Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP


TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS DIABETES MELITUS


DI RUAGAN POLI BEDAH
RSUD MADUKELLENG SENGKANG

Disusun Oleh:

Nur’ Asia, S.Kep

202103022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN


KEBIDANAN INSTITUT TEKNOLOGI KESEHA DAN SAINS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2021/2022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR TEORI


A. DEFINISI
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik
hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau
kedua – duanya.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas
tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar
gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang
tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi
kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh
darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal
(dapat terjadi gagal ginjal)

B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2
kategori klinis yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik
kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya.
b. Imunologi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum.
Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya sebagai jaringan asing.
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih
belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada
awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal
yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air
seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula
(glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2
yaitu:
1) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang
ditunjukan meliputi:
a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel
sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun
sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar
sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan
b) Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga
orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis
akan sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
c) Jumlah urin yang d I keluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar
bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung
gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke
dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing pun
sering. Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun
dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah
dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual
2) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015)
adalah:
a) Kesemutan
b) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c) Rasa tebal dikulit
d) Kram
e) Mudah mengantuk
f) Mata kabur
g) Biasanya sering ganti kaca mata
h) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j) Kemampuan seksual menurun

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
k) Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun tetap berada dalam
darah menimbulkan hiperglikemia prospandial.jika kosentrasi glukosa daram
darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glikosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine, ekresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis ostomik, sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dal berkemih (poliurea),dan rasa haus
(polidipsi). Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunan simpanan kalori.
Gejala lainya kelelahan dan kelemahan . dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glikosa yang tersimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam asam amino dan
subtansi lain). Namun pada penderita difisiensi insulin,proses ini akan terjadi
tampa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk smping
pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebih. Ketoasidosis yang
disebabkan dapat menyebabkan tanda tanda gejala seperti nyeri abdomen
mual, muntah, hiperventilasi 30 , nafas berbaun aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar
gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik
utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya
belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting
dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan
faktor faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas
fisik,diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas. Mekanisme terjadinya DM
tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan
sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin
DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel
sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang
tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom
Hiperglikemik Hiporosmolar Non-Ketotik (HHNK). Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun tahun) dan progesif, maka
DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas,

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
poliuria,polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.)

Pathway

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
E. PENATALAKSANAAN MEDIK
Ada empat komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan
mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energy
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
b. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat
meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan,
mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan
juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL
kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua
manfaat ini sangat penting bagi penyandang diabetes mengingat adanya
peningkatan risiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes.
c. Terapi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian
pasien diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah
dengan diet atau dengan obat oral kadang membutuhkan insulin secara
temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau
beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan insulin sering dilakukan dua
kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan kenaikan
kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. Karena dosis
insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar
glukosa darah yang akurat sangat penting.
d. Pendidikan kesehatan
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya
belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari
penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga
harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari
komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes
mellitus
F. KOMPLIKASI
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa
darah jangka pendek, diantaranya:
1) Hipoglikemia Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul
sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang
kurang tepat
2) Ketoasidosis diabetik Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena
kelebihan kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis
3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600
mg/dl
b. Komplikasi metabolic kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson
(2012) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
dan komplikasi pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) diantaranya:
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) Komplikasi pada
pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu :
a) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati
ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil.
b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria
menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.
c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf.
2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu
stroke dan risiko jantung koroner.
a) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan
karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak
disertai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent
Myocardial Infarction)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
b) Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-
DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang
ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti
adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,
kelemahan dan bicara pelo
c) Penyakit aterosklerosis
Pembuluh darah normal memiliki lapisan dalam yang disebut
endotelium. Lapisan dalam pembuluh darah ini membuat sirkulasi
darah mengalir lancar. Untuk mencapai kelancaran ini, endotelium
memproduksi Nitrous Oksida lokal (NO). NO berfungsi untuk
melemaskan otot polos di dinding pembuluh dan mencegah sel-sel
darah menempel ke dinding.
Mekanisme gangguan ini diduga berpusat di jantung, dan
gangguan meningkat dengan pembentukan plak. Gula darah tinggi,
asam lemak tinggi dan trigliserida tinggi pada diabetes
menyebabkan lengket di dinding endotelium, mendorong proses
keterikatan sel yang menghasilkan reaksi jaringan lokal. Reaksi
jaringan lokal menghasilkan partikel dan sel-sel darah yang
berbeda, menyebabkan penumpukan dan pengerasan di dinding
pembuluh (arteri). Reaksi jaringan lokal ini menghasilkan sebuah
plak, disebut plak aterosklerosis.
Pada penderita diabetes, mereka resisten terhadap tindakan
insulin, dengan kata lain tubuh penderita diabetes kurang sensitif
dgn insulin. Akibatnya, efek stimulasi ini hilang dan
mengakibatkan peningkatan kecenderungan terhadap pembentukan
plak aterosklerosis. Plak pada pembuluh darah ini lah yang
nantinya akan menyumbat pembuluh darah di otak dan
mengakibatkan stroke.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subjektif
Data yang mungkin muncul
- Klien mengatakan badan lemah dan letih
- Klien mengatkan sering merasa haus dan lapar
- Klien Sering buang aiar kecil sebanyak 10 x
- Klien mengatakan nyeri pada kaki pada kaki yang luka
- Klien mengatkan tidak nyaman dengan luka di kakinya
- Klien mengatakan luka sejak 3 bulan sebelum masuk
- Klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kiri
- Klien mengatakan luka masih basah
- Klien mengtakan aktivitas dibantu keluarga
- Klien mengatkan aktivitas tebatas
b. Data Objektif
Data yang mungkin muncul.
- Gula darah ,284)
- Klien tampak lelah
- Klien meringis kesakitan
- Skala nyeri 7
- Klien tampak gelisah
- Terdapat nyeri tekan di daerah kaki yang luka
- Klien tampak mengerakan bagian yang nyeri saat disentuh kakinya
- Klien tampak meringis kesakitan pada kaki
- Terdapat pus didaerah kaki yang luka
- Tampak edema, terdapat (luka terbuka),ukuran 2x2x3 cm
- Aktivitas klien tampak dibantu keluaraga
- Saat duduk klien tampak dibantu keluarga

2. Diagnosa yang mungkin muncul


1) Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
3) Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit
4) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

3. Intervensi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1. Ketidakstabilan gula Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Agar
tindakan keperawatan kemungkinan meminimalisir
darah b.d resistensi
selama 1x 24 jam maka penyebab penyebab dari
insulin ketidakstabilan gula hiperglikemia hiperglikemia
darah membaik Kriteria
Hasil: 2. Berikan 2. Untuk
asupan mempertahankan
- Kestabilan kadar cairan oral
cairan
glukosa darah
3. Berikan 3. Agar klien
membaik
dukungan untuk
memiliki
- Status nutrisi menjalani
program
semangat lebih
membaik dalam melakukan
pengobatan
- Tingkat dengan baik dan pengobatan
benar
pengetahuan
4. Agar klien tahu
meningkat 4. Jelaskan manfaat bagaimana
dan efek samping manfaat serta
pengobatan reaksi yang tidak
diinginkan oleh
5. Anjurkan obat yang
mengosomsi obat dikonsumsi
sesuai indikasi
5. Pemberian obat
untuk
mengendalikan
glukosa darah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
2 Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
tindakan Keperawatan 1 lokasi, mengetahui
cedera fisik
x24 jam diharapkan karakteristik, tingkat nyeri
nyeri menurun dengan durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi,
2. Meringankan atau
- Tingkat nyeri kualitas,
mengurangi nyeri
menurun intensitas nyeri
sampai pada
- Penyembuhan luka dan skala nyeri
membaik tingkat yang dapat
- Tingkat cidera 2. Berikan teknik diterima pasien
menurun non
farmakologis 3. Memberikan
untuk pengetahuan
mengurangi mengenai
rasa nyeri penyebab nyeri
pasien
3. Jelaskan
penyebab dan 4. Tekhnik nafas
periode dan
dalam akan
pemicu nyeri
membuat klien
lebih relaks
4. Edukasi teknik
nafas dalam
5. Pemberian
5. Kolaborasi analgetik untuk
pemberian mengendalikan
analgetik nyeri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
3 Infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Mengetahui
tindakan Keperawatan 1 dan gejala tindakan yang
peningkatan
x 24 jam maka infeksi lokal akan dilakukan
Leukosit diharapkan tingkat dan sistematik
infeksi menurun dengan
2. Mencegah resiko
Kriteria Hasil : 2. Berikan infeksi,
- Tingkat nyeri perawatan kulit
menurun memberihkan
pada area
- Integritas kulit dan edema luka.
jaringan membaik
- Kontrol resiko 3. Cuci tangan 3. Mencegah
meningkat sebelum dan terjadinya
sesudah kontak infeksi
dengan pasien
dan lingkungan 4. Merencanakan
pasien tindakan untuk
menghambat
4. Monitor tanda tanda gejala
dan gejala infeksi
infeksi
5. Ajarkan cara
5. Mengetahui
memeriksa
kondisi luka kondisi luka
6. Kolaborasi
pemberian 6. Merencanakan
antibiotik pencegahan
bakteri patologi
atau anerop
menyerang pada
insisi atau
pembedahan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep
4 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
tindakan Keperawatan 1 defisit tingkat kemampuan
b.d imobilitas
x 24 jam maka aktivitas klien dalam
diharapkan intoleransi aktivitasnya
membaik dengan 2. Ajarkan cara
Kriteria Hasil : melakukan 2. Mencegah
- Toleransi aktivitas aktivitas yang
cedera
membaik dipilih
- Tingkat keletihan
menurun 3. Memaksimalkan
3. Libatkan kebuthan ADL
keluarga dalam klien
aktivitas

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2020/2021
Suliyani, S. Kep

Anda mungkin juga menyukai