Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL

HIPERTENSI PADA LANSIA DI POS PELAYANAN TERPADU


WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOJOSONGO BOYOLALI

Dyah Ayu Pithaloka Dalyoko, Yuli Kusumawati, dan Ambarwati

Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhmmadiyah Surakarta
Jln A Yani Pabelan Kartasura

Abstract

The increase of hypertension cases every year generally becomes main problem in both devel-
oping and developed countries. The aim of the research was to investigate whether there was correla-
tion among elders attitude, family supervising and elder’s knowledge with the effort of hypertension
control in elderly people. This research was an observational study with cross sectional design. The
subjects of the research were 70 elderly people at Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu or Integrated
Health Service Post) in Mojosongo Boyolali. Simple Random Sampling was the technique which was
2
used in this research. The analysis used statistic Chi Square test (÷ ) with the level of significant
á=0,05. The result of this research showed that there were correlations among attitude (p=0,000),
family supervising (p=0,016), and knowledge (p=0,003) with the effort of hypertension control in elderly
people at Posyandu in Mojosongo Boyolali.

Key words: controlling, hypertension, elderly, Integrated Service Post

PENDAHULUAN Menurut Gunawan (2001) faktor


Meningkatnya prevalensi hiper- dan penyebab terjadinya hipertensi
tensi setiap tahun menjadi masalah uta- antara lain : a). Faktor keturunan, sese-
ma di negara berkembang dan negara orang akan memiliki kemungkinan
maju. Berbagai perubahan fisiologis lebih besar untuk menderita hipertensi
akibat proses penuaan akan dialami jika orangtuanya penderita hipertensi.
oleh lansia yang diantaranya memicu b) Ciri perseorangan, yaitu umur, jenis
terjadinya hipertensi. Hipertensi ada- kelamin, dan ras. Umur yang bertam-
lah suatu gangguan pada pembuluh bah akan menyebabkan terjadinya ke-
darah yang mengakibatkan suplai oksi- naikan tekanan darah. Tekanan darah
gen dan nutrisi yang dibawa darah ter- pria umumnya lebih tinggi dibanding-
hambat sampai ke jaringan tubuh yang kan wanita. Data statistik di Amerika
membutuhkannya (Ratna, 2009). Kadar menunjukkan hipertensi pada orang
kolesterol total akan meningkat secara kulit hitam hampir dua kali lebih ba-
bertahap seiring dengan bertambahnya nyak dibandingkan dengan orang kulit
usia (Arief, 2009). putih. c). Kebiasaan hidup, antara lain:

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kontrol ... (Dyah Ayu Pithaloka, dkk.) 201
Konsumsi garam yang tinggi. Berdasar- lain yang sering ditemukan adalah sakit
kan data statistik diketahui bahwa kepala, marah-marah, telinga berde-
hipertensi jarang diderita oleh suku ngung, rasa berat di tengkuk, sukar
bangsa atau penduduk dengan kon- tidur, mata berkunang-kunang dan
sumsi garam yang rendah. Dunia pusing. Diagnosis pada hipertensi
kedokteran juga telah membuktikan tidak dapat ditegakkan dalam satu kali
bahwa pembatasan konsumsi garam pemeriksaan, hanya dapat ditentukan
(natrium) oleh obat diuretik (pelancar pada dua sampai tiga kali pemeriksaan
kencing) akan menurunkan tekanan pada waktu yang berbeda, kecuali bila
darah lebih lanjut. Kegemukan atau terdapat kenaikan tekanan darah yang
makan yang berlebihan. Berdasarkan terlalu tinggi atau terdapat gejala klinis
hasil penelitian Jono (2009), diketahui lain yang mendukung (Tohaga, 2008).
bahwa faktor obesitas atau kegemukan Jumlah hipertensi di seluruh du-
berhubungan dengan hipertensi, hal ini nia terus meningkat. Di India mencapai
dibuktikan dari sebanyak 64 orang 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan di
(84,20%) responden yang menderita China mencapai 98,5 juta orang pada
hipertensi 76,30% nya mengalami tahun 2002 (Ramitha, 2008). Berdasar-
obesitas. Faktor kebiasaan berikutnya kan hasil penelitian Eko dan Astuti
adalah stres atau ketegangan jiwa. (2008), jumlah penderita di Indonesia
Diketahui bahwa stres atau ketegangan sebesar 15 juta dan yang terkontrol ha-
jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, nya 4%. Jumlah ini akan terus mening-
dendam, rasa takut, dan rasa bersalah) kat seiring dengan perubahan gaya
dapat merangsang kelenjar anak ginjal hidup modern sehingga hipertensi men-
melepaskan hormon adrenalin dan jadi masalah kesehatan yang serius.
memacu jantung berdenyut lebih cepat, Faktor yang mempertinggi hipertensi
serta lebih kuat, sehingga tekanan antara lain daya tahan tubuh terhadap
darah akan meningkat. Sedangkan penyakit, umur, adat kebiasaan, peker-
pengaruh lain yang dapat menyebab- jaan, gaya hidup dan pola makan.
kan naiknya tekanan darah adalah Beberapa hal yang perlu diperhatikan
Merokok, karena merangsang sistem dalam upaya pengendalian hipertensi
adrenergik dan menigkatkan tekanan antara lain dengan olah raga teratur,
darah, minum minuman beralkohol, istirahat yang cukup, cara medis, cara
minum obat-obatan, misalnya ephedrin tradisional, cara mengatur pola makan,
dan epinefrin. mengurangi konsumsi garam satu
Peningkatan tekanan darah ka- sendok teh perhari (Muhammadun,
dang merupakan satu-satunya gejala. 2010).
Kemudian akan timbul keluhan lain Menurut Gunawan (2001), untuk
apabila telah terjadi komplikasi pada menghindari terjadinya komplikasi
ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala hipertensi yang fatal, maka penderita

202 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 201-214
perlu mengambil tindakan pencegahan ga terbentuk pelayanan kesehatan
yang baik (stop high blood pressure) seba- yang sesuai dengan kebutuhan lansia
gai berikut: Mengurangi konsumsi ga- dan mendekatkan pelayanan serta
ram, menghindari kegemukan (obesi- meningkatkan peran serta masyarakat
tas), membatasi konsumsi lemak, Olah- dan swasta dalam pelayanan kesehatan
raga teratur, makan banyak buah dan di samping meningkatkan komunikasi
sayuran segar, tidak merokok dan tidak antara masyarakat usia lanjut (Depkes
mengkonsumsi minuman beralkohol, RI, 2003).
melakukan relaksasi atau meditasi, dan Prevalensi kasus hipertensi pri-
berusaha membina hidup yang positif. mer di Provinsi Jawa tengah meng-
Ginting (2008), menyimpulkan dari ha- alami peningkatan dari 1,80% pada
sil penelitiannya bahwa faktor internal tahun 2005 menjadi 1,87% pada tahun
dan eksternal yang meliputi kelompok 2006 dan 2,02% pada tahun 2007. Pre-
umur, jenis kelamin, pendidikan, peng- valensi sebesar 2,02% artinya setiap 100
hasilan, peran media massa, peran ke- orang terdapat dua orang yang men-
luarga dan teman berhubungan dengan derita hipertensi primer. Prevalensi
pengetahuan masyarakat dalam pen- tertinggi adalah di Kabupaten Boyolali
cegahan penyakit hipertensi (p=0,000). sebesar 14,4%. Sedang kasus hipertensi
Selanjutnya pengetahuan dan sikap lain di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007
berhubungan dengan tindakan masya- sebesar 0,76%, mengalami peningkatan
rakat dalam pencegahan penyakit hi- bila dibandingkan prevalensi tahun
pertensi (p=0,000). 2006 sebesar 0,63%. Peningkatan kasus
Posyandu lansia adalah pos pe- ini disebabkan antara lain karena ren-
layanan terpadu untuk masyarakat dahnya kesadaran masyarakat untuk
usia lanjut di suatu wilayah tertentu memeriksakan tekanan darah secara
yang sudah disepakati, yang digerak- dini tanpa harus menunggu adanya
kan oleh masyarakat di mana mereka gejala. Selain itu paparan faktor risiko
bisa mendapatkan pelayanan kesehat- pola makan yang tidak sehat dan ku-
an. Posyandu lansia merupakan pe- rangnya olahraga juga bisa memicu
ngembangan dari kebijakan pemerin- peningkatan kasus tersebut (Dinkes
tah melalui pelayanan kesehatan bagi Jateng, 2007). Berdasarkan penelitian
lansia yang penyelenggaraannya me- Bloomberg (2003), mengatur pola ma-
lalui program puskesmas dengan meli- kan memperkecil risiko hipertensi
batkan peran serta para lansia, keluar- dibandingkan dengan yang tidak me-
ga, tokoh masyarakat dan organisasi ngatur pola makan. Pola makan yang
sosial. Tujuan pembentukan posyandu disarankan adalah yaitu pola makan
lansia secara garis besar antara lain, yang dapat mengendalikan hipertensi,
meningkatkan jangkauan pelayanan seperti mengkonsumsi buah-buahan,
kesehatan lansia di masyarakat, sehing- sayur-sayuran dan menghindari maka-

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kontrol ... (Dyah Ayu Pithaloka, dkk.) 203
nan yang banyak lemak seperti daging, Posyandu lansia yang terdapat
sosis, dan unggas. di wilayah kerja Puskesmas Mojoso-
Berdasarkan data dari Dinas ngo Boyolali sebanyak 13 buah. Namun
Kesehatan Kabupaten Boyolali pada belum banyak dimanfaatkan oleh para
tahun 2006, kasus hipertensi di seluruh lansia termasuk lansia yang menderita
Kabupaten Boyolali ditemukan seba- hipertensi, dikarenakan banyaknya
nyak 14.672 penderita (Dinkes, 2006). lansia belum mengetahui manfaat de-
Sedangkan pada tahun 2007 data Dinas ngan mengikuti kegiatan di posyandu
Kesehatan Boyolali menunjukkan lansia. Oleh karena itu peneliti tertarik
20.560 penderita hipertensi di seluruh untuk meneliti tentang upaya pengen-
Kabupaten Boyolali. dalian hipertensi pada lansia di Pos-
Berdasarkan data yang didapat yandu Lansia wilayah kerja Puskesmas
dari Puskesmas Mojosongo Boyolali, Mojosongo Boyolali. Penelitian ini ber-
pada tahun 2007 sebanyak 2393 kasus, tujuan untuk mengetahui hubungan
pada tahun 2008 sebanyak 2496 kasus antara pengetahuan, sikap, dan penga-
dan pada tahun 2009 sebanyak 2498 ka- wasan pihak keluarga dengan upaya
sus. Berdasarkan golongan umurnya, pengendalian hipertensi pada lansia di
penderita yang berumur lebih dari 65 Posyandu Lansia Wilayah Kerja Pus-
tahun, pada tahun 2007 sebanyak 25,2% kesmas Mojosongo.
kasus, tahun 2008 mengalami kenaikan
menjadi 29,8% kasus dan pada tahun METODE PENELITIAN
2009 sebanyak 30,1% kasus. Golongan Penelitian ini merupakan peneli-
umur 55-64 tahun, pada tahun 2007 se- tian observasional. Rancangan pada
banyak 26,8% kasus, tahun 2008 meng- penelitian ini menggunakan cross-secti-
alami kenaikan yang cukup tinggi onal yaitu suatu penelitian untuk mem-
menjadi 32,5% kasus dan pada tahun pelajari dinamika korelasi antara fak-
2009 sebanyak 31,1% kasus. tor-faktor risiko dengan efek, dengan
Berdasarkan hasil survey pen- cara pendekatan, observasi atau pe-
dahuluan yang dilakukan pada Bulan ngumpulan data sekaligus pada suatu
Oktober 2009, diketahui bahwa terjadi- saat (point time approach) (Notoatmodjo,
nya hipertensi pada masyarakat lansia 2002). Subjek penelitian ini adalah lan-
di Mojosongo Boyolali dipengaruhi sia yang berusia e” 55 tahun yang
oleh beberapa faktor seperti tingkat menderita hipertensi di Posyandu Lan-
pengetahuan tentang hipertensi yang sia Wilayah Kerja Puskesmas Mojoso-
kurang baik, tidak adanya pengawasan ngo Boyolali. Penelitian ini dilakukan
dari pihak keluarga, stres serta kebiasa- pada lansia di Posyandu Wilayah Kerja
an hidup seperti merokok dan konsum- Puskesmas Mojosongo Boyolali dan
si garam dapur yang berlebihan. dilaksanakan pada Bulan Juni-Juli 2010.

204 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 201-214
Populasi dalam penelitian ini adalah untuk menguji hubungan variabel bebas
seluruh lansia yang menghadiri peme- (independen) dengan variabel terikat
riksaan rutin di Posyandu Lansia Wila- (dependen) dengan uji statistik chi square
yah Kerja Puskesmas Mojosongo Boyo- (÷2), dengan menggunakan program
lali dengan jumlah 1542 lansia pada SPSS, dengan tingkat signifikan p=0,05
tahun 2009. Sampel pada penelitian ini (taraf kepercayaan 95%).
sejumlah 70 penderita hipertensi. Besar
sampel ditentukan dengan rumus Kho- HASIL DAN PEMBAHASAN
tari (1990) dalam Murti (2006) sebagai Responden sebanyak 70 pende-
berikut : rita hipertensi yang melakukan peme-
N ⋅ Z 21 − α 2 ⋅ p ⋅ q riksaan rutin di Posyandu Lansia Wila-
n = 2
d ( N − 1) + Z 21 − α 2 ⋅ p ⋅ q yah Kerja Puskesmas Mojosongo
Boyolali. Umur lansia dibagi menjadi
1542((1,96 ) ⋅ 0,95 ⋅ 0,05 dua kelompok berdasarkan kategori
2

=
0,05 (1542 − 1) + 1,96 2 ⋅ 0,95 ⋅ 0,05
2 pengelompokan lansia menurut WHO
(2001) yaitu lansia berumur 55-59 tahun
1542(3,84) ⋅ 0,048 dan 60-74 tahun. Umur 55-59 tahun se-
= 3,85 + 0,18 banyak 24 responden (34,3 %) dan
umur 60-74 tahun 46 responden (65,7%).
Berdasarkan jenis kelaminnya seba-
281,38 = = 69,74 nyak 47 responden berjenis kelamin
4,04 perempuan (67,1%) dan 23 responden
= 70 responden berjenis kelamin laki-laki (32,9%). Data
selengkapnya disajikan pada tabel 1.
Teknik pengambilan sampel yang Hasil penelitian menunjukkan
digunakan pada penelitian ini adalah bahwa sebanyak 24 orang (34,3%) me-
menggunakan simple random sampling. miliki sikap baik dan 46 orang (65,7%)
Pengumpulan data dilakukan dengan memiliki sikap kurang baik terhadap
cara wawancara kepada lansia dengan upaya pengendalian hipertensi. Tin-
menggunakan kuesioner. Setelah mela- dakan pengawasan dari keluarga ter-
lui pengolahan data yang meliputi, hadap penderita hipertensi dalam
Editing, Coding, Entry dan Tabulating, penelitian ini, menunjukkan bahwa se-
selanjutnya data dianalisis secara banyak 34 orang (48,6%) mendapatkan
univariate dengan menggunakan untuk pengawasan dari keluarga dalam
mendapatkan gambaran distribusi upaya untuk pengendalian hipertensi
responden serta menggambarkan dan 36 orang (51,4%) tidak mendapat
variabel bebas (independen) dan variabel pengawasan dari keluarga dalam upa-
terikat (dependen), dan analisis bivariat ya untuk pengendalian hipertensi.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kontrol ... (Dyah Ayu Pithaloka, dkk.) 205
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
kelompok Umur dan jenis kelamin
Frekuensi
Variabel Persen (%)
(Orang)
Umur
55-59 tahun 24 34,3
60-74 tahun 46 65,7
Jumlah 70 100
Jenis kelamin
Perempuan 47 67,1
Laki-laki 23 32,9
Jumlah 70 100

Pengetahuan tentang hipertensi dalian hipertensi.


pada lansia menunjukkan bahwa seba- Hasil penelitian menunjukkan
nyak 24 orang (34,3%) memiliki penge- bahwa sebanyak 27 orang (38,6%) me-
tahuan baik dalam memahami tentang miliki pengendalian hipertensi baik
pengertian hipertensi, gejala, dampak dan 43 orang (61,4%) memiliki pengen-
dan cara pengendalian hipertensi dan dalian hipertensi yang kurang baik.
sebanyak 46 orang (65,7%) memiliki Secara menyeluruh karakteristik lansia
pengetahuan yang kurang baik dalam tentang sikap, pengawasan, penge-
memahami tentang pengertian hiper- tahuan dan pengendalian hipertensi.
tensi, gejala, dampak dan cara pengen-

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Lansia


Frekuensi
Variabel Persen (%)
(orang)
Sikap
Baik 24 34,3
Kurang baik 46 65,7
Jumlah 70 100
Pengawasan
Ada pengawasan 34 48,6
Tidak ada pengawasan 36 51,4
Jumlah 70 100
Pengetahuan
Baik 24 34,3
Kurang baik 46 65,7
Jumlah 70 100
Pengendalian hipertensi
Baik 27 38,6
Kurang baik 43 61,4
Jumlah 70 100

206 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 201-214
Lansia yang memiliki sikap baik secara baik sebanyak 12 responden
dalam upaya pengendalian hipertensi (17,1%), sementara responden yang ber-
sebanyak 19 orang (27,1%), sedangkan pengetahuan kurang baik dan melaku-
yang memiliki sikap kurang baik da- kan upaya pengendalian hipertensi
lam upaya pengendalian hipertensi se- dengan kurang baik sebanyak 34 res-
banyak lima orang (7,2%). Lansia yang ponden (48,6%). Data selengkapnya
memiliki sikap kurang baik, namun ditampilkan pada tabel 3.
melakukan upaya pengendalian hiper- Responden dalam penelitian ini
tensi secara baik sebanyak delapan adalah lansia yang berusia e”55 tahun
orang (11,4%), sedangkan responden yang menderita hipertensi serta meng-
yang memiliki sikap kurang baik, dan ikuti kegiatan Posyandu Lansia di
melakukan upaya pengendalian hiper- Wilayah Kerja Puskesmas Mojosongo
tensi kurang baik sebanyak 38 res- Boyolali. Jumlah responden sebanyak
ponden (54,3%). 70 penderita. Bila dilihat pada tabel 7,
Lansia yang mendapatkan pe- persentase terbesar umur responden
ngawasan keluarga dan melakukan adalah 60-74 tahun yaitu sebanyak 46
upaya pengendalian hipertensi dengan lansia (65,7%) dan paling sedikit 55-59
baik sebanyak 18 orang (25,7%), tahun yaitu sebanyak 24 lansia (34,3%).
sedangkan yang melakukan upaya pe- Sejalan dengan bertambahnya umur,
ngendalian yang kurang baik sebanyak hampir setiap orang mengalami ke-
16 orang (22,8%). Lansia yang tidak naikan tekanan darah, tekanan sistolik
mendapatkan pengawasan keluarga, terus meningkat sampai umur 80 tahun
namun melakukan upaya pengendali- dan tekanan diastolik terus meningkat
an hipertensi dengan baik sebanyak sampai umur 55-60 tahun (Muhamma-
sembilan orang (12,9%), sedangkan dun, 2010).
yang melakukan upaya pengendalian Hipertensi merupakan penyakit
hipertensi yang kurang baik sebanyak yang berbahaya karena biasanya tidak
27 orang (38,6%). didahului dengan adanya suatu gejala.
Lansia yang memiliki penge- Kebanyakan orang merasa sehat dan
tahuan baik dan melakukan upaya energik walaupun memiliki penyakit
pengendalian hipertensi dengan baik hipertensi (Sedyaningsih, 2010). Lansia
sebanyak 15 orang (21,4%), sedangkan merupakan kelompok umur pada
lansia yang berpengetahuan baik na- manusia yang telah memasuki tahapan
mun melakukan upaya pengendalian akhir fase kehidupannya, karena itu
hipertensi dengan kurang baik seba- lansia dengan hipertensi tidak akan ter-
nyak sembilan responden (12,9%). Lan- lalu menganggap hipertensi sebagai
sia yang memiliki pengetahuan kurang penyakit yang berbahaya (Depkes RI,
baik, namun mengendalikan hipertensi 2003). Penelitian Anggraeni, dkk (2009),

