Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS (DM)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi/Pengertian

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Sudarth,
2002). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.Jika
telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular
mikroangiopati dan neuropati (Price & Wilson, 2006).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Soegondo, 2007).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah
peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah.

2. Penyebab
Penyebab Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
a. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu responsautoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan
insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis tipe I (Bruner and Suddarth,
2002). Secara garis besar etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.

Penyelidikan masih dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan faktor-


faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, virus, atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta.
b. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe II
Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes mellitus tipe II antara lain:
1) Faktor-faktor genetik
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
2) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun.
3) Obesitas
4) Riwayat keluarga
5) Kelompok etnik

Di Amerika Serikat, golongan hipsonik serta penduduk asli Amerika


tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes
mellitus tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika.

3. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan pada
tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi
dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 1980
mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang.
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di
dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4% dari total
penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada
tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset
kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi
nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar 10.3% dan
sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional
Obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17
provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu) pada penduduk usia>15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan
sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi
kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik
pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok
setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol
dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara
terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor
termasuk swasta.Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur
di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan
kegiatan yang penting dilakukan.Oleh karena itu, pemahaman faktor risiko DM sangat
penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program,
pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.
Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2010 dan 2030

NO Rangking Orang Dengan Rangking Negara Orang Dengan


Negara Tahun DM (Juta) Tahun 2030 DM (Juta)
2010
1 India 31,7 India 79,4
2 Cina 20,8 Cina 42,3
3 Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4 Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5 Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6 Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7 Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8 Brazil 4,6 Jepang 8,9
9 Italia 4,3 Filipina 7,8
10 Banglades 3,2 Mesir 6,7
Pathway Diabetes Mellitus
Diabetes Tipe I Kurangnya informasi Diabetes Tipe II
tentang penyakit

Faktor Faktor Faktor Usia Obesitas


Genetik Imunoogi Lingkungan Defisiensi
pengetahuan Peningkatan kelebihan lemak
HLA Proses Virus/toksin resistensi sel
Menurun autoimun tertentu terhadap insulin Lemak
Kurang
pengetahuan
Kesalahan diteksi lemak menumpuk
tentang program
Terhadap benda asing di pembuluh darah
terapeutik
Mengenal sel pankreas mempengaruhi
Transfer glukosa
Destruksi sel beta Ketidakefektifan
manajemen
Gangguan produksi insulin kesehatan

penurunan jumlah insulin

fungsi transfer menurun

gangguan distribusi gangguan distribusi gangguan distribusi


lemak glukosa protein

penumpukan lemak Resiko ketidakstabilan glukosa tidak bisa gangguan


kadar glukosa darah
di pembuluh darah masuk sel regenerasi sel

hiperglikemia glikoneogenesis Glukosa intrasel menurun

gangguan pembuluh mikrovaskuler konsentrasi darah produksi keton


darah besar meningkat meningkat Proses pembentukan ATP
(makrovaskuler) aterosklerosis /energi terganggu
Deuresis osmosis ketoasidosis
Pecahnya pembuluh
kelesuan Keletihan
Darah di koroid hipertensi gagal sekresi cairan
fisiologis
Ginjal dan elektrolit
Retino pati berlebihan
Proloferatif pada arteri penurunan penurunan starvasi sel
Koroner banyak berkemih jumah metabolisme
Neovaskulerisasi glukosa sel basal glukoneogenesis
Infark poliuri
Pembuluh darah koroner anoreksia
Mengecil dan
Memendek/ Kekurangan
Nyeri volume cairan Ketidakseimbangan nutrisi
Tertarik
akut kurang dari kebutuhan tubuh
Pelepasan retina sorbital salah hipovolemik gangguan sirkulasi gagal
Dan perdarahan satu perubahan darah ginjal
Dalam badan glukosa dehidrasi
Vitreus suplai darah
Yang diatur oleh neurotrans ke perifer
Retinopati diabetik aldose reduktose miter menurun
Sensori penglihatan terjadi akumulasi SSP
Sorbital Ketidakefektifan
gangguan memerintahkan perfusi jaringan
Penglihatan perubahan untuk meningkatkan perifer
metabolik Jumlah cara minum
dalam sintesa banyak
Risiko cedera atau fungsi
myelin polidipsi

otonom sensoris motoris atropi otot

penurunan hilang perubahan perubahan cara


perspirasi sensori tulang jalan
kulit tipis trauma deformitas titik tekan baru
tak terasa
kulit kering nyeri
Kerusakan
dan pecah
integritas kulit
ulserasi

Resiko
infeksi
4. Patofisiologi

Diabetes Tipe I. Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk


menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke
dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(Poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-
asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turun menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti hiperventilasi, napas bau aseton dan bila tidak ditangani
akan mengakibatkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Retensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan untuk mengatasi retensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika
sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

5. Gejala klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita.Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang
berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan
cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan
dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka
sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang
ada pasien yang pasien sendiri tidak merasakan adanya keluhan, Mereka mengetahui
adanya diabetes hanya karena pada saat check up ditemukan kadar glukosa darahnya
tinggi.

Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah:


1) Keluhan klinik
a) Penurunan Berat Badan (BB) dan rasa lemah
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur menjadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan mmemecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM, walaupun
banyak makan tetap kurus
b) Banyak kencing
Hal ini disebabkan oleh kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis yang
mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehinga klien mengeluh
banyak kencing.
c) Banyak minum
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minu.
d) Banyak makan
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel sehingga megalami
starvasi (kelaparan). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan
berada sampai pembuluh dara.
2) Keluhan lain
a) Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur.
b) Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia
tetap dapat melihat dengan baik.
c) Gatal/bisul
Kelainan bisel berupa gatal, biasanya terjadi didaerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketika dan dibawah payudara.Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
d) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara
terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya
masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan maslah seks, apalagi
menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
e) Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

6. Klasifikasi Diabetes Melitus


a. Diabetes Melitus Tipe 1
Selitar 5-10 % pasien mengalami diabetes tipe 1. Ini ditandai dengan destruksi sel-
sel pankreas akibat faktor genetis, imunologis, dan mungkin juga lingkungan
misalnya virus. Injeksi insulin diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah.
Awitan diabetes tipe 1 terjadi secara mendadak, biasanya sebelum usia 30 tahunan
(Brunner& Suddart,2010).
b. Diabetes Tipe 2
Sekitar 90-95% pasien penyandang diabetes tipe 2. Tipe ini disebabkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat jumlah
penurunan jumlah insulin yang diproduksi. Paling sering dialami oleh pasien
diatas 30 tahun dan pasien yang obesitas (Brunner & Suddart,2010).
c. Diabetes melitus Gestasional
Ditandai dengan setiap derajat intoleransi glukosa yang muncul selama kehamilan
(trimester kedua atau ketiga). Risiko diabetes gestasional mencakup obesitas,
riwayat personal pernah mengalami diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat
kuat keluarga pernah mengalami diabetes. Keluarga etnis yang berisiko tinggi
mencakup penduduk Amerika Hispanik, Amerika Afrika dan kepulauan Pasifik.
Diabetes gestasional meningkatkan risiko mereka untuk mengalami gangguan
hipertensif selama kehamilan (Brunner & Suddart,2010).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnosis
1) Glukosa darah meingkat: 200-100 mg/dL, atau lebih
2) Aseton plasma (keton ) positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L
5) Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
6) Fospor lebih sering menurun
7) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( selama
hidup sel darah merah ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan
DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden.
b. Pemeriksaan mikroalbumin
1) Mendeteksi kompliksai pada ginjal dan kardiovaskuler
2) Nefropati diabetik
a) Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus adalah
terjadinya nefropati diabetik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal
terminal sehingga penderita perlu cuci darah atau hemodialisa
b) Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang
berfungsi sebagai alat penyaring
c) Gangguan pada glomerolus ginjal menyebabka lolosnya protein albumin
kedalam urine
d) Adanya albumin dalam urine merupakan indikasi adanya nefropati diabetik
3) Manfaat pemeriksaan mikroalbumin
a) diagnosis dini nefropati diabetik
b) memperkirakan morbiditas penyakit kardiovaskuler dan mortalitas pasien
DM
4) Jadwal pemeriksaan mikroalbumin
a) Untuk DM tipe , diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun di
diagnosis DM
b) Untuk DM tipe 2, pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan, secara
periodik setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter
c. Pemeriksaan HBA1C atau A1C
1) Dapat memperkirakan risiko kompliksai akibat DM
2) HbA1C atau AIC
a) Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan
hemoglobin (glycohemoglobin)
b) Jumlah A1C yang terbentuk tergantung pada kadar glukosa darah
c) Ikatan A1C stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel
darah merah)
d) Kadar A1C mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka
waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan
3) Manfaat pemeriksaan A1C
a) Menilai kualitas pengendalian DM
b) Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
4) Tujuan pemeriksaan A1C
a) Mencegah terjadinya kompliksai kronik diabetes karena A1C dapat
memperkirakan risiko berkembangnya kompliksai diabetes, dimana
komplikasi ini DM muncul jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi
dalam jangka panjang
5) Jadwal pemeriksaan A1C
a) Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM dipastikan
b) Secara periodik (sebagai bagian dari pengelolaan DM yaitu setiap setiap 3
bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum tercapai) dan minimal 2
kali dalam setahun

8. Penatalaksaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivasi insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya kompliksai vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien (Brunner & Suddart,2010). Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM:
1) Diet
2) Latihan fisik
3) Pemantauan gula darah
4) Terapi (obat-obatan) seperti obat hipoglikemik oral dan pemberian insulin
5) Pendidikan kesehatan
b. Penatalaksanaan Nutrisi
Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
dan tekanan darah dalam kisaran normal dan lipid profil dan lipoprotein yang
menurunkan risiko penyakit vaskuler, mencegah timbulnya kompliksai kronik,
memenuhi kebutuhan nutrisi individu, dan menjaga kepuasan untuk makan hanya
pilihan makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah ada yang mengindikasikan
demikian. Bagi pasien yang membutuhkan insulin yang membantu untuk
mengontrol kadar gula darahnya, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan
jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap makan.
Prinsip utama dalam diet DM adalah 3 J, yaitu jumalah harus sesuai
kebutuhan, jadwal diet yang ketat, dan jenis makanan yang boleh dimakan dn
yang harus dihindari. American Diabetes Association merekomendasikan bahwa
untuk semua tingkatan asupan kalori , sebanyak 50% sampai 60% kalori
didapatkan dari karbohidrat, 20-30% dari lemak dan sisanya 10-20% dari protein.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang diabetes dapat mencakup
banyak macam gangguan fisiologis bergantung pada kondisi kesehatan pasien atau
apakah pasien baru terdiagnosa diabetes atau tengah mencari perawatan untuk
masalah kesehatan lain yang tidak terkait, karena semua pasien penyandang DM
harus menguasai konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk penatalaksanaan
jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinan kompliksai diabetes,
landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan menjadi fokus asuhan
keperawatan yang berkelanjutan
1) Memberikan pendidikan kesehatan untuk pasien
a) Menyusun rencana penyuluhan tentang diabetes
b) Mengkaji kesiapan untuk belajar
c) Menyuluh pasien yang berpengalaman
d) Menentukan metode penyuluhan
e) Menyuluh pasien cara memberikan insulin secara mandiri
2) Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas
a) Meningkatkan perawatan diri
b) Melanjutkan asuhan

9. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes melitus adalah sebagai berikut (Mansjoer,2001):
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia.
2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstermitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus antara lain :
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik.
3) Nefropati diabetik.
4) Proteinuria.
5) Kelainan koroner.
6) Ulkus / ganggren
Terdapat 5 grade ulkus diabetikum antara lain :
a) Grade 0 : tidak ada luka.
b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.
c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang.
d) Grade III : terjadi abses.
e) Grade IV : gangren pada kaki bagian distal.
f) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian (Data Subyektif dan Obyektif)
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan
fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
3) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Status neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
d. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
e. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
f. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
g. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
h. Sistem urinari
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
i. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

Pengkajian pola fungsi kesehatan menurut Gordon sebagai berikut:


a) Pola persepsi kesehatan yang pernah dialami klien,
Apa upaya dan dimana klien mendapatkan pertolongan kesehatan lalu apa saja
yang membuat status kesehatan klien menurun, termasuk riwayat penggunaan
obat-obatan. Pada pasien DM pola ini mungkin mengalami perubahan, dimana
salah satu komplikasinya yaitu diabetic foot bisa menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecendrungan tidak mematuhi prosedur
pengobatan
b) Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun,
dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
Keluhan yang muncul seperti mual, muntah, berat badan menurun, turgor kulit
jelek.
c) Pola eliminasi
Pada pasien DM, adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran
glukosa dari urin (glukosauri). Pada eliminsai alvi relatif tidak ada gangguan.
d) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, takikardi atau takipnea pada
waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka
ganggren dan kelemahan otot-otot tungkai bawah menyebabkan penderita
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
e) Pola tidur dan istirahat
Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh polyuria
dan nyeri pada kaki yang luka.
f) Pola persepsi kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap nyeri, selain itu adanya komplikasi lain
menyebabkan adanya gangguan penglihatan.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktut tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya
perawatan, biaya perawatan yang mahal menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga
h) Pola peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan
i) Pola reproduksi seksual
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan seksual. Adanya peradangan pada pada
daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria, selain itu
berisiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati.
j) Pola mekanisme koping dan toleransi stress
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
seperti muda marah, kecemasan, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan koping yang konstruktif/adaptif.
k) Pola sistem kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.

2. Diagnosa keperawatan
1) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masukan oral
3) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia,
penyakit diabetes melitus
5) Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan kulit
(epidermis) yang ditandai dengan kulit kering dan pecah
7) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan defisiensi
insulin, kurang menejemen diabetes
8) Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang program terapeutik
9) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya
10) Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes melitus)
11) Risiko cedera berhubungan dengan retinopati diabetik
3. Perencanaan

Tujuan dan Kriteria Hasil


No Diagnosa NIC
(NOC)
1 Kekurangan volume Setelah diberikan asuhan Fluid Management
cairan tubuh keperawatan selama ... x ..., 1. Pertahankan dan catat
berhubungan dengan diharapkan kekurangan volume intake output yang
diuresis osmotik cairan teratasi dengan kriteria adekuat
2. Monitor vital sign
ditandai poliuri hasil:
3. Monotor masukan
a. Mempertahankan urin
makan/cairan dan hitung
output sesuai dengan usia
intake kalori harian
dan BB
4. Kolaborasi pemberian
b. Tekanan darah, nadi, suhu
cairan IV
tubuh dalam batas normal
5. Monitor status nutrisi
c. Tidak ada tanda-tanda
6. Dorong masukan oral
dehidrasi 7. Kolaborasi dengan
d. Elastisitas turgor kulit
dokter
membaik, membran
Hipovolemia Management:
mukosa lembab, tidak ada
1. Monitor status cairan
rasa haus yang berlebihan
termasuk intake dan
output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
6. Monitor BB
7. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan Nutrition Management
nutrisi kurang dari keperawatan selama ... x ..., 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh diharapakan pasien tidak makanan
berhubungan dengan mengalami kekurangan nutrisi, 2. Kolaborasi dengan ahli
penurunan masukan dengan kriteria hasil : gizi untuk menentukan
a. Adanya peningkatan berat
oral ditandai dengan jumlah kalori dan nutrisi
badan sesuai dengan
penurunan berat badan yang dibutuhkan pasien.
tujuan
3. Berikan makanan yang
b. Berat badan ideal sesuai
terpilih (sudah
dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi dikonsultasikan dengan
kebutuhan nutrisi ahli gizi)
d. Tidak ada tanda-tanda
4. Ajarkan pasien
malnutrisi
bagaimana membuat
e. Menunjukkan peningkatan
catatan makanan harian.
fungsi pengecapan dan
5. Monitor jumlah nutrisi
menelan
f. Tidak terjadi penurunan dan kandungan kalori
berat badan yang berarti 6. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
7. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan perubahan
pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intake nutrisi
14. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
15. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
3 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain Management
berhubungan dengan keperawatan selama ... x ..., 1. Lakukan pengkajian
iskemik jaringan diharapkan pasien tidak nyeri secara
ditandai dengan mengalami nyeri dengan komprehensif termasuk
melaporkan nyeri kriteria hasil: lokasi, karakteristik,
secara verbal, sikap a. Mampu mengontrol nyeri durasi frekuensi, kualitas
melindungi area nyeri (tahu penyebab nyeri, dan faktor presipitasi
mampu menggunakan 2. Observasi reaksi
tehnik nonfarmakologi nonverbal dan
untuk mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
mencari bantuan) 3. Gunakan teknik
b. Melaporkan bahwa nyeri
komunikasi terapeutik
berkurang dengan
untuk mengetahui
menggunakan manajemen
pengalaman nyeri pasien
nyeri
4. Kaji kultur yang
c. Mampu mengenali nyeri
mempengaruhi respon
(skala, intensitas,
nyeri
frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman 5. Evaluasi pengalaman
setelah nyeri berkurang nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
Iampau
7. Bantu pasierl dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
4 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan Monitor Tanda-Tanda Vital
1. Monitor tekanan darah,
perfusi jaringan keperawatan selama ... x ...,
nadi, suhu, dan status
perifer berhubungan diharapkan perfusi jaringan
pernafasan
dengan hipovolemia, perifer efektif dengan kriteria
2. Monitor warna kulit,
penyakit diabetes hasil:
suhu, dan kelembaban
a. Pengisian kapiler jari < 2
melitus ditandai Manajemen Sensasi Perifer
detik 1. Monitor sensasi tumpul
dengan suplai darah
b. Suhu kulit ujung kaki dan
atau tajam dan panas dan
ke kapiler menurun
tangan hangat
dingin (yang dirasakan
c. Tekanan darah sistolik dan
pasien)
diastolik dalam rentang
2. Monitor adanya
yang normal
Parasthesia dengan tepat
d. Parestesia sedang sampai
3. Intruksikan pasien dan
ringan
keluarga untuk
memeriksa kulit setiap
harinya
4. Letakkan bantalan pada
bagian tubuh yang
terganggu untuk
melindungi area tersebut
Perawatan Kaki
1. Periksa kulit untuk
mengetahui adanya
iritasi, retak, lesi, dan
lain-lain
2. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga mengenai
perawatan kaki rutin
3. Anjurkan pasien dan
keluarga mengenai
pentingnya perawatan
kaki
4. Anjurkan pasien akan
pentingnya pemeriksaan
kaki terutama ketika
sensasi mulai terasa
berkurang
5 Keletihan Setelah diberikan asuhan Manajemen energi
1. Kaji adanya faktor yang
berhubungan dengan keperawatan selama ... x ...,
menyebabkan kelelahan
kelesuan fisiologis diharapkan pasien dapat
2. Monitor respon
melakukan aktivitas dengan
kardiovaskuler terhadap
baik dengan kriteria hasil:
aktivitas
a. Memverbalisasikan
3. Monitor pola tidur dan
peningkatan energi dan
lamanya tidur/istirahat
merasa lebih baik
pasien
b. Menjelaskan penggunaan
4. Tingkatkan tirah baring
energi untuk mengatasi
dan pembatasan
kelelahan
aktivitas (tingkatkan
c. Kecemasan menurun
d. Glukosa darah adekuat periode istirahat)
e. Istirahat cukup 5. Diskusikan dengan
pasien jenis dan
banyaknya aktivitas
yang bisa dilakukan
6. Anjurkan pasien
menjaga asupan nutrisi
adekuat
7. Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
menghilangkan
ketegangan otot
6 Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan Insision Site Care
1. Membersihkan,
kulit berhubungan keperawatan selama ... x ...,
memantau meningkatkan
dengan gangguan diharapkan integritas kulit baik
proses penyembuhan
permukaan kulit dengan kriteria hasil:
b. Integritas kulit yang baik pada luka yang ditutup
(epidermis) yang
bisa dipertahankan dengan jahitan, klip atau
ditandai dengan kulit
(sensasi, elastisitas, straples
kering dan pecah
2. Monitor proses
temperatur)
c. Infeksi berkurang kesembhan area insisi
d. Nyeri yang terjadi 3. Monitor tanda dan gejala
berkurang infeksi pada area insisi
e. Adanya pertumbuhan 4. Bersihkan area sekitar
granulasi jaringan jahitan atau staples
menggunakan lidi kapas
steril
5. Gunakan preparat
antiseptik, sesuai
program
6. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program
7 Risiko ketidakstabilan Setelah diberikan asuhan Manajemen Hiperglikemi
kadar glukosa darah keperawatan selama ... x ..., 1. Identifikasi
berhubungan dengan diharapkan kadar glukosa kemungkinan penyebab
defisiensi insulin, darah stabil dengan kriteria hiperglikemi
kurang menejemen hasil: 2. Monitor kadar glukosa
a. Glukosa darah dalam
diabetes darah
kisaran normal: 3. Monitor tanda dan
 Kadar glukosa darah gejala hiperglikemi
sesaat: <200 mg/dl 4. Monitor nadi dan
 Kadar glukosa darah
tekanan darah ortostatik
puasa: < 126 mg/dl
 Kadar glukosa darah 5. Batasi aktivitas ketika
2 jam post pandrial: kadar glukosa darah
< 200 mg/dl lebih dari 250 mg/dL
b. Peningkatan urin output 6. Instruksikan pada pasien
tidak ada dan keluarga mengenai
c. Peningkatan haus tidak
manajemen diabetes
ada
d. Pemahaman manajemen selama periode sakit,
diabetes termasuk penggunaan
insulin dan/atau obat
oral, monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat dan kapat
mencari bantuan
petugas kesehatan,
sesuai kebutuhan
7. Fasilitasi kepatuhan
terhadap diit dan
regimen latihan
8 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan Pengajaran: Proses
manajemen kesehatan keperawatan selama ... x ..., Penyakit
berhubungan dengan diharapkan manajemen 1. Kaji tingkat pemahaman
kurangnya informasi kesehatan diri pasien efektif pasien tentang penyakit,
tentang program dengan kriteria hasil: komplikasi, dan
a. Menunjukkan perilaku
terapeutik pengobatan yang
kepatuhan
direkomendasikan untuk
b. Melakukan program
menentukan defisiensi
pengobatan yang
pengetahuan
diprogramkan
c. Melakukan aktivitas 2. Beri informasi tentang
kehidupan sehari-hari yang penyakit, komplikasi
diprogramkan dan pengobatan yang
direkomendasikan
3. Bantu pasien dalam
mengidentifikasi
perilaku sasaran yang
perlu diubah untuk
mencapai yang
diinginkan
4. Beri pelatihan dan
dukungan untuk
memotivasi melanjutkan
kepatuhan terhadap
terapi
5. Kolaborasi dengan
penyedia perawatan
kesehatan lain untuk
menentukan cara
memodifikasi program
terapeutik tanpa
membahayakan
kesehatan pasien.
9 Defisiensi Setelah diberikan asuhan Teaching : disease Process
pengetahuan keperawatan selama ... x ..., 2. Berikan penilaian tentang
berhubungan dengan pasien mengetahui tentang tingkat pengetahuan
kurangnya informasi penyakitnya, dengan kriteria pasien tentang proses
mengenai penyakitnya hasil: penyakit yang spesifik
a. Pasien dan keluarga 3. Jelaskan patofisiologi dari
ditandai demgan
menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana
pasien bertanya
tentang penyakit, kondisi, hal ini berhubungan
mengenai penyakit
prognosis dan program dengan anatomi dan
yang diderita
pengobatan fisiologi, dengan cara
b. Pasien dan keluarga
yang tepat.
mampu melaksanakan 4. Gambarkan tanda dan
prosedur yang dijelaskan gejala yang biasa muncul
secara benar pada penyakit, dengan
c. Pasien dan keluarga
cara yang tepat
mampu menjelaskan 5. Gambarkan proses
kembali apa yang penyakit, dengan cara
dijelaskan perawat/tim yang tepat
6. Identifikasi kemungkinan
kesehatan lainnya
penyebab, dengna cara
yang tepat
7. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
8. Hindari harapan yang
kosong
9. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
10. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
11. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
12. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
13. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
14. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
15. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
10 Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan Infection control
1. Bersihkan lingkungan
berhubungan dengan keperawatan selama ... x ...,
setelah dipakai pasien
penyakit kronis diharapkan infeksi tidak terjadi
lain
(diabetes melitus) dengan kriteria hasil :
2. Pertahankan teknik
a. Pasien bebas dari tanda
isolasi
dan gejala infeksi
3. Batasi penginjung bila
b. Menunjukkan kemampuan
perlu
untuk mencegah
4. Gunakan sabun
timbulnya infeksi
antimikroba untuk cuci
c. Jumlah leukosit dalam
tangan
batas normal
5. Gunakan alat pelindung
diri
11 Risiko cedera Setelah diberikan asuhan Environment Management
berhubungan dengan keperawatan selama ... x ..., 1. Sediakan Iingkungan
retinopati diabetik diharapkan pasien terbebas yang aman untuk pasien
dari cedera dengan kriteria 2. Identifikasi kebutuhan
hasil: keamanan pasien, sesuai
a. Mampu menjelaskan
dengan kondisi fisik dan
cara/metode untuk
fungsi kognitif pasien
mencegah injury/cedera
dan riwayat penyakit
b. Mampu menjelaskan
terdahulu pasien
faktor resiko dari
3. Menghindarkan
lingkungan/perilaku
lingkungan yang
personal
c. Mampu memodifikasi berbahaya (misalnya
gaya hidup untuk memindahkan
mencegah injury perabotan)
d. Menggunakan fasilitas
4. Memasang side rail
kesehatan yang ada
tempat tidur
e. Mampu mengenali
5. Menyediakan tempat
perubahan status
tidur yang nyaman dan
kesehatan bersih
6. Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
9. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
10. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
11. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hsil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC: Jakarta.
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
NANDA. 2015. Klasifikasi Diagnosis Nanda 2015-2017. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta: MedAction.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Soegondo. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI.
Sujono & Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai