OLEH :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia yang mengalami
hipertensi di Puskesmas Payangan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik lansia di Puskesmas Payangan
b. Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia di Puskesmas Payangan
c. Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia dengan hipertensi di
Puskesmas Payangan
1.4 Manfaat
a. Masukan bagi Puskesmas Payangan untuk membuat program baru dalam
meningkatkan kualitas hidup lansia dan meningkatkan pelayanan, khususnya
terhadap lansia yang menderita hipertensi.
b. Masukan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan dan dapat dijadikan
referensi
1.5 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini antara lain:
1. Peneliti Dewi & Sudhana (2013) Mengetahui gambaran kuwalitas hidup pada
lansia yang menderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesma Gianyar 1.
Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang deskriptif untuk melihat
gambaran kualitas hidup lansia yang mengalami hipertensi dan normotensi di
Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I Kecamatan Gianyar,
Kabupaten Gianyar bulan November tahun 2013. . Sebagai sampel adalah
lansia yang datang ke posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Gianyar I
pada bulan November tahun 2013 dipilih secara consecutive, bersedia ikut
dalam penelitian, dan memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang dipakai
adalah lansia berusia diatas 60 tahun yang berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Gianyar I. Metode yang di gunakan yaitu dengan metode
6
wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner akan dianalisis
dengan menggunakan program SPSS 21 dan disajikan dalam bentuk tabel
disertai penjelasan naratif. Analisis data dilakukan secara analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada responden lansia normotensi,
kualitas hidup lansia secara menyeluruh ditemukan buruk pada 12 responden
(42,9%) dan baik pada 16 responden (57.1%). Sedangkan pada responden
lansia dengan hipertensi, kualitas hidup lansia secara menyeluruh didapatkan
buruk pada 17 responden (56,7%) dan baik pada 13 responden (43,3%).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam penelitian ada kualitas hidup
lansia hipertensi lebih buruk dibandingkan lansia normotensi. Kesamaan
penelitian yang dilakukan Dewi & Sudhana (2013) dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah sama-sama gambaran kuwalitas hidup pada lansia
yang mengalami hipertensi, sedangkan perbedaanya yaitu penelitian Dewi &
Sudhana (2013 dan penelitian Ini terdapat pada tempat dilakukannya
penelitian.
7
hidup di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II. Persamaan dengan
penelitian yang di adalah Instrument yang digunakan berupa alat ukur
tekanan darah dan lembaran kuesioner sedangkan perbedaan peneliti yang di
lakukan adalah Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental
sampling dan Teknik analisis data dengan analisis univariat dan bivariat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Hipetensi
9
sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab
terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa
terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015)
11
6) Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak dapat menyebabkan
tekanan darah meningkat. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan
darah tinggi namun tidak dianjurkan olahraga berat.
7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang cenderung
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress telah
berlalu maka tekanan darah akan kembali normal.
8) Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan
katekolamin, katekolamin yang meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokonstriksi
yang kemudian meningkatkan tekanan darah.
9) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expansion, Penghentian penggunan kontrasepsi
hormonal, dapat mengembalikan tekanan darah menjadi normal kembali.
Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi anakanak juga
berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi disebabkan oleh
masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian anak-anak bahwa kebiasaan
gaya hidup yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga,
berkonstribusi pada terjadinya hipertensi (Fauzi, 2014).
2.1.2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi
tidak memiliki tanda atau gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak
kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak
napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar
darah di hidung) (Fauzi, 2014). Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat
terjadi, diantaranya adalah (Smeltzer, 2013) :
1. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain
tekanan darah tinggi.
12
2. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan
arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan
papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.
3. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang
terganggu.
4. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau
infark miokardium.
5. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.
6. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, serta
kadar kreatinin).
7. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien
[TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan bicara,
pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau
permanen]).
2.1.2.5 Penatalaksanaan
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian
dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada
atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau
penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).
1. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan; pembatasan
alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah, sayuran, dan produk susu
rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer,
2013).
2. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat
beta (Smeltzer, 2013).
3. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks
(Smeltzer, 2013).
13
Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan
darah untuk mencegah terjadinya komplikasi, adapun penatalaksanaannya sebagai
berikut :
1. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian faktor
risiko, yaitu :
1. Turunkan berat badan pada obesitas.
2. Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3. Hentikan konsumsi alkohol.
4. Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5. Pola makan yang sehat.
6. Istirahat cukup dan hindari stress.
7. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi.
2. Medikamentosa meliputi :
Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2. Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3. Methyldopa
4. MgSO4
5. Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6. Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7. Tensigard 3 x 1 tablet
8. Amlodipine 1 x 5-10 mg
9. Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala dinaikkan
sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita, penggunaan obat
harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat diobati dengan kombinasi
HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif.. Penderita
14
hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/
hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit
2.1.2.6 Komplikasi
Komplikasi Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain
sebagai berikut (Irwan, 2016):
1. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskuler,
ensefalopati.
2. Mata : retinopati hipertensif.
3. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi
ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun
diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart failure).
4. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.
5. Arteri perifer : klaudikasio intermiten
16
3) Perasaan positif : menggambarkan perasaan yang menyenangkan yang
dimiliki oleh individu.
4) Self-esteem : melihat bagaiman individu menilai atau menggambarkan
dirinya sendiri.
5) Berpikir, belajar, memori, dan konsentarsi : menggambarkan keadaan
kognitif individu yang memungkinkan untuk berkonsentrasi.
3. Dimensi hubungan sosial
1) Relasi personal : menggambarkan hubungan individu dengan orang
lain.
2) Dukungan sosial : menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan
oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
3) Aktivitas seksual: menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan
individu.
4. Dimensi hubungan dengan lingkungan.
1) Sumber financial : menggambarkan keadaaan keuangan individu.
2) Freedom, physical safety, dan, security: menggambarkan tingkat
keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya.
3) Perawatan kesehatan dan social care: menggambarkan ketersediaan
layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat diperoleh
individu.
4) Lingkungan rumah: menggambarkan keadaan tempat tinggal individu.
5) Kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan
keterampilan (skills): menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan
bagi individu untuk memperoleh hal-hal yang baru yang berguna bagi
individu.
6) Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan
yang menyenangkan: menggambarkan sejauh mana individu memiliki
kesempatan dan dapat bergabung untuk berkreasi dan menikmati
waktu luang.
17
7) Lingkungan fisik: menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat
tinggal individu (keadaan air, saluran udara, iklim, polusi, dll)
8) Transportasi: menggambarkan sarana kendaraan yang dapat dijangkau
oleh individu.
Selain keempat dimensi tersebut terdapat dua pertanyaan tambahan yang
menggambarkan kualitas hidup seseorang secara umum.
19
2.1.4. Hubungan Hipertensi Dengan Kualitas Hidup
Hipertensi merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan implikasi-
implikasi tertentu. Di samping implikasi terhadap organ, hipertensi dapat
memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi dan kualitas hidup
seseorang. Beberapa studi menyebutkan, individu dengan hipertensi memiliki skor
yang lebih rendah di hampir semua dimensi yang diukur berdasarkan kuesioner
WHOQOL dibandingkan dengan populasi. Hal ini disebabkan karena hipertensi dapat
memberikan pengaruh buruk terhadap vitalitas, fungsi sosial, kesehatan mental, dan
fungsi psikologis. (Dewi, 2013)
Pada beberapa studi lain menyebutkan, individu dengan hipertensi dilaporkan
mengalami gejala-gejala seperti sakit kepala, depresi, cemas, dan mudah lelah.
Gejala-gejala ini dilaporkan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang pada
berbagai dimensi. Oleh karena itu, dalam menangani individu dengan hipertensi
sangat penting untuk mengukur kualitas hidup agar dapat dilakukan manajemen yang
optimal. (Dewi, 2013)
Pada studi yang dilakukan oleh Poljicanin, Tamara et al, disebutkan bahwa
individu dengan penyakit diabetes mellitus dan/atau hipertensi dapat memberikan
pengaruh yang buruk terhadap kualitas hidup individu tersebut. Pada individu dengan
penyakit tersebut, terjadi penurunan kualitas hidup pada hampir seluruh dimensi yang
diukur berdasarkan kuesioner WHO dimana yang paling terpengaruh adalah dimensi
kesehatan fisik dan hubungan sosial (Dewi, 2013).
20
Permasalahan pada
Lansia :
1. Biologis
2. Psikologis
3. Sosial
Keterangan :
: Variabel diteliti
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Gambaran Kualitas Hidup Penderita Hipertensi pada Lansia di
Puskesmas Payangan, 2020
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Nursalam, 2011). Hipotesis pada penelitian ini yaitu hipotesis deskriptif.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi
semua lansia di wilayah kerja
Puskesmas Payangan.
Sampling
consecutive sampling
Sampel
Semua lansia yang datang saat prolanis di
Puskesmas Payangan
22
Analisis Penelitian
Dengan Analisis Deskriptif
Kriteria inklusi:
1. Lansia usia 60 tahun ke atas
3. Lansia Hipertensi
Kriteria eksklusi:
23
1. Menolak berpartisipasi dalam penelitian
2. Menderita gangguan fungsi kognitif
3. Menderita gangguan psikiatri berat dan sedang dalam perawatan psikiatri
4. Memiliki cacat fisik (tuli, bisu, buta, lumpuh)
5. Tidak kooperatif
Pemilihan sampel
1. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus : (Sastroasmoro & Ismael,
2011):
n = Zα2 PQ
d2
Pada penghitungan sampel ini dikehendaki tingkat kepercayaan 95%
dan ketepatan absolut yang diinginkan sebesar 10%. Proporsi lansia yang
menderita hipertensi adalah 0,19 Zα = 1,96, d = 10%
nk = n = 59 = 58,35
1+n/N 1+59/5.435
24
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1
Definisi Operasional Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di
Puskesmas Payangan
1 2 3 4 5 6
25
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subyek yang dilakukan dalam penelitian (Sugiyono,
2017). Penelitian ini mengumpulkan data dengan cara sebagai berikut:
3.6.2.1 Administratif
1. Mengajukan surat penelitian yang ditanda tangani oleh ketua PPPM STIKes Wira
Medika Bali ditunjukkan kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi
Bali.
2. Setelah surat izin keluar diteruskan ke Kepala Puskesmas Payangan, untuk
mendapatkan ijin penelitian.
3. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Payangan, lalu melakukan
pendekatan kepada pemegang program PTM.
3.6.2.2 Teknis
1. Melakukan pemilihan responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.
2. Responden yang sudah setuju kemudia dilakukan dengan teknik wawancara
dengan menggunakan kuesioner.
26
3. Data yang terkupul kemudian ditabulasi keadaan matriks pengumpulan data yang
telah dibuat dan kemudian dilakukan analisis dengan bantuan komputer.
27
tempat tinggal anda saat ini?
28
a. Raw Skor = penjumlahan nilai pada setiap pertanyaan dalam setiap
domain.
b. 4-20 : Mean setiap domain x 4
c. 0-100 : [nilai (b)-4] x [100/6]
3. Analisis
Analisis data dilakukan secara analisis deskriptif. Adapun analisis yang
dilakukan berupa :
1. Mengolah data karakteristik subjek untuk mendapatkan gambaran
sampel secara keseluruhan.
29
2. Menjumlahkan seluruh nilai jawaban pada alat ukur menjadi skor
tiap dimensi kemudian mencari skor rata-rata dari tiap dimensi
tersebut untuk mendapatkan skor dimensi yang paling
mempengaruhi kualitas hidup.
3. Cross tabulasi antara variabel bebas Hipertensi dengan variabel
tergantung (klasifikasi kualitas hidup yaitu kesehatan fisik,
kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, hubungan dengan
lingkungan, dan kualitas hidup secara umum)
3.7.2 Analisis Data
Mengidentifikasi karakteristik responden, kualitas hidup penderita hipertensi
menggunakan metode analisis univariate. Penelitian ini menjelaskan tentang
karakteristik dari responden berupa, usia, jenis kelamin, riwayat pendidikan, status
perkawinan dan riwayat hipertensi.
Analisis univariat untuk melakukan analisis satu variabel yaitu untuk mencari
distribusi frekuensi dari karakteristik responden, gambaran kualitas hidup penderita
hipertensi pada lansia dianalisis dengan dengan bantuan SPSS untuk mencari
distribusi frekuensi. Data yang sudah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
30
3.8.1 Informed Consent.
3.8.2 Anonimity
3.8.3 Confidentiality
31
hasil pengisian kuesioner, peneliti tidak akan memberitahukan kepada siapapun
tentang hasil observasi terhadap responden tersebut.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anbarasan. 2015. Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Wilayah
Puskesmas Rendang pada periode 27 Feruari Sampai 14 Maret 2015, Vol 4 No 1.
Intisari Sains Medis
Azmi Nur (2018). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Tampan Pekanbaru. Fakultas
Keperawatan Universitas Riau.
Bloch, M. J. 2016. Worldwide Prevalence of Hypertension Exceeds 1.3 Billion.
Journal of The American Society of Hypertension,10(10):753- 754.
Dewi, (2013). Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Normotensi Dan
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I Periode Bulan November
Tahun 2013. Jurnal kesehatan, bali: Universitas udayana
Fauzi I. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala & Pengobatan Asam Urat, Diabetes
& Hipertensi. Yogyakarta : ARASKA
Hidayat AA. 2017. Metode Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta. Salemba
Medika
Irwan .2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta. Deepublish
Kemenkes RI. 2015.Buletin Jendela Data dan Informasi Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2019. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2019. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Mills, K. T. 2016. Global Disparities of Hypertension Prevalence and Control: A
Systematic Analysis of Population-Based Studies From 90 Countries. Circulation,
134 (6) : 441–450.
Murphy B. et al. (2000). AustralianWHOQOL-100, WHO-BREF and CA-WHOQOL
NSTRUMENTS; user manual and interpretation guide. November 30, 2013.
http://www.psychiatry.unimelb.edu.au/
33
Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Nursalam.2011.Manajemen Keperawatan : aplikasi dalam praktik keperawatan
Profesional. Edisi Ketiga. Jakarta Salemba Medika
Sastroasmoro S & Ismael S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Sagung Seto. Edisi 4. Pp. 348.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid IV. VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014
Smeltzer.C., Bare BC, Hinkle J & Cheever K (2013). Brunner & Suddartg S
Textbook of medical-surgical nursing twelft edition. Wolters Kluwer Health.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
World Health Organization (WHO). 2014. The World Statistic. 2013
WHOQOL Group. Development of the WHOQOL: Rationale and current status. Int J
Mental Health 1994;23:24-56
34
25