Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN LOW BACK PAIN

Disusun oleh:
Heri Prasetyo
SN212021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berupa nyeri akut maupun kronik yang dirasakan di daerah punggung
bawah dan biasanya merupakan nyeri lokal maupun nyeri radicular atau
keduanya di daerah lumbosacral yang dapat disebabkan oleh inflamasi,
degeneratif, kelainan ginekologi, trauma dan gangguan metabolik
(Kunaefi, 2015). Low back pain juga didefinisikan sebagai nyeri akut pada
daerah ruas lumbalis kelima dan sakralis (L5-S1). Nyeri pada punggungg
bawah dirasakan oleh penderita dapat terjadi secara jelas atau samar serta
menyebar atau terlokalisir.

Vertebra lumbalis (tulang pinggul) terdiri dari 5 ruas,badan


ruasnya besar,tebal dan kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas
ke 5 agak menonjol disebut Promontorium (Setiono, 2014). Tulang
vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae
yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut
discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior
dan ligamentum longitudinalis posterior. Diskus invertebralis menyusun
seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah
cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar columna
vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma. Discus intervertebralis terdiri
dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate), nukleus pulposus
(gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi
columna vertebralis (Anatomi Dan Fisiologi Vertebrae 1).

2. Etiologi
Low back pain disebabkan oleh beberapa kelainan pada tulang
belakang, otot, diskus ntervertebralis, sendi, maupun struktur penyokong
lainnya yang ada pada tulang belakang, regangan pada lumbosakral
bersifat akut, kelemahan pada otot dan ketidakstabilan ligamen
lumbosakral, osteoathritis tulang belakang, stenosis tulang belakang,
ketidaksamaan diskus intervertebra, penyebab lain seperti lansia
(perubahan struktur tulang belakang), gangguan ginjal, masalah pada
pelvis, tumor retroperineal, aneurisma abdominal serta masalah
psikosomatik (Helmi, 2014).
Gejala low back pain pada setiap individu yang merasakannya
berbeda – beda. Pada dasarnya individu merasakan nyeri saat berbaring,
namun ada yang mengatakan 8 tidur tidak menimbulkan nyeri. Namun
pada umumnya low back pain dirasakan ketika individu membungkuk atau
mengangkat beban yang terlalu berat dan mengadahkan tubuh kebagian
belakang (Helmi, 2014). Pada minggu ke 2-4 minggu episode akut akan
berangsur sembuh. Rentang nyeri pada masing – masing individu berbeda
3. Manifestasi klinik
Berikut ini merupakan manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari Low
Back Pain menurut Wiarto, Giri. 2017 :
a. Nyeri punggung akut atau kronis (berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa
perbaikan) dan keletihan.
b. Nyeri tungkai yang menjalar ke bawah (radikulopati,skiatika) gejala ini
menunjukkan adanya gangguan pada radiks saraf.
c. Gaya berjalan, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang
tungkai,kekuatan motorik tungkai, dan persepsi sensori dapat pula
terganggu.
d. Spasme otot paravertebal (peningkatan drastis tonus otot postural
punggung) terjadi disertai dengan hilangnya lengkung normal lumbal
dan kemungkinan deformitas tulang belakang.

4. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan low back
pain (nyeri punggung bawah) yang pertama adalah depresi, pada pasien
low back pain memiliki kecenderungan mengalami depresi sehingga akan
berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan, danaktivitas sehari-hari
klien. Apabila depresi yang dialami pasien berlangsung lama akan dapat
menghambat waktu pemulihan low back pain. Yang kedua adalah
Kenaikan berat badan, pasien low back pain biasanya akan mengalami
nyeri yang hebat dibagian punggung bawah yang menyebabkan aktivitas
dan gerakan pasienterhambat. Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan
pasien dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Selain itu,
low back pain dapat mengakibatkan lemahnya otot. Lemahnya otot akibat
hanya berdiam dalam 1 posisi akan mengakibatkan akumulasi lemak
dalam tubuh menjadi banyak. Dan yang terakhir adalah kerusakan saraf,
low backa pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah
pada vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan menderita
inkontinensia (Intan, 2016).
5. Patofisiologi dan Pathway
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
interverbralis) yang diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset,
berbagai ligamen dan otot pravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical
pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otototot abdominal dan torak sangat penting pada
aktivitas mengangkat badan. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung. Diskus invertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L4 dan L5-
S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan
sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang
saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah
menderita hernia nucleus pulposus (Restu, 2019).
Pathway

