Disusun oleh:
Heri Prasetyo
SN212021
2. Etiologi
Low back pain disebabkan oleh beberapa kelainan pada tulang
belakang, otot, diskus ntervertebralis, sendi, maupun struktur penyokong
lainnya yang ada pada tulang belakang, regangan pada lumbosakral
bersifat akut, kelemahan pada otot dan ketidakstabilan ligamen
lumbosakral, osteoathritis tulang belakang, stenosis tulang belakang,
ketidaksamaan diskus intervertebra, penyebab lain seperti lansia
(perubahan struktur tulang belakang), gangguan ginjal, masalah pada
pelvis, tumor retroperineal, aneurisma abdominal serta masalah
psikosomatik (Helmi, 2014).
Gejala low back pain pada setiap individu yang merasakannya
berbeda – beda. Pada dasarnya individu merasakan nyeri saat berbaring,
namun ada yang mengatakan 8 tidur tidak menimbulkan nyeri. Namun
pada umumnya low back pain dirasakan ketika individu membungkuk atau
mengangkat beban yang terlalu berat dan mengadahkan tubuh kebagian
belakang (Helmi, 2014). Pada minggu ke 2-4 minggu episode akut akan
berangsur sembuh. Rentang nyeri pada masing – masing individu berbeda
3. Manifestasi klinik
Berikut ini merupakan manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari Low
Back Pain menurut Wiarto, Giri. 2017 :
a. Nyeri punggung akut atau kronis (berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa
perbaikan) dan keletihan.
b. Nyeri tungkai yang menjalar ke bawah (radikulopati,skiatika) gejala ini
menunjukkan adanya gangguan pada radiks saraf.
c. Gaya berjalan, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang
tungkai,kekuatan motorik tungkai, dan persepsi sensori dapat pula
terganggu.
d. Spasme otot paravertebal (peningkatan drastis tonus otot postural
punggung) terjadi disertai dengan hilangnya lengkung normal lumbal
dan kemungkinan deformitas tulang belakang.
4. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan low back
pain (nyeri punggung bawah) yang pertama adalah depresi, pada pasien
low back pain memiliki kecenderungan mengalami depresi sehingga akan
berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan, danaktivitas sehari-hari
klien. Apabila depresi yang dialami pasien berlangsung lama akan dapat
menghambat waktu pemulihan low back pain. Yang kedua adalah
Kenaikan berat badan, pasien low back pain biasanya akan mengalami
nyeri yang hebat dibagian punggung bawah yang menyebabkan aktivitas
dan gerakan pasienterhambat. Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan
pasien dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Selain itu,
low back pain dapat mengakibatkan lemahnya otot. Lemahnya otot akibat
hanya berdiam dalam 1 posisi akan mengakibatkan akumulasi lemak
dalam tubuh menjadi banyak. Dan yang terakhir adalah kerusakan saraf,
low backa pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah
pada vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan menderita
inkontinensia (Intan, 2016).
5. Patofisiologi dan Pathway
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
interverbralis) yang diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset,
berbagai ligamen dan otot pravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical
pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otototot abdominal dan torak sangat penting pada
aktivitas mengangkat badan. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung. Diskus invertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L4 dan L5-
S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan
sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang
saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah
menderita hernia nucleus pulposus (Restu, 2019).
Pathway
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik D.0077 (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali
otot, penurunan kekuatan otot, gangguan neuromuskular D.0054 (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, gangguan
neuromuskular (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
3. Perencanaan Keperawatan
No Dx Tujuan dan Intervensi
Dx Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri:
tindakan Identifikasi lokasi,
keperawatan .....x 24 karekteristik, durasi, frekuensi,
jam diharapkan kualitas, intensitas nyeri
nyeri akut pada Identifikasi skala nyeri
pasien dapat Monitor efek samping
berkurang dengan penggunaan analgetik
kriteria hasil: Berikan teknik
Tingkat Nyeri nonfarmakologi untuk
1. Skala nyeri (0- mengurangi rasa nyeri
3) Kontrol lingkungan yang
2. Pasien tidak memperberat rasa nyeri
meringis Fasilitas istirahat dan tidur
3. Klien tidak
Jelaskan penyebab, periode
gelisah
dan pemicu nyeri
4. Tidak
Jelaskan strategi meredakan
mengalami
nyeri
kesulitan tidur
Ajarkan teknik non
5. Frekuansi nadi
farmakologi untuk mehurangi
dalam rentang
nyeri
normal (60-
kolaborasi pemberian
100)
analgetik
Pemberian analgetik
Identifikasi karakteristik nyeri
Identifikasi kesesuaian jenis
analgetik dengan tingkat
keparahan nyeri
Tetapkan target efektivitas
analgetik untuk
mengoptimalkan respon klien
Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgetik
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi:
mobilitas fisik tindakan
keperawatan .....x 24 Identifikasl adanya nyeri atau
jam diharapkan keluhan fisik lainnya
gangguan mobilitas Identifikasi toleransi fisik me
fisik pada pasien lakukan pergerakan
dapat berkurang Monitor frekuensi jantung dan
dengan kriteria hasil: tekanan darah sebelum
Mobilitas fisik: memulai mobilisasi
1. Pergerakan Monitor kondisi mum selama
ekstremitas melakukan mobilisasi
membaik Fasilitasi aktivitas mobilisasi
2. Kekuatan otot dengan alat bantu (mis. pagar
meningkat tempat tidur)
3. Rentang gerak Fasilitasi melakukan
meningkat pergerakan, jika pertu
4. Kaku sendi
Libatkan keluarga untuk
menurun
membantu pasien dalam
5. Kelemahan
meningkatkan pergerakan
fisik menurun
Jelaskan tujuan dan prosedur
6. Gerakan
mobilisasi
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
duduk di tempat tidur, duduk
di
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri:
perawatan diri tindakan Identifikasl keblasaan aktivitas
keperawatan .....x 24 perawatan dir sesuai usia
jam diharapkan
gangguan mobilitas Monitor tingkat kemandirian
fisik pada pasien Identifikasi kebutuhan alat
dapat berkurang bantu kebersihan dir,
dengan kriteria hasil: berpakalan, berhias, dan
Perawatan diri makan
1. Dapat Sediakan Ilngkurigan yang
mempertahanka terapeutik (mis. suasana
n kebersihan hangat, rileks, privasi)
diri Slapkan keperluan pribadi
2. Dapat (mis. parfum, sikat gigi, dan
mempertahanka sabun mandi)
n kebersihan Dampingi dalam melakukan
mulut perawatan dir sampai mandiri.
3. Mampu Fasilitasi untuk menerima
mengenakan keadaen ketergantungan
pakaian
Fasilitasi kemandirian, bantu
4. Minat
jika tidak mampu melakukan
melakukan
perawatn diri
perawatan diri
Jadwalkan rutinitas perawatan
meningkat
diri
5. Verbalisasi
Anjurkan melakukan
keinginan
perawatan diri secara konsisten
melakukan
sesuai kemampuan
perawatan diri
meningkat
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahapan mengaplikasikan rencana atau
tindakan asuhan keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosis
yang diangkat kedalam bentuk intervensi keperawatan untuk membantu
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Achjar, 2012).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang
diharapkan belum tercapai, intervensi yang sudah ditetapkan dapat
dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa struktur, proses dan hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk
SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning) (Achjar, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
dr. Ashari Bahar & dr.Devi Wuysang. (2014). Pemeriksaan Neurologi. Tanda
Patrick dan Kontra patrick, 22.
Gulanick, M., & Myers, J. L. (2014). Nursing Care Plan (8 ed.). Elsevier.
Huldani. (2012, Januari 24). Nyeri Punggung. Huldani Nyeri Punggung. Retrieved
April 17, 2014
Intan, A. (2016, August 31). Low Back Pain. Retrieved from Sribd:
https://www.scribd.com/document/322652464/Komplikasi-Low-Back-
Pain
Kunaefi, Y. d. (2015). Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja di Divisi Minuman
Tradisional. Jurnal Teknik Lingkungan, 21, 202.
Restu, D. (2019). Askep Low Back Pain. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Low
Back Pain.
Sengkey, L. S. (2018). Rehabilisasi Medis Pada Low Back pain. Retrieved from
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-rehabilitasi-mediak-pada-low-
back-pain3952.html
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia