Anda di halaman 1dari 4

RESUME JURNAL

Judul Jurnal : Pencegahan Dan Penanganan Hiperglikemi Pada Anggota Klub


Penderita Diabetes Melitus

Judul : Pencegahan Dan Penanganan Hiperglikemi

Volume : Vol. 1 No. 1 Oktober 2018

Tahun : 2018

Penulis : Atika Nitsya

Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

banyak diderita oleh penduduk dunia. Hingga saat ini belum ditemukan

pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan penyakit tersebut (Gustavini,

2006). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prov sumsel

prevalensi terdiagnosis DM tahun 2018 sebesar 1,3% lebih tinggi dibandingkan

dengan prevelensi terdiagnosis DM hasil Riskesdas 2007 sebesar 0,4%. (Depkes,

2014).

Sebuah penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat yang dilakukan di 78 RT di kota madya Palembang pada

periode Oktober sampai November 2010 diperoleh jumlah total penderita diabetes

melitus tipe 2 adalah sebanyak 401 (3.2%) penderita dari 12.501 total penduduk (

Tjekyan, Suryadi.R.M, 2010). Gula darah tinggi bisa menjadi pertanda bahwa

penderita diabetes perlu minum obat, mengganti obat, atau mengubah cara

pemberiannya (misalnya, insulin tambahan akan diberikan, atau peralihan obat


dapat dilakukan dari obat oral ke obat yang disuntikkan atau jenis obat perlu

dikombinasikan dengan obat lain).

Dalam hal ini penyakit lain perlu didiagnosis dan diobati jika penyakit

menyebabkan kadar gula darah tinggi. Infeksi atau penyakit mungkin perlu

ditangani di rumah sakit, di mana profesional kesehatan dapat menyesuaikan

rencana perawatan. Selain itu juga sejumlah obat tersedia untuk membantu

mengendalikan kadar gula darah untuk diabetes tipe 2. Insulin juga diresepkan

untuk penderita diabetes (semua dengan diabetes tipe 1 dan banyak dengan

diabetes tipe 2).

Pasien diabetes harus menjalani tes hemoglobin A1c setiap tiga bulan sekali untuk

menindak lanjuti gula darah tinggi. Tes ini memberikan umpan balik tentang

keseluruhan kadar gula dalam tiga bulan terakhir. Orang dengan diabetes harus

memiliki kadar hemoglobin A1c kurang dari 7% pada setiap kunjungan klinis.

Tingkat di atas 7% biasanya diakibatkan oleh kegagalan konsisten seseorang

terhadap: Mengikuti rencana diet yang tepat, Minum obat yang diperlukan,

Memonitor glukosa darah, atau Olahraga. Dalam pencegahan gula darah tinggi

(hiperglikemia) dapat melakukan beberapa hal dengan pelajari tentang

pengelolaan kondisi diabetes, berdiskusi dan bekerjasama dengan dokter dan

profesional kesehatan terutama di bidang diabetes. Selain itu periksa gula darah

seperti yang diperintahkan oleh dokter atau perawat, kenali gejalanya lalu ikuti

rencana diet diabetes, sesuaikan rencana sesuai kebutuhan, konsumsi obat untuk

diabetes seperti yang diarahkan oleh dokter dan berolahraga setiap hari (Dokter

Sehat, 2018).
Tujuan

Untuk mengenali cara pencegahan dan penanganan hiperglikemia secara mandiri,

sehingga dapat mencegah komplikasi akibat diabetes melitus.

Metode

Pengabdian ini dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kepada pasien

yang datang baik sebagai penderita Diabetes Melitus yang melakukan kunjungan

dicatat identitasnya (nama, umur, jenis kelamin) lalu dipersilahkan menuju kursi

untuk menyimak penyuluhan. Peserta diberikan form pre test untuk mengetahui

pengetahuan awal dari para peserta penyuluhan. Lalu peserta mengikuti

penyuluhan dengan metode ceramah, lalu ada sesi tanya jawab, kemudian setelah

penyuluhan didakan post test.

Hasil Dan Pembahasan

Hasil penyuluhan berdasarkan umur Risiko untuk mengalami intoleransi glukosa

akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Kadar gula darah postprandial

meningkat sekitar 5,3 mg/dL per dekade setelah umur 30 tahun. Sedangkan kadar

gula darah puasa meningkat sekitar 1-2 mg/dl per dekade setelah usia 30 tahun(

Tjekyan, Suryadi.R.M, 2010). Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi

penurunan aktifitas fisik dan perubahan pola diet yang dapat menimbulkan

perubahan komposisi tubuh. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya penurunan

jumlah massa otot dan peningkatan jumlah jaringan lemak yang dapat

menimbulkan penurunan jumlah serta sensitifitas reseptor insulin, sehingga

mendukung terjadinya keadaan resistensi insulin. Selain itu, menurunnya absorbsi


glukosa, meningkatnya produksi gula darah oleh hepar serta menurunnya

sensitifitas reseptor insulin juga terjadi seiring dengan bertambahnya usia (Irawan,

2010). Hasil penyuluhan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta

latihan pada post test sebanyak 85% lebih tinggi bila dibandingkan dengan

pengetahuan di pre test. Diharapkan ada peningkatan kemampuan pasien ataupun

keluarga pasien dalam menangani kondisi hiperglikemi.Pada kegiatan ini

dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah.

Kesimpulan

Hasil penyuluhan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta latihan

pada post test sebanyak 85% lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengetahuan

di pre test. Diharapkan ada peningkatan kemampuan pasien ataupun keluarga

pasien dalam menangani kondisi hiperglikemi secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai