Anda di halaman 1dari 59

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA

DI PUSKESMAS PINELENG KABUPATEN


MINAHASA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
TRININGSI SUNGI
NIM : 1614201197

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


MANADO
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu

kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang

menetap.Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding

arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh.Semakin

tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO, 2013).

Prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 2010 menurut WHO di seluruh

dunia terdapat 1.025 juta orang atau 26,7% penghuuni bumi mengalami kejadian

hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.

Dari 1.025 juta pengidap hipertensi, 345 juta berada di negara maju dan 680 juta

sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia (Andra 2007,

dalam Nuraiza 2012).

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidakdiketahui

penyebabnya secaraa pasti. Namun menurut susilo & Swulandari, 2011 bahwa

hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi dan sisanya

hipertensi sekunder yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat

diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal,

kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan

lain-lain.

2
Menurut Yulianti & Sistanggang, 2006 menyatakan hipertensi adalah

suatu kondisi medis yang di tandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh

darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan

darah terhadap dinding pembuluh darah, dan dapat dipengaruhi oleh gaya hidup.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam

aktifitas, minat dan opinya.Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri

seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2005).

Gaya hidup dapat di klafikasikan menjadi beberapa komponen yaitu pola

makan, aktifitas fisik, olahraga, stress, kebiasaan istirahat, kebiasaan merokok,

minum-minuman beralkohol, penyalagunaan narkoba. Gaya hidup yang berkaitan

dengan kejadian hipertensi yaitu terdiri dari: pola makan, merokok, merawat berat

badan tetap ideal, tidak aktif beraktivitas, kebiasaan istirahat dan minum-minuman

beralkohol (Ramadhan, 2008).

Indonesia pada tahun 2010 usia harapan hidup mencapai 72 tahun,

sedangkan jumlah pada tahun 2009 cukup besar, yaitu sekitar 16 juta dan pada

tahun 2010 secara kumulatif menjadi 23 juta. Sedangkan pertambahan usia lansia

ke depan 7 juta per tahun. Makin meningkatnya harapan hidup makin kompleks

penyakit yang diderita oleh orang lanjut usia, termasuk lebih sering hipertensi.

Dari hasil penelitian modern, penyakit degeneratif memiliki korelasi yang cukup

kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang, meski faktor

keturunan cukup berperan besar (Komnas Lansia, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh badan

penelitian dan pengembangan Kemenkes RI menunjukan prevelensi hipertensi

3
nasional 31,7% dari total penduduk dewasa. Artinya adalah 1 dari3 orang

dewasa di Indonesia menderita hipertensi.Dari jumlah itu, 60% penderita

hipertensi berakhir pada stroke, sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal,

dan kebutaan. Prevelensi ini lebih tinggi dari Singapura 27,3%, Thailand 22,7%,

dan Malaysia 2 0%. Semantara Jepang 36,7%, Cina 17-40%. Prevelensi

Hipertensi di Indonesia berkisar antara 6 sampai 15% tetapi prevelesi terendah

terdapat ungaran, jawa tengah 1,8% dan lembah baliem pegunungan jay wijaya,

Irian jaya 0,6% sedangkan angka prevelesi tinggi di Talang Sumatera Barat

17,8% (Riskesdas, 2013).

Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi

masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Di Indonesia, hipertensi

cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data Riskesdas (2007),

prevalensi hipertensi pada usia dewasa sebesar 31,7%, dan data WHO (World

Health Organization) (2008), menyebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia

cukup tinggi yaitu sebesar 41%.

Data penyakit tidak menular (PTM) dalam Riskesdas (2013), meliputi:

asma, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker, diabetes mellitus,

hipertiroid, hipertensi, jantung coroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronis,

batu ginjal, penyakit sendi/rematik. Salah satu penyakit degeneratif yang perlu

diwaspadai adalah hipertensi.Hipertensi adalah penyebab kematian utama ketiga

di Indonesia untuk semua umur 6,8%, setelah stroke 15,4% dan tuberculosis

7,5% (Depkes,2008).

4
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Taufik Maryusman dkk, tentang

“Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru”.Bahwa ada hubungan yang signifikan

antara aktivitas fisik, asupan lemak, dan asupan natrium dengan kejadian

hipertensi. Berdasarkan hasil regresi logistik berganda asupan natrium yang

paling berhubungan dengan kejadian hipertensi yang memiliki resiko 4,627 kali

lebih besar untuk mengalami kejadian hipertensi.

Pada tahun 2012 penderita hipertensi di Sulawesi utara mencapai 33.968

khasus (Dinkes Provinsi Sulut, 2013).

Hipertensi disulawesi utara yaitu 27,1%. Hal ini didukung melalui data

dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara bahwa selama tahun 2013 terdapat

32.072 kunjungan hipertensi disetiap puskesmas se-Provinsi Sulawesi utara.

Pada survei awal yang dilakukan di Puskesmas Pineleng data tiga bulan

terakhir yaitu pada bulan November, desember dan januari. Di puskesmas

pineleng kabupaten minahasa utara, di dapatkan penderita hipertensi di usia> 50

tahun ada 78 orang. setelah dilakukan wawancara dari 5 lansia, ternyata memiliki

gaya hidup yang kurang baik, seperti kurang olaraga, kebiasaan merokok,

mengkonsumsi garam berlebih, minum alcohol, obesitas, stress.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mengdakan penelitian tentang “Hubungan Gaya Hidup Dengan Hipertensi Pada

Lansia Di Puskesma Pineleng Kabupaten Minahasa”

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai

berikut “Apakah ada hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada

lansia di puskesmas pineleng kabupaten minahasa?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di

puskesmas pineleng kecamatan pineleng kabupaten minahasa?”

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gaya hidup pada lansia di puskesmas pineleng kecamatan

pineleng kabupaten minahasa.

b. Diketahui hipertensi pada lansia di puskesmas pineleng kabupaten

kabupaten minahasa.

c. Teranalisis Hubungan Gaya Hidup Dengan Hipertensi Pada Lansia Di

Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

penelitian selanjutnya tentang penyakit hipertensi.

6
2. Bagi Puskesmas Pineleng

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan

mengenai perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup di Puskesmas

pineleng.

3. Bagi Pasien Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan

mengenai gaya hidup masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit

hipertensi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai tambahan sumber referensi dalam ilmu kesehatan dan bahan

pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kejadian Hipertensi

1. Hipertensi

Beberapa definisi tentang hipertensi telah diungkapkan oleh beberapa

ahli atau penulis buku tentang hipertensi diantaranya menurut Marliani (2007)

menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan

pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah

di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg.

Menurut Crea (2008) hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit

tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang banyak diderita di dunia termasuk di Indonesia. Hipertensi termasuk

penyakit umum, tanpa disertai gejala khusus dan biasanya dapat ditangani

secara mudah, namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan

bebagai komplikasi yang lebih parah berupa penyakit jantung dan pembuluh

darah seperti aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, gangguan fungsi

ginjal dan kematian dini.

Menurut Shanty (2011) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan

darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat

kita.Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam

8
tubuhterlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut

usia.

Berdasarkan beberapa pengertian hipertensi tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa hipertensi adalah salah satu penyakit yang biasanya

gangguan terjadi pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan

kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg

2. Etiologi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan

hipertensi sekunder yaitu sebagai berikut (Setiawati dan Bustami, 2005):

a. Hipertensi esensial

Disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang

tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam

kelompok ini.Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah

peningkatan resistensi perifer.Penyebab hipertensi esensial adalah

mulitifaktor, terdiri dari factor genetic dan lingkungan.Factor keturunan

bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler

dari keluarga.Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa sensitivitas pada

natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular

(terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin.Paling sedikit ada 3 faktor

lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam

(natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.

b. Hipertensi sekunder

Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita

9
hipertensi.Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi

renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain.

Hipertensi renal dapat berupa:

1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal

sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal.

2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan

fungsi ginjal.

Sementara menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang

dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

a)  Elastisitas dinding aorta menurun

b)  Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c)  Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi

karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On

Prevention, Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood

Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Data

terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya

dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko

10
komplikasi kardiovaskuler.Sehingga mendorong pembuatan klasifikasi baru

pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi dimana tekanan darah sistol pada

kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan darah diastole pada kisaran 80-89

mmHg.Hipertensi level 2 dan 3 disatukan menjadi level 2. Tujuan dari

klasifikasi JNC 7 adalah untuk mengidentifikasi individu-individu yang

dengan penanganan awal berupa perubahan gaya hidup, dapat membantu

menurunkan tekanan darahnya ke level hipertensi yang sesuai dengan usia.

Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Tekanan darah Tekanan darah


Klasifikasi tekanan darah
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prahipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi stadium 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 100

(Sumber: Crea, 2008:8)

WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working

Group) mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal,

normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat yaitu

sebagai berikut;

Tabel 1.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Sistol Diastol

Optimal < 120 < 80


Normal < 130 < 85

11
Normal – tinggi 130 – 139 85 – 89
Tingkat 1 (hipertensi
140 – 159 90 – 99
ringan)
140 – 149 90 – 94
Sub grup: perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi
160 – 179 100 – 109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol
≥ 140 < 90
terisolasi
140 – 149 < 90
Sub-gruo: perbatasan
(Sumber: Crea, 2008:9)

Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan

pedoman penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman

Negara maju dan Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan

berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk hasil

JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi

Indonesia

Kategori tekanan Tekanan darah Tekanan darah Diastol


darah Sistol (mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prahipertensi 120 – 139 Atau 80-89

Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90-99

Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 110

Hipertensi sistol ≥ 140 < 90

12
terisolasi
(Sumber: Crea, 2008:9)

4. Patofisiologi

Patofisiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor yang saling

berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi

esensial.Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau korteks

adrenal (2% dan 5%) merupakan penyebab utama peningkatan tekanan darah

(hipertensi sekunder) namun selebihnya tidak terdapat penyebab yang jelas

pada pasien penderita hipertensi esensial.Beberapa mekanisme fisiologi turut

berperan aktif pada tekanan darah normal dan yang terganggu.Hal ini

mungkin berperan penting pada perkembangan penyakit hipertensi

esensial.Terdapat banyak faktor yang saling berhubungan terlibat dalam

peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi (Crea, 2008).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada

titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

13
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi

sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi (Crea, 2008).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Crea,

2008).

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan

struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab

pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

14
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Rohaendi, 2008).

5. Gejala Hipertensi

Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain

yaitu :

a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala

b. Sering gelisah

c. Wajah merah

d. Tengkuk terasa pegal

e. Mudah marah

f. Telinga berdengung

g. Sukar tidur

h.Sesak napas

i. Rasa berat ditengkuk

j.Mudah lelah

k. Mata berkunang-kunang

l.Mimisan (keluar darah dari hidung)

Menurut Crea (2008) gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian

belakang dan kaku kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala

pusing, dada berdebar-debar dan lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.

6. Komplikasi Hipertensi

15
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit

diantaranya adalah stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit

arteri koronaria anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty,

2011).

a. Stroke

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena

berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak

yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang

pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovascular accident).Hipertensi

menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah,

sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah

rentan pecah.Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada

bukan penderita hipertensi.Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah

pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena

suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor

emosional.Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat

menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan

nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan

nutrisi dan akhirnya mati.Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang

pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.

b. Penyakit Jantung

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi

terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi

16
hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan

oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal

ini mengakibat peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya

menyebabkan angina dan infark miokardium. Disamping itu juga secara

sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah mempercepat

aterosklerosis dan arteriosclerosis.

1). Penyakit Arteri Koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri

koronaria, bersama dengan diabetes mellitus.Plak terbentuk pada

percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria

kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.Aliran darah kedistal

dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang

di sebabkan olehakumulasi plak atau penggumpalan.Sirkulasi kolateral

berkembang di sekitar obstruksiarteromasus yang menghambat

pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan

sirkulasikolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke

sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.

2). Aneurisme

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah

sehingga memungkinkan darah masuk.pelebaran pembuluh darah bisa

timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta

disekans.kejadian ini dapat menimbulkan penyakit aneurisma diamana

gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke

17
pinggang belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut dan dada

penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh darah karena proses

penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya

aneurisme.

7. Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan

pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Crea,

2008), dengan cara sebagai berikut:

a. Mengurangi konsumsi garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g

garam dapur untuk diet setiap hari.

b. Menghindari kegemukan (obesitas)

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)

normal atau tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan

lebih 10% dari berat badan normal.

c. Membatasi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah

tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh

darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan

menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan

demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung

memperparah hipertensi.

18
d. Olahraga teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi.Olahraga yang

dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh

(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik

sepeda.Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti

tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat

menimbulkan hipertensi.

e. Makan banyak buah dan sayuran segar

Buah yang banyak mengandung vitamin dan mineral kalium dapat

membantu menurunkan tekanan darah.

f. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,

indah, dan menyenangkan.Relaksasi dapat pula dilakukan dengan

mendengarkan musik, atau bernyanyi.

g. Berusaha membina hidup yang positif

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,

tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress

(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar

sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala,

suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari

19
efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif.

Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:

1).  Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah

2).  Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk

kegiatan santai.

3).  Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain

menyelesaikan bagiannya.

4).Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.

8. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah target tekanan darah yatiu

< 140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus,

gagal ginjal target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg, penurunan

morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit

ginjal. Pada umumnya penatalaksanaan pada pasien hipertensi meliputi dua

cara yaitu (Yogiantoro, 2006):

a. Non Farmakologis

Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan

merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih,

asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi

buah dan sayur.

b. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih

20
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh

terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat

penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.

c. Meningkatkan aktifitas fisik

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%

daripada yang aktif.Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit

sebanyak > 3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

d. Mengurangi asupan natrium

Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian

obat anti hipertensi oleh dokter.

e. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.Sementara konsumsi

alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.

f. Farmakologis

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh

JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron

antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist,

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor

Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB).

B. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan

dalam aktifitas, minat dan opininya.Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri

21
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002). Menurut

Lisnawati (2006) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari

yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada

dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan,

pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol,

berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.

Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan

bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang

baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan

ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan

penyakit. Hal ini juga didukung oleh pendapat Maulana (2009) yang

menyebutkan bahwa untuk mendapatkan kesehatan yang prima jalan terbaik

adalah dengan merubah gaya hidup yang terlihat dari aktifitasnya dalam menjaga

kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan gaya hidup adalah pola perilaku individu sehari-hari yang diekspresikan

dalam aktifitas, minat dan opininya untuk mempertahankan hidup sedangkan

gaya hidup sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian pola perilaku atau

kebiasaan hidup sehari-hari untuk memelihara dan menghasilkan kesehatan,

mencegah resiko terjadinya penyakit serta melindungi diri untuk sehat secara

utuh.

22
a. Kebiasaan Merokok.

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok

yang di isap seseorang. Hasil penelitian menunjukan bahwa nikotin dapat

meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah (Dalimartha

2013). Menurut Sitorus (2013), yang menyatakan bahwa merokok sebatang

setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah

detak jantung 5-20 kali/menit. Sitepu (2012), menyatakan bahwa orang yang

mempunyai kebiasaan merokok memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk

terjadinya hipertensi.

Resiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang di isap

perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih

rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia

beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang di isap melalui rokok,

yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan

hipertensi (Marliani,2013).

Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat

berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut di

isap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut

dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan aterosklerosis

yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan

tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika merokok dimulai usiamuda,

23
berisiko mendapat serangan jantung menjadi dua kali lebih sering

dibanding tidak merokok. Serangan sering terjadi sebelum usia 50 tahun

(Depkes, 2013).

Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan langsung dengan

aktifitas berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan oksigen

pada miokardial yang kemudian diteruskan dengan peningkatan pada

tekanan darah, denyut jantung, dan kontraksi miokardinal (Kaplan, 2011).

b. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein

Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan

jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit

Hipertensi atau penyakit Kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukan

bahwa orang yang mengkonsumsi kafein (kopi) secara teratur sepanjang

hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan

didalam 2-3 gelas kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan

sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13mmHg pada

orang yang tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2014).

c. Aktivitas Fisik

Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan

lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika

beristirahat (Armilawati, 2011). Hasil penelitian Dalimartha, dkk (2011),

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi, dan individu yang kurang aktif mempunyai resiko

24
menderita hipertensi sebesar 30-50%.

Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang meninggi

adalah sistolik, sedangkan diastolik tidak tergantung intensitas latihan.

Apabila latihan terus di lanjutkan, maka secara bertahap tekanan darah

sistolik akan turun sebagai reaksi dari peningkatan di atasi arteriola di

dalam otot yang aktif saat latihan. Olahraga yang dilakukan secara teratur,

menyebabkan jantung akan bekerja lebih efisien, denyut jantung berkurang

dan menurunkan tekanan darah (Tremblay, 2011)

d. Keadaan Stres

Suheni (2012), yang menyatakan bahwa responden yang mengalami

stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki stres. Dalam Cahyono

(2013), stres adalah respon fisiologik, psikologis ,dan perilaku seseorang

individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang

bersifat internal maupun eksternal. Menurut Hawari (2012), stress adalah

respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban

atasnya (stresor psikososial) yang berdampak pada sistem kardiovaskuler.

Stresor Psikososial itu sendiri terdiri dari: perkawinan, orangtua, antar

pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit

fisik, faktor keluarga, dan trauma.

Stres dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur

fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung,

menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dangan

25
garam (Syaifuddin, 2013).

Menurut Depkes RI (2013) dan Sutanto (2013), stress atau

ketegangan jiwa (rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan

bersalah). Ketika otak menerima sinyal bahwa seseorang sedang stres,

perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan

mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan

gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi

lebih cepat sehingga jumlah oksigen bertambah.

Sutanto (2013), menjelaskan bahwa pelepasan hormone adrenalin

oleh anak ginjal sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya

tekanan darah dan meningkatkan kekentalan darah yang membuat darah

mudah membeku atau menggumpal. Adrenalin juga dapat mempercepat

denyut jantung, menyebabkan gangguan irama jantung dan mempersempit

pembuluh darah koroner.

C. Lansia

1. Definisi Lansia

Menurut World Health Organisation(WHO), lansia adalah seseorang

yang telah memasuki 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur

pada manusia yang telah memasuki tahapan terakhir dari fase kehidupannya.

Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut

Aging Process atau proses penuaan.

26
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan

dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia

tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu

proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade

(Notoadmojo, 2010 )

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang

Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai

usia lebih dari 60 tahun.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

Meliputi:

a. Hereditas : Keturunan/Genetik

b. Nutrisi : Makanan

c. Status kesehatan

d. Pengalaman hidup

e. Lingkungan

f. Stres

3. Batasan Lansia

Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan

umur lansia, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun

b. Usia lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun

27
c. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun

d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun

Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :

a. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

4. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia ini adalah lima klasifikasi pada lansia

a. Pralansia (Prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

d. Lansia potensial

Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, dalam bukunya Rosidawati,

2008).

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, dalam bukunya

Rosidawati, 2008).

28
5. Karakteristik Lansia

Menurut Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut.

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang Kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif

hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

6. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubbahan fisik, sosial, dan

psikologis.

a. Perubahan fisik

Yang termasuk perubahan fisik, antara lain perubahan sel,

kardiovaskuler, respirasi, persarapan, muskuloskeletal, gastrointestinal,

genitourinaria, vesika urinaria, vagina, pendengaran, penglihatan, endokrin,

kulit, belajar dan memori, inteligensi, personality dan adjustment

(pengaturan), dan pencapaian (Achievement).

b. Perubahan social

Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran,

keluarga (emptiness), teman, Abuse, masalah hukum, pensiun, ekonomi,

rekreasi, keamanan, transportasi, politik, pendidikan, agama, panti jompo.

7. Masalah-masalah kesehatan yang Terjadi pada Lansia

29
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat perubahan

sistem, antara lain:

a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain :

Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan Pneumonia.

b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara lain :

Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure.

c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti Cerebro

Vaskuler Accident.

d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara

lain :Faktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis,

Osteporosis.

e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.

f. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara

lain :Katarak, Glaukoma, Presbikusis.

g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara

lain :Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.

h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan perkemihan,

antara lain :Menoupause, BPH, Inkontinensia.

i. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara

lain :Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus

Ekstremitas Bawah, Pressure Ulcers.

8. Teori-teori Proses Penuaan

a. Teori Biologi

30
1). Teori genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-

spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokomia

yang deprogram oleh molekul-kolekul/DNA dan setiap sel pada

saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah

mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional

sel).

2). Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).

3). Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh

Pengumpulan dari pigmen atau lemak tubuh, yang disebut Teori

Akumulasi Dari Produk Sisa. Sebagai contoh adanya pigmen

(Lypofuchine)di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada

orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendi .

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan

4). Tidak ada perlindungan terhadap ; radiasi, penyakit, dan kekurangan

gizi.

5). Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai

contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa

31
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (Menurut

Goldteris & Brocklehurst, 1989).

Teori ‘’Immunologi Slow Virus’’ (Imuunology Slow Virus Theory)

Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ

tubuh.

6). Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan

tubu.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilanlingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan

sel-sel tubuh lelah terpakai.

7). Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal

bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan

organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal ini menyebabkan sel-

sel tidak dapat regenerasi.

8). Teori Rantai Silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang

kuat, khusunya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan kurangnya

elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.

9). Teori Program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah

setelah sel-sel tersebut mati.

32
b. Teori Kejiwaan Sosial

1). Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara

langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

2). Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup pada lanjut

usia .

3). Mempertahankan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil

dari usia pertengahan ke lanjut usia.

Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjur

usi.Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut

usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.

c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan

kemunduran individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama

diajukan oleh Cumming and Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa

dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan

sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia

menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi

kehilangan ganda (Triple Loos), yakni :

1). Kehilangan peran (Loos of Role)

33
2). Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation Ships)

3). Berkurangnya komitmen (Reduced commitment to social Mores and

Values)

d. Kualitas Hidup

1).Defenisi Kualitas Hidup

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari

masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi

dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula

kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif

maka akan buruk pula kualitas hidupnya.

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas

hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang

mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki

kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan

interaksinya dan lingkungan.Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri

dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan

atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

Menurut WHO (1994) kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi

individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks

budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan

dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.Hal

ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup

kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial

34
dan hubungan spiritual kepada karakteristik lingkungan mereka.

Menurut Donald (2001), Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang

merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang juga

kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

2). Komponen Kualitas Hidup

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat diklasifikasikan

kedalam beberapa komponen yaitu :

a). University of Toronto (2004)

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam 3

bagian yaitu internal individu, kepemilikan (hubungan individu

dengan lingkungan), dan harapan (prestasi dan aspirasi individu).

b). Internal individu

Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik,

psikologis, dan spiritual.Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik,

personal higienis, nutrisi, olahraga, pakaian, dan penampilan fisik

secara umum.Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan

penyesuaian psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri,

dan kontrol diri.Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi dan

kepercayaan spiritual.

c). Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam

kualitas hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial.Secara fisik

yang terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah, secara sosial terdiri

35
dari tetangga/lingkungan dan masyarakat, keluarga, teman/rekan

kerja, lingkungan dan masyarakat.

d). Harapan

Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas dapat dibagi

dua yaitu secara praktis dan secara pekerjaan.Secara praktis yaitu

rumah tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan

pencapaian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas

peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap

perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan

reduksi stress.

36
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESI, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Hipertensi
Gaya Hidup Lansia
Pada Lansia
Gambar 3.1 Kerangka konsep Penelitian

B. Hipotesis

1. Ha : Ada hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Lansia Di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa Utara.

37
C. Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur

1 Gaya Kehidupan yang Kuisioner Gaya hidup tidak Nominal


Hidup kurangseperti sehat
Lansia stress, olahraga,
bila nilai ≥ 20
merokok, dan pola
makan, yang dapat Gaya hidup sehat

mengakibatkan bila nilai < 20

hipertensi

2 Hipertensi Peningkatan Observasi Grade 1 Nominal


darah yang dengan
(140/90-159/99)
melebihi batas pengukuran
normal (140/90) alat mmHg

mmHg tensimeter Grade 2


dan
(160/100-179/109)
stetoskop
mmHg

38
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

study (potong-lintang) yaitu penelitian yang dilakukan satu kali untuk

mengetahui hubungan antara variable dimana variable independen dan variable

dependen. (Dharma K.K, 2011).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan Di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni-Juli 2018

C. Populasi dan Sampel

39
1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang terdiagnosis hipertensi

berjumlah 103 penderita. Pada penelitian ini populasinya adalah semua

penderita hipertensi di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasi (Sudigdo 2011).

Pada penelitian ini pengambilan besar sampel di tentukan dengan purposive

sampling (non-Pobability Sampling). Dengan menggunakan rumus Slovin

(Notoatmodjo, 2011)

sebagai berikut :

N
n¿
1+ N (d ¿¿ 2)¿

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan ) sebesar 90%

N
n¿
1+ N (d ¿¿ 2)¿

103
n¿
1+103 (0,1¿¿ 2) ¿

103
n¿
1+103 (0,01¿¿❑)¿

103 103
n¿ = n=52
1+1 2

40
Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 52 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi

a. Lansia yang hipertensi di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa.

b. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Lansia yang tidak hadir saat dilakukan penelitian

b. Lansia dengan penyakit Komplikasilainnya : asam urat kolesterol jantung.

E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik dari variable

independen dan variable dependen.Keseluruhan data yang diperoleh dari

kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk table distribusi freskuensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup

lansia dengan hipertensi, dengan menggunakan bantuan computer dengan uji

statistic Chi Square. Nilai < 0,05 signifikan 95% jika hasil penelitian nilai ρ>

nilai α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara gaya hidup lansia dengan

hipertensi. Jika hasil penelitian nilai ρ < nilai α (0,05) maka terdapat

hubungan antara gaya hidup lansia dengan hipertensi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Intrumen penelitian yang digunakan

41
pada penelitian ini yaitu sebagai berukut :

1. Alat Spyghmomanometer aneroid dan stetoskop, digunakan untuk pengukuran

penyakit hipertensi atau penentuan nilai tekanan darah (sistole dan diastole).

a. Tensimeter

b. Stetoskop

2. Kuesioner, isi dari kuesioner yang dibuat yaitu :

a. Data Demografi (nama responden, jenis kelamin responden, dan hasil ukur

tekanan darah responden).

Kuesioner gaya hidup lansia, sudah pernah digunakan oleh Romauli

(2014) “Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi Di Rsud Dr.

H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi” terdiri dari: Stres 4 pertanyaan,

Aktifitas fisik 3 pertanyaan, Merokok 2 pertanyaan, dan Pola makan 5

pertanyaan. Dengan alternative jawaban diberi nilai Ya = 2 Tidak = 1

dengan hasil ukur diminta gaya hidup sehat lansia ≥ 20 gaya hidup tidak

sehat lansia < 20.

Melakukan pengukuran lansia dengan menyediakan lembar observasi.

G. Etika Penelitian

1. Informed consent (Lembar Persetujuan )

Lembaran persetujuan ini diberikan pada responden yang akan di teliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penilitian.

Bila subyek menolak maka peneliti tidak memaksakan kehendak dan tetap

menghormati hak-hak subyek.

2. Anomity (Tanpa Nama)

42
Peneliti tidak mencatumkan nama responden tetapi lembar tersebut di beri

kode atau inisial untuk menjaga kerahasiaan.

3. Confidential (kerahasiaan)

Kerahasiaan informsi responden dijamin oleh peniliti dan hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan hasil penelitian.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Demografi

Puskesmas Pineleng, dengan luas Puskesmas± 100 m. Puskesmas Pineleng

mencakup beberapa perkampungan dan Letak Puskesmas Pineleng memiliki batas

wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah selatan berbatasan dengan Pemukiman Rumah

2. Sebelah utara berbatasan dengan Pemukiman Rumah

3. Sebelah timur berbatasan Pemukiman Rumah

4. Sebela barat berbatasan Pemukiman Rumah

a. Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Pineleng.

43
Tabel 5.1. Distribusi Tenaga Kesehatan Pendidikan
Di Puskesmas Pineleng Juli 2018
No Tenaga Kesehatan Jumlah

2. Dokter Umum 4

4. S1 9

6. Bidan 8

8. Sanitasi 1

10. Farmasi 1

12. Gizi 1

Total 24 orang

Data primer: Puskesmas PinelengJuli 2018.

Berdasarkan Tabel 5.1. Terlihat bahwa jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Pineleng berjumlah 24 orang. Jenis Kesehatan yang terbanyak adalan

S1 Keperawatan, Kebidanan dan Dokter umum 4 orang, sedangkan Gizi, Farmasi,

dan sanitasi berjumlah 1 orang.

B. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai Hubungan Gaya Hidup dengan Hiprtensi Pada Lansia

Di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa dengan jumlah responden 52

orang.Hasil penelitian diperoleh melalui jawaban dari setiap kuesioner yang

dibagikan kepada responden.

1. Analisa Univariat

Hasil penelitian yang diperoleh akan diuraikan sebagai berikut :

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

44
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin.

Jenis kelamin n %

Laki laki 24 46.2


Perempuan 28 53.8

Total 52 100

Sumber : Data Primer


Berdasarkan gambar 5.1, menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 orang (53,8 %) sedangkan

terendah berjenis kelamin laki-laki yaitu 24 orang (46,2 %).

b. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

Karakteristik Umur Responden n %

1. 45-55 tahun. 13 25

2. 56-65 tahun 21 40.4

3. 66-76 tahun 18 34.6

Jumlah 52 100%

Berdasarkan tabel 5.2 dari 52 responden (100%), umur responden

yang terbanyak terdapat pada kelompok umur 56-65 tahun yaitu 21

45
responden (40.4%), dan yang berumur 66-76 tahun yaitu 18 responden

(34.6%) sedangkan umur reponden yang paling sedikit berada di usia 45-55

tahun sebanyak 13 responden (25%).

c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan n %

SD 24 46.2
SMP 17 32.7
SMA 11 21.1

Total 52 100

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan responden dengan

tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu pendidikan SD sebanyak 24

responden atau 46.2%.

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan.


Pekerjaan n %

IRT 23 44.2

PNS 8 15.4

PETANI 10 19.2

SWASTA 11 21.2

Total 52 100

46
Sumber : Data Primer
Berdasarkan table 5.4 di atas menunjukkan responden dengan

status pekerjaan yang terbanyak IRT yaitu 23 responden (44.2 %)

2. Analisa Bivariat

a. Gaya hidup

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi gaya hidup


Kategori N %

Tidak Sehat 29 55.8

Sehat 23 44.2

Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa gaya hidup yang tidak sehat

lebih tinggi yaitu 29 responden (55.8 %), sedangkan yang terendah gaya

hidup sehat yaitu 23 responden (44.2 %).

b. Hipertensi Pada Lansia

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi Hipertensi Pada Lansia

Kategori N %

Grade 1 27 51.9

Grade 2 25 48.1

Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.6 pada garde 1 diketahui bahwa ada kejadian

hipertensi pada lansia tertinggi yaitu 27 responden (52.0 %), sedangkan

47
hipertensi pada lansia terendah terdapat pada grade 2 yaitu 25 responden

(48.0 %).

c. Hubungan Gaya Hidup dengan Hipertensi Pada Lansia

Tabel 5.7 Gaya Hidup Dengan Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas


Pineleng Kabupaten Minahasa

Hipertensi Pada Lansia

Gaya Hidup Total P value OR 95 CI

Grade 1 Grade 2 Lower Upper

Sehat 6 17 23 0,002 134 039 463

11.5 % 32.7% 44.2%

Tidak sehat 21 8 29

40.4% 15.4% 55.8%

Total 27 25 52

51.9% 48.1% 100%

Dari tabel tabulasi silang penilaian Gaya Hidup Responden

dengan Hipertensi Pada Lansia menunjukan bahwa dari 52 responden

(100%), Presentase gaya hidup sehat sebanyak 23 responden (44.2%), dan

gaya hidup tidak sehat sebanyak 29 responden (55.8%). Sedangkan grade 1

Hipertensi Pada Lansia, yang ada sebanyak 27 (51.9%) responden, dan grade

2 Hipertensi Pada Lansia sebanyak 25 (48.1%) responden.

48
Variabel gaya hidup dengan hipertensi pada lansia hubungan yang

signifikan karena (p=0.01) lebih kecil dari nilai α 0.005.Selanjutnya

diperoleh nilai Odds Ratio (OR)134 (CI 039-463).

C. Pembahasan

Hubungan Gaya Hidup dengan Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Pineleng

Kabupaten Minahasa.

Untuk jenis kelamin sangat berpengaruh bahwa hasil dari 52 responden

lebih banyak pada perempuan 28 responden (53.8%) dibandikan dengan laki-laki

24 responden (46.2%). Ini di karenakan bertambahnya usia saat memasuki

menopause, penurunan hormon estrogen yang dialami perempuan akan

meningkatkan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi. Di Indonesia di atas usia

65 tahun lebih banyak dialami kaum hawa yakni 28.8 persen dibandingkan laki-

laki 22.8 persen (Riskesdas 2013).

Berdasarkan usia sangatlah berpengaruh, dari tiga kelompok umur yang

saya teliti paling banyak pada kelompok umur 56-65 tahun yaitu 21 responden

(40,4%) dari 52 responden, sedangkan umur 66-76 tahun terdapat 18 responden

(34,6%) dan sisanya pada umur 45-55 tahun sebanyak 13 responden (25%).

Penyebab pada faktor usia adalah pembuluh darah aorta, akan terjdi peningkatan

ketebalan dinding pembuluh darah antara usia 20 tahun sampai dengan usia 90

tahun, sehingga faktor pertambahan usia juga menentukan terjadinya hipertensi.

Ternyata pendidikan sangat berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang,

dan berdasarkan hasil yang di teliti dari 52 responden yang paling banyak terdapat

hipertensi pada tingkat pendidikan SD yaitu 24 responden (46,2%) pada tingkat

49
pendidikan SMP yaitu 17 responden (32,7%) sedangkan paling sedikit tekena

hipertensi pada tingkat SMA yaitu 11 responden (21,1%). Untuk itu pengetahuan

yang minim mengakibatkan pola makan yang tidak teratur, tidak sehat dan kurang

beraktifitas serta tidak ada pencegahan untuk terjadinya hipertensi.

Dengan bekerja kesehatan kita bisa dibilang lebih sehat dibandingkan

dengan pengangguran, dan orang yang kurang kerja lebih mudah dapat penyakit

salah satunya hipertensi. Dari penelitian status IRT yang paling banyak terkena

hipertensi yaitu 23 responden (44,2%), dan yang paliang rendah terkena hipertensi

PNS yaitu 8 responden (15.4%). Dan pekerjaan adalah salah satu aktifitas fisik

yang dapat mencegah penyakit.

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden

memiliki Gaya Hidup yang tidak sehat yaitu 29 responden (55.8%) dan gaya hidup

sehat 23 responden (44.2%). Gaya Hidup dapat memicu terjadinya Hipertensi. Ini

dikarenakan Gaya Hidup menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang

mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang meliputi

mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok, minum-minuman beralkohol,

dan tidak melakukan olahraga secara teratur. (Lisnawati, 2011)

Gaya hidup juga di pengaruhi oleh pola makan yang kurang baik, memiliki

kebiasaan mengkonsumsi rokok dan alcohol berlebihan, serta tidak melakukan

olahraga secara teratur. Sedangkan Hipertensi grade 1 Pada Lansia, tertinggi yaitu

ada 27 responden (51.9%) dan Hipertensi grade 2 Pada Lansia ada 25 responden

(48.1%).

50
Peneliti (Ispendi, 2008). Ada banyak alasan munculnya suatu penyakit

Hipertensi, termasuk mengkomsumsi makanan tertentu, mengkomsumsi alkohol,

merokok bahkan kurang braktivitas.

Penelitian (Erlita dan Eri, 2008). Ada banyak alasan munculnya suatu

penyakit Hipertensi, termasuk terlalu banyak minum alkohol atau makan beberapa

jenis makanan tertentu yang kadar lemaknya tinggi seperti makan daging-

dagingan, konsumsi garam yang berlebihan dan mengkomsumsi minyak yang

berlebih

Asumsi peneliti, dari hasil peneliti yang di lakukan di Puskesmas Pineleng

Kabupaten Minahasa sejak 14 juni sampai dengan 14 juli 2018 menunjukan bahwa

terdapat Hubungan Gaya Hidup dengan Hipertensi Pada Lansia, dimana penderita

Hipertensi memiliki Gaya Hidup yang tidak sehat yaitu sering mengkonsumsi

makanan tertentu seperti daging yang terlalu banyak, dan mengkonsumsi minyak

yang berlebih, mengkomsumsi alkohol (minuman keras), merokok bahkan kurang

beraktivitas. Dari 52 reponden Gaya Hidup dengan Hipertensi Pada Lansia, ada

Gaya Hidup yang tidak sehat yaitu sebanyak 29 responden ada 21 responden pada

grade 1 dengan Hipertensi Pada Lansia, di karenakan 8 responen mereka memiliki

Gaya Hidup yang tidak sehat dan sudah menuju ke Hipertensi, sedangkan Gaya

Hidup sehat yang terdapat 23 responden ada 6 responden yang terdapat Hipertensi

grade 1 Pada Lansia di karenakan Genetik atau orang tua mereka ada riwayat

Hipertensi dan ada 17 responden yang terdapat Hipertensi grade 2 pada lansia.

Sesuai tabel 5.7 diketahui bahwa presentase Gaya Hidup tidak sehat 55.8%

dan Gaya Hidup sehat 44.2%. Sedangkan Hipertensi Pada Lansia terdapat 51.9%

51
responden dengan Hipertensi grade 1 pada lansia, dan 48.1% Hipertensi grade 2

Pada Lansia. Hasil analisis diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) menunjukan nilai

p value (p=0,001) atau signifikansi OR (134) dengan CI (039-463) maka taraf

kepercayaan 95% OR dinyatakan signifikan atau bermakna yang berarti dapat

mewakili keseluruhan populasi. sehingga Ho di tolak dan Ha diterima serta dapat

disimpulkan bahwa secara statisik terdapat Hubungan Gaya Hidup Dengan

Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Gaya Hidup dengan

Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa

dapat disimpulkan bahwat :

1. Diketahui terdapat 29 responden (55.8%) dengan Gaya Hidup yang tidak sehat

dan 23 responden (44.2%) dengan Gaya Hidup sehat, pada pasien yang

berkunjung di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa.

52
2. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan ada sebagian besar Hipertensi Pada

Lansia dengan grade 1 yaitu 27 responden (51.9%) dan Hipertensi Pada Lansia

dengan grade 2 sebanyak 25 responden (48.1%), pada pasien yang berkunjung

di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan antara gaya hidup

dengan hipertensi pada lansia di Puskesmas Pineleng Kabupaten Minahasa

dengan nilai p=0,001

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Semoga penelitian ini dapat menambah referensi tentang asuhan keperawatan

khusunya pada pasien dengan Hipertensi Pada Lansia serta bisa meningkatkan

mutu pendidikan dimasa yang akandatang.

2. Bagi Lokasi Penelitian

Semoga hasil penelitian ini bisa menjadi bahan masukan untuk dapat

meningkatkan pengetahuan dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan

yang komprehensif dan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini semoga bisa memberikan acuan untuk peneliti selanjutnya

agar dapat melakukan penelitian lebih mendalam tentang Hubungan Gaya

Hidup Dengan Hipertensi Pada Lansia.

53
4. Bagi Masyarakat

Semoga hasil penelitian ini bisa menjadi bahan makan untuk masyarakat agar

dapat mencegah terjadinya Hipertensi dengan menghindari dari pola makan,

merokok, alkohol, dan aktifitas fisik.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, LM (2011), Keperawatan lanjut usia, Graha Ilmu, Jakarta


Chobanian,A.V., et al. 2003.The seventh report of the Joint National Committeeon

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High BloodPressure:

The JNC 7 Report. JAMA;289:2560-72.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku: Patofisiologi. (Jakarta:EGC.2009).

Departemen Kesehatan RI. Hasil riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS2007),Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan (Depkes RI,2008).

54
Depkes RI.2006Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit

Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Dharma K.K (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Pelaksana Dan

Penerapan Hasil Penelitian Cetakan Pertama; CV. Trans Info Media;

Jakarta.

Dhianningtyas, dkk.2006. Risiko Obesitas, kebiasaanmerokok, dan konsumsi garam

terhadap kejadian hipertensi pada usia produktif.The Indonesian Journal of

Public Health Vol. 2 No. 3.

Lisnawati, L. 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi, Trans Info Media,

(Jakarta.2011).

Marliani, L.2007.100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT ElexMedia

Komputindo Gramedia.

Puspitorini, Myra. 2009. Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan DarahTinggi.

Cetakan 3.(Yogyakarta: Image Press.2009).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Pedoman Pewawancara PetugasPengumpul Data.

Jakarta: Badan Litbangkes, (Depkes RI,2007).

Rohaendi.Hipertensi. (2008).Diambil tanggal 16 September 2009dari

http://dimasmis.blogspot.com/html.

Sakinah.Media Muslim Muda.(Solo. Alfata.2002).

Saraswati,S. 2009.DIETSEHATuntukpenyakitasamurat,diabetes,hipertensi,dan

stroke.(Jogjakarta: A Plus Books, Cetakan I.2009).

55
Setiawati, A. dan Bustami.2005Farmakologi dan Terapi, Edisi 4.

(Jakarta:UniversitasIndonesia Press.2005).

Shanty, M. Penyakit yang Diam-diam Mematikan.(Yogyakarta: Javalitera.2011).

Soeparman.Ilmu Penyakit Dalam.(Jakarta : FKUI.2003).

Sustrani, Lisnawati. (2006)Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sutanto.(2009). Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

World Health Organization. 2008International Society of Hypertension

WritingGroup,World Health Organization-Internasional Society Of

Hypertension Statement Of Management Of Hypertension, 108-17.

World Health Organization.Physical Activity.Dalam Http://Www.Who.Int/

Topics/Physical/Activity/En/. (WHO website 2010).

Yugiantoro M. Hipertensi Esensial Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.

Edisi IV.(Jakarta: FKUI. 2009).

LEMBARAN KUESIONER

A. IDENTITAS RESPONDEN

No Responden :………………………………………….

Inisial Nama :………………………………………….

Umur :………………………………………….

B. GAYA HIDUP LANSIA DAN HIPERTENSI

56
Petunjuk pengisia :

Berilah tanda (√) pada satu pilihan yang tertera dibelakang pertanyaan untuk

menandakan jawaban yang saudara pilih.

C. GAYA HIDUP LANSIA

1. Stres

No Pertanyan Ya Tidak

1 Apakah anda merasa stress jika dimarahi/dinasehati

oleh anggota keluarga?

2 Apakah jika ada kesalapahaman atau masalah dengan

keluarga/orang lain menjadi beban?

3 Apakah ketika anda berada dirumah, anda merasa

kelelahan karena beban pikiran anda?

4 Apakah anda merasa depresi dan putus asa jika

memikirkan kewajiban yang anda tanggung?

2. Kebiasaan Merokok

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda merokok?

2 Apakah anda menghisap rokok >20 batang/hari

57
3. Aktivitas Fisik

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda melakukan olaraga setiap hari?

2 Apakah anda melakukan kegiatan olahraga ≥30 menit


dalam sehari (senam aerobic, bersepeda, jogging, dll)?

3 Apakah anda melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari


melakukan pekerjaan rumah, mencuci, membersihkan
rumah, naik turun tangga, dll?

4. Pola Makan

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda makan daging <3x dalam sehari?

2 Apakah anda makan makanan diluar rumah (cepat


saji) <3x dalam sehari

3 Apakah anda mengkomsumsi minuman yang


berkafein (kopi) <3x dalam seminggu?

4 Apakah anda makan sayuran ≥3x dalam seminggu?

5 Apakah anda makan buah-buahan ≥3x dalam


seminggu?

58
59

Anda mungkin juga menyukai