Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HNP ( HERNIA NUCLEUS PULPOSUS)


DI RUANG TULIP RSUD RAA SOEWONDO PATI

DI SUSUN OLEH
Nama : Ririn Ayu Sn
Npm : 82021040075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2020/2021

1
A. Definisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana terjadi
penonjolan atau perubahan tempat/bentuk pada nukleus pulposus dalam
diskus intervertebralis. Tulang belakang/kolumna vertebralis tersusun atas
ruas ruang tulang belakang (korpus vertebralis) yang dihubungkan oleh
diskus intervertebralis. Diskus-diskus ini membentuk sendi fibrokartilago
sehingga memungkinkan tulang belakang bergerak fleksibel. Diskus ini
juga berfungsi sebagai penyangga dan peredam kejut (Tarwoto, 2013).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan
rupture annulus pulposus (cincin luar diskus) sehingga nukleus pulposus
menonjol (mengalami herniasi) dan menekan akar saraf spinal,
menimbulkan nyeri dan mungkin deficit neurologic. Sebagian besar terjadi
antara L4 dan L5, menekan akar saraf L5 atau antara L5 dan S1, menekan
akar saraf (Nurarif, 2015).

Herniasi nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus


pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah kanalis
spinalis melalui anulus vibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri
yang disebabkan oleh suatu proses patologik dikolumna vertebralis pada
diskus intervertebralis/diskogenik (Muttaqin, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa


Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana nucleus
pulposus keluar menonjol atau perubahan bentuk dan kemudian menekan
ke arah kanalis spinal melalui annulus fibrosis yang robek sehingga
menyebabkan nyeri pinggang yang berat, kronik, dan berulang.

2
B. Etiologi

Faktor Presipitasi dan Predisposisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP)


menurut Baticaca (2012) adalah sebagai berikut:

a. Presipitasi
1). Pekerjaan dan Aktivitas: duduk yang terlalu lama mengangkat atau
menarik barangatau benda berat,sering membungkuk atau gerakan
memutar pada punggung,latihan fisik yang berat,paparan pada vibrasi
yang konstan seperti supir.
2). Olahraga yang tidak teratur
Mulai latihan setelah lama tidak latihan, latihan yang berat dalam
jangka waktu yang lama.
3). Merokok, nikotin dan racun-racun lain dapat menganggu
kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari
dalam darah.
4). Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat dan lain-
lain.
b. Predisposisi
1). Trauma
2). Degenerasi yang berkaitan dengan proses penuaan dan malformasi
kongentinal. Herniasi dapat berkembang dari beberapa bulan sampai
tahunan, menyebabkan gejala-gejala akut dan kronis.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Hernia Nukleus Pulposus (HNP) menurut Muttaqin (2012)
adalah sebagai berikut:
a. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian
luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non
trauma adalah kejadian yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa
dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong

3
ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang
sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen
dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada
satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai
menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.

b. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang
normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps
yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang
belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini
menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal
syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali
gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.

c. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia.
Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang
parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian
bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya
mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi
(menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan
penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat yang
paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong
adalah faktor penyebab yang paling utama.

4
D. Manifestasi Klinis
Menurut Setyanegara (2011)
a. Hernia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung
dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh
posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang
terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik
adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2
prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan
tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah
iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil
sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis
lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis
yang prolaps terdiri :
1.      Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2.      Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3.      Kombinasi paresthesiasi,  lemah, dan kelemahan refleks
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1.   Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar
kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2.   Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3.   Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan
Bragard yang positif.
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai
atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis
dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
b. Hernia servicalis
- Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas
(sevikobrachialis)
- Atrofi di daerah biceps dan triceps

5
- Refleks biceps yang menurun atau menghilang
- Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
c. Hernia thorakalis
- Nyeri radikal
- Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan
kejang paraparesis
- Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

