Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PUSKESMAS

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PHBS PADA


TATANAN INSTITUSI PENDIDIKAN
DI PUSKESMAS GANDUS KECAMATAN GANDUS

OLEH :
KELOMPOK I

Ahid Robbi Safita, S.Kep


Arum Kusuma Nirmala, S.Kep
Nurul Intan, S.Kep
Hikmah Utari, S.Kep
Dwi Indrisky, S.Kep
Suliana Mega Lestari, S.Kep
Fitri Rahmadani, S.Kep
Rini Diana Sari, S.Kep
Reza Aulia, S.Kep

KEPERAWATAN KOMUNITAS
PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support)
dan pemberdayaan masyarakat (enpowerment) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalah sendiri, dalam tatanan
rumah tangga, agar dapat menerapkan cara cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmojo, 2007).
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS
dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan
sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes
RI, 2007).
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan
dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran
serta aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Sasaran PHBS meliputi tatanan rumah tangga,
tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum
dan tatanan institusi kesehatan (Albar, 2003).
Puskesmas merupakan ujung tombak dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah kerja. Sekolah merupakan salah satu sasaran penyampaian
ilmu pengetahuan diantaranya PHBS di sekolah. Ada delapan indikator PHBS
Tatanan Institusi Pendidikan, yaitu:
1. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
2. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah
3. Mencuci tangan dengan sabun air yang mengalir
4. Mengikuti kegiatan dan olahraga di sekolah
5. Memberantas jentik nyamuk di sekolah
6. Tidak merokok di sekolah
7. Membuang sampah pada tempatnya
8. Jajan di kantin sekolah

Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi


ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu, usia
sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan petugas promkes di puskesmas,
diketahui bahwa pelaksanaan PHBS belum berjalan sebagaimana mestinya,
seperti kurangnya sarana dan prasarana UKS seperti peralatan UKS dan media
(poster, lembar balik, leaflet, kartu menuju sehat anak sekolah (KMS AS).
Apabila Pelaksanaan PHBS di sekolah tidak terlaksana dan tidak berjalan dengan
baik maka anak sekolah yang merupakan generasi penerus bangsa yang perlu
dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya akan lebih rawan terserang
berbagai penyakit seperti cacingan, anemia, karies, diare, TB, penyakit kulit,
kesehatan gigi dan mulut, keadaan gizi yang kurang dll.

I.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis program PHBS pada tatanan institusi
pendidikan di Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus.
b. Tujuan Khusus
1.Mengetahui kesenjangan antara program PHBS pada tatanan institusi pendidikan
di Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus dengan program kerja puskesmas
secara nasional
2.Mengetahui kendala dan hambatan dalam melaksanakan program PHBS pada
tatanan institusi pendidikan di Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus
3.Mengetahui bagaimana Strength (kekuatan) untuk tiap-tiap program PHBS pada
tatanan institusi pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Gandus
4.Mengetahui bagaimana Weakness (kelemahan) untuk tiap-tiap program PHBS
pada tatanan institusi pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Gandus
5.Mengetahui bagaimana Opportunity (kesempatan) untuk tiap-tiap program PHBS
pada tatanan institusi pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Gandus
6.Mengetahui bagaimana Threathened (ancaman) untuk tiap-tiap program PHBS
pada tatanan institusi pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Gandus

I.3. Perumusan Masalah


Apakah ada kesenjangan antara teori dan aplikasi program PHBS pada tatanan
institusi pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Gandus?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang
sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Ada lima program prioritas yaitu
kesehatan ibu dan anak (KIA), Gizi, Kesehatan Lingkungan (Kesling), gaya hidup.
Dana sehat asuransi kesehatan. Adapun program PHBS ini untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok,
dan masyarakat, melalui jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Support) dan memberdayakan
masyarakat (Empowerment). Diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalarn tatanan masing-
masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya ( Depkes RI, 2002).
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS
dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan
sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes
RI, 2007).
II.2 Tujuan PHBS di Sekolah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan yakni:
Tujuan Umum:
Memberdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau,
mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber
PHBS.

II. 3 Manfaat PHBS di Sekolah


Manfaat bagi siswa:
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan produktivitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit
Manfaat bagi warga sekolah:
a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian
target dan tujuan
b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif
Manfaat bagi sekolah:
a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah
Manfaat bagi masyarakat
a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh
sekolah
Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota
a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang baik
b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS
di sekolah

II. 4 Sasaran PHBS di Sekolah


a. Siswa Peserta Didik
b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah,
dan Orangtua Siswa)
c. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll).
II. 5 Indikator PHBS di Sekolah

A. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih

Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut

yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa

kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru

UKS minimal seminggu sekali.

B. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih

Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang

bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan

disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader

kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

C. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih

Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya

sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter

kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

D. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih

Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya

ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap

kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter

kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

E. Berolahraga Teratur dan Terukur

Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik

secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat

memelihara kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga

tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman

secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan

kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari

kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama

serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.


F. Tidak Merokok di Sekolah

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah.

Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok.

Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya

diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh

darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan

berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati).

Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah

dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan

membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat

sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan

sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap

rokok.

G. Tidak Menggunakan NAPZA

Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika

Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun

psikis pemakainya.

H. Memberantas Jentik Nyamuk

Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan

tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi,

gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser,

wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung

air yang ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-

tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan

nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit

akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki gajah.

Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu

minggu sekali.

I. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher

angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir

saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang

air kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi

bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada

disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat

menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya.

Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah

yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan.

Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk

perempuan.

J. Menggunakan Air Bersih

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan

sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang bisa

berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan,

air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air

terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau

limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan

tersedia setiap saat.

K. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun

Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah

buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan

kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan

membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain

membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan

tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan

penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.

L. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah

yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik,

non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap

dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah

pada tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat

sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.

M. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah

Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari

kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah

menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang

dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah

menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik.

N. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan

Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui

tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan

standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa

normal atau tidak normal.

II.6. Kegiatan PHBS di Tatanan Institusi Pendidikan


Pelayanan PHBS di tatanan institusi pendidikan memiliki delapan indikator :
1. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
2. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
4. Mengikuti kegiatan dan olahraga di sekolah
5. Memberantas jentik nyamuk di sekolah
6. Tida merokok di sekolah
7. Membuang sampah pada tempatnya
8. Jajan di kantin sekolah

II.7. Rincian Kegiatan


II.7.1. Pembinaan dan Pemantauan Kegiatan KIA di Wilayah Kerja Puskesmas

Kegiatan Uraian kegiatan Pelaksana


Cakupan Membuat peta wilayah kerja Puskesmas dalam Bidan koordinator
KIA di hal lokasi Bidan Di Desa. Pondok bersalin desa tingkat
wilayah (Polindes) dan Pos Pelayanan Terpadu Puskesmas/ Bidan
kerja (Posyandu), Puskesmas
melaksanakan PWS KIA dan memanfaatkannya.

Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak Bidan,


yang memerlukan pemeliharaan dan edukasi Bidan di desa
kesehatan mengenai kualitas reproduksi ibu dan
tumbuh dan kembang balita dan apras (anak
usia prasekolah)
Bidan koordinator
Mengkoordinir, memberi tehnik, mematau dan tingkat
membina : Puskesmas/ Bidan
1. Pelayanan KIA Puskesmas
2. Pelaksanaan perawatan kesmas
3. Pencatatan register pengunjung dan
register cohort ibu bayi.
4. Pelaksanaan pembinaan desa wisma
5. Pelaksanaan pembinaan dukun bayi
Yang diselenggarakan bidan di Desa.

Menyelenggarakan pelatihan bagi kader-kader Bidan, BDD, dan


PKK dan gizi keluarga didalam dan diluar petugas perbaikan
Posyandu gizi
Bidan, BDD, dan
Membina pelaksanaan operasional pelayanan petugas perbaikan
KIA dan gizi keluarga di dalam dan diluar gizi
Posyandu
Seluruh petugas
yang terkait
Menyelenggarakan penyuluhan terpadu, kepada dengan upaya
individual atau kelompok di wilayah kerja KIA, KB, petugas
tentang : perbaikan gizi dan
1. Kesehatan reproduksi, perawatan, perawatan kesmas.
kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, hal-hal
yang perlu yang diwaspadai, tanda
bahaya dalam persalinan, persalinan dan
nifas, dan KB.
2. Perawatan bayi yang baik, pemberian Air
Susu Ibu (ASI) ekslusif dan makanan
pendamping (MP-ASI) dan pengetahuan
gizi bayi.
3. Tumbuh kembang anak, pencegahan
kecelakaan rumah tangga, pemeliaharan
kesehatan msa menyusui dan
pengetahuan gizi ibu menyusui.
4. Tiga belas pesan gizi seimbang bagi
anggota keluarga
5. Peningkatan sumber vitamin A alami
terutama sayuran hijau dan dan buahan
Asuhan
Ibu dan berwarna.
Anak di 6. Menggalakkan penggunaan bahan Bidan dan BDD
wilayah pangan alami sumber zat besi
7. Penggunaan garam beryodium bagi
keluarga.

Merujuk ke kasus-kasus resiko tinggi dan tanda Bidan terpadu


bahaya pada kehamilan, komplikasi pada masa dengan BP dan
nifas dan menyusui yang ditemui di wilayah Puskesmas
kerja Puskesmas.
Bidan terpadu
Melakukan persalinan dan perawatan bayi baru dengan BP dan
lahir hingga usia 30 hari dirumah upaya Perkesmas

Bidang terpadu
Merujuk kasus-kasus bayi dan balita tertentu dengan pelayanan
KIA melalui kunjungan rumah perkesmas

Melakukan kunjungan rumah pada pasien


asuhan antenatal yang telah bersalin tanpa
pertolongan petugas Puskesmas.

II.7.2 Pelayanan Antenatal


Kegiatan Uraian kegiatan Pelaksana
Peningkatan Penyuluhan indivudual dan kelompok Bidan dan petugas
kesehatan mengenai pemeliharaan kesehatan selama perbaikan gizi
persalinan untuk mendapatkan persalinan,
masa pasca persalinan dan bayi sehat yang
optimal (makanan bergizi, senam hamil,
perawatan payudara, dan lain-lain)

Perlindungan - Penyelenggaraan senam hamil (bila Bidan dan dokter


Khusus memungkinkan)
- Pelayanan konseling terpadu calon ibu
hamil dan ibu dalam masa kehamilan
dalam hal mendeteksi dan
mengantisipasi persalinan resiko tinggi,
persiapan fisik dan psikis menghadapi
persalinan serta perawatan yang baik.

- Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid Bidan, BDD, dan


(TT1 dan TT2) petugas perbaikan
- Sumplementasi tablet besi dan tablet gizi
besi folat/ tablet tambah darah
- Pemberian kapsul minyak beryodium 1
tablet selama kehamilan (khusus untuk
daerah endermis)

Deteksi Dini Pemeriksaan status kesehatan ibu hamil Dokter, Bidan desa,
Pemeriksaan kadar HB BDD, dan petugas
laboratorium

Masalah kesehatan jiwa pada ibu hamil Bidan dan dokter


dengan mual berlebihan, kurang siap
menerima kehamilan, pemarah, mudah
tersinggung, pencemas, pemurung, yang
kemungkinan disebabkan oleh depresi
ditambah resiko KEK dan KEK.

Penapisan hal-hal yang perlu diwaspadai Bidan


dan tanda bahaya persalinan

Mencatat hasil pemeriksaan dan tindakan Bidan


perlindungan khusus pada kartu ibu dan
KMS ibu hamil

Menerima rujukan hasil penjaringan Dokter


pertama ibu hamil dengan tanda bahaya
oleh kader kesehatan di Posyandu, dukun
bayi serta bidan praktek swasta

Penanganan kasus-kasus yang perlu Dokter


diwaspasdai dan kehamilan dengan tanda
bahaya serta pelyanan persalinan

Merujuk kasus-kasus dengan tanda bahwa Bidan & Dokter


kehamilan dan persalinan yang tidak dapat
ditangani di Puskesmas

II.7.3 Persalinan dan Pendamping Persalinan


Kegiatan Uraian kegiatan Pelaksana
Peningkatan Penyelenggaraan konseling pada para ibu Bidan
kesehatan hamil mengenai persiapan proses persalinan,
penyulit yang dapat timbul hamil pada ibu
dan bayi yang baru lahir dan cara
mengantisipasi bila kondisi yang tidak
Perlindungan dinginkan terjadi. Bidan & Dokter
Khusus Penapisan hal-hal yang perlu diwaspadai dan
tanda-tanda bahaya persalinan.
Deteksi Dini Bidan
Pemeriksaan status kesehatan ibu pada masa
persalinan.
Bidan
Komplikasi pasca persalinan sedini mungkin.
Tindakan BDD
dan Pendampingan persalinan oleh dukun bayi.
pengobatan Bidan & Dokter
Pertolongan persalinan normal dikediaman
ibu melahirkan atau di puskesmas dan
perawatan bayi baru lahir.
Dokter
Menerima rujukan persalinan dan bayi baru
lahir dengan penyulit dari bidan / bidan dari
desa. Dokter, Bidan

Penanganan komplikasi pasca persalinan


Pemulihan pada ibu dan bayi baru lahir. Dokter, Bidan

Merujuk kasus persalinan dengan penyulit


yang tidak dapat ditangani di puskesmas. Bidan & Dokter

Perawatan pemulihan kondisi fisik dan psikis


ibu pasca persalinan dengan perawatan
bersama ibu dan bayi pada ruangan yang
sama (rooming-in).

II.7.4. Pelayanan Masa Nifas Pasca Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Kegiatan Uraian kegiatan Pelaksana


Peningkatan Penyuluhan individual dan kelompok Bidan
Kesehatan mengenai pemeliharaan kesehatan dalam
masa nifas, pemulihan kesehatan pasca
persalinan serta perawatan bayi yang baik.

Pelayanan konseling ibu dalam masa nifas dan Bidan


ibu dalam masa hamil mengenai kesehatan
masa nifas, perawatan bayi baru lahir,
perawatan payudara, pemberian ASI dini dan
ekslusif, pemulihan kesehatan ibu serta
keluarga berencana untuk dapat menjalankan
fungsinya dalm keluarga sebaik – baiknya.

Perlindungan Pemberian suplemen tablet besi folat / tablet Bidan dan TPG
khusus tambah darah.
Pemberian kapsul minyak beryodium (untuk
daerah endemik berat dan sedang).
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
Pemberian vaksin polio pada bayi baru lahir.

Deteksi Dini Pemeriksaan status kesehatan ibu pada masa Bidan


nifas.
Deteksi dini tanda bahaya pada ibu masa nifas
(6 jam pertama setelah persalinan) dan pada
bayi baru lahir.
Deteksi dini tanda bahaya pada bayi baru
lahir.
Tindakan Bidan dan Dokter
dan Menangani ibu masa nifas dan bayi baru lahir
pengobatan dengan tanda bahaya.
Dokter dan Bidan
Pemberian obat – obatan bila diperlukan.
Dokter dan bidan
Menangani rujukan kasus tanda bahaya pada
ibu nifas dan bayi baru lahir dari dukun bayi
dan / atau bidan praktek swasta.
Dokter dan bidan
Merujuk kasus komplikasi tertentu masa nifas
yang tidak dapat ditangani puskesmas RS Dati
Pemulihan II. Bidan

Penyelenggaraan senam pemulihan masa


nifas.

II.7.5. Pelayanan Ibu Menyusui


Kegiatan Uraian kegiatan Pelaksana
Peningkatan Penyuluhan individual dan kelompok Bidan/ Puskesmas
Kesehatan mengenai pemulihan kesehatan ibu pada masa
meyusui , peningkatan kualitas ASI ,
perawatan tubuh kembang bayi, serta
keluarga berencana.
Perlindungan Bidan/ Puskesmas
khusus Pemberian suplemen tablet besi folat/ tablet
tambah darah.

Pemberian kapsul minyak beryodium untuk


daerah endemik sedang dan berat)
Deteksi Dini Dokter dan Bidan
Penjaringan pada kegiatan pelayanan
keluarga berencana.
Dokter dan Bidan
Pemeriksaan status kesehatan ibu masa
menyusui.
Dokter dan Bidan
Infeksi payudara dan infeksi saluran
reproduksi yang sering terjadi pada ibu
menyusui. Dokter dan Bidan

Tindakan Menilai hubungan ibu dan bayi. Dokter dan Bidan


dan
pengobatan Menangani dan merawat ibu menyusui baik
yang memiliki komplikasi ibu menyusui,
maupun masalah kesehatan lainnya. Dokter dan Bidan

Menangani rujukan kasus komplikasi masa


menyusui dari dukun bayi dan bidan praktek
swasta. Dokter dan Bidan
Merujuk kasus- kasus komplikasi tertentu ibu
masa menyusui yang tidak dapat ditangani
Puskesmas.

II.7.6. Pelayanan Kesehatan dan Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi


Kegiatan Uraian kegiatan Pelaksana
Peningkatan Penyuluhan individual dan kelompok bagi ibu Bidan/
Kesehatan hamil atau ibu yang baru bersalin mengenai: Perkesmas, kader
i Perawatan bayi baru lahir , perawatan kesehatan
kesehatan bayi.
ii Pemberian ASI eksklusif.
iii Pemberian makanan pendamping ASI
(MP ASI).
iv Perawatan payudara.
v Higiene dan sanitasi.
vi Pertumbuhan dan perkembangan yang
normal (fisik, mental, sosial).
vii Pencegahan penyakit.
viii Pencegahan kecelakaan rumah tangga
terhadap bayi.

Pengenalan tanda bahaya pada bayi untuk


penanggulangan pertama masalah kesehatan Bidan
sebelum dibawa ke Puskesmas seperti diare,
demam, batuk, sukar bernapas, dan lain-lain.

Pelatihan stimulasi dini bayi.


Bidan
Penyelenggaraan konseling terpadu bagi para
ibu mengenai perawatan bayi, perasaan yang Bidan,
timbul pada saat merawat bayi, tumbuh Perkesmas
kembang bayi, Keluarga Berencana, dsb.

Perlindungan Penyelenggaraan imunisasi pada bayi yang


khusus berupa : Bidan
a. BCG (usia 5 – 6 minggu)
ii. DPT dan polio I, II, III (usia 3, 4, 5 bula)
iii. Campak (usia 9 bulan)

Pemberian kapsul vitamin A 100.000 IU untuk


bayi 6 – 12 bulan Bidan

Pemberian sirup besi pada bayi diatas 6 bulan


Bidan
Deteksi Dini Pemeriksaan kesehatan bayi setiap
berkunjung ke Puskesmas untuk pemantauan Bidan
tumbuh kembang

Pemeriksaan kemampuan ibu untuk


memberikan ASI Bidan
Penimbangan dan pengukuran panjang bayi
setiap bulan untuk menilai status gizi dengan Bidan
Kartu Menuju Sehat (KMS).

Penentuan bayi yang terancam bahaya :


i Dekat dengan penderita TBC Bidan
ii Ibunya mengandung penyakit kelamin
iii Ibunya mengalami komplikasi selama
hamil dan / persalinan
iv Bayi prematur dan bayi berat badan
lahir rendah
v Bayi dengan pertumbuhan tidak normal
vi Bayi yang harus mendapat makanan
tambahan
vii Bayi dengan kelainan bawaan
viii Bayi dengan gangguan jiwa pada ibu

Deteksi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),


bayi dengan penyakit infeksi (ISPA, Bidan
pneumonia, diare, malaria, DBD, campak)
kurang gizi, kurang vitamin A, anemia,
keterlambatan tumbuh kembang, dan cacat
mental.
Tindakan
dan Pemeliharaan bayi segera sesudah lahir, baik Bidan, Dokter
pengobatan persalinan di Puskesmas maupun diluar
Puskesmas.

Pemeliharaan bayi selama 30 hari pertama Bidan


dalam kehidupan.

Menangani dan merawat bayi yang Dokter, Bidan


mempunyai masalah kesehatan seperti
demam, diare, batuk/kesulitan bernapas.

Melakukan perawatan berkesinambungan Bidan, Perawat,


terhadap bayi yang terancam bahaya. Dokter

Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Bidan, Perawat


pemulihan pada bayi yang terancam bahaya.
Pemulihan
Menangani pemulihan terhadap bayi yang Dokter
terbebas dari ancaman bahaya

II.7.7. Pelayanan Kesehatan dan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita


Kegiatan Uraian kegiatan Pelaksana
Peningkatan Penyuluhan individual dan kelompok bagi ibu Bidan, Perawat,
Kesehatan mengenai perawatan balita Petugas
perbaikan gizi
Pemberian makanan tambahan pada balita, Bidan, Perawat
gizi, higiene dan sanitasi

Pertumbuhan dan perkembangan (fisik, Bidan, Dokter


mental, dan sosial) yang normal, serta
pencegahan penyakit dan kecelakaan rumah
tangga yang sering terjadi pada balita.

Pelatihan stimulasi dini balita dan pengenalan Bidan


tanda bahaya pada balita untuk
penanggulangan pertama masalah kesehatan
pada balita sebelum dibawa ke Puskesmas,
seperti diare, demam, campak,batuk / sukar
bernapas, sakit telinga, mal nutrisi,
kecelakaan pada rumah tangga, dsb. Bidan
Penyelenggaraan konselling bagi ibu mengenai
perawatan balita, tumbuh kembang balita,
cacat bawaan dan cacat didapat,
penyimpangan tumbuh kembang, KB, dan
Perlindungan lain-lain Bidan
Khusus
Memeriksa apakah anak sudah diberi Bidan
imunisasi dasar, jika belum dapat
dilaksanakan.
Pemberian tablet vitamin A 100000 UI setiap 6
Deteksi Dini bulan. Dokter
Pemberian sirup besi pada balita.

Pemeriksaan kesehatan balita setiap Bidan, Perawat


berkunjung untuk pemantauan tumbuh
kembang.

Penimbangan dan pengukuran panjang balita Dokter


setiap bulan untuk menilai status gizi dengan
menggunakan Kartu Menuju Kesehatan.

Penentuan balita yang terancam bahaya :


i Gastroenteritis
ii Asma
iii Bronkitis berulang
iv Cacingan
v Anemia
vi Hambatan mental
vii Anak yang cengeng
viii Anak yang kekurangan vitamin A
Tindakan ix Anak dengan KEP (Kurang Energi Dokter
dan Protein)
Pengobatan x Anak dengan cacat fisik
xi Anak dengan hubungan orang tua buruk

Menangani dan merawat balita yang Dokter


mempunyai masalah kesehatan dengan
menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Bidan

Melakukan perawatan berkesinambungan


Pemulihan terhadap balita yang terancam bahaya. Bidan, Perawat,
Dokter
Pemberian Makanan Tambahan, pemulihan
pada balita yang dibawah garis merah (BGM).

Mengusahakan pemulihan balita yang


terbebas dari ancaman bahaya.

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM KIA KB
DI PUSKESMAS TEBING GERINTING

Kegiatan KIA KB di Puskesmas Tebing Gerinting yang diperoleh dari Rencana Kegiatan
Harian Bidan yaitu :
1. Pembinaan/ Penyuluhan
a. Posyandu
Jadwal Posyandu di Puskesmas Tebing Gerinting
No. Nama Desa Waktu Pelaksanaan
Posyandu
1. Mawar Sukaraja Baru Hari Rabu Minggu Pertama
2. Asoka I Tebing Gerinting Utara Hari Rabu Minggu Pertama
3. Anggrek Tebing Gerinting Selatan Hari Rabu Minggu Pertama
4. Melati Sukaraja Lama Hari Jumat Minggu Pertama
5. Flamboyan Mandi Angin Hari Senin Minggu Kedua
6. Cempaka Tebing Gerinting Selatan Hari Rabu Minggu Kedua
7. Asoka II Tebing Gerinting Utara Hari Kamis Minggu Pertama
8. Kenanga Meranjat Ilir Hari Selasa Minggu Keempat
9. Dahlia Meranjat I Hari Selasa Minggu Keempat
10. Alamanda Meranjat II Hari Selasa Minggu Keempat
11. Nusa Indah Arisan Gading Hari Rabu Minggu Ketiga
12. Bougenville Meranjat III Hari Jumat Minggu Ketiga
13. Teratai Tanjung Lubuk Hari Kamis Minggu Ketiga
14. Kamboja Tanjung Dayang Utara Hari Kamis Minggu Ketiga
15. Anyelir Tanjung Dayang Selatan Hari Kamis Minggu Ketiga
16. Aster Beti Hari Kamis Minggu Ketiga
b. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
c. Bintek Bidan desa
d. GSI (Gerakan Sayang Ibu)
2. Pelayanan
a. Posyandu
b. Posbindu
c. Rekapitulasi Laporan
d. KIA/KB Puskes
e. Penimbangan dan Imunisasi
3. Pertemuan
a. Tk. Puskes
b. Tk. Kecamatan
c. Tk. Desa
d. Dinas Kabupaten
e. IBI Kabupaten
f. IBI Ranting
Yang ada di ruang KIA dan KB :
1. Kantong Persalinan
2. Peta sasaran tiap desa
3. Peta wilayah/ peta desa
4. Protap-protap yaitu pelaksanaan ibu bayi dan resiko, GSI, remaja hamil, santun
lansia, tindik pada bayi dan anak, peningkatan kesehatan ibu, ISPA, pencegahan
infeksi, klinik MTBS, diare, balita sakit, pelayanan KB dan ANC.
Secara umum kegiatan KIA KB di Puskesmas Tebing Gerinting hampir sama dengan
Puskesmas lain yaitu :
1. Pembinaan dan pemantauan kegiatan KIA di wilayah kerja Puskesmas
2. Pelayanan ibu hamil dan nifas
3. Pelayanan Keluarga Berencana
4. Pelayanan Imunisasi
5. Klinik MTBS
6. Klinik Laktasi
Namun kegiatan yang tampak belum ada yaitu :
1. Persalinan / pendampingan persalinan
2. Pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal
3. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak usia pra sekolah di
taman kanak-kanak.
Petugas kesehatandi ruang KIA KB dimana ada 15 orang bidan berpendidikan DIII.
Beberapa orang dari petugas tersebut telah mengikuti pelatihan dan lebih dari 5 orang
mempunyai pengalaman lebih dari 5 tahun.Menurut pengamatan kami pengunjung KIA
KB tampak sepi, bahkan menurut Petugas KIA KB (Bidan) kadang dalam 1 minggu
hanya ada 1-2 orang pengunjung KIA KB. Jarak Puskesmas yang jauh juga menjadi
faktor sepinya pengunjung dari jalan raya kedalam Puskesmas berjarak 1,8 km.

BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Analisa SWOT PROGRAM KIA KB

a. Strength
Adanya petugas kesehatan yang fokus terhadap program KIA KB dimana jumlah
petugas KIA KB yang ada berjumlah 15 orang bidan berpendidikan DIII. Beberapa
orang dari petugas tersebut telah mengikuti pelatihan dan lebih dari 5 orang
mempunyai pengalaman lebih dari 5 tahun. Disamping itu, sarana dan prasarana yang
tersedia telah memadai diantaranya berupa alat-alat kontrasepsi yang cukup lengkap,
alat-alat pemeriksaan kehamilan, kantong persalinan, peta sasaran tiap desa, peta
wilayah/ peta desa, protap-protap yaitu pelaksanaan ibu bayi dan resiko, GSI, remaja
hamil, santun lansia, tindik pada bayi dan anak, peningkatan kesehatan ibu, ISPA,
pencegahan infeksi, klinik MTBS, diare, balita sakit, pelayanan KB dan ANC.
b. Weakness
Lokasi Puskemas yang sulit dijangkau (1,8 km dari jalan raya) membuat pengunjung
Puskesmas terutama ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi dan balita jarang
memeriksakan kesehatan dirinya dan bayi-balita nya ke Puskesmas. Selain itu, terlalu
luasnya cakupan wilayah kerja Puskesmas Tebing Gerinting yaitu 9726 Ha, yang
meliputi 14 Desa membuat petugas Puskesmas terutama petugas KIA KB sedikit
kesulitan dalam memantau kesehatan ibu hamil dan bayi-balita yang ada di wilayah
kerjanya. Tidak adanya dokter yang selalu siaga bertugas di Puskesmas juga
menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas
berkurang. Merujuk kepada program KIA KB yang terdapat pada buku pedoman
program Puskesmas, pada Puskesmas Tebing Gerinting ini masih belum digalakkan
kegiatan – kegiatan program KIA KB sebagai berikut:
a. Persalinan / pendampingan persalinan
b. Pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal
c. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak usia pra
sekolah di taman kanak-kanak.
c. Opportunity
Beberapa hal yang mendukung keberhasilan kinerja petugas dalam melaksanakan
program KIA KB di Puskesmas Tebing Gerinting diantaranya adalah adanya acuan
program Puskesmas dari Departemen Kesehatan Tingkat Propinsi di Sumatera
Selatan berupa program Sumsel Sehat 2010 dan Palembang Sehat 2008, adanya
dukungan dari masyarakat yang berperan aktif misalnya di Desa Tebing Gerinting
ada Pokjakes Pelangi I dan II. serta adanya dukungan dari pemerintah daerah
setempat terhadap suksesnya program ini melalui BKKBN. Mahasiswa PSIK FK
UNSRI yang sedang praktek di wilayah kerja Puskesmas Tebing Gerinting yang
meliputi daerah Tebing Gerinting Utara, Tebing Gerinting Selatan, dan Tanjung
Lubuk selama 2,5 bulan mendapat tugas secara bergilir untuk dinas di Puskesmas
guna membantu meningkatkan kinerja Puskesmas, termasuk dalam kegiatan program
KIA KB. Selama berdinas, mahasiswa diwajibkan mengikuti setiap program
Posyandu yang rutin diadakan setiap bulannya oleh Puskesmas dan memberikan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan sehingga membuat hasil kinerja petugas KIA
KB menjadi lebih maksimal.
d. Threathened
Banyaknya jumlah bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas sebesar 1695 jiwa
tidak sebanding dengan jumlah petugas yang turut andil dalam pelaksanaan program
KIA KB sehingga sedikit mengalami kesulitan dalam pengembangan program KIA
KB.

IV.2 Analisa SWOT Tiap-Tiap Program KIA KB

4.2.1 Pembinaan dan Pemantauan Kegiatan KIA di Wilayah Kerja Puskesmas


a. Strength
Petugas KIA KB telah membuat peta wilayah kerja Puskesmas sehingga lebih
memudahkan dalam pengelompokan wilayah kerja yang lebih terorganisir. Adanya
Polindes dan Posyandu di tiap wilayah kerja yang dapat memprasaranai pelayanan
KIA KB diluar Puskesmas. Pembuatan Peta Wilayah Sasaran (PWS) memudahkan
petugas KIA KB dalam pengelompokkan ibu hamil serta bayi dan balita yang
berisiko tinggi terhadap gangguan kesehatan. Setiap ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas akan dicatat dan dilakukan register cohort untuk memantau
perkembangan kehamilan sesuai usia kandungannya.
b. Weakness
Belum adanya jadwal penyuluhan terpadu untuk penyuluhan kepada individual
atau kelompok di wilayah kerja tentang :
 Kesehatan reproduksi, perawatan, kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, hal-hal yang perlu yang diwaspadai, tanda
bahaya dalam persalinan, persalinan dan nifas, dan KB.
 Perawatan bayi yang baik, pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif dan
makanan pendamping (MP-ASI) dan pengetahuan gizi bayi.
 Tumbuh kembang anak, pencegahan kecelakaan rumah tangga, pemeliaharan
kesehatan msa menyusui dan pengetahuan gizi ibu menyusui.
 Tiga belas pesan gizi seimbang bagi anggota keluarga
 Peningkatan sumber vitamin A alami terutama sayuran hijau dan dan buahan
berwarna.
 Menggalakkan penggunaan bahan pangan alami sumber zat besi
 Penggunaan garam beryodium bagi keluarga.
Selain itu, belum adanya kunjungan rumah yang dilakukan petugas KIA KB untuk
mencari dan mendata ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan dan edukasi
kesehatan mengenai kualitas reproduksi ibu dan tumbuh kembang balita.
c. Opportunity
Adanya pelatihan bagi kader – kader Posyandu dan Pokjakkes di tiap wilayah kerja
Puskesmas yang memudahkan pembinaan dan pemantauan kegiatan KIA KB. Di
wilayah kerja Puskesmas Tebing Gerinting ada 16 Posyandu yaitu :
No. Nama Desa Waktu Pelaksanaan
Posyandu
1. Mawar Sukaraja Baru Hari Rabu Minggu Pertama
2. Asoka I Tebing Gerinting Utara Hari Rabu Minggu Pertama
3. Anggrek Tebing Gerinting Selatan Hari Rabu Minggu Pertama
4. Melati Sukaraja Lama Hari Jumat Minggu Pertama
5. Flamboyan Mandi Angin Hari Senin Minggu Kedua
6. Cempaka Tebing Gerinting Selatan Hari Rabu Minggu Kedua
7. Asoka II Tebing Gerinting Utara Hari Kamis Minggu Pertama
8. Kenanga Meranjat Ilir Hari Selasa Minggu Keempat
9. Dahlia Meranjat I Hari Selasa Minggu Keempat
10. Alamanda Meranjat II Hari Selasa Minggu Keempat
11. Nusa Indah Arisan Gading Hari Rabu Minggu Ketiga
12. Bougenville Meranjat III Hari Jumat Minggu Ketiga
13. Teratai Tanjung Lubuk Hari Kamis Minggu Ketiga
14. Kamboja Tanjung Dayang Utara Hari Kamis Minggu Ketiga
15. Anyelir Tanjung Dayang Selatan Hari Kamis Minggu Ketiga
16. Aster Beti Hari Kamis Minggu Ketiga

Selain itu, peran serta aktif ditunjukkan oleh setiap kader Posyandu dan Pokjakes
dalam setiap kegiatan KIA KB yang diselenggarakan di wilayah mereka tampak
kader posyandu di tiap desa berperan aktif melalui kegiatan penimbangan dan
pencatatan misalnya di Desa Tebing Gerinting ada Pokjakes Pelangi I dan II.
Mahasiswa PSIK FK Unsri yang berdinas di Puskesmas membantu dalam
penyelenggaraan penyuluhan program KIA KB.
d. Threathened
Ada banyak ibu hamil dan bayi-balita di wilayah kerja Puskesmas Tebing Geriting
yang penyebarannya tidak merata menyebabkan kesulitan dalam membina dan
memantau keadaan kesehatan ibu dan anak.

4.2.2 Pelayanan Ibu Hamil dan Nifas


a. Strength
Adanya pemeriksaan status kesehatan ibu hamil yang kemudian dilakukan
pencatatan pada kartu ibu dan KMS ibu hamil mengenai hasil pemeriksaan dan
tindakan perlindungan khusus. Puskesmas juga menerima rujukan hasil penjaringan
pertama ibu hamil dengan tanda bahaya oleh kader kesehatan di Posyandu, dukun
bayi serta bidan praktek swasta. Selain itu, adanya perlindungan khusus pada ibu
hamil melalui :
1. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT1 dan TT2)
2. Sumplementasi tablet besi dan tablet besi folat/ tablet tambah darah
3. Pemberian kapsul minyak beryodium 1 tablet selama kehamilan (khusus
untuk daerah endermis)
b. Weakness
Belum adanya jadwal penyuluhan terpadu untuk indivudual dan kelompok mengenai
pemeliharaan kesehatan selama persalinan untuk mendapatkan persalinan, masa
pasca persalinan dan bayi sehat yang optimal (makanan bergizi, senam hamil,
perawatan payudara, dan lain-lain). Disamping itu, belum adanya pelayanan
konselling ibu dalam masa nifas dan dalam masa hamil membuat tidak bertambahnya
pengetahuan ibu dalam pemulihan kesehatannya sebelum dan setelah melahirkan.
c. Opportunity
Adanya protap-protap yang mendukung kinerja pelayanan ibu hamil dan nifas yang
terdiri dari protap pelaksanaan ibu bayi dan resiko, GSI, remaja hamil, santun lansia,
tindik pada bayi dan anak, peningkatan kesehatan ibu, ISPA, pencegahan infeksi,
klinik MTBS, diare, balita sakit, pelayanan KB dan ANC. Adanya bidan praktek
swasta yang dapat menjadi pilar kedua yang mendukung pelayanan ibu hamil dan
nifas.
d. Threathened
Beberapa ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tebing Geriting yang tidak
memeriksakan diri ke Puskesmas sehingga tidak terdata dan terpantau perkembangan
kehamilannya oleh petugas Puskesmas.

4.2.3 Pelayanan Kesehatan Dan Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi


a. Strength
Penyelenggaraan imunisasi pada bayi yang berupa imunisasi BCG (usia 5 – 6
minggu), DPT dan polio I, II, III (usia 3, 4, 5 bulan) dan Campak (usia 9 bulan) serta
pemberian vitamin A yang diberikan kepada bayi melalui program Posyandu setiap
bulannya. Dalam kegiatan Posyandu tersebut, juga dilakukan penimbangan dan
pengukuran panjang bayi setiap bulan untuk menilai status gizi dengan Kartu Menuju
Sehat (KMS). Selain itu, dengan bantuan bidan desa, deteksi bayi BBLR dan bayi
beresiko dilakukan.
b. Weakness
Belum adanya jadwal penyuluhan terpadu penyuluhan individual dan kelompok bagi
ibu hamil atau ibu yang baru bersalin mengenai:
 Perawatan bayi baru lahir , perawatan kesehatan bayi.
 Pemberian ASI eksklusif.
 Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI).
 Perawatan payudara.
 Higiene dan sanitasi.
 Pertumbuhan dan perkembangan yang normal (fisik, mental, sosial).
 Pencegahan penyakit.
 Pencegahan kecelakaan rumah tangga terhadap bayi.
Posyandu pada masing-masing wilayah kerja sebagai salah satu sarana pelaksanaan
KIA KB oleh Puskesmas Tebing Gerinting sebagian besar belum melakukan
pelatihan stimulasi dini pada bayi-balita.
c. Opportunity
Adanya dukungan dari masyarakat yang berperan aktif melalui kader Posyandu dan
Pokjakes misalnya di Desa tebing Gerinting Utara ada Pokjakes Pelangi I dan II, serta
terbinanya kerjasama yang baik antara petugas Puskesmas dengan bidan desa, bidan
swasta, mantri dan dukun beranak.
d. Threathened
Kurangnya peran serta Puskesmas dalam memfasilitasi dan menyediakan peralatan
tumbuh kembang bayi pada masing-masing Posyandu dalam wilayah kerjanya
membuat tidak adanya posko tumbuh kembang bayi.

4.2.4 Pelayanan Kesehatan Dan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita


a. Strength
Penyelenggaraan imunisasi pada balita melalui program Posyandu setiap bulannya.
Dalam kegiatan Posyandu tersebut, juga dilakukan penimbangan dan pengukuran
panjang bayi setiap bulan untuk menilai status gizi dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS) serta terkadang juga dilakukan pemberian makanan tambahan pada balita.
Adanya pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) yang menangani dan
merawat balita yang mempunyai masalah kesehatan.
b. Weakness
Belum adanya jadwal penyuluhan untuk penyuluhan individual dan kelompok bagi
ibu mengenai perawatan balita.
c. Opportunity
Adanya dukungan dari masyarakat yang berperan aktif melalui kader Pokjakes dan
Posyandu dapat lebih memaksimalkan program tersebut. Peran serta mahasiswa PSIK
FK Unsri dalam pengadaan lomba balita sehat di wilayah kerja Tebing Gerinting
Utara dan Tanjung Lubuk dapat lebih memotivasi masyarakat dalam meningkatkan
kesehatan balitanya. Selain itu, mahasiswa CoNers kelompok II Tebing Gerinting
Utara telah melakukan pelatihan Pokjakes mengenai cara stimulasi tumbuh kembang
guna diterapkan dan dilaksanakan dalam posko tumbuh kembang di Posyandu Asoka
I. Mahasiswa CoNers kelompok II Tebing Gerinting Utara melakukan penyuluhan
ISPA, tumbuh kembang dan imunisasi pada ibu balita dusun II dan III pada bulan
Oktober 2008.
d. Threathened
Adanya balita yang mengalami kurang gizi yang tidak terdeteksi oleh Puskesmas
sehingga tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya.

4.2.5 Klinik Laktasi


a. Strength
Puskesmas melakukan pemberian suplemen tablet besi folat/ tablet tambah darah,
pemberian kapsul minyak beryodium (untuk daerah endemik sedang dan berat)
kepada para ibu yang sedang dalam masa menyusui. Bagi ibu-ibu yang ingin ber KB,
Puekesmas juga memberikan pelayanan keluarga berencana sekaligus pemeriksaan
status kesehatan ibu selama masa menyusui. Selain itu, Puskesmas turut menangani
rujukan kasus komplikasi masa menyusui dari dukun bayi dan bidan praktek swasta
serta merujuk kasus-kasus komplikasi tertentu ibu masa menyusui yang tidak dapat
ditangani Puskesmas kepada pelayanan kesehatan yang lebih memadai.
b. Weakness
Belum adanya jadwal penyuluhan individual dan kelompok mengenai pemulihan
kesehatan ibu pada masa menyusui, peningkatan kualitas ASI, perawatan tubuh
kembang bayi, serta keluarga berencana.
c. Opportunity
Adanya dukungan dari masyarakat yang berperan aktif melalui kader Posyandu dan
Pokjakes dalam pelaksaan program laktasi misalnya di Desa Tebing Gerinting ada
Pokjakes Pelangi I dan II. Digalakkannya program ASI eksklusif dan inisiasi
menyusu dini juga turut membantu dalam keberhasilan klinik laktasi. Mahasiswa
CoNers kelompok II Tebing Gerinting Utara melaksanakan penyuluhan ASI ekslusif
di posyandu Asoka II dan Posyandu Bougenville yang mendukung pelaksanaan
program laktasi di Puskesmas.

d. Threathened
Adanya ibu-ibu yang tidak dapat menyusui anaknya karena produksi ASI yang
minimal dan tidak adanya pemberian pengetahuan tentang perawatan payudara.
BAB VI
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Analisa SWOT dari keseluruhan PROGRAM KIA KB yaitu:
a. Strength
• Adanya petugas kesehatan yang fokus terhadap program KIA KB
• Adanya sarana dan prasarana yang memadai
• Petugas KIA KB berjumlah 15 orang bidan
• Adanya mahasiswa PSIK FK UNSRI yang sedang praktek di wilayah kerja
Puskesmas Tebing Gerinting
b. Weakness
• Lokasi Puskemas sulit dijangkau (1,8 km dari jalan raya)
• Terlalu luasnya cakupan wilayah kerja Puskesmas Tebing Gerinting
• Dokter yang bertugas di Puskesmas jarang ada di Puskesmas
• Belum adanya kegiatan – kegiatan berikut di program KIA KB :
1. Persalinan / pendampingan persalinan
2. Pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal
3. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak usia pra
sekolah di taman kanak-kanak.
c. Opportunity
• Adanya acuan program Puskesmas dari Departemen Kesehatan Tingkat Propinsi
di Sumatera Selatan
• Adanya dukungan dari masyarakat yang berperan aktif
• Adanya dukungan dari pemerintah
d. Threathened
Ada banyak bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas yaitu 1695 jiwa

IV.2. Saran
1. Perbanyak kegiatan di luar Puskesmas karena jarak Puskesmas yang jauh
menyebabkan penduduk malas ke Puskesmas
2. Membuat posko tumbuh kembang bayi dan balita dengan bekerjasama dengan
tiap Pokjakes dan Kader-Kader di tiap desa.
3. Membuat jadwal penyuluhan secara rutin untuk tiap-tiap program
4. Mengajarkan stimulasi tumbuh kembang balita di tiap posko tumbang tiap desa

DAFTAR PUSTAKA

Dep Kes RI. 2002. Pedoman Kerja Puskesmas. Jakarta; Departemen Kesehatan RI
Puskesmas Tebing Gerinting. 2007. Profil Puskesmas Tebing Gerinting. Indralaya; Tidak
diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai