Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN (LBP)

DI SUSUN OLEH
NAMA : MASLANG
NIM : 105111102119

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020/2021
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung
bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat
menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri lokal maupun
nyeri radikular atau keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke
arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke
daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di
daerah punggung bawah (refered pain) (Muttaqien, 2013).

B. Klasifikasi
NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang
mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa
ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan
yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai
berikut: (Muttaqien, 2013).
1. Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya
proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor
retroperitoneal.
2. Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan
patologik pada saraf yang dapat menyebabkan NPB.
3. Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat
menimbulkan NPB atau nyeri yang menyerupai iskialgia.
4. Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan
jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan
depresi.
5. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan
oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari
unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan
miofasial (miogenik), dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
C. Etiologi (Harsono, 2000)
1. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra
misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen
transforamina yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis
hingga dapat menyebabkan NPB.
2. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan
penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot
atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita NPB akut, atau
melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan
menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut
atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi
faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis.
3. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis
ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell)
4. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada
waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor
jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma,
neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer (mieloma multipel)
maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara, prostat, paru tiroid
ginjal dan lain-lain).
5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah
kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing,
hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi
misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan lain-
lain. Gangguan metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps
korpus vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok
dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
6. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis
deforman), Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis
Spinal.
7. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit
dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen
bagian bawah dirasakan di daerah lumbal.
8. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang
disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang disebabkan infeksi
kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
9. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya
disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah
psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak
sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan
NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai
dengan penemuan gangguan fisiknya.
10. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin,
obesitas, merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung
sebelumnya.

D. Patofisiologi (Harsono, 2000)


Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi
oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda di antara tiap
individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu
dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan
proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot,
yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa
nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi;
atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi
neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut
saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal
dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

E. Manifestasi Klinis (Muttaqin, 2013)


1. Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku
b. Tidak bias memutar punggung
c. Pincang
2. Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih
kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
F. Pemeriksaan Diagnostik (Harsono, 2000)
1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi,
infeksi, osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat
dan lokasi patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut
syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).

G. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena
pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa
mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot
pada sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010).

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan (Muttaqin, 2013)
Informasi dan edukasi.
a. Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas
dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan :
jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain
korset, tongkat)
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas
2. Medis (Harsono, 2000)
a. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri
radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha
blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologic.

I. Prognosis
Prognosis sangat baik, akan mengalami perbaikan nyata dari cedera
lumbal strain atau sprain. Dengan fisiotherapy dan pemberian medikamentosa
secara adekuat, 90% pasien mengalami penyembuhan dalam waktu 1 bulan.
Namun demikian nyeri pinggang strain dapat menjadi kronik bila tidak
dilakukan penglolaan secara benar termasuk perubahan perilaku yng dapat
menyebabkan strain atau sprain lumbal (Risky, 2011).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Diskripsi gejala dan lamanya
b) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
c) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
d) Riwayat trauma
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
a) Immunosupression (supresis imun)
b) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
c) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker
atau infeksi.
d) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus /
HNP)
e) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati
seronegatif: ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic,
spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
f) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis
kanal, kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal,
spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
g) Adanya demam (infeksi)
h) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause
/andropause)
i) Keluhan visceral (referred pain)
j) Gangguan miksi
k) Saddle anesthesia
l) Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi
kauda ekwina)
m) Lokasi dan penjalaran nyeri.
2. Aktivitas dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh,
tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam
berjalan.
3. Eliminasi
Gejala: Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
4. Integritas Ego
Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
5. Neurosensori
Gejala: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya
atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri
menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher
(servikal).  Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat
trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk
mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda    Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
7. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
8. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala:  Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan: DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan batuan transportasi,
perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien LBP:
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan system
syaraf vaskuler.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan
sendi atau kontraktur.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
C. Inervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi
o Keperawatan
1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri
injuri (fisik, kelainan tindakan 1. Lakukan pengkajian
muskuloskeletal dan keperawatan selama nyeri
system syaraf 3 x 24 jam nyeri secarakomprehensif
Vaskuler berkurang / hilang (lokasi, karateristik,
Batasan dengan kriteria : durasi, frekuensi,
Karakteristik Tingkat nyeri kualitas, dan faktor
Verbal 1. Melaporkan nyeri presipitasi).
1. Menarik napas berkurang / 2. Observasi reaksi non
panjang dan hilang verbal dari
merinti 2. Frekuensi nyeri ketidaknyamanan.
2. Mengeluh nyeri berkurang / 3. Gunakan teknik
Motorik hilang komunikasi terapetik
1. Menyeringaikan 3. Lama nyeri untuk mengetahui
wajah berkurang pengalaman nyeri klien.
2. Langkah yang 4. Ekspresi oral 4. Evaluasi pengalaman
terseok-seok berkurang / nyeri masa lampau.
3. Postur yang kaku/ hilang 5. Evaluasi bersama klien
tidak stabil 5. Ketegangan otot dan tim kesehatan lain
4. Gerakan yang berkurang / tentang ketidak efektifan
amat lambat atau hilang kontrol nyeri masa
terpaksa 6. Dapat istirahat lampau.
Respon autonom 7. Skala nyeri 6. Bantu klien dan keluarga
- Perubahan vital berkurang / untuk mencari dan
sign menurun menemukan dukungan.
Kontrol nyeri 7. Kontrol lingkungan
1. Mengenal faktor- yang dapat
faktor penyebab mempengaruhi nyeri
2. Mengenal onset (suhu ruangan,
nyeri pencahayaan, dan
3. Jarang / tidak kebisingan)
pernah 8. Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri.
analgetik 9. Pilih dan lakukan
4. Jarang / tidak penanganan nyeri
pernah (farmokologi, non
melaporkan farmakologi dan
nyeri kepada tim interpersonal)
kesehatan. 10. Kaji tipe dan sumber
5. Nyeri terkontrol nyeri untuk menentukan
Tingkat intervensi.
kenyamanan 11. Ajarkan tentang teknik
1. Klien melaporkan non farmakologi.
kebutuhan 12. Berikan analgetik untuk
istirahat tidur mengurangi nyeri.
tercukupi 13. Evaluasi keefektifan
2. Melaporkan kontrol nyeri
kondisi fisik14. Tingkatkan istirahat
baikMelaporkan 15. Kolaborasi dengan
kondisi psikis dokter jika ada keluhan
baik dan tindakan nyeri tidak
berhasil
16. Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri.
Administrasi analgeik
1. Tentukan lokasi,
karateristik kualitas, dan
derajat nyeri sebagai
pemberian obat
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgenik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih
dari satu.
4. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri.
5. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
6. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat.
7. Evaluasi efektifitas
analgesik tanda dan
gejala (efek sampingan).
2 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Koreksi tingkat
fisik b.d nyeri, tindakan kemampuan mobilisasi
kerusakan keperawatan selama dengan sekala 0-4
muskuloskeletal, 3 x 24 jam klien 0: Klien tidak tergantung
kekakuan sendi atau mampu mencapai pada orang lain
kontraktur. mobilitas fisik 1: Klien butuh sedikit
Batasan dengan kriteria : bantuan
karakteristik Mobiliti level 2: Klien butuh bantuan
1. Postur tubuh 1. Klien dapat sederhan
kaku tidak stabil. melakukan 3 : Klien butuh bantuan
2. Jalan terseok- mobilitas secara banyak
seok bertahap dengan 4  :Klien sangat
3. Gerak lambat tanpa merasakan tergantung pada
4. Membatasi nyeri pemberian pelayanan
perubahan gerak 2. Penampilan 2. Atur posisi klien
yang mendadak seimbang 3. Bantu klien melakukan
atau cepat 3. Menggerakkan perubahan gerak.
otot dan sendi 4. Observasi / kaji terus
4. Mampu pindah kemampuan gerak
tempat tanpa motorik, keseimbangan
bantuan 5. Ukur tanda-tanda vital
5. Berjalan tanpa sebelum dan sesudah
bantuan melakukan latihan.
6. Anjurkan keluarga klien
untuk melatih dan
memberi motivasi.
7. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain
(fisioterapi untuk
pemasangan korset)
8. Buat posisi seluruh
persendian dalam letak
anatomis dan nyaman
dengan memberikan
penyangga pada lekukan
lekukan sendi serta
pastikan posisi
punggung lurus.

3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Peningkatan tidur/ sleep


b.d nyeri, tidak tindakan enhancement
nyaman keperawatan selama 1. Kaji pola tidur / pola
Batasan 3 x 24 jam klien aktivitas
karakteristik dapat terpenuhi 2. Anjurkan klien tidur
1. Pasien menahan kebutuhan tidurnya secara teratur
sa-kit (merintih, dengan kriteria : 3. Jelaskan tentang
me-nyeringai) Tidur pentingnya tidur yang
2. Pasien a. Jumlah jam tidur cukup selama sakit dan
mengungkapkan cukup terapi.
tidak bisa tidur b. Pola tidur normal 4. Monitor pola tidur dan
karena nyeri c. Kualitas tidur catat keadaan fisik,
cukup psykososial yang
d. Tidur secara mengganggu tidur
teratur 5. Diskusikan pada klien
e. Tidak sering dan keluarga tentang
terbangun tehnik peningkatan pola
f. Tanda vital tidur
dalam batas Manajemen lingkungan
normal 1.      Batasi pengunjung
Rest 2.      Jaga lingkungan dari
a. Istirahat Cukup bising
b. Kualitas istirahat 3.      Tidak melakukan
baik tindakan keperawatan
c. Istirahat fisik pada saat klien tidur
cukup Anxiety reduction
d. Istirahat psikis 1. Jelaskan semua prosedur
cukup termasuk pera-saan yang
Anxiety control mungkin dialami selama
a. Tidur adekuat men-jalani prosedur
b. Tidak ada 2. Berikan objek yang
manifestasi fisik dapat memberikan rasa
c. Tidak ada aman
manifestasi 3. Berbicara dengan pelan
perilaku dan tenang
d. Mencari 4. Membina hubungan
informasi untuk saling percaya
mengurangi 5. Dengarkan klien
cemas dengan penuh perhatian
e. Menggunakan 6. Ciptakan suasana saling
teknik percaya
relaksasi untuk 7. Dorong orang tua
mengurangi mengungkapkan pera-
cemas saan, persepsi dan cemas
f. Berinteraksi secara verbal
sosial 8. Berikan peralatan /
aktivitas yang
menghibur untuk
mengurangi ketegangan
9. Anjurkan untuk
menggunakan teknik
relaksasi
10. Berikan lingkungan
yang tenang
11. Batasi pengunjung

Patofisiologi Penyimpangan KDM

Masalah musculosceletal, gangguan ginjal,


masalah pelvis, tumor

Kontraksi punggung

Tulang belakang menyerap


goncangan vertikal

Otot abdominal & thoraks Terjadi perubahan struktur dengan discus susun
melemah atas fibri fertilago dan matrik gelatinus

Fibri kartilago padat dan kurang


teratur
Mobilitas fisik terganggu
Penonjolan diskus/ kerusakan
sendi pusat
Hambatan mobilitas fisik
Menekan akar syaraf

Pelepasan
Jarang bergerak
neurotransmitter

Struktur melemah ketidaknyaman Transduksi,


aan modulasi, transmisi
Penumpukan lemak RAS teraktivasi
karena tubuh kurang Nyeri dipersepsikan
gerak
REM menurun
Gangguan rasa nyaman
nyeri
Nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh Gangguan
pola tidur

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku Ajar


Anatomi Umum. FK UNHAS

Brunner and Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB


Lippincot Company.

Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis
keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7.
Jakarta : EGC

Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


persarafan. Jakarta : EGC

NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi


2012-2014. Jakarta : EGC

Risky, Arianto. 2011. Low back pain/ nyeri pinggang.


http://freshlifegreen.blogspot.co.id/2011/02/low-back-pain-lbp-nyeri-
pinggang.html (diakses pada 2 November 2015)

Rosyadi, Helman. 2010. Nyeri punggung bawah/ low back pain.


http://brotherbuzz.blogspot.co.id/2010/04/nyeri-punggung-bawah-low-
back-pain-itu.html (diakses pada 2 November 2015)

Anda mungkin juga menyukai