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2018
yang digunakan di Puskesmas tersebut intervensi dua kelompok, yaitu kelompok
menggunakan 2 jenis, yaitu dengan insulin intervensi dan kelompok kontrol yang
dan obat oral. Pengobatan pada pasien rawat keduanya diukur sebelum dan sedah
inap dengan insulin kurang lebih 75%, namun melakukan intervensi (Notoatmojo, 2005).
dosis untuk setiap pasien berbeda-beda Kelompok kontrol dalam penelitian ini
tergantung derajat keparahan atau tingginya penting untuk melihat perbedaan perubahan
gula darah pada pasien, sedangkan variabel terikat antara kelompok intervensi
pengobatan pasien rawat inap dengan obat dan kelompok control.
oral sekitar 25%, dosis sudah dari pabrik.
Dilihat dari jumlah pasien Diabetes Melitus
(DM) dari tahun ke tahun di Puskesmas ini
yang meningkat, yaitu pada tahun 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 11 oarng, tahun 2016 sebanyak 13 1 Karakteristik demografi responden.
orang dan tahun 2017 sebanyak 17 orang,
intervensi nonfarmakologi teknik relaksasi
otot progresif perlu dipertimbangkan. Teknik
relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi
otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi,
ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan
keyakinan bahwa tubuh manusia berespons
pada kecemasan dan kejadian yang
merangsang pikiran dengan ketegangan otot.
Teknik relaksasi otot progresif memusatkan
perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian Distribusi responden berdasarkan umur.
menurunkan ketegangan dengan melakukan Berdasarkan diagram di atas, usia
teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan responden yang berusia 55 tahun sebanyak 2
relaks (Herodes, 2010). Selain mudah dan orang, yang berusia 56 tahun 1 orang, yang
praktis dilakukan, relaksasi otot progresif berusia 57 tahun 1 orang, yang berusia 59
dapat digunakan untuk terapi sehari-hari yang tahun 1 orang dan yang berusia 60 tahun
digunakan penderita Diabetes Melitus (DM). sebanyak 4 orang.
Kita ketahui pula bahwa penyakit Diabetes 2. Distribusi responden berdasarkan jenis
Melitus (DM) merupakan penyakit kronis kelamin
yang tidak dapat disembuhkan, sehingga perlu Berdasarkan diagram diatas,
penanganan yang terus menerus untuk responden yang berjenis kelamin perempuan
mengontrol hiperglikemi. atau wanita lebih sebanyak 7 orang
Berdasarkan uaraian di atas, maka sedangkan responden yang berjenis kelakin
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian laki-laki atau pria adalah sebanyak 2 orang.
tentang pengaruh relaksasi otot progresif 3. Distribusi responden berdasarkan
terhadap penurunan kadar gula darah pada penyakit penyerta
pasien diabetes mellitus di Puskesmas Woha Berdasarkan diagram diatas, bahwa
– Bima tahun 2018. semua responden tidak mempunyai penyakit
METODE PENELITIAN penyerta.
Jenis penelitian ini adalah kuasi Variabel Yang Diukur
eksperimen dengan pre and post control 1. Kadar gula darah sebelum dan sesudah
group, yaitu suatu desain yang memberikan intervensi
perlakuan pada dua atau lebih kelompok, Tabel 5.1 Kadar gula darah responden
kemudian diobservasi sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah intervensi
implementasi (Polit and Beck, 2006). Desain
ini digunakan untuk membandingkan hasil
Jurnal Ilmiah Mandala Education 191
JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2018
No Responden Kadar Gula Darah
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
1 M 240 221
2 H 260 243
3 HJ 225 207
4 A 255 240
5 I 245 179
6 F 237 165
7 HD 230 159
8 IY 255 187
9 N 247 177
Berdasarkan tabel di atas, tampak
bahwa kadar gula darah tertinggi sebelum Diagram Rata-rata KGD kelompok kontrol
intervensi adalah 260 dan kadar gula terendah sebelum intervensi dan sesudah
adalah 225, sedangkan kadar gula tertinggi intervensi.
sesudah intervensi adalah 240 dan kadar gula Dari diagram diatas, bahwa rata-rata
terendah adalah 159. kadar gula darah kelompok kontrol jam 08.00
2. Hasil Analisis Kadar Gula Darah sebelum intervensi sebesar 231,25 mg/dL
Tabel 5.2 Hasil Analisis kadar gula darah sedangkan rata-rata kadar gula darah jam
08.00 sesudah intervensi sebasar 212 mg/dL.
Sementara rata-rata kadar gula darah
kelompok kontrol jam 12.00 sebelum
intervensi sebesar 245 mg/dL, sedangkan
rata-rata kadar gula darah kelompok kontrol
jam 12.00 sesudah intervensi sebesar 227,75
mg/dL. Dan rata-rata kadar gula darah
kelompok kontrol jam 17.00 sebelum
intervensi sebesar 235 mg/dL, sedangkan
rata-rata kadar gula darah kelompok kontrol
Berdasarkan tabel diatas bahwa ada jam 17.00 sesudah intervensi adalah sebesar
signifikan kadar gula darah sebelum 211,25 mg/dL.
intervensi dan sesudah intervensi sebesar Kadar gula darah kelompok intervensi
0,056 pada tingkat kepercayaan 95%. sebelum dan sesudah intervensi
Setelah dilakukan analisis dan melihat
hasilnya, maka ada beberapa hal yang akan
dibahas yaitu : kadar gula darah sebelum
intervensi, kadar gula darah sesudah
intervensi dan pengaruh relaksasi otot
progresif terhadap penurunan kadar gula
darah
Kadar gula darah kelompok kontrol
sebelum dan sesudah intervensi
Data hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di lingkungan Puskesmas Woha,
bahwa semua responden sebelum masuk
Puskesmas memiliki kadar gula darah di atas Diagram Rata-rata kadar gula darah kelompok
200 mg/dL. intervensi sebelum dan sesudah
intervensi.
Dari diagram diatas diperoleh bahwa
rata-rata kadar gula darah kelompok
intervensi jam 08.00 sebelum intervensi

Jurnal Ilmiah Mandala Education 192


JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2018
sebesar 233 mg/dL, sedangkan rata-rata kadar Hasil penelitian ini menunjukkan
gula darah kelompok intervensi jam 08.00 bahwa pasien diabetes melitus (DM) yang
sesudah intervensi sebesar 157,6 mg/dL. diberi latihan Relaksasi otot progresif selama
Sementara rata-rata kadar gula darah tiga hari dengan frekuensi latihan dua kali
kelompok intervensi jam 12.00 sebelum sehari dan durasi masing-masing sesi ± 15
intervensi sebesar 242,8 mg/dL, sedangkan menit memperlihatkan adanya perbedaan rata-
rata-rata kadar gula darah kelompok rata KGD baik KGD jam 08.00, 12.00, dan
intervensi jam 12.00 sesudah intervensi 17.00 sebelum dan setelah latihan Relaksasi
sebesar 173,4 mg/dL. Dan rata-rata kadar gula otot progresif, yaitu mengalami penurunan
darah kelompok intervensi jam 17.00 sebelum kadar glukosa darah.
intervensi sebesar 233 mg/dL, sedangkan Berdasarkan hasil yang diperoleh
rata-rata kadar gula darah kelompok dalam penelitian ini, terlihat bahwa latihan
intervensi jam 17.00 sesudah intervensi relaksasi otot progresif mempunyai pengaruh
sebesar 157,6 mg/dL. yang signifikan terhadap penurunan kadar
6.3 Pengaruh Relaksasi otot progresif glukosa darah pada pasien diabetes melitus
terhadap penurunan kadar gula darah (DM). Peneliti meyakini bahwa relaksasi otot
Relaksasi otot progresif merupakan progresif memberikan pengaruh yang
salah satu teknik relaksasi yang mudah dan signifikan dalam menurunkan KGD pasien
sederhana serta sudah digunakan secara luas. diabetes melitus (DM) dalam penelitian ini
Relaksasi otot progresif merupakan suatu dengan beberapa alasan, diantaranya
prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada penelitian ini menggunakan desain kuasi
otot melalui dua langkah, yaitu dengan eksperiman dengan pre and post with control
memberikan tegangan pada suatu kelompok group, variabel karakteristik responden setara
otot, dan menghentikan tegangan tersebut (homogen) antara kelompok intervensi
kemudian memusatkan perhatian terhadap dengan kelompok kontrol, dan variabel rata-
bagaimana otot tersebut menjadi rileks, rata kadar glukosa darah sebelum intervensi
merasakan sensasi rileks, dan ketegangan setara antara kelompok intervensi dan
menghilang (Richmond, 2007). kelompok kontrol.
Relaksasi merupakan salah satu Mekanisme relaksasi otot progresif
bentuk mind-body therapy dalam terapi dalam menurunkan KGD pada pasien
komplementer dan alternatif (Complementary diabetes melitus (DM) erat kaitannya dengan
and Alternative Therapy /CAM) (Moyad & stres yang dialami pasien baik fisik maupun
Hawks, 2009). Terapi komplementer adalah psikologis. Selama stres, hormon-hormon
pengobatan tradisional yang sudah diakui dan yang mengarah pada peningkatan KGD
dapat dipakai sebagai pendamping terapi seperti epineprin, kortisol, glukagon, ACTH,
konvensional medis. Pelaksanaannya dapat kortikosteroid, dan tiroid akan meningkat.
dilakukan bersamaan dengan terapi medis Selain itu peristiwa kehidupan yang penuh
(Moyad & Hawks, 2009). stres telah dikaitkan dengan perawatan diri
Relaksasi otot progresif merupakan yang buruk pada penderita diabetes seperti
salah satu intervensi keperawatan yang dapat pola makan, latihan, dan penggunaan obat-
diberikan kepada pasien diabetes mellitus obatan (Smeltzer & Bare, 2008; Price &
(DM) untuk meningkatkan relaksasi dan Wilson, 2006). Stres fisik maupun emosional
kemampuan pengelolaan diri. Latihan ini mengaktifkan sistem neuroendokrin dan
dapat membantu mengurangi ketegangan otot, sistem saraf simpatis melalui hipotalamus-
stres, menurunkan tekanan darah, pituitari-adrenal (Price & Wilson, 2006;
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas Smeltzer, 2002; DiNardo, 2009).
sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga Relaksasi otot progresif merupakan
status fungsional dan kualitas hidup salah satu bentuk mind-body therapy (terapi
meningkat (Smeltzer & Bare, 2002). pikiran dan otot-otot tubuh) dalam terapi
komplementer (Moyad & Hawks, 2009).
Jurnal Ilmiah Mandala Education 193
JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2018
Brown 1997 dalam Snyder & Lindquist strategi untuk mencegah stres berkelanjutan,
(2002) menyebutkan bahwa respon stres meningkatkan keterlibatan pasien dalam
merupakan bagian dari jalur umpan balik proses penyembuhan. Keuntungan terapi
yang tertutup antara otot-otot dan pikiran. komplementer secara spesifik bagi pasien
Penilaian terhadap stressor mengakibatkan diabetes juga dikemukakan oleh Riyadi &
ketegangan otot yang mengirimkan stimulus Sukarmin (2008) yaitu menurunkan KGD,
ke otak dan membuat jalur umpan balik. meningkatkan kontrol metabolik, mencegah
relaksasi otot progresif akan menghambat neuropati perifer, menurunkan kadar
jalur tersebut dengan cara mengaktivasi kerja katekolamin dan aktivitas otonom.
sistem saraf parasimpatis dan memanipulasi KESIMPULAN
hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
memperkuat sikap positif sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
rangsangan stres terhadap hipotalamus relaksasi otot progresif terhadap penurunan
berkurang. gula darah pada pasien diabetes mellitus
Tampak pada penelitian ini dengan (DM) di lingkungan Puskesmas Woha tahun
perlakuan yang sama yaitu terapi relaksasi 2018.
otot progresif ternyata rentang penurunan SARAN
KGD jam 08.00, 12.00, dan 17.00 setiap Bagi Pelayanan Keperawatan, latihan
responden berbeda-beda. Responden dalam relaksasi otot progresif dapat dijadikan salah
penelitian ini melaporkan bahwa pada saat satu intervensi keperawatan mandiri untuk
melakukan relaksasi otot progresif ada dua membantu menurunkan kadar glukosa darah
sensasi yang berbeda yaitu merasakan pasien diabetes melitus (DM). Berdasarkan
ketegangan otot ketika bagian otot-otot hasil penelitian ini, diharapkan perawat dapat
tubuhnya diteganggkan dan merasakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuatu yang rileks, nyaman, enak, dan santai melalui seminar atau pelatihan terkait teknik
ketika otot-otot tubuh yang sebelumnya relaksasi otot progresif dan melakukan
ditegangkan tersebut direlaksasikan. Namun evidence based practice.
ada beberapa responden yang melaporkan DAFTAR PUSTAKA
kurang bisa merasakan sensasi dari latihan Andra, S. (2013). KMB 1 Keperawatan
relaksasi otot progresif yang dilakukannya Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
karena mereka kurang bisa berkonsentrasi Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta:
dalam melakukan relaksasi otot progresif Nuha Medika.
tersebut, meskipun dirinya bisa melakukan Black, M.J. 1998. Medical surgical nursing:
semua langkah atau prosedur relaksasi otot clinical management for contivity of
progresif. Hal ini sesuai dengan pernyataan care. Tokyo: WB Saunder Company.
Richmond (2007), bahwa relaksasi otot Chaplin, J. P. 2005. Kamuslengkappsikologi.
progresif merupakan salah satu bentuk mind- Alih bahasa: Dr. KartiniKartono.
body therapi, oleh karena itu saat melakukan Jakarta: Raja GrafindoPersada.
relaksasi otot progresif perhatian diarahkan Charlesworth dan Nathan, 1996. Stress
untuk membedakan perasaan yang dialami management: a comprehensive guide to
saat kelompok otot dilemaskan dan wellness. Souvenir Press Ltd.
dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi Corwin. 2009, Buku saku patofisiologi, 3 edn,
tegang. EGC, Jakarta.
Penelitian ini sejalan dengan Dahlan S. 2008. Statistik Untuk Kedokteran
pernyataan Dunning (2003) bahwa terapi dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
komplementer memberikan manfaat pada Medika.
pasien diabetes melitus (DM) diantaranya Dierendonck, D.V.,danJan, T.N. 2005.
meningkatkan penerimaan kondisi diabetes Flotation restricted environmental
mellitus (DM) saat ini, menurunkan stres, stimulation therapy (REST) as a stress-
kecemasan, dan depresi, mengembangkan
Jurnal Ilmiah Mandala Education 194
JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2018
management tool: A Meta-Analysis. Richmond, R.L. (2007). A Guide to
Psychology and Health, Psychology and its Practice. Diunduh
Foreman 2011. Cancer’s toll on marriage. Loa dari
angeles time http://www.guidetopsychology.com/pmr.htm
Greenberg, J. S. 2002. Comprehensive: stress tanggal 28 Agustus 2017.
management. Edisi ketujuh. New York: Ryadi, A. (2003). Diabetes (1 ed). Jakarta: PT
America. Dian Rakyat.
Herodes. 2010. Teknik relaksasi progresif Salim, P. 1991. Kamus besar bahasa
terhadap insomnia lansia. indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hewitt, P. L., danDyck, D. G. 1986. Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.,
Perfectionism, stress, and vulnerability Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit
to depression.Cognitive Therapy and Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna
Research Publishing Pusat Penerbitan Ilmu
Jones, R. N. 1996. Teori dan Praktik Penyakit Dalam
Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2008). Brunner
Pustaka Pelajar. & Suddarth’s: Texbook of medical
Lorentz. 2006. Stress and surgical nursing. Philadelphia: Lippincott
psychoneuroimmulogy revisited : Using Soegondo, dkk. 2011. Penatalaksanaan
Mind Body Intervention to reduse diabetes terpadu. Jakarta : balai penerbit
Stress. Alternative journal of Nursing. FKUI
Mansjoer, A. dkk. 2005. Kapita Selekta Soewondo, S. 2012. Stres,manajemen stres,
Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan dan relaksasi progresif. Depok: LPSP3
keenam. Jakarta: Media Aesculapius UI
Fakultas Kedokteran UI Subandi, M.A. 2002. Psikoterapi pendekatan
Moyad, M. d. (2009). Complementary and konvensional dan kontempor.
alternative therapies, dalam Black, Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas
J.M., & Hawks, J.H. Medical-Surgical Psikologi UGM dan Pustaka Pelajar.
Nursing; Clinical Managemen for Subroto. 2006. Penatalaksanaan diabetes.
Positive Outcomes, (8 th edition) . http://google.com. Di akses tanggal 12
Elsevier Saunders. juni 2017.
Murphy, J. 1996. The power of your Sudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit
subconscious mind. Alih bahasa. Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta :
Jakarta: Spektrum. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian FKUI.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Sutikno. 2011. Hubungan antara fungsi
Nugroho. 2008. Perawatan usia lanjut. Jakarta keluarga dan kualitas hidup lansi. Med J
: EGC Indonesia; 2011
Perkeni. 2011. Panduan penatalaksanaan Suyamto, dkk. (2009). Pengaruh Relaksasi
penyakit diabetes mellitus. Jakarta : Otot dalam Menurunkan Skor
perkeni Kecemasan T-TMAS Mahasiswa
Polit, D. F., & Beck, C.T. (2006). The content Menjelang Ujian Akhir Program Di
validity index: Are you know whats Akademi Keperawatan Notokusumo
being reported?. Research in Nursing & Yogyakarta. Berita Kedokteran
Health, 29, 489-497. Masyarakat
Price, dkk. 2006. Konsep klinis proses-proses Townsend, M.C. 1999. Psychiatric mental
penyakit. Edisi ketiga. Jakarta : health nursing. Third Edition.
erlangga Philadelphia: F.A Davis Company.
Purnamasari, 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Utami, M.S. 1991. Efektivitas relaksasi dan
Diabetes Melitus. In: Sudoyo, A.W., terapi kognitif untuk mengurangi
kecemasan berbicara di muka
Jurnal Ilmiah Mandala Education 195
JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2018
umum.Tesis (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Waspadji. 2011. Buku ajar penyakit dalam :
komplikasi kronik diabetes, mekanisme
terjadinya, diagnosis dan strategi
pengelolaan. Jakarta : FKUI
Zaenal, A. 2009. BAB II TINJAUAN
PUSTAKA - Perpustakaan Universitas
Indonesia.
http://freedownloadsff.com/pengaruh-
teknik-relaksasi-autogenik pengaruh
teknik relaksasi autogenik.pdf. Diakses
13 Juni 2017.

Jurnal Ilmiah Mandala Education 196

Anda mungkin juga menyukai