Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan

darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140

mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hal ini terjadi karena

jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dan nutrisi di dalam tubuh. Oleh karena itu, hipertensi perlu

dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala

(Koes Irianto, 2014).

Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan

pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau

kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif

pada kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit

yang berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-

diam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti

sehingga menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan

hipertensi ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien

datang dengan keluhan lain. Dampak gawatnya hipertensi ketika telah

terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan

organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan

fungsi kognitif/stroke. Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit


degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Bila seseorang

mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan

secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa

penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan kematian. Tekanan darah

tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra keras,

akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung,

ginjal, otak dan mata (Wolff, 2008).

Secara nasional hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa

prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%.

Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi

dibanding dengan laki-laki (31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit

lebih tinggi (34,43%) dibandingkan dengan perdesaan (33,72%).

Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur

(Riskesdas tahun 2018).

Prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah

didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) pada tahun 2018 di

Maluku sebesar 6,8%. Prevalensi hipertensi yang tertinggi pada tahun

2018 ada di Kabupaten Maluku Tenggara sebesar 13,9%, sedangkan

prevalensi terendah terdapat di Kabupaten Seram Bagian Barat yaitu

sebesar 0,8%. Sedangkan untuk kota Tual sendiri prevalensinya sebesar

9,0% (Profil Kesehatan Provinsi Maluku 2018).


Faktor yang dapat meningkatkan potensi terjadinya hipertensi salah

satunya adalah rokok. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang

antara 70 hingga 120 mili meter (bervariasi tergantung negara) dengan

diameter sekitar 10 mili meter yang berisi daun-daun tembakau yang telah

dicacah. Rokok adalah suatu bahan yang mengandung zat-zat kimia yang

dapat membuat konsumennya ketagihan sehingga rokok pun menjadi

kebutuhan. Kandungan rokok yang diketahui dapat menyebabkan darah

tinggi salah satunya adalah nikotin yang bersifat simpatomik. Nikotin

menstimulasi ganglia saraf simpatis dan medulla adrenal yang merilis

epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Vasokontriksi menyebabkan

tahanan perifer meningkat dan menurunkan perfusi oksigen ke jaringan.

Jantung mengkompensasi hal tersebut dengan meningkatkan denyut jantung

dan stroke volume seperti pada tekanan darah tinggi (Jia-Xiang, 2014).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan

bahwa prevalensi merokok secara nasional adalah 24,3%. Prevalensi

merokok menurut jenis kelamin, dimana prevalensi pada laki-laki 47,3% dan

perempuan 1,2%. Menurut kelompok umur, prevalensi tertinggi pada usia

30-34 tahun sebesar 32,2%, sedangkan pada usia muda/ perokok pemula (≤

19 tahun) sebesar 13,4%. Menurut tempat tinggal, prevalensi merokok di

pedesaan dan perkotaan tidak terlalu jauh berbeda namun demikian di

perdesaan sedikit lebih tinggi (25,8%) dibandingkan dengan perkotaan

(23,0%). Di Indonesia, jumlah kematian akibat penyakit yang disebabkan


dari kebiasaan merokok mencapai 300 ribu pertahun. Hampir 60 persen

kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM) yang

disebabkan oleh rokok seperti stroke, hipertensi dan penyakit jantung yang

kini jumlahnya semakin meningkat (Riskesdas tahun 2018).

Penatalaksanaan pencegahan dan pengobatan pada hipertensi dapat

dilakukan dengan melakukan kegiatan fisik (olahraga) secara aktif,

menurunkan atau mengendalikan berat badan, mengurangi konsumsi

alkohol, diet, mengurangi stres, dan berhenti merokok (Aji et al., 2015).

Dukungan sosial keluarga sering memainkan peran vital dalam diri

pasien hipertensi. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang

terdiri dari individu–individu yang memiliki hubungan erat satu sama

lain, saling bergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal.

Keluarga berperan memberikan dukungan dalam pemilihan dan

persiapan makanan, membantu pasien untuk mengikuti perilaku yang

dianjurkan (misalnya menghentikan merokok), mendukung pasien dalam

pengobatan dan kepatuhan dalam kunjungan ke pelayanan kesehatan.

Anggota keluarga juga memainkan peran sentral dalam mengubah

pemikiran pasien tentang penyedia layanan perawatan hipertensi.

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan instrumental, dukungan

informasi, dukungan penilaian, dan dukungan emosional (Padila, 2012).

Menurut data dari Puskesmas Un jumlah total pasien hipertensi tiga

tahun terakhir sebanyak 3320, pada tahun 2017 pasien hipertensi


berjumlah 1106 orang, pada tahun 2018 berjumlah 1093 orang, dan pada

tahun 2019 mengalami peningkatan sebanyak 1121 orang. Berdasarkan

informasi yang di dapatkan dari wawancara dengan pertugas puskesmas

yang merupakan pemegang propram hipertensi bahwa sebagian dari

paien hipertensi adalah perokok. Puskesmas telah melakukan pengobatan

dan juga memberi edukasi kesehatan tentang bahaya merokok bagi

kesehatan kususnya pada pasien hipertensi, namun belum semua pasien

melakukan dan menerapkan hidup sehat tanpa rokok dalam kehidupan

mereka karena berbagai alasan dan kurangya pengetahuan serta

kurangnya dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan pasien.

Sejak pertama kali virus COVID-19 ini terdeteksi di Wuhan,

China, pada desember 2019, wabah ini telah berkembang sangat cepat.

Pada 11 Maret 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.

Kondisi ini jelas tidak boleh diremehkan karena hanya ada beberapa

penyakit saja sepanjang sejarah yang digolongkan sebagai pandemi. Data

terbaru organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO),

Hanya dalam waktu kurang lebih 3 bulan, virus ini sudah tersebar ke 141

negara. Berdasarkan wabah penyakit tersebut pemerintah Indonesia

mengeluarkan aturan agar kita harus menjaga jarak dan lain-lain sehingga

dalam proses akhir studi ini penulis tidak dapat melakukan penelitian

secara langsu pada subjek.


Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian studi kasus dengan judul “Asuhan

Keperawatan Keluarga Dengan Salah Satu Anggota Keluarga Menderita

Hipertensi Melalui Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Rokok Di

Wilayah Kerja Puskesmas Un”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut

Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Salah Satu Anggota

Keluarga Menderita Hipertensi Melalui Pendidikan Kesehatan Tentang

Bahaya Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Un?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan studi kasus ini adalah menggambarkan Asuhan Keperawatan

Keluarga Dengan Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Hipertensi

Melalui Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Merokok Di Wilayah

Kerja Puskesmas Un.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya penderita

hipertensi

1.4.2. Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Salah


Satu Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Melalui Pendidikan

Kesehatan Tentang Bahaya Merokok.

1.4.3. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Salah Satu

Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Melalui Pendidikan

Kesehatan Tentang Bahaya Merokok, sehingga tujuan akhir

program dapat tercapai.

1.4.4. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan tambahan dalam

mengaplikasikan hasil riset keperawatan, kususnya studi kasus

tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Salah Satu

Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Melalui Pendidikan

Kesehatan Tentang Bahaya Merokok.

Anda mungkin juga menyukai