Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tentang
“Dokumentasi Asuhan Keperawatan Komunitas” ini dengan baik, dokumentasi
asuhan keperawatan ini di susun sebagai penugasan pada stase Keperawatan
Komunitas.
Adapun asuhan keperawatan ini kami susun berdasarkan pengamatan kami
dari buku yang ada kaitannya dengan asuhan keperawatan yang kami buat dan
berdasarkan kasus yang di dapat. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini
tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu, kami
idak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada orang tua kami, dosen
pembimbing kami, dan teman-teman satu tim yang saling mendukung dan
membantu hingga selesainya asuhan keperaawatan ini.
Dalam penyusunan keperawatan ini kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan asuan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
2
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
( ) ( )
( ) ( )
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.......................................................................................
Tujuan praktik........................................................................................
Manfaat praktik .....................................................................................
Sistematika Laporan...............................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Konsep komunitas .................................................................................
Konsep keperawatan komunitas ............................................................
Konsep puskesmas.................................................................................
BAB 3 PENGKAJIAN
1. Pengkajian..........................................................................................
a. Data umum.............................................................................
b. Data khusus............................................................................
c. Fasilitas umum dalam satu komunitas...................................
d. Keamanan dan transportasi....................................................
e. Politik dan pemerinah............................................................
f. Komunikasi............................................................................
g. Rekreasi .................................................................................
2. Analisa data........................................................................................
3. Penapisan masalah.............................................................................
4. Prioritas masalah................................................................................
BAB 4 DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................
BAB 5 PLAN OF ACTION ( POA ) ...............................................................
BAB 6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ................................................
BAB 7 EVALUASI KEPERAWATAN...........................................................
BAB 8 PENUTUP............................................................................................
Kesimpulan..............................................................................................
Kritik........................................................................................................
Saran........................................................................................................
LAMPIRAN
4
5
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kelompok dilakukan dengan cara pembentukan kelompok kerja kesehatan,
pembentukan kelompok kerja lanjut usia, memberdayakan kader kesehatan dan
PKK serta mendayagunakan kelompok karang taruna. Dengan pendekatan dari
masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata
kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui
kerjasama yang baik dengan instansi terkait, Pokjakes dan seluruh komponen desa
untuk mengikut sertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan
kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes diharapkan dapat mengenal
masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan
kesehatan bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan,
menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada di masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk
bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitad dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan
mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan
komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan kepeawatan komunitas
pada setiap area pelayanan keperawatan di komunitas dengan pendekatan
proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas.
2
3. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi organisasi
komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan kesehatan
komunitas
4. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor resiko
personal, sosial dan lingkungan
5. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
meningkatkan kesehatan komunitas
6. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan
7. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis,
belajar mandiri dengan keterapilan komunikasi yang efektif dan
kepemimpinan di dalam komunitas.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat.
2. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas
3. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat
4. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.
3
1.3.3 Bagi Pendidikan
1. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, khususnya di
bidang keperawatan komunitas.
2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktek keperawatan komunitas selanjutnya.
1.3.4 Bagi Profesi
1. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
2. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga
profesi mampu mengembangkannya.
3. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah terwujudkan
4
BAB 5 : Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas/Plan Of
Action (POA)
Berisi tentang rencana kegiatan desa.
BAB 6 : Pelaksanaan (Implementasi Keperawatan)
Berisi tentang rincian kegiatan dan pelaksanaannya
BAB 7 : Hasil Kegiatan (Evaluasi)
Berisi tentang hasil kegiatan desa
BAB 8 : Penutup
Berisi tentang kesimpulan, kritik dan saran.
Lampiran-lampiran
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
6
2.1.3 Ciri Masyarakat Indonesia
Dilihat dari struktur sosial dan kebudayaan masyarakat Indonesia
dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
a. Masyarakat Desa
1) Hubungan keluarga natara masyarakat sangat kuat
2) Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat
3) Percaya pada ketentuan gaib
4) Tingkat buta huruf relatif tinggi
5) Berlaku hukum tida tertulis
6) Tidak ada lembaga pendidikan khusus di bidang tekhnologi
7) Keterampilan diwariskan langsung oleh orang tua
8) Sisitem ekonomi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
9) Semangat gotong royong bidang sosial ekonomi sangat kuat
b. Masyarakat Madya
1) Upah
2) Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan
kemasyarakatan mulai mengendor
3) Adat istiadat masih dihormati, dan sikapa masyarakat mulai
terbuka dari pengaruh luar
4) Timbul rasionalitas pada cara berpikir sehingga kepercayaan
terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan timbul
kembali apabila telah kehabisan akal.
5) Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama
pendidikan dasar dan menengah
6) Tingkat buta huruf sudah mulai menurun
7) Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis
8) Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi
pasaran, sehingga menimbulkan deferensi dalam struktur
masyarakat karenanya uang semakin meningkat penggunaannya.
c. Gotong Royong tradisional tinggi untuk keperluan social dikalangan
keluarga dan tetangga serta kegiatan-kegiatan umum lainnya
didasarkan Masyarakat Modern
7
1) Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan
pribadi
2) Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam
suasana saling mempengaruhi
3) Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
4) Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang
dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga
keterampilan dan kejurusan.
5) Tingkat pendidikan formal dan merata
6) Hukum yang berlaku adalah hokum yang tertulis dan kompleks
7) Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas
pengunaan uang dan alat pembayaran lainnya.
8
1) Indikator Komprehensif
a) Angka kematian kasar menurun
b) Rasio angka mortalitas proporsional rendah
c) Umur harapan hidup meningkat
2) Indikator Spesifik
a) Angka kematian ibu dan anak menurun
b) Angka kematian karena penyakit menular menurun
c) Angka kelahairan menurun
b. Indikator pelayanan kesehatan
1) Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang
2) Distribusi tenaga kesehatan merata
3) Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di RS, fasilitas
kesehatan lain
4) Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan
9
keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica,
Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010). Menurut American Nurses Association (ANA, 1973),
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah suatu sintesa dari praktik
kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan Perawat
kesehatan komunitas proaktif dengan menghormati kecenderungan
pelayanan kesehatan dan sosial, merubah kepedulian, dan aktivitas legislatif
serta kebijakan. Fungsinya sebagai advokat pada populasi yang mereka
layani. Seperti advokasi untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan
lingkungan, menciptakan kondisi yang emperbaiki dan mempertahankan
kesehatan populasi dan merupakan peranan kunci dari perawat kesehatan
komunitas. Perawat kesehatan komunitas terlibat dalam penelitian untuk
meningkatkan praktik perawat kesehatan komunitas dan strategi serta
intervensi khusus. Perawat harus memiliki tanggung jawab secara aktif
dalam meningkatkan ilmu berbasis bukti yang profesional. Dokumentasi
yang baik dan jelas merupakan bukti praktik perawat kesehatan komunitas
yang efisien, efektif dan strategi biaya yang menguntungkan dalam promotif
kesehatan masyarakat. Ketika perawat kesehatan komunitas bermitra dengan
individu, fokusnya menjadi meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik
yang mendukung serta meningkatkan kesehatan dengan tujuan utama
memperbaiki keseluruhan kesehatan dari populasi. Sama juga tindakan
dengan keluarga dan komunitas yang meningkatkan kesehatan keluarga dan
masyarakat keseluruhan. Aktivitas dengan populasi berhubungan dengan
organisasi, kebijakan, hukum dan termasuk stake holder kunci yang
10
mempengaruhi lingkungan dimana orang-orang tinggal dan menciptakan
kondisi yang meningkatkan kesehatan untuk semua.
Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dapat diberikan secara
langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan, yaitu :
a. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap
b. Di rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara
langsung pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut
maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko
tinggi masalah kesehatan.
c. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day
care) diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan
Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah
melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan
kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
d. Di tempat kerja/industri
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung
dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor,
home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan
kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi
seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok
serta pengawasan makanan.
e. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap
kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
f. Dalam kegiatan puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan
kepada individu, kelompok masyarakat di pedesan, kelompok
terlantar. Pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah
11
pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
g. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak,
panti wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan)
atau lembaga pemasyarakatan (Lapas).
h. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
1) Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak,
lansia mendapat perlakukan kekerasan
2) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan
jiwa
3) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan
penyalahgunaan obat
4) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan
kelompok lansia, gelandangan pemulung/pengemis,
kelompok penderita HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-
Aids), dan WTS.
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
12
c. Kelompok yang terorganisasi atau perwakilannya adalah
bagian integral dari program kesehatan komunitas
d. Keperawatan komunitas tersedia bagi seluruh lapisan
masyarakat tanpa membedakan asal, sosial budaya, ekonomi,
umur, jenis kelamin, politik serta bangsa
e. Keperawatan komunitas mengakui keluarga dan komunitas
adalah bagian dari unit pelayanan
f. Pendidikan kesehatan dan pelayanan konsultasi adalah bagian
integral dari keperawatan komunitas
g. Penerima jasa pelayanan kesehatan perlu diikut-sertakan dalam
perencanaan terkait dengan tujuan bagi pemeliharaan kesehatan
h. Perawat komunitas harus kualified
i. Keperawatan komunitas harus dilandaskan pada kebutuhan
pasien dan kelangsungan pelayanan kepada pasien yang tepat
j. Evaluasi pelayanan kesehatan ini harus dikerjakan secara
periodik dan kontinyu
k. Perawat komunitas berfungsi sebagai bagian terpenting dari tim
kesehatan
l. Perawat komunitas membantu mengarahkan pasien yang
membutuhkan dukungan finansial
m. Community health agency perlu menyediakan program
kelangsungan pendidikan bagi perawat (MN, 2012)
13
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat
secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti
dan di masyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak
lanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko
tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di
rumah dan di Puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal.
14
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan kesehatan adalah
suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan
dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan
alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial,
aksi sosial atau pengembangan masyarakat (Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/ masyarakat
dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian
perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-
masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan
kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
15
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau
pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan
partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).
16
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti:
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Lansia
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:
a) Wanita tunasusila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti werdha
b) Panti asuhan
c) Pusat-pusat rehabilitasi
d) Penitipan balita
5) Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan
batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik
17
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun
kesehatan khususnya.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan
dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan
klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat
(Riyadi, 2007).
a. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran
perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi
dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian
klien (Riyadi, 2007).
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan
erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik
secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dalam lingkup
kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman,
dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi,
2007).
c. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat
oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).
18
2.2.6 Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas
Menurut ANA (American Nurses Associationi)
1. Asumsi
a) Sistem pemeliharaan yang kompleks.
b) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan
tersier.
c) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan
dasar praktek penelitian.
d) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan
tersier.
e) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan
primer.
2. Kepercayaan
a) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan
kesehatan.
d) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu
yang lama.
g) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab
secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
19
yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan
fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh, di
suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air
bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut
saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam
menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang
sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada
individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada
lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status
kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis,
sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar
tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai
landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan
komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang
terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan
pelayanan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan
yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
20
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat
yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan
dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral
dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan,
menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.
Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
21
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama
perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.
Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama
evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
4. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak,
2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
22
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi,
ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat
proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
7. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
8. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
23
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan
pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan
pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji
motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative,
menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan
membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
24
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan
memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit
dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
25
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau
kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila
(WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang
mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar
masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan
penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.
2.2.10 Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan
segala sesuatunya di mana organisme hidup beserta segala keadaan dan
kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung serta ikut
26
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi,
2009).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah
menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan
Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program
Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus
2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu
dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas:
a. Tidak BAB sembarangan
b. Mencuci tangan pakai sabun
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman
d. Mengelola sampah dengan benar
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu
sebagai berikut:
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
27
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskresi
manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi (wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992,
terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamanan limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca
bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
28
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai
2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan di sini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit
dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan
(Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua
kategori (Wawan A & Dewi M, 2010), yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa
manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan
sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja berdampak
merugikan kesehatan (Wawan A & Dewi M, 2010).
29
kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk
usaha-usaha kesehatan pokok
b. Departemen Kesehatan RI (1981) Puskesmas adalah suatu kesatuan
organisasi kesehatan yang langsung memberikan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu
dalam usaha- usaha kesehatan pokok
c. Departemen Kesehatan RI (1987) Puskesmas adalah sebagai pusat
pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina
kesehatan masyarakat serta menyelengarakan pelayanan kesehatan
tedepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok
yang menyeluruh dan terpandu di wilayah kerja
d. Departemen kesehatan RI (1991) . Puskesmas adalah suatu kesatua
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
30
5) Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program puskesmas.
31
1. Upaya kesehatan ibu dan anak
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui,
bayi, anak balita, dananak pra sekolah
b. Memberikan nasihat tentang makanan guna mencegah gizi buruk
c. Imunisasi
d. Pemberian nasihat mengenai perkembangan anak dan cara
menstimulasinya
e. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah untuk
penyakit ringan
2. Upaya keluarga berencana
a. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan calon
ibu yang mengunjungi KIA
b. Mengadakan kursus keluarga berencana kepada dukun yang
kemudian akan bekerja sebagai pengerak calon peserta keluarga
berencana
c. Memasang IUD, cara-cara penggunaan pil, kondom dengan
member sarannya
3. Upaya perbaikan gizi
a. Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi
b. Mengembangkan program perbaikan gizi
c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
4. Upaya kesehatan lingkungan
Kegiatan – kegiatan utama kesehaatan lingkungan yang dilakukan
staf puskesmas di antaranya adalah:
a. Penyehatan air bersih
b. Penyehatan pembuangan kotoran
c. Penyehatan lingkungan perumahan
d. Penyehatan air buangan/limbah
e. Pengawasan sanitasi tempat umum
f. Penyehatan makanan dan minuman
g. Pelaksanaan peraturan perundangan
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
32
a. Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit
b. Melaporkan kasus penyakit menular
c. Menyelidiki benar atau tidak laporan yang masuk
d. Tindakan permulaan untuk menahan penyakit menular
e. Menyembuhkan penderita , hingga tidak lagi menjadi sumber
penyakit
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberantasan vector
h. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
6. Upaya penggobatan
a. Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui pengkajian
riwayat penyakit, mengadakan pemeriksaan fisik, mengadakan
pemeriksaan laboraatorium, dan membuat diagnosis
b. Melaksanakan tindakan pengobatan
c. Melakukan upaya rujukan
7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat
a. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas di klinik ,
rumah,dan kelompok-kelompok masyarakat
b. Di tinggkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri,
tetapi di tinggkat kabupaten di adakan tenaga-tenaga coordinator
penyuluhan kesehatan
2.3.7 Peran Puskesmas
Dalam kontek otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran
yang sangat viltal. Sebagai institusi pelaksana teknis, puskesmas di tuntut
memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan untuk
menentukan kebijakan daerah melalui system perencanaan yang matang, tata
laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta system evaluasi dan pemantauan
yang akurat.puskesmas juga di tuntut dalam pemanfaatan teknologi
informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara
kompeherensif dan terpadu.
33
2.3.8 Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kacamata. Factor kepadatan penduduk, luas daerak geografis dan keadaan
infra struktur lainya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah
dearah tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas di tetapkan
oleh Bupati, mendengar saran teknis dari kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Provinsi. Di kota besar wilayah kerja biasa satu kelurahan.
Sedangkan puskesmas di ibu kota kecamatan merupakan puskesmas
rujukan yang berfungsi sebagai pusat rujukan dari puskesmas kelurahan
yang juga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang dilayani
oleh sebuah puskesmas rata-rata 30 ribu penduduk setiap puskesmas.
34
c. Melakukan penyelidikan tentangkejadian luar biasa
d. Dapat dipergunakan sebagai alat trasfortasi penderita dalam rangka
rujukan bagi kasus darurat
e. Melakukan penyuluhan kesehtan dengan menggunakan alat audio
visual.
3. Bidan desa
Setiap daerah pasti di sediakan seorang bidan yang bertangung
jawab langsung kepada kepala kesehatan. Wilayah kerja bidan desa
adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 jiwa. Tugas
bidan desa adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan
posyandu dan pembinaan kelompok desa dasawarsa serta pertolongan
persalinan di rumah penduduk.
35
3. Unit 1: Melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana dan perbaikan gizi
4. Unit II: Melakukan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit
5. Unit III: Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut serta
kesehatan tenaga kerja dan manula
6. Unit IV : Melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah dan
olahraga
7. Unit V : Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan dan
penyuluhan
8. Unit VI : Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap
9. Unit VII : Melakukan tugas kefarmasian
36
2.3.14 Dukungan Rujukan
1. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah system jaringan pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadi penyerahan tanggung jawab secara
timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah
kesehatan masyarakat, baik secara vertical maupun horizontal.
2. Jenis rujukan
a. Rujukan medis
1) Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic pengobatan,
tindakan, operatif, dll
2) Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap
3) Medatangkan atau mengirim tenaga yang libih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
b. Rujukan kesehatan
Menyangkut masalah kesehatanmasyarakat yang bersifat
preventif,dan promotif
1) Survey epidemologi dan pemberantasan penyakit atas keajadian
luarbiasa atau terjangkitnya penyakit menular
2) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
3) Penyelidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi
penangulangan keracunan dan bantuan obat –obatan atas
terjadinya masalah keracunan
4) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk
pengungsi atas terjadinya bencana alam
5) Sarana dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas kekurangan
air bersih masyarakat umum
6) Pemeriksaan specimen air laboratorium kesehatan dll
3. Tujuan system rujukan upaya kesehatan
a. Tujuan umum
Dihasilkanya pemerataan usaha pelayanan kesehatan yang
didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka
37
memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna.
b. Tujuan khusus
1) Dihasilkanya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratif dan rehabiltatif secara berhasil guna dan berdaya guna
2) Dihasilkanya upya kesehatan mesyarakat yang bersifat preventif
dan promotif guna dan berdaya guna
3) Jenjang tingkat pelayanan kesehatan
4) Alur rujukan
Rujukan medis
1) Internal antara petugas medis
2) Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3) Antara masyarakat dan puskesmas
4) Antara puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain
5) Antara puskesmas dengan rumah sakit , laboratorium atau
fasilitas kesehatan
4. Upaya peningkatan mutu rujukan
Langkah-langkah :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesams dalam
menampung rujukan dari puskesmas pembantu dan pos kesehatan
lain dari masyarakat
b. Mengadakan rujukan antara dengan mangadakan ruang tambahan
untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat dilokasi
strategis
c. Meningkatkan sarana komunikasi anatara unit pelayanan kesehatan
d. Menyediakan puskesmas keliling di setiap kecamatan
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi system rujukan
f. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang
masyarakat
38
BAB 3
PENGKAJIAN KOMUNITAS
3.1 Tahap pengkajian
1. Data Umum
a. Geografi
Dsn. Kunir merupakan suatu wilayah yang berada di Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dan memiliki batas wilayah sebagai
berikut :
Batas wilayah sebelah barat : Masjid Al-Hikmah
Batas wilayah sebelah timur : SDN 4
Batas wilayah sebelah selatan : Sungai
Batas wilayah sebelah utara : SD Negeri 4 Singojururh
Wilayah Dsn. Kunir dibagi dalam 10 RT. Kondisi geografis di Dsn.
Kunir merupakan wilayah dataran rendah, subur dan banyak sawah dan
pepohonan, serta curah hujan tergolong sedang.
b. Denah wilayah
39
3) Komposisi Penduduk
a) Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Proporsi penduduk Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwagi berdasarkan jenis kelamin dapat di lihat pada gambar 1.2
Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwagi
300
250
100
50
0
Laki- Laki Perempuan
40
1.3
Proporsi Penduduk Berdasarkan Umur dalam tahun di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
300
250
200
154
150
100
67
50 28 37 34
20
0
0
0 - <5 5 - < 13 13 - < 18 18 - < 45 45 - < 60 60 - < 90 90 >
41
Proporsi penduduk Banyuwagi berdasarkan hubungan dalam KK di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
300
250 240
200
150
100
100
50
0
KK Angota Keluarga
42
Proporsi Penduduk Berdasarkan Status Perkawinan di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
250
200 190
150 133
100
50
17
0
Kawin Tidak Kawin Janda/ Duda
337
300
250
200
150
100
50
3 0 0 0 0
0
Islam Kristen Hindu Budha Katholic Lain- lain
43
Berdasarkan gambar 1.6 di ketahui bahwa hampir seluruhnya (99
%) penduduk Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi adalah beragama Islam.
Proporsi Penduduk Berdasarkan Suku di Dsn. Kunir Dsn. Singojuruh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi
300 290
250
200
150
100
50
50
0 0
0
Jawa Madura Lain- lain
44
Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi
300
250
200
150
110
100 77 78
50 31 23
15 6
0
Tidak Sekolah TK SD SMP SMA PT Non Formal
140
120
100
80
60 115
40 87
67
20 39
12 20 0
0 1
45
Gambar 1.9 Proporsi Penduduk berdasarkan pekerjaan di Dsn. Kunir
Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi Bulan
November 2020
60
50
40
30 59
20
10 24
17
0
< 1 Juta 1 - < 3 Juta 3 Juta >
46
j) Proporsi Keluarga Berdasarkan Pengeluaran (Per KK)
Proporsi penduduk Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi berdasarkan pengeluaran per KK dapat di lihat pada
gambar 1.11
Proporsi Keluarga Berdasarkan
Pengeluaran (Per KK) di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
70
60
50
40
30 64
20
10 21
15
0
< 1 Juta 1 - < 3 Juta 3 Juta >
80
70
60
50
40
67
30 59
20 42
29
10 20
5 5 9
0 1 4 2 1
47
Gambar 1.12 Proporsi penduduk berdasarkan penyakit 6 bulan
terakhir di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi Bulan November 2020
Berdasarkan gambar 1.12 dapat di ketahui bahwa penyakit yang di
derita penduduk di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi selama 6 bulan terakhir hampir separuhnya (27,4%)
adalah ISPA. Hal ini adalah akibat dari lingkungan yang kurang sehat
dan juga kurangnya kemampuan masyarakatdalam memliharaha
kesehatan lingkungan.
2. Data Khusus
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1) Pasangan Usia Subur
a) Proporsi PUS yang menjadi Akseptor KB Berdasarkan Jenis
Kontrasepsi Yang dipakai
Proporsi PUS yang menjadi akseptor KB berdasarkan jenis kontrasepsi
yang dipakai di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi dapat di lihat pada gambar 1.13
Proporsi PUS yang menjadi Akseptor KB Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Yang dipakai di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
40
35
30
25
20
36
15
24
10
5
0 0 0 5
0 1 1
IUD Pil Suntik Kondom Implan MOW MOP Tidak KB
48
Berdasarkan gambar 1.13 dapat di ketahui bahwa suntik
merupakan kontrasepsi yang sebagian besar (53,7%) dipakai pasangan
usia subur di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi.
Proporsi PUS yang mempunyai Keluhan di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
60
50
40
30
54
20
10
13
0
Ya Tidak
49
Proporsi Ibu hamil berdasarkan status Gizi di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi
3 6
1
0 0
0
Baik Cukup Kurang
Gambar 1.15 Proporsi ibu hamil berdasarkan status gizi di Dsn. Kunir
Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
Bulan November 2020
Berdasarkan gambar 1.15 di ketahui bahwa ibu hamil berdasarkan
status gizi di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi seluruhnya (100%) memiliki gizi yang baik
Proporsi Ibu hamil berdasarkan Rencana Cara Melahirkan di Dsn. Kunir Ds. Singojururh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwagi
2 400%
1 200%
0
Spontan SC
50
Berdasarkan gambar 1.16 di ketahui bahwa ibu hamil berdasarkan
rencana melahirkan di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi sebagian besar (67%) rencana melahirkan spontan
Proporsi Ibu hamil berdasarkan Rencana Penolong Persalinan di Dsn. Kunir Ds.
Singojuruh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
3 6
1
0 0
0
Dokter Bidan Dukun
51
Proporsi Bufas atau Buteki berdasarkan Kondisi ASI di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
2 400%
0%
0
Lancar Tidak Lancar
Proporsi Bufas atau Buteki berdasarkan ada tidaknya keluhan di Dsn. Kunir Ds.
Singojuruh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
1 2 2
0
Ya Tidak
52
Berdasarkan gambar 1.19 di ketahui bahwa Bufas dan Buteki
berdasarkan ada tidaknya keluham di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi separuhnya (50%) memiki keluhan dan
tidak
53
Proporsi balita berdasarkan minum ASI ekklusif di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
25
20
20
15
10
0
0
YA TIDA
Proporsi balita berdasarkan imunisasi dasar di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
25
20
20
15
10
0 0
0
Lengkap Belum lengkap Tidak lengkap
54
Berdasarkan gambar 1.22 dapat di ketahui bahwa proporsi balita
berdasarkan imunisai dasar di di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi adalah seluruhnya (100%) balita
memiliki imunisasi dasar yang lengkap.
20
18
16
14
12
10 19
8
6
4
2 0
0 1
Rutin Tidak Rutin Tidak Pernah
55
Proporsi Balita Berdasarkan Pemberian Vitamin A di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
20
18
16
14
12
10 19
8
6
4
2
1 0
0
Rutin Tidak Rutin Tidak Pernah
Proporsi Balita berdasarkan konsumsi MP ASI di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
9
8
8
7
6
5
4
3
2
2
1
0
< 6 bulan >6 bulan
56
g) Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu yang mempunyai balita
dan kader kesehatan di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi, didapatkan data subjektif yaitu, posyandu balita
diadakan setiap satu bulan sekali dan mayoritas ibu rutin
memeriksakan anak mereka ke posyandu balita.
2) Anak Sekolah
a) Proporsi anak sekolah berdasarkan status gizi
Proporsi anak sekolah berdasarkan status gizi di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dapat di lihat pada
gambar 1.25
Proporsi Anak Sekolah Berdasarkan Status Gizi di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
30
27
25
20
15
10
5
1
0
0
Baik Cukup Kurang
57
b) Proporsi anak sekolah berdasarkan status imunisasi
Proporsi anak sekolah berdasarkan status imunisasi di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dapat di lihat pada
gambar 1.26
Proporsi Anak Sekolah Berdasarkan Status Imunisasi di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
30
25
25
20
15
10
5 3
0
Lengkap Tidak Lengkap
30
25 23
20
15
10
5
5
0
0
Rutin Tidak Rutin Tidak Pernah
58
Gambar 1.27 Proporsi anak sekolah berdasarkan kebiasaan gosok gigi
di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi Bulan November 2020
Berdasarkan gambar 1.27 di ketahui bahwa anak sekolah
berdasarkan kebiasaan gosok gigi di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi hampir seluruhnya (82,2%) mempunyai
kebiasaan gosok gigi.
Proporsi Anak Sekolah Berdasarkan Pernah Tidaknya Mengalami Sakit Gigi di Dsn. Kunir
Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
30
25
20
15
24
10
5
4
0
Ya Tidak
59
e) Proporsi anak sekolah berdasarkan tidak naik kelas
Proporsi anak sekolah berdasarkan tidak naik kelas di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dapat di lihat pada
gambar 1.19
Proporsi Anak Sekolah Berdasarkan Tidak Naik Kelas di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
30 28
25
20
15
10
5
0
0
Pernah Tidak Pernah
3) Remaja
a. Proporsi Remaja berdasarkan kenakalan
Proporsi remaja berdasarkan kenakalan di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dapat di lihat pada gambar 1.30
60
Proporsi Remaja Berdasarkan Kenakalan di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi
30
25
20 18
15
15
10
5 4
0 0 0
0
Rokok Napza Miras Seks Bebas Geng Motor Tidak Ada
30
25 24
20
15 13
10
0
Aktif Tidak Aktif
61
Berdasarkan gambar 1.31 di ketahui bahwa proporsi remaja
berdasarkan keikutsertaan dalam organisasi di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi sebagian besar
(64,9%) aktif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja, hampir seluruhnya tidak
melakukan kenakalan remaja dan sebagian besar aktif dalam organisasi
4) Kesehatan Lansia
a) Proporsi lansia berdasarkan keikutsertaan dalam posyandu
Proporsi lansia berdasarkan keikutsertaan dalam posyandu di Dsn.
Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dapat di
lihat pada gambar 1.32
Proporsi Lansia Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Posyandu di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
20
18
16
14
12
10 19
8
6 13
4
2
2
0
Rutin Tidak Rutin Tidak Pernah
62
b) Proporsi lansia berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan
Proporsi lansia berdasarkan pemeriksaan kesehatan di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dapat di lihat pada
gambar 1.33
Proporsi Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
20
15
10
18
13
5
3
0
Rutin Tidak Rutin Tidak Pernah
14
12
10
8
14
13
6
4
7
2
0
Rutin Tidak Rutin Tidak Pernah
63
Gambar 1.34 Proporsi Lansia berdasarkan kegiatan sosial di Dsn.
Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi Bulan November 2020
Berdasarkan gambar 1.24 di ketahui bahwa proporsi lansia
berdasarkan kegiatan sosial di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi hampir separuhnya (41%) Rutin .
d) Berdasarkan hasil wawancara dengan kader kesehatan, minat lansia
untuk datang ke posyandu masih kurang dan kegiatan posyandu di
Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi belum
berjalan dengan baik
e) Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga dan lansia, mereka
mengatakan alasan tidak datang ke posyandu karena bagi mereka
posyandu hanya penting untuk ibu hamil dan balita.
5) Kesehatan Lingkungan
1) Lingkungan Fisik
a) Proporsi keluarga berdasarkan status rumah
Proporsi berdasarkan status rumah yang di miliki penduduk Dsn.
Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dapat di
lihat pada gambar 1.35
Proporsi Keluarga Berdasarkan Status Rumah di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi
120
100
80
60
100
40
20
0
0
Sendiri Sewa
64
Berdasarkan gambar 1.35 dapat di ketahui bahwa proporsi status
rumah yang dimiliki oleh penduduk Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi seluruhnya (100%) adalah rumah
sendiri.
Proporsi Keluarga Berdasarkan Jenis Rumah di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
80
70
60
50
40
70
30
20
29
10
0 1
Permanen Semi Permanen Tidak Permanen
65
Proporsi Rumah Berdasarkan Lantai di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi
90
80
70
60
50
40 80
30
20
10 20
0
Aman Tidak Aman
Proporsi Rumah Berdasarkan Ventilasi di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi
80
70
60
50
40
70
30
20
30
10
0
< 20% > 20%
66
Berdasarkan gambar 1.38 di ketahui bahwa ventilasi rumah yang di
miliki penduduk Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi sebagian besar (70%) <20%. Hal ini merupakan salah
satu faktor yang meningkatkan resiko terjadinya kasus penyakit akibat
lingkungan yang kurang sehat.
Proporsi Keluarga Berdasarkan Luas Rumah 8m/org di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
90
80 78
70
60
50 47
40
30
20
10
0
Ya Tidak
67
Proporsi Keluarga Berdasarkan Sumber Air Bersih di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
70
65
60
50
40
35
30
20
10
0 0
0
PAM Sumur Sungai Lain-lain
70
60
50
40
30 59
20
10 21 20
0
Air Masak Air Mineral Tidak di Masak
68
Berdasarkan gambar 1.41 di ketahui bahwa sumber air minum
keluarga di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi sebagian besar (59%) adalah air mineral.
Proporsi Keluarga Berdasarkan Jenis Jamban di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi
90
80
70
60
50
40 83
30
20
10 20
7
0
Leher Angsa Cemplung Tidak Punya
69
Proporsi Keluarga Berdasarkan Tempat BAB di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
120%
100% 98%
80%
60%
40%
20%
2% 0%
0%
WC Sungai Ladang
Proporsi keluarga berdasarkan adanya jentik di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
100
90 86
80
70
60
50
40
30
20 14
10
0
Ada Tidak ada
70
Berdasarkan gambar 1.44 di ketahui bahwa berdasarkan jenis
jentik di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi hampir seluruhnya (86%) ada jentiknya. Hal ini bisa
meningkatkan resiko terjadinya penyakit menular DHF.
Proporsi Keluarga Berdasarkan pengelolaan tempat sampah di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
90
81
80
70
60
50
40
30
20 16
10 3
0
Ditimbun Dibakar TPA
71
Proporsi Keluarga Berdasarkan Kondisi Saluran Limbah di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
90
80
70
60
50
40 81
30
20
10 16
0 3
Got Sungai Tidak Ada
Proporsi Keluarga Berdasarkan Ada tidaknya Binatang di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
60 56
50
40
30
20
10
0 0
0
Piaraan Pengerat Serangga
72
Berdasarkan gambar 1.47 di ketahui bahwa ada tidaknya binatang
di dalam rumah penduduk di Dsn. Kunir Ds. Singojururh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi selurunya (100%) memiliki binatang
piaraan.
Proporsi Keluarga Berdasarkan Kondisi Kandang Ternak di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
35
30 29
27
25
20
15
10
5
0
0
Bersih Kotor Tidak Ada
73
3) Perilaku terhadap kesehatan (diisi per KK)
a. Proporsi keluarga berdasarkan pemanfaatan fasyankes
Proporsi keluarga berdasarkan pemanfatan fasyankes di di Dsn. Kunir
Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi dapat di lihat pada
gambar 1.49
60
54
50
40
29
30
20 17
10
0
0
RS PKM Klinik Alternatif
74
Proporsi Keluarga Berdasarkan Jaminan Kesehatan di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
80 75
70
60
50
40
30 28
20
10
0
0
BPJS Mandiri Lain-lain
Proporsi Keluarga berdasarkan kebiasaan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) di Dsn. Kunir Ds.
Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
70
60
50
40
30 63
20 37
10
0
Ya Tidak
75
Gambar 1.51 Proporsi keluarga berdasarkan kebiasaan CTPS di Dsn.
Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi Bulan November 2020
Berdasarkan gambar 1.51 di ketahui bahwa penduduk di Dsn.
Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi sebagian
besar (63%) melakukan kebiasaan CTPS
Proporsi Keluarga Berdasarkan Konsumsi Lauk/ Hari di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
100
90
90
80
70
60
50
40
30
20
10
10
0
Ya Tidak
76
Proporsi Keluarga Berdasarkan Makan Sayur dan Buah/Hari di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
100 95
90
80
70
60
50
40
30
20
10 5
0
Ya Tidak
Proporsi Keluarga Berdasarkan Tidak Merokok Dalam Rumah di Dsn. Kunir Ds.
Singojuruh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
70
61
60
50
39
40
30
20
10
0
Ya Tidak
77
Gambar 1.44 Proporsi berdasarkan tidak merokok dalam rumah di Dsn.
Kunir Ds. Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi Bulan November 2020
Berdasarkan gambar 1.54 di ketahui bahwa penduduk yang tidak
merokok dalam rumah di Dsn. Kunir Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi sebagian besar (61%) adalah merokok di dalam rumah.
Proporsi Keluarga Berdasarkan Olah raga/Hari di Dsn. Kumir Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi
80 75
70
60
50
40
30 25
20
10
0
Ya Tidak
78
4) Fasilitas Umum (Dalam Satu Komunitas)
a) Fasilitas Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah
1 TK 1
2 SD 1
3 SMP 0
4 SMA 0
5 PT 0
b) Fasilitas Kesehatan
No Jenis fasilitas kesehatan Jumlah
1. RS -
2. PKM -
3. Klinik swasta -
4. Poskesdes/ponkesdes -
5. Posyandu balita 1
6. Posyandu lansia 1
7. Klinik alternatif -
8. Lain-lain -
79
d) Sarana Ibadah
No Jenis tempat ibadah Jumlah
1. Masjid 1
2. Mushola 1
3. Gereja -
4. Vihara -
5. Pura -
6. Lain-lain -
f) Tempat Pertemuan
No Tempat pertemuan Jumlah
1. Balai desa 1
2. Balai dukuh 1
3. Balai RW -
4. Balai RT -
5. Lain-lain -
h) Industri
No Jenis Jumlah
1. Makanan -
2. Pakaian -
3. Sepatu -
4. Tahu 2
5 Tempe 1
80
a. Keamanan
No Fasilitas keamanan Jumlah
1. Pemadam kebakaran -
2. Pos polisi -
3. Pos kampling 7
4. Lain-lain -
b. Transportasi
No Jenis Jumlah
1. Angkutan umum -
2. Angkutan pribadi 2
.
6) Politik Dan Pemerintah
No Jenis Ada / tidak
1. Struktur organisasi Ada
2. PKK,LKMD,dll Ada
3. Kebijakan yankes Tidak
81
7) Komunikasi
a. Fasilitas
No Fasilitas komunikasi Ada/tidak
1. Radio Ada
2. TV Ada
3. Telepon/hp Ada
4. Internet Ada
5. Koran/majalah Tidak
b. Layanan Informasi.
No Layanan informasi Ada/tidak
1. Radio Tidak
2. TV Ada
3. Internet Ada
4. Papan pengumuman Ada
5. Keliling Tidak
8) Rekreasi
No Rekreasi Ada/tidak
1. Wisata alam Tidak
2. Kolam renang Tidak
3. Taman kota Tidak
4 Bioskop Tidak
5 Lain-lain Tidak
82
ANALISA DATA PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
MAHASISWA STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
DI DUSUN. KUNIR DESA SINGOJURUH KECAMATAN SINGOJURUH
KABUPATEN BANYUWANGI
83
kegiatan social 38%
f. Lansia yang tidak rutin ikut kegiatan
social 21%
g. Lansia yang tidak rutin
memeriksakan kesehatan 53%
h. Lansia yang tidak pernah
memeriksakan kesehatan 38%
2 Kesling DS : Hambatan
a. Berdasarkan hasil wawancara Pemeliharaan
dengan kader kesehatan, kesadaran Rumah di Dsn.
warga tentang kebersihan Kunir Ds.
lingkungan kurang Singojuruh
b. Berdasarkan hasil wawancara Kec.
dengan kader kesehatan sebagian Singojuruh
masyarakat kurang mampu dalam Kab.
memelihara lingkungan ang Banyuwangi
memenuhi syarat kesehatan
DO :
a. Ventilasi rumah yang kurang baik
(<20%) sebanyak 70%
b. Jenis jamban cemplung sebanyak
7%
c. Tidak punya jamban 10%
d. Pembuangan saluran limbah di
sungai 81%
e. Pembuangan saluran limbah di got
16%
f. Konsisi kendang ternak yang kotor
48,2%
g. Rumah yang terdapat jentik jentik
86%
3 Kesling DS : Perilaku
a. Berdasarkan hasil wawancara kesehatan
84
dengan kader kesehatan, sebagian cenderung
besar masyarakat RW 01 Keluraan beresiko di
Nangalan Kota Jombang belum Dsn. Kunir Ds.
mampu mengubah perilakunya Singojuruh
sesuai syarat sehat. Kec.
b. Berdasarkan hasil wawancara, Singojuruh
sebagian warga mengatakan Kab.
biasah-biasah saja walaupun Banyuwangi
minum air yang tidak masak
DO :
a. Tempat BAB di sungai 2%
b. Sumber air minum yang tidak di
masak 20%
c. Pembuangan sampah yang di bakar
81%
d. Pembuangan sampah yang di
timbun 16%
e. Penduduk tidak punya kebiasaan
CTPS 67%
f. Sumber air minum tidak di masak
14%
g. 67% merokok dalam rumah
h. Tidak olahraga setiap hari 75%
4 KIA DS : Kesiapan
Berdasarkan hasil wawancara dengan meningkatkan
ibu yang mempunyai balita dan kader managemen
kesehatan di Dsn. Kunir Ds. kesehatan
Singojururh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi, didapatkan data subjektif
yaitu, posyandu balita diadakan setiap
satu bulan sekali dan mayoritas ibu
85
rutin memeriksakan anak mereka ke
posyandu balita
DO :
1. Jumlah balita 20 orang
2. Jumlah bufas 10 orang
3. Bufas dan Buteki yang memiliki
ASI yang lancar sejumlah 100%
4. Bufas dan Buteki yang memiki
keluhan adalah 50%
5. Bufas dan Buteki yang memiki
keluhan adalah 50%
6. Balita yang memiliki berat
badan di KMS Kuning sejumlah
5%
7. Balita yang minum ASI
Eksklusif sejumlah 100 %
8. Balita yang lengkap
mendapatkan imunisasi dasar
sejumlah 100 %
9. Balita yang tidak rutin mengikuti
posyandu sejumlah 5 %
10. Balita yangtidak rutin diberi
Vit. A sejumlah 5%
11. Pemberian MP ASI pada balita
>6bulan sejumlah 80 %
86
dalam hal gosok gigi, sehingga
menyebakan anaknya tidak ruting gosok
gigi dan mengalami sait gigi.
DO :
1. Jumlah anak sekolah 20 orang
2. anak sekolah yang memiiliki
status gizi baik 96,5% dan gizi
cukp 3,5%
3. anak sekolah yang imunisasinya
tidak lengkap 10,7%
4. anak sekolah yang imunisasinya
lengkap 89,3%
5. anak sekolah mempunyai
kebiasaan gosok gigi 82,2%
6. anak sekolah yang pernah
mengalami sakit gigi 86%
SELEKSI ( PENAPISAN )
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI DSN. KUNIR DS. SINGOJURUH KEC. SINGOJURUH KAB.
BANYUWANGI
KRITERIA PENAPISAN
Resiko Parah
Potensi Untuk
DiatasiKemungkinan
ProgramRelevan Dengan
KomunitasInterest
Pendidikan
Peran Perawat
Sesuai Dengan
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kesehatan (He)
87
Kesiapan meningkatkan managemen kesehatan di Dsn.
Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh Kab. 4 4 3 4 3 3 5
Banyuwangi
KETERANGAN : 1 = SANGAT RENDAH
2 = RENDAH
3 = SEDANG
4 = TINGGI
5 = SANGAT TINGGI
PRIORITAS MASALAH
NO MASALAH SKOR
1 Perilaku kesehatan cenderung beresiko di Dsn. 50
Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi
2 Defisiensi pengtahuan tentang posyandu di 43
Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi
3 Hambatan Pemeliharaan Rumah di Dsn. Kunir 42
Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh Kab.
Banyuwangi
4 Kesiapan meningkatkan managemen kesehatan 39
di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi
5 Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua di 36
Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec. Singojuruh
Kab. Banyuwangi
88
BAB 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Diagnosa keperawatan :
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
2. Defisiensi pengtahuan tentang posyandu di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
3. Hambatan Pemeliharaan Rumah di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh Kec.
Singojuruh Kab. Banyuwangi
4. Kesiapan meningkatkan managemen kesehatan di Dsn. Kunir Ds.
Singojuruh Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
5. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua di Dsn. Kunir Ds. Singojuruh
Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi
BAB 5
RENCANA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI DSN. KUNIR DS. SINGOJURUH KEC. SINGOJURUH KAB.
BANYUWANGI
Masalah
Rencana Hari/
No Keperawatan Sasaran Tujuan Strategi
Kegiatan Tanggal
Komunitas
1 Perilaku 1. Tokoh Setelah 1. Promosi NIC 1. B
kesehatan tokoh dilakukan kesehata Prevensi primer : 2. W
cenderung masyarak tindakan n Pengetahuan D
beresiko dii at keperawatan 2. Gerakan perilaku D
Dsn. Kunir Ds. 2. Seluruh selama 3minggu kesehatan S
Singojuruh warga diharapkan 1. tingkatkan K
Kec. Dsn. masyarakat Dsn. aktifitas fisik S
89
Singojuruh Kunir Ds. Kunir Ds. yang tepat K
Kab. Singojuru Singojuruh Kec. seperti olahraga B
Banyuwangi. h Kec. Singojuruh Kab. setiap hari i
Singojuru Banyuwangi 2. beri
h Kab. mampu : penghargaan
Banyuwa NOC : apabila
ngi Prevensi masyarakat
Jombang primer : dapat
Perilaku patuh : mengontrol diri
aktifitas yang (perilaku)
disarankan Prevensi
Indicator : Sekunder :
1. Memodifikasi Bantuan
aktifitas fisik penghentian
seperti yang merokok
di arahkan (prevensi
oleh sekunder)
kesehatan 1. bantu memilih
professional metode terbaik
(3) untuk berhenti
2. Membahas merokok
aktifitas 2. kelola terapi
rekomendasi pengganti
dengan nikotin
professional Prevensi tersier :
kesehatan (4) Peningkatan
Perilaku berhenti sistem dukungan
merokok 1. monitor situasi
(prevensi keluarga dan
sekunder) masyarakat saat
1. Memahami ini, dan
metode jaringan
90
penghentian dukungan yang
merokok (4) ada
2. Mampu 2. rujuk pada
berhenti program
merokok (3) pencegahan
Prevensi tersier : atau
Kualitas hidup pengobatan
1. Status berbasis
kesehatan (5) masyarakat,
2. Kondisi yang sesuai
lingkungan
(5)
3. Kondisi sodial
(5)
4. Kemampuan
koping (5)
2 Hambatan 1 Tokoh Setelah NIC Ba
pemeliharaan tokoh dilakukan Prevensi primer :
rumah di Dsn. masyara tindakan Pendidikan
Kunir Ds. kat keperawatan kesehatan
Singojuruh 2. Seluruh selama 3minggu 1. Bantu individu,
Kec. warga diharapkan keluarga dan
Singojuruh Dsn. masyarakat Dsn. masyarakat
Kab. Kunir Kunir Ds. untuk
Banyuwangi Ds. Singojuruh Kec. memperjelas
Singojur Singojuruh Kab. keyakinan dan
uh Kec. Bayuwangi nilai-nilai
Singojur mampu : kesehatan
uh Prevensi 2. Buat program
Kab.Bay Primer : pendidikan
uwagi Pengetahuan : kesehatan
promosi 3. Rumuskan
kesehatan tujuan dalam
91
Indicator : program
1. Perilaku pendidikan
yang kesehatan
meningkatka tersebut
n kesehatan 4. Berikan
(4) ceramah
2. Pemeriksaan (promosi
kesehatan kesehatan)
yang di untuk
rekomendasi menyampaikan
kan (4) informasi
3. Sumber dalam jumlah
perawatan besar
kesehatan 5. Berikanpromos
terkemuka i kesehatan
(4) tentang
Prevensi pembuangan
sekunder: dan pengolahan
Perilaku sampah yang
promosi baik dan benar
kesehatan Prevensi sekunder
Indicator : :
1. Menggunaka Modifikasi
n perilaku perilaku
yang 1. Tentukan
menghindari motivasi
risiko (4) masyarakat
2. Memonitor terhadap
lingkungan perlunya
terkait perubahan
dengan perilaku
risiko (4) 2. Tetapkan
92
3. Melakukan perilaku
perilaku obyektif dalam
kesehatan bentuk tertulis
secara rutin 3. Kembangkan
(3) program
Prevensi tersier : perubahan
Status kesehatan perilaku
komunitas 4. Mengadakan
Indicator : program kerja
1. Prevalensi bakti berkala
program rutin
peningkatan 5. Mengajarkan
kesehatan tentang cara
(3) hidup sehat
2. Tingkat Prevensi tersier :
partisipasi Pengembangan
dalam kesehatan
pelayanan komunitas
perawatan 1. Identifikasi
kesehatan bersama
preventive komunitas
(3) mengenai
3. Prevalensi masalah,
peningkatan kekuatan dan
program prioritas
kesehatan komunitas
komunitas 2. Berikan
(3) kesempatan
berpartisipasi
bagi semua
segmen
komunitas
93
3. Bekerjasama
dengan kader
kesehatan
untuk
menjalankan
program
kesehatan
seperti
posyandu
lansia dan lain-
lain.
3 Defisiensi 1. Tokoh Setelah Prevensi primer 1.
pengetahuan tokoh dilakukan Pendidikan 2.
berhubungan masyara tindakan kesehatan
dengan kurang kat keperawatan 1. Targetkan
minat dan 2. Seluruh selama 3minggu sasaran pada
dukungan lansia di diharapkan kelompok
keluarga RW 01 masyarakat Dsn. berisiko tinggi
tentang Kelurha Kunir Ds. dan rentang
posyandu n Singojuruh Kec. usia yang akan
lansia di Dsn. Nanggal Singojuruh Kab. mendapat
Kunir Ds. an Kota mampu : manfaat besar
Singojuruh Jombang Prevensi dari pendidikan
Kec. 3. Seluruh Primer : kesehatan
Singojuruh keluarga Pengetahuan : 2. Identifikasi
Kab. dengan Prosedur faktor internal
Banyuwangi lansia di penanganan dan eksternal
RW 01 (Prevensi yang dapat
Keluarah primer) meningkatkan
an 1. Prosedur atau
Nanggal penanganan mengurangi
an Kota (3) motivasi
Jombang 2. Tujuan 3. Bantu sasaran
94
prosedur (3) pada kelompok
3. Langkah- berisiko tinggi
langkah untuk
prosedur (3) memperjelas
4. Tindakan keyakinan dan
pencegahan nilai-nilai
yang kesehatan
berkaitan 4. Rumuskan
dengan tujuan dalam
prosedur (3) program
5. Pembatasan pendidikan
terkait dengan kesehatan
prosedur (3) Prevensi sekunder
Prevensi : Konsultasi
sekunder : 1. Identifikasi
Perilaku tujuan
pencarian berkonsultasi
kesehatan 2. Identifikasi dan
1. Mengajukan klarifikasi
pertanyaan- harapan dari
pertanyaan semua pihak
yang yang terlibat
berhubungan 3. Sediakan
dengan pengetahuan
kesehatan seorang ahli
lansia (4) bagi mereka
2. Melakukan yang mencari
perilaku pertolongan
kesehatan 4. Dukung
yang di kemampuan
sarankan (4) bagi mereka
3. Melakukan yang mencari
95
perilaku pertolongan
kesehatan untuk
dengan melangkah
inisiatif lebih baik
sendiri Prevensi tersier :
Prevensi tersier : Dukungan
Kesejahteraan pengambilan
pribadi: keputusan
1. kemampuan 1. Fasilitasi
untuk percakapan
mengekspresi klien mengenai
kan emosi tujuan
(3) keperawatan
2. pilihan 2. Hormati hak-
kesempatan hak klien untuk
akan menerima atau
perawatan tidak menerima
kesehatan informasi
3. Berikan
informasi
sesuai
permintaan
klien
4 Kesiapan 1.Tokoh Setelah Prevensi primer Ba
meningkatkan tokoh dilakukan Pendidikan W
manajemen masyarak tindakan kesehatan Ds
kesehatan di at keperawatan 1. Targetkan Ds
Dsn. Kunir Ds. 2.Seluruh selama 3minggu sasaran pada Si
Singojuruh warga diharapkan kelompok Ke
Kec. Dsn. masyarakat Dsn. berisiko tinggi Si
Singojuruh Kunir Kunir Ds. dan rentang Ka
Kab. Singojuruh Kec. usia yang akan Ba
Banyuwangi Singojuruh Kab. mendapat
96
Bayuwangi manfaat besar
mampu : dari pendidikan
Prevensi kesehatan
Primer : 2. Identifikasi
Pengetahuan : faktor internal
promosi dan eksternal
kesehatan yang dapat
Indicator : meningkatkan
1.Perilaku yang atau
meningkatkan mengurangi
kesehatan (4) motivasi
2.Pemeriksaan 3. Bantu
kesehatan yang sasaran pada
di kelompok
rekomendasikan berisiko tinggi
(4) untuk
3.Sumber memperjelas
perawatan keyakinan dan
kesehatan nilai-nilai
terkemuka (4) kesehatan
4. Rumuskan
Prevensi tujuan dalam
sekunder: program
Perilaku pendidikan
promosi kesehatan
kesehatan Prevensi sekunder
Indicator : : pengajaran :
1.Menggunakan individu
perilaku yang 1. Tingkatkan
menghindari kesiapan pasien
risiko (4) untuk belajar
2.Memonitor 2. Berikan
97
lingkungan pamlet, video dan
terkait dengan pembelajran lain
risiko (4) sesuai isi
3.Melakukan Prevensi tersier :
perilaku 1. Berikan
kesehatan secara informasi
rutin (3) pemeriksaan
Prevensi tersier : diri yang tepat
Status kesehatan selama
komunitas skrinining
Indicator : 2. Jadwalkan
1.Prevalensi pertemuan
program untuk
peningkatan meningkatkan
kesehatan (3) efisiensi dan
2.Tingkat perawatan
partisipasi individual
dalam pelayanan Fasilitasi
perawatan pembelajaran
kesehatan 1. buat isi
preventive (3) pendidikan
sesuai dengan
3.Prevalensi
kemampuan
peningkatan 2. berika
program informasi
secara tepat
kesehatan
3. dorong pasien
komunitas (3) untuk
menungkapka
n pendapat da
Perilaku patuh
idenya
1. Menanyak 4. berikan
an informasi yang
pertanyaan merangsang
perubahan
terkait perilaku
98
kesehatan
(4)
2. Melakukan
skrining
sendiri (4)
3. Melakukan
monitor
sendiri
mengenai
status
kesehatan
(4)
4. Menggnaa
strategi
untuk
mengelimi
nasi
perilau tak
sehat (4)\
5. Mengguna
kan
informasi
kesehatan
(4)
99
5 Kesiapan 1. Tokoh Setelah Prevensi primer : Ba
meningkatkan tokoh dilakukan 1. bantu orang tua Ku
menjadi orang masyarak tindakan untuk memiliki
tua di Dsn. at keperawatan harapan yang
Kunir Ds. 2. Seluruh selama 3 realistis sesuai
Singojuruh warga minggu dengan tingkat
Kec. Dsn. diharapkan perkembangan
Singojuruh Kunir Ds. masyarakat Dsn. dan kemampuan
Kab. Singojuru Kunir Ds. anak
Banyuwangi h Kec. Singojuruh Kec. 2. Monitor status
Singojuru Singojuruh Kab. kesehatan anak,
h Kab. Bayuwangi pemeriksaan anak
Banyuwa mampu : dan imunisasi
ngi Prevensi anak
Primer : 3. Bantu orang
Pengetahuan: tua untuk
pengasuhan memiliki harapan
1. Petumbuhan yang realistis
dan sesuai dengan
perkembang tingkat
an normal perkembangan
(4) dan kemampuan
2. Kebutuhan anak
keamanan 4. Dorong para
(4) ibu untuk
3. Pencegahan perawatan
cidera (4) prenatal lebh awal
4. Kebutuhan dan teratur
nutrisi (4) Prevensi sekunder
5. Kebutuhan :
perawatan Bimbingan
fisik (4) antisipatif
6. Kebutuhan 1. Bantu orang
100
101
PLAN OF ACTION
PENANGGUNG WAKTU TE
NO MASALAH RENCANA KEGIATAN
JAWAB KEGIATAN KEG
1 Perilaku kesehatan 1. Memberikan penyuluhan Masyarakat : Balai
cenderung beresiko tentang perlunya masih masing
di Dsn. Kunir Ds. memasak air dan ciri-ciri keua RT dalam 1
Singojuruh Kec. air yang baik untuk di RW
Singojuruh Kab. minum. Mahasiswa :
Banyuwangi 2. Memberikan penyuluhan Indah Auliana
tentang pengelolaan safitri
sampah yang benar
3. Mendemonstrasikan
langkah-langkah cuci
tangan 6 langkah dan
memberikan informasi
terakit pentingna cuci
tangan pakai sabun
4. Memberikan informasi
terkait bahaya merokok
dalam rumah
5. Melakukan kegiatan
senam Bersama setiap 2
minggu sekali
6. Memberikan penyuluhan
tentang dampak BAB
sembarangan.
2 Defisiensi 1. Memberikan Masyarakat : Balai
pengetahuan penyuluhan tentang masih masing
tentang posyandu pentingnya posyandu keua RT dalam 1
di Dsn. Kunir Ds. untuk kesehatan lansia RW
Singojuruh Kec. 2. Bekerja sama dengan Mahasiswa :
Singojuruh Kab. kader posyandu lansia Nvindari afriyanti
102
Banyuwangi di Dsn. Kunir untuk
lebih menghidupkan
posyandu lansia.
3 Hambatan 1. Memberikan penyuluhan Masyarakat : Sabtu15 Balai
pemeliharaan tentang ciri-ciri masih masing Desember
rumah di Dsn. lingkungan yang sehat keua RT dalam 1 2018
Kunir Ds. sepertiventilasi rumah RW
Singojuruh Kec. yang baik, keamanaan Mahasiswa :
Singojuruh Kab. lantai dan kebersihan Nahdiatun
Banyuwangi kendang. naharoh
2. Memberikan penyuluhan
tentang akibat
kebersihan lingkungan
yang kurang
3. Melakukan progam 3m
(menguras, mengubur,
menutup) dan
menyediakan bubuk
abate untuk di jual pada
setiap rumah.
4. Memberi penyuluhan
tentang pembuangan
saluran limbah ang
benar
5. Mendiskusikan dengan
perangkat masyarakat
tentang hambatan-
hambatan yang
menyebabkan kegagalan
pelaksanaan
Kesiapan 1. Pembentukan PokJaKes
meningkatkan 2. Penyuluhan tentang
penyakit pada balita
manajemen
seperti Diare
103
kesehatan 3. Penyuluhan tentang
PHBS pada ibu balita
4. Melakukan pemeriksaan
kesehatan pada balita
104
BAB 6
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI DSN.KUNIR DS.SINGOJURUH KEC.SINGOJURUH
KAB.BANYUWANGI
105
Rabu , 24 Melakukan Warga Dusun Penanggung Warg
November penyuluhan Kunir Jawab : Kader mem
2020 PHBS dengan sub dusun Kunir saja r
Lingkungan pokok materi lingk
Dusun tentang kesehatan Dan dibatu keseh
Kunir lingkunga omahasiswa : lingk
Indah, Alif,
Fathoni, Nadia
106
peker
sehin
bisa
mend
lansia
mend
posya
107
108
109
LAMPIRAN
1. HASIL TABULASI
110
3 Lain-lain 0 0%
Total 340 100%
111
5 Stroke 5 2%
6 DM 9 3,6%
7 DHF 2 0,8%
8 Diare 59 24, 1 %
9 Gatal 42 17,5%
10 Gangguan Jiwa 1 0,4%
11 Lain- lain 29 12,1%
Total 244 100%
112
3 Tidak pernah 0 0%
Total 6 100%
113
2 Bidan 6 100%
3 Dukun 0 0%
Total 6 100%
114
Total 10 100%
34. Proporsi Anak Sekolah Bersadarkan Pernah tidaknya mengalami sakit Gigi
No Sakit gigi Jumlah Persent (%)
1 Ya 24 86%
2 Tidak 4 14%
Total 28 100%
115
1 Aktif 24 64,9%
2 Tidak aktif 13 35,1%
Total 37 100%
116
2 >20% 30 30%
Total 100 100%
117
3 TPA 3 3%
Total 100 100%
118
No Konsumsi Lauk/hari Jumlah Persent (%)
1 Ya 90 90%
2 Tidak 10 10%
Total 100 100%
63. FasilitasKesehatan
No Jenis fasilitas kesehatan Jumlah
1. RS -
2. PKM -
3. Klinik swasta -
4. Poskesdes/ponkesdes -
5. Posyandu balita 1
6. Posyandu lansia 1
7. Klinik alternatif -
8. Lain-lain -
64. KegiatanKelompok
No Jenis kegiatan kelompok Jumlah
1. Karang taruna 1
2. PKK 1
3. TPA 2
4. Kegiatan keagamaan 2
119
5. Lain-lain -
65. TempatIbadah
No Jenis tempat ibadah Jumlah
1. Masjid 1
2. Mushola 1
3. Gereja -
4. Vihara -
5. Pura -
6. Lain-lain -
66. TempatOlahrag
No Tempat olahraga Jumlah
1. Lap.sepak bola 1
2. Lap. Volley -
3. Lap. Bulu tangkis -
4. Lain-lain -
67. TempatPertemuan
No Tempat pertemuan Jumlah
1. Balai desa 1
2. Balai dukuh 1
3. Balai RW 1
4. Balai RT 1
5. Lain-lain -
69. Industry
No Jenis Jumlah
1. Makanan -
2. Pakaian -
3. Sepatu -
4. Tahu 2
5 Tempe 1
70. Keamanan
No Fasilitas keamanan Jumlah
1. Pemadam kebakaran -
2. Pos polisi -
3. Pos kampling 1
4. Lain-lain -
71. Transportasi
No Jenis Jumlah
120
1. Angkutan umum 2
2. Angkutan pribadi 2
73. FalisistasKomunikasi
No Fasilitaskomunikasi Ada/tidak
1. Radio Ada
2. TV Ada
3. Telepon/hp Ada
4. Internet Ada
5. Koran/majalah Tidak
74. LayananInformasi
No Layanan informasi Ada/tidak
1. Radio Tidak
2. TV Ada
3. Internet Ada
4. Papan pengumuman Ada
5. Keliling Tidak
75. Rekreasi
No Rekreasi Ada/tidak
1. Wisata alam Tidak
2. Kolam renang Tidak
3. Taman kota Tidak
4 Bioskop Tidak
5 Lain-lain Tidak
121
Di susun oleh :
Kelompok 1
122
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
123
C. Kegiatan Penyuluhan
Metode &
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Media
Pra Pembelajaran: Metode: ceramah,
Mempersiapkan materi, Tanya jawab
1. - -
media, dan tempat Media: Leaflet
2. 2. Menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan Metode: ceramah,
dengan mengucapkan 1. Menjawab Tanya jawab
salam salam Media: Leaflet
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Kontrak waktu 3. Memperhatika
4. Menyebutkan materi n
yang akan diberikan.
5. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
6. Apersepsi
3. 15 Menit Pelaksanaan :
1. Penyuluh - Memperhatika Metode: ceramah,
menyampaikan materi n Tanya jawab
(lihat sub pokok - Bertanya dan Media: Leaflet
bahasan) menjawab
2. Sasaran menyimak pertanyaan
materi yang diajukan
3. Sasaran mengajukan
pertanyaan
4. Penyuluh menjawab
pertanyaan
124
4. 10 Menit Evaluasi:
1. Memberikan - Mendengarkan Metode: ceramah,
Pertanyaan - Menjawab Tanya jawab
2. Penyuluh dan sasaran pertanyaan Media: Leaflet
menyimpulkan materi - Menjawab
Penutup: salam
1. Mengucapkan salam
penutup
D. Setting Tempat
LCD
MODERATOR
PENYAJI
PESERTA PENYULUHAN
125
E. Evaluasi
1. Evaluasi terstruktur
1. Peserta hadir ditempat penyuluhan di ruangan
2. Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan
4. Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan
digunakan
5. Kesiapaan audiensi meliputi kesiapaan menerima penyuluhan
2. Evaluasi proses
1. Peserta antusias dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan
oleh penyuluh
2. Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon
positif dari peserta.
3. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai dan tidak
meninggalkan tempat
4. Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan
secara benar.
5. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan
dengan suasana rileks.
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjawab 50 % dari pertanyaan penyuluh dengan benar
meliputi:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian kesehatan lingkungan
2. Peserta mampu menjelaskan tujuan program kesehatan lingkungan
3. Peserta mampu menyebutkan sasaran kesehatan lingkungan
4. Peserta dapat menyebutkan upaya pencapaian kesehatan lingkungan
5. Peserta dapat menyebutkan ruang lingkup kesehatan lingkungan
126
F. LAMPIRAN KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN (PHBS)
1. Definisi Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi lingkungan yang
mendasar yang dapat mempengaruhi kesejahteraan manusia (Notoadmojo,
2003).
Menurut WHO (2007), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.
2. Tujuan Program Kesehatan Lingkungan
a. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan
ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
b. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber
lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.
c. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara
masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaganonpemerintah
dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular
(Chandra, 2012).
3. Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan
kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan tempat usaha
yang sejenis
b. Lingkungan pemukiman : rumah tempat tinggal
c. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan
untuk umum
127
e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti
lingkungan yang berada dalam keadaan darurat, bencana perpindahan
penduduk secara besar-besaran.
4. Upaya Pencapaian Lingkungan Sehat
a. Rumah sehat
b. Pemeliharan rumah sakit
c. Sarana Pembangunan Air Limbah (SPAL) sederhana
d. Pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypti (penularan demam
berdarah)
e. Lindungi makanan dan minuman dari pengotoran oleh lalat, kecoa dan
tikus
f. Biasakan makan dan minum secara sehat
g. Cara membuang sampah yang sehat
h. Sarana air bersih
i. Menampung air hujan untuk kepentingan umum
j. Jarak sumber air dengan sumber pencemaran
k. Pemeliharaan air bersih
l. Cara memperoleh air bersih dan sehat
m. Cara menjernihkan air
n. Penggunaan racun serangga yang salah
o. Jamban/ WC yang sehat
5. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (2007) ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :
1. Rumah Sehat
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
(Notoatmodjo, 2007). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan
penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga
kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan
dengan baik. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung,
bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan
128
kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial (Sanropie,
dkk, 1989).
Kriteria rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan
yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garissempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa
variabel yang harus diperhatikan :
1. Bahan bangunan
a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah
lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan
lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit
terhadap penghuninya. Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan
lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik,
teraso dan lain-lain. (Notoatmodjo, 2010).
129
b. Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap,
untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan
dan angin, serta melindungi dari pengaruh panas dan angin dari
luar. Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan
api yaitu dinding dari batu. (Sanropie, 1989) .
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari
gangguan angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah
dari pencemaran udara seperti debu, asap dan lain-lain. Atap
yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat
isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim hujan
(Sanropie, 1989).
2. Ventilasi
Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu
rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi
ganda. Fungsi pertama adalah sebagai lubang masuk udara yang
bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara
kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya
ventilasi silang akan terjamin adanya gerak udara yang lancar
dalam ruangan. Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai
lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari,
sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari
maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang
memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak ada.
Berdasarkan Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang
dapat dilakukan agar ruangan mempunyai sistem aliran udara
yang baik, yaitu : (i) Ventilasi alamiah, dimana aliran udara
dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela,
pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan
sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya
130
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus
ada usaha-usaha lain untuk melindungi penghuninya dari gigitan
serangga tersebut. (ii) Ventilasi buatan,yaitu dengan
mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara.
3. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya
cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari,
di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat
yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan
menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata.
Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni (i)
Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup.
Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-
kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam
ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber
cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik
dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).
4. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni
di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang
tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila
salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas
bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5
– 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).
131
2. Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan
pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup.
a. Penyimpanan
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum
sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta
dibuang (dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat
yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu.
Syarat tempat sampah yang baik, antara lain:
Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah
berseraknya sampah,
Mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan, sangat dianjurkan afar tutup sampah ini dapat
dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan
Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah
diangkut oleh satu orang.
b. Pengumpulan sampah
Setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke
Tempat Penampungan Akhir (TPA). Mekanisme, sistem atau cara
pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab
pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan
masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan.
Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat
dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS
maupun TPA.Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya
dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003).
132
c. Pemusnahan sampah
Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain :
Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat
lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan
ditimbun dengan sampah.
Dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan
jalan membakar di dalam tungku pembakaran;
Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah
menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-
daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.
Berbagai Macam Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah
dan menurut UU no 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses
perubahan bentuk sampah dengan mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan
kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah,
disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam
sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan energi).
Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa: pengomposan,
daurulang, pembakaran (insinersi), dan lain-lain.
d. Pengelolaan Air Limbah
Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan
hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah
sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup
besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air
limbah tersebut. Namun demikian, alam mempunyai kemampuan
yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu
diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air
buangan antara lain:
1. Pengenceran (dilution)
133
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang
cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
Akan tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk yang
berarti meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air
pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapt
dipertahankan lagi, disamping itu cara ini menimbulkan
kerugian lain, diataranya: bahaya kontaminasi terhadap badan-
badan air bersih tetap ada, pengendapan yang akhirnya
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air selokan,
sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutya dapat menimbulkan
banjir.
2. Kolam oksidasi (oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaaatan
sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam
proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam
kolam besar berbentuk segiempat dengan kedalaman antara 1-
2m. dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.
Lokasi kolam harus jauh dari lokasi pemukiman, dan didaerah
yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi air dengan
baik.
Cara kerjanya antara lain: Empat unsur yang berperan dalam
proses pembersihan alamiah ini adalah: sinar matahari,
ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir
klorofilnya dalam air limbah melakukan proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari, sehingga tumbuh dengan
subur. Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat
dari H2O dan CO2 oleh klorofil dibawah pengaruh sinar
matahari sehingga terbentuk oksigen. Kemudian oksigen ini
digunakan oleh bakteri aerobic untuk melakukan dekomposisi
zat-zat organic yang terdapat dalam air buangan. Disamping
itu, terjadi pengendapan. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air
134
limbah tersebut akan berkurang, sehingga relative aman bila
dibuang dalam badan-badan air (kali, danau,dan sebagainya).
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali
dan air akan merembes masuk dalam tanah melalui dasar dan
dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian
atau perkebunan dan sekaligus berfungsi sebagai pemupukan.
Hal inni terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-
lainnya dimana kandunga zat organic cukup tinggi yang
diperlukan oleh tanaman.
e. Pembuangan kotoran manusia (Jamban)
1. Syarat Jamban Sehat
Kementerian Kesehatan (2004) telah menetapkan syarat dalam
membuat jamban sehat.
Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan :
a. Tidak mencemari air
Letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari
sumber air bersih
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan
agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan
air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan
tanah liat atau diplester.
Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak
sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak
merembes dan mencemari sumur.
Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke
dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut
b. Tidak berbau dan nyaman digunakan
135
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban
harus ditutup setiap selesai digunakan
Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan
leher angsa harus tertutup rapat oleh air
Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan
pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang
kotoran
Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl
licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik
c. Tidak mencemari tanah
Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,
pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir
jalan.
Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk
dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran
ditimbun di lubang galian.
d. Bebas dari serangga
Jika menggunakan bak air atau penampungan air,
sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk
mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah
Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang
gelap dapat menjadi sarang nyamuk.
Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-
celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga
lainnya
Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus
tertutup
e. Aman digunakan
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau
136
selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang
terdapat di daerah setempat
f. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan
Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang
kotoran
Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda
lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang
kotoran karena jamban akan cepat penuh
Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati.
Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.
g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
Jamban harus berdinding dan berpintu
Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga
pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan
137
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENTINGNYA POSYANDU LANSIA
Di susun oleh :
Kelompok 1
138
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan lansia di dusun
kunir mampu memahami pentingnya posyandu lansia.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan lansia di dusun
kunir mampu :
a. Menjelaskan pengertian dari posyandu lansia
b. Menyebutkan tujuan dari posyandu lansia
c. Menyebutkan manfaat dari posyandu lansia
d. Menyebutkan sasaran kegiatan posyandu lansia
e. Menyebutkan kegiatan di posyandu lansia
B. POKOK BAHASAN
Pentingnya posyandu lansia
C. SUB POKOK BAHASAN
a. Pengertian dari posyandu lansia
b. Tujuan dari posyandu lansia
c. Manfaat dari posyandu lansia
d. Sasaran kegiatan posyandu lansia
e. Kegiatan di posyandu
139
D. KEGIATAN PENYULUHAN
7. Kontrak
waktu
Penyajian 10 1. Penjelasan 1. Mendengarkan Ceramah Leaflet
Menit materi 2. Menjawab dan Tanya
2. Menanyaka 3. Memperhatikan jawab
n pada 4. Bertanya
peserta 5. Menanggapi
tentang jawaban
pokok 6. Mendengarkan
materi yang 7. Menerima
diberikan hadiah
3. Menuliskan 8. Mendengarkan
jawaban
peserta
4. Memberi
140
kesempatan
peserta
untuk
bertanya
5. Memberi
kesempatan
peserta lain
menanggap
i
pertanyaan
6. Memberi
penilaian
dan
kesimpulan
jawaban
7. Memberi
reinforceme
n
8. Mengarahk
an
penyuluhan
pada situasi
yang
kondusif
Penutup 2 1. Mengevalu 1. Mendengarkan Ceramah Leaflet
menit asi 2. Mendengarkan dan Tanya
2. Menyimpul 3. Menjawab jawab
kan materi 4. Menjawab
3. Kontrak salam
topik
penyuluhan
berikutnya
4. Salam
141
penutup
E. PENGATURAN TEMPAT
Keterangan:
Penyuluh Penyuluh :
Lansia
Lansia
Lansia
F. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Stuktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : leaflet
d. Warga lansia siap di ruangan
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan
sebelumnya
2. Evaluasi Proses
f. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
g. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
h. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
i. Suasana penyuluhan tertib
j. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
k. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang
3. Evaluasi Hasil
1) Menanyakan kembali materi yang telah disampaikan kepada peserta
penyuluhan (warga lansia di desa gudo):
a. Apa pengertian dari posyandu lansia?
b. Apa tujuan dari posyandu lansia?
c. Apa manfaat dari posyandu lansia?
142
d. Siapa sasaran dari kegiatan posyandu lansia?
e. Apa saja kegiatan di posyandu lansia?
2) Warga lansia dapat menjawab minimal 75% dari pertanyaan yang
diajukan
G. MATERI PENYULUHAN
- Terlampir
H. REFERENSI
- Yohana, Sari (2011), Pelayanan Posyandu Lansia. www://puskesmas.org
- Effendi, Nasrul, (1998). Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan
Masyarakat, Jakarta : EGC.
- Rusfita, ana dkk, (2008). Posyandu lanjut Usia (lansia), Makalah, STIKES
Ngudi Waluyo : Ugarangan
I.
143
Lampiran
A. Pengertian
Posyandu merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk bersama-
sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai
kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum
(Henniwati, 2008).
Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang
berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), posyandu lansia adalah suatu
bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia ditingkat desa/
kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan dalam
posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi
oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar
pembentukan posyandu lansia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, terutama lansia.
B. Tujuan Posyandu Lansia
Menurut Erfandi (2008), Tujuan Posyandu Lansia secara garis besar adalah
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
144
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.
C. Manfaat Posyandu Lansia
- Terlaksananya pembinaan kesehatan lansia secara berkala
- Tercatat dan terlaporkannya status kesehatan lansia secara berkala
- Termonitornya kesehatan lansia melalui pemeriksaan lansia secara
berkala
- Terkajinya indeks kemandirian dan indeks masa tubuh lansia secara
berkala
- Terlaksananya upaya preventif terhadap status kesehatan lansia secara
berkala
- Adanya pelayanan kesehatan bagi lansia secara berkala
- Peningkatan status kesehatan lansia
145
1. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa
tubuh (IMT).
2. Pengukuran tekanan darah serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
3. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist,
sahli atau cuprisulfat
4. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)
5. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam
air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal
6. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada
keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
7. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam
atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling
kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh
individu dan kelompok usia lanjut.
8. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi
kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat.
146
Posyandu lansia sistem 5 meja, meliputi :
1. Meja I : Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut.
Lansia yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja
selanjutnya.
2. Meja II
Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan
darah
3. Meja III : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju
Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa
Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan.
4. Meja IV : Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian
makanan tambahan
5. Meja V : Pelayanan medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari
Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan
ringan.
147
148
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CUCI TANGAN 6 LANGKAH
Di susun oleh :
Kelompok 1
149
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CUCI TANGAN 6 LANGKAH
I. TUJUAN
1.1 Tujuan Instruksional Umum
a. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, para siswa SD diharapkan
dapat mengerti dan memahami tentang cuci tangan 6 langkah.
b. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan para siswa mampu
mempraktekan cuci tangan 6 langkah
1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan klien maupun keluarga dan
pengunjung mampu memahami tentang :
a. Menjelaskan defenisi cuci tangan
b. Menjelaskan tujuan cuci tangan
c. Menjelaskan manfaat mencuci tangan
d. Menjelaskan dampak jika tidak cuci tangan
e. Menjelaskan kapan waktu cuci tangan
f. Menjelaskan enam langkah cuci tangan
1.3 SASARAN
Siswa Kelas 4, 5 dan 6 SDN 4 Singojuruh Banyuwangi
150
1.4 SUP POKOK BAHASAN
a. Defenisi cuci tangan
b. Tujuan cuci tangan
c. Manfaat mencuci tangan
d. Dampak jika tidak cuci tangan
e. Kapan waktu cuci tangan
f. Enam langkah cuci tangan
1.4 MEDIA
LCD, Laptop, Hand Scub, Waslap, Tissu
151
langkah yang
benar
Penyajian 45 1. Menje Mendengark Ceramah dan LCD
menit laskan an dan tanya jawab
materi memperhati
a. Defeni kan
si cuci Mempraktek
tangan an mencuci
b. Tuju tangan
an
cuci
tanga
n
c. Manfaat
mencuci
tangan
d. Damp
ak jika
tidak
cuci
tangan
e. Kapan
waktu
cuci
tangan
f. Enam
langkah
cuci
tangan
2. Penyuluh
mencontoh
kan cara
mencuci
152
tangan yang
benar
3. Memberik
an sesi
untuk
bertanya
Penutup 10 1. Meminta 1. Mengaju Tanya jawab Leaflet
menit peserta kan
untuk pertanya
menjelaskan an
kembali 2. Menjawa
materi yang b
telah di pertanya
berikan an yang
dengan di
singkat. berikan
2. Meminta oleh
peserta untuk penyuluh
mempraktek 3. memprak
an cuci tekan
tangan yang cuci
benar tangan
3. Menyimp yang
ulkan hasil benar
penyuluha 4. Membala
n s salam
4. Menutup
acara,
5. dengan
salam
penutup
1.6 MEDIA
153
LCD, Llefleat
1.7 MATERI
(terlampir)
1.8 KRITERIA PEMANTAUAN
1. Pemantauan
a. Input
Kegiatan penyuluhan dihadiri minimal oleh 5 peserta
Media penyuluhan yang digunakan adalah LCD, Laptop dan
Leaflet
Paket penyuluhan sesuai SPO dan Up to Date
Waktu Kegiatan Penyuluhan adalah 30 menit
Tempat penyuluhan adalah diruang penyuluhan
Pengorganisasian penyuluhan disiapkan beberapa
hari sebelum kegiatan penyuluhan
b. Proses
Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan
Narasumber menguasai materi dengan baik
c. Output
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan
memahami materi penyuluhan
d. Outcome
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada perubahan perilaku
kesehatan yang lebih baik
1.9 Evaluasi
Promosi Kesehatan Rumah Sakit untuk mengetahui efektifitas PKRS
terhadap indikator dampak (dampak dari program seperti cuci tangan 6
langkah dan etika batuk).
154
MATERI
CUCI TANGAN 6
LANGKAH
155
mual dan muntah. Untuk mencegah agar tidak terlalu parah maka bisa
meminta bantuan dokter.
2. Keracunan Bakteri E. Colli
Keracunan bakteri E. colli juga bisa terjadi jika Anda makan tanpa
mencuci tangan. Bakteri ini bisa berasal dari tempat umum seperti
toilet. Misalnya jika Anda makan setelah menggunakan toilet umum
tanpa mencuci tangan, maka telur bakteri E.colli bisa masuk ke saluran
pencernaan secara langsung. Keracunan ini bisa menyebabkan diare
yang sangat berat, kram perut, nyeri perut yang parah dan jika tidak
segera diobati maka bisa menyebabkan gagal ginjal. (baca juga :
bahaya gagal ginjal – gejala dan pencegahannya)
3. Resiko Tertular Flu atau Pilek
Tertular flu atau pilek menjadi resiko yang paling sering terjadi secara
umum. Penularan ini terjadi ketika Anda baru saja menggunakan
fasilitas umum atau bersentuhan dengan orang lain. Kemudian ketika
Anda makan secara langsung maka bisa menyebabkan virus segera
berpindah tangan. Virus akan menyebar sangat cepat, tidak hanya
masuk ke dalam tubuh tapi juga berpindah lewat saluran pernafasan.
4. Tertular Penyakit Infeksi Tenggorokan
Jika Anda memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan,
maka bisa menyebabkan infeksi tenggorokan. Hal ini terjadi ketika ada
banyak bakteri yang sudah melekat ke tangan kemudian menyebar ke
saluran pencernaan. Makanan yang masuk ke saluran tenggorokan
akan berhubungan langsung dengan lendir. Kemudian bakteri akan
tinggal dalam bagian lendir tersebut dan berkembang dengan pesat.
Kondisi ini bisa menyebabkan sakit tenggorokan dan infeksi yang
lebih buruk. (baca juga : bahaya radang tenggorokan kronis).
5. Diare
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga sangat rentan
terkena penyakit diare. Infeksi ini bisa disebabkan oleh virus atau
bakteri yang sebelumnya sudah ada di tangan. Kemudian akan masuk
ke saluran pencernaan lewat makanan yang bersentuhan langsung
156
dengan tangan. Perkembangan bakteri atau virus dalam saluran
pencernaan bisa menyebabkan diare. Usus tidak bisa menerima bakteri
tersebut sehingga membuat reaksi diare. Untuk mencegah hal yang
lebih buruk sebaiknya segera kunjungi dokter Anda.
6. Infeksi Penyakit Hepatitis B
Bahaya tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena
hepatitis B. Penyakit hepatitis ini akan menyerang organ hati dan
menyebabkan penderita sulit untuk memiliki tubuh yang sehat.
Hepatitis B termasuk jenis penyakit yang mudah menular. Salah satu
cara untuk mencegahnya adalah sering mencuci tangan. Mencuci
tangan sebelum makan bisa menurunkan resiko hepatitis B. Virus ini
bisa menyebar dengan mudah lewat udara dan makanan. Bahkan
lingkungan yang buruk bisa menjadi tempat endemi hepatitis B. (baca
juga : penyebab hepatitis kronis dan jenis-jenis hepatitis yang perlu
diwaspadai)
7. Resiko Infeksi Shigellosis
Infeksi ini bisa menyebabkan penyakit shigellosis, yang merupakan
infeksi akibat jenis bakteri shigela. Penyakit yang dihasilkan seperti
disentri. Disentri umumnya disebabkan karena kebiasaan tidak mencuci
tangan sebelum makan. Ketika tangan Anda kotor setelah melakukan
berbagai pekerjaan maka mungkin banyak bakteri yang bersarang
dalam tangan Anda. Kontaminasi bisa terjadi lewat makanan itu sendiri
atau tangan yang kotor. Penyakit ini ditandai dengan demam, diare yang
parah, diare bisa disertai darah dan dehidrasi.
157
yang lebih buruk. Beberapa tanda infeksi ini adalah seperti diare, sakit
perut, mual, muntah, demam, pandangan kabur dan hilang kesadaran.
10. Resiko Infeksi Amoebiasis
Resiko infeksi amoebiasis adalah jenis penyakit yang bisa disebabkan
karena tidak mencuci tangan sebelum makan. Penyakit ini akan
menyebabkan penderita mengalami disentri. Jenis amuba penyebab
infeksi ini termasuk dalam kelas Entamoeba histolitica. Infeksi ini tidak
hanya menyerang pada saluran pencernaan namun juga berbagai organ
lain. Karena itu infeksi ini cepat berkembang dalam tubuh dan
membutuhkan perawatan darurat. Mencuci tangan sebelum makan bisa
mencegah kondisi yang lebih berbahaya.
11.Resiko Radang Pernafasan
Orang yang memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan
juga bisa terkena penyakit radang saluran pernafasan. Penyakit ini bisa
menyebabkan sesak nafas, batuk, flu dan radang tenggorokan. Penyakit
ini bisa menyebar lewat bakteri atau virus yang masuk ke tubuh lewat
makanan. Ketika bakteri atau sumber penyebab infeksi bersentuhan
dengan lendir dalam tenggorokan, maka sumber infeksi akan
berkembang dalam tempat itu. Kemudian akan menyebabkan penurunan
sistem kekebalan tubuh dan membuat penderita mudah sakit. Sumber
penyebab penyakit seperti bakteri atau virus mungkin memang tidak
terlihat oleh mata secara langsung. Sumber infeksi bisa saja berasal dari
makanan, lingkungan atau tangan yang kotor ketika makan. Untuk
mengatasi berbagai bahaya tersebut maka biasakan untuk selalu
mencuci tangan sebelum makan. Anda bisa mencoba untuk melakukan
cara mencuci tangan yang benar dan steril agar benar-benar bersih dan
tidak terkena resiko penyakit.
158
b. Setelah ganti pembalut.
c. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum
dan seteah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan
ikan.
d. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
e. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
f. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
g. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.
h. Setelah menangani sampah.
i. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak.
j. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan
lain – lain).
k. Pulang bepergian dan setelah bermain.
l. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
159
1.6 Enam langkah cuci tangan
1. Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
2. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling
menjalin dan sebaliknya
3. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
4. Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari
saling mengunci
5. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak
kiri dan sebaliknya
6. Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-
jari tangan kanan mengunci pada telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
160
DAFTAR PUSTAKA
161