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kontrol ... (Dyah Ayu Pithaloka, dkk.) 207
Tabel 3. Hubungan antara Sikap, Pengawasan keluaraga, Pengetahuan Lansia
dengan Upaya Pengendalian Hipertensi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Mojosongo Boyolali
Upaya Pengendalian
hipertensi Total p-value*
Variabel
Baik Kurang baik
n % n % n %
Sikap
Baik 19 27,1 5 7,2 24 34,3
Kurang baik 8 11.4 38 54,3 46 65,7 0,000
Total 27 38.5 43 61.5 70 100
Pengawasan
Ada pengawasan 18 25,7 16 22,8 34 48,5
Tidak ada pengawasan 9 12,9 27 38,6 36 51,5 0,016
Total 27 38.6 43 61.4 70 100
Pengetahuan
Baik 15 21,4 9 12,9 24 34,3
0,003
Kurang baik 12 17,1 34 48,6 46 65,7
Total 27 38.5 43 61.4 70 100
*Chy Square test

menyimpulkan bahwa umur terbanyak utama perubahan tekanan darah. Peru-


adalah e” 45 tahun. bahan hormon tersebut membuat
Berdasarkan jenis kelaminnya perempuan mengalami peningkatan
persentase yang lebih besar lansia pen- sensitivitas terhadap garam dan
derita hipertensi adalah perempuan ya- penambahan berat badan. Kedua hal
itu sebanyak 47 lansia (67,1%). Menurut tersebut berpotensi memicu tekanan
Sarwono (2007), peran gender merupa- darah yang lebih tinggi (Harmoni,
kan bagian dari peran sosial dan tidak 2007). Penelitian Anggraeni, dkk (2009),
hanya ditentukan oleh jenis kelamin menyimpulkan bahwa jenis kelamin
orang yang bersangkutan, tetapi oleh terbanyak pada panelitian ini adalah
lingkungan dan faktor-faktor lainnya. perempuan.
Pada perempuan, tekanan darah umu- Hasil penelitian tentang sikap
mnya meningkat setelah menopause. menunjukkan bahwa lansia yang mem-
Perempuan yang sudah menopause punyai sikap kurang sebanyak 46 res-
memiliki risiko hipertensi yang lebih ponden (65,7%) terhadap upaya pe-
tinggi dibanding yang belum meno- ngendalian hipertensi, lebih banyak
pause. Sejauh ini disimpulkan kalau dari pada yang mempunyai sikap baik.
perubahan hormonal dan biokimia Notoatmodjo (2003), menyatakan bah-
setelah menopause adalah penyebab wa sikap adalah efek atau penilaian

