DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
1
BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
2
Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi dikategorikan penyakit degeneratif, sebagai the silent disease atau
the silent killer karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
atau tidak mengetahui sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor- faktor yang dapat
memperbesar risiko atau kecenderungan seseorang menderita hipertensi,
diantaranya ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin dan suku, faktor
genetik serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam,
merokok, konsumsi alkohol, dan sebagainya.2 Beberapa faktor yang mungkin
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi
secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi esensial.3
Teori tersebut menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh
beberapa faktor yang saling mempengaruhi, dimana faktor utama yang berperan
dalam patofisiologi adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor
lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan obesitas Bahaya hipertensi yang tidak
dapat dikendalikan dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti
penyakit jantung koroner, stroke, ginjal dan gangguan penglihatan. Kematian
akibat hipertensi menduduki peringkat atas daripada penyebab-penyebab
lainnya.1,3
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus
meningkat dan kian hari semakin mengkawatirkan, diperkirakan pada tahun
2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia akan menderita hipertensi
(Depkes RI, 2006). Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas
tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi
hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat
(20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan
sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai
macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah
mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi
3
Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang
minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.
Berdasarkan data dari WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta
berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia.3,4 .Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dua
golongan yaitu hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan
hipertensi sekunder yang diketahui penyebabnya seperti gangguan ginjal,
gangguan hormon, dan sebagainya. Jumlah penderita hipertensi esensial sebesar
90-95%, sedangkan jumlah penderita hipertensi sekunder sebesar 5-10%.1,5
Proporsi penderita penyakit kardiovaskuler yang dirawat di rumah sakit di
Indonesia terus meningkat dari 2,1% di tahun 1990 menjadi 6,8% di tahun 2001.
Penelitian yang dilakukan Misbach (2001) dalam melihat faktor risiko penyakit
kardiovaskuler akibat hipertensi, menunjukan tekanan darah.5
Adanya peningkatan kejadian hipertensi, secara teori tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, sehingga di perlukan
upaya analisis lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di
KLINIK TJAKRA
4
penyakit hipertensi dan untuk mengetahui prevalensi angka kejadian Hipertensi
di Klinik Tjakra Jakarta Timur
1.5.Tujuan Khusus
Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat bagi :
1. Subjek penelitian Bagi subjek penelitian, diharapkan hasil penelitian ini
dapat menambah pengetahuan mengenai tekanan darah terhadap pasien
hipertensi.
2. Masyarakat Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat
member informasi pada masyarakat tentang tekanan darah terhadap
pasien hipertensi.
3. Peneliti Bagi peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman peneliti
mengenai tekanan darah terhadap pasien hipertensi dan penerapan
secara langsung teori pembuatan karya tulis ilmiah sesuai teori yang
5
diajarkan sewaktu kuliah, serta menjadi syarat untuk mendapat gelar
serjana kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia
4. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah studi kepustakaan dan diharapkan menjadi suatu masukan
yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa pada bidang kesehatan di
Universitas Kristen Indonesia
6
BAB II
Tinjauan Pustaka
WHO mencatat pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 972 juta kasus
2 Hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus pada tahun 2025 atau
sekitarn 29% dari total penduduk dunia menderita hipertensi, dimana 333
juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada dinegara
berkembang.termasuk Indonesia, Hipertensi juga menempati peringkat ke 2
dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit di
Indonesia. penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria (29% )sekitar
80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara berkembang.
Menurut National basic health survey prevalensi hipertensi diindonesia
pada kelompok usia 15 - 24 tahun adalah 8,7% pada kelompok usia 25 - 34
tahun adalah 14,7%, kelompok umur 35 - 44 tahun 24,8% usia 45 - 54 tahun
35,6%,usia 55 - 64 tahun 45,9% untuk usia 65 - 74 tahun57,6% sedangkan
7
lebih dari 75 tahun adalah 63,8%, dengan prevalensi yang tinggi tersebut
hipertensi yang tidak disadari jumlahnya bisa lebih tinggi lagi.hal ini terjadi
karena hipertensi dan komplikasinya jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada
hipertensi yang tidak ada gejala
Balas ambang sistole ~140mmHg, diastole ~90mmHg Sumber: Riskesdas 2007, Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes
8
Tabel 1. 5 Provinsi dengan Prevalensi Hi ertensi Tertinggi dalam Jumlah Absolut
(Jiwa)
berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014, Pusdatin
berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014, Pusdatin
9
II. 2. DEFINISI HIPERTENSI
Secara umum, pengertian hipertensi adalah tekanan darah yang
tinggi. Oleh karena itu, untuk dapat memahami hipertensi, maka diperlukan
pengertian mengenai tekanan darah. Tekanan darah adalah suatu ukuran
dari kekuatan darah yang menekan dinding pembuluh darah. Tekanan darah
yang digunakan sebagai batasan dalam menentukan penyakit hipertensi
adalah tekanan darah arteri. Jadi, hipertensi adalah tingginya tekanan darah
yang dilihat dari kekuatan darah dalam menekan dinding pembuluh darah
arteri.8
Oleh karena tidak ada garis batas yang tegas antara tekanan darah
yang normal dengan tekanan darah yang tinggi, definisi hipertensi
ditetapkan berdasarkan kesepakatan yang mempertimbangkan risiko
komplikasi penyakit kardiovaskular pada beberapa tingkat tekanan darah.
10
Tekanan darah sistol/diastol sebesar 120/80 ditetapkan sebagai batas
tekanan darah yang normal. Hal ini didapatkan dengan mempertimbangkan
bahwa kenaikan risiko penyakit kardiovaskular pada orang-orang
bertekanan darah di bawah 115/75 mmHg tidak terlalu signifikan
dibandingkan dengan orang-orang bertekanan darah di atas nilai tersebut.8,9
11
Tabel. Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesi
12
II.3. ETIOLOGI, PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
13
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem-sistem tersebut erat
kaitannya dalam membicarakan etiologi, patogenesis dan patofisiologi dari
hipertensi. Faktor-faktor yang diketahui memiliki pengaruh antara lain
adalah faktor-faktor lingkungan seperti asupan natrium, obesitas, pekerjaan,
asupan alkohol, besar keluarga dan keramaian penduduk. Faktor-faktor ini
telah diasumsikan sebagai faktor yang berperan penting dalam peningkatan
tekanan darah seiring bertambahnya usia setelah membandingkannya antara
kelompok masyarakat yang lebih banyak terpapar dengan yang lebih sedikit
terpapar dengan faktor-faktor tersebut.14
14
banyak terjadi pada etnis Afro-Karibia dan Asia Selatan dibandingkan
dengan etnis kulit putih.15
15
II.3.2. Hipertensi Sekunder
16
Aktivasi sistem renin-angiotensin juga merupakan penjelasan dari
hipertensi yang diakibatkan kelainan parenkim ginjal. Perbedaannya adalah
penurunan perfusi jaringan ginjal pada kelainan parenkim ginjal disebabkan
oleh peradangan dan proses fibrosis yang mempengaruhi banyak pembuluh
darah kecil di dalam ginjal.17
1. Hiperaldosteronism primer
2. Cushing syndrome
3. Pheochromocytoma
4. Akromegali
5. Hiperparatiroid
17
III.3.2.4.1. Efek pada Jantung
III.3.2.4.2.Efek Neurologis
Sakit kepala yang sering terjadi di pagi hari, pusing, vertigo, tinnitus,
pingsan dan penglihatan kabur merupakan gejala-gejala hipertensi yang
berasal dari efek neurologis. Efek neurologis paling berbahaya adalah
kematian dan kebutaan yang merupakan dua hal yang paling ditakutkan
terjadi pada penderita hipertensi.17
18
ginjal oleh karena hipertensi. Akibatnya adalah terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus dan juga disfungsi dari tubulus ginjal. Proteinuria dan
hematuria mikroskopis terjadi oleh karena kerusakan glomerulus. Kematian
oleh karena hipertensi, 10% di antaranya diakibatkan oleh gagal ginjal.18
19
Pada kebanyakan penderita hipertensi, terutama yang berusia di atas
50 tahun, mengurangi tekanan darah sistol lebih sulit daripada mengurangi
tekanan darah diastol. Oleh karena itu, tekanan darah sistol harus menjadi
perhatian utama dalam menangani hipertensi.16
1. Menghentikan merokok
2. Menurunkan berat badan berlebih
3. Menurunkan konsumsi lkohol berlebih
4. Latihan fisik
5. Menurunkan asupan garam
6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.
Penerapan pola hidup sehat oleh semua orang merupakan hal yang
penting untuk pencegahan hipertensi dan merupakan bagian yang tidak
boleh dilupakan dalam penanganan penderita hipertensi. Penurunan berat
badan sebesar 4,5 kg saja sudah dapat mengurangi tekanan darah, walaupun
yang diutamakan adalah pencapaian berat badan yang ideal. Tekanan darah
juga dapat dikendalikan dengan penerapan pola makan yang dibuat oleh
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Pola makan yang baik
menurut DASH adalah diet kaya akan buah-buahan, sayur-sayuran dan
produk susu yang rendah lemak(lowfat). Asupan natrium juga harus dibatasi
agar tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 gr natrium). Semua orang yang
mampu sebaiknya melakukan aktivitas fisik aerobik yang teratur seperti
jalan cepat sekurang-kurangnya 30 menit setiap hari. Asupan alkohol harus
dibatasi agar tidak lebih dari 1 ons (30mL) etanol per hari untuk pria.
Sedangkan untuk wanita dan orang yang berat badannya ringan, dibatasi
agar tidak lebih dari 0,5 ons (15ml) etanol per hari.16
II.4.1.2.Terapi Farmakologis
20
Ada berbagai macam obat antihipertensi yang tersedia. Tabel 2
memuat daftar obat-obat yang biasanya digunakan sebagai obat
antihipertensi. Dosis dan frekuensi pemberiannya juga tertera.17
Semua obat antihipertensi bekerja pada salah satu atau lebih tempat
pengaturan tekanan darah berikut:10
1. Resistensi arteriol
2. Kapasitansi venule
3. Pompa jantung
4. Volume darah
21
a. Beta-blocker
b. Alpha-1 blocker
c. Central alpha-2 agonist
3. Vasodilator direk yang menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi
otot polos pembuluh darah, sehingga menurunkan resistensi dan
meningkatkan kapasitansi pembuluh darah.
a. Calcium channel blocker
b. Hydralazine
c. Minoxidil
4. Agen yang menghambat produksi atau kerja dari angiotensin sehingga
menurunkan resistensi pembuluh darah perifer dan juga volume darah.
a. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor
b. Angiotensin II antagonist
c. Aldosterone receptor blocker
Kenyataan bahwa obat-obat dari golongan yang berbeda ini bekerja
dengan mekanisme yang berbeda pula, membuat kombinasi obat-obat yang
berbeda golongan tersebut dapat meningkatkan efektifitas dan juga dalam
beberapa kasus menurunkan toksisitas dari terapi farmakologis.10
22
Algoritma Penanganan Hipertensi5
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
23
II.4.1.3.Penanganan Hipertensi pada Kasus-kasus Tertentu
24
Pasien-pasien dengan hipertensi emergensi harus dirawat di ICU
(intensive care unit) untuk pemantauan dan pemberian obat-obatan
antihipertensi parenteral. Target terapi awal adalah menurunkan tekanan
darah arteri rata-rata, tetapi tidak lebih dari 25% dalam 1 menit sampai 1
jam. Kemudian, jika tekanan darahnya stabil, target terapi adalah
menurunkan tekanan darahnya sampai 160/100-110 mmHg dalam 2-6 jam
berikutnya. Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba harus dihindarkan
untuk mencegah terjadinya iskemia renal, serebral dan koronaria. Untuk
alasan ini, nifedipin kerja singkat tidak lagi digunakan pada terapi hipertensi
emergensi.20
Jika target tersebut telah tercapai dan keadaan pasien telah stabil,
penurunan tekanan darah berikutnya dapat dilakukan dalam 24-48 jam
kemudian. Terdapat beberapa pengecualian dari penanganan di atas, yaitu:5
25
Tabel 3. Obat-obatan parenteral yang digunakan dalam penanganan hipertensi
emergensi.5
26
setidaknya sebulan sekali sampai tekanan darahnya normal. Kunjungan
yang lebih sering diperlukan pada penderita hipertensi derajat 2 (stage II)
atau jika mempunyai komplikasi. Kadar kalium dan kreatinin serum harus
dimonitor setidaknya satu atau dua kali setahun.20
27
Tabel 4. Rekomendasi pemantauan ulang berdasarkan pemeriksaan tekanan darah awal
untuk pasien tanpa kerusakan organ target.5
28
II.4.2.PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HIPERTENSI : TANTANGAN
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
29
kurangnya ketersediaan makanan sehat di tempat-tempat umum seperti
sekolah, tempat kerja, dan restoran; kurangnya kegiatan olahraga di sekolah;
tingginya kandungan natrium dari produk-produk makanan yang dibuat
oleh industri pangan dan restoran-restoran; mahalnya harga-harga makanan
sehat.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
III.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel
pada penelitian ini ditentukan dengan pertimbangan peneliti dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi:
Pasien yang datang dengan diagnosis utama Hipertensi
Pasien yang memiliki kelengkapan data rekam medik, meliputi:
o Nama
o Umur
o Jenis kelamin
o Keluhan utama
o Pemeriksaan penunjang, meliputi: pemeriksaan Tekanan
Darah berserta hasil
o Terapi hipertensi diberikan
b. Kriteria Eksklusi:
Pasien yang tidak memiliki kelengkapan data rekam medik
32
III.6. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, riwayat
hipertensi dalam keluarga, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga.
2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian
hipertensi
a. Kejadian hipertensi Disebut hipertensi, jika tekanan darah sistolik ?
140 mmHg dan diastolik ? 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan
menggunakan sphygmomanometer air raksa. Tekanan darah diukur
sebanyak 2 kali oleh tenaga medis, kemudian hasilnya dirata – rata.
b. Skala: nominal Kategori : 1Hipertensi 2Tidak hipertensi
c. Umur Umur adalah banyaknya tahun yang dilalui oleh responden
dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir.
d. Jenis kelamin Pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan secara
biologis dan anatomis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Dilihat dari kartu pelajar atau KTP. Skala : nominal Kategori :
1.Perempuan
2.Laki - laki
e. Riwayat hipertensi dalam keluarga Data riwayat hipertensi dalam
keluarga diperoleh dari rekam medik pasien. Keluarga yang
dimaksud yaitu antara lain: orang tua, saudara kandung, nenek, dan
kakek. Kategori: 1.Ada riwayat hipertensi dalam keluarga
2.Tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga Skala: nominal
33
utama, pemeriksaan Tekanan darah , Terapi pengobatan yang diberikan.
Setelah dilakukan pencatatan peneliti akan melakukan pengolahan data.
34
III.9. Kerangka Teori
35
III.10. Kerangka Konsep
Umur
Jenis Kelamin
Riwayat Keluaraga
Merokok
Olahraga
Hipertensii
Komplikasi
1. Diabetes militus
2. Gagal Ginjal
3. Penyakit Jantung koroner
Yang di teliti
36
III.11. Alur Penelitian
PEMBUATAN PROPOSAL
PENCATATAN DATA
PENULISAN HASIL
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.1.Distribusi Umur
38
Tabel 5
Distribusi Hipertensi Berdasarkan Umur
Di Klinik Tjakra Jakarta Timur
39
4.1.3. Distibusi Kebiasaan Merokok
40
sebanyak …. orang (…%) dan responden yang tidak merokok
sebanyak….(...%)
Tabel 9
Distribusi Hipertensi Berdasarkan Riwayat di Keluarga
di Klinik Tjakra Jakarta Timur
41
BAB V
PEMBAHASAN
42
meningkat. Tekanan darah yang meningkat terus menerus akan menjadi
persisten dan menyebabkan hipertensi
43
5.4. Karakteristik Kebiasaan Olahraga
44
50%, sedangkan bila hanya salah satu saja orang tuanya yang menderita
hipertensi, maka peluang keturunannya terkena hipertensi adalah
sebesar 30%.
45
BAB VI
VI.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dilaksanakan di Klinik Tjakra Jakarta Timur mulai
dari tanggal 1 Oktober sampai 30 Desember dapat disimpulkan bahwa :
1. Gambaran faktor resiko hipertensi sesuai umur di Klinik Tjakra Jakarta
Timur yang lebih dominan adalah umur ….. tahun ke-atas sebanyak
….orang (….....%).
2. Gambaran faktor resiko hipertensi menurut jenis kelamin di Klinik Tjakra
Jakarta Timur yang lebih dominan adalah laki-laki sebanyak…... orang
(….....%).
3. Gambaran faktor resiko hipertensi menurut Kebiasaan Olahraga di Klinik
Tjakra Jakarta Timur yang lebih dominan adalah sebanyak ..... orang (....%)
4. Gambaran faktor resiko hipertensi menurut Kebiasaan merokok di Klinik
Tjakra Jakarta Timur yang lebih dominan adalah sebanyak …... orang
(…...%).
5. Gambaran faktor resiko hipertensi menurut Riwayat di Keluarga di Klinik
Tjakra Jakarta Timur yang lebih dominan adalah sebanyak ….. orang
(…...%)
VI.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut :
1. Agar pihak Dinas Kesehatan di Jakarta Timur lebih memperhatikan
kesehatan masyarakat dan memperhatikan umur, kebiasaan merokok,
kebiasan olah raga yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.
2. Demi meningkatkan keilmuan dan mutu penatalaksanaan kesehatan yang
diberikan, diharapkan memperhatikan pengembangan informasi khususnya
tentang faktor-faktor yang erat hubungannya terhadap terjadinya hipertensi.
46
Sehingga baik masyarakat dan stakeholeder kesehatan, yaitu Dokter
maupun Perawat sebagai pemberi pelayanan, kesemuanya mendapat
kepuasaan masing-masing.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
10) Williams B, Poulter NR, Brown MJ, Davis M, McInnes GT, Potter JF, et al.
British Hypertension Society guidelines for hypertension management 2004
(BHS-IV): summary. BMJ. 2004;328:634-40..
11) BPJS, 2014, Panduan Praktis Prolanis (Program Pelayanan Penyakit
Kronis), BPJS Kesehatan, Jakarta.
12) Ogihara T, Saruta T, Rakugi H, et al; Valsartan in Elderly Isolated Systolic
Hypertension Study Group. Target blood pressure for treatment of isolated
systolic hypertension in the elderly: Valsartan in Elderly Isolated Systolic
Hypertension Study. Hypertension. 2010;56(2):196-202.
13) Havranek EP, Mujahid MS, Barr DA, Blair I V., Cohen MS, Cruz-Flores S,
et al. Social determinants of risk and outcomes for cardiovascular disease:
A scientific statement from the American Heart Association. Circulation.
2015;132(9):873–98.
14) Cheng H, Montgomery S, Treglown L, Furnham A. Emotional stability,
conscientiousness, and self-reported hypertension in adulthood. Pers
Individ Dif [Internet]. 2017;115:159–63
15) Guidelines Committee 2003. European Society of Hypertension—European
Society of Cardiology Guidelines for the management of hypertension. J
Hypertens 2003; 21: 1011–1053.
16) Vasan RS, Larson MG, Leip EP, et al. Impact of highnormal blood pressure
on the risk of cardiovascular disease. N Engl J Med. 2001;345:1291-1297.
17) James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler J,
dkk, 2014, 2014 evidence based guideline for the management of high blodd
pressure in adults: report from the panel member appointed to the eight joint
national committee (JNC 8),JAMA, 311 (5): 507-520
18) Hussain MA, Al Mamun A, Reid C, Huxley RR. Prevalence, awareness,
treatment and control of hypertension in Indonesian adults aged ≥40 years:
Findings from the Indonesia Family Life Survey (IFLS). PLoS One.
2016;11(8):1–16..
49
19) Mills KT, Bundy JD, Kelly TN, Reed JE, Kearney PM, Reynolds K, et al.
Global disparities of hypertension prevalence and control. Circulation.
2016;134(6):441–50.
50
51
52