Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PENDAHULUAN

Praktik Profesi Stase Keperawatan Jiwa

DEFISIT KESEHATAN KOMUNITAS

Oleh:
Helen Juwita Rahayu Putri
NIM. 12345578

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep pendekatan dalam upaya penanganan kesehatan penduduk mengalami

banyak perubahan sejalan dengan pemahaman dan pengetahuan kita bagaimana suatu

masyarakat menghayati dan menghargai bahwa kesehatan itu merupakan “Human

Capital” yang sangat besar nilainya. Konsep sehat–sakit senantiasa berubah sejalan

dengan pemahaman kita tentang nilai, peran, penghargaan dan pemahaman kita

terhadap kesehatan. Dimulai pada zaman keemasan Yunani bahwa sehat merupakan

keadaan standard yang harus dicapai dan dibanggakan, sedangkan sakit sebagai

sesuatu yang tak bermanfaat. Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit, batasan

sehat juga berubah, seseorang disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan

secara seksama tidak ditemukan penyebab penyakit. (Sumampouw, 2017).

World Health Organization (WHO) tentang sehat sebagai keadaan sehat

sejahtera fisik mental sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan, dan

tahun delapan puluhan kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti

yang tertera dalam Undang- Undang Kesehatan Republik Indonesia No 23 tahun 1992

telah memasukkan unsur hidup produktif sosial dan ekonomi.

Berbicara mengenai kesehatan tentunya kita tidak terlepas dari definisi klasik

WHO tentang kesehatan yaitu “Keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial dan

tidak sedang menderita sakit atau kelemahan”. Mengapa WHO memasukkan istilah

sosial? Sosial berarti “Hidup bersama dalam kelompok dengan situasi yang saling

membutuhkan satu dengan yang lain”.Kesehatan yang optimal bagi setiap individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya

keperawatan komunitas, yang lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan


dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan keperawatan, dengan

tidak melupakan upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi yang

sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit.

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan, serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar

keahliannyadalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam

mengatasi berbagai masalah keperawatan kesehatan yang dihadapinya dalam

kehidupan sehari-hari. Perawat sebagai orang pertama dalam tatanan pelayanan

kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat relevan dengan kebutuhan

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehat secara sosial meupakan hasil dari

interaksi positif di dalam komunitas. Kesehatan manusia berubah-ubah bergantung

pada stressor yang ada dan kemampuannya untuk mengatasi masalah serta

memelihara homeostasis. Setiap manusia mempunyai rentang yang terdiri dari dua

kutub yaitu keadaan sehat optimal dan keadaan sakit.

Keadaan sakit dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang buruk, perilaku

bersih masyarakat yang buruk, dan kurang sehat ditengarai menjadi penyebab

masalah penyakit dikomunitas. Contoh masalah kesehatan anak usia sekolah seperti

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), gizi kurang, stunting, resiko demam

berdarah dengue dan infeksi saluran pernafasan akut. Untuk usia remaja, masalah

kesehatan yang dialami seperti resiko perilaku seks bebas, merokok, gizi lebih /

obesitas, resiko HIV dan NAPZA.

Sementara masalah kesehatan pada usia dewasa zang dikaju terdiri dari

hipertensi, asam urat, TB paru, Diabetes melitus, stroke. Dan masalah kesehatan pada

ibu hamil dan menyusui serta lansia adalah gangguan psikososial, gangguan
mobilitas, resiko jatuh, inkontenensia urine, gangguan istirahat dan tidur, asam urat,

hipertensi dan diabetes melitus.

Terdapat berbagai faktor penyebab kurangnya kesadaran penerapan PHBS.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia dan tingkat pengetahuan

dengan menerapan hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga. Hasil penelitian lain

menunjukkan pengetahuan, sikap, personal hygiene, sarana air bersih, dan kebersihan

alat makan dengan berhubungan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat

(Fuady et al., 2020).

Peningkatan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan sangat

dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mampu menjalankan perilaku hidup bersih dan

sehat sehari-hari. Perilaku sehat yang dijalankan setiap harinya mampu melindungi

seseorang dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi dan menular. Salah satu

penyakit infeksi yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah virus corona atau yang

biasa disebut dengan covid-19.

Pandemi covid-19 yang melanda indonesia sejak maret 2020 silam

menyebabkan perubahan diberbagai aspek kehidupan, terutama sangat berpengaruh

signifikan di aspek kesehatan masyarakat. Sehingga, pelaksanaan program-program

bidang kesehatan ini terfokus pada penanganan Covid-19. Covid-19 menuntut untuk

melakukan perubahan, baik dalam hal cara berpikir, cara berperilaku, dan cara

bekerja. Tantangan selanjutnya adalah cara berpikir dan berperilaku yang dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan tangguh terhadap ancaman penyakit

termasuk dari penyakit hari esok.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah seperti terapkan 3M

(Mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak), serta adanya PPKM atau

pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat yang sebelumnya diperkenalkan


pemerintah dengan sebutan PSSB / pembatasan sosial berskala besar yang mulai

diberlakukan pada tanggal 17 April 2020, serta adanya vaksinasi COVID-19. Upaya

pencegahan terhadap penyakit yang paling utama dan merupakan upaya pencegahan

primer adalah berbagai kegiatan manusia dan perilaku manusia yang harus dilakukan

oleh keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil yang dikenal sebagai Program

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sehingga penting melaksanakan pengkajian

berkaitan dengan sikap serta perilaku PHBS masyarakat dengan pendekatan asuhan

keperawatan kesehatan komunitas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Definisi Defisit Kesehatan Komunitas?

2. Apa saja Etiologi Defisit Kesehatan Komunitas?

3. Bagaimana Tanda dan Gejala Defisit Kesehatan Komunitas?

4. Bagaimana Proses Penyakit Defisit Kesehatan Komunitas?

5. Bagaimana Rentang Respon Defisit Kesehatan Komunitas?

6. Apa saja Pemeriksaan Dasar dan Penunjang Defisit Kesehatan Komunitas?

7. Bagaimana Diagnosis Medis Yang Terkait dengan Defisit Kesehatan

Komunitas?

8. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Defisit Kesehatan Komunitas

9. Bagaimana Komplikasi dan Prognosis Defisit Kesehatan Komunitas?

10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Defisit Kesehatan Komunitas?

1.3 Tujuan

A. Tujuan umum

Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan

defisit kesehatan komunitas.


B. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui Definisi Defisit Kesehatan Komunitas

2. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Kesehatan Komunitas

3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Kesehatan Komunitas

4. Untuk mengetahui Proses Penyakit Defisit Kesehatan Komunitas

5. Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Kesehatan Komunitas

6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Dasar dan Penunjang Defisit

Kesehatan Komunitas

7. Untuk mengetahui Diagnosis Medis Yang Terkait dengan Defisit

Kesehatan Komunitas

8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Defisit Kesehatan

Komunitas

9. Untuk mengetahui Komplikasi dan Prognosis Defisit Kesehatan

Komunitas?

10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Defisit Kesehatan

Komunitas?

1.4 Manfaat

Sebagai sarana melatih kemampuan mahasiswa dalam menulis asuhan

keperawatan defisit kesehatan komunitas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Defisit Kesehatan Komunitas

Defisit Kesehatan Komunitas dimana terdapat masalah kesehatan atau faktor

resiko yang dapat menggangu kesejahteraan suatu kelompok (SDKI, 2016)

2.2 Etiologi Defisit Kesehatan Komunitas

Etiologi Defisit Kesehatan Komunitas Menurut (SLKI, 2016) :

1. Hambatan akses ke pemberi pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu komponen dalam sistem kesehatan

nasional yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dalam undang-

undang nomor 36/ 2009 tentang kesehatan, dijelaskan bahwa definisi dari

fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, kuratif, preventif

dan rehabilitatif.

UU 36/2009 juga memberikan gambaran bahwa pelayanan kesehatan yang

bersifat promotif dan preventif bertujuan untuk menginformasikan kepada

masyarakat tentang pola hidup sehat dan mencegah terjadinya permasalahan

kesehatan masyarakat atau penyakit. Sedangkan pelayanan kesehatan yang

bersifat kuratif dan rehabilitatif berorientasi pada penyembuhan dan

pengobatan suatu penyakit serta mengembalikan bekas penderita ke dalam

masyarakat.

Secara umum akses dapat dibagi menjadi beberapa aspek, antara lain: akses

geografis, ekonomi dan sosial. Akses geografis dapat dideskripsikan sebagai

kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan yang diukur dengan jarak, lama

perjalanan, jenis transportasi, infrastruktur jalan. Akses ekonomi lebih


menekankan kepada kemampuan masyarakat untuk mengalokasikan

kemampuan finansialnya dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Sedang

akses sosial lebih pada masalah komunikasi, budaya, keramahan, dan

kepuasan pelayanan (Laksono, 2016). Akses pelayanan kesehatan seringkali

dilihat hanya dari perspektif pemberi pelayanan saja, sementara akses dari sisi

masyarakat sebagai pengguna kurang terperhatikan. Penelitian tentang akses

pelayanan kesehatan dari perspektif pengguna dirasakan masih sangat kurang.

Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dari sisi akses memerlukan perspektif

yang lengkap dari dua sisi yang berbeda ini (Higgs, Bayne & Murphy, 2001)

(Leach, Wiese, Agnew & Thakkar, 2018).

Kondisi geografis Indonesia yang mempunyai banyak wilayah dengan

karakteristik yang beragam, menghadapi tantangan tersendiri dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tidak dapat dipungkiri, beberapa

permasalahan kesehatan masyarakat yang tidak kunjung selesai, salah satunya

adalah permasalahan akses (Mubasyiroh, Nurhotimah & Laksono, 2016).

Contoh dari fenomena ini adalah pada program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), dimana Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

di beberapa wilayah masih cukup tinggi. Banyak penelitian yang menyatakan

bahwa angka kejadian AKI dan AKB tinggi dikarenakan salah satu faktornya

adalah akses yang sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Suraya et

al., 2016)

2. Keterbatasan sumber daya

Tidak seimbangnya antara kebutuhan manusia dengan komoditasnya

menyebabkan terjadinya masalah kelangkaan sumber daya. Kelangkaan

sumber daya merupakan kondisi dimana barang yang digunakan untuk


memuaskan kebutuhan jumlahnya tidak seimbang dengan kebutuhan yang

harus dipenuhi. Sumber daya yang sulit diperoleh sebagai barang kebutuhan

manusia disebut sumber daya langka atau terbatas dan dibedakan menjadi 3

jenis, yaitu :

a. Sumber daya alam

Sumber daya alam dikatakan terbatas apabila sumber daya alam

tersebut tidak bisa diperbaharui, contoh : bahan tambang seperti emas,

nikel, perak dan lain-lain

b. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia atau tenaga kerja bisa menjadi terbatas apabila

gaji yang tersedia semakin sedikit

c. Sumber daya modal

Modal dikatakan terbatas sebab untuk mendapatkannya diperlukan

pengorbanan dalam bentuk biaya. Modal tidak hanya berbentuk uang

tetapi juga bisa berbentuk barang.

3. Program tidak memiliki anggaran yang cukup

Salah satu pendukung keberhasilan dari suatu organisasi dalam mencapai

tujuan adalah adanya sumber dana. Sumber dana yang dimaksud dalam

organisasi merupakan anggaran. Anggaran merupakan alat perencanaan

sekaligus alat pengendalian pemerintahan. Anggaran sebagai alat perencanaan

mengindikasikan target yang harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan

anggaran sebagai legislatif untuk dibelanjakan. Anggaran telah dibuat dapat

berperan sebagai pengendali kegiatan pemerintah.

Salah satu penyebab utama penyerapan anggaran terlambat adalah karena unit

perencanaan serta pelaksanaan dalam pengadaan barang dan jasa tidak


berkoordinasi dengan baik karena rencana anggaran belanja tidak tersusun

dengan rapi. Suatu instansi dapat dikatakan melaksanakan tugas dan pokok

fungsinya dengan baik apabila dapat menyerap 100% anggaran pemerintah,

meskipun hasil dari program tersebut masih jauh dari standar tingkat

keberhasilan suatu instansi pemerintah, dapat diukur baik pada input

(masukan) dari program, ditekankan pada keluaran, proses, manfaat dan

dampak. Selama anggaran baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah memiliki kelemahan yang cukup memprihatinkan.

4. Program tidak atau kurang didukung komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas sebagai tidakan untuk meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintergrasikan

keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan

masyarakat. Praktik yang dilakukan komprehensif dan umur serta tidak

terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada

perawatan yang bersifat episodik (Effendi & Makhfudli, 2018)

Setiap program pengembangan masyarakat yang dilakukan di suatu komunitas

harus merupakan keputusan bersama warga masyarakat dan didukung oleh

kebijakan pemerintah lokal. Keadaan yang kondusif, dan partisipasi warga

yang semakin meningkat dalam jangka panjang akan mempengaruhi dan

menguntungkan penyelenggaraan. Seperti halnya dalam penyelenggaraan

vaksinasi covid-19 pandemic di tahun ini. Dengan demikian, dalam konteks

pemberdayaan dan partisipasi warga masyarakat sangat erat “keterkaitan”

antara pengembangan masyarakat dan program. (Ninuk Purnaningsih, (2016).


5. Komunitas kurang puas dengan program yang dijalankan

Pada tahun 1972/1973 World Health Organization (WHO) mengadakan studi

dan mendapatkan hasil jika banyak negara-negara yang tidak puas atas sistem

sistem kesehatan yang di jalankan dinegaranya dan muncul lah isu tentang

kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah-daerah pedesaan.

Konsep Primary Health Care (PHC) atau yang disebut dengan pelayanan

kesehatan pertama dikenalkan pertama kali didunia pada deklarasi Alma-Ata

pada tahun 1978 yang menjadi sejarah pada kesehatan global didunia. 40tahun

setelah kejadian ini diadakan konferensi global tentang PHC untuk

memperbarui konsep yang ada dalam meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan untuk semua masyarakat.

Dalam konsep terbaru, PHC menjelaskan komponen-komponen PHC,

gambaran-gambaran bagaimana mempromosikan kesehatan, kesetaraan dan

efisiensi yang dilakukan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Ini

menjelaskan bagaimana PHC seleras dalam berkontribusi untuk Suistainable

Development Goals (SDGs) dan Universal Health Converage (UHC).

Pendekatan yang dilakukan oleh PHC menggunakan system kesehatan

bersama-sama dengan sector lain untuk berkontribusi dalam memberdayakan

masyarakat melalui peningkatan informasi pendidikan dan kesehatan yang

optimal (M.Agung Akbar, 2019).

6. Program tidak memiliki rencana evaluasi yang optimal

Evaluasi ialah merupakan suatu alat dari berbagai cabang ilmu pengetahuan

untuk menilai, menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan terhadap

penerapan ilmu pengetahuan dalam praktek profesi. Karena itu ilmu evaluasi
ada diberbagai cabang ilmu pengetahuan. Adapun indikator atau kriteria

evaluasi yang dikembangkan oleh Dunn (2018) antara lain :

1) efektifitas yaitu apakah hasil yang di inginkan telah tercapai. 2) kecukupan

yaitu sejauh mana hasil yang diperoleh dapat memecahkan masalah. 3)

penerapan, apakah biaya dan manfaat dapat disalurkan kepada kelompok

masyarakat yang berbeda secara merata. 4) responsibilitas, apakah hasil dari

kebijakan mengandung preferensi/ nilai yang dapat memuaskan mereka dan 5)

ketetapan, yaitu apakah pencapaian dapat bermanfaat. Misalnya : program

bantuan operasional sekolah (BOS) bertujuan untuk melaksanakan

demokratisasi pendidikan dan keluarga miskin dapat menyekolahkan anaknya

tanpa membayar. Program BOS dievaluasi untuk mengukur apakah program

tersebut menimbulkan demokratisasi pendidikan dan keluarga miskin dapat

menyekolahkan anaknya secara gratis.

7. Program tidak memiliki data hasil yang memadai

Agar rencana dan program yang disusun oleh unit kerja perencanaan ditingkat

provinsi, maupun ditingkat kabupaten/ kota dapat mencapai sasaran maka

peranan data sangatlah penting. Data tentang situasi dan kondisi, kelebihan

dan kekurangan program yang sedang dijalankan merupakan suatu yang harus

dijadikan titik tolak rencana dan program tersebut, sehingga dapat dicegah

terjadinya rencana dan program yang sulit dilaksanakan.

Selama ini, banyak data tentang pelaksanaan program yang dilakukan oleh

perencana pendidikan ditingkat provinsi maupun ditingkat kabupaten/kota

yang telah terkumpul, namun belum digunakan sesuai dengan kebutuhan, oleh

karena itu data yang terkumpul tidak dilakukan pengolahan dan analisis data

maka data tersebut menjadi kurang bermanfaat, diperlukan suatu rangkaian


kegiataan pendataan yang sistematis sehingga data yang ada akan diolah

menjadi informasi yang bermanfaat bagi pendidikan, kesehatan atau semua

pihan stakholder yang memerlukan.

8. Program tidak mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas

Diawal tahun 2020 ini, dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi berat dengan

penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari china kepada

World Health Organization (WHO) terdapat 44 pasien pneumonia yang berat

disuatu wilayah yaitu kota wuhan. (Dian Handayani, 2020)

Pemerintah terus berupaya menekan laju peningkatan penularan COVID-19,

disisi lain pemerintah juga menanggulangi dampak yang timbul akibat

pandemi ini, salah satunya dibidang ekonomi. Sebab, keselamatan dan

ketahanan ekonomi masyarakat merupakan proiritas utama. Di masa yang

penuh tantangan saat ini, pekerjaan kesehatan masyarakat perlu mendapatkan

dukungan global melalui otorisasi dan konsultasi global untuk beroperasi

secara eketif. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar

225.700 orang meninggal akibat merokok atau penyakit terkait tembakau

lainnya di Indonesia setiap tahun (WHO, 2020).

2.3 Tanda dan Gejala Defisit Kesehatan Komunitas

Tanda dan gejala Mayor dan Minor (SDKI, 2016)

1. Terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas

Berbagai permasalahan kesehatan yang dialami komunitas (Yasinta, 2020) :

Masalah khusus yang timbul pada lansia adalah karena mereka tidak mampu

menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik. Secara garis besar

menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai

berikut :
a. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

(penghasilan) keluarga

b. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia

e. Membentuk pengaturan fisik yang memuaskan

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luas

Sedangkan pada balita masalah yang terjadi adalah stunting. Dampak yang di

timbulkan dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang.

1. Dampak jangka pendek

a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian

b. Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak

optimal, dan

c. Peningkatan biaya kesehatan

2. Dampak jangka panjang

a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek

dibandingkan pada umunya)

b. Meningkatnya resiko obesitas dan penyakit lainnya

c. Menurunnya kesehatan reproduksi

d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa

sekolah dan

e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal


2. Terdapat faktor resiko fisiologis dan atau psikologis yang menyebabkan

anggota komunitas menjalani perawatan

Perubahan fisiologis pada lansia umunya tergantung pada persepsi pribadi atau

kemampuan fungsi tubuh lainnya, lansia yang memiliki kegiatan harian/ rutin

biasanya menganggap dirinya sehat sedangkan lansia memiliki gangguan fisik,

emosi atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.

Perubahan fisiologis pada lansia beberapa diantaranya : kulit kering, penipisan

rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran lendir,

penurunan curah jantung dan lain sebagainya. Perubahan tubuh terus menerus

terjadi seiring dengan bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan,

gaya hidup, stresor dan lingkungan.

Perubahan psikologis selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi

kehidupan dan kehilangan, semakin panjang usia seseorang maka akan

semakin banyak pula transisi kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup

yang mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun

dan perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan

kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.

3. Tidak tersedia program untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan

komunitas

Tingkat kesehatan sebuah negara menunjukkan kualitas sebuah negara dalam

memberdayakan warganya. Hal ini juga dilakukan pemerintah indonesia

dengan menyediakan berbagai program kesehatan untuk membantu

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan. Sejak 2014 pemerintah

indonesia telah menjalankan program indonesia sehat sebagai bentuk promosi

layanan kesehatan berkualitas. Selain itu, program tersebut dibentuk untuk


mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk mendapatkna tingkat kesehatan

tertinggi.

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat

berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi

dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa tejadi apabila

masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil

dinilai sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau

masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai

subjek. Disini subjek merupakan motor penggerak dan bukan penerima

manfaat atau obyek saja. (Vincentius Dimas Sanubar, 2021).

Jadi tidak tersedianya program pemberdayaan dalam proses perbaikan

kehidupan masyarakat yang nantinya akan mengubah kondisi masyarakat

menjadi kurang baik. Ketika berbicara kehidupan masyarakat, banyak perihal

yang nantinya berubah yakni meliputi pola pikir, pola tindakan,

perekonomian, dan sebagainya

Kemandirian (self-reliance) adalah suatu konsep yang sering dihubungkan

dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam konsep ini

program-program pembangunan dan pemberdayaan dirancang secara

sistematis agar individu ataupun masyarakat menjadi subyek dari

pemberdayaan tersebut.

Nilai-nilai kemandirian yang dimiliki individu akan menjadi sempurna apabila

didukung oleh sifat-sifat kemandirian yang meliputi: mandiri psikososial,

kultural dan ekonomi, disiplin prakarsa dan wirausaha, kepemimpinan dan

orientasi dalam persaingan. Pada konteks dunia kerja mandiri atau


kemandirian muncul sering dengan berkembangnya orientasi kerja, yang

mengarah pada sikap wirausaha atau wiraswasta

Menurut mustofa menyebutkan ciri-ciri kemandirian adalah sebagai berikut :

a. Mampu menentukan nasibnya sendiri, segala sikap dan tindakan yang

sekarang atau yang akan datang dilakukan oleh kehendak sendiri dan

bukan karena orang lain atau tergantung pada orang lain.

b. Mampu mengendalikan diri, yakni untuk meningkatkan pengendalian

diri atau adanya kontrol diri yang kuat dalan segala tindakan, mampu

memilih jalan hidup yang baik dan benar.

c. Bertanggung jawab, yakni kesadaran yang ada dalam diri seseorang

bahwa setiap tindakan akan mempunyai pengaruh terhadap orang lain

dan dirinya sendiri. Dan bertanggung jawab dalam melaksanakan

segala kewajiban baik itu belajar maupun melakukan tugas-tugas rutin.

d. Kreatif dan inisiatif kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif

dan inisiatif sendiri dan menghasilkan ide0ide baru.

e. Mengambil keputusan dan mengatasi masalah sendiri, meiliki

pemikiran, pertimbangan, pendapatan sendiri dalam mengambil

keputusan yang dapat mengatasi masalah sendiri serta berani

menghadapi resiko terlepas dari pengaruh atau bantuan dari pihak lain

4. Tidak tersedia program untuk mencegah masalah kesehatan komunitas

Corona virus merupakan virus yang menyebabkan infeksi covid-19. Infeksi

pertama kali di identifikasi pada bulan desember 2019 di Wuhan, China,

corona virus mempunyai sifat sangat mudah menular sehingga dalam waktu

singkat infeksi menyebar ke seluruh dunia dan menimbulkan pandemi global

(Wu, Chen, & Chan, 2020). WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi
dunia dan Pemerintah Indonesia menetapkan sebagai bencana non alam

berupa wabah penyakit yang perlu dilakukan penanggulangan terpadu melalui

beberapa langkah termasuk keterlibatan seluruh komponen masyarakat

(Kemenkes RI, 2020).

Tanggung jawab pencegahan penularan adalah tanggung jawab bersama

pemerintah dan masyarakat. Masyarakat dan pihak non-pemerintah dapat

berpartisipasi dalam berbagai bentuk kerelawanan dalam penanggulangan

bencana dan pengurangan risiko (Mendes RI, 2020). Tenaga Relawan covid-

19 termasuk salah satu unsur yang terlibat dalam pengendalian pencegahan

penularan virus corona ini. Sebagai tenaga relawan maka harus memahami

bagaimana penularan virus corona dan tindakan untuk mencegah penularan

tersebut.

Pengendalian covid-19 memerlukan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial

(DKJPS) atau Mental Health and Psychosocial Support (MHPSS) untuk

mengurangi masalah kesehatan jiwa yang muncul akibat pandemi ini guna

melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis dan atau mencegah

serta mengendalikan masalah kesehatan jiwa (Dr.Bambang Wibowo, SpoG,

MARS, dkk 2020).

Prevensi covid-19 adalah sebagai berikut :

a. Cuci tangan secara rutin. Gunakan sabun dan air atau cairan pembersih

tangan berbahan alkohol

b. Selalu jaga jarak aman dengan orang yang batuk atau bersin

c. Kenakan masker jika pembatasan fisik tidak dimungkinkan

d. Jangan sentuh mata, hidung atau mulut

e. Saat batuk atau bersin, tutup mulut atau hidung


f. Jangan keluar rumah jika merasa tidak enak badan

g. Jika deman, batuk atau kesulitan bernafas, segera cari bantuan medis

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah pusat/ wilayah untuk memutus

rantai penyebaran covid-19, diantaranya :

1. Strategi umum

a. Pembentukan STPC-19

b. Kampanye protokol kesehatan

c. Rp. 87,55 T untuk kesehatan

2. Sektor kesehatan

a. Revisi ke 5 pedoman pencegahan dan penanganan covid-19

b. Perlindungan tenaga medis

c. Penentuan jenis vaksin

d. Pembatasan tarif tertinggi tes rapid dan PCR

3. Sektor pendidikan

a. Izin pembelajaran tatap muka secara bertahap

b. Edukasi protokol kesehatan dalam pembelajaran

4. Sektor keagamaan

a. Pengaturan perayaan idul adha saat pandemi

b. Persyaratan ketat ibadah umrah

5. Sektor lain

a. Perketat perjalanan dinas ASN

b. Pengendalian covid-19 bidang pariwisata dan ekonomi kreatif


5. Tidak tersedia program untuk mengurangi masalah kesehatan komunitas

Tidak tersedianya program untuk mengurangi masalah kesehatan komunitas

dapat mengakibatkan status kesehatan dan gizi masyarakat memburuk

terutama dalam mencegah penyebaran Covid-19. Kurangnya kesadaran

masyarakat dalam menerapkan 5M, kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang adanya covid-19, kurang terciptanya sarana dan prasarana yang

memadai serta fasilitas kesehatan yang susah dijangkau untuk masyarakat

yang berada dipedalaman.

Untuk mencapai suatu kemandirian pada manusia ataupun masyarakat baik itu

pada aspek kemandirian ekonomi ataupun perilaku, untuk itu diperlukan suatu

cara yang tepat. Dalam hal ini pengembangan sumber daya manusia Indonesia

dirasakan perlu dilakukan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan agar

terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh, berwawasan dan

mempunyai keunggulan serta keterampilan sehingga akan mencapai suatu

kemandirian pada diri masyarakat itu sendiri. Terkait dengan hal ini upaya

pemerintah dalam membangun dan mengembangkan kualitas manusia melalui

pembangunan dalam bidang pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur

pendidikan yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal yang saling

melengkapi dan memperkaya (Shomedran, 2018)

Salah satu bentuk dari program pendidikan luar sekolah adalah melakukan

berbagai program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan

keterampilan, pemberdayaan pemuda, pemberdayaan masyarakat, pelatihan

dan lain-lain. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

komunitas Bank Sampah diantaranya yaitu melakukan kegiatan daur ulang

sampah, pemberian keterampilan dan pelatihan, penabungan sampah dan lain-


lain. Dalam pelaksanaannya tentu ada cara yang dilakukan dalam kegiatan

pemberdayaan yang dilakukan oleh Bank Sampah terkait dengan persampahan

dan lingkungan serta pendidikan dan pemahaman masyarakat akan lingkungan

untuk mencapai kemandirian warga secara ekonomi ataupun perilaku.

(Shomedran, 2018)

6. Tidak tersedia program untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas

Setidaknya sepertiga anak diseluruh dunia atau 463 juta anak mengalami

kesulitan mengakses pembelajaran jarak jauh setelah kegiatan disekolah

dihentikan akibat COVID-19. Hal ini diungkapkan UNICEF. Angka-angka

yang disajikan didalam laporan menyiratkan rendahnya akses kepada

pembelajaran jarak jauh, namun UNICEF memperingatkan bahwa situasi

sesungguhnya bisa jadi lebih memprihatinkan. Ada kemungkinan

pembelajaran jarak jauh tidak dapat di ikuti oleh anak-anak yang memiliki

perangkat belajar dirumah sekalipun. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,

seperti kewajiban melakukan tugas-tugas dirumah, anak terpaksa bekerja,

lingkungan belajar yang kurang kondusif dan anak kekurangan dukungan

memanfaatkan kurikulun daring atau materi yang disiarkan.

Edukasi merupakan hal yang sangat penting diera new normal saat ini,

pemerintah terus melakukan upaya pencegahan, tindakan dan edukasi terkait

pandemi covid-19. Edukasi menjadi hal yang sangat penting untuk membuat

masyarakat semakin pahan tentang protokol kesehatan untuk pencegahan virus

corona.

2.4 Proses Penyakit Defisit Kesehatan Komunitas

Penyakit yang paling banyak ditemukan dikomunitas adalah arthritis gout, yang

biasanya dialami oleh lansia. Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan
oleh pembentukan berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat, ataupun keduanya.

Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin

menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut: Sintesis purin melibatkan dua

jalur, yaitu jalut de novo dan jalur penghematan (salvage pathway) (Aspiani, 2014).

1. jalur de novo melibatkan sintetsis purin dan kemudian asam urat melalui

prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah

melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purim (asam inosinat, asam

guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh rangkaian mekanisme

yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:

5-fosforibosilpirofosfat (PRPP), sintetase dan amido-fosforibosiltransferase

(amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida

purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang

berlebihan.

2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotidapurin melalui basa

purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini

tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas

(adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk

prekusor nukleotida purin dan asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua

enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin

fosforibosiltransferase (APRT).

3. Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara

bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian

kecil asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan

dikeluarkan melalui urin.


4. Pada penyakit Gout, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme

(pembentukan dan ekskresi) dan asam urat tersebut, meliputi:

a. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.

b. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal

c. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor

(yang meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin

(karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang

berperan)

d. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.

e. Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan

asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang

kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal.

Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk

kristal monosodium urat

2.5 Rentang Respon Defisit Kesehatan Komunitas

Tingkatan ansietas :

1. Ansietas Ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-

hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan waspada.

Orang yang mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan

kreativitas. Respons-respons fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan

adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi,

muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung. Respons

kognitif orang yang mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang

melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada


masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons

perilaku dan emosi dari orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat

duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

2. Ansietas Sedang

Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan

memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-

hal lain. Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah

sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut kering, anoreksia,

diare, konstipasi dan gelisah. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas

sedang adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit

diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku

dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur,

dan perasaan tidak aman.

3. Ansietas Berat

Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung

memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit berpikir

realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian

pada area lain. Respons-respons fisiologis ansietas berat adalah napas pendek,

nadi dan tekanan darah darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala,

penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respon kognitif pada orang

yang mengalami ansietas berat adalah lapang persepsi sangat sempit dan tidak

mampu untuk menyelesaikan masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya

terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.

4. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah

mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit

melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-

respons fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat,

hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respons-

respons kognitif penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat pendek

sekali dan tidak mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya

terlihat agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak,

blocking, kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau (Herry

Zan Pieter, 2019)

2.6 Pemeriksaan Dasar dan Penunjang Defisit Kesehatan Komunitas

1. Foto thoraks

2. Darah lengkap

3. GDA bila pasien mempunyai riwayat DM

4. Serum asam urat, Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini

mengindikasi hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau

gangguan ekskresi

5. Analisis gas darah bila sesak

6. Asam laktat serum dan CRP

7. Rapid test antibody/ swab PCR


8. CT-Scan toraks bila memungkinkan dapat dilakukan bila terdapat keraguan

pada rontgen thoraks

9. Radiografi Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak

dapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang

progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di

bawah sinavial sendi.

2.7 Diagnosis Medis Yang Terkait Defisit Kesehatan Komunitas

1. Hipertensi pada lansia

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu peningkatan abnormal

tekanan dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu

periode. Hal ini terjadi jika arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole

membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding

arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut

dapat menyebabkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,2019)

Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg.

Pada lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan

tekanan distoliknya ≥ 90 mmHg (Brunner & Sudarth, 2001 dalam Aspiani,

2014).

Menurut Nurhidayat (2015) hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang

abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90

mmHg. Pada lanjut usia peningkatan tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan

tekanan diastolik diatas 90 mmHg.


2. Stunting pada balita

Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan

adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam

mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting

mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata

IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).

Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut

TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh

yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada

anak juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah

perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan

adanya ketidakseimbangan fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani,

2014).

Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima

tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga awal

bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun

(Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan masalah

kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga muncul gangguan

pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil)

dari standar usianya (Schmidt, 2014).

3. Gizi buruk pada balita

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan

menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi


kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Balita disebut gizi buruk

apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) kurang dari -3 SD

(Kemenkes, 2011). Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis

yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi

buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun

(Wiku A, 2016).

4. Merokok

Indonesia mengalami peningkatan terbesar perilaku merokok yang cenderung

dimulai pada usia yang semakin muda. Pada usia 10 _ 14 tahun, terdapat 2,0%

remaja yang merokok, 0,7% di antaranya merokok setiap hari dan 1,3%

perokok kadang-kadang dengan rerata konsumsi 10 batang rokok per hari.

Proporsi penduduk menurut usia mulai merokok untuk kelompok usia muda (5

sampai 9 tahun) yang tertinggi adalah di Papua (3,2%), sekitar 30 kali lebih

besar dibandingkan dengan angka nasional (0,1%)

Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris.

Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Hal itu

berarti ada pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi.

Perilaku merokok biasanya dimulai pada masa remaja meskipun proses

menjadi perokok telah dimulai sejak kanak-kanak. Masa remaja juga

merupakan periode penting risiko untuk pengembangan perilaku merokok

jangka panjang (Purnawanti, 2018)

5. Penyalagunaan narkoba

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya

(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA

(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat


kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif

dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta

masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,

konsekuen dan konsisten.

Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi

sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai

dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi

atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur

antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis

perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai

bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi

muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya

penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, melalui upaya Promotif, Preventif,

Terapi dan Rehabilitasi.

Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu

sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat

dibidang kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini

perlu dikembangkan secara lebih profesional, sehingga menjadi salah satu

pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

6. Penyakit menular seksual

Penyakit kelamin ( veneral disease ) sudah lama di kenal dan beberapa di

antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrea. Dengan

semakin majunya ilmu pengetahuan ,dan semakin banyaknya penyakit-

penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi

Sexually Transmitted Diseases ( STD ) atau Penyakit Menular Seksual (PMS).


Kemudian sejak 1998, istilah Sexually Transmitted Diseases (STD) mulai

berubah menjadi Infeksi menular seksual (IMS) agar dapat menjangkau

penderitaan asimptomatik. (Marviana, 2017)

Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular

dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik

hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis

kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan

penyakit kelamin. Sehingga kelainan ditimbulkan tidak hanya terbatas pada

daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra genital. Kelompok umur

yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS adalah kelompok remaja

sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).

7. ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat

pada saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah. Infeksi akut ini

menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai

alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes

RI, 2019). Menurut WHO, ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau

bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum

penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai

penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,

faktor lingkungan, dan faktor pejamu (Ching et al., Bulletin WHO 2017).

8. COVID-19

Di awal tahun 2020 ini, dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi berat

dengan penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari Cina

kepada World Health Organization (WHO) terdapatnya 44 pasien pneumonia


yang berat di suatu wilayah yaitu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China,

tepatnya di hari terakhir tahun 2019 Cina. Dugaan awal hal ini terkait dengan

pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lain. Pada 10

Januari 2020 penyebabnya mulai teridentifikasi dan didapatkan kode

genetiknya yaitu virus corona baru. (WHO, 2020)

Patogenesis infeksi COVID-19 belum diketahui seutuhnya. Pada awalnya

diketahui virus ini mungkin memiliki kesamaan dengan SARS dan MERS

CoV, tetapi dari hasil evaluasi genomik isolasi dari 10 pasien, didapatkan

kesamaan mencapai 99% yang menunjukkan suatu virus baru, dan

menunjukkan kesamaan (identik 88%) dengan batderived severe acute

respiratory syndrome (SARS)- like coronaviruses, bat-SL-CoVZC45 dan bat-

SLCoVZXC21, yang diambil pada tahun 2018 di Zhoushan, Cina bagian

Timur, kedekatan dengan SARS-CoV adalah 79% dan lebih jauh lagi dengan

MERS-CoV (50%). (WHO, 2020)

2.8 Penatalaksanaan Medis Defisit Kesehatan Komunitas

Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi WHO yaitu: identifikasi

pasien segera dan pisahkan pasien dengan severe acute respiratory infaction (SARI)

dan dilakukan dengan memperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi

(PPI) yang sesuai, terapi suportif dan monitor pasien, pengambilan contoh uji untuk

diagnosis laboratorium, tata laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau gagal

nafas dan acute respiratory distress syndrome (ARDS), syok sepsis dan kondisi kritis

lainnya. Terapi oksigen sesuai derajat penyakit mulai dari nasal kanul oksigen,

masker oksigen dan masker non rebirthing. Bila dicurigai terjadi infeksi ganda

diberikan antibiotic spectrum luas. Bila terdapat kebutukan klinis atau penurunan

kesadaran pasien akan dirawat diruang isolasi intensif (ICU).


2.9 Komplikasi dan Prognosis Defisit Kesehatan Komunitas

a. Hipertensi

Hipertensi yang tidak di tanggulangi lama-kelamaan akan menyebabkan

rusaknya arteri didalam tubuh dan rusaknya organ yang mendapat suplai darah

dari arteri tersebut. Wijaya&Putri (2014) menyimpulkan komplikasi hipertensi

terjadi pada organ-organ tubuh, diantanya :

1) Jantung

Hipertensi dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung dan penyakit

koroner. Individu yang menderita hipertensi, beban kerja jantung akan

meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya

yang disebut dekompensasi. Sehingga mengakibatkan jantung tidak

lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairan yang tertahan di

paru dan jaringan tubuh yang menyebabkan sesak napas atau odema.

Keadaan ini disebut gagal jantung.

2) Otak

Komplikasi hipertensi pada bagian otak dapat mengakibatkan resiko

stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

3) Ginjal

Hipertensi dapat menyebabkan rusaknya ginjal, sehingga

menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal karena

lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan dalam tubuh.


b. Stunting

Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang dan juga ada

jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya perkembangan

otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh.

Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit, munculnya penyakit diabetes,

penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada

usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas

menjadi rendah (Kemenkes RI, 2016).

Kejadian stunting menjadi salah satu masalah yang terbilang serius jika dikaitan

dengan adanya angka kesakitan dan kematian yang besar, kejadian obesitas, buruknya

perkembangan kognitif, dan tingkat produktivitas pendapatan yang rendah. Berbagai

permasalahan ini sangat mudah ditemukan di negara – negara berkembang seperti

Indinesia (Unicef, 2017)

2.10 Asuhan Keperawatan Defisit Kesehatan Komunitas

2.10.1 Pengkajian umum dan pengkajian khusus Defisit Kesehatan Komunitas

Pengkajian umum dan penkajian khusus

Pengkajian keperawatan adalah kumpulan yang berisikan status kesehatan

klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya

sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya hal-

hal yang perlu dikaji:

a. Pengkajian tanda klinis adanya kecemasan koping adaptif atau

koping maladaptif.

b. Factor predisposisi
2.10.2 Diagnosa Keperawatan Defisit Kesehatan Komunitas

Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan komunitas kurang puas

dengan program yang dijalankan dan dibuktikan oleh terjadi masalah

kesehatan yang dialami komunitas. (SDKI, 2016). Hal. 244 kode D.0110

2.10.3 Intervensi Keperawatan Defisit Kesehatan Komunitas

No Tangga SLKI SIKI


. l
1. 28 Juli Setelah dilakukan Pengembangan kesehatan
2021 intervensi keperawatan masyarakat. (Hal. 296)
2x4jam maka tingkat status Observasi
kesehatan komunitas 1. Identifikasi masalah atau
meningkat dengan kriteria issue kesehatan dan
hasil: prioritasnya
1. Ketersediaan program 2. Identifikasi potensi atau
promosi kesehatan akses dalam masyarakat
cukup meningkat terkait issue yang dihadapi
2. Ketersediaan program (pandemic Covid-19)
proteksi kesehatan 3. Identifikasi kekuatan dan
cukup meningkat partner dalam
3. Partisipasi dalam pengembangan kesehatan
program kesehatan 4. Identifikasi pemimpin atau
komunitas cukup tokoh dalam masyarakat
meningkat
4. Keikutsertaan Terapeutik
asuransi/jaminan 1. Berikan kesempatan kepada
kesehatan cukup setiap anggota masyarakat
meningkat untuk berpartisipasi sesuai
5. Kepatuhan terhadap akses yang dimiliki
standar kesehatan 2. Libatkan anggota masyarakat
untuk meningkatkan
lingkungan meningkat
kesadaran terhadap issue dan
(Hal. 133 Kode. 12109)
masalah kesehatan yang
dihadapi
3. Libatkan masyarakat dalam
musyawarah untuk
mendesifinisikan issue
kesehatan dan
mengembangkan rencana
kerja
4. Libatkan masyarakat dalam
proses perencanaan dan
implementasi serta revisinya
5. Libatkan masyarakat dalam
mengembangkan jaringan
kesehatan
6. Pertahankan komunikasi
yang terbuka dengan anggota
masyarakat pihak-pihak yang
terlibat
7. Perkuat komunikasi antara
individu dan kelompok untuk
bermusyawarah terkait daya
tarik yang sama
8. Fasilitasi struktur organisasi
untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi
dan bernegosiasi
DAFTAR PUSTAKA
Fuady. I. prasasti D. (2020). Factor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih. In Jurnal

Berkala Kesehatan. Vol. 6

Fory Armin Naway. (2021). Pemberdayaan Kelompok Tanaman Obat Keluarga Menuju Keluarga

Sehat Di Desa Sumberadi, Mlati, Sleman. In Jurnal Berdikari. Vol.5

Kementrian Kesehatan RI Pedoman pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease

(Covid19). Jakarta : Directorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Marviana, Dian.M. (n.d.); Kemitraan Peduli Penanggulangan Bahaya Narkoba DKI Jakarta

(2017)

Purnawanti RY. Hubungan antara perilaku merokok orang tua dengan perilaku merokok

remaja siswa SMP di Kota Bogor tahun 2007 [tesis]. Depok: Universitas Indonesia;

2008.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1.

Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.

Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.

Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

UNICEF. (2020). Young People Take The Lead On Mental Health. UNICEF.

Vincentius Dimas Sanubar. (2021). Pemberdayaan komunitas bertujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dalam jangka waktu panjang dan berkelanjutan. E-Book.

Yogyakarta: Deepublish.

WHO. (2020). Pernyataan: Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2020.

World Health Organization. Getting your workplace ready for COVID-19. [Internet]. 2020

[cited 3 March 2020] Available from: https://www.who.int/docs/defaultsource/

Wiwik Widiyawati. (2020). Keperawatan Komunitas 2. E-Book. Malang: Literasi Nusantara.


Zarnobi, F (2020) Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Penerapan Terapi Relaksasi
Autogenik Untuk Mengurangi Kecemasan Kader Yang Akan Dilakukan Swab Covid-19 Di
Kelurahan Aur Kuning Kota Bukittinggi Tahun 2020. Karya Tulis Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai