Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Tn.S DENGAN PENYAKIT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS


DI RUANG PAMENANG RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Di susun oleh :
ESTI YULI LESTARI
A3R22028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Tn.S DENGAN PENYAKIT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
DI RUANG PAMENANG RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Di susun oleh :
ESTI YULI LESTARI
A3R22028

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING CE

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS
A. DEFINISI
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari dis
kus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan da
ri nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pa
da lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan roo
t nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai.
Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP.
Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk, 20
08)
Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh ruas tulang belakang kita mulai daritulang lehe
r sampai tulang ekor (cervical, thoracal, lumbal atau sacrum).Daerah sakitnya tergantung di
mana terjadi penjepitan, semisal di leher makaakan terjadi migrain atau sakit sampai ke bahu.
Bisa juga terjadi penjepitan ditulang ekor, maka akan terasa sakit seperti otot tertarik pada ba
gian paha ataubetis, kesemutan, bahkan sampai pada kelumpuhan. Penyakit ini juga seringterj
adi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan palingjarang terjadi pada daera
h torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak danremaja tapi kejadiannya meningkat dengan
umur setelah 20 tahun.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia te
rjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus.
Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulu
s fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013)
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya suat
u trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulk
an sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gej
ala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bah
kan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah me
dulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap
sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal (Helmi, 2012).
Pengangkatan beban yang berat pada posisi yang tidak benar juga dapat menyebabkan
hernia nukleus pulposus terjadi pada berbagai arah :
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkannya munculnya gej
ala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior medial maka dapat menimbulkan penekanan me
dulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, b
egitu pula gangguan miksi dan defekasi.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat menyebabkan terte
kannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan menyebabkan gejala neuralgia radikuler. 4.
Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke dalam korpus vetrebal d
an disebut dengan nodus Schmorl.
C. KOMPLIKASI
Kebanyakan komplikasi HNP berupa kompliksasi pasca operasi
1. Komplikasi potensial untuk pendekatan anterior
a. Cedera arteri karotid atau a vertebral
b. Disfungsi saraf laringeus berulang
c. Perforasi esofagus
d. Obstruksi jalan nafas
2. Komplikasi pendekatan posterior
a. Retraksi/kontusio salah satu struktur
b. Kelemahan otot-otot yang dipersyarafi radiks saraf atau medula
3. Komplikasi bedah diskus
a. Terjadi pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat lain
b. Radang pada mebran arachnoid
c. Rasa nyeri seperti terbakar pada derah belakang bagian bawah yang menyebar ke d
aerah bokon
d. Sayatan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut di sekitar saraf spinal da
n dura, yang akibat radang dapat menyebabkabn neurotik kronik atau neurofibrosi
e. Cedera syaraf dan jaringan
f. Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah disektomi lumbal) dapat
menetap dan biasanya menyebabkan ketidakmampuan

D. KLASIFIKASI
HNP dapat terjadi di berbagai tempat di sepanjang tulang belakang. Menurut tempat terja
dinya, HNP dibagi menjadi 3 :
1. Hernia lumbosakralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal
posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan
dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba,
biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya
dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus
menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan
bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol
sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang
ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut
syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan
apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma
vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-
otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini
melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6
dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal
syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala
dan mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu beradadigaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi(menurut love
dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat
thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan
posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
Menurut gradasinya, HNP dibagi atas:
a. Protrusi Diskus Intervertebralis
Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
b. Prolaps Diskus Intervertebralis
Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulusfibrosus.
c. Ekstrusi Diskus Intervertebralis
Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis
posterior
d. Sequestrasi Diskus Intervertebralis.Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal
posterior.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Kompresi Radiks L3
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
2.Kompresi Radiks L
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
d. Tanda lasseque positif pada 50% penderita
3. Kompresi Radiks L5
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari kaki
b. Otot ekstensi/fleksi ibu jari kaki melemah
c. Tanda lasseque positif
4. Kompresi Radiks S1
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari kaki
b. Refleks tendon patella (RTP) menurun
c. Tanda lasseque positif
F. PATOFISIOLOGIS
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial. Karena adan
ya gaya traumatik yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan timbul sobekan ra
dial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berik
utnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika hendak men
egakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang d
iatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya seb
agian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan di
kenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus fibrosus disk
us intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang me
ndasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tung
kai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis ver
tebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria ra
dikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral.
Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebr
a bertumpang tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008)
G. PATHWAY

Annulus fibrosus sobek

Trauma berulang

Sobekan membesar

Sobekan radial

Nucleus pulposus jebol (HNP)

Penjepitan saraf pada diskus


intervetebralis Nyeri Akut

Hambatan Mobilitas Kerusakan saraf yang mengatur


kordinasi anggota gerak tubuh
Fisik

Kurang gerak

Tirah baring

Intoleransi Aktivitas
H. PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik

2. Pemeriksaan Penunjang
a. MRI : Untuk melokalisasi protusi diskus
b. CT Scan
c. Mielogram
d. Pemeriksaan Neurologik : Untuk menentukan jika ada kerusakan refleks,
sensori, motorik karena kompresi radiks
e. EMG (elektromiografi) : Untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang
terkena

I. PENATALAKSANAA DAN TERAPI


1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengu
bah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus interverte
bral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanal
is spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, men
gidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula da
n radiks.
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan
2. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol
dan beban.
3. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jik
a perlu kortikosteroid.
4. Terapi Konservatif
a. Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan tekanan intradis
kal.
b. Medikamentosa :
1) Analgetik dan NSAID
2) Muscle relaxant
3) Kortikosteroid oral
4) Analgetik adjuvant
c. Rehabilitasi medik:
1) Traksi pelvis
2) Termoterapi (terapi panas)
3) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
4) Korset lumbal
5) Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan yang ber
lebihan.

J. DIAGNOSA

K. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA

Asdie, A. H. (2010). Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. (2003), 14–
33.
Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan
Clevo, Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. In Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fakultas Kedokteran. (2018). Basic Physical Examination : Teknik Inspeksi,
Palpasi, Perkusi Dan Auskultasi, (0271).
Handayani dan Haribowo . (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi.
Hanum. (2013). Patofisiologi DM. Retrieved from http://repository.unimus.ac.id.
Hasanah, H. (2016). Teknik-teknik observasi. 21–46.
Jannoo, Zeinab, Yap Bee, Alias Moch, & Hassali, Mohamed Azmi. (2017).
diabetes , kualitas hidup khusus diabetes dan kualitas hidup terkait kesehatan
di antara pasien diabetes mellitus tipe 2 Journal of Clinical & Translational
Endocrinology. 9, 48–54.
Kemenkes. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018 (Khairani, Ed.). Jakarta
Selatan: Pusat Data dan Informasi.
Nurarif Amin Huda., & Kusuma, H, N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC (jilid 1). Yogyakarta:
Medication.
Nursalam. (2012). Kriteria Inklusi dan Eksklusi. Retrieved from
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8837/BABIII-Metode
Penelitian - Tahap II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
Paduch, Andrea. (2017). Hambatan psikososial untuk penggunaan layanan
kesehatan di antara individu dengan diabetes mellitus : Tinjauan sistematis.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai