Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN GERONITIK PADA PASIEN REMATIK

TUGAS KELOMPOK
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperwatan Geronitik

Disusun oleh:
Muhamad Rizki Putra Pamungkas
NPM : 09180000093
Riset Nurmala
NPM : 09180000095
Putri Rosmawati
NPM : 091800000102
Ajeng Merlydia Alvionita
NPM : 09180000085

Keperawatan Semester 5
Alamat : Jl. Harapan No. 50 Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan DKI Jakarta
Telepon: (021) 78894043 Fax: 02187878788
Email: secretary_ainec@yahoo.com
Website: http://www.stikim.ac.id

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien
Hydrocephalus ” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini
mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan
bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang teori keperawatan. Kami mohon maaf apabila makalah ini
mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun,
sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah
sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

                                                                                                           

Jakarta, 22 Januari 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain
menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia
lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas
lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan
mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi
kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan
lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.
Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan
setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas.
Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau
lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal
menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit
masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health). Dan
berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati
urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo).
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut
(lansia) juga meningkat. Tahun 1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih
kurang 16 juta jiwa. Badan Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan tahun 2025
jumlah lansia di Indonesia 60 juta jiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia.
Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau
menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat
rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian  ini sering menyerang
lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta
diabetes (Health-News,2007).

3
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut
yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian
penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi
otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik.
Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan
para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau
tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga
tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto).
Berdasarkan kasus diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang
perawatan pasien dengan rheumatoid artritis sebagai bahan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Nn.F Dengan rheumatoid artritis Di Wisma
Bougenville Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Daerah Istimewa Yogyakarta”.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Ny. F dengan reumatik adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan rheumatoid artritis pada lansia?
2. Apa Etiologi, Patofisiologi serta Manifestasi Klinis rheumatoid artritis yang
terjadi pada lansia?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik pada lansia dengan rheumatoid
artritis?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang rheumatoid arthritis yang terjadi pada lansia.
2. Tujuan  Khusus
a. Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, serta tanda dan gejala yang
terjadi pada lansia penderita rheumatoid artritis.
b. Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang sesuai 
diberikan pada lansia dengan rheumatoid arthritis.

1.4 METODE PENULISAN


1. Studi kepustakaan
Mencari buku-buku sumber, referensi-referensi, majalah, jurnal yang berhubungan
dengan Asuhan Keperawatan Gerontik pada klien dengan masalah rheumatoid
artritis.
2. Studi kasus
Mengangkat satu kasus dengan menerapkan Asuhan keperawatan gerontik yang
berpedoman pada proses keperawatan dengan langkah-langkahnya dari tahap
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan dan pembahasan dengan
perbandingan jurnal yang sesuai dengan kasus.
3. Studi dokumentasi
Membaca, melakukkan pengkajian, menganalisa data status klien untuk
mendapatkan informasi penting dan lengkap tentang klien tersebut.

5
1.5 Manfaat penulisan
1. Manfaat bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
secara nyata. Menerapkan teori yang sudah didapat dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya Asuhan Keperawatan Gerontik dengan masalah
rheumatoid artritis, memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara nyata, dan menambah wawasan dalam
menangani klien dengan masalah rheumatoid artritis.
2. Manfaat bagi institusi PSTW Budi Luhur DIY
Asuhan keperawatan Gerontik ini kiranya dapat menjadi referensi bagi pembaca
dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
gerontik.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai kelengkapan tugas praktek Profesi Ners pada Stase Keperawatan
Gerontik Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Daerah Istimewa
Yogyakarta dan juga sebagai referensi untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa STIKes Alma Ata Yogyakarta tentang Asuhan Keperawatan
Gerontik khususnya pada klien dengan masalah rheumatoid artritis.

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Lansia


A. Pengertian
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN).
Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg berumur 65
tahun keatas. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidakapat
ditentukan oleh tuhan yang maha esa (Wahyudi, 2000)
B. Batasan lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli
karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai
indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori
psikologis ditekankan pada perkembangan). World Health Organization (WHO)
mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :
1. Middle Aggge (45-59 tahun)
2. Erderly (60-74 tahun)
3. Old (75-90 tahun)
4. Very old (> 91 tahun)
C. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
meningkatnya kerentanan terhadapa berbagai penyakit dan kematian (Setiati dkk,
2006).
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses
kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan
dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang
lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit,
kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan
berada dalam kontrol seseorang (Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia,
Olds & Feldman, 2005).
7
D. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau
pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium
dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.

c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.


1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
8
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala.
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera
makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak ).
9
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 )
; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih
alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

10
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal.
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) resiko terjadi fraktur.
3) kyphosis.
4) persendian besar & menjadi kaku.
5) pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang ).
i. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
11
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.
11) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri
dan perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh
karena faktor lain seperti penyakit-penyakit
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka
pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

12
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan
psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktro waktu.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

2.2 Depresi
A. Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa -dan tidak bahagia, serta komponen
somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut
nadi sedikit menurun.
Depresi adalah suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan dpt
digunakan untuk menunjukan berbagai fenomena, tanda, gejala, sindrom, keadaan
emosional, reaksi penyakit/ klinik.(stuart dan sundeer,1998).
Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan
dengan gangguan fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada
individu yang bersangkutan.
B. Faktor predisposisi dan faktor pencetus
1. Faktor Predisposisi:
a. Faktor genetik dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan afektif melalui
riwayat keluarga atau keturunan
b. Teori agresi menyerang kedalam, menunjukan bahwa depresi terjadi karena
perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
c. Teori kehilangan obyek merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan
benda atau yg sangat berarti.
d. Teori organisasi keperbadian menguraikan bagaimana konsep diri yang rendh
mempengaruh sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap streror.
e. Model kognitif menyebutkan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia
seseorang dan masa depan seseorang.
13
f. Model ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-
mata trauma menyebabkan depresi tapi keyakinan bahwa seseorang tidak
mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupanya oleh
karena itu ia mengulang respon yang adptif.
g. Model prilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial yang
mengasumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif
dalam berintraksi dengan lingkungan.
h. Model biologi menguraikan perubahan kimia dalam tubuh terjadi selama masa
depresi. termasuk defisiensi ketokolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi
kortisol dan variasi periodik dalam irima biolgis.
2. Stresor Pencetus
a. Kehilangan keterikatan,yang nyata atau yang di bayangkan, termasuk
kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan maka persepsi
pasien merupakan hal yang sangat penting
b. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
depresi, terutama pada wanita.
d. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau penyakit fisik dan
gangguan kesimbambngan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam
perasaan. diantra obat-obataan tersebut terdapat obat antihipertensi dan
penyalahgunaan zat yang menyebabkan kecanduan. kebanyakan penyakit
kronik yg melemahkan tubuh juga sering disrtai dengan depresi. depresi yg
terdapat pada usia lanjut biasnya bresfat kompleks karena untuk menegakan
diagnosis sering melibtkan evaluasi dari kerusakan otak orgnik dan depresi
klinik.

