YANG HIPERTENSI
SKRIPSI
AI HADI SAPUTRI
NIM: KHGC18001
Setiap manusia secara alamiah, ketika telah mencapai umur tertentu, akan
mengalami keadaan usia lanjut (lansia). Meningkatnya jumlah penduduk lansia
dapat meningkatkan berbagai masalah kesehatan. Permasalahan kesehatan pada
lansia timbul karena lansia mengalami perubahan dalam kesehatan baik secara
fisik, kognitif, mental maupun sosial. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi
pada lansia berkaitan dengan sistem kardiovaskuler, diantaranya adalah
hipertensi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis yang serius
yang secara signifikan meningkatkan risiko jantung, otak, ginjal, dan penyakit
lainnya. Diperkirakan 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi,
sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Hipertensi adalah penyebab utama kematian dini di seluruh dunia.
Salah satu target global untuk penyakit tidak menular adalah untuk mengurangi
prevalensi hipertensi sebesar 25% pada tahun 2025.(WHO, 2019). Menurut
Riskesdas (2018), prevelensi hipertensi pada umur > 18 tahun didiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan yang minum obat hipertensi sebesar 9,5%.
Sehingga terdapat 0,1% penduduk yang tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh
tenaga kesehatan tetapi minum obat hipertensi. Prevelensi hipertensi di Indonesia
yang didapat melalui pengukuran pada usia> 18 tahun sebesar 34,11% prevelensi
tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,13% , Jawa Barat sebesar 39,60%.
Penyakit hipertensi ini paling banyak diderita oleh lansia dan menduduki urutan
pertama dari 10 penyakit yang sering dialami lansia (Kemenkes, 2017) Kejadian
hipertensi pada lansia di Indonesia terjadi sekitar (45,9%) pada usia 55-64 tahun,
(57,6%) pada usia 65-74 tahun dan (63,8%) pada usia lebih dari 75 (Kemenkes,
2017). Hipertensi pada lansia dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang
akan ditimbulkan dari hipertensi tersebut antara lain stroke, serangan jantung,
kerusakan ginjal, disfungsi ereksi, dimentia dan alzhaimer.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi
komplikasi dari hipertensi tersebut salah satunya adalah dengan melakukan pola
hidup sehat misalnya mengurangi kebiasaan meroko, mengurangi konsumsi
makanan asin, mengurangi konsumsi makanan berlemak, mengurangi konsumsi
minuman berkafein, melakukan aktivitas fisik, dan mengurangi stress yang
berlebih. (Indah Dwi Pusparani,2016).
Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang
dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah (Dalimartha et al.,
2008). Menurut Sitorus (2005), yang menyatakan bahwa merokok sebatang setiap
hari meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah detak
jantung 5-20 kali/menit. Perilaku konsumsi makanan asin juga diyakini
berkontribusi dalam penyakit hipertensi (Kothcen et al., 2006). Dari penelitian
Sugihartono (2007), didapatkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi asin berisiko
menderita hipertensi sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi asin. Beberapa fakta dalam studi epidemiologi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak
jenuh dengan hipertensi (Kotchen et al., 2006). Konsumsi lemak jenuh
meningkatkan resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko
hipertensi. Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi (Irza,
2009). Menurut penelitian eksperimental Winkelmayer et al., (2005), kafein akan
meningkatkan konsentrasi hormon stres seperti epinefrin, norepinefrin, dan
kortisol yang dapat menyebabkan hipertensi (Saleh, 2011). Seseorang yang tidak
terbiasa minum kopi memiliki tekanan darah lebih rendah jika dibandingkan
dengan seseorang yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari. Pria yang
mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari
(Uiterwaal et al., 2007). Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan
penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas
fisik menaikan risiko hipertensi karena bertambahnya risiko untuk menjadi
gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih
cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan
yang mendesak arteri yang dapat menyebabkan hipertensi (Rohaendi, 2008). Stres
sering dihubungkan dengan hipertensi. Pada keadaan stres, tubuh akan
memproduksi hormon adrenalin yang menyebabkan denyut jantung meningkat,
sehingga meningkatkan tekanan darah (Irza, 2009). Prevalensi stres terus
meningkat di kalangan masyarakat. Globalisasi diduga merupakan salah satu
pemicunya. Dunia bergerak dan berubah semakin cepat dan bagi yang tidak siap
menghadapinya akan terjebak pada situasi penuh pertentangan, sehingga gejala
yang muncul adalah stres secara fisik maupun psikologis (Dwiyono, 2008).
Berdasarkan data tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Maret-Mei tahun 2022 di
Puskesmas Cikajang, didapatkan 30 orang jumlah penderita hipertensi
primer/essensial usia dewasa. Laporan hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pada bulan Oktober-Desember 2021, didapatkan 15 dari 30 responden yang
mempunyai tekanan darah tinggi dan 15 orang yang mempunyai tekanan darah
normal bahkan rendah. Rata-rata sistolik yang ditemukan sebesar 130 mmHg dan
rata-rata diastolik yang ditemukan 100 mmHg serta dengan konsumsi obat
antihipertensi. Belum diketahuinya gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di
Puskesmas Cikajang Kabupaten Garut Tahun 2021
1. Tujuan Umum
mengetahui bagaimana perilaku hidup sehari hari pada lansia yang menderita
hipertensi di Puskesmas Cikajang.
2. Tujuan Khusus
2. Bagi perawat : Dapat dijadikan sebagai acuan, arahan dan data subjektif
mengenai perilaku hidup sehat pada lansia hipertensi untuk merangsang
sebuah program penyuluhan dan dapat meningkatkan pengetahuan yang
kurang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pola hidup sehat pada
lansia yang menderita hipertensi di Puskesmas Cikajang Kabupaten Garut Tahun
2022. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Prodi S1 Keperawatan Stikes
Karsa Husada Garut pada bulan Maret 2022 di Puskesmas Cikajang Kabupaten
Garut dan yang diteliti adalah para penduduk penderita hipertensi yang
berdomisili di wilayah tersebut.
2.1.1 Hipertensi
Secara umum, tekanan darah pada lansia dianggap tinggi jika berada di
atas 140/90 mmHg. Kondisi yang terjadi pada tubuh saat tekanan darah tinggi
yang biasa dirasakan pada lansia antara lain sakit kepala parah, pusing,
penglihatan kabur, mual, telinga berdenging, detak jantung tidak teratur,
kelelahan, dan nyeri dada. Seiring bertambahnya usia, tekanan darah juga dapat
meningkat. meski proses penuaan adalah hal yang wajar, namun lansia penderita
hipertensi tetap berisiko mengalami komplikasi penyakit lebih serius. seperti
stroke, kebutaan, kerusakan ginjal, penyakit jantung, dan diabetes (Novitasari,
2021).
2. Hipertensi skunder
a. Gangguan pada kelenjar adrenal yang memiliki peran yang sama dengan
ginjal yaitu mengontrol tekanan darah.
h. Kehamilan
Menurut (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) tanda dan gejala di bedakan
menjadi dua yaitu:
Tidak ada gejala khusus yang dapat dikaitkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
bahwa hipertensi arteri tidak akan pernah terdiagnosis jika tekanan darahnya
tidak teratur.
1. Stroke
2. Infak miokard
3. Gagal ginjal
a. Diuretik (Hydrochlorothiazide)
Fungsi obat jenis ini adalah untuk mengurangi daya pompa jantung,
Kontraindikasi obat jenis ini adalah pada pasien yang memiliki gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.
Fungsi obat ini adalah untuk mengendurkan otot polos pembuluh darah.
Salah satu contoh obat jenis ini adalah Captopril. Fungsi obat golongan Ini
dengan menghambat pembentukan angiotensin II.
Jenis obat ini bekerja dengan menghalangi kalsium yang dibutuhkan untuk
kontraksi otot ke dalam otot jantung dan dinding pembuluh darah, denyut nadi
Jantung akan melambat dan pembuluh darah akan melebar.
Meningkatkan konsumsi sayur dan buah setiap hari hingga dapat menurunkan
tekanan darah dengan tujuan tercapainya asupan serat dan kalium yang tinggi
dari sayur dan buah. Selain memperbanyak konsumsi sayur dan buah, DASH
juga menyarankan untuk membatasi konsumsi lemak, daging merah, gula, dan
minuman manis.
f. Terapi komplementer.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gaya
hidup adalah pola perilaku individu sehari-hari yang diekspresikan dalam
aktifitas, minat dan opininya untuk mempertahankan hidup sedangkan gaya hidup
sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian pola perilaku atau kebiasaan hidup
sehari-hari untuk memelihara dan menghasilkan kesehatan, mencegah resiko
terjadinya penyakit serta melindungi diri untuk sehat secara utuh. Gaya hidup
dapat memicu terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup menggambarkan
pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,
mental dan sosial yang meliputi kebiasaan tidur, mengkonsumsi makanan yang
tidak sehat, merokok atau bahkan minum-minuman beralkohol (Lisnawati, 2011).
“Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya.”(Becker, 1979 dalam Notoatmodjo, 2012).
Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola makan,
olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau rokok. Adapun
beberapa jenis diet, yakni diet rendah garam, diet rendah kolestrol dan lemak
terbatas, diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang diterapakan bisa disesuikan
dengan kondisi hipertensi. Dengan mengatur makanan yang tepat, tekanan darah
bisa turun dengan lebih cepat (sutomo, 2009).
Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik, gaya hidup yang tidak
aktif(kurang gerak) bisa memicu terjadinya hipertensi bagi orang- orang memiliki
kepekaan yang di turunkan. kurang aktivitas berpengaruh terhadap kerja detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuatan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).
A. Kebiasaan Merokok
Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang
dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah (Dalimartha et al.,
2008). Menurut Sitorus (2005), yang menyatakan bahwa merokok sebatang setiap
hari meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah detak
jantung 5-20 kali/menit. Sitepu (2012), menyatakan bahwa orang yang
mempunyai kebiasaan merokok memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk
terjadiya hipertensi.
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah
normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh
untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat
menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung
harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik
(Sustrani, 2006). Hasil penelitian Sugiharto (2007), yang membuktikan bahwa ada
hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi dan
meyatakan bahwa seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan
berisiko 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan
asin.
Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah
yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit Hipertensi atau
penyakit Kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang
mengkonsumsi kafein (kopi) secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan
darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan didalam 2-3 gelas kopi (200-250
mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan
diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi.
(Crea,2008).
E. Aktivitas Fisik
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat
(Armilawati, 2007). Hasil penelitian Dalimartha, dkk (2005), yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi, dan
individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita hipertensi sebesar 30-
50%. Penelitian dari Farmingharm Study menyatakan bahwa aktivitas fisik
sedang dan berat dapat mencegah kejadian stroke. Selain itu, dua meta-analisis
yang telah dilakukan juga menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis pertama
menyebutkan bahwa berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang
dewasa sekitar 2% (Kelley 2001).
F. Keadaan Stres
Menurut Depkes RI (2006) dan Sutanto (2010), stres atau ketegangan jiwa
(rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah). Ketika otak
menerima sinyal bahwa seseorang sedang stres, perintah untuk meningkatkan
sistem simpatetik berjalan dan mengakibatkan hormon stres dan adrenalin
meningkat. Liver melepaskan gula dan lemak dalam darah untuk menambah
bahan bakar. Nafas menjadi lebih cepat sehingga jumlah oksigen bertambah.
Sehingga menyebabkan kerja jantung menjadi semakin cepat sehingga
meningkatkan tekanan darah.
Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel gaya hidup
pada penderita hipertensi berdasarkan data demografi (nama responden, usia
responden, jenis kelamin responden, dan hasil ukur tekanan darah responden),
kebiasaan merokok, perilaku konsumsi makanan asin, perilaku konsumsi makanan
berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan
stres. Faktor usia tidak dimasukan karena sudah ditentukan dalam karasteristik
sampel yaitu responden yang berusia 26-45 tahun karasteristik ini mengikuti
kriteria usia Depkes RI (2009).
2.4 Kerangka Teori
METODELOGI PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,sifat, atau ukuran yang
dimiliki dan didapatkan oleh suatu penelitian tentang konsep pengertian tertentu.
(Kumparan,2022).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pola hidup sehat pada lansia
yang hipertensi.
3.3.1 Populasi
Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari data sekunder dan
primer sebagai berikut:
1. Data Sekunder, yakni data Arsip Puskesmas Cikajang berupa Laporan Jenis
penyakit berdasarkan jumlah kasus.
2. Data Primer, yakni data hasil pengisian data kuisoner oleh responden.
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data
ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan
rumusan tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan
(Setiadi,2007). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam
pengolahan data dibagi menjadi enam tahap, yaitu:
Tahap ini yaitu data yang diperoleh berupa daftar pertanyaan, pada
kegiatan ini peneliti memeriksa data dengan cara mengumpulkan atau
menjumlahkan dan melakukan koreksi pada hasil kuesioner (Budiarto, 2008).
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali kuesioner
dengan maksud mengecek, apakah semua kuesioner telah diisi sesuai dengan
petunjuk sebelumnya (Mardalis, 2008).
3. Sortir data
4. Entry data
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari
kesalahan sehingga data siap dianalisis (Hidayat, 2008).
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis jenis variabel yang dinyatakan dengan
menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau
grafik (Setiadi, 2007). Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam
komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif
dengan menggunakan software statistik (Dahlan, 2010).
1. Informed Consent
3. Confidentiality (Kerahasiaan)