Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FITOTERAPI

DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI

Nama : Assaina Pratiwi

NPM : 1118005681

Semester/Kelompok : 4/B

PRODI STUDI D-III FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2020
BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes mellitus atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar
glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif. Sedangkan hipertensi merupakan penyakit metabolik degenerative
yang disebabkan karena adanya peningkatan tekanan darah ataupun disebabkan oleh
komplikasi dari penyakit lainnya sehingga memicu peningkatan tekanan darah.

Pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit diabetes mellitus dan hipertensi dari
penyebab hingga penanggulangannya serta bagaimana pengobatannya secara tradisional
dengan menggunakan tanaman beberapa tanaman herbal yang dapat digunakan untuk
mengobati diabetes mellitus dan hipertensi.

Pengobatan tradisional masih banyak digunakan sebagai alternatif dalam masyarakat,


hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat masih mengakui khasiat dari pengobatan tradisional,
dengan demikian jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan obat harus tetap dilestarikan dan
dijaga agar dapat dimanfaatkan sebagai resep - resep tradisional warisan orang tua terdahulu
dalam upaya menunjang pelayanan kesehatan.

Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat,


digunakan dalam mengatasi masalah kesehatan. Kemampuan masyarakat untuk mengobati
sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan perlu ditingkatkan dalam rangka
menjaga kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk ini obat tradisional dan jamu
merupakan potensi yang besar karena sudah dikenal masyarakat, mudah diperoleh, harga
relatif murah, serta merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
BAB II
FITOTERAPI

A. DIABETES MILLETUS

a. Definisi Penyakit

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
darah (Gustaviani, 2008).
Diabetes juga diartikan sebagai suatu kondisi kronis yang disebabkan
oleh kekurangan insulin relatif atau mutlak tidak terdapat insulin.
Dikarakterisasikan dengan adanya gejala klinis berupa intoleransi glukosa
yang mengakibatkan hiperglikemia dan perubahan dalam metabolisme lemak
dan protein. Manifestasi jangka panjang timbul, kelainan metabolik yang
memberikan kontribusi pada perkembangan komplikasi seperti retinopati,
nefropati, dan neuropathy (KoddaKimble dkk, 2009).

b. Penyebab

Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:


1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan
dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan
diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk
berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
3. Faktor genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya
sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak
ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala
jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi
pankreas.
5. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam
20 tahun ke depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi,
Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik
motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit
Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit
aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin
bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
6. Sering stress
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres
datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya
gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang
dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus
dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh
diri pelan-pelan.
7. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen.
Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi
kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.

c. Tanda dan Gejala

Seseorang sudah dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus jika


menderita dua dari tiga gejala di bawah ini:
1) Keluhan “TRIAS”
a) Banyak minum
b) Banyak kencing, dan
c) Penurunan berat badan yang tak jelas sebabnya.
2) Kadar glukosa darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dl.
3) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan ≥ 200 mg/dl
(Tjokroprawiro, 2006)
Adapun gejala kronik diabetes mellitus meliputi:
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum
3) Terasa tebal dikulit
4) Kram
5) Lelah
6) Mudah mengantuk
7) Mata kabur
8) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10)Kemampuan seksual menurun bahkan impoten
11)Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg (Tjokroprawiro, 2006).

d. Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah


satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa
yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah
yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 –
180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium,
klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada
saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
a. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel
dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa
yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui
glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan
diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut
dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
b. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada
semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses
glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi
baik makro maupun mikro vaskular.Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri
disebabkan oleh faktor – factor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang
berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan
sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki
pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan
Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki
di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen
(zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993).
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran
darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD

e. Fitoterapi

1. Jamur Lingzhi/ Reishi (Ganoderma lucidum)


a. Senyawa Aktif
senyawa aktif dalam Ganoderma lucidum antara lain polisakarida, asam
ganoderat, dan adenosine. Namun dalam penelitian Teng, et al(2011), suatu
senyawa yang diskrining dari Ganoderma lucidum bernama FYGL (suatu
makromolekul proteoglycan yang larut air) terbukti bertanggungjawab
terhadap efek penghambatan PTP1B.
b. Mekanisme Kerja
Menghambat aktivitas PTP1B. Penghambatan terhadap Protein Tirosin
Fosfatase-1B (PTP1B) pada insulin signaling pathway ini menyebabkan waktu
terjadinya insulin signaling menjadi lebih panjang dan penurunan kadar gula
dalam darah dapat berjalan dengan lebih optimal. Menurut penelitian Elchebly
(1999), tikus yang dikurangi kadar PTP1B pada tubuhnya menunjukkan
penurunan kadar glukosa darah, peningkatan sensitivitas terhadap insulin dan
tidak menunjukkan efek pada berat badan (tidak mengalami obesitas). Jadi
PTP1B sebagai salah satu target pengobatan diabetes tipe 2 menunjukkan
respon yang baik terhadap penurunan resistensi insulin dan tidak menyebabkan
obesitas.
2. Alfalfa (Medicago Sativa)
a. Kandungan Senyawa
A, C, K dan B9, karbohidrat, protein, asam amino dan serat tumbuhan yang
baik bagi tubuh.
b. Mekanisme Kerja
Lupinalikaloids yang terdapat pada Medicago sativa seperti lupanine,
multiflorine spartine dan-metil sitosin memiliki aktivitas hipoglikemik. Selain
itu, Medicago sativa mengandung saponine yang merangsang sekresi insulin
3. Buah Pare (Momordica charantia L.)
a. Kandungan Senyawa
Momordisin, momordin, karantin, resin, minyak lemak, saponin, dan flavonoid
yang berfungsi sebagai antimikroba. Selain itu, di dalam daun pare terkandung
alkaloid yang berfungsi sebagai insektisida.
b. Mekanisme Kerja
Mekanisme Penurunan kadar glukosa darah adalah buah pare mengandung
polipeptida yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan protein GLUT4 (Glucose transport 4) yang terdapat pada
membran otot sehingga mengurangi resistensi insulin.
4. Batang Brotowali (Tinospora crispa)
a. Kandungan Senyawa
Alkaloid glikosida, zat pati, dammar, lemak pihroritosit, harsa, zat pahit,
berberin, tinokrisposia, palmatin, kolombin, dan kaokolini.
b. Mekanisme Kerja
Tinokrisposia, kolombin, dan kaokolini berkhasiat menurunkan kadar glukosa
darah dengan cara merangsang pelepasan insulin dari sel beta pada pulau
langerhans
5. Daun paliasa (Kleinhovia hospital L.)
a. Kandungan Senyawa
Asam pruzid, triterpenoid, minyak atsiri, dan glikosida sianogenik.
b. Mekanisme Kerja
Glikosida sianogenik yang menghasilkan metabolit asam hidrosianat dan
senyawa sianida lain yang mana ketika bereaksi dengan asam atau enzim
dalam saluran cerna maka sianida menghalangi sel darah merah mengabrorbsi
oksigen dan mengganggu enzim-enzim tubuh. Sianida diketahui menghambat
absorpsi dengan cara mngikat gugus besi pada enzim sitokrom dimana enzim
ini berperan dalam oksidasi yaitu untuk pengadaan ATP yang dibutuhkan
untuk transport aktif glukosa.
6. Mengkudu (Morinda citrifolia)
a. Kandungan Senyawa : Xeronin
b. Mekanisme Kerja
Menyeimbangkan output insulin dan transfer glukosa dengan menurunkan
sintesis glukosa dihati, mempercepat metabolisme glukosa di tubuh,
menghambat absorbs glukosa di saluran pencernaan dan meningkatkan
toleransi glukosa pada tubuh.

B. HIPERTENSI

a. Definisi Penyakit

Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan sistolik dan
diastolik atau keduanya secara terus-menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah
diastolik berkaitannya dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua
denyut jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar
dari tekanan diastolik (Udjianti, 2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160 – 95 mmHg
untuk usia diatas 50 tahun dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal
sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut dan hipertensi dapat
menimbulkan resiko terhadap penyakit stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan
kerusakan ginjal (Muttaqin, 2009).

b. Penyebab

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Hipertensi primer/esensial
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau belum di ketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopaik. Tedapat 95% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetik,lingkungan,hiperativitis susunan
simpatis,system renin-angiotensis,defek dalam ekskresi Na,peningkatan Na dan Ca
intraselular,dan factor-faktor yang meningkatkan risiko,seperti obesitas,
alcohol,merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder .
Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositosomo, koartasio
aorta, hipertensi yang berhubung dengan kehamilan , dan lain-lain.

c. Gejala

Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala. Meskipun


demikian secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan hipertensi (padahal sebenarnya tidak). Gejala yang di maksud
adalah sakit kepala,pendarahan dari hidung,pusing,wajah kemerahan dan kelelahan .
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati bisa timbul gejala berikut :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata,jantung dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopoti hipertensif yang
memerlukan penanganan segera

d. Patofisiologi

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah


secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur
jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
1. Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk
deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai
substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak.
Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen
pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai
oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer
2. Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diureti Hormon (ADH) dan rasa haus. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
3. Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

e. Fitoterapi

1. Mengkudu (Morinda citrifolia)


a. Kandungan Senyawa
Scopoletin dan antrakuionon morindon
b. Mekanisme Kerja
1) Scopoletin, senyawa ini berfungsi mengatur tekanan darah. Saat
tekanan darah tinggi, scopoletin membantu menurunkan dengan
memperlebar pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah.
Sebaliknya bila tekanan darah menjadi rendah, ia akan
menaikkannya. Selain berindikasi antibakteri, senyawa ini juga
mengatur hormone serotonin yang membantu menurunkan kadar
kecemasan dan depresi.
2) Morindon, zat ini berkhasiat dalam meningkatkan sistem
pertahanan tubuh.
2. Daun salam (Syzygium polyanthum)
a. Kandungan Senyawa
Kandungan daun salam antara lain adalah saponin, triterpenoid,
flavonoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang terdiri dari
sesquiterpen, lakton dan fenol. Daun salam juga mempunyai
kandungan kimia yaitu tanin, flavonoid, dan minyak atsiri 0,05 % yang
terdiri dari eugenol dan sitral.
b. Mekanisme Kerja
Di dalam daun salam terdapat 3 komponen yaitu minyak atsiri sebagai
pengharum atau penyedap yang dapat menenangkan pikiran dan juga
mengurangi produksi hormon stres, tanin dalam daun salam mampu
mengendurkan otot arteri sehingga menurunkan tekanan darah bagi
penderita hipertensi, dan flavonoid sebagai inhibitor ACE dengan
menghambat aktivitas ACE maka pembentukan angiotensin II dapat
dibatasi sehingga dapat mencegah hipertensi.
3. Mentimun (Cucumis sativus)
a. Kandungan Senyawa
Kalium (potasium), magnesium, dan fosfor
b. Mekanisme Kerja
Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi sehingga
menyebabkan penurunan retensi perifer total dan meningkatkan output
jantung
4. Kumis Kucing (Orthosipon aristatus)
a. Kandungan Senyawa
Kumis kucing memiliki kandungan senyawa antara lain yaitu
flavonoid, alkaloid, saponin. Senyawa aktif yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah yaitu flavonoid.

b. Mekanisme Kerja
Flavonoid mekanisme kerjanya diuretik. Flavonoid dalam daun Kumis
kucing bersifat menyerupai ACE inhibitor sehigga angiotensin I tidak
dapat diubah menjadi angiotensin II yang menyebabkan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah dan tekanan darah akan turun.
5. Bawang Putih (Allium sativum)
a. Kandungan Senyawa
Bawang putih memiliki kandungan senyawa antara lain arginin,
oligosakarida, flavonoid, dan selenium
b. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja bawang putih untuk penyakit hipertensi yaitu
mengandung arginin yang dapat meningkatkan sintesis NO (nitric
oxide) melalui nitric oxide synthase (NOS)
6. Akar Seledri (Apium graveolens var. Rapaceum)
a) Kandungan Senyawa
Akar seledri mempunyai kandungan senyawa antara lain yaitu apigenin
dan apiin (antiinflamasi, analgetika, vasodilator), senyawa 3-n
butilpthalide
b) Mekanisme Kerja
Apigenin: Zat yang berefek memperluas diameter pembuluh darah
(vasodilatasi) dengan cara menghambat pelepasan Ca sehingga terjadi
hiperpolarisasi, tekanan darah menurun serta membantu menurunkan
hormon stress didalam darah. Selain itu juga berfungsi sebagai beta
blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan
kontraksi jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit
dan tekanan darah menjadi berkurang.
BAB III
KESIMPULAN

1. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya yang dapat diobati dengan beberapa tanaman alternatif diantaranya:
a) Jamur lingzhi
b) Alfalfa
c) Buah pare
d) Batang brotowali
e) Daun paliasa
f) Mengkudu
2. Hipertensi merupakan penyakit metabolik degeneratif yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan darah yang dapat diobati dengan beberapa tanaman alternatif diantaranya:
a) Mengkudu
b) Daun Salam
c) Mentimun
d) Kumis kucing
e) Bawang putih
f) Akar seledri

Anda mungkin juga menyukai