Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada

sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes

melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan

karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin,

atau kedua – duanya ( ADA,2017) Data World Health Organization (2015) telah

mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan

keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India,

dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi

diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi

penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa,

diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita

diabetes.

Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat di

klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,DM

gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang

paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari

DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan instan,terlalu banyak

1
2

makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan

hormonal.Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015

terdapat 415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksikan angka

tersebut akan terus bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM tahun

2040. Sedangkan jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia diperkirakan

sebesar 10 juta yang menempatkan Indonesia dalam urutan ke-7 tertinggi di dunia

bersama China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko (IDF,

2015).Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2017,

prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan wawancara yang

terdiagnosis dokter sebesar 2,5 % .DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 3,0

%. (Kemenkes, 2017). Sementara , di Sumatra Barat diperkirakan sebanyak 3,4

juta jiwa menderita penyakit diabetes tipe II. Selain itu prevalensi nasional,

Sumatra Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak 1,5% dimana berada

diurutan 16 dari 33 provinsi di Indonesia. berdasarkan pemantauan diatas, penulis

tertarik membahas Laporan Praktek Puskesmas Mutiara dengan Diabetes Melitus

pada Ny.P Diruangan Polly Umum Puskesmas Mutiara.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan penulis dapat

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan yang

bermutu pada pasien diabetes melitus.


3

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu memahami konsep teori asuhan kebidanan pada pasien diabetes

melitus

2. Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan kebidanan pada

pasien diabetes melitus

3. Mampu menerapkan diagnosa kebidanan pada pasien diabetes mellitus

4. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada pasien diabetes melitus

5. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan kebidanan pada pasien

diabetes mellitus

6. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien diabetes

mellitus

7. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien

diabetes mellitus

8. Mampu melakukan pembahasan asuhan kebidanan pada pasien diabetes

melitus

1.3. Waktu Dan Tempat Pengambilan Kasus

Hari/tanggal : 25 Mei 2023

Jam : 09:30 wib

Tempat pengkajian : Ruang Poli Lansia


4

1.4. Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi

Penulisan laporan ini di harapkan dapat menambah referensi di kampus

STIKes As-Syifa kisaran sehingga dapat menambah wawasan bagi mahasiswa

terutama tentang Diabetes Melitus

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Penulis laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada pasien Diabetes Melitus.

1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Penulisan laporan ini di harapkan dapat membuat pasien lebih mengerti

tentang dampak Diabetes Melitus.

1.4.4 Bagi Pasien

Penulisan laporan ini di harapkan dapat membuat pasien lebih mengerti

tentang dampak Diabetes Melitus.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Menurut pendapat Smeltzer dan Bare (2008) menyatakan bahwa penyakit

diabetes mellitus merupakan yang menyebabkan kerusakan pada metabolisme

tubuh, penyakit diabetes mellitus mempunyai karakterisitik kadar glukosa darah

yang tinggi dan melebihi batas normal. Penyakit diabetes mellitus disebabkan

oleh adanya gangguan pada sekresi insulin dan atau adanya gangguan pada

resistensi insulin yang beralangsung dalam waktu yang lama. Hal tersebut

mengakibatkan terjadi kerusana pada fungsi organ lain, seperti pada organ mata,

jantung, saraf, pembuluh darah dan ginjal (Hasriani, 2018). Sedangkan menurut

pernyataan American Diabetes Association (2010) diabetes mellitus tipe 2 dapat

terjadi apabila insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak cukup atau dapat

disebabkan oleh sel lemak maupun sel otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin,

hal ini mengakibatkan dapat terjadi gangguan terhadap pengiriman gula kepada

sel tubuh.

Kurangnya aktivitas, obesitas dan penuaan tubuh dapat menyebabkan terjadi

resistensi insulin. Penyakit diabetes tipe 2 juga bisa disebabkan oleh

berlebihannya produksi gula hepatic, tetapi tidak terjadi kerusakan gangguan

selsel B langerhans yang terjadi secara autoimun seperti pada diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 hanya akan bersifat relative dan tidak absolut apabila hanya
6

disebabkan oleh kurangnya fungsi insulin (Harding dkk, 2004). Diabetes tipe

pertama terbentuk apabila sistem imunisasi badan memusnahkan sel beta kelenjar

pankreas, satu-satunya jenis sel yang menghasilkan hormon insulin yang

digunakan untuk membantu glukosa masuk sel yang digunakan untuk tenaga.

Diabetes ini sering dijumpai pada golongan anak-anak dan remaja yang

memerlukan beberapa suntikan insulin setiap hari, atau menggunakan cadangan

insulin, untuk terus hidup.

Penderita yang berisiko mengidap kencing manis jenis I adalah serangan

system imunisasi sendiri (autoimmune), genetik, dan alam sekeliling. Pengidap

diabetes tergantung insulin perlu disuntik sebelum makan dan kadangkala insulin

tambahan perlu disuntik pada waktu malam sebelum tidur. Kekurangan dan

kelebihan kadar gula dalam darah dapat menyebabkan hal buruk terjadi pada

pederita diabetes, karena terlalu banyak insulin diambil atau disuntik, keadaannya

bisa hipoglisemia disebabkan kekurangan glukosa (Nugroho 2012).

2.2 Etiologi

Berdasarkan pendapat Hasriani (2018) diabetes mellitus disebabkan oleh

turunnya kecepatan dari insulin oleh sel-sel beta langerhans pancreas. Terjadinya

penurunan sensitivitas dari insulin (resistensi insulin) atau terjadi produksi insulin

juga dapat menyebabkan timbulnya diabetes mellitus tipe 2. Faktor-faktor risiko

yang berhubungan dengan terjadinya diabetes tipe 2 yaitu sebagai berikut :

obesitas, riwayat keluarga dan usia (Hasriani, 2018).


7

2.3 Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Berdasarkan pendapat dari Soegondo (2015) bahwa penyakit diabetes

mellitus disebabkan oleh beberapa faktor, berikut adalah faktor yang dapat

menyebabkan penyakit diabetes mellitus:

1. Adanya kelainan dari genetik pada penderita diabetes dapat menurun pada

keluarga yang mengidap diabetes, karena gen tersebut dapat mengakibatkan tubuh

tidak dapat memproduksi insulin dengan baik. Fatmawati (2010) pernah

melakukan penelitian, penelitian tersebut mengatakan bahwa riwayat keluarga

menjadi faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2.

Orang yang memiliki riwayat keluarga mengidap penyakit Diabetes Melittus akan

mempunyai risiko 2,97 kali untuk mengidap Diabetes Melitus Tipe 2

dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan

pengidap penyakit ini.

2. Faktor usia atau umur pada penderita Diabetes Melittus tipe 2 mengalami

perubahan fisiologi yang drastis, Diabetes Melitus tipe 2 biasanya sering muncul

setelah menginjak usia 30 tahun keatas dan juga pada mereka yang memiliki berat

badan berlebihan akan membuat tubuhnya tidak peka terhadap insulin. Umur

merupakan faktor yang tidak bisa diubah ataupun dikendalikan, oleh sebab itu

sebaiknya apabila seseorang telah menginjak lebih dari 40 tahun rutin dalam

mengecek kadar glukosa darah, melakukan olahraga dengan teratur dan mengatur

pola makan, seingga kadar glukosa darah dapat


8

terkontrol dengan baik.

3. Stress kronis akan membuat orang cenderung untuk mengkonsumsi makanan

yang manis, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kadar lemak serotonin

otak. Serotonin memiliki efek penenang sementara dalam meredakan stresnya,

tetapi glukosa dan lemak akan berbahaya bagi mereka yang memiliki resiko

mengidap penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

4. Pola makan yang salah pada penderita diabetes melitus tipe 2 akan

mengakibatkan terjadinya obesitas (gemuk berlebihan) yang akan berdampak

pada gangguan kerja insulin (resistensi insulin). Obesitas bukan terjadi karena

mengkonsumsi makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi karena jumlah

konsumsi yang terlalu banyak, sehingga mengakibatkan cadangan glukosa darah

yang tersimpan di dalam tubuh akan sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien yang

mengidap penyakit Diabetes Melittus tipe 2 adalah mereka yang tergolong gemuk.

2.4 Pencegahan Diabetes Mellitus

Menurut Sujaya (2009) Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi

menjadi empat bagian yaitu:

1. Pencegahan Premordial

Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat

yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya

hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan

multimitra. Pencegahan premodial pada penyakit DM misalnya adalah


9

menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan

kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau

kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk

kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi

untuk menderita DM diantaranya:

a. Kelompok usia tua (>45tahun)

b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))

c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)

d. Riwayat keiuarga DM

e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.

f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).

g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)

Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Oleh

karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya telah

ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis

makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan risiko merokok

bagi kesehatan.

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya


10

penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal

penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan

sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama

pengelolaan DM meliputi:

a. penyuluhan

b. perencanaan makanan

c. latihan jasmani

d. obat berkhasiat hipoglikemik.

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan

merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat

diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin

ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain.

2.5 Gejala Diabetes Mellitus

Berdasarakan pendapat dari Tandra (2015) bahwa gejala pasiena yang

menderita diabetes mellitus adalah mengalami gangguan kulit: seperti gatal dan

bisul-bisul, mengalamin kelainan gen: seperti terjadi keputihan, pasien akan

mengalami kesemutan pada bagian tubuhnya, tubuh pasien yang menderit

diabetes mellitus akan lemah, apabila bagian tubuh pasie mengalami luka akan

susah untuk sembuh, dan pada pasien yang penderita diabetes mellitus akan
11

mengalami infeksi pada saluran kencing.Pada penderita diabetes mellitus juga

terdapat gejala-gejala lain yang perlu diberikan perhatian khusus pada saat

menegakkan diagnosis pada pasien penderita diabetes melittus, berikut adalah

gejala yang muncul pada penderita diabetes mellitus:

1. Adanya gangguan penglihatan.

Fase permulaan terjadinya penyakit diabetes melittus sering dijumpai dengan

gangguan penglihatan pada penderitanya, hal ini membuat penderita mengganti

kaca matanya berulang kali supaya bisa melihat dengan baik. Kejadian tersebut

dalam jangka waktu yang pendek, menyebabkan kecurigaan terhadap seseorang

yang mengidap diabetes melittus.

2. Penurunan berat badan dan astenia.

Terjadinya penurunan berat badan yang drastis diikuti dengan kehilangan jaringan

lemak serta jaringan otot, hal tersebut terjadi karena kekurangan insulin yang

menyebabkan tubuh menjadi kehilangan glukosa secara terusmenerus. Sedangkan

astenia (rasa lemah) diakibatkan karena badan penderita kehilangan air dan juga

elektrolit yang menyertai glukosaria pada proses diuresis melalui osmosis pada

hiperglikemi.

3. Meningkatnya pengeluaran urin (poliuria) terjadi karena ginjal memproduksi

urin dengan jumlah banyak dan berlebihan, sehingga mengakibatkan sering buang

air kecil dalam jumlah yang banyak.

4. Meningkatnya rasa haus (polidipsi) diakibatkan karena volume urin dan

keluarnya air sangat besar sehingga menyebabkan terjadinya dehidrasi ekstrasel.


12

5. Meningkatnya rasa lapar (polifagis) disebabkan oleh keadaan setelah absorbtif

yang kronis, katabolisme protein, katabolisme lemak dan kelaapran yang

mengakibatkan terjadi penurunan berat badan.

6. Rasa lelah seta kelemahan otot terjadi karena Sebagian sel dalam tubuh tidak

mampu untuk merubah glukosa menjadi energi, dan juga bisa disebabkan oleh

katabolisme protein pada otot. Rasa lelah pada penderita diabetes juga dapat

disebabkan oleh gangguan aliran darah.

7. Infeksi yang meningkat karena adanya gangguan imun, juga dapat disebabkan

oleh peningkatan kadar glukosa darah di bagian sekresi mucus.

8. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan

kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.

9. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur

terutama candida.

10. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan

akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya

banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.

11. Kelemahan tubuh

12. Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel melalui

proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.

13. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan

dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak

diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk
13

penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.

14. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun

karena kerusakan hormon testosteron.

15. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada

lensa oleh hiperglikemia.

2.6 Patofisiologi

Insulin adalah hormone yang diproduksi oleh sel beta pancreas. dalam

metabolism tubuh, insulin berfungsi untuk mengirim glukosa ke dalam sel-sel

yang kemudian glukosa tersebut dimanfaatkan sebagai energi. Pada kondisi

normal, reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot akan menangkap

insulin, selanjutnya membuka pintu masuk sel supaya glukosa bisa masuk ke sel

untuk dirubah menjadi energi. Hal inilah yang membuat kadar glukosa pada darah

menjadi tetap normal.

Menurut Smeltzer,Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan

untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun.Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak

terukur oleh hati. Disamping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat

disimpan dihati meskipun tetap berada dalam darah menimbulkan hiperglikemia

prospandial.jika kosentrasi glukosa daram darah cukup tinggi maka ginjal tidak

dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut

muncul dalam urine(glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan


14

kedalam urine,ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis ostomik,sebagai akibat dari

kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dal

berkemih(poliurea),dan rasa haus (polidipsi). (Smeltzer 2015 dan

Bare,2015).Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam

lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami

peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunan simpanan kalori. Gejala

lainya kelelahan dan kelemahan . dalam keadaan normal insulin mengendalikan

glikogenolisis(pemecahan glikosa yang tersimpan) dan

glukoneogenesis(pembentukan glukosa baru dari asam amino dan subtansi lain).

Namun pada penderita difisiensi insulin,proses ini akan terjadi tampa hambatan

dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia. Disamping itu akan terjadi

pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang

merupakan produk smping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang

menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebih.

Ketoasidosis yang disebabkan dapat menyebabkan tanda tanda gejala seperti nyeri

abdomen mual, muntah, hiperventilas, mafas berbaun aseton dan bila tidak

ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran,koma bahkan kematian.

Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan

memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala

hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula

darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. (Smeltzer 2015 dan
15

Bare,2015) DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik

utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya

belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam

munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor faktor

lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya

kadar asam lemak bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015). Mekanisme terjadinya

DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan

sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,terjadi suatu

rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin DM

tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam

darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. (Smeltzer 2015

dan Bare,2015).Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi

akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada

tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak

mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin

yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah

yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang

menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II,
16

meskipun demikian, DM tipe II yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah

akut lainya seperti sindrom Hiperglikemik Hiporosmolar Non-Ketotik(HHNK).

(Smeltzer 2015 dan Bare,2015)Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung

lambat(selama bertahun tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan

tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat

ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit yang

lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat

tinggi.). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015)

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa

darah dan pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan

DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide. Berikut adalah

pemeriksaan penunjang untuk diabetes (Hasriani, 2018):

1. Pemeriksaan glukosa darah

a. Glukosa Plasma Vena Sewaktu

Pemeriksaan gula darah vena sewaktu pada pasien DM tipe II dilakukan pada

pasien DM tipe II dengan gejala klasik seprti poliuria, polidipsia dan polifagia.

Gula darah sewaktu diartikan kapanpun tanpa memandang terakhir kali makan.

Dengan pemeriksaan gula darah sewaktu sudah dapat menegakan diagnosis DM

tipe II. Apabila kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl (plasma vena) maka

penderita tersebut sudah dapat disebut DM. Pada penderita ini tidak perlu
17

dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa

b. Glukosa Plasma Vena Puasa

Pada pemeriksaan glukosa plasma vena puasa, penderita dipuasakan 8-12 jam

sebelum tes dengan menghentikan semua obat yang digunakan, bila ada obat yang

harus diberikan perlu ditulis dalam formulir. Intepretasi pemeriksan gula darah

puasa sebagai berikut: kadar glukosa plasma puasa < 110 mg/dl dinyatakan

normal, ≥126 mg/dl adalah diabetes melitus, sedangkan antara 110-126 mg/dl

disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Pemeriksaan gula darah puasa

lebih efektif dibandingkan dengan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral.

c. Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)

Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM. Pasien makan makanan yang mengandung

100gr karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan merokok serta berolahraga.

Glukosa 2 jam Post Prandial menunjukkan DM bila kadar glukosa darah ≥ 200

mg/dl, sedangkan nilai normalnya ≤ 140.Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)

apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200 mg/dl.28

d. Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila pada

pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200 mg/dl untuk

memastikan diabetes atau tidak. Sesuai kesepakatan WHO tahun 2006,

tatacara tes TTGO dengan cara melarutkan 75gram glukosa pada dewasa, dan

1,25 mg pada anak-anak kemudian dilarutkan dalam air 250-300 ml dan

dihabiskan dalam waktu 5 menit. TTGO dilakukan minimal pasien telah berpuasa
18

selama minimal 8 jam. Penilaian adalah sebagai berikut; 1) Toleransi glukosa

normal apabila ≤ 140 mg/dl; 2) Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila kadar

glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200 mg/dl; dan

e. Toleransi glukosa ≥ 200 mg/dl disebut diabetes melitus.

2. Pemeriksaan HbA1c

HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang tersimpan dan

bertahan dalam sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan umur eritrosit.

Kadar HbA1c bergantung dengan kadar glukosa dalam darah, sehingga HbA1c

menggambarkan rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan. Sedangkan

pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan saat diperiksa, dan tidak

menggambarkan pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula darah

diperlukan untuk pengelolaaan diabetes terutama untuk mengatasi komplikasi

akibat perubahan kadar glukosa yang berubah mendadak.

• HbA1c < 6.5 % Kontrol glikemik baik

• HbA1c 6.5 -8 % Kontrol glikemik sedang

• HbA1c > 8 % Kontrol glikemik buruk

2.8 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Kebidanan

Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:

a. Diet

Syarat diet hendaknya dapat:


19

1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Mengarahkan pada berat badan normal

3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM,adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet ketat

3) Jenis: boleh dimakan/ tidak

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman

3 J yaitu:

1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau

ditambah

2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya

3) Jenis makanan yang manis harus dihindari Penentuan jumlah kalori diet

DM harus disesuaikan oleh status gizi penderita,penetuan gizi

dilaksankan dengan menghitung percentage of relative body

weight( BPR=berat badan normal).

Keterangan :

1) Kurus (underweight) :BPR<90%

2) Normal (ideal) :BPR 90% -110%

3) Gemuk (overweight) :BPR >110%

4) Obesitas apabila :BPR> 120%


20

a) Obesitas ringan :BPR 120% -130%

b) Obesitas sedang :BPR 130% - 140%

c) Obesitas berat :BPR 140 – 200%

d) Morbid :BPR > 200%

b. Olahraga

Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:

1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam

sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita

dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan

meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya

2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore

3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen

4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan

dirangsang pembentukan glikogen baru

6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik

c. Edukasi/penyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan

pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada

dokter, mencari artikel mengenai diabetes

d. Pemberian obat-obatan
21

Pemberian obat-obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara

(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus

diberikan obat-obatan

e. Pemantauan gula darah

Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk

mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima

pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.


22

BAB III

LAPORAN PRAKTEK PUSKESMAS DENGAN

DIABETES MELITUS TYPE II PADA NY.S DI UPTD

PUSKESMAS GAMBIR BARU

TAHUN 2022

Tgl Masuk : 25 Mei 2023

Jam Pengkajian : 09.30 WIB

1. PENGKAJIAN

A. Identitas

Nama : Ny.S

No. Rekam medis : 0580580101

Umur : 65 Tahun

Ruang periksa : Poli Lansia

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 25 Mei 202

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2023

Status : Kawin

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA
23

Alamat : Jl.Piere Tandean

Penanggung Jawab

Nama : Tn.A 14

Umur : 68 Tahun

Hub. Keluarga : Suami

Pekerjaan :-

B. Anamnesa pada tanggal : 25 Mei 2023

Pukul : 09.30WIB Oleh : Dokter

1. Alasan Masuk

Pasien diantar keluarga ke Puskesmas Gambir Baru pada tanggal 25

Mei 2023 di ruangan Poli Lansia dengan keluhan badan lemas, pusing,

sering mengantuk di pagi hari, tulang-tulang serasa sakit dominan di

kaki, sering buang air kecil pada malam hari, pasien mengatakan

susah beraktivitas.

C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian pasien mengatakan badan lemas, pusing, sering

mengantuk di pagi hari, tulang-tulang serasa sakit dominan di kaki,

sering buang air kecil pada malam hari, gula darah tinggi, pasien

mengatakan susah beraktivitas.


24

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Tidak ada riwayat kesehatan dahulu

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

d. Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan

e. Riwayat Alergi

Pasien mengatakan tidak ada alergi obat, dan makanan

D. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis

b. Glasgow Coma Scale (GCS) 15 E (respon membuka mata): 4 V (respon

verbal/bicara): 5 M ( respon motorik/ perintah)

c. BB/TB : 51 Kg/ 150 Cm

d.. Keadaan umum : Baik

e.. Tanda- tanda vital : TD = 122/87 mmHg

RR = 95 x/i

HR = 18x/i

Suhu= 36°C

1. Kepala

a. Rambut

Bentuk kepala bulat, rambut hitam , tidak terdapat benjolan, rambut

bersih, tidak ada ketombe.

b. Mata

Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak anemis,sklera tidak


25

ikterik, tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata),

reflek pupil isokor, reflek cahaya (+/+), Ukuran pupil 2 ml.

c. Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada serumen,

telinga bersih, cairan pada telinga tidak ada,pendengaran klien masih

baik

d. Hidung

Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung, pasien tidak

terpasang O2, penciuman normal

e. Mulut dan gigi

Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi klien kelihatan

bersih , tidak ada kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.

2. Leher

Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan tidak ada

pembengkan kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi

E. Data Psikologis

a. Emosi

Pasien tidak mudah emosi saat ada masalah baik kekeluarga maupun

orang lain

b. Persepsi penyakit

Pasien pasrah dengan penyakitnya dan mencoba tetap semangat

c. Adaptasi
26

Sejak sakit pasien kurang bergaul dengan orang sekitarnya.

d. Mekanisme pertahanan diri

Pasien tampak semangat walaupun dalam keadaan sakit

F. Data Sosial Ekonomi

Menggunakan BPJS

G. Data Penunjang

a. Pemeriksaan Diabetes Melitus

Di lakukan pemeriksaan lab melalui darah :

Yaitu. Cek kgd =313 mg/dl

H. Data Pengobatan

Metformin 2x1

Glimepirid 1x2

B.complex 1x1

I. Data Focus

Data Subjektif

• Pasien mengatakan memiliki gula darah

• Pasien mengatakan badan lemah dan letih

• Pasien mengatkan sering merasa haus dan lapar

• Pasien Sering buang air kecil sebanyak 10 x

• Pasien mengatkan aktivitas terbatas

Data Objektif
27

• Gula darah

• Pasien tampak lelah

• Pasien tampak sering buang air kecil

• Pasien tampak sering minum

• Pasien tampak gelisah

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH DAN KEBUTUHAN

Diagnosa : Badan lemas, pusing, sering mengantuk di pagi hari, tulan-tulang

sakit dominan di kaki, sering buang air kecil, gula darah tinggi,

susah beraktivitas.

TD : 122/87mmHg

HR : 95

RR : 20

T : 36°C

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL

Efek yang terjadi pada pasien grade II jika tidak di tangani maka akan terjadi

grade III.

IV. IDENTIFIKASI AKAN TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI

Tidak ada kolaborasi dengan dokter.

V. PERENCANAAN
28

1. Edukasi program pengobatan.

2. Terapi aktivitas,manajemen program latihan.

3. Menganjurkan untuk berolahraga.

4. Menjaga pola makan, mengganti nasi dengan roti.

5. Menjaga pola istirahat.

VI. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI

1. Memberi obat-obatan seperti mecobalamin, antasida, glimivired

1mg, meloksican.

2. Menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi aktivitas, program

latihan di puskesmas mutiara setiap pagi jum'at.

3. Menganjurkan pasien untuk berolahraga.

4. Menganjurkan paisen untuk menjaga pola makan, dan

mengganti nasi dengan roti.

5. Menganjurkan Ibu beristirahat dengan cukup dengan cara

menganjurkan ibu istrahat pada siang hari ± 2 jam dan istrahat

malam ± 8 jam.

VII. EVALUASI

a. Pasien sudah mengonsumsi obat-obat yang di beri dokter dan

Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin sudah

tertasi sebagian karena kadar glukosa darah klien sudah menurun


29

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas sudah teratasi

sebagian karena intoleransi aktivitas sudah mulai membaik

c. Pasien sudah melakukan olahraga rutin di rumah

d. Pasien sudah menjaga pola makan nya dan mengganti nasi

dengan roti

e. Pasien sudah mengatur pola istirahat nya dengan baik


30

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Selama penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada klien Ny. S dengan

Diangnosa Diabetes Melitus Diruangan Poli Lansia di Puskesmas pada tanggal

25-05-2023. Beberarapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam penerapan

kasus tersebut, penulis berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan

proses Asuhan Kebidanan pada klien dengan Diabetes Melitus sesuai dengan teori

–teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas Asuhan Kebidanan yang diberikan dan

sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan proses

Kebidanan dimulai dari pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan

Evaluasi

4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan

data tentang individu, keluarga dan kelompok (Carpenito& Moyet,2007) Dalam

melakukan pengkajian pada klien data didapatkan dari Ny.S, beserta keluarga,

catatan medis serta tenaga kesehatan lain.

a. Identitas klien

Pada tinjauan kasus dan teori tidak ada terdapatkan kesenjangan anatara teori

dan kasus, dalam melakukan pengkajian kasus pada klien, penulis tidak ada

kesulitan untuk mendapatkan data dari klien sendiri, dan keluarga klien juga

banyak memberikan informasi jika ditanya.


31

1. Keluhan utama

Pada keluahan utama pada tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada

teredapatkan kesenjangan anatara teori dan kasus

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

ada kesenjangan

3. Riwayat kesehatan dahulu

Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak ada

menderita penyakit lain.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga ada

mengalami penyakit yang sama seperti klien,karena konsep teoritis terdapat

penyebab Diabetes Melitus yang paling tinggi yaitu faktor genetik

(Keturunan).

5. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran

Pada saat melakukan pengkajian kesadran klien yaitu composmentis

dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 15 E (respon membuka mata): 4 V

(respon verbal/bicara): 5 M ( respon motorik/ perintah): 6, tidak terdapat

kesenjangan teoritis dan tinjauan kasus.

b. Head to toe

a) Kepala dan leher


32

Secara teoritis tang dikaji bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau

tidak, yang didapatkan saat melakukan pengkajian rambut klien tampak

kotor, kusam dan tidak ada lesi disekitar kepala, tidak ada masalah

dibagian kepala klien, tidak ada kesenjangan secara teoritis dan tinjauan

kasus.

b) Mata

Secara teoritis umunya penglihatan kabur dan kelopak mata terkulai dan

saat dilakukan pengkajian klien mersa ingin tidur saja, tidak ada

kesenjangan secara teoritis dan tinjauan kasus.

c) Telinga , hidung , mulut dan tenggorokan

Secara teoritis yang dikaji yaitu bentuk, kebersihan, fungsi indranya

adanya gangguan atau tidak. Dan pada saat dilakukan pengkajian tidak

terdapat gangguan namum mokosa bibir tampak kering, Jadi tidak

terdapat kesenjangan secara teoritis dan tinjauan kasus.

4.2 Diangnosa

Diagnosa merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon

individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko maslah

kesehatan atau proses kehidupan. Diagnosa merupkan bagian vital dalam

menentukan asuhan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang

optimal.

TD = 122/87mmhg Nadi =95 x/i P = 20x/i Suhu= 36°C

4.3 Intervensi
33

Perencanaan merupakan suatu pentujuk atau bukti tertulis yang

mengambarkan secara tepat rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien

sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa Dalam menyusun rencana

tindakan kepada klien berdasarkan priotas masalah yang ditemukan tidak semua

rencana tindakan pada teori ditegakkan pada tinjauan kasus karena pada tinjauan

kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.

a. Untuk Diagnosa pertama

Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin rencana

yang dilakukan Manajemen hiperglikemia, ,Edukasi program pengobatan

b. Untuk Diagnosa kedua

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas rencana tindakan yang

dilakukan, Terapi aktivitas,manajemen program latihan.

4.4 Implementasi

a. Untuk Diagnosa pertama

Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin rencana yang

dilakukan Manajemen hiperglikemia, ,Edukasi program pengobatan

c. Untuk Diagnosa kedua

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas rencana tindakan yang

dilakukan, Terapi aktivitas,manajemen program latihan.

4.5 Evaluasi

Dari 2 diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan

dalam studi kasus dan melakukan asuhan kurang lebih sudah mencapai
34

perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan

asuhan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama

antara penulis dengan klien, Bidan, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

a. Pada Diagnosa Pertama yakni Ketidakstabilan gula darah berhubungan

dengan resistensi insulin sudah teratasi sebagian karena kadar glukosa darah

klien sudah menurun.

b. Pada Diagnosa Kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan mobilitas

sudah teratasi sebagian karena intoleransi aktivitas sudah mulai membaik.


35

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan asuhan yang telah di lakukan pada Ny.S dengan Diabetes

Melitus di Ruang Poli Lansia di Puskesmas Gambir Baru pada tanggal 25 Mei

2023 penulis dapat mengambil kesimpulan berupa : Penulis dapat melakukan

pengkajian data dari Ny.S umur 65 tahun dengan keluhan Diabetes Melitus tipe ll,

Keadaan umum ibu dengan TD 122/87 mmHg. Pelaksanaan/Implementasi :

• Memberi obat-obatan seperti metformin, glimivired 1mg,b.complex

• Menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi aktivitas, program Posyandu

Lansia di setiap pustu tertentu yang sudh ditetapkan.

• Menganjurkan pasien untuk berolahraga.

• Menganjurkan paisen untuk menjaga pola makan, dan mengganti nasi dengan

roti.

• Menganjurkan Ibu beristirahat dengan cukup dengan cara menganjurkan ibu

istrahat pada siang hari ± 2 jam dan istrahat malam ± 8 jam.

5.2 Saran

1. Bagi Institusi
36

Laporan ini diharapkan dapat menambah referensi dikampus STIKES As-

Syifa Kisaran sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa terutama tentang

Diabetes Melitus.

2. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan tetap melaksanakan penatalaksanaan pasien dengan resiko tinggi serta

segera melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.

3. Bagi Mahasiswa

Laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan

kebidanan pada penderita Diabetes Melitus.

4. Bagi Pasien

Laporan ini di harapkan dapat membuat pasien lebih mengerti tentang

dampak Diabetes Melitus agar tidak dapat mengancam diri.


37

DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes association),(2017). Diagnosis and classification of


Diabetes Melitus. Diabetes care.

Hasriani 2018. Penyebab Diabetes Melitus.

IDF. (2015). IDF Internasional Diabetes Federation.

Kemenkes RI 2017. Kementerian kesehatan republik Indonesia. Diabetes


Melitus.

Nugroho 2012. Tentang Kadar Gula Dalam Darah Dan Penyebab Kekurangan
Dan Kelebihan Kadar Gula Dalam Darah.

Smelzel dan Bare,2015. Pengertian Diabetes Melitus.

Sujaya 2009. Pencegahan Diabetes Melitus

World Health Organization (2015). WHO, 2011.


38

LAPORAN KELOMPOK PRAKTEK PUSKESMAS DENGAN

KASUS DIABETES MELITUS TYPE II PADA NY.S

DI UPTD PUSKESMAS GAMBIR BARU

TAHUN 2023

OLEH:

1.Rajila

20154013007

2.Siti Rahma Nasution

21154013031
39

PROGRAM STUDI D-lII KEBIDANAN

STIKES AS SYIFA KISARAN

TAHUN 2023
40

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KELOMPOK PRAKTEK PUSKESMAS

DENGAN DIABETES MELITUS TYPE II PADA NY.S

DI UPTD PUSKESMAS GAMBIR BARU

TAHUN 2023

Telah Mendapatkan Persetujuan Dari :

Pembimbing lapangan Pembimbing Akademik


(Clinical Instruktur)

Hawadah Hidayati (Bd.Herviza Wulandary,SST,M.Kes.M.Keb)


NIP. 198303142017042006 NIDN : 0110128901

Ka. Puskesmas Ka. Prodi DIII Kebidanan

drg.Kadariani (Bd.Selvi Puspan Sari,SST,M.Tr.Keb)


NIP.19781231200502002 NIDN. 0110128801
41

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan terima kasih atas kehadirat Allah SWT karena

rahmat dan hidayahnya sehingga kami mahasiswa STIKes AsSyifa Kisaran dapat

menyelesaikan laporan Puskesmas selama 4 minggu di Puskesmas Mutiara.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan masalah ini, saya

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua Yayasan Stikes As-Syifa Kisaran..

2. Ibu Ustifina Hasanah Hasibuan SST, M.Kes Selaku Direktur Stikes As-

Syifa Kisaran

3. Ibu Bd.Herviza Wulandary Pane,SST,M.Kes,M.Keb Selaku Dosen

Pembimbing

4. Seluruh Staff UPTD Puskesmas Gambir Baru

5. Seluruh staf dan dosen pengajar STIKes As-syifa Kisaran yang telah

membimbing kami

Penulismenyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

sebab itu penulis meminta maaf atas segala kekurangan, saran dan kritik yang
42

sifatnya membangun sangat kami harapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi penulis , serta menambah wawasan para pembaca dan pihak yang membantu.

Kisaran, Mei 2022

Penulis,

i
43

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1

1. Latar Belakang............................................................ 1

1.1 Rumusan Masalah....................................................... 2

1.2 Tujuan......................................................................... 2

1.2.1 Tujuan Umum.................................................... 3

1.2.2 Tujuan Khusus................................................... 3

1.2.3 Waktu Dan Tempat Pengambilan Kasus.............. 4

1.3 Manfaat ...................................................................... 4

1.3.1 Bagi Institusi...................................................... 4

1.3.2 Bagi Mahasiswa................................................. 4

1.3.3 Bagi Tenaga Kesehatan..................................... 4

1.3.4 Bagi Pasien........................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 5

2.1 Definisi........................................................................ 5

2.2 Etiologi........................................................................ 6

2.3 Faktor Resiko Diabetes Mellitus....................................... 7

2.4 Pencegahan Diabetes Mellitus........................................ 9


44

2.5 Gejala Diabetes Mellitus................................................. 11

2.6 Patofisiologi................................................................ 14

2.7 Pemeriksaan Penunjang................................................... 18

2.8 Pentalaksanaan............................................................ 21

BAB III PERKEMBANGAN KASUS............................................. 14

I. Pengkajian Data.......................................................... 25

II. Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan.......... 30

III. Diagnosa Masalah Potensial....................................... 30

IV. Tindakan Atau Kolaborasi.......................................... 31

V. Perencanaan................................................................ 31

VI. Pelaksanaan................................................................. 31

VII. Evaluasi....................................................................... 32

BAB IV PEMBAHASAN KASUS................................................... 33

BAB V PENUTUP ........................................................................... 38

5.1. Kesimpulan....................................................................... 38

5.2. Saran ........................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii

Anda mungkin juga menyukai