Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

DISUSUN OLEH:

SEKAR SULISTYANINGRUM

21087

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB PURWOREJO

TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan pada An. B dengan Diare dibangsal Dahlia RSUD dr.
Tjitrowardojo Kelas B Purworejo, disahkan pada:

Hari/ Tanggal :

Tempat :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

A. Definisi

Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan tidak


berbentuk (SDKI, 2017). Diare adalah meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari 3 kalidalam satu hari dengan konsistensi
tinja yang cair atau dengan frekuensi lebih sering dari individu yang
normal (WHO, 2013).

Diare merupakan pengeluaran tinja yang tidak normal dan


cair. Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair
dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.Bayi dikatakan
diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus
di katakana diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
(Sudarti, 2010).

Diare pada dasarnya ialah frekuensi buang air besar yang


lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih
encer.berikut ini ada beberapa pengertian diare menurut para ahli,
yaitu suatu keadaan dimana frekuensi buang air besar yang lebih dari
4 kali pada bayi dan lebih 3 kali padan anak. Konsistensi feses encer,
dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau hanya lendir saja. Individu mengalami perubahan dalam
kebiasaan BAB yang normal, ditandai dengan seringnya kehilangan
cairan dan feses yang tidak berbentuk. Defekasi encer lebih dari 3
kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinta.
B. Penyebab Diare
Menurut Haroen Sudarti, (2010) ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai
berikut:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti
shigella, salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium
perfarings, B. Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus
halus yang disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam),
gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi, hawa
dingin dan sebagainya.
b) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus
dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:
a) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT). vitamin
dan mineral
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir

Jenis Diare Bayi Anak Remaja


Infeksi sistematik Keracunan Keracunan
akibat pemakaian makanan makanan
Akut antibiotik Infeksi sistematik Infeksi sistematik
akibat pemakaian akibat pemakaian
antibiotik antibiotik
Pasca infeksi Pasca infeksi Penyakit radang
defisiensi defisiensi usus intoleransi
Kronik disakaridose disakaridase laktosa giardiasis
sekunder sekunder sindrom
intoleransi protein
C. Klasifikasi
Secara klinik diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom,
masing- masing mencerminkan pathogenesis berbeda dan memerlukan
pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
1) Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat.Diare berlangsung kurang dari 14 hari
(bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari) dengan disertai pengeluaran
feses lunak atau cair, sering tanpa darah, mungkin disertai muntah dan
panas.Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila masukan
makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi, bahkan kematian
yang disebabkan oleh dehidrasi.
2) Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa
usus karena bakteri invasif.Penyebab utama disentri akut yaitu
Shigella.Pada orang dewasa muda, disentri yang serius disebabkan
oleh Entamoeba histolytica, tetapi jarang terjadi penyebab disentri
pada anak-anak.
3) Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare
cair atau disentri.Diare jenis ini mengakitkan kehilangan berat badan
yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga
mengalami dehidrasi.(Sodikin, 2011).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari
diare yaitu:
1) Nyeri perut (abdominal discomfort).
2) Mual, kadang-kadang sampai muntah
3) Rasa perih di ulu hati
4) Rasa lekas kenyang
5) Nafsu makan berkuang
6) Perut kembung, rasa panas di dada dan perut
7) Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
8) Demam dan lemah
9) Membrane mukosa mulut dan bibir kering
10) Diare
E. Patofisiologi dan Pathway
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang
pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan
tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan mortalitas usus,
terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
F. Komplikasi
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa
terjadi pada diare yaitu:
1) Dehidrasi
2) Kejang
3) Mal Nutrisi
4) Hipoglikemia
5) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
6) Bakterimia
7) Hipovolemik
G. Penatalaksanaan
Prinsip perawatan dalam kasus diare pada anak adalah sebagai berikut:
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2) Dietetik (pemberian makanan)
3) Obat-obatan, meliputi:
a) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak
1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50%
cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
b) Sesuai dengan umur anak
 Kurnang 2 tahun diberikan setengah gelas
 2-6 tahun diberikan 1 gelas
 Lebih dari 6 tahun diberikan 400cc (2 gelas)
c) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka
diberikan cairan 25-100ml/kgBB/hari atau setiap 2 jam sekali.
d) Oralit diberikan sebanyak kurang lebih 100ml/kgBB setiap 4-6 jam
pada kasus dehidrasi ringan sampe berat.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare
infeksi dimulai dari pemeriksaan feses adanya leukosit.Kotoran biasanya
tidak mengandung leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda
inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan
berubah, sampel harus diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit
feses terhadap
inflamasi patogen (Salmonella, Shigella dan Campylobacter) yang
dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95% tergantung
dari jenis patogennya. Penanda yang lebih stabil untuk inflamasi intestinal
adalah laktoferin.
Laktoferin adalah glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan netrofil,
keberadaannya dalam feses menunjukkan inflamasi kolon.Positif palsu
dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi, laktoferin
feses, dideteksi dengan menggunakan uji agglutinasi lateks yang tersedia
secara komersial, sensitifitas 83 – 93 % dan spesifisitas 61 – 100 %
terhadap pasien dengan Salmonella,Campilobakter, atau Shigella spp,
yang dideteksi dengan biakan kotoran. Biakan kotoran harus dilakukan
setiap pasien tersangka atau menderita diare inflammasi berdasarkan klinis
dan epidemiologis, test lekosit feses atau latoferin positip, atau keduanya.
Pasien dengan diare berdarah yang nyata harus dilakukan kultur feses
untuk EHEC O157 : H7.
1. Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau
kehilangan cairan harus diperiksa kimia darah, natrium,
kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisa gas darah dan
pemeriksaan darah lengkap.
2. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi
dan lainnya biasanya membantu untuk menilai tingkat
peradangan rektal, jika ada, dan mendapatkan feses untuk
diperiksa.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, no. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian
dan diagnosa medis.
b. Identitas Penanggungjawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan pasien.
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat ini
1) Keluhan Utama (saat masuk RS dan saat ini)
Keluhan yang paling dasar atau utama yang pasien katakan
2) Alasan masuk RS
Alasan saat pasien masuk Rumah Sakit yang dimulai dari
pasien masuk IGD, kemudian masuk bangsal sampai saat
dilakukan pengkajian.
a) Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya
pasien pernah dirawat di rs atau tidak, dan riwayat alergi
terhadap makanan atau obat-obatan. Serta kebiasaan
merokok, kopi, alkohol dan lain sebagainya.
b) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic, menular, konginetal, atau
gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga
3. Pola kebutuhan dasar (data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri, dan melakukan eliminasi, serta pola
berpakaian.
b. Istirahat dan Tidur
Waktu (lama, kapan), nyaman atau tidak, penggunaan lampu atau
tidak.
c. Nutrisi
Menu makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, nafsu makan, pola minum,
jumlah, frekuensi.
d. Eliminasi
Apakah terjadi dieresis, adakah inkontinensia atau retensi urine
karena takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum.
e. Personal Hygiene
Kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan
genetalia, pola berpakaian.
f. Persepsi-sensori (nyeri atau ketidaknyamanan)
Ketidaknyamanan berkenaan dengan pembesaran payudara,
episiotomi, trauma perineal, hemoriod, kontraksi kuat (afterpain)
kuat dan teratur dalam periode 24 jam pertama dan akan berkurang
setiap hari.
4. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Setiya, Andri & Abd Wahid, 2016) pemeriksaan fisik
dengan diagnosa medis Diare yaitu:
a) Keadaan Umum
1) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
2) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
3) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai.
b) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
c) Berat badan
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan.
d) Kepala dan wajah
1) Dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung.
2) Rambut Warna hitam keadaan rambut, cukup baik tidak mudah
rontok,tidak mudah dicabut dan tidak kusam.
3) Kepala Keadaan kulit kepala bersih, berminyak, tidak terdapat
benjolan atau kelainan. Tidak ada gangguan, yaitu
normosefalik, simetris., tidak ada penonjolan, tidak ada sakit
kepala.
e) Mata
Mata Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak
matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang
kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami
dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung
f) Telinga
Telinga Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal. Tidak
ada lesi dan nyeri tekan.
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung dan
fungsi penciuman baik.
h) Mulut
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut pucat.
i) Leher dan tenggorokan
Bentuk nomal, tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan biasanya tidak ada, tidak ada pembesaran tonsil.
tidak ada benjolan, ada peradangan.
j) Dada
1) Inspeksi: Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal,
diare dehidrasi ringan pemapasan normal hingga melemah,
diare dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
2) Palpasi: Pada palpasi, pergerakan simetris, denyutan jantung
teraba cepat, ekspansi meningkat dan taktil fremitus teraba
sama.
3) Perkusi: Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor. Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara
tambahan lainnya
4) Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
k) Abdomen
1) Inspeksi: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
2) Palpasi: turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba
3) Perkusi: suara timpani, ada pantulan gelombang cairan
4) Auskultasi: peristaltik usus normal 20 kali menit.
l) Genetalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
m) Ekstremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal.
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT
kembali 2 derik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT
kembali 2 detik, akral terba dingin, sianosis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI 2017:
1. Diare berhubungan dengan Fisiologis; Proses Infeksi (D. 0020)
2. Resiko Jatuh berhubungan dengan Usia Kurang Lebih 65 Tahun (Pada
Dewasa) dan Kurang Lebih 2 Tahun (Pada Anak); Kejang (D. 0143)
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan (D.0036)
4. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit (D. 0130)
C. Intervensi
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Interventsi
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare (I. 03101)
(D.0020) keperawatan diharapkan Observasi:

diare membaik dengan 1) Identifiksi penyebab diare


kriteria hasil: 2) Identifikasi riwayat
1) Frekuensi BAB pemberian makan

membaik menjadi skala 3) Monitor warna, volume,


frekuensi, dan konsistensi
5
tinja
2) Peristaltik usus 4) Monitor iritasi dan
membaik membaik ulserasi kulit didaerah
perianal
menjadi skala 5
5) Monitor jumblah
pengeluaran diare
Teraupetik:
6) Berikan asupan cairan oral
7) Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
8) Ambil sampel feses untuk
kultur
Edukasi:
9) Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
10) Anjurkan
melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi:
11) Kolaborasi pemberiam obat
2. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh (I. 14540)
(D.0143) keperawatan diharapkan 1) Identifikasi faktor resiko jatuh
tingkat jatuh menurun 2) Identifikasi faktor lingkungan
dengan kriteria hasil: yang meningkatkan resiko
1) Pasien tidak jatuh
mengalami jatuh
Teraupetik:
3) Orientasi ruangan pada pasien
dan keluarga
4) Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
5) Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
6) Sediakan pencahayaan yang
cukup
7) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai faktor
risiko yang
berkontribusi terhadap adanya
kejadian jatuh an bagaimana
keluarga bisa menurunkan
risiko jatuh

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
keperawatan yang dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi
multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan
hasil Dimana Tindakan dilakukan dan terselesaikan. Sebagaimana
digambarkan dalam rencana yang sudah dibuat.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai
meliputi pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk catatan perkembangan dengan
menggunakan metode SOAP (Subjektif. Objektif,
Assesment, dan Planning).
DAFTAR PUSTAKA

Sudarti, 2010. Laporan Pendahuluan Diare pada Anak.

Mardalena. 2018. Laporan Pendahuluan Gastroenteritis.

Nurarif & Kusuma, 2015. Pathway Diare Pada Anak. Jakarta

Setiya, Andri dan Abd Wahid, 2016. Laporan Pendahuluan Diare. Asuhan
Keperawatan. Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai