Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

M
DENGAN ANAK DIABETES MELLITUS DI DUSUN X, RT Y,
PLUMBON  

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga Dosen

Pengampu : Leya Indah P.,S.Kep.,M.Kep 

Disusun oleh : 

Anno Priyono Diah
Faridah Rina
Puspita 
 Asep Wira 
 Asep Mulyadi 

Sumiasih Susli A 
Ratna
ningsih Oktavia
Mimin S Yeyet
Rohayati Dewi 
Ledinar N 

PRODI S1 KEPERAWATAN  
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
CIREBON TAHUN 2018    

BAB
I PENDAHULUA
A.   Latar Belakang  N 

Menurut WHO, Indonesia menepati urutan ke  –  4 terbesar dalam jumlah penderita
diabetes mellitus di dunia. Tahun 2000 saja terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang
mengidap diabetes. Seiring berjalannya waktu pada tahun 2006 diperkirakan jumlah
 penderita diabetes meningkatkan tajam menjadi 14 juta orang dengan 50 % yang sadar
mengidapnya dan 30% yang dating berobat teratur. Sangat disayangkan bahwa banyak
 penderita diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit ini.Hal ini disebabkan
karena kurangnya informasi tentang diabetes terutama gejala  –  gejalanya, keluhan dan

 penyebabnya serta kurangnya perhatian keluarga dalam memerhatikan keluargannya karena


mengingat kesibukan yang dilakukan oleh anggota keluarga. Sebagian besar kasus diabetes
yang diderita diabetes tipe 2 dari pada tipe 1 hal ini dipengaruhi oleg gaya hidup seseorang
dan pola yang dikembangkan keluarganya. 
Maka dari itu, dalam mengatasi masalah ini peran keluarga sangat diperlukan karena
keluarga juga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggota sehingga
memahami masalah kesehatan anggotanya antara satu dengan lainya sehingga mampu
memberi dampak positif salah satunya dengan merawat dan mencari pelayanan kesehatan
untuk kesehatan yang sempurna.Sehingga agar keluarga mampu menjalankan tugas dan

 perannya perlu dilakukan suatu tindakan yaitu asuhan kepewatan keluarga pada penderita
diabetes mellitus agar dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepata setiap anggota
keluarga dalam memelihara kesehatan keluarganya.  

B.   Rumusan Masalah 

1.   Bagaimana konsep keluarga dalam keperawatan ?  

2.   Bagaimana konsep penyakit diabetes mellitus ? 

3.   Bagaimana konsep asuhan keperawatan keluarga pada diabetes mellitus? 


 

C.   Tujuan 

1.   Untuk memahami konsep keluarga dalam

keperawatan. 2. 

Untuk memahami konsep penyakit diabetes mellitus. 

3.  Untuk memahami konsep asuhan keperawatan keluarga pada diabetes mellitus. 

D.   Manfaat 

1.   Dapat memahami konsep keluarga dalam keperawatan. 

2.   Dapat memahami konsep penyakit diabetes mellitus. 

3.   Dapat memahami konsep asuhan keperawatan keluarga pada diabetes mellitus. 


 

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA 

A.   Konsep Dasar

Keluarga 1. 

Definisi Keluarga 

Berikut akan dikemukan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007)  
a.  Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut: “Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
 budaya”. 

 b.  Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut: “ Keluarga


adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa
orang yang tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling bergantungan”.  

c.  Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut: “Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi
 pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga”.  

d.  Menurut BKKBN (1999) mendefinisikan sebagai berikut: “ Keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada
tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungan. 

2.   Tipe atau Bentuk Keluarga  

Menurut Sudiharto, (2007) tipe dan bentuk keluarga adalah sebagai berikut :  
a.   Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
 perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik
karena kelahiran (natural) maupun adopsi.  

 b.  Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal
seseorang dilahirkan. 

c.   Keluarga besar (extended Family) adalah keluarga inti ditambah keluarga yang
lain
 
(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, paman, bibi, sepupu.

d.   Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti. 

e. Keluarga duda atau janda keluarga yang terbentuk dari percerai atau
 
kematian
 pasangan yang dicintai. 

f.   Keluarga komposit (komposite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami


yang hidup bersama. 

 
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation) adalah dua orang yang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan bisa memiliki anak atau tidak. Di indonesia bentuk keluarga ini
tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga
kohabitasi ini dapat diterima. 

h.   Keluarga inses (incest family) seiring dengan masuknya nilai-nilai global yang
 pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak
lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah
dengan anak tirinya .walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah
keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui
 pemberitaan dari berbagai cetak elektronik.  
i.   Keluarga tradisional dan nontradisional dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional
tidak diikat oleh perkawinan. 

 
 
3. Tahap Perkembangan Keluarga

Tugas perkembangan keluarga adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran


anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata
kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk
timbulnya masalah-masalah kesehatan.  

4.   Peran Keluarga 

 Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasikan 8 peran dasar yang membentuk posisi
sosial sebagai suami-ayah dan ibu-istri: 
a.   Peran sebagai provider (penyedia) 

 b.  Peran sebagai pengatur rumah

tangga c. 

Peran perawatan anak  

d.   Peran sosialisasi anak  

e.   Peran rekreasi 

f. Peran persaudaraan( Lainship) (memelihara hungan keluarga paternal dan


 
maternal

g.   Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan) 

h.   Peran seksual 

i.   Peran perkawinan 

5. Fungsi Keluarga  
Menurut Friadman, (1998) fungsi keluarga adalah sebagai berikut
: a.  Fungsi afektif  
  Berhungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikososial
fungsi efektif inin merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga. 
 b.  Fungsi sosialisasi 

Sosialisasi dimulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan keluarga


dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota. Anggota keluarga belajar
disiplin, belajar norma, budaya dan prilaku melalui hubungan interaksi dalam
keluarga.
c.   Fungsi reproduksi 

Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya


manusia. 
d.   Fungsi ekonomi 

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan


makan, minum, pakaian dan tempat tinggal, dll. 
e.   Fungsi keperawatan kesehatan 

Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5


tugas kesehatan keluarga yaitu : 
1)   Keluarga mengenal masalah kesehatan  

2)   Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi


masalah kesehatan. 

3)   Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah


 
kesehatan
4)   Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah
yang sehat 

5)   Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat. 

B.   Konsep Dasar Penyakit Diabetes

Millitus 1. 

Pengertian Diabetes Millitus 

Diabetes militus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia

akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.Kelaianan pada sekresi/
kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein.Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
 panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf,
 jantung dan pembuluh darah. 
World health organization (WHO) sebelum telah merumuskan bahwa DM

merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan
singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik
dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan gangguan fungsi insulin.  

2.   Klasifikasi Diabetes Millitus 

Klasifikasi yang di tentukan oleh National Diabetes Data Group of The National
Institutes of Health, sebagai berikut : 
a.   Diabetes Melitus tipe I atau IDDM ( Insulin Dependen Diabetes Militus) atau tipe
Juvenil : 

Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin
untuk mempertahankan hidup.Diabetes militus tipe 1 juga disebut juveline onset,
karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun.Pada tipe ini terjadi destruksi sel
 beta pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolute.Mereka cenderung
mengalami komplikasi metabolic akut berupa ketosis dan ketoasidosis.  
 b.  Diabetes Militus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Militus) :  

Dikenal dengan maturity konsep, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara
absolute melainkan relative oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada
kecenderungan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin
yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post
reseptor yang tidak efektif. 

c.  Gestational Diabetes disebut juga DMG atau Diabetes Militus Gestational.  

Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningktanya


hormon-hormone pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa
 pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.  
d.  Intoleransi Glukosa berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu.  

Yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat-obatan,
dan bahan kimia.Kelainan reseptor insulin dan sindrom genetic tertentu. Umumnya
obat-obatan tertentu mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain : diuretic
vurosemid ( lasik), dan ehiazide gukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (
Long, 1996 ). 

3.   Anatomi Fisiologis 

Prankreas adalah sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar
ludah panjang kira-kira 15cm mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-
rata 69-90gr. Terbentang pada veterbra lumbalis I dan II dibelakang lambung, 
a.   Bagian dari pankreas : 

1)   Kepala pankreas, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan didalam

lekukan deudenum. 

2)   Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya

dibelakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama. 

3)   Ekor pankreas, bagian runcing disebelah kiri yang sebenarnya menyentuh

limpa. 

 b.  Fungsi pankreas ada 2 yaitu: 

1)   Fungsi eksokrin yaitu membentuk getah pankreas yang memberikan

enzim dan elektrolit 

2)   Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang


 bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin.  

Pulau langerhans terdiri atas: sel- sel yang menghasilkan glukagon ,sel- sel beta yang
menghasilkan insulin ,glukagon dan insulin mengatur kadar gula darah. Insulin adalah
hormon hipoglikemik (menurunkan gula darah) sedangkan glukagon bersifat
hiperglikemik (meningkatkan gula darah).Selain ini ada sel-sel delta yang menghasilkan
somastostatin yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon. Selain itu sel F
menghasilkan polipeptida dan pankreatik yang berperan mengatur fungsi eksokrin
 pankreas.(Tambayong, 2001) 
Fisiologis dari diabetes mellitus adalah jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh
hati dan dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis
 beberapa hormon antara lain:  

a.  Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja insulin yaitu
merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara membantu glukosa
darah masuk kedalam sel 

 b.  Hormon yang meniingkatkan kadar gula darah antara lain: 

1)   Glukagon yang disekresikan oleh sel alfa pulau langerhans 

2)   Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan

kromafin. 3) 

Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal. 

4)  Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. 

Glukagon, epinefrin , glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu mekanisme


counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin.  

4.   Etiologi Diabetes Millitus 

DM dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996) menyebutkan bahwa ada 4
 penyebab terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel pankreas dan sekresi insulin

yang berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan
dengan resistensi insulin. Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil
 penaran paling penting dalam terjadinya DM karena pola familiar yang kuat ( keturunan
) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin.
Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupunkerja insulin (long, 1996).Fungsi
sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan
untuk, transport glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang melintasi membrane sel
untuk metabolisme intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi
sel pankreas akan menyebabkan gangguan pada metabolisme karbohidrat asam amino,
 
kalium dan fosfat (long, 1996).
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden
DM menurun pada populisasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka
yang mengalami perubahan makanan secara berlebihan.Obesitas merupan faktor resiko
tinggi DM karena jumlah jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan
intoleransi glukosa dan hiperglikemia (rice dan Wilson, 1995). 
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat

mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur-angsur menurun


 bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang
lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemia pada usia lanjut. Hal ini berkaitan
dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin
dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (long,1996). 
Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan
fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996: 588).
Menyatakan bahwa insulin dipenden diabetes militus ( IDDM), atau DM yang
tergantung pada insulin ( tipe 1 ) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans

akibat proses autoimmune. Sedangkan non insulin diabetes militus ( NIDDM ) atau tipe
II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengamnilan glukosa oleh jaringan
veriver dan ferifer dan untuk menghambat produksi gluokosa oleh hati.Sel beta tidak
mampu mengimbangi resistenisi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relative
insulin). Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya : 
a.   Faktor genetic ( herediter ). 

Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang terkena atau


menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote dan autosumonal. Insulin
dipenden diabetes militus :< 50 % non insulin dependen diabetes militus :<90-100%
(long, 1996). 
 b.  Faktor Ras dan Etnik tertentu NIDDM 

Biasanya dialami oleh non kulit putih, pada masyarakat amerika angka kejadian
 NIDDM adalah 1:3, sedangkan pada populasi umum adalah 1:200
(long,1996). c. 
Faktor autoimmune 

Sel-sel beta panklreas dihancurkan oleh sel beta autoimmune.  


e.   Proses radang atau infeksi pada kasus pancreatitis akan terjadi hambatan sekresi
insulin. 
f.   Faktor obesitas, jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan 

g.   Pada keadaan tertentu misalnya pada wanita pada masa kehamilan atau karena efek
dari obat-obatan tertentu (Long,1996) 

5.   Patofisiologi Diabetes Millitus 

Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti
 pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa
darah.Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel
glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.Diabetes melitus merupakan penyakit
yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :  
a.   Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengar uh dari luar (virus, zat kimia tertentu,
dll). 

 b.  Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas. 

c.  Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer (Manaf,


2009). 

Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan :  


a.  Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran
glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena

sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin,
timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi
defisiensi glukosa intrasel. 
 b.  Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akan menyebabkan glukosa
muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria. 
c.   Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O
 bersamanya.Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria
(sering berkemih). 

 
d. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang
 pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume
darah turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat
menyebabkan kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan
gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.  
e.   Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
 perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik.

Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi


untuk mengatasi dehidrasi. 
f.   Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan” akibatnya nafsu
makan
(appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang
 berlebihan). 
g.   Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-
 besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam
darah sebagian besar digunakan oleh selsebagai sumber energi alternatif karena

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.  


h.   Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto kearah
katabolisme protein. Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka lisut
dan melemah sehingga terjadi penurunan berat badan (Sherwood, 2001). 

Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus
tipe 1.Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih

 banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar
glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM
tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga
tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih
tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di

samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi. 
 

6.   Manifestasi Klinis Diabetes Millitus 

Gejala pada DM adalah :  


a.   Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada
malam hari. 

 b.  Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat. c. 

Polipagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.  

d.   Gejala lain yang dirasakan penderita. 

e.   Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari. 

f.   Keletihan. 

g.   Penglihatan atau pandangan kabur. 

h.   Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual dan

muntah. i. 

Kehilangan berat badan. 

 j.  Luka, goresan lama

sembuh. k. 

Kaki kesemutan, mati rasa. 

l.  Infeksi kulit. 

Kriteria diagnosa yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun

1980 dan 1985 masih digunakan, meskipun semenjak itu telah ditarik dan diperbaiki
oleh American Diabetes Association (ADA) melalui komite ahli tentang diagnosa dan
 penggolongan diabetes mellitus 1997. Kriteria yang dimaksud sebagaiberikut :  
a.  WHO : Kadar glukosa atau gula dengan atau yang melampaui 11.1 mmol/1
dalamplasma darah vena yang diambil sampelnya secara acak. (atau 10.1 mmol/1
 jikaseluruh darah vena diambil sampelnya), atau kadar gula puasa dengan atau yang
melampaui 7.8 mmol/1 dalam plasma darah vena. (Atau 6.7 mmol/1 jika
seluruhdarah vena diambil sampelnya). 

 b.  ADA :Kadar glukosa dengan atau yang melampaui 11.1 mmol/1 dalam plasmadarah
vena yang diambil sampelnya secara acak, ditambah dengan gejala-gejaladiabetes,
atau kadar gula puasa dengan atau yang melampaui 7.0 mmol/1 dalamplasma sampel
darah vena. (Puasa dinyatakan sebagai tanpa makan atau minumyang mengandung
kalori-kalori selama 6-10 jam sebelumnya, biasanya semalam)(Mc Wright, 2008).  

Diagnosa pasti DM apabila ada gejala khas serta keluhan yang tersebut diatas
ditambah kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa125
mg/dl pada dua kali pemeriksaan yang berbeda.  

7.   Komplikasi Diabetes Millitus 

Komplikasi DM terbagi menjai 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik


menurut Smeltzer(2002)yaitu: 
a.   Komplikasi akut, adalah komplikasi pada DM yang penting dan berhubungan dengan
keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut
adalah: 

1)   Diabetik Ketosedosis (DKA)Ketoasidosis Diabetik merupakan defesiensi


insulin
 berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM. Diabetik Ketoasidosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau cukupnya jumlah insulin yang nyata. 

2)   Koma Hiperosmolar Nonketotik(KHHN)Koma hipermosolar Nonketonik

merupakan keadaan yang didominasi oleh Hiperosmolaritas dan hiperglikemia


dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan
DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN . 

3)   Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah
50-60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian priparat insulin atau
 preparat oral berlebihan, konsumsi makanan terlalu sedikit  

 b.  Komplikasi kronik Efek samping diabetes militus pada dasarnya terjadi pada semua
 pembuluh darah diseluruh bagian tubuh atau angiopati diabetik dibagi menjadi

2: 1) 

Komplikasi mikrovakuler  

a)   Penyakit GinjalSalah satu akibat utama dari perubahan- perubahan


mikrovaskuler adalah perubahan pada strutural dan fungsi ginjal. Bila

kadar glukosa dalam darah meningkat, maka sikulasi darah ke ginjal


menjadi menurun sehingga pada akhirnya bisa terjadi nefropati. 
 b)  Penyakit Mata Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati.
Katarak juga dapat disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.  

c)   Neuropati Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf


otonom medula spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan
 perubahan-perubahan mebolik lain dalam sintesa fungsi myelin yang
dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi
saraf. 

2)   Komplikasi Makrovaskuler  

a)   Penyakit jantung koroner Akibat diabetes maka aliran darah akan melambat

sehingga terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya


keseluruh ubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis)
dengan resiko penyakit jantung koroner atau stroke.  

 b)  Pembuluh Darah Kaki Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf  –s  araf
sensorik keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi dimulai dari celah-
celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal
dan kalus demikian juga pada daerah-daerah yang terkena trauma.  

8.   Penatalaksanaan Diabetes Millitus 

a.   Penatalaksanaan secara

medis 1) 

Obat hipoglikemik oral 

a)  Golongan sulvonilurea/sulvonylureas 

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitoralfa glukosidase atau insulin. Obat

golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-
sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II
dengan berat badan berlebihan. Obat-obatan yang beredar dari kelompok ini
adalah : Glibenklamida (5mg/tablet), Glibenklamida mikronised
(5mg/tablet), Glikasida (80mg/tablet), Glikuidon (30mg/tablet).  
 b)  Golongan biguanid/metformin 

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi gklukosa hati, memperbaiki


ambilan glukosa dan jaringan (glukosa perifer) di anjurkan sebagai obat
tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan. 
c)   Inhibitor alfa glukosidase 

Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula disaluran pencernaan,


sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk
 pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.  

d)   Insulin 

Indikasi insulinPada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya


digunakan Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi),
yang beredar adalah Aktrapid.Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita
DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastic. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau
mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperomoral, danasidosislaktat, stress berat karena infeksi
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestational

yang tidak dapat dikontrol denganpengendalian diet.Jenis insulin Insulin kerja


cepat jenis-jenisnya adalah regular insulin, kristalin zink, dan
semilente.Insulin kerja sedang jenis-jenisnya adalah NTH (Netralprotamine
Hagerdon), Insulin kerja lambat jenis-jenisnya adalah WZI (Protamine Zinc
Insulin) 

 b.  Penatalaksanaan secara

keperawatan 1) 

Diet 

Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan.Walaupun


telah mendapat tentang penyuluhan perencanaa makanan, lebih dari 50% pasien
tidak melaksanakannya.Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet
seimbang, dengan komposisi idialnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan
12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah
agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara: kurangi kalori, kurangi

lemak, komsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak


konsumsi serat. 

2)  Olahraga 

Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
 bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan
olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang
 berat-berat. 

9.   Pemeriksaan Penunjang 

Jenis pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan darah GDS >200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam
 post prandial >200 mg/dl 

didapatkan
Urine  adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ). 

Kultur pus  untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman. 

C.   Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes

Militus 1. 

Pengkajian Keperawatan 
Pengkajian keperawatan keluarga yang dilakukan adalah sebagai berikut : (Sutiyono,
2008) 
a)   Identitas umum 

1)   Identitas kepala keluarga yang meliputi : Nama, umur, agama, suku, pendidikan,
 pekerjaan, alamat dan nomor telepon.  

2)   Komposisi keluargaterdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan kepala


keluarga, imunisasi, ststus pendidikan dan umur. 

3)   Genogram adalah symbol  –  symbol yang dipakai dalam pembuatan genogram
untuk menggambarkan susunan keluarga. Aturan pembuatannya adalah sebagai
 berikut : anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri, umur anggota
keluarga ditulis pada symbol laki  –  laki atau perempuan, tahun dan penyebab
kematian ditulis disebelah symbol laki  –  laki atau perempuan., paling sedikit
disusun tiga generasi, aturan symbol seperti symbol sebagai berikut :  

4)   Tipe keluarga dimana menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

5)   Suku bangsa ( etnis) 

Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga : yang dikaji adalah asal
suku bangsa tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait kesehatan, tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang
secara etnis bersifat homogen), kegiatan – kegiatan keagamaan, social, budaya,
rekreasi, pendidikan (apakah kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/
 budaya keluarga, kebiasaan  –  kebiasaan diet dan berbusana ( tradisional atau
modern), sruktur kekuasaan tradisional atau modern, penggunaan jasa  –  jasa
 perawatan kesehatan keluarga dan praktisi, penggunaan bahasa
sehari – hari 6)  Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan  
Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik beragamaan mereka, seberapa
aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau organisasi
keagamaan lainnya, keluarga menganut agama apa, kepercayaan dan nilai
keagamaan yang dianut dalam kehidupankeluarga terutama dalam hal
kesehatan. 

 
7) Status social ekonomi keluargaditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota lainnya. selain itu status social ekonomi ditentukan
oleh kebutuhan yang dikeluarkan maupun dimiliki.  

8)   Aktivitas rekreasi keuargatidak hanya untuk mengunjungi tempat rekreasi


tertentu namun dengan menonton TV atau aktifitas lainya. 

 b)  Riwayat dan tahap perkembangan

keluarga 1) 

Riwayat kesehatan sebelumnya 

Disini diuraikan riwayat keluarga kepala keluarga sebelum membentuk keluarga


sampai saat ini 
2)   Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini Menjelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota dan sumber pelayanan
yang digunakan keluarga. 

3)   Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan: dikaji kalau ada masalah


kesehatan berobat kemana 

c)   Pengkajian lingkungan 

1)   Karakteristik rumah yang meliputi :gambar tipe tempat tinggal (rumah,


apartemen, sewa kamar, dll) apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa
rumah ini, denah rumah termasuk gambarkan kondisi rumah (baik interior
maupun eksterior rumah). Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar
( kamar tamu, kamar tidur, dll), penggunaan- penggunaan kamar tersebut dan
 bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot.

Apakah penerangan ventilasi, pemanas.apakah lantai, tangga, susunan dan


 bangunan yang lain dalam kondisi yang adekuat. Jelaskan. Di dapur, amati
suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan untuk kebakaran
 jelaskan. Dikamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet ada tidaknya sabun
dan handukJelaskan kamar mandi terkesan bersih, lantai dari keramik, bak
mandi dikuras 2 kali dalam seminggu dan tidak terdapat jentik-jentik
nyamuk.Kaji pengaturan tidur didalam rumah Apakah pengaturan tersebut

memadai bagi para anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka,


hubungan dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya. Jelaskkan. Amati
keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada serbuan serangga-
serangga kecil (khususnya didalam dan atau masalah-masalah sanitasi yang
disebabkan oleh binatang-binatang piharaan jelaskan.Kaji perasaan-perasaan
subyektif keluarga terhadap rumah .Apakah keluarga menganggap rumahnya
memadai bagi mereka.Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga
meraskan privasi mereka memadai. Jelaskan.Evaluasi ada dan tidak adanya
 bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah atau lingkungan. Evaluasi adekusi

 pembuangan sampah jelaskan.Kaji perasaan puas atau tidak puas dari anggota
keluarga secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah jelaskan. 

2)   Karakteristik tetangga 

Jelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi


kebiasaan, lingkungan fisik aturan atau kesepakatan penduduk setempat,
 budaya yang mempengaruhi
kesehatan 3) 
Mobilitas Geografi Keluarga. 

Mobilitas geografi keluarga yang ditentukan dengan kebisaan keluarga


 berpindah tempat.Sudah berapa lama keluarga tinggal didaerah ini dan apakah
sering berpindah-pindah tempat tinggal?jelaskan.

4)  Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat. 

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta


 perkumpulan keluarga yang
ada. 5) 
Sistem Pendukung keluarga. 

Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah keluarga yang sehat, fasilitas
yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,
 psikologi atau dukungan dari keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat dengan megkaji siapa penolong keluarga pada saat
keluarga membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktivitas-aktivitas
keluarga (sebutkan lembaga formal atau informal; informal: ikatan keluarga,
temean-teman dekat, tetangga; formal: lembaga resmi pemerintah maupun

swasta/LSM ) dan informal, yaitu


tetangga d)  Struktur keluarga 

1)   Pola komunikasi keluarga 

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa apa


yang digunakan dalam keluarga,bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi
yang berlangsung dalam keluarga dan adakah hal  –  hal dalam keluarga yang
tertutup untuk didiskusikan. 
2)   Struktur kekuatan keluarga 

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain


untuk mengubah perilakunnya yang perlu dikaji adalah :  
Siapa yang membuat keputusan. 
Bagaimana cara keluarga mengambil keputusan( otoriter, musyawarah,
diserahkan pada masing – masing individu). 
Apakah keluarga puas dengan pola tersebut Siapa
pengambilan keputusan 
3)   Struktur peran 

Menjelaskan peran dari masing  –  masing anggota baik secara formal maupun
informal dan siapa yang menjadi model peran dalam keluarga dan apakah ada
konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani. 4) 
 Nilai atau Norma keluarga 

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan. 

e)   Fungsi

keluarga 1) 

Fungsi afektif  
Mengkaji gambaran diri, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan kepada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.  
2)   Fungsi sosialisasi 

Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya,dan perilaku.  
3)   Fungsi perawatan kesehatan 

Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit. kesanggupan keluarga melakukan


 pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan yaitu
sejauhmana keluarga mengenal fakta  –  fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi konsep dari penyakit yang diderita, mengambil keputusan mengenai
tindakan terhadap masalah, merawat anggota yang sakit, baik secara fisik
maupun mental, memelihara lingungan rumah sehat, sejauh mana mengetahui

sumber keluarga yang dimiliki, menggunkan fasilitas atau pelayanan kesehatan


di masyarakat, apakah mengetahui fasilitas kesehatan, keuntungan ,
kepercayaan, dan terjangkau oleh keluarga
tersebut. 4)  Fungsi reproduksi 

Mengkaji jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa


yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga. 
5)  Fungsi ekonomi 

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan

 papan dan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upatya


meningkatkan status kesehatan keluarga  

f)   Stres dan koping keluarga 

1)   Stresor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan waktu

 penyelesaian dalam waktu kurang lebih  

2)   Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi. 

3)   Strategi koping yang digunakan dalam menghadapi masalah yang dihadapi. 

4)   Strategi adaptasi disfungsional dijelaskan mengenai disfungsional yang


digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan. g)  Pemeriksaan fisik  

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga yang meliputi


: 1)  Status kesehatan umum yang meliputi keadaan penderita, kesadaran,
suara

 bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda

vital. 2)  Kepala dan leher  

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
 berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh. 3) 
Sistem integument 

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. 
4)   Sistem pernafasan 

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah


terjadi infeksi. 
5)   Sistem kardiovaskuler  

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. 
6)   Sistem gastrointestinal 

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,


 perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas. 7) 
Sistem urinary 

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.  

8)   Sistem musculoskeletal 

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
 
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
 

9)   Sistem neurologis 

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek


lambat, kacau mental, disorientasi.  

 
10) Pemeriksaan laboratorium 

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :  

Jenis pemeriksaan  Hasil


Pemeriksaan darah  GDS >200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial >200 mg/dl 

didapatkan adanya
Urine  glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning (
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ). 

Kultur pus  untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan


memberikan antibiotik yang sesuai dengan

 jenis kuman. 

h)  Harapan keluarga adalah keinginan keluarga terhadap masalah kesehatan dan
mengungkapkan keluhannya terhadap petugas kesehatan. 

2.   Diagnosa 

Dalam menentukan juga dilakukan sebuah scoring pada diagnose yang akan diangkat
mengenai tentang sifat masalah, kemungkinan dapat diubah, potensial masalah dicegah,
dan menonjolnya masalah. Diagnosa yang muncul dalam keperawatan pada keluarga
 penderita diabetes mellitus adalah:  

 No Diagnosa Keperawatan 


1  Domain 2 : Nutrisi 
Kelas 1 : Makan 
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)  
2 Domain 5: Persepsi / Kognisi 

Kelas 4 : Kognisi 
Difisiensi pengetahuan (00126) 
3 Domain 1: Promosi Kesehatan 

Kelas 2 : Manajemen Kesehatan 


Ketidakefektifan management kesehatan keluarga (00080) 
4 Domain 2 : Nutrisi 

Kelas 4 : Metabolisme 
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179) 

5  Domain 4 : Aktivitas / Is 


tirahat 
Kelas 5
: Perawatan Diri 
Kesiapan meningkatkan perawatan diri (00182) 

3.   Rencana Keperawatan 
Menurut NANDA, NIC – NOC (2013) asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut : 
a.  Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh (00002)  

 NOC : 
1) Nutrional Status : food and fluid (1008) 2)
Nutrional Status : nutrient intake (1009) Kriteria
hasil : 
a) Tidak terjadinya penurunan berat badan yang signifikan.  
 b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 
 NIC : 
1)   Nutrition Management

(1100) 2)   Nutrition Monitoring

(1160) 

Tindakan : 

a)  Ajarkan pasien dan keluarga dalam memilih makanan yang sesuai dengan
kebutuhan. 

 b)  Sarankan kepada klien dan keluarga mengkonsumsi makanan kaya protein 
EB : makanan yang kaya protein dapat meningkatkan energy bagi penderita
 
DM (Dumme & Dhal , 2007)
c)   Berikan informasi yang jelas tentang kebutuhan nutrisi. 
  EB : peneliti melaporkan bahwa faktor yang mempengaruhi keseimbangan
nutrisi tergantung darijenis makanan apa yang dikonsumsi klien ( Wikbly &
Fagerskiodv, 2004) 
d)   Ajurkan diet kepada pasien 

EB : pada orang dewasa dengan melaksanakan diet akan cendrung dapat


memenuhi rekomendasi asupan nurtisi 2 x lipat pada orang yang tidak
menjalani diet pada kasus kekurangan nutrisi ( David A Wagstaff,
2011). e) 
Monitor interaksi keluarga selama makan. 

f)   Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori pasien dan keluarganya. 

EB : Melakukan monitor dengan intervensi nutrisi dan menghitung kebutuhan


kalori ini dapat mengidentifikasi kebutuhan nutrisi untuk ukuran yang lebih
sederhana dari status fungsional. ( Stow, Ruth, dkk. 2015).  

 b.  Diagnosa :Difisiensi pengetahuan (00126) 

 NOC : 
1)   Knowledge : disease

proses  2) 

Knowledge : healthy behavior  

Kriteria hasil : 
a)  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
 prognosis dan program pengobatan. 

 b)  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
 benar. 

c)  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
 perawat. 

 NIC 
1)  Teaching : disease
prosess Tindakan : 

a)  Berikan pengakuan tentang perbedaan rasa tau etnis pada awal perawatan
kepada keluarga. 
  EB : Menunjukkan rasa hormat dan mengakui perbedaan rasa tau etnis dapat
meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan klien sehingga promosi
kesehatan tentang hasil pengobatan dapat berjalan dengan baik ( Rust et al,
2006). 
d)   Berikan penilaian tentang hubungan keperayaan dengan tingkat

pengetahuan keluargatentang proses penyakit yang spesifik. 

EB : Kepercayaan dapat mempengaruhi perilaku sakit ( Russel, 2006)  


e)   Berikan penilaian tentang perawatan diri pasien maupun keluarga yang dapat

mempengaruhi penyakit. 

EBN : Orang  –  orang dan lingkungan rumah dapat berinteraksi dengan cara
 pengobatan utama untuk masalah kesehatan (Rossel, 2006)  
f)   Gunakan metode pengajaran yang peka akan budaya, adat istiadat, nilai
yang
 berkembang dalam lingkungan pasien dan gaya hidup pasien untuk

menjelaskan ptofisiologis dari penyakit yang diderita kepada keluarga.  

EB : program pendidikan yang focus pada konteks budaya telah terbukti lebih
efektif dari pada program pendidikan umum  

c.   Diagnosa :Ketidakefektifan management kesehatan keluarga


(00080) 

 NOC : 
1)   Therapeutic regiment management ineffective 

Kriteria hasil : 
a)   Kualitas hidup meningkat. 

 b)  Mampu mengatasi masalah kesehatan keluarga. 

c)   Mampu meningkatkan komunikasi antar anggota keluarga dalam masalah


kesehatan. 

d)    Normalisasi keluarga. 

 NIC : 
 
 
1) Family suppot
  Tindakan : 
a)   Bantu keluarga dalam mengenal masalahnya. 

 b)  Bantu memotivasi keluarga untuk berubah. 

c)   Dukung keluarga dalam meningkatkan nilai, minat, dan tujuan keluarga. 

d)   Bantu anggota keluarga dalam mengklarifikasi apa yang mereka harapkan


dan butuhkan satu dengan lainnya. 

e)   Berikan informasi penting, advokasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk


meningkatkan kesehatan keluarga. 

d.   Diagnosa : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179) 

 NOC : 
1)   Blood glucose, risk for unstable. 

2)   Diabetes self

management Kriteria hasil : 
a)  Glukosa darah adekuat 
 b)  Kualitas hidup meningkat. 
c)   Dapat mengontrol kadar gula darah. 
d)   Pemahaman management diabetes. 
e)   Status nutrisi adekuat 
 NIC : 
1)   Hiperglikemia management 

Tindakan : 
a)   Uji kadar glukosa darah anggota keluarga. 

 b)  Ajurkan diet kepada pasien 

EB : pada orang dewasa dengan melaksanakan diet akan cendrung dapat


memenuhi rekomendasi asupan nurtisi 2 x lipat pada orang yang tidak menjalani
diet pada kasus kekurangan nutrisi ( David A Wagstaff, 2011).  
c)   Ajarkan keluarga tentang diet yang harus dijalani. 

d)   Motivasi keluarga dalam melaksanakan diet yang sedang dijalankan. 

 
e) Berikan informasi yang terkait kepada keluarga tentang diet. 

e.   Diagnosa : Kesiapan meningkatkan perawatan diri (00182) 

 NOC : 
1)   Self care status 

Kriteria hasil : 
a)   Dapat mengetahui tentang masalah yang sedang dihadapi. 

 b)  Mengetahui cara untuk merawat diri dan

keluarga. c) 

Kualitas hidup meningkat. 

 NIC : 
1)   Self care assistance 

Tindakan : 
a)   Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri. 

 b)  Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perawatan yang belum

terpenuhi. c) 

Berikan informasi yang terkait dengan perawatan diri. 

d)  Anjurkan keluarga untuk saling memotivasi antar satu dengan yang lainnya.  
 

BAB III 
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.
M DENGAN ANAK DIABETES MILLITUS 
DI DUSUN X, RT Y, GROBOGAN 

K eluarga Tn. M merupakan keluarga extended family yang terdiri dari Tn.M (59 th)
  sebagai kepala keluarga, istrinya Ny. S (56 th) mereka memili ki seorang anak yaitu Tn. A
(32 th) menikah dengan Ny.W (32 th) dan memiliki satu anak yaitu Nn. Y (14 th). Mereka
tinggal serumah dan tidak memiliki riwayat penyakit menurun, namun Tn. A mengeluh
banyak makan, banyak minum dan banyak BAK serta berat badan menur un drastic.
  Setelah dibawa kedokter ternyata beliau memili ki penyakit diabetes mellitus.  
 

A.   Pengkajian

Keperawatan. 1. 

Identitas Umum. 

a.  Identitas Kepala Keluarga. 

 Nama : Tn M. 
Umur : 59 tahun. 
Alamat : Dusun X, RT Y, Grobogan. 
Pendidikan :
SD. Pekerjaan : Petani. 
Agama : Islam. 

 b.  Komposisi Keluarga. 

 No   Nama  J. K   Hub Klg  Umur   Pendi Status KB 

dikan  Imunisasi 
th
1  Tn. M  Laki2  KK   59   SD  -  - 

2   Ny. S  Perempuan  Istri  56th  SD  -  - 


3  Tn. A  Laki2  Anak   32th  SMP  -  - 
4   Ny. W  Perempuan  Menantu  32th  SMP  -  Pil 
5   Nn. Y  Perempuan  Cucu  14th  SMP  Lengkap  - 
a.  Genogram. 

Keterangan: 
Laki-laki. 
Perempuan 
Laki-laki Penderita
DM Tinggal serumah. 
 b.  Tipe Keluarga. 

Keluarga Tn. M termasuk keluarga extended family karena di dalam


keluarga terdapat kakek, nenek, anak, menantu, cucu, sehingga apabila
anggota keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit yang di
diderita salah satu anggota keluarga maka hal tersebut dapat memperparah
kondisi si penderita. 
c.   Suku Bangsa. 

Tn. M sekeluarga bersuku Jawa bangsa Indonesia.Bahasa yang digunakan


adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Menurut Tn. A, tidak ada
kebiasaan anggota keluarga yang bertentangan dengan kesehatan. 
d.   Agama. 

Tn. M dan sekeluarga beragama Islam.Setiap anggota keluarga taat


melaksanakan sholat 5 waktu secara sendiri-sendiri di rumah atau di masjid
terdekat.Namun sejak Tn.A dinyatakan sakit, beliau jarang sholat karena
merasa tidak enak badan. 
e.   Status Sosial Ekonomi

Keluarga. 1)  Pekerjaan Anggota

Keluarga. 

Tn. M masih bekerja sebagai petani, Ny. S dan Ny. W bekerja


membantu Tn. M sebagai petani, Tn.A bekerja sebagai buruh bangunan,
dan Nn Y masih sekolah.Namun sejak Tn. A dinyatakan sakit, Tn A
 jarang bekerja. 
2)   Penghasilan Anggota Keluarga. 

Penghasilan rata-rata anggota keluarga Tn. M perbulan kurang lebih


Rp. 800.000, kecuali Nn Y yang masih sekolah. 
3)   Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari. 

Penghasilan rata-rata keluarga perbulan dianggap cukup untuk


memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan pengelolahan yang baik. 
4)   Tabungan atau Asuransi. 

Menurut Tn. M, keluarga belum bisa menyisihkan uangnya untuk


ditabungkan. 
f.   Aktivitas Rekreasi Keluarga. 

Keluarga tidak pernah bepergian ke tempat pariwisata, rekreasi yang


dilakukan oleh keluarga adalah menonton TV.  

2.   Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga. 

a.   Tahap perkembangan keluarga saat ini. 

Keluarga Tn. M saat ini memasuki tahap perkembangan keluarga dengan cucu
usia sekolah. Saat ini semua anggota keluarga tidak ada yang sedang sakit,
kecuali Tn, A yang sedang menderita penyakit Diabetes Millitus. 
 b.  Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.  

Keluarga Tn. M belum mampu untuk memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga


karena pengetahuan tentang kesehatan yang sangat kurang sekali dan terbukti

Tn.A menderita Diabetes Millitus.  

3.   Riwayat Kesehatan Keluarga. 

a.   Riwayat kesehatan sebelumnya. 

Saat pengkajian tidak ada yang menderita penyakit Diabetes Millitus.  


 b.  Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini. 

1)   Tn. M : Keadaan sehat dan tidak pernah mengalami sakit yang


serius. 

 
2)  Ny. S : Keadaan sehat dan tidak pernah mengalami sakit yang serius. 

3)   Tn. A : Satu bulan yang lalu Tn.A pergi ke dokter dengan


keluhan
 panas. Disana Tn. A berkonsultasi dengan dokter dan mengatakan bahwa
 beliau mengalami penurunan berat badan yang cukup drastic, sering buang
air kecil, sering haus dan merasa lapar. Kemudian disana Tn. A memperoleh
tes gula darah. Dokter kemudian mengatakan bahwa Tn. A mengidap
 penyakit diabetes mellitus dan disarankan untuk menjalani rawat inap di
rumah sakit, namun karena keterbatasan biaya, Tn. A akhirnya hanya
menjalani rawat jalan saja. 
4.   Pengkajian Lingkungan. 

a.   Karakteristik rumah. 

Rumah Tn. M terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur, kamar mandi, dapur,
dinding rumah dari tembok dan asap rumah dari genting. Lantai rumah Tn. M

tidak berubin melainkan hanya di plester seadanya.  


 b.  System pendukung keluarga. 

Jarak rumah Tn. M ke puskesmas sektar 1,5 km serta keluarga Tn. M


mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (jamkesmas). 
5.   Struktur Keluarga. 

a.   Pola komunikasi keluarga. 

Pola komunikasi keluarga dilakukan secara tebuka, bahasa yang dipakai setiap
hari adalah bahasa Jawa dan kadang- kadang menggunakan bahasa Indonesia
serta tidak ada hambatan dalam berkomunikasi.  
 b.  Struktur kekuatan keluarga. 

Tn. M menggunakan haknya sebagai kepala keluarga untuk mengontrol


 perilaku istri, anak, menantu, dan cucunya dengan memberikan nasehat apabila
mereka berperilaku kurang baik.Keluarga Tn. M memusyawarahkan setiap
masalah yang terjadi yang menyangkut setiap anggota keluarga dan yang
mengambil keputusan adalah Tn. M sendiri selaku kepala keluarga.  
c.  Struktur peran. 

Tn. M selaku kepala keluarga mengatakan bahwa telah memenuhi perannya


sebagai kepala keluarga.Ny. S dan Ny. W memiliki peran sebagai ibu rumah
tangga yang mengawasi Nn Y dalam berprilaku, namun kadang-kadang Ny. S
dan Ny. W membantu Tn. M dalam bertani. Tn. A sendiri memiliki peran
sebagai penafkah utama, karena mengingat umur Tn. M yang sudah tua.Namun
akhir-akhir ini Tn.A tidak dapat lagi bekerja seperti biasa karena keadaan beliau
yang tidak sehat. 
d.   Nilai atau norma keluarga. 

 Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada salah satu
anggota keluarga yang sakit periksa di puskesmas atau dokter terdekat.Dalam
kehidupan setiap hari, keluarga menjalani hidup berdasarkan tuntunan agama
Islam. 

6.   Fungsi Keluarga. 

a.   Fungsi afektif. 

Tn. M mengatakan sikap dan hubungan antar anggota keluarga sangat baik dan
akrab, dimana setiap anggota keluarga saling menghargai satu sama lain.  
 b.  Fungsi Sosialisasi. 

Interaksi dalam keluarga Tn. M sangat baik, dimana keluarga mendidik anak-
anaknya dengan disiplin, mengajarkan cara bersosialisasi dengan benar, serta
selalu mengajarkan cara perpenampilan yang rapid an sopan sesuai dengan
kaidah dalam agama Islam. 
c.   Fungsi perawatan kesehatan. 

Keluarga Tn. M mengatakan sedikit sekali pengetahuannya tentang kesehatan


karena pendidikan yang sampai SD atau SMP saja.Keluarga belum mampu
mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi apabila salah satu anggota
keluarga sedang sakit dan keluarga belum mampu merawat anggota keluarga
dengan tepat ketika sakit.Selain itu, keluarga Tn. M juga belum mampu
memodifikasi lingkungan yang tepat untuk menunjang kesehatan keluarga dan
 belum mampu memanfaatkan layanan fasilitas kesehatan untuk menunjang
kesehatan keluarga. 

 
d. Fungsi reproduksi. 

Tn. M dan Ny. S memiliki anak satu saja yaitu Tn. A. kemudian Tn, A memiliki
istri Ny. W dan memiliki anak Nn. Y, dimana keluarga cukup memiliki anak 1
dan focus untuk membesarkan anaknya yang masih dibangku sekolah. 

e.   Fungsi ekonomi. 

Keluarga Tn. M dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.  

7.   Stress dan Koping Keluarga.  

a.   Stress jangka pendek dan jangka panjang. 


Keluarga Tn. M mengatakan jarang mengalami stress yang berkepanjangan, kadang
dibuat setres oleh perilaku anak dan cucu, namun hal ini jarang terjadi. 

 b.  Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi.  

Keluarga mengatakan merasa jengkel bila melihat tingkah laku anak atau cucunya
yang tidak mendengarkan nasehatnya, namun keluarga masih tetap sabar menanggapi
hal tersebut. 
c.  Strategi koping yang digunakan. 

Jika ada masalah yang terjadi pada setiap anggota keluarga selalu dibicarakan secara
 bersama dan dimusyawarahkan dengan semua anggota untuk memperoleh mufakat.  

 
8. Pemeriksaan Fisik. 

Pemeri Tn. M  Ny. S  Tn. A  Ny. W  Nn. Y 


ksaan
Fisik  
TTV  TD :130/ TD :120/80 TD:140/100 TD :120/80 TD :100/70 
80 mmHg  mmHg  mmHg  mmHg  mmHg 
 N:88x/mnt   N:80x/mnt   N:100x/mnt   N :86x/mnt   N: 76x/mnt 
S :36,3 OC  S : 36,2OC  S: 36,8 OC  S: 36,5 OC  S: 36,5OC 
RR:20x/mt  RR:20x/mnt  RR :24/mnt  RR:20x/mnt  RR :18x/mnt 
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
kepala kepala kepala kepala kepala
mesochepa mesochepal mesochepal mesochepal, mesochepal,
l,ukuran ,simetris dan rambut ukuran
sedang dan rambut simetris,  panjang ikal, simetris,
simetris,  panjang, rambut warna hitam, kulit kepala
kulit warna putih  pendek, tidak ada  bersih,
kepala dan tebal warna luka, rambut
tidak ada tidak ada hitam, tipis, ketombe dan  berwarna
luka, ketombe tidak ada dalam hitam,
ketombe luka, keadaan  panjang
dan bersih, ketombe  bersih  sebahu, kulit
rambut dan kepala tidak
tipis, bersih  ada luka 
 pendek

dan putih 
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
kunjungtiv kunjungtiva kunjungtiva kunjungtiva kunjungtiva
a tidak tidak anemis, tidak tidak anemis,
anemis, anemis, sclera tidak anemis, sclera tidak
sclera sclera tidak ikterik, sclera tidak ikterik,
tidak ikterik, fungsi ikterik, fungsi
ikterik, fungsi  pengelihata fungsi  pengelihatan
fungsi  pengelihatan n masih  pengelihatan  baik  
 pengelihat mulai  baik, tidak  baik, 
an mulai menurun
menurun dan tidak
dan tidak menggunaka
mengguna n alat bantu
kan alat  pengelihatan 
 bantu
 pengelihat
an 
Mulut  Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
 bibir  bibir  bibir  bibir  bibir lembab,
lembab, lembab, kering,tidak lembab, tidak ada
tidak ada tidak ada ada tidak ada stomatitis 
stomatitis  stomatitis B stomatitis,   stomatitis Be
Hidung Bentuk entuk Bentuk ntuk Bentuk
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
tidak tidak tidak tidak tidak
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
 pembesara  pembesaran  pembesaran  pembesaran  pembesaran
n polip,  polip, dan  polip, dan  polip, dan  polip, dan
dan indera indera indera indera indera
 penciuman  penciuman  penciuman  penciuman  penciuman
dalam dalam dalam dalam dalam
keadaan keadaan keadaan keadaan keadaan
 baik  Te  baik  Simetri  baik  Simetr  baik  Simetri baik  
linga  s, is, s,
Simetris, tidak ada tidak ada tidak ada Simetris,
tidak ada  penumpukan  penumpuka  penumpukan tidak ada
 penumpuk a serumen, n serumen, serumen,  penumpukan
serumen, fungsi fungsi fungsi serumen,
fungsi  pendengaran  pendengara  pendengaran fungsi
 pendengar a kurang baik n baik,  baik  pendengaran
kurang namun tidak  baik
 baik menggunaka
namun n alat bantu
tidak  pendengaran 
mengguna
kan alat
 bantu
 pendengar 
an 
Leher   Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

 pembesara  pembesaran  pembesaran  pembesaran  pembesaran


n kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tiroid, tiroid, tidak tiroid, tidak tiroid, tidak tiroid, tidak
tidak ada ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
nyeri tekan Inspeks tekan Inspeks tekan Inspeks tekan Inspeksi:
Paru- tekan Inspeksi: simetris, simetris, simetris, simetris,
 paru  simetris,  pergerakan  pergerakan  pergerakan  pergerakan
 pergerakan dada kanan dada kanan dada kanan dada kanan
dada kanan dan kiri dan kiri dan kiri dan kiri
dan kiri
sama, Palpas sama, Palpasi sama, Palpas sama, Palpasi: sama, Palpasi:
vocal vocal vocal vocal vocal
 premitus  premitus  premitus  premitus  premitus
simetris  simetris  simetris  simetris  simetris 
Perkusi:so Perkusi:sono Perkusi:son Perkusi: Perkusi:sono
nor  Auskult r  Auskultasi:t or  Auskultas sonor  Auskult r    Auskultasi
i i t : :ti
:tidak dak terdapat idak tidak dak terdapat
terdapat suara nafas terdapat terdapat suara nafas
suara nafas tambahan  suara nafas suara nafas tambahan 
tambahan  tambahan In tambahan In
Jantung  Inspeksi: Inspeksi: speksi: speksi: Inspeksi:
ictus cardis ictus cardis ictus cardis ictus cardis ictus cardis
tidak tidak tidak tidak tidak
tampak  Palp tampak  Palpas tampak  Palp tampak  Palpasi: tampak  Palpasi:
: : : ictus cardis ictus cardis
ictus cardis ictus cardis ictus cardis teraba pada teraba
teraba teraba pada teraba pada intercostal  pada
 pada intercostal intercostal ke empat intercostal
intercostal ke empat ke empat dan ke empat dan
ke empat dan dan kelima Perkusi:Pe kelima Perku
dan kelima Perkusi:P kelima Perkusi:P ka k   si:Peka
kelima  ek  ek  Auskultasi:S k  
Perkusi:Pe ak  Auskulta ak  Auskultas 1 dan S2 Auskultasi:S
kak  Auskult si:S : regular   1 dan S2
i 1 dan S2 S1 dan S2 regular  
:S1 dan S2 regular   regular  
regular  
Eksterm Superior: Superior: Superior: Superior: Superior:
itas  dapat dapat dapat dapat dapat
 bergerak  bergerak  bergerak  bergerak  bergerak
dengan dengan baik, dengan dengan baik, dengan baik,
 baik, tidak tidak ada  baik, tidak tidak ada tidak ada

ada oedema, ada oedema, oedema, oedema,


oedema, akral hangat, akral akral hangat, akral hangat,
akral gerak bebas  dingin, gerak bebas  gerak bebas 
hangat, gerak bebas 
gerak Inferior: Inferior: Inferior:
 bebas  dapat Inferior: dapat dapat
 bergerak dapat  bergerak  bergerak
Inferior: dengan  bergerak dengan dengan
dapat  bebas, tidak dengan  bebas, tidak  bebas, tidak

 bergerak ada oedema,  bebas, tidak ada oedema, ada oedema,


dengan akral hangat  ada oedema, akral hangat  akral hangat 
 bebas, akral dingin 
tidak ada Kekuatan Kekuatan Kekuatan
oedema, otot: 5  Kekuatan otot: 5  otot: 5 
akral otot: 5 

hangat 

Kekuatan

otot:
Kuku 5 Warn Warna sawo Warna sawo Warna sawo Warna sawo
dan a matang, matang, matang, matang,
Kulit  sawo turgor kulit turgor kulit turgor kulit turgor kulit
matang, tidak elastis, tidak elastis, elastis, kuku elastis, kuku
turgor kulit kuku kuku  pendek,  pendek,
tidak  pendek,  pendek,  bersih   bersih 
elastis,  bersih   bersih 
kuku
 pendek,

 bersih 
9.   Harapan Keluarga. 

a.   Pada perawat. 

Keluarga berharap bisa diberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal yang
 berhubungan dengan kesehatan. Baik itu untuk kesehatan tentang penyakit Diabetes

Millitus atau pun terkait dengan cara untuk mengatur pola hidup bagi penerita
Diabetes Millitus. 
 b.  Persepsi keluarga terhaap perawat. 

Keluarga menganggap sosok perawat adalah orang yang bekerja di bidang kesehatan
serta dapat membantu jika ada masalah kesehatan yang muncul.  
c.  Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang dihadapai. 

Keluarga mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai kesehatan demi


menjaga kesehatan seluruh anggota keluarganya.  

B.   Analisa Data 

No  Data Fokus  Diagnosa  Paraf  


1. DS: Tn A mengatakan mengalami penurunan berat Ketidakseimban
 badan dari 65 ke 60. Tn A mengatakan sering merasa gan Nutrisi
haus, lapar, dan sering BAK.  kurang dari
DO: TTV :140/100mmHg, N: 100x/mnt, kebutuhan
RR:24x/mnt, S: 36,8 OC, BB: 60kg, GDA:  tubuh (00002). 
Hb: 7,8 g/dL 
2.   DS: Tn A mengatakan tidak mengetahui mengenai Defisiensi
 penyakitnya serta cara untuk mengobati penyakitnya DO: Pengetahuan
Tn A dirawat dirumah oleh keluarga, dan tidak (00126). 
memperoleh pengobatan apapun, karena
keterbatasan biaya dan kurang pengetahuan tentang
 bahaya penyakit yang dideritanya 

C.   Diagnosa Keperawatan 

No  Diagnosa  Paraf  


Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002). 
Kurang Pengetahuan (00126) 

D.   Penilaian (scoring) Diagnosa Keperawatan. 

1.   Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh 

No  Kriteria  Skor  Bobot  Nilai  Pembenaran 


1  Sifat Tn. A mengalami penurunan BB 5
masalah Actual  3  1  = 1  kg dan hasil pemeriksaan Hb =
Resiko  2  7,8 g/dL 
Potensial  1 

2  Sifat masalah  Keluarga tidak dapat menjaga


Actual.  2  2  = 1   pola hidup karena keterbatasan
Resiko  1  ekonomi 

Potensial  0 
3  Potensial Keingintahuan keluarga tentang
masalah untuk diet DM cukup 
dicegah. 
Tinggi.  3 

Cukup.  2 

Rendah  1  1  = 1 

4  Menonjolnya Tn. A mengalami penurunan BB 5


masalah  kg dengan hasil pemeriksaan Hb
Masalah berat 2  = 7,8 g/dL, sehingga masalah
harus segera harus segera ditangani 

ditangani. 
Ada masalah 1  1  =1 

tapi tidak perlu


ditangani. 

Masalah tidak 0 

dirasakan. 
4  Total 4 

2.   Kurang pengetahuan. 
No  Kriteria  Skor  Bobot  Nilai  Pembenaran 
1  Sifat masalah  Tn. A tidak menyadari tentang
Actual  3  1  = 1  masalah penyakit yang
Resiko  2  dihadapinya. 
 potensial  1 

2  Sifat masalah  Keluarga antusias untuk


Actual.  2  2  = 2  mengetahui tentang DM dan cara
Resiko  1  menanganinya 
Potensial  0 

3  Potensial Keinginan keluarga untuk


masalah untuk mengetahui tentang penyakit DM
dicegah.  3  1  = 1  dan cara penanganannya tinggi 
Tinggi.  2 

Cukup.  1 

rendah 
4  Menonjolnya Ketidakpahaman keluarga tentang
masalah   bahayanya DM dapat
Masalah berat 2  1  = 2  memperparah keadaan Tn. A atau
harus segera si penderita DM 

ditangani. 
Ada masalah 1 

tapi tidak perlu


ditangani. 
Masalah tidak 0 darsaikan. 

4  Total 6 

E.   Prioritas Diagnosa Keperawatan 

Prioritas  Diagnosa Keperawatan  Skor 


1.  Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan 4

Tubuh(00002). 
     
2. Kurang pengetahuan(00126) 6
 

 
F. Intervensi Keperawatan 

NDiagnose Tujuan  NIC  Rasional  TTD 


o Keperaw NOC  Mayor  Disarankan 
atan 
1  Kurang Setelah Teaching : Berikan EBN:
Pengetah dilakukan disease  pengakuan menunjukan
uan tindakan  process tentang rasa hormat
(00126)  keperawatan (5602)   perbedaan rasa dan mengakui
selama 2x tau etnis pada  perbedaan

kunjungan awal perawatan  rasa tau etnis


diharapkan 1. dapat
Dapat meningkatkan
menjelaskan komunikasi
tentang dan hubungan
 penyakit dengan
DM 2. keluarga
Mengerti sehingga
tentang  promosi
 penyakit DM  kesehatan

3. Dapat tentang hasil

mengerti cara  pengobatan

mengangani dapat berjalan

DM  dengan baik


(Rust et al,
2006).

Berikan
EBN:

 penilaian Kepercayaan
tentang
dapat
hubungan
mempengaruh
kepercayaan
i perilaku
dengan tingkat
sakit (Russel,
 pengetahuan
2006). 
 pasien tentang
 proses penyakit
yang spesifik  
  Berikan
 penilaian EBN: orang-
tentang orang dan
 perawatan diri lingkungan
 pasien yang rumah dapat
dapat  berinteraksi
mempengaruhi dengan cara
 penyakit   pengobatan
utama untuk
masalah
kesehatan
(Rossel, 2006) 
Gunakan
metode EB: program
 pengajaran  pendidikan
yang peka akan yang focus
 budaya, adat  pada konteks
istiadat, nilai-  budaya telah
nilai yang terbukti lebih
 berkembang efektif dari
dalam  pada program
lingkungan  pendidikan
keluarga, dan umum.
gaya hidup
keluarga
terutama Tn. A
untuk
menjelaskan
 patofisiologis
dari penyakit
yang diderita 

2 Ketidakse Setelah dkjsdfjdjk   monitor jumlah EB:


.  imbangan dilakukan nutrisi dan Melakukan
nutrisi tindakan kandungan monitor
kurang keperawatan kalori  dengan
dari selama 2x intervensi
kebutuha kunjungan nutrisi dan
n diharapkan: T  jumlah
tubuh(000 idak terjadi kebutuhan
02).   penurunan kalori dapat
BB  mengidentifik 
Kadar Hb asi
dalam rentang kebutuhan
normal (12-14 nutrisi untuk
g/dl)  ukuran yang
Gula darah lebih
terkontrol  sederhana dari
status

fungsional
(Stow, Ruth,
Anjurkan diet
2015) 
kepada keluarga
EB: pada
Tn M, terutam
orang dewasa
Tn. A 
dengan
melaksanakan
diet akan
cenderung

dapat
memenuhi
rekomendasi
asupan nutrisi
2 x lipat dari
 pada orang
yang tidak
menjalani diet
 pada kasus

kekurangan
 
nutrisi (David
A Wagstaff,
Sarankan 2011). 
kepada Tn. A EB: makanan
dan keluarga yang kaya
untuk  protein dapat
mengonsumsi meningkatkan
makanan kaya energy bagi
 protein   penderita DM
(Dunne
Menyediakan &Dahl,
makanan sesuai 2007) EBN:
dengan peneliti
intervensi  melaporkan
 bahwa factor

yang
mempengaruh
i
keseimbangan
nutrisi
tergantung
dari jenis
makanan apa
yang

dikonsumsi
oleh penderita
(Wikby
&Fagerskiodv
, 2004) 
 

BAB
IV PENU
TUP 

A.   Kesimpulan 

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit ketika kadar glukosa (glukosa


sederhana) dalam darah tinggi karena tubuh tidak mampu melepaskan insulin secara
cukup.Menurut WHO, Indonesia menepati urutan ke – 4 terbesar dalam jumlah penderita
diabetes mellitus di dunia. Tahun 2000 saja terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia
yang mengidap diabetes.Diabetes mellitus diklasifikasikan secara umum menjadi 2 yaitu
tipe 1 yang disebabkan karena faktor keturunan dimana penderita tidak mampu
menghasilkan insulin dalam tubuhnya. Dan tipe 2 yang dikarenakan gaya hidup yang
mana tubuh terlalu banyak mengandung gula. Tanda dan gejalanya adalah secara umum
adalah penderita biasanya banyak kencing, banyak minum dan banyak makan.Dalam
mengatasi masalah ini peran keluarga sangat diperlukan karena keluarga juga memiliki
tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggota sehingga memahami masalah
kesehatan anggotanya antara satu dengan lainya sehingga mampu memberi dampak
 positif salah satunya dengan merawat dan mencari pelayanan kesehatan untuk kesehatan
yang sempurna. 

B.   Saran 

Diabetes mellitus penyakit yang diam – diam sangat memberikan pengaruh besar

 pada penderita hingga keluarganya yang dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu
diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga yang tepat sesuai
dengan kebutuhan tubuh pasien dan keluarganya.Serta kepada setiap anggota keluarga
diharapkan mampu memahami dan mengerti setiap anggota keluarganya untuk dapat
menciptakan keluarga yang sehat dan wellness. Dan bagi mahasiswa keperawatan
diharapkan mampu mempelajari dan memahami kebutuhan pasien dan keluarganya yang
menderita diabetes mellitus. 

Daftar Pustaka 

Brunner,2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth.Jakarta : EGC. 


Elisabeth J Corwin, 2004. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC Kedokteran. Friedman,
M M,1998. Keperawatan Keluarga : Teori & Praktik ed 3.Jakarta : EGC. 
Herdman, T Heather, 2015. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015  –   
2017 Edisi 10.Jakarta : EGC. 
 NANDA, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogjakarta.:

Mediaction Publishing. 

Anda mungkin juga menyukai