DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Pelajaran Anatomi merupakan salah satu bagian penting yang harus dipelajari
topografi tulang, topografi pembuluh darah dan saraf dari tubuh manusia yang telah
efektif dan efisien sehingga menghasilkan cadaver yang memenuhi standar yang baik
seperti: organ dan jaringan yang bagus serta tahan dalam jangka waktu yang cukup
lama, pertumbuhan bakteri dan jamur yang minimal, tidak toksik pada manusia
khususnya pada pelaku dilaboratorium dan tidak ada perubahan warna pada organ
morfologi jaringan cadaver dalam waktu yang singkat, tetap dalam kondisi yang baik
fiksasi cadaver dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang banyak
digunakan dalam proses embalming pada cadaver di Laboratorium Anatomi FK UKI
adalah formalin. Cadaver disimpan dalam bak yang berisi formalin dalam jangka
waktu yang lama. Pada Proses pembelajaran praktikum anatomi cadaver diletakkan
pengangkatan cadaver dari bak formalin dan diletakan pada meja praktikum dapat
Jitendra Gupta pada tahun 2013 menjelaskan bahwa proses embalming pada cadaver
mikroorganisme yang bersifat patogen, yang terdiri dari bakteri, virus dan jamur.
udara sekitar ruangan maupun dari luar ruangan dan dapat juga diakibatkan kontak
Penelitian Kiyoshi Ishii pada tahun 2006 telah melaporkan bahwa jaringan cadaver
yang dapat terkontaminasi oleh jamur dan bakteri adalah jaringan kulit, jaringan otot
dan organ bagian dalam. Cadaver yang terkontaminasi oleh jamur dapat
dijaringan, proses pembusukan cepat yang dapat merusak jaringan pada cadaver.
Penelitian Sambasivarao Yaragalla et.al pada tahun 2017 mengatakan ada tiga jenis
jamur yang paling sering teridentifikasi pada proses Embalming seperti: Penicillium,
Pada penelitian De Craemer pada tahun 1994 dan penelitian Bayramoglu pada
tahun 2002 sebelumnya telah menjelaskan bahwa pengaruh kontaminasi jamur pada
mahasiswa, dosen dan laboran yang sering terpapar dalam waktu yang lama di
laboratorium anatomi. Efek negatif yang dapat terjadi seperti penularan penyakit
Indonesia yang dipakai untuk praktikum, dimana cadaver dapat terkontaminasi oleh
UKI?
I.1.2. Hipotesis
Anatomi FK UKI
UKI
terdahulu
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. EMBALMING
menjaganya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup sesuai dengan waktu yang
diperlukan dengan kata lain, Embalming adalah proses kimiawi yang melindungi
Desinfeksi
Saat seseorang meninggal, beberapa pathogen yang ikut mati, namun sebagian
besar masih dapat bertahan hidup karena memiliki kemampuan untuk bertahan
hidup dalam jangka waktu lama dalam jaringan mati. Orang yang datang dan
kontak langsung dengan tubuh jenazah yang tidak Embalming dapat terinfeksi
serta ada kemungkinan menjadi lalat atau agen lain mentransfer patogen untuk
Pelestarian
Pelestarian, yaitu upaya pencegahan pembusukan dan dekomposisi jenazah,
sehingga jenazah di dikuburkan, dikremasikan tanpa bau atau hal-hal yang tidak
menyenangkan lainnya.
Restorasi
Adanya penundaan penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam: Hal ini
penting karena di Indonesia yang beriklim tropis, dalam 24 jam mayat sudah mulai
lingkungan sekitarnya.
Jenazah perlu dibawa ke tempat lain: Untuk dapat mengangkut jenazah dari
suatu tempat ke tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah tersebut aman, artinya tidak
Dalam hal ini perusahaan pengangkutan, demi reputasinya dan untuk mencegah
adanya gugatan di belakang hari, harus mensyaratkan bahwa jenazah akan diangkut
telah diawetkan secara baik, yang dibuktikan oleh suatu sertifikat pengawetan.
penyidikan karena adanya bukti-bukti tindak pidana yang hilang atau berubah dan
pasal 233 KUHP. Oleh karena itu setiap kematian tidak wajar menjadi kontra indikasi
Embalming.14
II.1.3.1. Formaldehida
dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida dihasilkan dari pembakaran bahan yang
glikol tanpa aldehid. Efek kryofix pada fiksasi jaringan telah dibandingkan dengan
formaldehid di laboratorium patologi. Waktu fiksasi kryofix lebih pendek dan lebih
baik dibandingkan formaldehid. Hal ini berhasil pada uji di laboratorium. Dengan
demikian, penggunaan kryofix pada jaringan yang besar diperlukan untuk
toksisitas OSHA, etil alkohol dan polietilen glikol tidak termasuk bahan kimia
berbahaya.12,13
tubuh yang sudah mati. Proses embalming modern dirancang untuk menghambat
diinginkan oleh keluarga agar jenazah berada dalam kondisi yang baik. Embalming
modern telah terbukti mampu menjaga tubuh utuh selama beberapa dekade.
formaldehida pada dasarnya bereaksi dengan Albumin. Formal dehid larut dalam sel
Embalming selesai, jaringan hanya dapat diserang oleh udara yang membawa bakteri
dan jamur yang pada akhirnya dapat menghancurkan tubuh dengan terpapar udara
dan kelembaban yang cukup untuk mendukung hadir pertumbuhan bakteri dan jamur.
peredaran darah tubuh dengan pompa listrik, sementara darah dikeluarkan dari
tubuh dan dibuang. Sehingga posisi darah di tubuh diganti dengan disinfektan dan
cairan pengawet.
II .2. JAMUR
tingkat rendah (Thallophyta), tetapi jika dilihat dari ada tidaknya klorofil maka jamur
dikelompokkan tersendiri, tidak dijadikan satu kelompok dengan tumbuhan yang lain.
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat hidup)
jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh
sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia. Jamur mendapatkan
makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan
organik disekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul sederhana dan diserap
langsung oleh hifa, oleh karena itu jamur tidak seperti organisme heterotrof lainnya
Sambasivarao Yaragalla dkk pada tahun 2017 mengatakan ada dua jenis
jamur yang paling sering teridentifikasi pada proses Embalming seperti: Penicillium
dan Aspergillus.4
yang berkelompok, dan konidia membentuk rantai. Penicillium sp. pada beberapa
Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa vegetative yang disebut dengan hifa
membentuk spora yang dihasilkan dalam suatu kantong (askus) yang disebut
askospora dan secara aseksual dengan membentuk konidiospora, yaitu spora yang
dihasilkan secara berantai pada ujung suatu hifa. Bentuk sel konidiospora pada
kapang Penicillium sp. adalah seperti botol dengan leher panjang atau pendek, jamur
ini berwarna hijau kebiruan. Penicillium sp. termasuk jamur yang tidak bersifat
Ada dua macam bentuk Penicillium sp. yang dapat diamati secara
adalah koloni tumbuh sekitar 4 hari pada suhu 25oC pada medium saboroud
dextrose agar dan koloni mula-mula berwarna putih kemudian akan berwarna
kehijauan, sedang secara mikroskopis dengan ciri-ciri yang sapat dilihat adalah hifa
bersepta dan konidiofor mempunyai cabang yang disebut dengan metula, di atas
penting, yaitu: substrat, kelmbaban, suhu, dan pH. Penicillium sp. dapat hidup pada
kelembaban yang rendah yaitu 80%. Suhu yang optimum untuk pertumbuhannya
adalah 25oC. Menurut penelitian Indahwati, pH optimum yang dihasilkan oleh 25oC
1. Kingdom : Fungi
2. Divisi : Amastigomycota
3. Kelas : Deutromycetes
4. Ordo : Moniliales
5. Famili : Moniliaceae
6. Genus : Aspergillus
Menurut Sukma dkk, miselia kapang Aspergillus sp. mulai tumbuh pada hari ke dua
inkubasi berupa koloni-koloni kecil yang menyebar pada permukaan media berwarna
putih kekuningan. Miselia membentuk koloni lebih luas dan kompak serta berwarna
cokelat krem pada hari ke enam. Sumanti dkk menyatakan spora Aspergillus sp.
berukuran kecil dan ringan, tahan terhadap keadaan kering, memiliki sel kaki yang
tidak begitu jelas terlihat, memiliki konidia spora non septa dan membesar menjadi
berdinding halus, berbentuk panjang hingga elips dan striate. Secara mikrokopis,
konidiofor biasanya panjang, kolumnar, tidak berwarna (hialin) dan halus sehingga
(aleuroconidia) yang tumbuh tunggal dari hifa. Permukaan aleuroconidia mulus tanpa
struktur yang berbentuk batang atau tonjolan yang jelas. Percobaan in vitro yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa aleuroconidia dapat dengan mudah terlepas dari hifa.
invasif dapat menjadi faktor yang mematikan Aspergillus sp., selain dari konidia
infeksi. 26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
November 2017 – bulan Desember 2017; setelah proposal disetujui oleh Dewan
a. 2 pungung
b. 4 extremitas inferior
c. 4 extremitas superior
d. 2 bagian Paru-paru
III.1.4. Kriteria Inklusi
dengan pemeriksaan terhadap spora dan hifa pada preparat yang telah dibuat.
Cadaver adalah jenazah yang telah dilakukan proses pengawetan dengan
dianatomi. Cadaver ini yang akan dilakukan kerokan pada jaringannya untuk
tubuh bagian luar (tangan, kaki, punggung) dan paru- paru cadaver di laboratorium
Anatomi FK UKI
2. Pengaduk
3. Gelas Beaker
4. Kompor
5. Kapas
6. Aluminium foil
7. SDA 65 gr/l
III.3.1.2 Cara kerja
analitik. Media SDA yang yang diperlukan untuk 1 liter air adalah 65
Kerokan jaringan tubuh bagian luar (tangan, kaki, punggung) dan paru-paru
Gunting
Pinset,
Scalpel
Tabung dan gelas beker
Kaca objek
Alkohol 70%
Pepton
2. Tandai dan bersihkan dengan alkhol 70% bagian diambil dan dipilih untuk
diteliti.
4. Letakan kedalam tabung yang telah berisi pepton dan bungkus untuk
menghidarkan kontaminasi zat dari luar. Tabung yang berisi sampel dan
Dextrose Agar)
III.3.3. Analisis Pertumbuhan Jamur dengan Media”Sabouraud Dextrose Agar”
Scalpel
Lampu Busen
Ose Tusuk
Sampel (Kerokan jaringan tubuh bagian luar (tangan, kaki, punggung) dan
paru-paru)
Inkubator
Ambil 1 ml sampel dalam tabung yang telah berisi sampel kerokan kulit
secara steril
hari ke-6 dan hari ke-9 untuk melihat apakah sudah ada pertumbuhan jamur
Letakkan diatas object glass lalu ditetesi dengan larutan Lactophenol blue
Hasil positif = Ditemukan adanya bentuk hifa dan spora pada preparat.
Hasil negatif = Tidak ditemukan adanya bentuk hifa dan spora pada preparat
III.6. KERANGKA TEORI
Embalming pada Jaringan
Cadaver
Jaringan tubuh
Cadaver
Pertumbuhan
Mikroorganisme Jamur
OBJEK GLASS