MELITUS
OLEH
LUH MADE SRI ARISTAWATI
(173222785)
2. Penyebab
Penyebab Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
a. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu responsautoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan
insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis tipe I (Bruner and Suddarth,
2001). Secara garis besar etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
Resiko
infeksi
4. Patofisiologi
5. Gejala klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita.Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang
berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan
cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan
dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka
sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang
ada pasien yang pasien sendiri tidak merasakan adanya keluhan, Mereka mengetahui
adanya diabetes hanya karena pada saat check up ditemukan kadar glukosa darahnya
tinggi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnosis
1) Glukosa darah meingkat: 200-100 mg/dL, atau lebih
2) Aseton plasma (keton ) positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L
5) Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
6) Fospor lebih sering menurun
7) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( selama
hidup sel darah merah ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan
DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden.
b. Pemeriksaan mikroalbumin
1) Mendeteksi kompliksai pada ginjal dan kardiovaskuler
2) Nefropati diabetik
a) Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus adalah
terjadinya nefropati diabetik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal
terminal sehingga penderita perlu cuci darah atau hemodialisa
b) Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang
berfungsi sebagai alat penyaring
c) Gangguan pada glomerolus ginjal menyebabka lolosnya protein albumin
kedalam urine
d) Adanya albumin dalam urine merupakan indikasi adanya nefropati diabetik
3) Manfaat pemeriksaan mikroalbumin
a) diagnosis dini nefropati diabetik
b) memperkirakan morbiditas penyakit kardiovaskuler dan mortalitas pasien
DM
4) Jadwal pemeriksaan mikroalbumin
a) Untuk DM tipe , diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun di
diagnosis DM
b) Untuk DM tipe 2, pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan, secara
periodik setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter
c. Pemeriksaan HBA1C atau A1C
1) Dapat memperkirakan risiko kompliksai akibat DM
2) HbA1C atau AIC
a) Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan
hemoglobin (glycohemoglobin)
b) Jumlah A1C yang terbentuk tergantung pada kadar glukosa darah
c) Ikatan A1C stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel
darah merah)
d) Kadar A1C mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka
waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan
3) Manfaat pemeriksaan A1C
a) Menilai kualitas pengendalian DM
b) Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
4) Tujuan pemeriksaan A1C
a) Mencegah terjadinya kompliksai kronik diabetes karena A1C dapat
memperkirakan risiko berkembangnya kompliksai diabetes, dimana
komplikasi ini DM muncul jika kadar glukosa darah terus menerus tinggi
dalam jangka panjang
5) Jadwal pemeriksaan A1C
a) Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM dipastikan
b) Secara periodik (sebagai bagian dari pengelolaan DM yaitu setiap setiap 3
bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum tercapai) dan minimal 2
kali dalam setahun
8. Penatalaksaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivasi insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya kompliksai vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien (Brunner & Suddart,2010). Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM:
1) Diet
2) Latihan fisik
3) Pemantauan gula darah
4) Terapi (obat-obatan) seperti obat hipoglikemik oral dan pemberian insulin
5) Pendidikan kesehatan
b. Penatalaksanaan Nutrisi
Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
dan tekanan darah dalam kisaran normal dan lipid profil dan lipoprotein yang
menurunkan risiko penyakit vaskuler, mencegah timbulnya kompliksai kronik,
memenuhi kebutuhan nutrisi individu, dan menjaga kepuasan untuk makan hanya
pilihan makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah ada yang mengindikasikan
demikian. Bagi pasien yang membutuhkan insulin yang membantu untuk
mengontrol kadar gula darahnya, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan
jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap makan.
Prinsip utama dalam diet DM adalah 3 J, yaitu jumalah harus sesuai
kebutuhan, jadwal diet yang ketat, dan jenis makanan yang boleh dimakan dn yang
harus dihindari. American Diabetes Association merekomendasikan bahwa untuk
semua tingkatan asupan kalori , sebanyak 50% sampai 60% kalori didapatkan dari
karbohidrat, 20-30% dari lemak dan sisanya 10-20% dari protein.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang diabetes dapat mencakup
banyak macam gangguan fisiologis bergantung pada kondisi kesehatan pasien atau
apakah pasien baru terdiagnosa diabetes atau tengah mencari perawatan untuk
masalah kesehatan lain yang tidak terkait, karena semua pasien penyandang DM
harus menguasai konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk penatalaksanaan
jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinan kompliksai diabetes,
landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan menjadi fokus asuhan
keperawatan yang berkelanjutan
1) Memberikan pendidikan kesehatan untuk pasien
a) Menyusun rencana penyuluhan tentang diabetes
b) Mengkaji kesiapan untuk belajar
c) Menyuluh pasien yang berpengalaman
d) Menentukan metode penyuluhan
e) Menyuluh pasien cara memberikan insulin secara mandiri
2) Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas
a) Meningkatkan perawatan diri
b) Melanjutkan asuhan
9. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes melitus adalah sebagai berikut (Mansjoer,2001):
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia.
2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstermitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus antara lain :
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik.
3) Nefropati diabetik.
4) Proteinuria.
5) Kelainan koroner.
6) Ulkus / ganggren
Terdapat 5 grade ulkus diabetikum antara lain :
a) Grade 0 : tidak ada luka.
b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.
c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang.
d) Grade III : terjadi abses.
e) Grade IV : gangren pada kaki bagian distal.
f) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.
2. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai
poliuri
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masukan oral ditandai dengan penurunan berat badan
c. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri
d. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan retinopati diabetik ditandai
dengan gangguan penglihatan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya ditandai demgan pasien bertanya mengenai penyakit yang diderita
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan kulit
(epidermis) yang ditandai dengan kulit kering dan pecah
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasieng
menyatakan merasa lemah, letih
h. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia,
penyakit diabetes melitus ditandai dengan suplai darah ke kapiler menurun
i. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh ditandai dengan
ketidakmampuan mencapai kepuasan yang diharapkan
j. Risiko Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan defisiensi insulin,
kurang menejemen diabetes
k. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes melitus)
3. Perencanaan
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC: Jakarta.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Price & Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Suyono, S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Ed.3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Sujono & Sukarmin.2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.