(Sumber: Pratama, 2014)

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


a. Farmakologis
Menurut Sengkey (2018) penatalaksanaan low back pain secara
farmakologis berupa pemberian obat-obatan kimia seperti:
1) Analgesik dan OAINS ( Obat Anti Inflamasi NonSteroid) Obat-obatan
ini diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri inflamasi. Contoh analgesik
sederhana yang dapat dipakai adalah paracetamol. OAINS yang banyak
dipakai adalah: sodium diklofenak/ potassium, ibuprofen, etodolak,
deksketoprofen dan selekoksib.
2) Obat pelemas otot (muscle relaxant) Obat pelemas otot bermanfaat
untuk NPB akut terutama bila penyebab NPB adalah spasme otot. Contoh:
eperison, tisanidin, karisoprodol, diasepam dan siklobensaprin.
3) Opioid Obat ini cukup efektif untuk mengurangi nyeri, tetapi seringkali
menimbulkan efek samping mual dan mengantuk disamping pemakaian
jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
Disarankan pemakaiannya hanya pada kasus NPB
b. Nonfarmakologi
1) Terapi akupresur Akupresur merupakan terapi komplementer yang tidak
memiliki efek samping dan dapat digunakan untuk menurunkan tingkat
nyeri baik nyeri akut maupun nyeri kronis. Akupresur dilakukan dengan
memberikan tekanan fisik pada beberapa titik 10 pada permukaaan
tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan keseimbangan pada
kasus gejala nyeri. Akupresur terbukti dapat mengurangi nyeri
punggung (Kurniyawan, 2016). Pemberian terapi akupresur dapat
melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan intensitas nyeri dengan
penekanan pada titik meridian BL 20, BL 23, BL25, dan BL 40 pada
pasien dengan keluhan low back pain (Kementerian Kesehatan, 2012).
2) Peregangan Pemberian pelatihan peregangan juga dapat menurunkan
tingkat nyeri punggung bawah. Peregangan otot jika dilakukan dengan
benar dan teratur dapat mencegah dan membantu pemulihan nyeri
punggung akibat posisi kerja yang salah, otot menegang akibat tidak
bergerak dalam waktu yang lama, peredaran darah yang terhambat dan
cedera ketegangan yang berulang (Satriadi dkk, 2018).
B ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian Menurut (Tamtam, 2012) pengkajian yang harus dilakukan
pada pasien yang mengalami low back pain adalah sebagai berikut
a. Anamnesa
- Identitas Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
- Keluhan Utama Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut
maupun kronis lebih dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan
menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
- Riwayat Penyakit Sekarang Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan
dirasakan, kapan timbulnya keluhan (apakah menetap atau hilang timbul),
hal apa yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien sering
mengonsumsi obat tertentu atau tidak.
- Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan pada klien apakah dulu pernah
menderita penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien pernah
mengalami kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita
penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya.
- Riwayat Pekerjaan Faktor resiko ditempat kerja yang banyak
menyebabkan gangguan oto rangka terutama adalah kerja fisik berat,
penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama
bekerja dan kerja statis.
b. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
- Sistem Persepsi dan sensorik (pemeriksaan panca indra : penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap dan perasa).
- Sistem Persarafan (pemeriksaan sistem motorick dan sensorik).
- Sistem Pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan napas).
- Sisten Kardiovaskular (nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas dan
frekuensi dari detak jantung).
- Sistem Gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu makan,
minum, gerakan peristaltic dan eliminasi).
- Sistem Integumen (nilai warna, turgor dan tekstur dari kulit pasien).
- Sistem Perkemihan (nilai frekuensi BAK, warna urin, bau dan volume).
- Pemeriksaan neurologi pada tungkai dilakukan metode test provokasi
(sensorik). Test provokasi ini terbagi menjadi 5 jenis diantaranya :
Laseque Test, tanda kernig, braggard test, patrick test dan ontra patrick
test.
- Laseque Test Menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal
khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan
fleksi padat lutut terlebih dahulu, lalu dipanggul sampai 90° lalu dengan
perlahan-lahan dan gradual dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif)
dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat
modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan
ekstensi (straight leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang
lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara
laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan
tanda kemungkinan herniasi diskus (dr. Huldani, 2012).
- Tanda Kernig Pada pemeriksaan ini, pasien yang sendan berbaring
difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90
derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
sampai membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila
terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat
maka dikatakan kernig sign positif (Anggel Seira, 2019).
- Bragard Test Gambar 4 Tanda Kernig Sumbaer : (Seira, 2019) Gambar 5
Bragard Test Sumber : (Huldani, 2012) 12 Modifikasi yang lebih sensitive
dari tes laseque. Caranya sama seperti tes laseque dengan ditambah
dorsofleksi kaki (dr. Huldani, 2012).
- Patrick Test Pasien tidur terlentang dan calcaneus menyentuh patella dan
tangan pemeriksa berada di SIAS dan bagian medial dari knee. Setelah itu
dilakukan kompresi, apabila terjadi nyeri maka ada kelainan di group
adductor atau Lig anterior hip, atau ligament Anterior Sacroiliaca Joint (dr.
Huldani, 2012).
- Contra Patrick Test Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan lokasi patologik di sendi sakroiliaka jika terasa nyeri di
daerah bokong, baik yang menjalar sepanjang tungkai (Bahar & Wuysang,
2014) 13 maupun yang terbatas pada daerah gluteal dan sacral saja (dr.
Ashari Bahar & dr.Devi Wuysang, 2014).
c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan
diagnosis low back pain adalah dengan menggunakan pemeriksaan
radiologi (x-ray, computed tomography, atau magnet resonance imaging).
Tes ini sering menunjukkan perubahan tulang belakang (vertebrae) atau
ruang antara tulang belakang (cakram). Tes radiologi sebenarnya tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan kanker kecuali pada pasien yang
rasa sakitnya memburuk meskipun perawatan awal atau jika pasien
memiliki tanda-tanda kerusakan saraf atau kondisi medis yang serius.
Tanda-tanda tersebut meliputi penurunan berat badan, demam, refleks
normal, hilangnya kekuatan otot atau sensasi di kaki (dr. Ashari Bahar &
dr.Devi Wuysang, 2014).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik D.0077 (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali
otot, penurunan kekuatan otot, gangguan neuromuskular D.0054 (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, gangguan
neuromuskular (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

3. Perencanaan Keperawatan
No Dx Tujuan dan Intervensi
Dx Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri:
tindakan  Identifikasi lokasi,
keperawatan .....x 24 karekteristik, durasi, frekuensi,
jam diharapkan kualitas, intensitas nyeri
nyeri akut pada  Identifikasi skala nyeri
pasien dapat  Monitor efek samping
berkurang dengan penggunaan analgetik
kriteria hasil:  Berikan teknik
Tingkat Nyeri nonfarmakologi untuk
1. Skala nyeri (0- mengurangi rasa nyeri
3)  Kontrol lingkungan yang
2. Pasien tidak memperberat rasa nyeri
meringis  Fasilitas istirahat dan tidur
3. Klien tidak
 Jelaskan penyebab, periode
gelisah
dan pemicu nyeri
4. Tidak
 Jelaskan strategi meredakan
mengalami
nyeri
kesulitan tidur
 Ajarkan teknik non
5. Frekuansi nadi
farmakologi untuk mehurangi
dalam rentang
nyeri
normal (60-
 kolaborasi pemberian
100)
analgetik
Pemberian analgetik
 Identifikasi karakteristik nyeri
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgetik dengan tingkat
keparahan nyeri
 Tetapkan target efektivitas
analgetik untuk
mengoptimalkan respon klien
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
 Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgetik
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi:
mobilitas fisik tindakan
keperawatan .....x 24  Identifikasl adanya nyeri atau
jam diharapkan keluhan fisik lainnya
gangguan mobilitas  Identifikasi toleransi fisik me
fisik pada pasien lakukan pergerakan
dapat berkurang  Monitor frekuensi jantung dan
dengan kriteria hasil: tekanan darah sebelum
Mobilitas fisik: memulai mobilisasi
1. Pergerakan  Monitor kondisi mum selama
ekstremitas melakukan mobilisasi
membaik  Fasilitasi aktivitas mobilisasi
2. Kekuatan otot dengan alat bantu (mis. pagar
meningkat tempat tidur)
3. Rentang gerak  Fasilitasi melakukan
meningkat pergerakan, jika pertu
4. Kaku sendi
 Libatkan keluarga untuk
menurun
membantu pasien dalam
5. Kelemahan
meningkatkan pergerakan
fisik menurun
 Jelaskan tujuan dan prosedur
6. Gerakan
mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
duduk di tempat tidur, duduk
di
 tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri:
perawatan diri tindakan  Identifikasl keblasaan aktivitas
keperawatan .....x 24 perawatan dir sesuai usia
jam diharapkan
gangguan mobilitas  Monitor tingkat kemandirian
fisik pada pasien  Identifikasi kebutuhan alat
dapat berkurang bantu kebersihan dir,
dengan kriteria hasil: berpakalan, berhias, dan
Perawatan diri makan
1. Dapat  Sediakan Ilngkurigan yang
mempertahanka terapeutik (mis. suasana
n kebersihan hangat, rileks, privasi)
diri  Slapkan keperluan pribadi
2. Dapat (mis. parfum, sikat gigi, dan
mempertahanka sabun mandi)
n kebersihan  Dampingi dalam melakukan
mulut perawatan dir sampai mandiri.
3. Mampu  Fasilitasi untuk menerima
mengenakan keadaen ketergantungan
pakaian
 Fasilitasi kemandirian, bantu
4. Minat
jika tidak mampu melakukan
melakukan
perawatn diri
perawatan diri
 Jadwalkan rutinitas perawatan
meningkat
diri
5. Verbalisasi
 Anjurkan melakukan
keinginan
perawatan diri secara konsisten
melakukan
sesuai kemampuan
perawatan diri
meningkat

Sumber: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP


PPNI, 2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (TimPokja SLKI
DPP PPNI, 2019), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017)

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahapan mengaplikasikan rencana atau
tindakan asuhan keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosis
yang diangkat kedalam bentuk intervensi keperawatan untuk membantu
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Achjar, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang
diharapkan belum tercapai, intervensi yang sudah ditetapkan dapat
dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa struktur, proses dan hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk
SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning) (Achjar, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. A. H. (2016). Teori & Praktik :Asuhan Keperawatan Komunitas.


Jakarta: EGC.

Anggel Seira. (2019). Kernig's. CARA PEMERIKSAAN RANGSANG


MENINGEAL, p. 1.

dr. Ashari Bahar & dr.Devi Wuysang. (2014). Pemeriksaan Neurologi. Tanda
Patrick dan Kontra patrick, 22.

Gulanick, M., & Myers, J. L. (2014). Nursing Care Plan (8 ed.). Elsevier.

Huldani. (2012, Januari 24). Nyeri Punggung. Huldani Nyeri Punggung. Retrieved
April 17, 2014

Intan, A. (2016, August 31). Low Back Pain. Retrieved from Sribd:
https://www.scribd.com/document/322652464/Komplikasi-Low-Back-
Pain

Kementerian Kesehatan, R. I. (2012). Materi Inti Orientasi Akupresur. Jakarta: 66


Kementerian Kesehatan R

Kunaefi, Y. d. (2015). Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja di Divisi Minuman
Tradisional. Jurnal Teknik Lingkungan, 21, 202.

Noor Helmi, Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika.

Restu, D. (2019). Askep Low Back Pain. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Low
Back Pain.

Satriadi, A. A., dkk (2018). Pengaruh Peregangan terhadap Keluhan Nyeri


Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Produksi di PT. SDJ Pontianak.
4(2), 1059–1066.

Sengkey, L. S. (2018). Rehabilisasi Medis Pada Low Back pain. Retrieved from
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-rehabilitasi-mediak-pada-low-
back-pain3952.html

Setiono, W. (2014, January 27). Laporan Pendahuluan Nyeri Punggung Bawah


(Low Back Pain). Retrieved from Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Lengkap:
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluannyeri-
punggung-bawah-low-back-pain-lbp.html#.XJ9cdqQRXIU
Tamtam, T. (2012, Maret 14). ASKEP Low Back Pain. Retrieved from Academia:
https://www.academia.edu/27325901/ASKEP_Low_Back_Pain

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai