Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MILITUS

Untuk Memenuhi Persyaratan


Departemen Gerontik

Oleh:
PUGUH SIGIT P
0910720070

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

1. DEFINISI
a. Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddart,
2002 : 1220),
b. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009).
c. Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya ( ADA, 2005).
d. Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia)
2006, seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah
puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah
sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam.
2. KLASIFIKASI DM
Klasifikasi diabetes melitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007 :
70) antara lain :
a. Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan
dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada
insulin fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia
muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan
tubh) yang kemudian merusak pulau Langerhans di pankreas. Kelainan
berdampak pada penurunan fungsi insulin.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau DM Tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada
semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik
selama stres.
c. Diabetes melitus tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
hiperglikemik terjadi karena penyakit lain : penyakit pankreas, hormonal,
alat/ bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindrom genetik
tertentu.
d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau
tetap tidak berubah.
e. Gestational Diabetes Melitus ( GDM )
Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam
kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.
Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali
lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan
produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan
hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,

progesteron,
prolaktin
dan
plasenta
laktogen.
Hormon
tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas
insulin.
3. ETIOLOGI
Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes melitus tipe II menurut Guyton & Hall (2002), yaitu:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
4. FAKTOR RESIKO DIABETES MELITUS TIPE II
Menurut ehsa (2010) faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes melitus tipe II dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
- Riwayat keluarga diabetes
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita diabetes melitus mempunyai
anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut.
- Ras atau latar belakang etnis
Resiko diabetes melitus tipe II lebih besar pada hispanik, kulit hitam,
penduduk asli Amerika, dan Asia
- Riwayat diabetes pada kehamilan
Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari
4,5 kg dapat meningkatkan risiko diabetes melitus tipe II.
b. Faktor resiko yang dapat diubah
- Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
- Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus tipe II,
hal ini pankreas mempunyai kapasitas disebabkan jumlah/kadar insulin
oleh sel maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu, mengonsumsi
makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam
jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat
dan menyebabkan diabetes melitus
- Gaya hidup
Makanan cepat saji dan olah raga tidak teratur merupakan salah satu
gaya hidup di jaman sekarang yang dapat memicu terjadinya diabetes
melitus tipe II
- Obesitas
Seseorang dikatakan obesitas apabila indeks massa tubuh (BMI) lebih
besar dari 25. HDL (baik kadar kolesterol) di bawah 35 mg/dl dan / atau
tingkat trigliserida lebih dari 250 mg/dL dapat meningkatkan resiko
diabetes melitus tipe II
- Hipertensi

Tekanan darah > 140/90 mmHg dapat menimbulkan resiko diabetes


melitus tipe II
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Penyakit dan infeksi pada pankreas
Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien
diabetes.

5. PATOFISOLOGI
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresis insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambila glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes melitus tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekrsi insulin yang merupakan ciri khas diabetes melitus tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
6. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus menurut
Riyadi (2007 : 80 ) yaitu :
- Poliuria ( Peningkatan pengeluaran urin)
- Polidipsia ( Peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan
keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat peka).
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
- Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
- Polifagia (Peningkatan rasa lapar)

Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan


pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
Kelainan kulit : gatal gatal , bisul Kelaianan kulit berupa gatal gatal,
biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah
payudara.
Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
Kelaianan ginekologis
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.
Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persarafan mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur
protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perfifer mengalami
kerusakan.
Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang
dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara
optimal.
Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan
unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus bahan protein
banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes melitus.
Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
Penderita diabetes melitus mengalami penurunan produksi hormon seksual
akibat kerusakan testosteron dan sistem yang berperan.
Mata kabur
Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada korpus vitreum.
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

7. KOMPLIKASI
a. Komplikasi akut
- Ketoasidosis diabetik
Adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh
trias, terutama diakibatkan oleh defisiensi insulin absolut atau insulin
relatif.
- Hipoglikemi

Adalah penurunan kadar glukosa dalam darah. Biasanya disebabkan


peningkatan kadar insulin yang kurang tepat atau asupan karbohidrat
kurang.
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolik pada pasien diabetes tanpa
disertai adanya ketosis. Gejalanya pada dehidrasi berat, tanpa
hiperglikemia berat dan gangguan neurologis.
b. Komplikasi kronis
1) Mikroangiopati
- Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah
retina. Faktor terjadinya retinopati diabetikum : lamanya menderita
diabetes, umur penderita, kontrol gula darah, faktor sistematik
(hipertensi, kehamilan).
- Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein
yang tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada
glomerulus. Nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal
ginjal kronik.
- Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain
itu juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu
sindrom yang ditandai dengan gangguan pada satu atau lebih akar saraf
dan dapat disertai dengan kelemahan motorik, biasanya dalam waktu 612 bulan.
2) Makroangiopati
- Penyakit jantung koroner dimana diawali dari berbagai bentuk
dislipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada DM
sendiri tidak meningkatkan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM
tipe II sangat bersifat atherogeni karena mudah mengalami glikalisasi dan
oksidasi.
- Kaki Diabetik
Terdapat 4 faktor utama yang berperan pada kejadian kaki diabetes
melitus :
(1) Kelainan vaskular : Angiopati, contoh : aterosklerosis
(2) Kelainan saraf : Neuropati otonom dan perifer
(3) Infeksi
(4) Perubahan biomekanika kaki
8. PENATALAKSANAAN
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan
kadar glukosa. Penatalaksanaan pada diabetes melitus yaitu :
a. Perencanaan makan
Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis
makan yang harus dihindari adalah gula. Menurut Tjokro Prawiro (1999),
penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif
Body Weigth dan dibedakan menjadi:
- Kurus : berat badan relatif : <90%

Normal : berat badan relatif : 90-110%


Gemuk : berat badan relatif : >110 %
Obesitas : berat badan relatif : >120 %
Obesitas ringan 120 130 %
Obesitas sedang 130 140 %
Obesitas berat 140 200 %
Obesitas morbid > 200 %
Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang
diperlukan sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut :
- Kurus : BB x 40-60 kalori / hari
- Normal ; BB x 30 kalori / hari
- Gemuk : BB x 20 kalori / hari
- Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari
b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama
jam. Latihan dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, lari, renang,
bersepeda dan mendayung. Tujuan latihan fisik bagi penderita DM :
- Insulin dapat lebih efektif
- Menambah reseptor insulin
- Menekankenaikan berat badan
- Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah
- Meningkatkan aliran darah
c. Terapi Obat (jika diperlukan)
- Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif
pada diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid
dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara
merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan
efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos
bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes
tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah
dengan cukup.Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi
hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian.
Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula
darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
- Terapi Sulih Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin
sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya

dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung


sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian.
Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan
baik karena laju penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah
dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di
lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar
tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki
kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
1) Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling
sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam
waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan
bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh
penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan
disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2) Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun
dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa
disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari
dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan
sepanjang malam.
3) Insulin kerja lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan
sehingga bisa dibawa kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan
menyesuaikan dosisnya
Aktivitas harian penderita
Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali
dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula
darah yang paling minimal.

Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2


jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan
kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur
malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin
kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai
suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang
sama setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis
insulinnya tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula
darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan
dalam makanan dan olah raga.
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin
tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh,
karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti.
Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan
resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.
d. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala,
jenis atau macamnya, komplikasi, penatalaksanaan pada penderita DM dan
pemantauan kadar gula darah
Pemantauan kadar gula darah penting karena membantu menentukan
penanganan medis yang tepat sehingga mengurangi resiko komplikasi yang
berat, dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes.
Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan dengan berbagai cara
baik di laboratorium, klinik bahkan dapat dilakukan pemantauan kadar gula
mandiri yang dapat dilakukan pasien dirumah dengan menggunakan alat
yang bernama Glukometer
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan

status

mengidentifikasikan,

kesehatan

dan

pola

pertahanan

penderita

kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh

melalui anamnese, pemeriksaan

fisik, pemerikasaan laboratorium serta

pemeriksaan penunjang lainnya.


1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit

lain yang ada

kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.

Adanya

riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis


yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f.

Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita

sehubungan

dengan

penyakitnya

serta

tanggapan

keluarga

terhadap penyakit penderita.


2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
c. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f.

Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i.

Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++
++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
A. Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari


hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan

(diare, muntah), masukan

dibatasi (mual, kacau mental).


2. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, Penurunan fungsi leukosit, perubahan

pada sirkulasi, infeksi

pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.


3. Resiko Resiko kadar glukosa darah tidak stabil Berhubungan dengan
Monitoring kadar glukosa inadekuat

B. Rencana dan Intervensi Keperawatan


No
1

Diagnosa
Keperawatan
Defisit volume
cairan
berhubungan
dengan:
- Kehilangan
cairan tubuh
dalam jumlah
banyak
- Kegagalan
fungsi regulasi

Resiko Infeksi

NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ...x24 jam, kelebihan
volume cairan dapat berkurang atau
teratasi.
Kriteria hasil:
N
Kriteria
Score
o
1
Temperature :
5
(36,5 37,5 c)
2
Perubahan status
5
mental (-)
3
Nadi dalam batas
5
normal : 60-100 mmHg
4
RR: 12-20 x/mnt
5
5
Tekanan darah :
5
(100-140/60-90mmhg)
6
Turgor kulit
5
7
Produksi urine 0,5-1
5
ml/Kg BB/jam
8
Konsistensi urine
5
normal (kuning jernih,
tidak ada endapan)
9
CRT < 2s
5
10 Mukosa membrane dan 5
kulit kering (-)
11 Hematokrit 35%-50%
5
12 Penurunan berat badan 5
secara signifikan (-)
13 Rasa haus berlebihan
5
(-)
14 Kelemahan (-)
5
Setelah dilakukan tindakan

NIC
Monitoring:
1. Observasi status mental
2. Monitor imput serta output urine dan catat
adanya perubahan jumlah, warna dan
konsentrasi urine
3. Monitor turgor kulit, membrane mukosa dan
perasaan haus klien.
4. Monitor adanya tanda dehidrasi
5. Ukur tanda-tanda vital dan CVP
6. Ukur CRT, kondisi dan suhu kulit
7. Timbang berat badan sesuai indikasi
8. Kaji status mental
Mandiri:
1. Memasang dan mempertahankan akses vena
perifer (infus)
2. Berikan perawatan kulit pada bagian
penonjolan tulang.
Pendidikan kesehatan:
1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake
cairan.
2. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake
nutrisi untuk meningkatkan kadar albumin
darah
Kolaborasi:
1. Berikan terapi cairan sesuai instruksi dokter
2. Berikan transfuse darah sesuai hasil kolaborasi
dengan medis
3. Berikan terapi farmakologi untuk meningkatkan
jumlah urine output
4. Kolaborasi pemeriksaan kadar elektrolit, BUN,
creatinin dan kadar albumin.
Kontrol infeksi

berhubungan
dengan faktor
resiko prosedur
invasive

Resiko kadar
glukosa darah
tidak stabil
Berhubungan
dengan:
- Kurangnya
pengetahuan
tentang
penatalaksanaan
diabetes
- Monitoring kadar

keperawatan selama ...x24 jam risiko


terkontrol dan klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi :
kriteria hasil :
N
Kriteria
Score
o
1

Tidak terdapat rubor

Tidak terdapat kalor

Tidak terdapat dolor

Tidak terdapat tumor

Tidak terdapat
fungsiolesa

Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ....x24 jam, kadar glukosa
darah stabil.
N
o
1
2
3

Kriteria
Kadar glukosa darah
sesaat: <200 mg/dl
Kadar glukosa darah
puasa: < 126 mg/dl
Kadar glukosa darah
2 jam post pandrial:
< 200 mg/dl

Scor
e
5
5
5

1. Bersihkan ruangan sebelum digunakan


tindakan pada pasien
2. Ganti peralatan untuk tindakan pada pasien
3. Batasi jumlah pengunjung
4. Ajarkan pada pasien untuk melakuakn cuci
tangan dengan benar
5. Instruksikan pada pengunjung untuk
melakukan cuci tangan sebelum ke pasien
6. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
7. Bersihkan tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan pada pasien
8. Gunakan universal precaution
9. Gunakan sarung tangan sesuai standar
universal precaution
10.Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai dengan
kondisi pasien
11.Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk
mengenali tanda dan gejala infeksi serta
melaporkan pada tenaga kesehatan ketika
terdapat tanda dan gejala infeksi.

Monitoring:
1. Monitor kadar gula darah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia:
poliuria, polidipsi, poliphagi
3. Monitor adanya keton pada urin
4. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia:
tremor, keringat dingin, iritabilitas,
takikardi, palpitasi, mual, pusing, sukar
konsentrasi, kelemahan)
5. dentikfikasi faktor penyebab hiperglikemia
atau hipoglikemia

glukosa
inadekuat
- Kurangnya
penatalaksanaan
diabetes

4
Poliuria (-)
5
Polidipsi (-)
6
Poliphagi (-)
7
Ketonuria (-)
8
Tremor (-)
9
Keringat dingin (-)
1
Iritabilitas (-)
0
1
Takikardi (-)
1
1
Palpitasi (-)
2
1
Mual (-)
3
1
Pusing (-)
4
1
Sukar konsentrasi (-)
5
Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Mandiri:
1. Batasi aktivitas saat gula darah > 250
mg/dl, khususnya jika ada urin keton
2. Lindungi pasien dari cedera karena
hiperglikemia/hipoglikemia
Pendidikan kesehatan:
1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake
cairan
2. Ajarkan klien untuk cek kadar gula darah
secara teratur
Kolaborasi:
1.
2.
3.
4.
5.

Pemberian insulin sesuai indikasi dokter


Pemberian terapi cairan IV sesuai program
Pemeriksaan kadar gula darah
Pemeriksaan urin keton
Pemberian diet sesuai program ahli gizi

PATOFISIOLOGI:

DIFISEINSI INSULIN
- Sel dan pulau langerhans kurang peka
terhadap rangsangan -->sentak insulin
sesudah makan tidak begitu kuat
- Menekan jumlah resptor insulin pada
target

- Faktor Herediter:
- Degenerasi/tertekannya sel/
perbedaan kepekaan seseorang
terhadap pertambahan umur

- Faktor Herediter:
Berkembangnya kekebalan pada
sel -> distruksi, autonom pada sel
- Degenerasi ringan pada sel
- Penyakit virus

Diabetes Mellitus
IDDM
NON IDDM

- Kelebihan dosis insulin


- kurang jumlah kalori
yang dikonsumsi
- Meningkatnya aktivitas
jasmani lebih cepat

Kelainan Metabolisme Lemak

Glikosuria

Glikosilasi

Retina

Retina angiopati

katarak lentis

Fasilitas
transmembran
asam amino
berkurang

Mobilisasi asam lemak meningkat

Hiperglikemia

Lensa mata

Kelainan Metabolisme Protein

Lipogenesis menurun, Lipolisis meningkat

Output glukosa darah


menurun (glikogenolisis
menurun, glikolisis dalam
otot menurun, lipogenesis
di adiposa menurun

Input glukosa darah


meningkat (glikogenolisis
dalam hepar meningkat,
glukoneogenesis meningkat

PK
Arterosklerosis

Angiopati

Berat badan
menurun

Mk: Penurunan
dtt, kelelahan

Asam amino
sulit masuk
sel

Berat badan
menurun

Asetil Ko A meningkat

Mk: Penurunan
dtt, kelelahan

Ketogenesis meningkat

Sintesis kolesterol meningkat

Benda keton meningkat

kolesterol meningkat

Nafsu makan meningkat

Hiperkolesterolemia dan
ketonimia

Osmolalitas
urine meningkat
Volume urine
meningkat

Masalah Kesehatan:
Gangguan pola makan

PK:
Neuropati

MK:
-Potensial cedera
-Potensial kerusakan
jaringan kulit

Gagal
jantung

Pembuluh
darah kecil

Ganggren
dengan arkus
kecil

Trombosis dengan
oklusi p.d

Perubahan
kulit, atropi

Amputasi minor

Gangguan luas

Ulserasi

MK: Kerusakan
jaringan perifer

Osmotik diuresis
Rasa haus
meningkat

Sisntesis
protein
menurun
PK: Ketoasidosis

Penurunan Proses
-Transkripsi
-Translasi
-Replikasi
-Proliterasi sel
Pertumbuhan jaringan
terhambat

- Luka tidak terkontrol


- Sukar sembuh

PK Infeksi

Arterosklerosis
Masalah kesehatan:
Resiko tinggi perluasan
infeksi dan Kelelahan

Diuresis
Pembuluh darah besar/
makrovaskuler/makroangiopati

-Berkeringat
-Gemetar, sakit
kepala, Palpitasi

Hipoglikemia

Kelainan Metabolisme

Kelainan Metabolisme Karbohidrat

Mk:
Kebutuhan belajar
penatalaksanaan
penyakit

Poliori
MK:
-Gangguan pola
eliminasi
-Gangguan
volume cairan

Dehidrasi
(air dan glukosa
terbuangan
PK: Koma
Diabetikum
MK: Gangguan
pemenuhan
kebutuhan O

DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,


Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut
jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, 2002

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Puguh Sigit P

Tempat Praktik : Puskesmas

Kendalsari
NIM

: 0910720070

Tgl. Praktik

27/1/2014

---

15/2/2014
A. Identitas Klien
Nama
:
Usia
:
Jenis Kelamin
:
Alamat
:

Ny. S
60 tahun
Perempuan
RT 07 RW 14

No. RM
Tgl. Masuk
Tgl. Pengkajian
Sumber informasi

: (-)
: (-)
: 4 februari 2014
:Klien
dan

menantu
No. Telp
: (-)
Nama klg. dekat yg bisa dihubungi :
Status Pernikahan
: Janda
Agama
: Islam
Status
: Anak
Suku
: Jawa
Alamat
: RT 07 RW 14
Pendidikan
: SD
No. Telp
: (-)
Pekerjaan
:
Pendidikan
: SMA.
Lama Bekerja
: (-)
Pekerjaan
: Wiraswasta
B. Status Kesehatan Saat ini
Klien mengeluh nyeri pada tengkuk leher dan gringgingan
C. Riwayat Kesehatan Saat ini
Klien mengatakan merasa nyeri dan berat di tengkuk leher. Keluhan
pada tengkuk terasa + 2 hari terakhir pada waktu bangun tidur. Klien juga
mengeluh sering terbangun saat tidur secara tiba-tiba dan memiliki sakit DM
kurang + 10 tahun. sering merasa geringgingen di kaki dan tangan. Gula
darah terakhir pada bulan januari yaitu 180. Klien rutin minum obat
Glibenklamid. Klien juga sudah mengatur pola makan dan menghindari
makanan yang manis-manis. Pandangan klien juga kabur sejak terdiagnosa
Diabetes Militus pada tahun 2000
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan (jenis & waktu) :
kaki kanan tertusuk kayu
b. Operasi (jenis & waktu) : Klien tidak pernah melakukan operasi
c. Penyakit
:
Kronis
: Diabetes Militus
d. Terakhir masuk RS
: Klien tidak ingat tanggal masuk RS
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) : Klien tidak alergi
3. Imunisasi : Tidak terkaji

4. Kebiasaan : klien hanya sering menonton TV dan pergi ke mushola buat


sholat
5. Obat-obatan yang digunakan: Klien minum obat glibenklamid
E. Riwayat Keluarga
Suami klien sudah meninggal
Klien tidak mengetahui riwayat DM dari kedua orang tuannya
Klien mengetahui kalau saudaranya meinggal karena DM
GENOGRAM
Orangtua klien

Klie
n
Perempuan hidup
Perempuan Meninggal
Laki-laki Hidup
Laki-Laki Meninggal
F.

Riwayat Lingkungan
Klien mengikuti posyandu lansia secara rutin dan pergi ke mushola
G. Pola Aktifitas-Latihan
Makan/minum

Mandiri

Mandi

2x sehari

Berpakaian/berdandan

Mandiri

Toileting

Mandiri

Mobilitas di tempat tidur Mandiri


Berpindah

Mandiri

Berjalan

Mandiri

Naik tangga

Tidak Terkaji

H. Pola Nutrisi Metabolik

Jenis diit/makanan

: Makanan berupa nasi,

Frekuensi/pola

: 2x sehari

Porsi yg dihabiskan

: + 10 sendok

Komposisi menu

: nasi+lauk

Pantangan

: makanan satan dan gorengan

Napsu makan

: baik

Jenis minuman

: air putih, kadang minum teh

Frekuensi/pola minum

: Sering teutama pada pagi hari

Gelas yg dihabiskan

: 5-9 gelas

Sukar menelan (padat/cair)

: Tidak

Pemakaian gigi palsu (area)

: Tidak

Riw. masalah penyembuhan luka: lama sembuh karena penyakit DM


I.

Pola Eliminasi
BAB:
- Frekuensi/pola

: 1x sehari

- Konsistensi

: Lunak

- Warna & bau

: kekuningan dan bau

- Kesulitan

: tidak ada kesulitan

- Upaya mengatasi

: tidak ada

BAK:

J.

- Frekuensi/pola

: Sering

- Konsistensi

: cair

- Warna & bau

: bening, bau khas

- Kesulitan

: tidak ada kesulitan

- Upaya mengatasi

: tidak ada

Pola Kebersihan Diri


Mandi: Frekuensi
- Penggunaan sabun
Keramas: Frekuensi
- Penggunaan shampoo
Gosok gigi: Frekuensi
- Penggunaan odol
Ganti baju:Frekuensi

: 3 kali sehari
: ya
: 2 hari sekali
: ya
: 3 kali sehari
: 3 kali sehari
: 1 kali sehari

Memotong kuku: Frekuensi

: dua minggu sekali

Kesulitan

: Tidak ada

Upaya yg dilakukan

: tidak ada

K. Pola Toleransi-Koping Stres


1. Pengambilan keputusan:

( ) sendiri

( ) dibantu orang lain,

sebutkan,anak
2. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: klien berdiskusi
dengan menantu dan anaknya
3. Harapan setelah menjalani perawatan: ingin matanya tidak buramlagi dan
jelas
4. Perubahan yang dirasa setelah sakit: Tidak ada
L. Konsep Diri
1. Gambaran diri : Klien merasa tubuhnya terlalu gemuk sehingga klien rajin
berolahraga untuk mengurangi berat badannya.
2. Ideal diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya.
3. Harga diri : Klien merasa tubuhnya sehat meskipun tekanan darahnya
tinggi
4. Peran : Klien berperan sebagai seorang istri, ibu, dan nenek
5. Identitas : Klien merupakan seorang ibu, istri dan nenek.

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK GERONTIK


Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
TTV & status gizi:
Suhu : 37 oC
RR
TD
: 130/80 mmHg
Nadi

: 18 x/mnt
: 90 x/menit

Pemeriksaan Fisik
Kepala:
Warna
: Sebagian besar rambut klien beruban
Kebersihan : Kulit kepala klien tampak bersih
Distribusi
: Merata dan sedang
Kerontokan : Ya
Keluhan
: klien mengeluh pusing
Mata:
Bentuk
: Simetris
Konjungtiva
: Tidak anemis
Sclera
: Tidak ikterus
Strabismus
: Tidak ada
Penglihatan
: pandangan kabur
Peradangan
: Tidak
Riwayat katarak
: Tidak ada
Keluhan
: Tidak ada
Hidung:
Bentuk
: Simetris
Peradangan
: Tidak ada
Penciuman
: Baik
Mulut dan tenggorokan:
Kebersihan
: Bersih
Mukosa
: Lembab
Peradangan/stomatitis
: Tidak ada
Gigi/Geligi
: Gigi geraham tanggal
Radang gusi
: Tidak tampak radang gusi
Kesulitan mengunyah
: Tidak
Kesulitan menelan
: Tidak
Telinga:
Bentuk
: Simetris
Kebersihan
: Bersih
Peradangan
: Tidak
Pendengaran
: normal
Keluhan lain
: Tidak ada
Leher:
Posisi Trakea
: Simetris
Pembesaran kel.tiroid
: Tidak ada
JVD
: Tidak ada
Kaku kuduk
: Tidak ada
Dada:
Bentuk dada
: Simetris
Retraksi
: (-)
Wheezing
: (-)
Ronchi
: (-)
Suara jantung tambahan : (-)
Abdomen:
Bentuk
: Besar

Nyeri tekan
Kembung
Supel
Bising usus
Massa
Genitalia/anus:
Kebersihan
Hemoroid
Hernia
Ekstremitas:
Massa/tonus otot
Postur tubuh
Gaya berjalan
Rentang gerak

:
:
:
:
:

(-)
(-)
(-)
Frekuensi: 12 x/mnt
(-)

: Tidak Terkaji
: Tidak ada
: Tidak ada
: Nilainya 4 (melawan gravitasi dengan tahanan)
: Normal, klien dapat berdiri dengan tegak
: agak sempoyongan kalau berjalan
: Klien dapat bergerak secara maksimal, tapi untuk
berjalan jauh klien mengatakan tidak kuat karena
kakinya akan terasa sakit. Klien juga mengeluh
ksemutan pada kaki
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

Deformitas
Tremor
Edema kaki
Flebitis
Klaudikasi
Integumen:
Kebersihan
: Kulit bersih
Warna
: putih
Kelembaban
: Lembab
Gangguan pada kulit
: (-)

PENGKAJIAN PSIKOGERONTIK
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat

: Ny. S
: Perempuan
: 60 tahun
: RT 07 RW 14 Kendalsari Malang

Status Menikah
: Janda
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tingkat Pendidikan : SD

Riwayat pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


1. Masalah emosional
: Klien mudah memikirkan sesuatu tentang suatu
masalah, misalnya diabetes militusnya meski sudah menerapkan pola hidup
sehat.
2. Tingkat Kerusakan Intelektual
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire)
Benar Sala
N
Pertanyaan
h
o

1.
Tanggal berapa hari ini ?

2.
Hari apa sekarang ?

3.
Apa nama tempat ini ?

4.
Dimana alamat Anda ?

5.
Berapa nomor rumah Anda ?

6.
Kapan Anda lahir ?

7.
Siapa presiden Indonesia ?

8.
Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

9.
Siapa nama ibu Anda ?

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap


.
angka baru, semua secara menurun.
Jumlah
5
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
3. Identifikasi aspek kognitif
Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
No
Aspek
Nilai
Nila
Kriteria
.
kognitif
Maksim
i
al
Klie
n
1.
Orientasi
5
4
Menyebutkan dengan benar
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
Orientasi
5
5
Dimana sekarang kita berada?
Negara
Propinsi
Kabupaten
2.
Registrasi
3
3
Sebutkan 3 nama objek (kursi, meja,
kertas)
Kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab:
3.
Perhatian
5
5
Meminta klien berhitung mulai dari
dan kalkulasi
100, kemudian dikurangi 7 sampai 5
tingkat:
4.
Mengingat
3
3
Meminta klien untuk menyebutkan
objek pada poin 2:
5.
Bahasa
9
9
Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjuk benda tersebut):
Meminta klien untuk mengulangi kata

Total Nilai

30

29

berikut tak ada jika, dan, atau, tetapi.