E. Patofisiologi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dapat disebabkan oleh proses
degeneratif dan trauma yang diakibatkan oleh ( jatuh, kecelakaan, dan
stress minor berulang seperti mengangkat benda berat) yang berlangsung
dalam waktu yang lama. Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang
terletak antara kedua tulang vertebra, yang dilingkari oleh anulus fibrosus
yang terdiri atas jaringan konsentrik dan fibrikartilago dimana didalamnya
terdapat substansi setengah cair. Substansi inilah yang dinamakan dengan
Nukleus Pulposus yang mengandung berkas-berkas serat kolagenosa, sel
jaringan ikat, dan sel tulang rawan. Bahan ini berfungsi sebagai peredam-
kejut (shock absorver) antara korpus vertebra yang berdekatan, dan juga
berperan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan kapiler.
Diskus intervertebra ini membentuk sekitar seperempat dari
panjang keseluruhan kolumna vertebralis. Diskus paling tipis terletak di
regio lumbalis. Seiring dengan bertambahnya usia, kandungan air diskus
berkurang (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia) dan
diskus menjadi lebih tipis sehingga resiko terjadinya HNP menjadi lebih
besar. Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami
hialinisasi,yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan
HNP melalui anulus disertai penekanan saraf spinalis. Dalam herniasi
diskus intervertebralis, nukleus dari diskus menonjol kedalam anulus
(cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf. Kehilangan
protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus

6
pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan
pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan
stress minor berulang seperti mengangkat Jbeban berat dalam waktu yang
lama) kartilago dapat cedera, kapsulnya mendorong kearah medulla
spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus
terdorong terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Sebagian besar herniasi diskus (proses bertahap yang ditandai
serangan-serangan penekanan akar saraf) terjadi di daerah lumbal di
antara ruang lumbal IV ke V (L4 ke L5), atau lumbal kelima (L5 ke S1),
hal ini terjadi karena daerah inilah yang paling berat menerima tumpuan
berat badan kita pada saat beraktivitas. Arah tersering herniasi bahan
Nukleus pulposus adalah posterolateral. Karena akar saraf daerah lumbal
miring kebawah sewaktu keluar melalui foramen saraf, herniasi diskus
antara L5 dan S1 lebih mempengaruhi saraf S1 daripada L5.
Hernia Nukleus Pulposus yang menyerang vertebra lumbalis
biasanya menyebabkan nyeri punggung bawah yang hebat, mendesak,
menetap beberapa jam sampai beberapa minggu, rasa nyeri tersebut
dapatbertambah hebat bila batuk, bersin atau membungkuk, dan biasanya
menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong sampai tungkai bawah.
Parastesia yang hebat mugkin terjadi sesudah gejala nyeri menurun,
deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis, mobilitas
gerakan tulang belakang berkurang (pada stadium akut gerakan pada
bagian lumbal sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi
tulang belakang), nyeri tekan pada daerah herniasi dan bokong
(paravertebral), klien juga biasanya berdiri dengan sedikit condong ke satu
sisi.
Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat meninbulkan
komplikasi antara lain berupa radiklitis (iritasi akar saraf), cedera medulla
spinalis, parestese, kelumpuhan pada tungkai bawah (Muttaqin, 2008).

7
F. Pathway

Trauma Stress fisik

Cincin kosentrik Nukleus Pulposus Protusio Diskus


Anulus Fibrosus mengalami (intake menonjol)
Robek herniasi HNP

Meteri Nukleus
menyusup keluar
Rencana tindakan Menjepit akar saraf
dari diskus ke
pembedahan ipsilateral
dalam kanalis
spinalis

Kurangnya informasi

Nyeri

Ansietas ( Defisit Pengetahuan)

-perubahan sensasi Gangguan rasa


nyaman
- penurunan kerja refleks

Hambatan mobilitas
fisik

(Nurarif, 2015)

8
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Muttaqin (2011)
a. Rontgent Foto Lumbosakral
1. Tidak banyak ditemukan kelainan
2. Kadang-kadang didapatkanartrosis, menunjang tanda-tanda
deformitas vertebra
3. Penyempitan diskus intervertebralis
4. Untuk menentukan kemungkinan nyeri karena spondilitis,
norplasma,atau infeksi progen.
b. Cairan serebrospinal
1. Biasanya normal
2. Jika didapatkan blok akan terjadi prot,indikasi operasi.
c. EMG
1. Telihat potensial kecil (fibrolasi) didaerah radiks yang terganggu
2. Kecepatan konduksi menurun.
d. Iskografi
Pemeriksaan diskus dilakukan menggunakan kontras untuk
melihat seberapa besar diskus yang keluar pada kanalis vertebralis
e. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk mengetahui radiks yang terkena atau melihat adanya
polineuropati.
f. Tomografi Scan
Melihat gambaran vertebra dan jaringan di sekitarnya termasuk
diskus intervertebralis.
g. MRI
Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protruksi diskus kecil.
Apabila secara klinis tidak didapatkan pada MRI maka pemeriksaan
Ct-scan dan Mielogram dengan kontras dapat dilakukan untuk melihat
derajat gangguan pada diskus vertebralis.

9
h. Mielografi
Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui
tindakan lumbal pungsi dan pemotretan dengan sinar tembus.
Dilakukan apabila diketahui penyumbatan hambatan kanalis spinalis
yang mungkin disebabkan HNP.
i. Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboraturium klinik untuk
menilai komplikasi cedera tulang belakang terhadap organ lain.

H. Komplikasi
Menurut Tarwoto (2013)
a. Kelemahan motorik di daerah ekstremitas bawah
b. Hilangnya sensori di daerah ekstremitas bawah
c. Gangguan fungsi seksual
d. Inkontensia bowel dan bladder

I. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto (2013)
a. Penatalaksanaan Umum
- Bedrest dengan tempat tidur datar dan alas keras untuk mengurangi
rasa nyeri dan serusakan saraf.
- Fisioterapi: mengurangi resiko gangguan immobilisasi,
melancarkan peredaran darah.
- Traksi: menstabilkan/memfiksasi lokasi kerusakan diskus.
- Perubahan posisi: mengurangi rasa nyeri dan resiko dekubitus.
- Kebutuhan nutrisi
b. Pengobatan
- Analgetik untuk mengurangi nyeri
- Relaksan otot: Metaxalone, Methacarbamol, Chlorzazone.

10
- Antiinflamasi: Phanyibutazone
- Antianxietas: Diazepam
c. Operasi
Menurut Lukman dan Ningsih (2011)
- Laminektomi

Laminectomy merupakan prosedur operasi yang dilakukan


untuk meredakan rasa sakit yang diakibatkan oleh persyarafan yang
terhimpit. Tindakan operasi ini bertujuan untuk “membuang”
bagian kecil dari vertebrae, atau bagian vertebrae yang
menghimpit jaringan syaraf. Tindakan operasi ini dimaksudkan
memberikan sedikit ruang atau jarak bagi jaringan syaraf dengan
cara membuang sedikit bagian dari vertebrae yang menghimpit
jaringan syaraf. Berdasarkan pada jumlah dari vertebrae yang
dihilangkan pada saat laminectomy, maka “Spinal Fusion”atau
operasi perubahan pada vertebrae perlu dilakukan.
Pengangkatan lamina vertebral dan degenerasi diskus untuk
membebaskan tekanan pada akar saraf.
Operasi tulang punggung dilakukan untuk meringankan tekanan
pada satu akar saraf tulang punggung atau lebih. Tekanan yang
sering disebut dengan kompresi akar atau “saraf terjepit” ini bisa
menjadi penyebab nyeri punggung atau nyeri kaki.
Laminektomi dilakukan dengan pasien dalam posisi
telungkup setelah anestesi. Sebagian dari satu atau lebih tulang
punggung diangkat agar bisa mencapai akar saraf yang tertekan.
Setelah titik tekanan ditemukan; sumber masalah diangkat.
Operasi tulang punggung ini memakan waktu 1,5 sampai 3
jam. Terkadang, pipa plastik dibiarkan di tempat luka selama
beberapa hari setelah operasi untuk mengeringkan darah yang
terkumpul di bagian bawah luka. Setelah operasi, pasien akan
dirawat-inap selama 4-5 hari. Kemampuan pasien untuk menjalani

11
aktifitas normal bergantung pada kondisi dan umur pasien sebelum
operasi. Pasien dianjurkan untuk melanjutkan berjalan, tetapi
direkomendasikan untuk menghindari menunduk, mengangkat,
atau memutar yang berlebihan selama enam minggu untuk
menghindari tertariknya garis jahitan sebelum sembuh.
Tindakan operasi Laminectomy sangat efektif untuk
mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi pada pasien yang
mengalami “Lumbar Spinal Stenosis”. Spinal Stenosis merupakan
kondisi yang biasanya dialami oleh pasien lanjut usia yang
disebabkan oleh perubahan degenaratif yang mengakibatkan
pelebaran “Facet Joint”. Pelebaran pada sendi ini akan
menyebabkan tekanan berlebih pada persyarafan, dan dapat diatasi
secara efektif dengan tindakan “Lumbar Laminectomy”
Tindakan Cervical Laminectomy juga dapat dilakukan
untuk menghilangkan obstruksi tulang seperti pengapuran pada
tulang (Osteophytes) dan hernia pada keping vertebrae yang
mengakibatkan nyeri akibat himpitan pada “Spinal Cord”atau
Syaraf Spinal pada daerah Cervical.
- Lumbal/cervical mikrodisrektomi: pengangkatan diskus yang
mengalami degenerasi dengan menggunakan teknik pembedahan
mikro.
- Spinal fusi: menempatkan tulang baru pada kedua vertebra (bone
graf) untuk memfiksasi vertebra.
d. Terapi lain
- Kemunokleolisis: yaitu penyuntikkan 2000-4000 unit kemopapain
(enzim dari lateks pepaya) kedalam diskus hernia yang sakit.
Kimopapain menyebabkan hidrolisis protein, menurunkan
kemampuan mengikat air dalam nucleus pulposus sehingga dapat
membebaskan rasa nyeri radiks saraf.

12
13
J. Asuhan Keperawatan

A). Pengkajian
Menurut Virginia Henderson
a. Pola Pernafasan
Sebelum sakit mengkaji pasien sesak nafas atau ada gangguan
Selama sakit mengkaji pasien sesak nafas atau ada gangguan
dengan menggunakan alat bantu atau tidak dan ada sputum atau
tidak warna sputum dan nyeri dada
b. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum sakit kaji pola makan, frekuensi, jenis nafsu makan dan
mual muntah kaji pola asupan cairan pola minum ,frekuensi, jenis
Selama sakit kaji pola makan, frekuensi, jenis nafsu makan dan
mual muntah menurun pola makan, dietnya kaji pola asupan cairan
pola minum ,frekuensi, jenis
c. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit kaji BAB (frekuensi/berapa kali BAB) dan BAK
Selama sakit kaji BAB (frekuensi,/ berapa kali BAB sehari dan
BAK (frekuensi/berapa kali sehari)
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit kaji lama pasien tidur, nyenyak atau tidak
Selama sakit kaji lama pasien tidur, nyenyak atau tidak terbangun
jika ada sesak nafas atau tidak
e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit kaji riwayat nyeri/merasa aman
Selama sakit kaji riwayat nyeri dengan PQRST , keluar keringat,
wajah menahan nyeri atau tidak
f. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit kaji riwayat penampilan pasien selalu rapi atau tidak
Selama sakit kaji riwayat penampilan pasien rapi atau tidak
g. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
Sebelum sakit kaji riwayat penyembuhan luka , nyeri dada, volume
nadi dan taki kardi
Selama sakit kaji riwayat penyembuhan luka , nyeri dada, volume
nadi ,taki kardi dan terlihat pucat
h. Kebutuhan personal hygiene
Sebelum sakit kaji penyelesaian masalahnya dan penampilan yang
rapi atau tidak

14
Selama sakit kaji penyelesaian masalahnya dan penampilan yang
rapi atau tidak
i. Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum sakit kaji riwayat pergerakan ekstermitas atas dan
ekstermitas bawah
Selama sakit kaji riwayat pergerakan ekstermitas atas dan
ekstermitas bawah
j. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
Sebelum sakit kaji riwayat berkomunikasi dengan keluarga
ataupun orang lain berhubungan baik ataupun jauh dari lingkungan
Selama sakit kaji riwayat berkomunikasi dengan keluarga ataupun
orang lain berhubungan baik ataupun jauh dari lingkungan
k. Kebutuhan spiritual
Sebelum sakit kaji riwayat spiritual pasien misal ibadah atau yang
lainnya
Selama sakit kaji riwayat spiritual pasien misal ibadah atau yang
lainnya
l. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit kaji riwayat pekerjaan pasien
Selama sakit kaji riwayat pekerjaan apakah masih bekerja ketika
sakit atau tidak
m. Kebutuhan bermain dan berekreasi
Sebelum sakit kaji riwayat pasien mengenai rekreasi dengan
keluarga ataupun lingkungan sekitar
Selama sakit kaji riwayat pasien mengenai rekreasi dengan
keluarga ataupun lingkungan sekitar selama pasien sakit seperti
sekarang
n. Kebutuhan belajar
Selama sakit kaji riwayat belajar pasien
Selama sakit kaji riwayat belajar pasien

B). Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2. Hambat mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot

15
C). Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi
1 1 Setelah diberikan asuhan 1) Observasi adanya petunjuk
keperawatan selama 3x24 jam nonverbal mengenai
diharapkan rasa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan kriteria 2) Berikan informasi mengenai
hasil : nyeri, seperti penyebab nyeri,
 Mengenali kapan berapa lama nyeri akan
nyeri terjadi dirasakan,dan antisipasi dari
 Menggambarkan ketidaknyamanan
faktor penyebab 3) Ajarkan prinsip manajemen
nyeri
4) Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya.

2 2 Setelah dilakukan tindakan 1) monitor TTV


kepeawatan selama 2) Latih pasien dalam
3x24jam diharapkan pemenuhan kebutuhan
mencapai Mobility level ADLs secara mandiri sesuai
dengan Kriteria Hasil: kemampuan
1. Skala kekuatan otot -Lakukan perawatan luka
bertambah dengan teknik aseptik &
5 5 lakukan perawatan terhadap
5 5 prosedur invansif seperti
2. Mampu melakukan infus, kateter
aktivitas mandiri 3) Edukasi pasien untuk
3. Anggota gerak sebelah menjaga kebersihan dan
kanan dapat digerakan selalu cuci tangan
secara bertahap 4) kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat analgesik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Batticaca, Fransisca B. 2011 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Bulechek, M. Gloria,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th


edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Helmi, Noor Zairin. 2012. Buku Ajar Ganguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika

Herdman, T. Heather. 2015. North American Nursing  Diagnosis Association


(NANDA). Jakarta : EGC.

Lukman & Ningsih, Nurma. 2009. Asuhan Keperawtan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Morhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan, 5th edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Muttaqin, Arif. 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: MediAction.

17
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Info Medika.

Rohmah, Nikmatur & Walid, Saiful. 2010. Proses keperawatan Teori dan
Aplikasi.Yogyakarta : Ar-ruzz Media.

Saputra, Dr. Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia.


Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.

Setyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Tangerang: Gramedia Pustaka
Utama

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba.

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Sagung Seto.

18

Anda mungkin juga menyukai