Anda di halaman 1dari 16

1

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB II

Dosen Pengampu:

Ns. Zustantria Agustin Minggawati, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

KELOMPOK 4

Asri Nazah Nur Azizah


Dwi Nursafitri
M. Aziz
Novia Magi
Regita Silvia Dewi
Sherlita Putri Astari
Zihan ajija

TINGKAT 2C KEPERAWATAN
POLTEKES TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG
2020/2021
2

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

2.1 Konsep HNP (Hernia Nukleus Pulposus)

2.1.1 Definisi HNP

Penyakit Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu


keadaan dimana sering mengalami rasa sakit pada ruas-ruas tulang
belakang. HNP terjadi karena adanya nucleus pulposus (bahan
pengisi berupa zat yang kenyal seperti gell) yang keluar dari diskus
intervertebralis atau sendi tulang belakang (Herliana, Yudhinono ,
& Fitriyani, 2017).
Nyeri punggung bawah merupakan suatu gejala yang
berkaitan dengan lebih dari 60 kondisi medis. Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) lumbal merupakan penyakit degenerasi spinal
yang paling sering menyebabkan 30% hingga 80% dari kasus
terjadi pada semua diskus intervertebralis. Namun yang paling
sering terjadi adalah di segmen lumbosakral, tepatnya di diskus
intervertebralis L5 – S1 (Nova, Octaviani, & Julianti, 2016)

2.1.2 Etiologi

Penyebab Hernia Nukleus Pulposus (HNP) terjadi karena


perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan
tipisnya nucleus pulposus yang ditandai dengan adanya
peningkatan usia. Annulus fibrosa akan mengalami perubahan
karena digunakan secara terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosa
biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Yusuf,
2017)
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) timbul karena sobeknya
annulus fibrosus yang dipicu oleh suatu trauma derajat sedang dan
terjadi secara berulang mengenai discus intervertebralis. Gejala
3

trauma yang dialami pasien pada umumnya bersifat singkat, dan


gejala yang disebabkan oleh cidera pada diskus tidak terlihat
selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun.
Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah
medulla spinalis, atau mungkin rupture dan memungkinkan
nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap
saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012)

Menurut (Herliana, Yudhinono , & Fitriyani, 2017) bahwa


hal-hal yang menyebabkan penyakit HNP antara lain :
1. Aktivitas mengangkat benda berat dengan posisi awalan yang
salah seperti posisi membungkuk sebagai awalan
2. Kebiasaan sikap duduk yang salah dalam rentang waktu yang
sangat lama. Hal ini sangat berpengaruh pada tulang belakang
ketika kita sedang membungkuk dalam posisi duduk yang
kurang nyaman
3. Melakukan gerakan yang salah baik disengaja maupun tidak
yang sangat berpengaruh pada tulang dan menyebabkan tulang
punggung mengalami penyempitan sehingga terjadi trauma
4. Kelebihan berat badan (obesitas)

2.1.3 Patofisiologi

Penyebab utama terjadinya penyakit HNP karena adanya


cedera yang diawali dengan terjatuh atau trauma pada daerah
lumbal, tetapi lebih sering terjadi karena posisi menggerakkan
tubuh yang salah. Pada posisi gerakan yang tidak tepat inilah, sekat
tulang belakang dan terdorong ke satu sisi sehingga pada saat itulah
bila beban yang mendorong cukup besar maka akan terjadi
perobekan pada annulus pulposus yaitu cincin yang melingkari
nucleus pulposus dan mendorongnya merosot keluar ( JS, 2013).
Melengkungnya punggung kedepan akan menyebabkan
menyempitnya atau merapatnya tulang belakang bagian depan,
4

sedangkan bagian belakang merenggang sehingga nucleus


pulposus akan terdorong ke belakang. Hanya prolapsus discus
intervertebralis yang terdorong ke belakang yang menimbulkan
nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf
spinal beserta akarnya, dan apabila sampai tertekan oleh
prolapsus discus intervertebralis akan menyebabkan nyeri yang
hebat pada bagian pinggang bahkan juga dapat menyebabkan
kelumpuhan anggota bagian bawah ( JS, 2013)

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut (Yusuf, 2017) gejala yang sering ditimbulkan akibat


HNP adalah:

1. Nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku atau


tertarik pada punggung bawah
2. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat
disertai baal, yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah
paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana
yang terjepit, rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan
aktifitas yang berlebihan
3. Kelemahan anggota badan bawah/tungkai bawah yang disertai
dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya
refleks tendon patella (KPR) dan archilles (APR), bils
mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi, dan fungsi seksual.

Bila stress vertical yang kuat mengenai kolumna vertebra


maka nucleus pulposus dapat menonjol keluar melalui annulus
fibrosus. Peregangan annulus fibrosus, yang berbentuk cincin dan
kaya inervasi nosiseptor, menyebabkan nyeri yang sangat hebat
sebagai nyeri punggung bawah yang terlokalisir. Sementara itu,
karena perengangan yang sangat kuat, annulus fibrosus bisa ruptur
5

atau pecah sehingga material diskus akan ekstrusi dan dapat


menekan radiks saraf menimbulkan nyeri dirasakan sebagai nyeri
radikuler (Jennie, 2010)

2.1.5 Pathway
6

2.1.6 Penatalaksanaan HNP

Menurut (Winata, 2014) untuk mempertahankan dan


meningkatkan mobilitas, menghambat progresivitas penyakit, dan
mengurangi kecacatan. Penatalaksanaan HNP yaitu:

1. Terapi konservatif meliputi tirah baring disertai obat analgetik


dan obat pelemas otot. Tujuan tirah baring untuk mengurangi
nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, pasien dilatih secara
bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa
2. Terapi non-medikamentosa berupa fisioterapi, diatermi,
kompres panas dingin, korset lumbal maupun traksi pelvis

Menurut (Kesumaningtyas, 2010) metode yang dapat


digunakan untuk penatalaksanaan HNP antara lain:
1. McKenzie Cervical Exercise

Metode yang dikembangkan oleh Robin Mc. Kenzie


yaitu merupakan sebuah latihan yang spesifik untuk tulang
belakang. Spekulasi dari metode ini adalah bahwa arah lentur
berpusat pada rasa sakit yang justru sesuai dengan arah dimana
isi nucleus pulposus telah berpindah untuk menghasilkan
gejala mekanis yang merangsang annulus

2. Tancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Dari pelaksanaan metode ini adalah untuk menurunkan


nyeri pada pasien HNP. Manfaat akhir metode ini yaitu
mengurangi penggunaan obat-obatan, modulasi respon nyeri
penderita, dapat meningkatkan aktifitas fisik dan memodifikasi
perilaku nyeri, hasil dari penatalaksanaan nyeri dapat berupa
perubahan dalam penggunaan obat-obatan, jarak ketika
berjalan, kekuatan otot, kelenturan otot, toleransi ketika duduk,
berdiri dan berjalan, perilaku sakit dan performance dalam
7

pekerjaan.

3. Shortwave Diathermy (SWD)

SWD yaitu medan elektromagnrtik frekuensi tinggi


yang bersosialisasi untuk memanaskan area. Teknik ini lebih
efektif dalam memanaskan masa otot besar dan mengakibatkan
otot menahan panas lebih lama Dengan pemberian SWD akan
memberi efek berupa pengurangan nyeri dan memberi dampak
rileksasi pada jaringan otot dengan adanya pengurangan
spasme otot terutama pada punggung bawah

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos Lumbosacral

Pemeriksaan foto polos lumbosacral adalah tes


pencitraan untuk melihat penyebab penyakit punggung, seperti
adanya patah tulang, degenerasi, dan penyempitan. Pada foto
lumbosacral akan terlihat susunan tulang belakang yang terdiri
dari 5 ruas tulang belakang, sacrum dan tulang ekor (Maksum
& Hanriko, 2016)

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computered


Tornografi Scan (CT Scan)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computered


Tornografi Scan (CT Scan) direkomendasikan pada pasien
dengan kondisi yang serius atau deficit neurologis yang
progresif, seperti infeksi tulang, cauda equine syndrome atau
kanker dengan penyempitan vertebra. Pada kondisi tersebut
keterlambatan dalam diagnosis dapat mengakibatkan dampak
yang buruk (Maksum & Hanriko, 2016)
8

3. Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS)

Pemeriksaan EMG dan NCS sangat membantu dalam


mengevaluasi gejala neurologis dan atau deficit neurologis
yang terlihat selama pemeriksaan fisik. Pada pasien HNP
dengan gejala dan tanda neuroligis EMG dan NCS dapat
membantu untuk melihat adanya lumbosacral radiculopathy,
pepipheral polyneuriphathy, myopathy atau peripheral nerve
entrapment.
9

TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUKLEOUS PULPO

A. Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria
dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau
mendorong benda berat).
2. Keluhan Utama (Lihat Gejala)
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri.
Pengaruh aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun
tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat yang sedang diminum.
Waktu : Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
Klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis). Riwayat menstruasi, adneksitis
dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.
4. Status mental
Pada umumnya klien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak
pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijaksana bila kita menanyakan
kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung
(faktor-faktor stress).
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :

Tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.


1) Inspeksi : Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai
posisi dan gerakan untuk evalusi neurologik.
2) Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus,
pelvis yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
10

3) Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama


bergerak
4) Klien dapat mengenakan pakaian secara wajar/tidak.
5) Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,perubahan
warnakulit.
6) Neurologik
b. Pemeriksaan motorik
1) Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,kaki, ibu jari
dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi
dan ekstensi dengan menahan gerakan.
2) Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan kiri.
3) Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu.
c. Pemeriksaan ROM
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan
derajat nyeri, functio laesa atau untuk memeriksa ada/tidaknya
penyebaran nyeri.
d. Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk
identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah
pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi
dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui adanya
penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan
HNP. ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana
yang terkena. CT Scan dengan melihat gambaran vertebra.
11

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d Penjepitan saraf pada diskus intervertebralis d.d Klien mengeluh
nyeri, insomnia, perubahan pola tidur, ekspresi wajah tampak
nyeri,pucat,gelisah,perilaku terarah/hati-hati
2. Perubahaan mobilitas fisik b.d Hemiparese/hemiplagia d.d Klien
mengeluh tidak mampu melakukan ADL, otot menjadi spasme dan kaku.
Klien tampak Tremor, berkurangnya pergerakan, bradikinensia, gangguan
gaya berjalan, rigiditas.
3. Cemas b.d gangguan berulang dengan nyeri terus menerus d.d Klien
mengeluh lelah, takut, tidak berdaya. Klien tampak tegang, tidak mampu
memecahkan masalah
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri b.d Penjepitan saraf Setelah diberikan tindakan Menejemen nyeri 1. Pengetahuan yang mendalam
pada diskus intervertebralis keperawatan 1 x 24 jam nyeri 1. Identifikasi klien dalam tentang nyeri dan keefektifan
d.d Klien mengeluh nyeri, klien dapat teratasi. Dengan membantu menghilangkan penghilangan nyeri.
kriteria hasil : rasa nyerinya
insomnia, perubahan pola 2. Informasi mengurangi
1. Mengatakan tidak 2. Berikan informasi tentang
tidur, ekspresi wajah ansietas yang berhubungan
terasa nyeri penyebab dan cara
tampak dengan sesuatu yang
2. Lokasi nyeri mengatasinya
nyeri,pucat,gelisah,perilak diperkirakan.
minimal 3. Tindakan penghilangan
u terarah/hati-hati 3. Keparahan nyeri rasa nyeri noninvasif dan
3. Tindakan ini memungkinkan

berskala 0 nonfarmakologis posisi, klien untuk mendapatkan


4. Indikator nyeri balutan (24-48 jam), rasa kontrol terhadap nyeri
verbal dan nonverbal distraksi dan relaksasi. 4. Terapi farmakologi
(tidak menyeringai). 4. Terapi analgestik diperlukan untuk
memberikan pereda nyeri.

Perubahaan mobilitas fisik Setelah diberikan tindakan Mobilisasi fisik 1. Menurunkan resiko
b.d Hemiparese/hemiplagia keperawatan 2 x 24 jam 1. Ubah posisi klien tiap 2 terjadinya iskemia jaringan
d.d Klien mengeluh tidak diharapkan mobilitas fisik klien jam akibat sirkulasi darah yang
mampu melakukan ADL, dapat meningkat, dengan kriteria 2. Ajarkan klien untuk jelek pada daerah yang
otot menjadi spasme dan hasil :. melakukan latihan gerak tertekan.
kaku. Klien tampak 1. Mendem aktif pada ekstremitas yang 2. Gerakan aktif memberikan
onstrasi perilaku yang baik. tidak sakit
Tremor, berkurangnya massa, tonus dan kekuatan
2. Mempert 3. Ajarkan klien utnuk
pergerakan, bradikinensia, otot serta memperbaiki
ahankan atau meningkatkan melakukan latihan gerak
gangguan gaya berjalan, fungsi jantung dan
kekuatan dan fungsi bagian aktif pada ekstremitas yang
rigiditas. pernafasan.
tubuh yang sakit dan/atau tidak sakit
kompensasi. 4. Kolaborasi dengan ahli
3. Otot volunter akan

3. Tidak fisioterapi kehilangan tonus dan


terjadi kontraktur sendi. kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakan.

Cemas b.d gangguan Setelah diberikan tindakan Mengurangi kecemasan 1. Menunjukkan kepada klien
berulang dengan nyeri keperawatan 1 x 24 jam klien 1. Kaji tingkat ansietas pasien bahwa dia dapat
terus menerus d.d Klien tidak merasa cemas, dengan 2. Berikan informasi yang akurat berkomunikasi dengan
kriteria hasil : dan jawab dengan jujur
mengeluh lelah, takut, efektif tanpa menggunakan
1. Klien mampu 3. Berikan support system
tidak berdaya. Klien alat khusus, sehingga dapat
mengungkapkan (perawat, keluarga atau teman
tampak tegang, tidak mengurangi rasa cemasnya.
ketakutan/kekuatirannya. dekat dan pendekatan spiritual)
mampu memecahkan 2. Harapan-harapan yang tidak
2. Respon klien tampak 4. Berikan informasi mengenai
tersenyum klien yang juga pernah
realistik tiak dapat
masalah 3. Tampak rileks mengalami gangguan seperti mengurangi
yang dialamu klien dan kecemasan,justru malah
menjalani operasi. menimbulkan ketidak
percayaan klien terhadap
perawat.
3. Memungkinkan klien untuk
memilih metode komunikasi
yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari
disesuaikan dnegan tingkat
keterampilannya sehingga
dapat mengurangi rasa
cemas dan frustasinya.
4. Dukungan dari bebarapa
orang yang memiliki
pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien.
5. Agar klien menyadari
sumber-sumber apa saja
yang ada disekitarnya yang
dapat mendukung dia untuk
berkomunikas
DAFTAR PUSTAKA

Herliana, A., Yudhinono , N. F., & Fitriyani. (2017, September). Sistem Pakar
Diagnosis Penyakit Hernia Nukleus Pulposus Menggunakan Forward
Chainning Berbasis Web. Kajian Ilmiah, 17.

N. N., Octaviani, R. V., & Julianti, H. P. (2016, Oktober). Hubungan Intensitas


Nyeri Dan Disabilitas Aktivitas Sehari-Hari Dengan Kualitas Hidup : Studi
Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Lumbal. Kedokteran
Diponegoro, 5.

NANDA. (2011).Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

JS, L. (2013, Oktober). Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Ringan Pada Janda
Lanjut Usia Yang Tinggal Dengan Keponakan Dengan Usia Yang Sama.
Medula, 1.

Anda mungkin juga menyukai