Klien menjawab........
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah.
Ambil ballpoint di tangan Anda, ambil
kertas, menulis saya mau tidur.
Perintahkan klien untuk hal berikut
(Bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
poin)
tutup mata Anda
Perintahkan pada klien untuk menulis
atau kalimat dan menyalin gambar
Kognitif baik

Pengkajian ADL
Modifikasi dari Barthel Index
Aktifitas
Skor
1. Makan
0= tidak mampu
10
5= dengan bantuan
10= mandiri
2. Mandi
0= dengan bantuan
5
5= mandiri
3. Kebersihan diri
0= dengan bantuan
`5
5= mandiri
4. Berpakaian
0= dengan bantuan
5= butuh bantuan pada setengah aktifitas
10
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0= inkontinen (termasuk pemberian enema)
10
5= occasional
10= kontinen
6. Mengontrol berkemih
0= inkontinen (termasuk kateter)
5= occasional
10
10= kontinen
7. Penggunaan toilet
0= dengan bantuan
10
5= butuh bantuan pada beberapa aktifitas
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk duduk
di tempat tidur

0= tidak mampu. Tidak ada keseimbangan


5= dengan bantuan mayor (1/2 orang), dapat duduk
10= dengan bantuan minor (verbal/fisik)
15= mandiri
9. Mobilitas (pada permukaan datar)
0= tidak mampu. < 50m
5= ketergantungan kursi roda, termasuk pegangan. >50m
10= berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal/fisik). >50m
15= mandiri (bisa dengan bantuan, mis. tongkat). > 50m
10.Naik turun tangga
0= tidak mampu
5= butuh bantuan
10= mandiri
Interpretasi: ketergantungan moderat
Total

10

10

5
85

PENGKAJIAN POSISI DAN KESEIMBANGAN (SULLIVAN)


No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10
11.
12
13.
14.

Nilai:

Tes koordinasi
Berdiri dengan postur normal

Keterangan

Klien dapat berdiri tegak, namun


takut kalau terajatuh
Berdiri
dengan
postur Klien dapat melakukan tetapi sedikit
normal, menutup mata
sempoyongan
Berdiri dengan kaki rapat
Klien
mampu
berdiri
dengan
merapatkan kaki
Berdiri pada satu kaki
Klien tidak dapat melakukan kaena
takut jatuh
Berdiri, fleksi trunk dan Klien tidak mampu berdiri dengan
berdiri ke posisi netral
penuh setelah fleksi
Berdiri, lateral dan flksi trunk Klien tidak mampu berdiri dengan
penuh setelah fleksi
Berjalan, tempatkan tumit Klien mampu melakukannya dengan
salah satu kaki di depan jari bantuan
kaki yang lain
Berjalan
sepanjang
garis Klien mampu berjalan dengan lurus
lurus
Berjalan mengikuti tanda Klien mampu mengikuti gambar di
gambar pada lantai
lantai
Berjalan menyamping
Klien mampu berjalan menyambung
Berjalan mundur
Klien mampu berjalan mundur
Berjalan mengikuti lingkaran Klien mampu berjalan melingkar
Berjalan pada tumit
Klien tidak mampu berjalan dengan
tumit bantuan maksimal
Berjalan dengan ujung kaki
Klien tidak mampu berjalan dengan
tumit
Jumlah
40 mampu melakukan aktifitas dengan sedikit bantuan

Nil
ai
4
3
4
1
1
1
3

4
4
4
4
4
2
1
40

LAMPIRAN : KUISIONER
Data respoden
Nama pasien
: Ny. S
Usia
: 60 tahun
Alamat
: RT 07 RW 14 Kendalsari Malang
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: tidak bekerja
Merokok
: tidk
Konsumsi Cafein
: kadang-kadang
Minum Obat
: ya
Posisi tidur
: terlenteng
Nyeri
: ya
Mengangkat beban : jarang
Riwayat penyakit : Diabetes Militus
Konsumsi obat obatan 2 minggu terakhir : Glibenklamid
KUESIONER SKRINING KUALITAS TIDUR PADA LANSIA
(MODIFIKASI PITTSBURG DAN SDQ)
No
1

Pertanyaan
Saya merasa kesulitan saat akan memulai tidur dimalam
hari
jawaban dibuat
a. 15 menit B. 30 mnit C 1 jam
berapa lama anda tidur malam?
a. >6 jam
b. 4-5 jam
c. <3 jam

Pre

Mid

Post

berapa kali anda terbangun dimalam hari


a. > 5 kali
b. 2-4kali
c. <= 1 kali

apa yang menyebabkan anda terbangun di malam haari?


a. Suara berisik di sekitar lingkungan saya
b. Sering kebelakang (kebelet pipis)
c. Saya terbangun tanpa sebab yang jelas

apakah and mematikan lampu saat tidur


a. Ya
b. Tidak
bagimana kondisi anda saat bangun tidur
a. Saya merasa pegal pegal dan capek
b. Saya masih merasa mengantuk
c. Saya merasa segar
berapa lama anda tidur siang
a. Tidak tidur siang
b. 1-2 jam
c. > 3 jam
Orang mengatakan kalau saya tidur mengorok

10

11

12

a. Ya
b. Tidak
Saya sering tidak bisa bergerak dan bernafas saat tidur
malam
a. Ya
b. Tidak
apakah saat ini anda memiliki keluhan yang paling
mengganggu tidur anda?
a. Pusing
b. Nyeri
c. Sering kencing di malam hari
d. Sering batuk di mlam hari
e. Tidak ada keluhan
apakah anda memiliki kebiasaan sebelum tidur seperti
a. Minum kopi atau teh
b. Merokok
c. Minum alkohol
d. Minum obat untuk penyakit saya
kalau pada malam hari anda merasa tidur anda kurang,
apa yang anda rasakan?
a. Saya merasa mudah marah dan tersinggung
b. Saya merasa susah berkonsentrasi
c. Saya merasa mudah lelah dan malas untuk
beraktifitas
d. Kurang tidur tidak memberikan efek apa apa
terhadap saya

B
A
C

B
C

LEMBAR MONITORING GANGGUAN TIDUR


Pertemuan ke-

II

III

IV

Pola kebiasaan sebelum tidur


Kebiasaa Kognitif
mampu
menjelaskan
n makan/ Klien
kebiasaan sebelum tidur yg
minum
harus dihindari
Psikomotor
Klien tidak merokok 4-6 jam
sebelum tidur*
Klien tidak minum minuman
berkafe-in (kopi, teh, soda,
minuman berenergi) 4-6 jam
sebelum tidur*
Klien tidak tidur dalam keadaan
lapar*
Klien tidak makan nasi, laukpauk, dan air putih 2-3 jam
sebelum tidur*
Klien tidak melewatkan sarapan

VI

VI
I

Jumlah

XXX X X X X
X X


XX

Kebiasaa Kognitif: klien mampu menjelaskan...


n minum Jenis obat yang dikunsumsi

obat
Dosis Obat yang dikonsumsi
X
Cara penggunaan obat yang

dikonsumsi
Efek
samping
obat
yang
X
dikonsumsi
Waktu
minum
obat
yang

dikomsumsi
Psikomotor : klien melaporkan....
Minum obat sesuai jadwal
X X
Pembatasan aktivitas
Kognititf: klien mampu menjelaskan
Cara mengangkat dengan benar
X
Psikomotor
Pasien
memperagakan
cara X

mengangkat yang benar*


Posisi tidur
Kognititf: klien mampu menjelaskan
Posisi tidur yang baik
X
Efek terhadap posisi tidur yang
X
kurang tepat
Jumlah bantal yang digunakan
X
saat tidur
Psikomotor: klien melaporkan
X X
X
X
Posisi Tidur miring kanan*
Snoring*

Waking sympthom: Nyeri leher,

punggung, sakit kepala*


Jumlah bantal yang dipakai
2 2 2
1
Latihan Otot Progresif
Kognititf: klien mampu menjelaskan
Definisi relaksasi progresif
X
Manfaat relaksasi progresif
X
Psikomotor: klien melaporkan
Melakukan
latihan
otot X X

progresif*

2
1
2

1
1

X
X

X
X

4
5

0
1

NB: * beri tanda centang (v)

LEMBAR EVALUASI GANGGUAN TIDUR


Outcome
I

Pertemuan ke- (tanggal)


II
III
IV V
VI VII

Skala nyeri*
*(tuliskan berapa skalanya dalam kotak yang
disediakan)
Kuantitas tidur*
*(tuliskan berapa skalanya dalam kotak yang
disediakan)
Kualitas tidur*
*(tuliskan berapa skalanya dalam kotak yang
disediakan) Pittsburg scale

18

15

PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index)


Pertanyaan-pertanyaan berikut berhubungan dengan kebiasaan tidur responden
selama 1 bulan terakhir:
1. Jam berapa Anda biasanya memulai tidur malam?
2. Berapa menit Anda bisa mulai tertidur setiap malamnya?
3. Jam berapa anda mulai bangun pagi dari tidur malam?
4. Berapa jam anda biasanya tidur malam?

Frekuensi gangguan
Jenis Gangguan Tidur
Tidak mampu memulai tidur
dalam 30 menit
Bangun tengah malam atau dini
hari
Terbangun untuk ke kamar mandi
Tidak bisa bernapas
nyaman saat tidur
Batuk atau mengorok
keras
Merasa kedinginan

dengan

Tidak
pernah
mengalami
(skor=0)

Bermimpi buruk
Nyeri
Alasan lain, sebutkan:
Selama sebulan ini, seberapa
sering anda mengkonsumsi obat
tidur?
Selama sebulan ini, seberapa
sering anda merasa mengantuk
saat melakukan aktivitas, seperti
menyapu, memasak, mencuci,
berjualan, etc?
Selama sebulan ini, seberapa
sering
Anda
mengalami

1-2
kali 3 kali
semingg
seminggu
u
(skor=4)
(skor=3)

dengan

Merasa kepanasan

Kurang
dari
seminggu
(skor=1)

kehilangan minat pada kegiatan


yang Anda lakukan?
Sangat
(0)
Menurut
anda,
bagaimana
kualitas tidur selama sebulan
terakhir?

baik Cukup baik Cukup


(1)
buruk (2)

Sangat
buruk (3)

ANALISA DATA
Pengelompokan Data
DS:
Klien mengataka nyeri
pada tengkuk leher
Keluhan nyeri + 2 hari
Klien memiliki riwayat
sakit DM
Klien mengatakan mudah
terbangun dari tidur
Sering pipis pada malam
hari
Mudah lelah kalau pada
pagi hari
DO :
TD = 130 / 80 mm Hg
RR = 18 x / menit
Nadi = 90 x/menit
DS:
Klien mengatakan tidak
mematikan lampu pada
malam hari
Klien mengatakan jarang
tidur siang
Klien mengatakan
Biasanya minum pada
malam hari sebelum tidur
Klien mengatakan
Mengeluh nyeri pada
tengkuk leher
Klien mengatakan Kalau
tidur posisi terlentang dan
mengorok

Etiologi
Usia lanjut, nyeri pada tengkuk leher

Penurunan serotonin, melatonin dan

pola tidur

hormon yang membantu tidur

Kesulitan memulai tidur dan tidur


kembali saat tebangun di malam hari

Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur


pada lansia

Gangguan pola tidur

Kurang informasi tentang gangguan tiur


dan cara menanganinya

Perilaku kebiasaan tidur yag berefek


pada gangguan tidur lansia
(minum air putih sebelum tidur, tidak
mematikan lampu pada waktu tidur,
nyeri leher dan posisi tidur yang salah)

Gangguan pemenuhan ebutuhan tidur


pada lansia

Lansia tidak tau apa yang harus


dilakukan untuk mengatasi gangguan
tidur

Kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan:

1. gangguan pola tidur


2. Kurang pengetahuan

Masalah
Gangguan

Kurang
Pengetahu
an

RENCANA KEPERAWATAN

No
1

Dx Keperawatan
gangguan pola tidur

Kriteria
Lansia
mampu

menerapkan

menerapkan

perilaku

75%

Indikator
Lansia

yang

makan

dapat

pemenuhan

dan

minum

Intervensi
Berikan penyululuhan mengenai penyebab
dan cara mengatasi gangguan tidur pada

yang

lansia

memperbaiki

menganggu dan membantu

Libatkan

kualitas tidur

tidur dengan baik

kebiasaan tidur lansia yang baik dalam

75% lansia dapat minum obat

membatu memenuhi tidur lansia

Lansia

mampu

mendemonstrasika
n teknik relaksasi

sesuai jadwal

napas dalam

keluarga

dalam

mengawasi

Ajarkan teknik relaksasi otot progresif

75% lansia dapat membatasi

Dorong lansia untuk mendemonstrasikan

aktivitas sesuai kemampuan

terapi relaksasi otot progresif

75%

Libatkan keluarga untuk mendorong lansia

lansia

menerapkan

posisi tidur yang baik

untuk berlatih terapi relaksasi setiap akan

75%

tiur

lansia

menerapkan

terapi relaksasi otot progresif

Anjurkan lansia untuk mandi dengan air


hangat dan mengompres sendi-sendi yang
sakit dengan waslap hangat.

Kurang

pengetahuan

Follow up perkembangan gangguan tidur

Sebanyak 80% lansia dapat

klien dan kebiasaan tidur klin setiap hari


Kaji tingkat pengetahuan lansia dan

memperhatikan

menjelaskan

keluarga tentang gangguan tidur dan cara

dan

gangguan tidur

mengatasi

Sebanyak 80% lansia dapat

Ajarkan pada lansia tentang kebiasaan

menjawab

sebelum tidur yang harus dihindari

Lansia
mampu

menjawab
pertanyaan
penyuluh

dengan

tentang

benar

Lansia

mampu

menjelaskan
kembali
ayng

materi
diberikan

perawat

tentang

pertanyaan
nutrisi

yang

Beri informasi pada lansia dan keluarga

membantu tidur

tentang

Sebanyak 75% lansia dapat

posisi tidur, dan modifikasi lingkungan

menjelaskan

menjelang tidur

tentang

jenis

nutrisi

yang

membantu

obat, efek samping, dosis,

Berikan

dan cara minum obat yang

pentingnya

benar

mematikan lampu saat tidur

Sebanyak 75% lansia dapat

Menjelaskan

informasi

pada

modifikasi
pada

lansia

tentang

lingkungan

lansia

tidur,

tetang

dan
cara

INTERVENSI DAN EVALUASI


Nama Perawat
NIM
Tgl
3
Febru
ari
2014

Jam
09.30

10.30
wib

Dx
1

: Puguh Sigit P
: 0910720070
1.
2.

3.
4.

5.

Implementasi
Mengkaji
penyebab
dan
cara
mengatasi gangguan tidur pada lansia
Melibatkan
keluarga
dalam
mengawasi kebiasaan tidur lansia
yang baik dalam membatu memenuhi
tidur lansia
Mengajarkan teknik relaksasi otot
progresif
Mendorong
lansia
untuk
mendemonstrasikan terapi relaksasi
otot progresif
Menganjurkan lansia untuk mandi
dengan air hangat dan mengompres
sendi-sendi yang sakit dengan waslap
hangat.

1. Mengkaji tingkat pengetahuan lansia


dan keluarga tentang gangguan tidur
dan cara mengatasi
2. Mengajarkan pada lansia tentang
kebiasaan sebelum tidur yang harus
dihindari
3. Memberikan informasi pada lansia
tentang
pentingnya
modifikasi
lingkungan dan mematikan lampu
saat tidur
4. Menjelaskan pada lansia tetang cara
mengangkat yang baik

Evaluasi
S:
Klien mengatakan nyeri pada tengkuk leher, Keluhan
nyeri + 2 hari
Klien mengatakan memiliki riwayat sakit DM, mudah
terbangun dari tidur dan sering pipis pada malam
hari. Setiap pagi hai sering merasa mudah lelah
O:
Keadaan umum baik, sedikit grimace, fokus perhatian
kurang TD = 130 / 80 mm Hg RR = 18 x / menit
Nadi = 90 x/menit
Klien dapat mempraktekkan terapi relaksasi otot
progresif
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1.1; 1.2; 1.3; 1.4; 1.5. Anjurkan
untuk kontrol jika sakit bertambah
S:
Klien mengatakan tidak mematikan lampu pada
malam hari dan sangat jarang tidur siang
Klien mengatakan biasanya minum pada malam hari
sebelum tidur
Klien mengatakan Mengeluh nyeri pada tengkuk
leher dan serin mengorok ketika tidur dengan posisi
terlentang
O:
Keadaan umum baik, sedikit grimace, fokus perhatian
kurang TD = 130 / 80 mm Hg RR = 18 x / menit
Nadi = 90 x/menit

Ttd

4
febru
ari
2014

10.15

11.20
wib

1.

2.

3.
4.

5.

6.

7.

Klien dapat mempraktekkan terapi relaksasi otot


progresif
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 2.1; 2.2; 2.3; 2.4;.
Anjurkan untuk kontrol jika sakit bertambah
Memberikan penyululuhan mengenai S:
keluarga klien mengatakan akan membantu ibunya
penyebab
dan
cara
mengatasi
supay mempraktekkan senam nya
gangguan tidur pada lansia
Klien
mengatakan iya mas,saya akan melakukan tiap
Melibatkan
keluarga
dalam
hari biar bisa tidur seperti dahulu
mengawasi kebiasaan tidur lansia
Klien mengatakan akan melakukan kompres apabila
yang baik dalam membatu memenuhi
sakit pada sendi
tidur lansia
O:
Mengajarkan teknik relaksasi otot Keadaan umum baik, sedikit grimace, fokus perhatian
progresif
kurang TD = 130 / 80 mm Hg RR = 18 x / menit
Mendorong
lansia
untuk Nadi = 90 x/menit
mendemonstrasikan terapi relaksasi Klien dapat mempraktekkan terapi relaksasi otot
otot progresif
progresif
Menglibatkan
keluarga
untuk A:
mendorong lansia untuk
berlatih Masalah teratasi sebagian
P:
terapi relaksasi setiap akan tiur
Lanjutkan
intervensi 1.1; 1.2; 1.3; 1.4;1.5; 1.6.
Menganjurkan lansia untuk mandi
Anjurkan untuk kontrol jika sakit bertambah
dengan air hangat dan mengompres
sendi-sendi yang sakit dengan waslap
hangat.
MenFollow
up
perkembangan
gangguan tidur klien dan kebiasaan
tidur klin setiap hari

"

5
Febru
ari
2014

14.00

14.30

1. Mengevaluasi tingkat pengetahuan


lansia dan keluarga tentang gangguan
tidur dan cara mengatasi
2. Mengajarkan pada lansia tentang
kebiasaan sebelum tidur yang harus
dihindari
3. Memberi informasi pada lansia dan
keluarga
tentang
nutrisi
yang
membantu tidur, posisi tidur, dan
modifikasi lingkungan menjelang tidur
4. Menjelaskan pada lansia tetang cara
mengangkat yang baik
5. Mengevaluasi pengetahuan lansia
mengenai gangguan tidur dan cara
penanganan
nya
setelah
mendapatkan penyuluhan
1. Melibatkan
keluarga
dalam
mengawasi kebiasaan tidur lansia
yang baik dalam membatu memenuhi
tidur lansia
2. Mengajarkan teknik relaksasi otot
progresif
3. Mendorong
lansia
untuk
mendemonstrasikan terapi relaksasi
otot progresif
4. Menglibatkan
keluarga
untuk
mendorong lansia untuk
berlatih
terapi relaksasi setiap akan tiur
5. MenFollow
up
perkembangan
gangguan tidur klien dan kebiasaan
tidur klin setiap hari

S:
Klien mengatakan akan mencoba tidur dengan posisi
miring sebelah kanan
Kien mengatakan akan menghindari minum teh dan
arir putih sebelum tidur
O:
Klien dapat mengulngi pejelasan oleh perawat
Keadaan umum baik, fokus perhatian meluas, TD =
130/100 mmHg, nadi =80x/menit
A: MTS
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.3; 2.4; 2.5

S:
Klien mengatakan sudah ridur agak nyenyak dari
pada kemarin
Klien mengatakan sudah agaj tenang dakibat sering
melakukan teknik otot progresif
Klien dan keluarga mengatakan akan selalu rutin
melakukan nya tiap hari
O
Klien dapat mengulngi pejelasan oleh perawat
Keadaan umum baik, fokus perhatian meluas, TD =
130/100 mmHg, nadi =88x/menit
A: MTS
P: Lanjutkan intervensi 1.1; 1.2; 1.3; 1.4; 1,5

6
Febru
ari
2014

14.00
wib

1. Memonitor perilaku menghindari risiko


3. Mengeksplorasi perasaan individu dan
persepsinya terhadap perilaku hidup
sehat
4. Memberikan penyuluhan tentang DM
5. Mengajak klien untuk mengikuti
senam lansia di posyandu lansia.

1.
2.
3.

4.

8
Febru
ari
2014

10.00

1.
2.

3.

S:
Hari ini klien mengatakan anyak minum air putih tapi
lebih banyak pada pagi hati
Hari ini klien mengatakan tidak merasa pegal-pegal di
bagian leher klien
Keluarga mengatakan kalau sesekali klien tidur
dengan posisi miring yang salah pada waktu tidur
O: TD = 130/90, N = 90x/menit, kemampuan berjalan
baik,
sempoyongan,
menggunakan
pakaian
olahraga
dan
bersepatu.
Klien
mampu
memperagakan cara senam teknik relaksasi otot
progresif secara rutin
A: MTS
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.2; 2.4; 2.5
Evaluasi hasil atau persepsi klien terhadap kegiatan
senam lansia
Memonitor perilaku sebelum tidur S: Klien mengatakan senang melakuakn teknik
klien
relaksasi progresif, dan setelah senam merasa
Mengeksplorasi perasaan individu dan
tubuhnya lebih ringan.
persepsinya terhadap gangguan tidur
O: TD = 140/100mmHg; nadi = 80 x/menit, aktif
Mengevaluasi
kemampuan
klien
mengikuti gerakan senam, antusias.
mempraktekkan teknik relaksasi otot A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.2; 2.5
progresif
Menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi otot progresif secara rutin
dan berkelanjutan .
Memngevaluasi semua kegiatan yang S: Tidak ada keluhan apa-apa, badan terasa sehat.
telah di ajarkan selama ini
Hany saja masih susah tidur dan sesekali
Memberikan pertanyyan kepada klien
terbangun
tentang hal-hal yang harus dilakukan O: TD = 140/90 mmHg; nadi = 70 x/menit; aktif
dalam mengatasi nyeri
mengikuti gerakan senam, ekspresi wajah baik
Mengeksplorasi perasaan individu dan A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
persepsinya terhadap kebiasaan tidur

4. Mengajak klien untuk mempragakan


teknik relaksasi otot progresif
5. Melakukan terminasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Diagnosa 1 : gangguan pola tidur
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan perawat terhadap ny. S menunjukkan
bahwa
Gangguan tidur pada klien masih ada dan klien mengatakan kalau tidurnya sudah
agak lebih baik dari pada sebelum di beri latihan. Adapaun yang menyebabkan klien
masih agask sering terbangun adalah karena klien mash salah dalam beberapa hal
yang harus dihindari sebelum tidur seperti menghindari makan dan minum sebelum
tidur, sert tiak meminum minuman yang mengandung kafein. Selain itu klien hanya
2 har terakhir mulai rutin melakukan terapi otot relaksasi progresif dan kadang klien
kurang bersungguh-sungguh dalam melakukan intervensi
Diagnosa 2: Kurang pengetahuan
Setelah

dilakukan

intervensi

terapi

oto

progresif,

tidur

klien

sedikit

mengalami perubahan dibanding sebleum dilakukan intervensi. Dari hasil observasi


intervensi yang dilakukan pasien didapatkan bahwa klien kurang bersungguhsungguh dalam melakukan praktek dan kadang lupa dengan urutan intervensi. Dari
observasi kebiasaaan makan dn minum sebelum tidur, klien dapat menjelaskan
secara jelas mengenai hal-hal yang harus dihindari sebelum tidur tetapi pada
kenyataannya keluarga klien mengatakan kalau klien kadang minum sesekali
minum minuman yang mengandung kafein seperti teh, dan klien sesekali juga
mengorok dengan posisi tidur yang terlentang. Selain itu klien memiliki motivasi
untuk merubah kebiasaan dan mengatur pola hidup agar bisa idur dengan nyenyak

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan selama 5 kali pertemuan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Masalah keperawatan gangguan pola tidur , teratasi sebagian
2) Masalah
keperawatan
ketidakefektifan
manajemen
kesehatan

diri

berhubungan dengan konflik keputusasaan, teratasi sebagian.


3) Motivasi klien untuk mempertahankan kesehatan dan meningkatkan frekuansi
teknik relaksasi otot progresif
B. Saran
Perlu adanya pendidikan kesehatan tentang akibat dari gangguan poka tidur,
keterlibatan keluarga untuk mengatur pola diit, dan support untuk rutin mengikuti
olahraga. Selain itu, perlu adanya observasi tekanan darah klien secara periodik
dan rutin karena klien tidak merasakan tanda dan gejala dari hipertensi yang
dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai