Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisa Situasi


Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah
kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal. Masalah kesehatan dapat dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, lingkungan
kerja, olahraga dan stres. Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan
meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes melitus (DM) dan lain-lain (Waspadji dkk, 2007).
Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar gula darah yang
tinggi dan gangguan metabolisme pada umumnya, yang pada perjalanannya bila tidak
dikendalikan dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut maupun
yang menahun. Kelainan dasar dari penyakit ini ialah kekurangan hormon insulin yang
dihasilkan oleh pankreas, yaitu kekurangan jumlah dan atau dalam kerjanya ( Isniati,2003).
Jumlah Penderita diseluruh dunia Jumlah penderita di seluruh dunia tahun 1998 yaitu ± 150
juta, tahun 2000 yaitu ± 175,4 juta diperkirakan tahun 2010 yaitu ± 279 juta (Murwani dkk,
2007).
Berdasarkan Kemenkes 2015, Prevalensi penyakit DM di Indonesia berdasarkan
diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,7% sedangkan prevalensi DM (D/G) sebesar 1,1%.
Data ini menunjukkan cakupan diagnosis DM oleh tenaga kesehatan mencapai 63,6%, lebih
tinggi dibandingkan cakupan penyakit asma maupun penyakit jantung. Prevalensi nasional
Penyakit Diabetes Melitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala).
Menurut konsensus Pengelolaan Diabetes melitus di Indonesia penyuluhan dan
perencanaan makan merupakan pilar utama penatalaksanaan DM. Oleh karena itu
perencanaan makan dan penyuluhannya kepada pasien DM haruslah mendapat perhatian
yang besar (Perkeni, 2011).
Federasi Diabetes Internasional (IDF) mengeluarkan pernyataan konsensus baru
mengenai pencegahan Diabetes Mellitus, menjelang resolusi Majelis Umum PBB pada bulan
Desember 2006 yang menghimbau aksi internasional bersama. Konsensus IDF baru ini

1
merekomendasikan bahwa semua individu yang berisiko tinggi terjangkiti diabetes tipe-2 dapat
diidentifikasi melalui pemeriksaan oportunistik oleh dokter, perawat, apoteker dan 1 dengan
pemeriksaan sendiri. Profesor George Alberti, mantan presiden IDF sekaligus penulis bersama
konsensus baru IDF mengatakan: “Terdapat banyak bukti dari sejumlah kajian di Amerika
Serikat, Finlandia, Cina, India dan Jepang bahwa perubahan gaya hidup (mencapai berat badan
yang sehat dan kegiatan olahraga yang moderat) dapat ikut mencegah berkembangnya diabetes
tipe-2 pada mereka yang beresiko tinggi. Konsensus baru IDF ini menganjurkan bahwa hal ini
haruslah merupakan intervensi awal bagi semua orang yang beresiko terjangkiti diabetes tipe-2,
dan juga fokus dari pendekatan kesehatan penduduk.” (Rachmadany,2010).

1.2 Tinjauan Teori Diabetes Melitus


1.2.1 Diabetes Melitus
Menurut Brunner & Sudart, diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang
dapat menimbulkan gangguan multisistem dengan karakteristik hiperglikemia yang
diakibatkan oleh penurunan atau tidak adanya insulin atau aktivitas insulin yang tidak
adekuat.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang
dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia.( Mary, 2009).
Sedangkan menurut WHO, diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronis
disebabkan faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama dengan karakteristik
hiperglikemia kronis, tak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Sehingga dapat
disimpulkan diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme kronik, dimana secara
absolut atau relative kekurangan insuline endogen yang dapat menyebabkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

2
1.2.2 Etiologi

Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:

1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak
diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar
gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit diabetes militus.Sembilan dari sepuluh orang gemuk
berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
3. Faktor genetic
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan
gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis
residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes
mellitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus.Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus
karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.Kalori

3
yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus
selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di
negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. “Dalam 10
tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat
ganda.Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding
bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di
Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki
risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau
aktivitas lainnya.
7. Teh manis
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah
melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung
250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah
1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-
1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk.Patut diduga kalau
setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
8. Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita.Padahal gorengan adalah
salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular,
diabetes melitus, dan stroke.Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah
adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya
adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta
penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi
dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan
rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
9. Suka ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari
obesitas dan diabetes.Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua
potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan
kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan

4
yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks
tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan
dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
10. Kurang tidur.
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu.Hasil riset para ahli dari
University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan
kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis.Artinya, risiko diabetes
meningkat.Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang
memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap
makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
11. Sering stress
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres datang,
tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah
naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang
sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi
karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
12. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen.
Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi
kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.
13. Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau
progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut
dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja
hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan,
pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin.Jika terlalu lama
dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
14. Soda
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap 51.603 wanita
usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat

5
berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan
risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu,
asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih
banyak.

1.2.3 Klasifikasi
a) Diabetes Mellitus tipe I (Insulin dependent) : DM jenis ini paling sering terdapat pada
anak-anak dan dewasa muda, namun demikian dapat juga ditemukan pada setiap
umur. Destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik
menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Pemberian insulin eksogen
terutama tidak hanya untuk menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga untuk
menghindari ketoasidosis diabetika (KAD) dan mempertahankan kehidupan.
1. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
2. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Price,2005)

b) Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent) : DM jenis ini biasanya timbul pada
umur lebih 40 tahun. Kebanyakan pasien DM jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi
terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus. Produksi insulin biasanya
memadai untuk mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila ada stress berat.

6
Insulin eksogen dapat digunakan untuk mengobati hiperglikemia yang membandel
pada para pasien jenis ini.
Faktor resiko:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik
mulai menurun.
2. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan
glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol
dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah
keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali
dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi
glukosa.
3. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada saudara kandung mendekati 40% dan 33%
untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan
nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes
tipe 2.( Martinus,2005)
c) 1. Diabetes Mellitus lain (sekunder) : Pada DM jenis ini hiperglikemia berkaitan
dengan penyebab lain yang jelas, meliputi penyakit-penyakit pankreas,
pankreatektomi, sindroma cushing, acromegaly dan sejumlah kelainan genetik
yang tak lazim.
2. Diabetes gestasional (GDM )
 Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. Ibu mengalami/menderita DM saat hamil

d) Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

7
1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit.

1.2.4 Manifestasi Klinis


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekuensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
 Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae

8
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
1.2.5 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang mengalami defisiensi
insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal
normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul
glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.

Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri


disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan
dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien
akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung
terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien
menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya

9
protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis
dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

 Gangren Kaki Diabetik


Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
a. Teori Sorbitol

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel


dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa
yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui
glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan
diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut
dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.

b. Teori Glikosilasi

Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua


protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses
glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi
baik makro maupun mikro vaskular.Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri
disebabkan oleh faktor – factor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang
berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer
akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan
sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada
kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu

10
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan
bakarHormon insulin merupakan hormon anabolik yang diproduksi sel beta
kelenjar pankreas rata 0,6 U / kg berat badan, berfungsi menurunkan glukosa
darah (Lewis, 2000). Mekanisme kerja hormon insulin yaitu meningkatkan
transport glukosa ke dalam sel, meningkatkan sintesis protein (mencegah
katabolisme protein otot), meningkatkan sintesis lemak (mencegah lipolisis)
dan menyimpan glukosa menjadi glikogen di dalam hepar( Donna, 1992).

Penurunan produksi insulin pada penderita diabitus militus, dapat mengakibatkan


gangguan metabolisme yaitu terjadi penurunan transport glukosa ke dalam sel,
peningkatan katabolisme protein otot dan lipolisis Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi
kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.Pasien diabetes tipe ini mewarisi
kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta
pankreas.Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau
langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

1.2.6 Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium DM
adalah urin dan darah. Mekipun dengan menggunakan urin dapat dilakukan, namun hasil
yang didapat kurang efektif. Darah vena adalah spesimen pilihan yang tepat dianjurkan
untuk pemeriksaan gula darah. Apabila sampel yang digunakan adalah darah vena maka
yang diperiksa adalah plasma atau serum, sedangkan bila yang digunakan darah kapiler
maka yang diperiksa adalah darah utuh. Pada pengambilan darah kapiler, insisi yang
dilakukan tidak boleh lebih dari 2,5 mm karena dapat mengenai tulang. Pada
pengambilan darah kapiler juga tidak boleh memeras jari dan tetesan pertama sebaiknya
dibuang.

Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :

11
1. Gula darah puasa
Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.
Spesimen darah yang digunakan dapat berupa serum atau plasma vena atau juga darah
kapiler. Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaringan,
memastikan diagnostik atau memantau pengendalian DM. Nilai normal 70-110 mg/dl.
2. Gula darah sewaktu
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu diperhatikan waktu
terakhir pasien pasien. Spesimen darah dapat berupa serum atau plasma yang berasal
dari darah vena. Pemeriksaan gula darah sewaktu plasma vena dapat digunakan untuk
pemeriksaan penyaringan dan memastikan diagnosa Diabetes Melitus. Nilai normal
<200 mg/dl.
3. Gula darah 2 jam PP (Post Prandial)
Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena makanan yang dimakan baik jenis maupun
jumlah yang sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien selama 2 jam untuk tidak
makan dan minum lagi, juga selama menunggu pasien perlu duduk, istirahat yang
tenang, dan tidak melakukan kegiatan jasmani yang berat serta tidak merokok. Untuk
pasien yang sama, pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau DM. Nilai normal <140
mg/dl.
4. Glukosa jam ke-2 TTGO
TTGO tidak diperlukan lagi bagi pasien yang menunjukan gejala klinis khas DM dengan
kadar gula darah atau glukosa sewaktu yang tinggi melampaui nilai batas sehinggasudah
memenuhi kriteria diagnosa DM. (Gandasoebrata, 2007 : 90-92).
 Nilai normal :
 Puasa : 70 – 110 mg/dl
 ½ jam : 110 – 170 mg/dl
 1 jam : 120 – 170 mg/dl
 1½ jam : 100 – 140 mg/dl
 2 jam : 70 – 120 mg/dl
5. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c atau A1c merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antar glukosa dan
hemoglobin (glycohemoglobin). Jumlah HbA1c yang terbentuk, tergantung pada kadar

12
gula darah. Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usai
sel darah merah), kadar HbA1c mencerminkan kadar gula darah rata-rata 1 sampai 3
bulan. Uji digunakan terutama sebagai alat ukur keefektifan terapi diabetik. Kadar gula
darah puasa mencerminkan kadar gula darah saat pertama puasa, sedangkn
glikohemoglobin atau HbA1c merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian
Diabetes Melitus.

Nilai normal HbA1c 4-6%, Peningkatan kadar HbA1c > 8 % mengindikasi hemoglobin
A (HbA) terdiri dari 91 sampai 95 % dari jumlah hemoglobin total.

Molekul glukosa berikatan dengan HbA yang merupakan bagian dari hemoglobin
Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu 120 hari yang merupakan rentang
hidup eritrosit, HbA1c terdiri atas tiga molekul hemoglobin HbA1c, HbA1b dan
HbA1c. Sebesar 70 % HbA1c dalam bentuk 70 % terglikosilasi pada jumlah gula darah
yang tersedia. Jika kadar gula darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah
merah akan tersaturasi dengan glukosa dan menghasilkan glikohemoglobin.

Menurut Widman (1992:470), bila hemoglobin bercampur dengan larutan glukosa


dengan kadar yang tinggi, rantai beta hemoglobin mengikat glukosa secara reversible.
Pada orang normal 3 sampai 6 persen hemoglobin merupakan hemoglobin glikosilat
yang dinamakan kadar HbA1c. Pada hiperglikemia kronik kadar HbA1c dapat
meningkat 18-20 % . glikolisasi tidak mempengaruhi kapasitas hemoglobin untuk
mengikat dan melepaskan oksigen, tetapi kadar HbA1c yang tinggi mencerminkan
adanya diabetes yang tidak terkontrol selama 3-5 minggu sebelumnya. Setelah keadaan
normoglikemia dicapai, kadar HbA1c menjadi normal kembali dalam waktu kira-kira 3
minggu.

Berdasarkan nilai normal kadar HbA1c pengendalian Diabetes Melitus dapt


dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu :

DM terkontrol baik / kriteria baik : <6,5%

DM cukup terkontrol / kriteria sedang : 6,5 % - 8,0 %

DM tidak terkontrol / kriteria buruk : > 8,0 %

13
Pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan kadar gula darah pada saat diabetes
diperiksa, tetapi tidak menggambarkan pengendalian diabetes jangka panjang (± 3
bulan). Meski demikian, pemeriksaan gula darah tetap diperlukan dalam pengelolaan
diabetes, terutama untuk mengatasi permasalahan yang mungkin timbul akibat
perubahan kadar gula darah yang timbul secara mendadak. Jadi, pemeriksaan HbA1c
tidak dapat menggantikan maupun digantikan oleh pemeriksaan gula darah, tetapi
pemeriksaan ini saling menunjang untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai
kualitas pengendalian diabetes seseorang.

1.2.7 Pengobatan
1. Obat Hipogilkemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmaniyang teratur tapi
kadarglukosa darah masih belum baik,dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik(oral/suntikan)
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b) Menurunkan ambang sekresi insulin
c) Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk(IMT>30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih
(IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di
dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukos.
4) Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek
farmakologi meningkatkan sensitifitas insulin, sehingga bias mengatasi

14
masalah resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum
beredar di Indonesia.
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin adalah:
1)      DM dengan berat badan menurun cepat/kurus
2)      Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar
3)      DM yang mengalami stress berat
4)      Dm dengan kehamilan
5)      DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal atau kontraindikasi obat tersebut.
Jenis Kerja Preparat
Kerja pendek Actrapid human 40/humulin
Actrapid human 100

Kerja Sedang Monotard human 100


Insulatard
NPH

Kerja panjang PZL

Campuran kerja pendek dan Mixtard


sedang/panjang
( Tabel 3. Preparat insulin yang tersedia )
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan-
lahan sesuai dengan hasil glukosa darah apsien. Jika pasien sudah diberikan
sulfonylurea dan metformin sampai dosis maksimal namun kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dengan metformin.
Jika cara ini tidak berhasil juga, dipakai kombinasi sulfonilaria dan metformin.

1.2.8 Komplikasi
1. Komplikasi Jangka Pendek
1) Hiperglikemia (Hyperglycemia)

15
Hiperglikemia atau gula darah tinggi dalam waktu yang panjang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dan organ tubuh. Komplikasi ini dapat terjadi
jika pasien tidak mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi level glukosa
dalam darah seperti injeksi insulin, atau karena disebabkan pola makan dan
hidup yang tidak berorientasi pada penanganan penyakit diabetes. Hiperglikemia
adalah kondisi yang serius dan membutuhkan tindakan medis secepatnya.
2) Hipoglikemia (Hypoglycemia)
Dalam beberapa kasus, penderita diabetes melakukan penanganan yang salah
dan berlebihan sehingga level glukosa dalam darah menjadi terlalu rendah.
Melewatkan jam makan dan olahraga serta mengkonsumsi obat diabetes
(memperkecil kadar glukosa) atau melakukan injeksi insulin bisa menyebabkan
hipoglikemia.Selalu mengontrol level glukosa dalam darah dan konsultasikan
dengan dokter mengenani penanganan diabetes yang tepat, agar pasien tidak
jatuh dalam kondisi hipoglikemia ini.
3) Ketoacidosis
Ketoacidosis adalah komplikasi penyakit diabetes yang terjadi saat tubuh tidak
mampu menggunakan glukosa/gula darah sebagai energi karena kekurangan
insulin. Saat sel-sel tubuh kekurangan energi, mereka akan menggunakan
cadangan lemak sebagai energi. Saat jaringan lemak terganggu, terbentuklah zat
keton (racun) dalam tubuh. Kondisi ini bisa mengakibatkan kesulitan bernapas,
sakit perut parah, dan juga dehidrasi.
2. Komplikasi Jangka Panjang
Semakin lama seseorang menderita penyakit diabetes, maka semakin tinggi pula
resikonya mengalami komplikasi akibat problem glukosa dalam darah ini.
Penanganan yang baik bisa mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi ini, atau
semakin baik pasien mengontrol level glukosa tetap normal maka semakin kecil
resikonya.
Komplikasi akibat diabetes umumnya berhubungan dengan kerusakan pembuluh
darah. Diabetes dalam jangka panjang dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit dan mengurangi volume aliran darah ke berbagai bagian tubuh seperti

16
mata, ginjal, jaringan saraf, dan lain sebagainya. Akibatnya bagian-bagian tubuh
tersebut akan mengalami kerusakan fungsi yang serius, bahkan mengancam nyawa.
1) Kerusakan mata
Penyakit diabetes dapat merusak pembuluh darah di mata, yang bisa
menyebabkan berbagai seperti katarak, glaukoma, kerusakan retina, hingga
kebutaan.
2) Masalah pada kulit dan kaki
Penderita diabetes sangat rentan terhadap masalah pada kaki. Rusaknya jaringan
saraf dan pembuluh darah akan membatasi aliran darah ke tempat tersebut.
Luka gores kecil di kaki atau kulit dengan mudah berubah menjadi luka infeksi
yang sangat parah. Tanpa perhatian yang serius, luka tersebut akan semakin
menyebar dan merusak. Pada kondisi terparah, bagian tersebut harus diamputasi
agar infeksi tidak terus menyebar.
3) Masalah jantung
Seseorang dengan diabetes beresiko tinggi terkena masalah jantung. Peneliti
mengatakan bahwa resiko serangan jantung pada penderita diabetes sama
dengan orang yang pernah terkena serangan jantung sebelumnya.
Beberapa masalah pada jantung dan penyempitan pembuluh darah yang
berhubungan dengan diabetes antara lain:
 Stroke
 Kerusakan pembuluh arteri
 Tekanan darah tinggi
 Kolesterol tinggi
 Neuropathy

Gula yang berlebih pada tubuh dapat merusak saraf dan jaringan
pembuluh di kaki dan tangan, menyebabkan kesemutan, mati rasa, sakit atau
sensasi seperti terbakar.Pada kondisi mati rasa yang parah, penderita diabetes
bahkan tidak dapat merasakan rasa sakit jika tergores, hingga akhirnya sadar
saat luka tersebut melebar dan terinfeksi.

17
Selain beberapa komplikasi di atas, penyakit-penyakit berikut juga
memiliki potensi terjadi pada penderita diabetes dalam jangka panjang:

 Infeksi kulit
 Infeksi saluran kemih
 Gagal ginjal
 Disfungsi ereksi
1.2.9 Pencegahan
Adapun upaya-upaya pencegahan terhadap DM menurut PERKENI (1998) ada
tiga tahap, yakni :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan salah satu upaya yang ditujukan kepada orang-
orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum
menderita, tetapi berpotensi untuk menderita Diabetes Melitus dengan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar gula darahnya.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mencegah atau menghambat
terjadinya penyakit menahun, pada orang yang telah didiagnosa menderita
Diabetes Melitus, dengan melakukan pemeriksaan dan evaluasi laboratorium
secara continue atau terus menerus dan teratur.
3. Pencegahan tersier
Jika kemudian penyakit menahun DM ternyata terjadi juga, maka pengelola harus
berusaha mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut, dan merehabilitas pasien sedini
mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap, dengan cara pengendalian terhadap
kadar gula darah, melalui olahraga dan diet, bukan saja untuk mencegah kestabilan
kadar gula darah, tetapi juga untuk mencegah terjadinya komplikasi.

1.3 Perumusan Masalah


Penduduk usia produktif yaitu umur 45-65 tahun, di mana umur tersebut seseorang
banyak melakukan aktivitas sebagai penggerak roda perekonomian keluarga. Peningkatan

18
pengetahuan dan ketrampilan warga khususnya usia produktif sangat penting dalam
menunjang keberhasilan upaya peningkatan kualitas kesehatan warga masyarakat.
Berdasarkan analisa situasi, permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain :
Pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Diabetes Militus, pencegahan, dan
penatalaksanannya secara nonfarmakologis atau perubahan gaya hidup, serta penggunaan
obat Diabetes Militus yang rasional masih rendah.
Rendahnya pengetahuan tentang pola makan (life Stile) warga untuk mengendalikan
kadar gula darah.

1.4. Tujuan Kegiatan


1. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti penyuluhan ,masyarakat dapat megetahui cara pencegahan diabetes
mellitus dan meminimalisir diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan penyyluhan diabetes mellitus, dapat:
1) Menjelaskan:
a. Apa itu diabetes
b. Penyebab Diabetes Melitus
c. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
d. Komplikasi Diabetes Melitus
e. Cara pencegahan Diabetes Melitus
2) Mempraktikan senam Diabetes Melitus

1.5 Manfaat Kegiatan


1. Memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat Cilameta RT 02 RW 03 tentang
penyakit Diabetes Melitus
2. Updating ipteks di masyarakat mengenai penyebab Diabetes Militus, sehingga bisa
lebih berhati-hati agar dapat menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan Diabetes
Militus.

19
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penatalaksaan Diabetes Militus
secara nonfarmakologi atau perubahan gaya hidup, serta penggunaan obat Diabetes
Militus yang rasional.
4. Meningkatkan pengetahuan pola makan / life stile masyarakat untuk menurunkan resiko
terkena/pencegahan dan pengobatan penyakiti Diabetes Militus

20
BAB II
METODE PELAKSANAAN

2.1 Khalayak Sasaran Strategi


Peserta yang akan menjadi sasaran pada kegiatan ini adalah masyarakat kp.Cilameta.
Ada dua hal yang menjadi dasar kenapa kegaiatan ini dilakukan, yaitu: (1) untuk
memberikan informasi mengenai pencegahan dan cara meminimalisir komplikasi pada
diabetes melitus. (2) sebagai upaya dalam menurunkan penyakit diabetes melitus.

2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan


Metode yang dipilih dalam melaksanakan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan
melakukan penyuluhan. Sasaran yang diutamakan adallah dengan risiko tinggi. Adapun
metode yang akan digunakan :
1. Ceramah Interaktif
Metode ini dipilih untuk menyampaikan konsep – konsep yang penting untuk dimengerti
dan dikuasai oleh peserta penyuluhan. Penggunaan metode ini dengan pertimbangan
bahwa metode ceramah yang dikombinasikan dengan gambar – gambar, anmasi dan
display dapat memberikan materi relative banyak secara padat, cepat dan mudah.
2.3 Langkah – langkah Kegiatan
1. Tahap persiapan
a) Menyusun Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
b) Menbuat Leaflet dan materi
c) Pembagian tugas masing-masing
d) Melakukan koordinasi dan perizinan untuk tempat penyuluhan
2. Tahap pelaksanaan
a)      Tempat : Mushola Cilameta RT 02 Kelurahan Cimencrang
b)      Waktu :
1.      Hari                 : Minggu
2.      Tanggal           : 8 April 2018
3.      Pukul               : 10.00 WIB – 11.00 WIB

21
c)      Narasumber :
Mahasiswa Stikes BK

e) Strategi/langkah Pelaksanaan
1. Kegiatan :
a. Kegiatan pendahuluan :
- Pembukaan
- Perkenalan
b. Kegiatan inti :
- Pemaparan materi
- Penayangan video
- Praktik senam Diabetes Melitus
- Tanya jawab
c. Kegiatan penutup :
- Penutupan

2. Metode Penyuluhan :
Metode penuluhan bervariasi seperti : Ceramah, Tanya Jawab, Curah
Pendapat dan praktik senam.
3.      Media : Power Point, Leaflet, Video.

2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat


Berdasarkan evaluasi, secara garis besar faktor pendukung dan penghambat tersebut
diantaranya :
1. Pendukung
Kerjasama tim yang baik, Keingintahuan, antusiasme dan partsipasi aktif dari para
peserta yang cukup besar dalam mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan ini.

22
2. Penghambat
Kurangnya media dalam penyampaian materi, peserta penyuluhan yang sedikit
dikarenakan banyak masyarakan yang sedang panen padi disawah sehingga tidak bisa
mengikuti acara penyuluhan.

23
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan


Kgiatan penyuluhan Kenali dan Cegah Diabetes Melitus di Kp.Cilameta Kelurahan
Cimencrang dilaksanakan dengan acara tatap muka. Pertemuan tatap muka dengan metode
ceramah, penayangan video, praktk senam diabetes melitus, dan dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab. Berbagai pertanyaan diajukan secara antusias oleh para peserta dalam sesi
tanya jawab.
Pelakasanaan kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan oleh mahasiswa STIKes Bhakti
Kencana Bandung.
Peserta yang hadir diacara penyuluhan hanya sedikit dikarenakan beberapa hal tetapi
itu semua tidak menjadi halangan untuk berjalannya acara penyuluhan ini dengan lancar dan
masyarakat yang begitu antusias.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari Penyuluhan tentang Diabetes Militus di Cilameta RT/RW
02/03 antara lain :
3. Masyarakat mulai memahami tentang penyakit Diabetes Militus, penyebabnya, serta
penatalaksanaan secara nonfarmakologi melalui perubahan gaya hidup.
4. Pengetahuan masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat, pola makan / life stile yang
dapat dilakukan sendiri di rumah secara sederhana untuk dapat dilaksanakan sebagai
salah satu pencegahan dan menjaga kadar gula darah

4.2 Saran
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
Waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan harus disesuiakan dengan masyarakat cilameta yang
setiap harinya ada yang bekerja disawah

25

15

Anda mungkin juga menyukai