C. Tanda Dan Gejala Depresi


Frank J.Bruno dalam Bukunya Mengatasi Depresi (1997) mengemukan bahwa ada
beberapa tanda dan gejala depresi, yakni:
1. Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada,
proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan.
14
2. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang
cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika kondisinya telah
parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan
3. Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu,
sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang
mengalami depresi justru terlalu banyak tidur
4. Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi
mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha
untuk mengkomunikasikan idenya. Ya,kan? saya tidak mengalami depresi?.dilain
pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi mungkin akan gampang letih
dan lemah.
5. Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau
merasa,saya selalu merasah lelah atau saya capai. Ada anggapan bahwa gejala itu
disebabkan oleh faktor-faktor emosional, bukan faktor biologis.
6. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif.
orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, saya menyia-
nyiakan hidup saya, atau saya tidak bisa mencapai banyak kemajuan, seringkali
terjadi.
7. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk memecahkan
masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan untuk
menfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu.
Keluhan umum yang sering terjadi adalah, saya tidak bisa berkonsentrasi..
8. Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan
alkohol/narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya. makan berlebihan, terutama kalau
seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk,
diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu
jenis perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung.
9. Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri. (tentu saja, bunuh diri yang sebenarnya,
merupakan perilaku merusak diri sendiri secara langsung. Frank menambahkan
bahwa tidak ada aturan yang pasti untuk setiap orang. tetapi merupakan konvensi
untuk menyatakan bahwa kalau lima atau lebih dari tanda-tanda atau gejala itu ada
dan selalu terjadi, maka sangat mungkin seseorang mengalami depresi. Lain
halnya jika seseorang mnegalami gejala pada nomor 9, yakni punya keinginan

15
untuk bunuh diri, maka Frank menganjurkan seseorang untuk segera mencari
bantuan profesional secepat mungkin.

2.2 Rematik
A. Definisi
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti
mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain
tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang
disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik
termasuk penyakit jaringan ikat.
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur jaringan
sekitarnya (tendon ligament, sinovia, otot sendi, dan tulang). Penyakit ini tidak
terbatas menyerang sendi bisa juga mengenai organ lain.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban ini.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan
yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.
Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.
16
B. Reumathoid Arthritis
1. Definisi
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi.
2. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan
faktor Rematoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
3. Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang
menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan
jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan
menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak, bengkak dan kekakuan.

b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
17
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
4. Tanda dan Gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi

5. Pemeriksaan Diagnostik
Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
a. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
b. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
c. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat
d. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
e. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
f. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
g. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
18
h. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
i. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
j. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
k. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
l. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA )
adalah:
a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
b. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
c. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
e. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
f. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
g. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
h. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
i. Pengendapan cairan musin yang jelek
j. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
k. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

19
a. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu
b. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama
6 minggu.
c. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.
6. Penatalaksanaan
a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini
b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d. Termoterapi
e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f. Pemberian Obat-obatan :
7. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d. Terjadi splenomegaly.

2.3 Konsep Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang harus dilakukan
secara sistematis agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk klien.
Adapun beberapa hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Identitas Umum
Yang perlu diketahui disini meliputi; nama,alamat, umur, jenis kelamin,
agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, penanggung jawab/orang
yang bisa dihubungi (nama, alamat, hubungan dengan klien), cara masuk, alasan
masuk, tanggal masuk, diagnosa medic, dan lain sebagainya.
2. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
20
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Nutrisi – Metabolic
1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
2) Riwayat gangguan metabolic
c. Eliminasi
1) Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Jenis aktivitas yang dilakukan
3) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
4) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Tidur – Istirahat
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Kebiasaan tidur sehari
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Kognitif-persepsi
1) Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Persepsi diri – Konsep diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya
h. Peran – Hubungan
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Seksualitas dan Reproduksi
1) Adakah gangguan seksualitas?

j. Koping - Toleransi Stress


1) Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
21
k. Nilai Kepercayaan
1) Agama yang dianut?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan masalah keperawatan yang akan muncul pada penyakit rematik yang
dialami lansia adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi dan
penurunan integritas tulang
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
4. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun
lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai
dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

22
C. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronik Setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan keperawatan selama 2×24 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan jam pasien diharapkan nyeri secara komprehensif
ketunadayaan hilang dengan criteria : termasuk lokasi, karakteristik,
fisik atau Kontrol nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan
psikososial kronis 1. Mengenali faktor faktor presipitasi
(misalnya, kanker penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal
metastasis, cedera 2. Mengenali onset dari ketidaknyamanan
neurologis dan (lamanya sakit) Gunakan teknik komunikasi
artritis) 3. Menggunakan metode terapeutik untuk mengetahui
pencegahan pengalaman nyeri pasien
4. Menggunakan metode 3. Kaji kultur yang
nonanalgetik untuk mempengaruhi respon nyeri
mengurangi nyeri 4. Kaji tipe dan sumber nyeri
5. Menggunakan untuk menentukan intervensi
analgetik sesuai 5. Ajarkan tentang teknik non
kebutuhan farmakologi
6. Mengenali gejala- 6. Berikan analgetik untuk
gejala nyeri mengurangi nyeri
7. Mencatat pengalaman 7. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri sebelumnya nyeri
8. Melaporkan nyeri 8. Kolaborasikan dengan dokter
sudah terkontrol jika ada keluhan dan tindakan
Tingkatan nyeri nyeri tidak berhasil
1. Melaporkan adanya Analgesic Administration
nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
2. frekuensi nyeri dan kualitas, dan derajat nyeri
panjangnya episode sebelum pemberian obat
nyeri 2. Cek instruksi dokter tentang
3. ekspresi nyeri pada jenis obat, dosis, dan
wajah frekuensi
4. kurangnya istirahat 3. Cek riwayat alergi