208 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 201-214
positif atau negatif terhadap suatu atur merupakan salah satu upaya un-
objek. Azwar (2008), berpendapat bah- tuk mengendalikan hipertensi seba-
wa faktor yang mempengaruhi pem- nyak 56 orang (80%) dan sebanyak 51
bentukan sikap manusia antara lain orang (72,85%) sudah melakukan olah
pengaruh orang lain yang dianggap raga pagi secara teratur sebagai upaya
penting. Pengaruh orang penting yang pengendalian hipertensi.
dimaksud adalah petugas kesehatan Responden yang setuju bahwa
yang memberikan informasi tentang menu makanan penderita hipertensi
pentingnya pengendalian dan pen- sebaiknya dibedakan dengan orang
cegahan terhadap penyakit hipertensi. yang tidak menderita hipertensi se-
Petugas kesehatan senantiasa banyak 37 orang (52,8%), responden
mengajak responden untuk tetap aktif yang setuju bahwa penderita hiper-
mengikuti program posyandu lansia. tensi harus mengurangi konsumsi
Dengan adanya sikap yang baik di- garam sebanyak 55 orang (78,5%) dan
harapkan adanya perubahan sikap sebanyak 42 orang (60%) sudah mengu-
pada lansia terhadap pengendalian rangi konsumsi garam sebagai upaya
hipertensi. Pembentukan sikap juga pengendalian hipertensi, sedangkan
dapat dipengaruhi oleh pengaruh fak- sebanyak 60 orang (85,8%) mengetahui
tor emosional. Kadang-kadang, suatu bahwa penderita hipertensi tidak di-
bentuk sikap merupakan pernyataan perbolehkan mengkonsumsi daging
yang didasari oleh emosi yang ber- kambing dan sebanyak 50 orang
fungsi sebagai semacam penyaluran (71,4%) sudah mengurangi konsumsi
frustasi atau pengalihan bentuk meka- daging kambing sebagai upaya pe-
nisme pertahanan ego. Sikap demikian ngendalian hipertensi. Berdasarkan
dapat merupakan sikap yang semen- hasil uji Chi Square diperoleh nilai
tara dan segera berlalu begitu frustasi (p=0,000), sehingga dapat disimpulkan
telah hilang, akan tetapi dapat pula bahwa ada hubungan antara sikap
merupakan sikap yang lebih persisten dengan upaya pengendalian hipertensi
dan bertahan lama (Azwar, 2000). Sikap pada lansia di Posyandu Lansia Wila-
yang kurang baik responden akan ber- yah Kerja Puskesmas Mojosongo
pengaruh terhadap bagaimana respon- Boyolali.
den mengendalikan hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan de-
Responden yang setuju bahwa ngan hasil penelitian Misbah (2006),
penderita hipertensi sebaiknya mela- menyimpulkan bahwa kebiasaan hi-
kukan olah raga pagi secara teratur dup berhubungan dengan kejadian
sebanyak 59 orang (84,2%), sedangkan hipertensi pada lansia, diantaranya
responden yang mengetahui bahwa konsumsi garam (p=0,003). Sedangkan
melakukan olah raga pagi secara ter- kebiasaan hidup yang tidak berhu-

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kontrol ... (Dyah Ayu Pithaloka, dkk.) 209
bungan dengan kejadian hipertensi sebut dukungan sosial (Friedman,
pada lansia adalah, aktivitas olahraga 1998).
(p=0,479) dan pemanfaatan waktu Oleh karena itu anggota kelu-
luang (p=0,154). arga memandang bahwa penting ada-
Pada penelitian ini ditunjukkan nya dukungan keluarga kepada res-
bahwa responden yang mendapatkan ponden untuk tetap terjaga dari ke-
pengawasan dari keluarga berjumlah mungkinan terkena hipertensi. Bentuk
34 responden (48,6%), sementara yang dukungan tersebut dapat berupa pem-
tidak mendapatkan pengawasan oleh berian asupan makanan kepada respon-
keluarga sebanyak 36 responden den yang baik sehingga dapat mence-
(51,4%). Adanya pengawasan keluarga gah terjadinya hipertensi yang lebih
responden dalam pengendalian hiper- parah, seperti masakan yang tidak
tensi merupakan bentuk dukungan banyak garam. Bentuk lain adalah me-
keluarga agar responden tetap dalam nganjurkan kepada responden untuk
kondisi yang sehat. mau berolah raga seperti jalan sehat,
Keluarga merupakan tempat ataupun senam bugar lansia yang di-
berlindung bagi anggotanya untuk adakan di posyandu lansia.
mendapatkan keamanan, kenyaman, Keluarga responden yang meng-
dukungan dalam menghadapi masa- ingatkan minum obat secara teratur
lah, perkembangan, istirahat, dan lain sebagai upaya pengendalian hipertensi
sebagainya. Andika (2007) menyatakan sebanyak 34 orang (48,6%). Berdasarkan
bahwa fungsi keluarga harus memberi- hasil uji Chi Square diperoleh nilai
kan kenyamanan emosional anggota (p=0,016), sehingga dapat disimpulkan
dan membantu anggota dalam mem- bahwa ada hubungan antara pengawas-
bentuk identitas. Dukungan keluarga an keluarga dengan upaya pengen-
menunjukkan hubungan interpersonal dalian hipertensi pada lansia di Pos-
yang merupakan salah satu ciri khas yandu Lansia Wilayah Kerja Puskes-
kualitas hidup manusia karena sudah mas Mojosongo Boyolali. Hasil peneliti-
menjadi kodrat manusia sebagai an ini sejalan dengan hasil penelitian
mahkluk monodialis yang memiliki Ginting (2008), menyimpulkan bahwa
sifat mahkluk individu yang sosial ada hubungan peran keluarga dengan
dalam banyak hal. Individu memer- pencegahan hipertensi (p=0,000).
lukan keberadaan orang lain untuk Hasil penelitian terhadap penge-
saling memberi perhatian, membantu, tahuan responden menunjukkan bahwa
mendukung, dan bekerjasama dalam responden yang memiliki pengetahuan
menghadapi tantangan kehidupan. baik berjumlah 24 responden (34,3%),
Bantuan kelompok individu terhadap sementara sikap kurang baik sebanyak
individu lain atau kelompok lain di- 46 responden (65,74%). Pengetahuan

210 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 201-214
atau kognitif berperan penting dalam tahuan lansia dengan upaya pengen-
membentuk perilaku atau tindakan dalian hipertensi pada lansia di Pos-
seseorang. Pengetahuan responden yandu Lansia Wilayah Kerja Puskes-
dapat diperoleh baik secara internal mas Mojosongo Boyolali.
yaitu pengetahuan yang berasal dari Hasil penelitian ini sejalan de-
dirinya sendiri berdasarkan pengalam- ngan hasil penelitian Ginting (2008),
an hidup sehari-hari dan eksternal ber- menyimpulkan bahwa ada hubungan
dasarkan dari orang lain. pengetahuan dengan tindakan masya-
Salah satu cara memperoleh rakat dalam pencegahan penyakit
pengetahuan menurut Notoatmodjo hipertensi (p=0,000). Sedangkan hasil
(2003) adalah dengan berdasarkan penelitian Eliana, dkk (2007), menyim-
pengalaman pribadi. Pengalaman ini pulkan bahwa ada hubungan yang
merupakan sumber pengetahuan atau signifikan tingkat pengetahuan tentang
pengalaman itu merupakan suatu cara stroke dengan perilaku mencegah
untuk memperoleh kebenaran penge- stroke pada klien hipertensi (p=0,429 ;
tahuan. Pengalaman pribadi yang á=0,018). Perilaku mencegah stroke
merupakan cara untuk memperoleh dalam hal ini dapat dilakukan dengan
pengetahuan, selanjutnya pengalaman cara pengendalian hipertensi. Apabila
dapat menjadi acuan untuk bertindak penderita hipertensi tidak mengen-
di dalam kesehatan. Responden dapat dalikan tekanan darahnya, sehingga
melihat orang lain yang terkena hiper- terjadi hipertensi maka akan ber-
tensi. Dari kejadian tersebut, responden dampak pada terjadinya stroke. Stroke
mempelajari penyebab dan hal-hal apa termasuk penyakit serebrovaskuler (pem-
saja yang patut responden lakukan buluh darah otak) yang ditandai de-
untuk dapat mencegah atau pengen- ngan kematian jaringan otak (infark
dalian hipertensi terhadap diri res- serebral) yang terjadi karena berkurang-
ponden. nya aliran darah dan oksigen ke otak.
Responden yang mengetahui Berkurangnya aliran darah dan oksigen
bahwa buah semangka, melon, dan ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,
mentimun dapat menurunkan hiper- penyempitan atau pecahnya pembuluh
tensi sebanyak 33 orang (47,1%) dan darah (Seri, 2007).
sebanyak 53 orang (75,7%) mengetahui Pada penelitian ini upaya pe-
bahwa pusing, susah tidur, dan mata ngendalian hipertensi yang dilakukan
berkunang-kunang itu merupakan oleh lansia antara lain penderita hiper-
gejala dari hipertensi. Berdasarkan tensi harus menjaga pola makan seperti
hasil uji Chi Square diperoleh nilai mengurangi makan daging kambing,
(p=0,003), sehingga dapat disimpulkan menghindari makanan asin dan diit
bahwa ada hubungan antara penge- rendah kolesterol. Diharapkan lansia

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kontrol ... (Dyah Ayu Pithaloka, dkk.) 211
mengetahui makanan yang dapat me- nilai signifikansi p = 0,016, 3). Ada
ningkatkan tekanan darah atau makan- hubungan antara tingkat pengetahuan
an yang dapat menurunkan tekanan dengan upaya pengendalian hipertensi
darah. pada lansia di Posyandu Lansia Wila-
Pengawasan dari pihak keluarga yah Kerja Puskesmas Mojosongo
seperti menyarankan lansia mengikuti Boyolali di mana nilai signifikansi p =
kegiatan posyandu lansia, mengingat- 0,003.
kan jadwal posyandu lansia serta men-
dampingi lansia ke posyandu lansia. B. Saran
Tingkat pengetahuan lansia juga salah Berdasarkan kesimpulan di atas
satu upaya pengendalian hipertensi maka penulis memberikan beberapa
seperti mengetahui gejala dari hiper- saran sebagai berikut :
tensi, mengetahui dan faktor-faktor 1). Bagi instansi terkait, terutama
yang bisa mengendalikan hipertensi bagi Puskesmas sebagai dasar perbaik-
pada lansia an upaya pengendalian hipertensi
pada lansia, sebagai hasil dari evaluasi
KESIMPULAN DAN SARAN tentang faktor-faktor yang berhubung-
A. Kesimpulan an dengan upaya pengendalian hiper-
Berdasarkan penelitian yang te- tensi, 2). BagiMasyarakat, dapat mem-
lah dilakukan, maka dapat disimpul- peroleh informasi tentang upaya
kan hal-hal sebagai berikut : 1). Ada pengendalian hipertensi pada lansia
hubungan antara sikap penderita yang diharapkan informasi tersebut
dengan upaya pengendalian hipertensi berguna dan dapat mempengaruhi
pada lansia di Posyandu Lansia Wila- perubahan sikap lansia agar mau mela-
yah Kerja Puskesmas Mojosongo Boyo- kukan upaya pengendalian hipertensi,
lali di mana nilai signifikansi p = 0,000. selain itu keluarga lansia juga mau
2). Ada hubungan antara pengawasan melakukan upaya pengawasan pada
dari pihak keluarga dengan upaya anggota keluarganya yang menderita
pengendalian hipertensi pada lansia di hipertensi. 3). Bagi peneliti lain dapat
Posyandu Lansia Wilayah Kerja Pus- melakukan penelitian lanjutan tentang
kesmas Mojosongo Boyolali di mana faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan upaya pengendalian hipertensi
pada lansia seperti stres, obesitas, kebiasaan merokok dan diit hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H. dan Siahaan, S., 2008, Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di

212 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 201-214
Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008,
Diakses : 20 Juli 2010, http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/
files-of-drsmed-faktor-yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf

Arief, A., 2009, Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Diakses : 5 Mei 2009, http://
tokobiofir.com/berita-dan-informasi/hipertensi-tekanan-darah-
tinggi.html.

Azwar, S., 2000, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Bloomberg, H., 2003, Risk of Hypertension Among Women in the EPIC-Postdam Study:
Comparasion of Relative Risk Estimates for Exploratory and Hypothesis-oriented
Dietary Patterns, Diakses:23 Januari 2010 ,http://aje.oxfordjournals.org/cgi/
content/abstract/158/4/365?

Depkes RI, 2003, Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut.

Eko, A. dan Astuti, 2007, Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan terhadap
Pencegahan pada Penderita Hipertensi dan Bukan Hipertensi (Studi Di Puskesmas
Krembangan Selatan Surabaya), Diakses : 16 Desember 2009, http://
www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?

Ginting, M, 2008, Determinan Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Hipertensi


di Kecamatan Belawan. Diakses: 16 Desember 2009, http://library.usu.ac.id/
index.php/component/journals/index.php?

Gunawan, L., 2001, Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta, Penerbit kansius.

Harmoni, 2007, Hipertensi di Menopause, Diakses : 20 Juli 2010, http://www.hd.co.id/


tips-sehat/hipertensi-di-menopause

Jono, 2009, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hipertensi di Puskesmas Musuk II Kabupaten


Boyolali,Diakses:17Desember2009.http://skripsistikes.wordpress.com/
2009/05/03/ikpiii91/.

Misbah, 2006, Hubungan antara Kebiasaan Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
: Studi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Barabai, Kecamatan Barabai,
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Propinsi Kalimantan Selatan, Diakses 16 Mei
2009 :http://skripsistikes.wordpress.com/2009/05/03/ikpiii37/.

Muhammadun, A.S., 2010, Hidup Bersama Hipertensi, Jogjakarta, In-Books.

Murti, B., 2006, Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kontrol ... (Dyah Ayu Pithaloka, dkk.) 213
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi ke-2, Jakarta, PT. Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.

Ramitha, V., 2008, Penderita Hipertensi Harus Disiplin, Diakses: 19 April 2010, http://
www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2008/08/16/44252/penderita-
hipertensi-harus-disiplin/.

Ratna, 2009, Gejala Hipertensi, Diakses : 31 Juli 2009, http://ratnarespati.com/ 2009/


04/15/gejala-hipertensi/.

Sedyaningsih, R. E., 2010, Hipertensi Menimbulkan Komplikasi yang Berujung pada


Kematian, Diakses : 19 Juli 2010, http://jurnalmedika.com/edisi-no-03-vol-
xxxvi-2010/172-kegiatan/218-hipertensi-menimbulkan-komplikasi-yang-
berujung-pada-kematian

Tohaga, E., 2008, Hipertensi, Gejala dan Komplikasi, Diakses : 31 Juli 2009, http://
edwintohaga.wordpress.com/2008/04/03/hipertensi-gejala-dan-
komplikasi/.

Wade, A., Hwheir, D. N., and Cameron, A., 2003, Using a Problem Detection Study
(PDS) to Identify and Compare Health Care Privider and Consumer Views
of Antihypertensive therapy, Journal of Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue
6, p397.

214 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 201-214

Anda mungkin juga menyukai