2. Penyebab
Penyebab Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
a. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu responsautoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan
insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis tipe I (Bruner and Suddarth,
2002). Secara garis besar etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
3. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan pada
tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi
dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 1980
mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang.
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di
dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4% dari total
penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada
tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset
kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi
nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar 10.3% dan
sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional
Obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17
provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu) pada penduduk usia>15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan
sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi
kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik
pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok
setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol
dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara
terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor
termasuk swasta.Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur
di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan
kegiatan yang penting dilakukan.Oleh karena itu, pemahaman faktor risiko DM sangat
penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program,
pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.
Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2010 dan 2030
Resiko
infeksi
4. Patofisiologi
5. Gejala klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita.Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang
berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan
cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan
dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka
sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang
ada pasien yang pasien sendiri tidak merasakan adanya keluhan, Mereka mengetahui
adanya diabetes hanya karena pada saat check up ditemukan kadar glukosa darahnya
tinggi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnosis
1) Glukosa darah meingkat: 200-100 mg/dL, atau lebih
2) Aseton plasma (keton ) positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L
5) Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
6) Fospor lebih sering menurun
7) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( selama
hidup sel darah merah ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan
DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden.
b. Pemeriksaan mikroalbumin
1) Mendeteksi kompliksai pada ginjal dan kardiovaskuler
2) Nefropati diabetik
a) Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus adalah
terjadinya nefropati diabetik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal
terminal sehingga penderita perlu cuci darah atau hemodialisa
b) Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang
berfungsi sebagai alat penyaring
c) Gangguan pada glomerolus ginjal menyebabka lolosnya protein albumin
kedalam urine
d) Adanya albumin dalam urine merupakan indikasi adanya nefropati diabetik
3) Manfaat pemeriksaan mikroalbumin
a) diagnosis dini nefropati diabetik
b) memperkirakan morbiditas penyakit kardiovaskuler dan mortalitas pasien
DM
4) Jadwal pemeriksaan mikroalbumin
a) Untuk DM tipe , diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun di
diagnosis DM
b) Untuk DM tipe 2, pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan, secara
periodik setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter
c. Pemeriksaan HBA1C atau A1C
1) Dapat memperkirakan risiko kompliksai akibat DM
2) HbA1C atau AIC
a) Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan
hemoglobin (glycohemoglobin)
b) Jumlah A1C yang terbentuk tergantung pada kadar glukosa darah
c) Ikatan A1C stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel
darah merah)
d) Kadar A1C mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka
waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan
3) Manfaat pemeriksaan A1C
a) Menilai kualitas pengendalian DM
b) Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
4) Tujuan pemeriksaan A1C
a) Mencegah terjadinya kompliksai kronik diabetes karena A1C dapat
memperkirakan risiko berkembangnya kompliksai diabetes, dimana
komplikasi ini DM muncul jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi
dalam jangka panjang
5) Jadwal pemeriksaan A1C
a) Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM dipastikan
b) Secara periodik (sebagai bagian dari pengelolaan DM yaitu setiap setiap 3
bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum tercapai) dan minimal 2
kali dalam setahun
8. Penatalaksaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivasi insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya kompliksai vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien (Brunner & Suddart,2010). Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM:
1) Diet
2) Latihan fisik
3) Pemantauan gula darah
4) Terapi (obat-obatan) seperti obat hipoglikemik oral dan pemberian insulin
5) Pendidikan kesehatan
b. Penatalaksanaan Nutrisi
Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
dan tekanan darah dalam kisaran normal dan lipid profil dan lipoprotein yang
menurunkan risiko penyakit vaskuler, mencegah timbulnya kompliksai kronik,
memenuhi kebutuhan nutrisi individu, dan menjaga kepuasan untuk makan hanya
pilihan makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah ada yang mengindikasikan
demikian. Bagi pasien yang membutuhkan insulin yang membantu untuk
mengontrol kadar gula darahnya, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan
jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap makan.
Prinsip utama dalam diet DM adalah 3 J, yaitu jumalah harus sesuai
kebutuhan, jadwal diet yang ketat, dan jenis makanan yang boleh dimakan dn
yang harus dihindari. American Diabetes Association merekomendasikan bahwa
untuk semua tingkatan asupan kalori , sebanyak 50% sampai 60% kalori
didapatkan dari karbohidrat, 20-30% dari lemak dan sisanya 10-20% dari protein.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang diabetes dapat mencakup
banyak macam gangguan fisiologis bergantung pada kondisi kesehatan pasien atau
apakah pasien baru terdiagnosa diabetes atau tengah mencari perawatan untuk
masalah kesehatan lain yang tidak terkait, karena semua pasien penyandang DM
harus menguasai konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk penatalaksanaan
jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinan kompliksai diabetes,
landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan menjadi fokus asuhan
keperawatan yang berkelanjutan
1) Memberikan pendidikan kesehatan untuk pasien
a) Menyusun rencana penyuluhan tentang diabetes
b) Mengkaji kesiapan untuk belajar
c) Menyuluh pasien yang berpengalaman
d) Menentukan metode penyuluhan
e) Menyuluh pasien cara memberikan insulin secara mandiri
2) Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas
a) Meningkatkan perawatan diri
b) Melanjutkan asuhan
9. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes melitus adalah sebagai berikut (Mansjoer,2001):
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia.
2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstermitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus antara lain :
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik.
3) Nefropati diabetik.
4) Proteinuria.
5) Kelainan koroner.
6) Ulkus / ganggren
Terdapat 5 grade ulkus diabetikum antara lain :
a) Grade 0 : tidak ada luka.
b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.
c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang.
d) Grade III : terjadi abses.
e) Grade IV : gangren pada kaki bagian distal.
f) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.
2. Diagnosa keperawatan
1) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masukan oral
3) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia,
penyakit diabetes melitus
5) Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan kulit
(epidermis) yang ditandai dengan kulit kering dan pecah
7) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan defisiensi
insulin, kurang menejemen diabetes
8) Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang program terapeutik
9) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya
10) Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes melitus)
11) Risiko cedera berhubungan dengan retinopati diabetik
3. Perencanaan
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
4 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan Monitor Tanda-Tanda Vital
1. Monitor tekanan darah,
perfusi jaringan keperawatan selama ... x ...,
nadi, suhu, dan status
perifer berhubungan diharapkan perfusi jaringan
pernafasan
dengan hipovolemia, perifer efektif dengan kriteria
2. Monitor warna kulit,
penyakit diabetes hasil:
suhu, dan kelembaban
a. Pengisian kapiler jari < 2
melitus ditandai Manajemen Sensasi Perifer
detik 1. Monitor sensasi tumpul
dengan suplai darah
b. Suhu kulit ujung kaki dan
atau tajam dan panas dan
ke kapiler menurun
tangan hangat
dingin (yang dirasakan
c. Tekanan darah sistolik dan
pasien)
diastolik dalam rentang
2. Monitor adanya
yang normal
Parasthesia dengan tepat
d. Parestesia sedang sampai
3. Intruksikan pasien dan
ringan
keluarga untuk
memeriksa kulit setiap
harinya
4. Letakkan bantalan pada
bagian tubuh yang
terganggu untuk
melindungi area tersebut
Perawatan Kaki
1. Periksa kulit untuk
mengetahui adanya
iritasi, retak, lesi, dan
lain-lain
2. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga mengenai
perawatan kaki rutin
3. Anjurkan pasien dan
keluarga mengenai
pentingnya perawatan
kaki
4. Anjurkan pasien akan
pentingnya pemeriksaan
kaki terutama ketika
sensasi mulai terasa
berkurang
5 Keletihan Setelah diberikan asuhan Manajemen energi
1. Kaji adanya faktor yang
berhubungan dengan keperawatan selama ... x ...,
menyebabkan kelelahan
kelesuan fisiologis diharapkan pasien dapat
2. Monitor respon
melakukan aktivitas dengan
kardiovaskuler terhadap
baik dengan kriteria hasil:
aktivitas
a. Memverbalisasikan
3. Monitor pola tidur dan
peningkatan energi dan
lamanya tidur/istirahat
merasa lebih baik
pasien
b. Menjelaskan penggunaan
4. Tingkatkan tirah baring
energi untuk mengatasi
dan pembatasan
kelelahan
aktivitas (tingkatkan
c. Kecemasan menurun
d. Glukosa darah adekuat periode istirahat)
e. Istirahat cukup 5. Diskusikan dengan
pasien jenis dan
banyaknya aktivitas
yang bisa dilakukan
6. Anjurkan pasien
menjaga asupan nutrisi
adekuat
7. Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
menghilangkan
ketegangan otot
6 Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan Insision Site Care
1. Membersihkan,
kulit berhubungan keperawatan selama ... x ...,
memantau meningkatkan
dengan gangguan diharapkan integritas kulit baik
proses penyembuhan
permukaan kulit dengan kriteria hasil:
b. Integritas kulit yang baik pada luka yang ditutup
(epidermis) yang
bisa dipertahankan dengan jahitan, klip atau
ditandai dengan kulit
(sensasi, elastisitas, straples
kering dan pecah
2. Monitor proses
temperatur)
c. Infeksi berkurang kesembhan area insisi
d. Nyeri yang terjadi 3. Monitor tanda dan gejala
berkurang infeksi pada area insisi
e. Adanya pertumbuhan 4. Bersihkan area sekitar
granulasi jaringan jahitan atau staples
menggunakan lidi kapas
steril
5. Gunakan preparat
antiseptik, sesuai
program
6. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program
7 Risiko ketidakstabilan Setelah diberikan asuhan Manajemen Hiperglikemi
kadar glukosa darah keperawatan selama ... x ..., 1. Identifikasi
berhubungan dengan diharapkan kadar glukosa kemungkinan penyebab
defisiensi insulin, darah stabil dengan kriteria hiperglikemi
kurang menejemen hasil: 2. Monitor kadar glukosa
a. Glukosa darah dalam
diabetes darah
kisaran normal: 3. Monitor tanda dan
Kadar glukosa darah gejala hiperglikemi
sesaat: <200 mg/dl 4. Monitor nadi dan
Kadar glukosa darah
tekanan darah ortostatik
puasa: < 126 mg/dl
Kadar glukosa darah 5. Batasi aktivitas ketika
2 jam post pandrial: kadar glukosa darah
< 200 mg/dl lebih dari 250 mg/dL
b. Peningkatan urin output 6. Instruksikan pada pasien
tidak ada dan keluarga mengenai
c. Peningkatan haus tidak
manajemen diabetes
ada
d. Pemahaman manajemen selama periode sakit,
diabetes termasuk penggunaan
insulin dan/atau obat
oral, monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat dan kapat
mencari bantuan
petugas kesehatan,
sesuai kebutuhan
7. Fasilitasi kepatuhan
terhadap diit dan
regimen latihan
8 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan Pengajaran: Proses
manajemen kesehatan keperawatan selama ... x ..., Penyakit
berhubungan dengan diharapkan manajemen 1. Kaji tingkat pemahaman
kurangnya informasi kesehatan diri pasien efektif pasien tentang penyakit,
tentang program dengan kriteria hasil: komplikasi, dan
a. Menunjukkan perilaku
terapeutik pengobatan yang
kepatuhan
direkomendasikan untuk
b. Melakukan program
menentukan defisiensi
pengobatan yang
pengetahuan
diprogramkan
c. Melakukan aktivitas 2. Beri informasi tentang
kehidupan sehari-hari yang penyakit, komplikasi
diprogramkan dan pengobatan yang
direkomendasikan
3. Bantu pasien dalam
mengidentifikasi
perilaku sasaran yang
perlu diubah untuk
mencapai yang
diinginkan
4. Beri pelatihan dan
dukungan untuk
memotivasi melanjutkan
kepatuhan terhadap
terapi
5. Kolaborasi dengan
penyedia perawatan
kesehatan lain untuk
menentukan cara
memodifikasi program
terapeutik tanpa
membahayakan
kesehatan pasien.
9 Defisiensi Setelah diberikan asuhan Teaching : disease Process
pengetahuan keperawatan selama ... x ..., 2. Berikan penilaian tentang
berhubungan dengan pasien mengetahui tentang tingkat pengetahuan
kurangnya informasi penyakitnya, dengan kriteria pasien tentang proses
mengenai penyakitnya hasil: penyakit yang spesifik
a. Pasien dan keluarga 3. Jelaskan patofisiologi dari
ditandai demgan
menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana
pasien bertanya
tentang penyakit, kondisi, hal ini berhubungan
mengenai penyakit
prognosis dan program dengan anatomi dan
yang diderita
pengobatan fisiologi, dengan cara
b. Pasien dan keluarga
yang tepat.
mampu melaksanakan 4. Gambarkan tanda dan
prosedur yang dijelaskan gejala yang biasa muncul
secara benar pada penyakit, dengan
c. Pasien dan keluarga
cara yang tepat
mampu menjelaskan 5. Gambarkan proses
kembali apa yang penyakit, dengan cara
dijelaskan perawat/tim yang tepat
6. Identifikasi kemungkinan
kesehatan lainnya
penyebab, dengna cara
yang tepat
7. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
8. Hindari harapan yang
kosong
9. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
10. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
11. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
12. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
13. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
14. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
15. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
10 Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan Infection control
1. Bersihkan lingkungan
berhubungan dengan keperawatan selama ... x ...,
setelah dipakai pasien
penyakit kronis diharapkan infeksi tidak terjadi
lain
(diabetes melitus) dengan kriteria hasil :
2. Pertahankan teknik
a. Pasien bebas dari tanda
isolasi
dan gejala infeksi
3. Batasi penginjung bila
b. Menunjukkan kemampuan
perlu
untuk mencegah
4. Gunakan sabun
timbulnya infeksi
antimikroba untuk cuci
c. Jumlah leukosit dalam
tangan
batas normal
5. Gunakan alat pelindung
diri
11 Risiko cedera Setelah diberikan asuhan Environment Management
berhubungan dengan keperawatan selama ... x ..., 1. Sediakan Iingkungan
retinopati diabetik diharapkan pasien terbebas yang aman untuk pasien
dari cedera dengan kriteria 2. Identifikasi kebutuhan
hasil: keamanan pasien, sesuai
a. Mampu menjelaskan
dengan kondisi fisik dan
cara/metode untuk
fungsi kognitif pasien
mencegah injury/cedera
dan riwayat penyakit
b. Mampu menjelaskan
terdahulu pasien
faktor resiko dari
3. Menghindarkan
lingkungan/perilaku
lingkungan yang
personal
c. Mampu memodifikasi berbahaya (misalnya
gaya hidup untuk memindahkan
mencegah injury perabotan)
d. Menggunakan fasilitas
4. Memasang side rail
kesehatan yang ada
tempat tidur
e. Mampu mengenali
5. Menyediakan tempat
perubahan status
tidur yang nyaman dan
kesehatan bersih
6. Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
9. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
10. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
11. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hsil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC: Jakarta.
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
NANDA. 2015. Klasifikasi Diagnosis Nanda 2015-2017. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta: MedAction.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Soegondo. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI.
Sujono & Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.