23
2. ketegangan otot 4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
8. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur


tidur keperawatan selama 2×24 1. Tetapkan pola kegiatan dan
berhubungan jam pasien diharapkan dapat tidur pasien
dengan insomnia memperbaiki pola tidurnya 2. Monitor pola tidur pasien dan
dalam waktu dengan criteria : jumlah jam tidurnya
lama, terbangun 1. Mengatur jumlah jam 3. Jelaskan pentingnya tidur
lebih awal atau tidurnya selama sakit dan stress fisik
terlambat bangun 2. Tidur secara rutin 4. Bantu pasien untuk
dan penurunan 3. Miningkatkan pola menghilangkan situasi stress
kemampuan tidur sebelum jam tidurnya
fungsi yng 4. Meningkatkan
ditandai dengan kualitas tidur
penuaan 5. Tidak ada gangguan
perubahan pola tidur
tidur dan cemas

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. F Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun Suku : Jawa
Alamat : Suronatan Agama : Islam
Pendidikan : SMA Statua perkawinan : Janda
Tgl masuk panti: 7 November 2020 Tanggal pengkajian : 17 November 2020
B. Status Kesehatan
Saat ini klien merasa nyeri pada persendian pada lutut, nyeri dirasa saat klien duduk
dian, namun rasa nyeri hilang saat klien beraktifitas, rasa nyeri seperti kaku pada
daerah persenduan dengan skala nyeri sedang dan dirasa hilang timbul tidak pasti.
C. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Riwayat alergi
Klien mengatakan, ia tidak ada pantangan / alergi terhadap obat, makanan,
binatang maupun lingkungan.
2. Riwayat penyakit
Pada saat muda klien sering pingsan karena sakit perut, klien juga sering terjatuh.
Pada tahun 2017 klien pernah melakukan operasi untuk menaikan ginjal klien,
karena turunya ginjal klien dari posisi sesungguhnya
3. Kebiasaan
Klien mengatakn klien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum kopi, minum
alcohol, dan makan obat tidur

25
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada masalah kesehatan seperti kanker, DM, penyakit
jantung, epilepsi, dll

Keterangan :
: Anggota keluarga laki-laki yang meninggal

: Anggota keluarga perempuan yang meninggal

: Suami (meninggal)

: Pasien
E. Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum
Keadaan Ny. F tampak sehatdan bugar dan tampak memegangi kaki kanannya
sesekali. Kesadaran Compos Mentis.
2. Intergumen
a. Inspeksi
Kebersihan baik, kulit klien terlihat keriput, turgor kulit lembab hangat
berwarna kuning langsat, tidak ada kelainan dan masalah keperawatan
b. Palpasi
Turgor kulit elastic, tidak terdapat edema
3. Kepala
Bentuk kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut tampak beruban,
rambut lurus. Penyebaran tidak merata.
4. Mata
Klien menggunakan kaca mata, Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokhor, mata klien tampak sering berair, pergerakan bola mata simetris.
Klien dapat membaca hanya dalam jarak 30 cm.
26
5. Telinga
Bentuk telinga simetris, pendengaran baik di periksa dengan detik jam, secret,
serumen, benda asing tidak ada.
6. Mulut dan tenggorokan
Keadaan bibir lembat, keadaan gigi dan gusi bersih, bau mulut, stomatitis tidak
ada, gigi klien tidak lengkap.
7. Leher
Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening.
8. Payudara
Tidak ada masalah
9. Sistem pernafasan
a. Inspeksi
Bentuk thoraxs normal 2:1, pernafasan 20 x/I tidak ada kesulitan bernafas
tidak ada usaha dengan menggunakan otot bantu pernafasan, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Tidak terdapat sianosis pada bibir dan keadaan
kuku normal.
b. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, pengambangan dada simetris premitus taktil .
c. Perkusi
Tidak terdapat odema, bunyi resonan.
d. Auskultasi
Tidak terdapat suara tambahan, bunyi jantung normal (lub-dub), tidak ada
masalah keperawatan
10. Sistem kardiovaskular
a. Perkusi
Perkusi jantung terdengar pekak.
b. Auskultasi
Irama jantung terdengar regular TD 110/70 mmHg
11. Sistem gastrointestinal
c. Inspeksi
Perut buncit umbilicus tidak menonjol tidak terlihat benjolan masa
d. Auskultasi
Peristaltik usus 8x/menit normalnya 5-25x/m

27
e. Palpasi
Nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites
tidak ada
12. Sistem urinaria
Ny. F BAK dengan frekuensi tidak tentu ± setiap 6-8jam sekali, pada wktu mlm

klien sering terbangun untuk BAK ± 2-3 kali, klien mengatakn klien mampu
menahan BAK selama klien inginkan tidak sakit saat BAK dan lancar. Klien
mengatakan pernah mengalami kesulitan untuk defekasi karena sering menahan
untuk untuk defekasi.
13. Sistem genetoreproduksi
Klien mengatakan klien tidak memiliki anak, klien pernah mengandung namun
pada usia kehamilan 2 bulan klien mengalami keguguran, klien juga mengatakan
menurut pemeriksaan dokter suami klien difonis mandul
14. Sistem muskulosceletal
Kedua kaki dan tangan Ny. F tampak sejajar dan sama besar dan panjang, tampak
adanya scoliosis. Kemampuan mengubah posisi baik, pergerakan kedua tangan
dan kaik baik, kekuatan otot baik, tetapi kaki kanan dan persendian klien sering
merasa linu dan kesemutan.
15. Sistem syaraf pusat
Tidak ada cedera kepala, tidak ada peningkatan TIK, tidak memiliki riwayat
kejang
16. Sistem endokrin
Ny. F mengatakan tidak mempunyai penyakit gula dan gondok.

