Anda di halaman 1dari 17

Penyakit Diabetes dan Hepatitis

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Penyakit Umum

Disusun oleh :
Ghina Rossa Nazihah
P20625222013

PRODI TERAPIS GIGI PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas izinNyalah yang
telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, memberikan kecerdasan ilmu dan wawasan,
sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit Diabetes dan
Hepatitis” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Biomedik Dasar. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
para sahabatnya, serta mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin.
Pada kesempatan kali ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas saran,
bantuan dan bimbingan yang telah diberikan selama proses penulisan makalah ini serta kerja
samanya, yaitu kepada:
1. Drg. Yayah Sopianah, M.Kes sebagai dosen mata kuliah Biomedik Dasar.
2. Semua pihak yang turut membantu Penulis dalam pembuatan makalah ini baik
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Penulis mengharapkan semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
Penulis maupun bagi para pembaca. Aamiinn.

Tasikmalaya, Desember 2022

Penyusun
Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Jika dijabarkan,
berikut adalah penjelasan mengenai keduanya, yaitu: 

BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang
ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara
relatif. Diabetes disebut the silent killer karena hampir sepertiga orang dengan diabetes
tidak mengetahui mereka menderita Diabetes Mellitus, sampai penyakit tersebut
berkembang menjadi serius yang berdampak pada organ atau sistem tubuh lainnya dan
mengakibatkan komplikasi, seperti kerusakan pembuluh darah, saraf dan struktur internal
lainnya. DM ditegakan bila tes glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah
sewaktu jika lebih dari 200 mg/dl, tes toleransi glukosa oral ≥ 200 mg/dl, hasil HBA1C ≥
6,5 %, (PERKENI, 2015).
Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan
diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang
biasa disebut diabetes gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di
berbagai negara berkembang termasuk di indonesia (Suyono, 2009). Masalah utama pada
penderita Diabetes Melitus Tipe 2 adalah pengendalian kadar glukosa darah yang sulit
terkontrol lebih dari 200 mg/dl yang disebabkan resistensi atau kurangnya kadar hormon
insulin sehingga glukosa tidak dapat di ubah menjadi energi (Betteng, 2014). Kondisi glukosa
darah yang tidak terkontrol tersebut membuat tubuh akan membuat energi dari sumber lain
seperti lemak sehingga resiko terjadinya komplikasi mikrovaskuler 2 dan makrovaskuler akan
menjadi lebih besar (Yuhelma, Hasneli I, & Annis N, 2015).
Gaya hidup yang terkait dengan pola makan yang tidak seimbang dan pola aktivitas fisik
yang tidak optimal menjadi kontributor utama timbulnya penyakit diabetes mellitus, dan
penyebab lain adalah insulin yang cacat atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin dengan
baik, (Hotma, 2014). Pasien diabetes mellitus yang tidak mengkontrol kadar gula darahnya
sangat beresiko tinggi atau dua kali lipat lebih tinggi mengalami komplikasi kronik.
International Diabetes Federation menyatakan bahwa Penyakit degenerative Diabetes Melitus
Tipe 2 merupakan masalah global dengan jumlah penderita yang meningkat setiap tahunnya
dengan angka peningkatan tahun 2015 mencapai 415 juta orang, Indonesia menempati urutan
ke 7 di dunia dengan jumlah 8.5 juta dan merupakan penyandang terbesar kasus Diabetes
Melitus Tipe 2 di Asia setelah Cina dan India (WHO, 2016).
Di Indonesia angka kematian penyakit tidak menular mengalami peningkatan dari 49.9%
tahun 2007 menjadi, 59.9% di tahun 2011. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyebab
kematian tersering dan merupakan mother of disease atau induk dari penyakit lainnya seperti
hipertensi, stroke, kardivaskuler, ginjal dan lain-lain (Kemenkes, 2014). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa Indonesia, prevalensi DM
berdasarkan pemeriksaan rutin kadar gula darah pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar
8,5%. Angka tersebut mengalami kenaikan daripada tahun 2013 sebesar 6,9%. Provinsi Jawa
Timur merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita DM yang
mengalami kenaikan tertinggi sebesar 2,6% (Riskesdas, 3 2018). Dinas Kesehatan Surabaya
mencatat sebanyak 32.381 pasien DM sepanjang tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2018
kota Surabaya tercatat sebanyak 4,5% dari 300.000 sampel rumah tangga yang menderita
diabetes mellitus berdasarkan diagnose dokter pada penduduk umur ≥15 tahun (Riskesdas,
2018). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di puskesmas keputih
didapat sebanyak 250 penderita DM yang tercatat berobat atau melakukan control rutin di
Puskesmas Keputih pada bulan Juli 2019.
Kontrol kadar glukosa darah atau pengendalian glukosa darah pada pasien Diabetes
Mellitus sangatlah penting dilakukan dengan menegakkan empat pilar yaitu pendidikan
tentang Diabetes Melitus Tipe 2, diet dengan mengatur pola makan, kepatuhan pengobatan
dan pengendalian glukosa darah dengan cek secara rutin, serta aktifitas fisik atau olahraga
(Perkeni 2011: Putri & Isfandiari, 2013). Banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit DM selama ini, namun tetap belum dapat mengontrol penyakit DM. Saat ini karena
penanganan yang kurang maksimal, pengobatan jangka panjang serta efek samping dari
terapi farmakologis (OAD) yang harus dikonsumsi seumur hidup belum sepenuhnya diterima
serta sulitnya membuat penderita taat pada pengobatan jangka panjang (Vernanda, 2014).
Selain itu pengobatan non farmakologis juga ikut andil dalam penanganan penyakit diabetes
mellitus ini, produk-produk herbal banyak disarankan oleh tim medis dalam menangani
penyakit diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya komplikasi, salah satunya yaitu
teh/rebusan daun tin yang dapat mengontrol kadar gula dalam darah, Hal ini sesuai dengan
anjuran yang dikeluarkan oleh The American Diabetes Association, (Dewi, 2013). 4
Penelitian terdahulu juga membuktikan bahwa daun tin dapat menghasilkan senyawa
metabolit sekunder yang mengandung amina, alkaloid dan flavonoid (Prabavathy and
Nachiyar, 2011). Flavonoid juga berfungsi antioksidan yang mampu menahan laju absorbsi
glukosa darah dari saluran cerna menuju pembuluh darah sehingga mampu menahan laju
peningkatan kadar glukosa darah. Dengan mencegah peningkatan kadar glukosa darah karena
diharapkan dapat mencegah peningkatan radikal bebas” (Fadillah, 2014). Gutierrez (2013)
menerangkan senyawa golongan triterpenoid juga mampu menurunkan kadar glukosa darah
tikus yang diinduksi dengan streptozotocin, yaitu dengan cara meningkatkan sekresi insulin
dari pankreas. Mekanisme aksi senyawa terpenoid sebagai anti DM adalah merangsang
pengeluaran insulin dan membantu penyerapan glukosa dengan cara merangsang GLUT-4 di
dalam sel (Tan, et al., 2008). Menurut Imran (2011) kandungan daun tin yang dapat
mempengaruhi kadar gula dalam darah salah satunya yaitu flavonoid yang bermanfaat untuk
perawatan diabetes, kulit, diare, dan luka dengan pemberian teh daun tin selama 3 minggu
atau 21 hari hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun tin memiliki aktivitas hypoglikemik
yang bagus. Hal ini dimuat dalam international Research Journal of pharmacy, 2011, dan
ARPN journal of Scienece and Technology, 2015.
Dalam penelitian Amin Zakaria (2019) yang berjudul “pemberian teh daun tin terhadap
kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus” menyatakan teh daun tin memiliki
kandungan flavonoid dan triterpenoid yang tidak terdapat di daun lain mempunyai aktivitas
hypoglikemia yang dapat mengurangi kadar gula dalam darah sehingga dapat menurunkan
kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. Triterpenoid berfungsi sebagai penyuplai
kadar insulin dalam tubuh dan 5 membantu pankreas untuk menambah asupan insulin maka
dapat meningkatkan jumlah insulin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mengikat kadar gula
dalam darah sehingga dapat menurunkan kadar gula darah dan jumlah kebutuhan insulin yang
diperlukan, Untuk mencegah atau mengobati penyakit diabetes mellitus para pakar kesehatan
umumnya menggunakan obat-obatan yang menimbulkan efek hypoglikemia dan efek
peningkat insulin, obat jenis ini biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati diabetes mellitus. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan “Studi
Kasus Pemberian Teh Daun Tin Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.”
1. Latar Belakang
• Faktor riwayat keluarga atau keturunan, Faktor geografi,
Faktor usia. Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu
sapi pada usia terlalu dini, Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan
risiko seseorang terkena kondisi ini. Contohnya; Faktor lingkungan, perilaku,
dan masalah kesehatan tertentu.

Gejala diabetes akan muncul secara bervariasi pada setiap


pengidapnya, tergantung akan tingkat keparahan dan jenis yang diidap.

https://www.alodokter.com/hepatitis
Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes
tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa disebut
diabetes gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai
negara berkembang termasuk di indonesia (Suyono, 2009). Masalah utama pada penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah pengendalian kadar glukosa darah yang sulit terkontrol lebih
dari 200 mg/dl yang disebabkan resistensi atau kurangnya kadar hormon insulin sehingga
glukosa tidak dapat di ubah menjadi energi (Betteng, 2014). Kondisi glukosa darah yang
tidak terkontrol tersebut membuat tubuh akan membuat energi dari sumber lain seperti lemak
sehingga resiko terjadinya komplikasi mikrovaskuler 2 dan makrovaskuler akan menjadi
lebih besar (Yuhelma, Hasneli I, & Annis N, 2015).
Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus, toksin, atau kimia (termasuk
obat). Ada beberapa tipe hepatitis seperti akut, kronis, fulminant, dan alkoholik. Hepatitis karena
virus dapat menyebabkan peradangan pada hepar dengan gejala klinik berupa penyakit kuning yang
akut disertai malaise, mual dan muntah, serta dapat pula disertai peningkatan suhu badan (Black &
Hawks, 2014; Sanityoso, 2006; Warouw, 2007). Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)
Kemenkes RI tahun 2015 penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia
termasuk di Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E, sering muncul
sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fekal oral dan biasanya berhubungan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D
(jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis dan lalu
kanker hati.

A. Hepatitis
1. Pengertian Hepatitis

Hepatitis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan pada


organ hati. Kondisi ini bisa terjadi karena infeksi virus, kebiasaan minum
alkohol, paparan zat beracun atau obat-obatan tertentu. 

Jenisnya terbagi dua berdasarkan sifatnya, yaitu akut dan


kronis. Hepatitis akut terjadi secara tiba-tiba dalam kurun waktu yang
cenderung singkat. Sementara hepatitis kronis, berkembang perlahan dan
merupakan kondisi jangka panjang. Sialnya, keduanya sama-sama
mengganggu berbagai fungsi tubuh, terutama yang berkaitan dengan
metabolisme. 

Hal ini disebabkan karena hati berperan penting dalam


metabolisme tubuh, seperti menghasilkan empedu, mengurai berbagai
zat, menetralisir racun, mengaktifkan enzim dan lain sebagainya. 

2. Penyebab Hepatitis
Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan hepatitis, mulai dari
infeksi virus, kecanduan minuman beralkohol, penggunaan obat-obatan
tertentu, penyakit autoimun, dan infeksi cacing hati.Berikut adalah
penjelasan dari masing-masing penyebab hepatitis:

a. Hepatitis A

Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV).


Penularan jenis hepatitis ini dapat terjadi melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi virus hepatitis A.

b. Hepatitis B

Jenis hepatitis ini disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B


(HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seksual
tanpa alat pengaman dan transfusi darah. Pada kasus yang jarang
terjadi, ibu hamil yang terinfeksi virus hepatitis B bisa menularkan
virus ini ke janinnya.

c. Hepatitis C

Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV).


Penularan hepatitis C dapat melalui hubungan seksual tanpa
kondom atau penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Sama
seperti hepatitis B, virus ini bisa menular dari ibu yang terinfeksi
hepatitis C ke janinnya.

d. Hepatitis D
Hepatitis D adalah peradangan hati akibat infeksi virus
hepatitis D (HDV). Jenis hepatitis ini jarang terjadi, tetapi bisa
menimbulkan masalah kesehatan yang serius.Seseorang bisa
tertular hepatitis D bila memiliki riwayat penyakit hepatitis B.
Penularan virus ini bisa melalui penggunaan jarum suntik yang
tidak steril atau transfusi darah.

e. Hepatitis E

Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV).


Hepatitis E ditularkan melalui air atau makanan yang
terkontaminasi virus ini. Oleh karena itu, hepatitis E mudah
menular di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

f. Hepatitis akibat kecanduan alkohol

Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan bisa


menyebabkan peradangan pada hati dan menimbulkan kerusakan
permanen pada sel-sel hati. Hal ini tentu mengganggu fungsi hati.
Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal
hati dan sirosis.

g. Hepatitis akibat obat-obatan tertentu

Jenis hepatitis yang juga disebut toxic hepatitis ini terjadi


akibat konsumsi obat-obatan tertentu yang melebihi dosis. Hati
bisa mengalami peradangan atau rusak karena bekerja terlalu
keras dalam memecah obat-obatan tersebut.

h. Hepatitis akibat penyakit autoimun

Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun,


sistem imun tubuh secara keliru menyerang sel-sel hati sehingga
menimbulkan peradangan dan kerusakan hati.

i. Hepatitis akibat cacing hati


Peradangan hati juga bisa terjadi akibat infeksi cacing hati,
yaitu opisthorchiidae dan fasciolidae. Salah satu spesies cacing hati
jenis opisthorchiidae yang paling sering menyebabkan infeksi
adalah Clonorchis.

j. Hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya

Selain yang disebutkan di atas, ada juga jenis yang disebut


hepatitis akut misterius. Hepatitis ini tidak diketahui penyebabnya,
tetapi terdapat dugaan penyakit ini terkait dengan Adenovirus dan
SARS-CoV-2.

Hepatitis akut misterius menyerang anak-anak berusia 1


bulan hingga 16 tahun. Di Indonesia, sampai 5 Mei 2022, diketahui
sudah ada tiga anak yang meninggal dunia diduga akibat mengidap
hepatitis pada anak yang akut dan misterius ini.

3. Faktor Risiko Hepatitis

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena


kondisi ini. Contohnya; Faktor lingkungan, perilaku, dan masalah kesehatan
tertentu.

 Faktor Lingkungan

Contoh faktor lingkungan yang bisa menjasi penyebab atau


pemicu penyakit ini, antara lain:

1. Air yang tidak layak untuk diminum atau untuk mencuci peralatan
makan.
2. Kurangnya fasilitas sanitasi; kamar mandi atau tempat cuci
tangan.
3. Kontak dengan jarum suntik bekas, alat suntik, atau benda llain
yang terkontaminasi darah yang terinfeksi virus hepatitis.

 Perilaku
Ada beberapa perilaku atau aktivitas yang berpotensi terpapar
virus, bahan kimia beracun, atau zat penyebab penyakit ini. 

1. Berbagi jarum suntik atau benda lain.


2. Melakukan hubungan seksual yang tidak aman; Tidak
menggunakan kondom saat berhubungan seks atau bergonta-ganti
pasangan.

3. Bekerja di sekitar bahan kimia beracun. Petugas kebersihan,


pelukis, penyedia layanan kesehatan, atau pekerja pertanian,
berpotensi terkena penyakit ini.

4. Minum air yang belum dimasak atau makan makanan yang tidak
diolah dengan aman dan benar.

5. Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang


lama.

6. Minum obat yang dipercaya terkait dengan kondisi ini. 

 Masalah Kesehatan

Riwayat kesehatan seseorang juga bisa memengaruhi


terjangkitnya penyakit ini. Berikut sejumlah hal yang dapat
meningkatkan risiko kondisi ini:

 Belum mendapatkan vaksinasi hepatitis.

 Memiliki infeksi akut atau kronis dengan satu atau lebih virus
hepatitis.

 Memiliki gangguan autoimun.

 Lahir dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis B.

4. Gejala Hepatitis
Penyakit ini tak selalu menunjukan gejala. Gejalanya baru timbul
setelah tubuh terjadinya kerusakan yang dapat memengaruhi fungsi hati.
Apabila bersifat akut, tanda dan gejalanya dapat muncul dengan cepat.
Adapun sejumlah gejala yang umumnya dialami pengidapnya yaitu:

 Mengalami gejala seperti flu, mual, muntah, demam, dan lemas.

 Feses berwarna pucat.

 Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan.

 Nyeri di bagian perut.

 Turun berat badan.

 Urine menjadi gelap seperti teh.

 Kehilangan nafsu makan.

5. Komplikasi Hepatitis

Apabila dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa memicu berbagai


komplikasi, antara lain: 

 Fibrosis hati, kondisi ketika hati dipenuhi oleh jaringan parut sehingga
tidak lagi bisa berfungsi dengan baik.

 Sirosis hati, merupakan tahap lanjut dari fibrosis.

 Kanker hati, bisa terjadi sebagai komplikasi dari sirosis.

 Gagal hati. Meski komplikasi ini jarang terjadi, tapi gagal hati
merupakan kondisi serius yang bisa berakibat fatal.

 Glomerulonefritis, gangguan ginjal yang disebabkan oleh peradangan


yang seringkali berhubungan dengan respon imun. 

 Krioglobulinemia, penyakit langka yang disebabkan oleh sekelompok


protein abnormal yang menyumbat pembuluh darah kecil. 

 Ensefalopati Hepatik. Kehilangan fungsi hati yang parah, seperti gagal


hati, dapat menyebabkan otak meradang, yang dikenal sebagai
ensefalopati.
 Hipertensi portal, terjadi ketika sistem sirkulasi portal hati tersumbat
akibat sirosi dan masalah lain.

 Porfiria, merupakan komplikasi langka dari infeksi hepatitis C kronis.

 Koinfeksi virus, yaitu ketika ada dua infeksi virus pada saat yang
bersamaan.

6. Diagnosis Hepatitis

Langkah pertama mendiagnosis kondisi ini adalah menanyakan


riwayat timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari pengidap. Setelah itu,
dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang
muncul pada pasien. Misalnya, seperti dengan menekan perut untuk mencari
pembesaran hati atau memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan
warna menjadi kuning. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis kondisi ini, antara lain:

 Tes Fungsi Hati

Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan sampel darah untuk


menentukan seberapa efisien hati untuk melakukan fungsinya. Hasil dari
pemeriksaan ini dapat menjadi indikasi terjadinya masalah, terutama jika
tidak ada gejala selama pemeriksaan fisik. Saat ditemukan tingkat enzim
hati yang tinggi, bisa disimpulkan jika organ tersebut sedang mengalami
stres, rusak, atau bermasalah.

 Tes Darah Lainnya

Jika hati tidak bekerja seperti semestinya, dokter dapat


melakukan tes darah untuk mendeteksi sumber masalah. Metode ini
dapat memeriksa virus yang terdapat dalam darah. Hal ini juga dapat
mendeteksi kondisi antibodi tubuh yang dapat menyebabkan hepatitis
autoimun.

 USG
Pemeriksaan ultrasonografi menggunakan gelombang ultrasonik
untuk melihat kondisi hati melalui gambar yang dihasilkan. Tes ini
memungkinkan dokter untuk memeriksa hati dan organ di sekitarnya,
seperti kerusakan hati, tumor hati, hingga kelainan kandung empedu.

 Biopsi Hati

Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan dari hati.


Sampel tersebut menentukan adanya infeksi atau peradangan yang
terjadi pada hati. Hal ini juga bisa digunakan untuk mengambil sampel
area yang tidak normal atau bermasalah pada hati.

7. Pengobatan Hepatitis

Pada umumnya, hepatitis A, B, dan E akut jarang membutuhkan


pengobatan spesifik. Jika dilakukan, pengobatan difokuskan untuk meredakan
gejala-gejala yang muncul (seperti mual muntah dan sakit perut). Pemberian
obat-obatan juga harus berhati-hati, karena fungsi hati pengidapnya sedang
terganggu.

Apabila bersifat kronis, pengobatannya bertujuan untuk menghambat


perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Maka dari
itu, pengobatannya melibatkan obat-obatan antivirus.

Selain itu, pengidapnya juga diharuskan untuk berhenti minum alkohol


dan merokok untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah. Apabila
disebabkan oelh kondisi autoimun, pengobatannya melibatkan obat
imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid.

8. Pencegahan Hepatitis

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau


menurunkan risiko untuk terserang penyakit ini. Namun, semua ini tergantung
dari jenis penyakit ini yang menyerang. Contohnya, pastikan untuk tidak
banyak mengonsumsi atau mengurangi konsumsi alkohol untuk mencegah
hepatitis alkoholik. Berikut ini pencegahan kondisi ini yang dapat dilakukan:
 Melakukan vaksinasi. Sekarang ini sudah ada vaksin yang bisa mencegah
hepatitis A dan B, tapi belum ada vaksin untuk hepatitis C. 

 Mengurangi konsumsi alkohol.

 Menjaga kebersihan sumber air.

 Mencuci bahan makanan yang dikonsumsi, terutama kerang dan tiram,


sayuran, serta buah-buahan.

 Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan
orang lain.

 Tidak menyentuh darah tanpa sarung tangan pelindung.

 Melakukan hubungan seksual yang aman. Misalnya, menggunakan


kondom atau tidak berganti-ganti pasangan (setia pada satu pasangan).

A. Diabetes Melitus
Sekelompok kelainan yang ditandai adanya gangguan pengaturan metabolisme
Karbohidrat, lemak, dan protein yang buruk. Tanda khas adalah kadar gula darah yang tinggi
(hiperglikemia) yang berlangsung menahun dan menimbulkan komplikasi atau kerusakan pada
berbagai macam organ lainnya.
a. Klasifikasi diabetes
1. Diabetes tipe 1 : terjadi karena kerusakan pada bete pankreas, dimana sel- sel yang
memproduksi insulin rusak
1. Pengertian
2.
penyakit diabetes adalah suatu kondisi dimana kadar glukosa atau gula darah meningkat
atau di atas batas normal. Glukosa menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel
tubuh dengan baik sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh.
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) pengertian penyakit diabetes adalah suatu gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin.
Ya, pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Sedangkan tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan
mengolah glukosa menjadi energi.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), saat ini sudah ada sekitar 150 juta orang yang
mengalami diabetes di seluruh belahan dunia. Maka tak heran, kalau penyakit diabetes
semakin menjadi perhatian karena jumlah penderitanya yang terus bertambah.
Sebagian besar penderitanya mengaku bahwa mereka baru menyadari adanya penyakit
diabetes setelah muncul komplikasi serius seperti gangguan mata atau gangguan
ginjal. Karenanya, mengetahui kehadiran penyakit ini mungkin menjadi suatu hal yang
sangat penting.
Mengenal tentang Penyakit Diabetes
Diabetes merupakan salah satu penyakit mematikan yang menjadi momok bagi semua
orang. Hal ini dikarenakan penyakit diabetes berlangsung seumur hidup dan dapat
menimbulkan sejumlah komplikasi bila penderita tidak mengendalikannya.
Maka tak heran jika penyakit diabetes semakin menjadi perhatian, karena jumlah
penderitanya terus bertambah. Menurut WHO, sudah ada sekitar 150 juta orang yang
mengalami diabetes di seluruh belahan dunia.
Pengertian penyakit diabetes adalah suatu penyakit yang terjadi akibat kegagalan sel
pankreas dalam memproduksi insulin. Hormon insulin inilah yang berfungsi dalam
mengatur penggunaan gula untuk aktivitas sel-sel di dalam tubuh.
Nah, pada pasokan insulin yang tidak mencukupi ini nantinya akan menyebabkan kadar
gula darah cenderung tinggi. Pada pengertian penyakit diabetes ini apabila kondisinya secar
terus menerus dapat menyebakan kerusakan pada dinding pembuluh darah dan
mengakibatkan komplikasi pada berbagai organ penting di dalam tubuh seperti jantung
koroner, stroke, obesitas, serta gangguan pada mata, ginjal, dan saraf.
Selain itu, pengertian penyakit diabetes juga dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi kadar
gula darah dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penurunan (hipoglikemia) atau
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) secara tiba-tiba.
Gejala Umum yang Dirasakan Penderita Diabetes
Mudah Lapar
Gejala klasik diabetes yang mungkin terjadi adalah mudah lapar. Ya, di awal diabetes,
penderitanya akan merasakan lapar secara berlebihan sekalipun sudah makan dengan
teratur. Hal ini disebabkan karena makanan yang dikonsumsi sulit diubah menjadi energi
akibat kekurangan hormon insulin.
Mudah Haus
Penderita diabetes biasanya akan mudah merasakan haus, sehingga minum air menjadi
lebih sering. Hal ini berhubungan dengan jumlah buang air kecil yang sering.
Sering Buang Air Kecil
Saat kadar gula darah terlalu tinggi, tubuh akan berusaha mengeluarkannya melalui
urin. Itulah sebabnya mengapa penderita diabetes akan lebih sering buang air kecil. Hal ini
pula yang kemudian menyebabkannya menjadi lebih sering haus.
Faktor Risiko Diabetes Tipe 1
Secara umum, pengertian penyakit diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes
tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita
menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal inilah yang
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-
organ tubuh.
Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor risiko seperti
berikut ini:
– Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.
– Menderita infeksi virus.
– Orang berkulit terang diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras
lain.
– Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes
tipe 1 dapat muncul pada usia berapa pun.
Faktor Risiko Diabetes Tipe 2
Sedangkan pada diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering
terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif
terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan dengan baik.
Pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki
faktor risiko seperti:
– Kelebihan berat badan.
– Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
– Kurang aktif. Pasalnya aktivitas fisik ini membantu mengontrol berat badan, menyerap
glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Jadi, kalau
kurang aktif bergerak, seseorang bisa lebih mudah terkena diabetes tipe 2 ini.
– Bertambah usia.
– Menderita tekanan darah tinggi.
– Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar
kolesterol baik atau HDL yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko
mengalami diabetes tipe 2.
Cara Mencegah Penyakit Diabetes
Setelah memahami pengertian penyakit diabetes, gejala penyakit diabetes, serta faktor yang
mempengaruhinya, maka taka da salahnya bagi kamu untuk menghindari atau mencegah
penyakit diabetes mulai sejak dini.
Apalagi buat kamu yang memiliki faktor risiko diabetes, maka sangat penting untuk
melakukan pencegahan diabetes. Misalnya saja jika kamu kelebihan berat badan atau
punya keluarga dengan riwayat diabetes.
Maka untuk menghindarinya, kamu bisa menerapkan pola hidup sehat sebagai kunci
utamanya. Mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi seimbang, berolahraga secara
teratrur, dan menjaga berat badan agar tetap ideal.

Anda mungkin juga menyukai