F. Pengkajian Psikososial & Spiritual


1. Psikososial
Ny. F mengatakan dapat bersosialisasi dengan penghuni panti yang lainnya.
2. Emosional
Status emosi Ny. F stabil dan kooperatif saat diajak bicara, sikap klien terhadap
penghuni panti lainnya baik. Klien mengatakan klien mrngalami sesulitan tidur,
klien merasa gelisah dan memikirkan bayak masalah, klien mengatakan ini sudah
terjadi lebih dari satu kali dalam sebulan, bila tidak bisa tidur klien memilih untuk
membaca doa-doa

28
3. Spiritual
Ny. F beragama Islam, dan mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima
waktu. Selain itu juga mengikuti bimbangan rohani dan seluruh kegiatan yang
diadakan di panti. Harapan klien meninggal dengan khusnul khotimah
G. Pengkajian Depresi
1. Inventaris Depresi Beck
a. Kesedihan : klien merasa sedih
b. Pesimisme : klien merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
kedepan, klien mengatakan “bila sudah tinggal dipanti ya sudah tidak pnya
masa depan “
c. Rasa kegagalan : klien merasa benar-benar gagal sebagai seorang perempuan
karena klien tidak mempunyai keturunan
d. Ketidakpuasan : klien mengatakan tidak puas dengan segalanya, klien
mengatakan sudah melalukan yang terbaik tetapi balasan orang dan keluarga
saya tidak sebanding
e. Rasa bersalah : klien tidak merasa benar benar bersalah
f. Tidak menyukai diri sendiri : klien tidak merasa kecewa dengan dirinya
sendiri
g. Membahayakan diri sendiri : klien tidak punya pikiran-pikiran yang
membahagiakan diri sendiri
h. Menarik diri dari soaial : klien tidak kehilangan minat pada orang lain
i. Keragu-raguan : klien membuat keputusan dengan baik
j. Perubahan gambaran diri : klien tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk
dari sebelumnya
k. Kesulitan diri : klien dapat bekerja sebaik sebelumnya
l. Keletihan : klien lelah lebid dari biasanya
m. Anoreksia : nafsu makan klien tidak buruk dari biasanya
Jumlah : 10 Depresi sedang
2. Skala Depresi Geriatrik (YESAVAGE)
a. Pada dasarnya klien tidak puas dengan kehidupanya
b. Klien merasa telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau
kesenanganya
c. Klien merasa bahwa hidup klien kosong
d. Klien sering merasa bosan
29
e. Klien pnya semangat yang baik setiap saat
f. Klien takut sesuatu yang buruk akan terjadi padanya
g. Klien merasa bahagia disebagian besar hidup klien
h. Klien tidak merasa tidak berdaya
i. Klien tidak lebih senang tinggal dirumah daripada pergi keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru
j. Klien tidak merasa memiliki masalah dengan daya ingat dibanding
kebanyakan orang
k. Klien berfikir bahwa hidup klien sekarang ini menyenangkan
l. Klien tidak merasa tidak berharga
m. Klien merasa penuh semangat
n. Klien merasa bahwa keadaan klien tidak memiliki harapan
H. Pengkajian Fungsional Klien
1. Katz index
Bantuan
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Penuh
Sebagian
1. Mandi V
2. Berpakaian V
3. Ke Kamar Kecil V
4. Berpindah V
Tempat
5. BAK/BAB V
6. Makan/Minum V
Ny. F dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.

2. Barthel index
No. Kegiatan Dengan Mandiri
Bantuan
1. Makan/Minum 0 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 0 15
tidur/sebaliknya
3. Kebersihan diri (cuci muka, gosok gigi, 0 5
menyisir rambut)
4 Keluara masuk kamar mandi (menyeka 0 10
tubuh, menyiram, mencuci baju)
5. Mandi 0 15
6. Jalan-jalan di permukaan datar 0 5
30
7. Naik turun tangga 0 10
8. Memakai baju 0 10
9. Kontrol BAK 0 10
10. Kontrol BAB 0 10
Jumlah 0 100
Kesimpulan:
Jumlah skor 100 = mandiri

I. Pengkajian Status Mental


1. Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No. Pertanyaan
√ 1. Tanggal berapa hari ini?
√ 2. Hari apa sekarang?
√ 3. Apa nama tempat ini?
√ 4. Dimana alamat anda?
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir?
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9. Siapa nama ibu anda?
√ 10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara berurutan
10 Jumlah
Total Skor: 10 Fungsi intelektual tubuh

J. Pengkajian Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental


No. Aspek Nilai Nilai Klien Kriteria
Kognitif Maksimal
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Negara Indonesia

31
b. Propinsi Jabar
c. Kota Bogor
d. Panti
2. Registrasi 5 5 Pemeriksa mengatakan nama 3
objek selama 1 detik kemudian
klien mengulang nama objek
tersebut
a. kursi
b. meja
c. buku
3. Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari
& angka 100 kemudian dikurangi 7
Kalkulasi sampai 5 tahap
a. 100
b. 93
c. 86
d. 79
e. 72
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk menyebutkan
atau mengulang ketiga objek pada
no.2
a. kursi
b. meja
c. buku
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda (2 objek) tanyakan
namanya!
a. Objek sepatu
b. Objek sandal
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut:
a. Ambil kertas di tangan
anda
b. Lipat dua
c. Taruh di lantai

32
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1)
a. Tutup mata anda
Perintahkan pada klien menilai
satu kalimat dan menyalin
gambar:
a. Tulis satu kalimat
b. Menyalin gambar
Total Nilai 30
Interpretasi hasil :
Nilai >23                    = aspek kognitif dari fungsi mental baik
K. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus
1. Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Braden
a. Persepsi sensori : tidak terbatas
b. Kelembapan : jarang lembab
c. Aktifitas : jalan keluar ruang
d. Mobilisasi : tidak terbatas
e. Nutrisi : sempurna
f. Gesekan dan cubitan : tidak ada masalah. Total skor : 23
2. Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Norton
a. Kondisi fisik : baik
b. Kesadaran : CM
c. Aktifitas : mandiri
d. Mobilitas bebas
e. Inkontenensia : tidak ada
Total skor : 20
L. Pengkajian Resiko jatuh
1. Postural Hipotensi
Tidur : 110/70 mmHg
Duduk : 110/70 mmHg
Berdiri : 110/70 mmHg
2. Fungsional reach (FR) test
Klien mampu berdiri condong selama satu menit dengan jarak 5 inchi

33
3. The timed up and go (TUG) test
Klien mampu berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah, kembali ke kursi,
mengangkat satu kaki setinggi langkah dan duduk kembali
Ukuran waktu dalam detik : > 10 detik mobilisasi bebas

4. Factor resiko jatuh akibat mobilisasi


Keterangan Kriteria Skore
Usia 60-70 tahun V
> 70
Status mental * Binggung terus menerus
Kadang kadang binggung
Penurunan tingkat kooperatif
Riwayat jatuh 1-2 kali
dalam 1 bulan Berulang
Pakai kateter/ ostomi
Kebutuhan eliminasi
Incontinensia
Gangguan
penglihatan *
Mobilisasi Tidur berbaring di tempat tidur/ duduk dikursi
Gaya berjalan, melangkah lebar
Kehilangan keseimbangan berdiri dan berjalan
*
Penurunan koordinasi otak
Kesukaran berjalan, sempoyongan
Menggunakan alat bantu : kruk, walker
Obat beresiko Menggunakan 1 obat
Hospitalisasi 3 hari dirawat sejak masuk/ dirujuk
2 hari pembedahan atau melahirkan
Persiapan alat IV line
Therapy anti embolitik
Total skore : 1

3.2 Analisa Data


Data Masalah Etiologi
Ds : Nyeri kronik ketunadayaan fisik (artritis)
P : Saat ini klien merasa
nyeri pada persendian
Q : Nyeri dirasa saat klien
duduk diam, namun

34
rasa nyeri hilang saat
klien beraktifitas
R : Rasa nyeri seperti kaku
pada daerah
persendian
S : Dengan skala nyeri
sedang
T : Dirasa hilang timbul
tidak pasti.
Do :
- Klien terlihat
memegangi kakinya
sesekali
- Bentuk tulang klien
scoliosis
- Klien terlihat
meringis
Ds :
- Klien mengatakan klien Gangguan pola tidur insomnia dalam waktu lama,
mengalami sesulitan terbangun lebih awal dan
tidur penurunan kemampuan
- klien merasa gelisah fungsi yng ditandai dengan
dan memikirkan bayak penuaan perubahan pola tidur
masalan dan cemas
- klien mengatakan ini
sudah terjadi lebih dari
satu kali dalam sebulan
- klien mengatakan bila
tidak bisa tidur klien
memilih untuk
membaca doa-doa
Do :
- klien terlihat tidur siang
- klien tampak

35
mengantuk di pagi hari.

36
3.3 Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronik Setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan keperawatan selama 3 × 24 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan jam pasien diharapkan nyeri secara komprehensif
ketunadayaan hilang dengan criteria : termasuk lokasi, karakteristik,
fisik atau Kontrol nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan
psikososial kronis 1. Mengenali faktor faktor presipitasi
(misalnya, kanker penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal
metastasis, cedera 2. Mengenali onset dari ketidaknyamanan
neurologis dan (lamanya sakit) Gunakan teknik komunikasi
artritis) 3. Menggunakan terapeutik untuk mengetahui
metode pencegahan pengalaman nyeri pasien
4. Menggunakan 3. Kaji kultur yang
metode nonanalgetik mempengaruhi respon nyeri
untuk mengurangi 4. Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri untuk menentukan intervensi
5. Menggunakan 5. Ajarkan tentang teknik non
analgetik sesuai farmakologi
kebutuhan 6. Berikan analgetik untuk
6. Mengenali gejala- mengurangi nyeri
gejala nyeri 7. Evaluasi keefektifan kontrol
7. Mencatat nyeri
pengalaman nyeri 8. Kolaborasikan dengan dokter
sebelumnya jika ada keluhan dan tindakan
Melaporkan nyeri sudah nyeri tidak berhasil
terkontrol Analgesic Administration
Tingkatan nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
1. Melaporkan adanya kualitas, dan derajat nyeri
nyeri sebelum pemberian obat
2. frekuensi nyeri dan 2. Cek instruksi dokter tentang
panjangnya episode jenis obat, dosis, dan
nyeri frekuensi
3. ekspresi nyeri pada 3. Cek riwayat alergi

37
wajah 4. Pilih analgesik yang
4. kurangnya istirahat diperlukan atau kombinasi
3. ketegangan otot dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
8. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur


tidur keperawatan selama 3 × 24 1. Tetapkan pola kegiatan dan
berhubungan jam pasien diharapkan dapat tidur pasien
dengan insomnia memperbaiki pola tidurnya 2. Monitor pola tidur pasien
dalam waktu dengan criteria : dan jumlah jam tidurnya
lama, terbangun 1. Mengatur jumlah jam 3. Jelaskan pentingnya tidur
lebih awal atau tidurnya selama sakit dan stress fisik
terlambat bangun 2. Tidur secara rutin 4. Bantu pasien untuk
dan penurunan 3. Miningkatkan pola menghilangkan situasi
kemampuan tidur stress sebelum jam tidurnya
fungsi yng 4. Meningkatkan
ditandai dengan kualitas tidur
penuaan 5. Tidak ada gangguan
perubahan pola tidur
tidur dan cemas

38
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal/
No. Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Waktu
1. 19-11- Pain Management Subjektif:
2020 1. Melakukan pengkajian  Klien mengatakan masih
09.45 nyeri secara komprehensif merasakan nyeri di bagian
termasuk lokasi, lutut, munculnya nyeri
karakteristik, durasi, biasanya setelah beraktifitas.
09.50 frekuensi, kualitas dan Saat aktifitas nyeri tidak
faktor presipitasi dirasakan, tetapi saat duduk
2. Mengobservasi reaksi baru nyeri dirasakan, bila
09.53 nonverbal dari dibawa istirahat (tidur) nyeri
ketidaknyamanan Gunakan berkurang.
09.55 teknik komunikasi  Klien mengatajakan nyeri
11.20 terapeutik untuk dirasakan skala 6 (sedang),
13.45 mengetahui pengalaman munculnya nyeri tidak pasti.
nyeri pasien  Klien mengatakan mengerti
3. Mengkaji tipe dan sumber cara mengurangi nyeri
nyeri untuk menentukan dengan cara kompres air
intervensi hangat.
4. Mengajarkan tentang Objektif:
manjemen nyeri : kompres  Klien tampak memegang
hangat. lututnya dan meringis nyeri.
5. Memberikan analgetik  Klien tampak mengerti
untuk mengurangi nyeri menajemen nyeri (kompres
6. Mengevaluasi keefektifan hangat) yang diajarkan oleh
kontrol nyeri perawat.
 Klien tampak belum bisa
mengontrol nyeri dan belum
bisa melakukan manejemen

39
nyeri yang diajarkan
perawat.
Asasment:
Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan
teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
3. Mengajarkan tentang
manjemen nyeri : Kompres
hangat.
4. Memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan
kontrol nyeri
2. 19-11- Peningkatan Tiidur Subjektif:
2020 1. Menetapkan pola kegiatan  Klien mengatakan biasanya
dan tidur pasien tidur siang setelah shalat
2. Memonitor pola tidur zuhur dan bangunnya
pasien dan jumlah jam kadang-kadang sebelum
tidurnya shalat asyar.
3. Menjelaskan pentingnya  Klien mengatakan saat tidur
tidur selama sakit dan stress malam hanya 3 - 4 jam,
fisik sering terbangun saat malam

40
4. Membantu pasien untuk (biasanya BAK, sahalat
menghilangkan situasi tahajut, membaca
stress sebelum jam tidurnya AL_Qur’an) dan susah
(saat tidur siang) untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit
untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya
(memikirkan keluarga yang
tidak sesuai dengan harapan
klien). Sehingga hal tersebut
membuatnya terbangun saat
tidur dan sulit untuk tidur
lagi.
 Klien mengatakan mengerti
pentingnya tidur yang cukup
untuk kesehatan tubuh.
Objektif:
 Klien sudah memiliki jadwal
harian.
 Klien tampak tidur saat jam
12.43
 Klien tampak mengerti
dengan penjelasan perawat
tentang pentingnya pola
tidur yang cukup.
Assesment:
 Masalah Gangguan pola
tidur teratasi sebagian.

Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur

41
pasien dan jumlah jam
tidurnya
2. Membantu pasien untuk
menghilangkan situasi
stress sebelum jam
tidurnya (saat tidur siang)
3. Menetapkan pola
kegiatan dan tidur pasien
3. 20-11- Manajement Pain Subjektif:
2020 1. Melakukan pengkajian  Klien mengatakan masih
08.00 nyeri secara komprehensif merasakan nyeri di bagian
termasuk lokasi, lutut, munculnya nyeri
karakteristik, durasi, setelah beraktifitas (senam
08.05 frekuensi, kualitas dan pagi). Saat aktifitas nyeri
faktor presipitasi tidak dirasakan, tetapi saat
2. Mengobservasi reaksi duduk baru nyeri dirasakan,
08.06 nonverbal dari bila dibawa istirahat (tidur)
ketidaknyamanan Gunakan nyeri berkurang.
11.30 teknik komunikasi  Klien mengatajakan nyeri
12.00 terapeutik untuk dirasakan skala 6 (sedang),
mengetahui pengalaman munculnya nyeri tidak pasti.
nyeri pasien  Klien mengatakan mengerti
3. Mengajarkan tentang cara mengurangi nyeri
manjemen nyeri : Kompres dengan cara kompres air
hangat. (mempraktekkan hangat.
secara langsung kepada  Klien mengatakan nyeri
pasien) berkurang setelah dilakukan
4. Memberikan analgetik kompres air hangat.
untuk mengurangi nyeri
Objektif:
5. Mengevaluasi keefektifan
 Klien tampak memegang
kontrol nyeri
lututnya dan meringis nyeri.
 Klien tampak mengerti
menajemen nyeri (kompres

42
hangat) yang diajarkan oleh
perawat.
 Klien sudah bisa
mengontrol nyeri
Asasment:
 Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan
teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
3. Mengajarkan tentang
manjemen nyeri : Tehnik
distraksi.
4. Memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan
kontrol nyeri.
4. 20-11- Peningkatan Tidur Subjektif:
2020 1. Memonitor pola tidur  Klien mengatakan biasanya
pasien dan jumlah jam tidur siang setelah shalat
tidurnya zuhur dan bangunnya
2. Membantu pasien untuk kadang-kadang sebelum
menghilangkan situasi shalat asyar.
stress sebelum jam tidurnya  Klien mengatakan tadi

43
(saat tidur siang) malam tidurnya 4 – 5 Jam,
3. Menetapkan pola kegiatan karena sering terbangun saat
dan tidur pasien. malam (biasanya BAK,
sahalat tahajut, membaca
AL_Qur’an) dan susah
untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit
untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya
(memikirkan keluarga yang
tidak sesuai dengan harapan
klien). Sehingga hal tersebut
membuatnya terbangun saat
tidur dan sulit untuk tidur
lagi.
Objektif:
 Klien tampak mengantuk
saat pagi hari
 Klien sudah memiliki jadwal
harian.
 Klien tampak tidur saat jam
13.00
Assesment:
 Masalah Gangguan pola
tidur teratasi sebagian.
Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur
pasien dan jumlah jam
tidurnya
2. Membantu pasien untuk
menghilangkan situasi
stress sebelum jam

44
tidurnya (saat tidur
siang)
3. Menetapkan pola
kegiatan dan tidur pasien
5. 21-11- Pain Management Subjektif:
2020 1. Melakukan pengkajian  Klien mengatakan masih
nyeri secara komprehensif merasakan nyeri di bagian
termasuk lokasi, lutut, munculnya nyeri
karakteristik, durasi, setelah beraktifitas (senam
frekuensi, kualitas dan pagi). Saat aktifitas nyeri
faktor presipitasi tidak dirasakan, tetapi saat
2. Mengobservasi reaksi duduk baru nyeri dirasakan,
nonverbal dari bila dibawa istirahat (tidur)
ketidaknyamanan Gunakan nyeri berkurang.
teknik komunikasi  Klien mengatajakan nyeri
terapeutik untuk dirasakan skala 6 (sedang),
mengetahui pengalaman munculnya nyeri tidak pasti.
nyeri pasien  Klien mengatakan mengerti
3. Mengajarkan tentang cara mengurangi nyeri
manjemen nyeri : Kompres dengan cara kompres air
hangat. (mempraktekkan hangat.
secara langsung kepada  Klien mengatakan nyeri
pasien) berkurang setelah dilakukan
4. Memberikan analgetik kompres air hangat.
untuk mengurangi nyeri
Objektif:
5. Mengevaluasi keefektifan
 Klien tampak memegang
kontrol nyeri.
lututnya dan meringis nyeri.
 Klien tampak mengerti
menajemen nyeri (kompres
hangat) yang diajarkan oleh
perawat.
 Klien sudah bisa
mengontrol nyeri

45
Asasment:
 Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan
teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
3. Mengajarkan tentang
manjemen nyeri : Kompres
hangat. (mempraktekkan
secara langsung kepada
pasien)
4. Memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan
kontrol nyeri.

6. 21-11- Peningkatan Tidur Subjektif:


2020 1. Memonitor pola tidur  Klien mengatakan biasanya
pasien dan jumlah jam tidur siang setelah shalat
tidurnya zuhur dan bangunnya
2. Membantu pasien untuk kadang-kadang sebelum
menghilangkan situasi shalat asyar.
stress sebelum jam tidurnya  Klien mengatakan tadi
(saat tidur siang) malam tidurnya 4 – 5 Jam,

46
3. Menetapkan pola kegiatan karena sering terbangun saat
dan tidur pasien malam (biasanya BAK,
sahalat tahajut, membaca
AL_Qur’an) dan susah
untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit
untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya
(memikirkan keluarga yang
tidak sesuai dengan harapan
klien). Sehingga hal tersebut
membuatnya terbangun saat
tidur dan sulit untuk tidur
lagi.
Objektif:
 Klien tampak mengantuk
saat pagi hari
 Klien sudah memiliki jadwal
harian.
 Klien tampak tidur saat jam
13.00
Assesment:
 Masalah Gangguan pola
tidur teratasi sebagian.
Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur
pasien dan jumlah jam
tidurnya
2. Membantu pasien untuk
menghilangkan situasi
stress sebelum jam
tidurnya (saat tidur

47
siang)
3. Menetapkan pola
kegiatan dan tidur pasien

48
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas masalah yang dijumpai selama melaksanakan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F Dengan Diagnosa Medis rematoid arthritis di wisma
bougenfil PSTW Budi luhur”
Penulis memberikan Asuhan Keperawatan pada klien selama 3 hari sejak 19
November 2020 sampai 21 November 2020 dimana penulis menggunakan metode
pendekatan proses keperawatan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah keperawatan.
4.1 Pengkajian
1. Identitas Klien.
Pada tinjauan teori dan kasus yang perlu dikaji dari identitas klien adalah
nama, jenis kelamin, pendidikan, umur, suku status, pekerjaan, alamat, agama, tanggal
masuk rumah sakit, ruangan, kamar klien, nomor register, dan penanggung jawab
dalam perawatan. Hal ini berguna agar Asuhan Keperawatan yang tepat dapat
dilakukan sesuai dengan individu yang bersangkutan.
Semua data diatas merupakan indikator penting bagi klien yang mengalami
masalah sistem neorologi, yang merupakan penyebab kematian utama
Pada kasus usia, jenis kelamin dan suku juga sangat mempengaruhi karena
semakin tua usia seseorang resiko mengidap suatu penyakit semakin tinggi pula, jenis
kelamin dan suku juga sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Sehingga dapat
kita ketahui seberapa besar klien beresiko mengidap suatu penyakit
2. Keluhan Utama.
Keluhan utama yang muncul pada klien dengang rematik kami temukan pada
hari adalah nyeri dan gangguan tidur
3. Pemeriksaan Fisik.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui status kesehatan klien dan dapat membuat rencana tindakan keperawatan
serta melaksanakannya dengan tepat.
Pada pemeriksaan fisik di tinjauan kasus adanya, nyeri klien mengeluh nyeri
pada persendian kedua lututnya

49
4. Pengkajian Depresi
Pada tinjuan kasus ditemukan klien mengalami depresi sedang, klien sering
merasa kosong dn bosan, tidak memiliki harapan untuk hidupnya kesepan, klien
hanya berharap dapat meninggal dalam khusnul khotimah
4.2 Diagnosa Keperawatan.
Pada tinjauan teoritis diagnose yg mungkin muncul adalah
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi dan
penurunan integritas tulang
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
4. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun
lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai
dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas
Pada tinjauan kasus penulis menemukan tiga diagnosa keperawatan yang muncul
yaitu :

1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik (artritis)


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun
lebih awal dan cemas
Dari perbandingan pada klien dengan stroke ada 5 masalah, akan tetapi pada kasus
hanya terdapat 2 sesuai dengan data yang mendukung untuk di tegakkannya diagnosa
keperawatan.

4.3 Perencanaan Keperawatan


Dalam tinjauan teoritis perencanaan keperawatan ditujukan pada setiap masalah
yang muncul, sedangkan pada kasus penulis menambahkan jangka waktu pencapaian
tujuan. Hal ini juga penting untuk mengevaluasi tindakan yang diberikan pada klien untuk
mengetahui perkembangan status kesehatan klien. Perencanan dari tidakan yang di
fokuskan adalah pada masalah nyeri agar nyeri tidak mengakibatkan gangguan

50
mobilisasi pada klien dan gangguan pola tidur klien agar klien memperoleh waktu
istirahat yang berkualitas.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pada tahap ini sangat diperlukan pendekatan dengan klien, kerja sama sangat
diperlukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi. Tindakan yang dilakukan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang ditujukan untuk mengatasi
masalah yang dirasakan saat ini berdasarkan prioritas masalah dan diagnose yang
ditegakkan yaitu nyeri berhubungan dengan ketunadayaan fisik dan gangguan pola tidur
berhubungan dengan insomnia. Penatalaksaanan dapat berjalan lancar karena klien mau
diajak bekerja sama klien mampu melakukan manajemen nyeri dan mengerti pentingnya
istirahat tidur dan berusaha untuk menghilangkan situasi stress. Namun kelompok
mengalami kesulitan dalam penanganan depresi klien

4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan pencapaian tujuan dari proses keperawatan dimana penulis
melakukan evaluasi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan pada tujuan dan hanya
dilakukan pada masalah yang terdapat pada kasus. Penulis melakukan evaluasi setiap hari
pada catatan perkembangan agar lebih efektif dalam mengevaluasi perkembangan yang
terjadi pada klien.

Pada hari pertama hingga hari ketiga intervensi, klien masih merasakan adanya
nyeri namun rasa nyeri masih dapat terkontrol rasa nyeri tersebut juga timbul sewaktu-
waktu tidak secara terus menerus. Gangguan pola tidur klien berangsur-angsur hilang
namun belum sepenuhnya klien masih sulit tertidur namun dalam rentang waktu yang
lebih sedikit

4.6 Jurnal
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Armi Kurnia Tarbiyati Dan Soewadi, Sumarni
di kecamatan mergangsan yogyakarta pada tahun 2004 dengan judul hubungan antara
insomnia dan depresi pada lanjut usia di kecamatan mergangsan Yogyakarta, terdapat
pengaruh antara terjadinya depresi pada lansia terhadap insomnia, begitu juga yang terjadi
pada klien kami Ny. F menurut hasil pengajian skala depresi klien mengalami depresi
sedang,dan kesulitan untuk tidur (insomnia) klien merasa, tidak memiliki harapan hidup
kedepan, klien juga merasa kosong, klian sering memikirkan masalah dalam keluarganya
sebelum klien tidur, klien juga sering terbangun dimalah hari namun sulit untuk tidur lagi.

51
Depresi pada lansia kadang-kadang tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan
penanggungan yang semestinya karena gejala-gejala yang muncul seringkali dianggap
sebagai proses penuaan yang normal. Dalam masyarakat perempuan lebih besar
mengalami depresi dibandingkan dengan laki-laki, ini disebabkan karena ada perempuan
yang bekerja dan mengurus rumah tangga, maka peluang muncul masalah yang dihadapi
lebih banyak sehingga dapat mengganggu pikiran dan dapat mencetuskan terjadinya
depresi dan insomnia.
Proses menjadi lansia akan membawa perubahan pola tidur. Gangguan yang sering
dijumpai pada lansia adalah insomnia. Sepertiga dari populasi yang lebih tua dari 65
tahun mengalami insomnia.
Penelitian oleh Suryo 2003 menyatakan bahwa dibandingkan dengan cemas dan nyeri
maka kejadian depresi pada lansia dengan insomnia adalah yang terbanyak. Marchia
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat depresi semakin besar kemungkinan
mengalami insomnia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh I Nengah Sumirta tahun 2008
tentang hubungan antara aktifitas fisik dengan depresi pada lansia dipanti pelayanan
lanjut usia wana seraya denpasar hal ini bertolak belakang dengan klien kami Ny F. Ny F
masih dapat melakukan aktifitas secara mandiri dan dapat beraktifitas secara normal
bebas tanta adanya masalah pada mobilisasi klien, hasil studi yang dilakukan oleh I
Nengah Sumarti tahun 2008 dan Bondan tahun 2005 yang menyatakan keterbatasan
melakukan aktifitas dapat menyebabkan depresi, depresi juga dapat menyebabkan
disabilitas fisik. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ariawan tahun 2000
faktor factor yang dapat menimbulkan depresi pada lansia adalah stress psikologi,
keterbatasan melakukan ADL dan aktifitas kegiatan instrument setiap hari Dan klien kami
Ny F mengalami gangguan depresi dikarenakan masalah psikologi

52
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan rematoid astritis maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan kasus pada
pengakajian tidak ditemukan semua tanda dan gejala hanya beberapa yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan krtunadayaan fisik (artritis) dan gangguan pola tidur berhubungan
dengan insomnia
Pada penatalaksanaan yang terjadi dilapangan klien Ny. F kooperatif dan mau
diajak bekerja sama sehingga memudahkan proses keperawatan
5.2 Saran.
Berdasarkan hasil penerapan kasus yang telah dilakukan pada klien, maka penulis
memberikan beberapa saran yang kiranya berguna bagi kita semua untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.

a. Untuk pelaksana praktek


1. Dalam melakukan pengkajian pada klien hendaknya dilakukan dengan secara
teliti sehingga diperoleh data yang akurat untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan.
2. Dalam menetapkan perencanaan hendaknya perawat memperhatikan seluruh
aspek perawatan yaitu bio, psiko, sosio dan spiritual, sehingga Asuhan
Keperawatan dapat diberikan secara komprehensif.
3. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan diperlukan kerjasama dengan tim
kesehatan lainnya untuk penunjang pelaksanaan keperawatan yang menyeluruh
terhadap klien dan dilakukan berdasarkan prioritas masalah.
4. Dalam melakukan evaluasi hendaknya perawat dapat melakukan perbandingan
antara tujuan dan kriteri hasil yang telah ditetapkan dengan hasil yang ditemui
pada klien, apakah masalah dapat teratasi seluruhnya atau sebagaian saja atau
mungkin tidak teratasi sama sekali.

53
b. Untuk klien
1. Klien hendaknya tidak memikirkan permasalahan- permasalahan yang dapat
mengganggu kesehatanya
2. Klien hendaknya lebih memiliki harapan dan menghilangkan rasa kosong
yang ada didalam diri klien.
3. Klien hendaknya terus melatih kekuatan seluruh otot ekstrimitasnya dan
beraktifitas secara normal dan istirahat yang cukup untuk menjaga kesehatan
klien

54
DAFTAR PUSTAKA
Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby Elsevier.
Herdman, T.H. (2009). NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions and
Classification edition 2009-2011. United Kingdom: Willey Blackwell.
http://ajunkdoank.wordpress.com/2008/12/25/definisi-dan-patologi-osteoarthritis-oa/, diakses
17 Oktober 2011
http://www.slideshare.net/sibermedik/osteoartritis-2809824, diakses 17 Oktober 2011
http://mukipartono.com/osteoartritis/ diakses 17 Oktober 2011
Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.
Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Media Aesculapius.
Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition). America: Mosby
Elsevier
Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.
Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta: Puspa
Swara.

55

Anda mungkin juga menyukai