Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurangnya aliran darah ke
otak. Penurunan aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya
pembuluh darah di otak. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak berkurang akan terjadi
kerusakan sebagian daerah otak sehingga terjadinya stroke. (Kelana
Kusuma Dharma, 2018)
Penyakit stroke penyebab kematian kedua dan penyebab disabilitas
ketiga dunia. Stroke menurut World Health Organization adalah suatu
keadaan dimana ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat berupa
defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung
lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian,
tanpa ada penyebab lain yang jelas selain vaskular. Selain itu, penyakit
stroke juga merupakan faktor penyebab demensia dan depresi.
(Kemenkes,2019).
Stroke non hemoragik adalah terjadinya sumbatan pada pembuluh
darah sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan
otak, trombosis otak, aterosklerosis, dan emboli serebral yang merupakan
penyumbatan pembuluh darah yang timbul akibat pembentukkan plak
sehingga terjadi penyempita pembuluh darah yang dikarenakan oleh
penyakit jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress, gaya
hidup, rusak atau hancurnya neuron motorik atas (upper motor neuron),
dan hipertensi (Murtaqib, 2013).
Data World Stroke Health Organization menunjukan bahwa setiap
tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian
terjadi akibat penyakit stroke, sekitar 70% penyakit stroke dan 87%
kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan
rendah dan menengah. Lebih dari empat dekade terakhir, kejadian stroke

1
2

pada negara berpendapatan rendah dan menengah meningkat lebih dari


dua kali lipat. Sementara itu, kejadian stroke menurun sebanyak 42%
pada negara berpendapatan tinggi. Selama 15 tahun berakhir, rata rata
stroke terjadi dan menyebabkan kematian lebih banyak pada negara yang
berpendapatan rendah dan di bandingkan negara berpendapatan tinggi.
Stroke sebagian dari penyakit kardiovaskuler yamg digolongkan ke dalam
penyakit katastropik karena mempunyai dampak luas secara ekonomi dan
social. Penyakit stroke dapat menyebabkan kecacatan permanen yang
tentunya mempengaruhi produktivitas penderitanya.
Di indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung
dan kanker. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya
menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang
dapat sembuh total dari serangan stroke atau kecacatan. Yayasan stroke
indonesia (Yastroki) menyebutkan bahwa 63,52% dari 100.000 penduduk
indonesia berumur 65 tahun di taksir terjangkit stroke. Setengah juta
penduduk disini akan terjagkit penyakit itu. Sedangkan jumlah orang yang
meninggal dunia diperkirakan 125.000 jiwa pertahun. ( Alfred Sutrisno,
2015).
Prevalensi penyakit stroke pada tahun 2015 di provinsi jawa tengah
sebesar 4,1%, pada lansia 32,4%, pada laki-laki 11,0%, dan perempuan
10,9%. Pada tahun 2018 prevalensi penyakit stroke 10,9%, jumlah lansia
45,3%, laki-laki 11,0%, dan perempuan 10,9% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan kelompok umur terlibat bahwa kejadian penyakit
stroke terjadi lebih banyak pada kelompok umur 55-64 tahun (33,3%) dan
proporsi penderita stroke paling sedikit adalah pada kelompok umur 15-
24 tahun. Laki-laki dan perempuan memiliki proporsi kejadian stroke
yang hampir sama. Sebagian besar penduduk yang terkena stroke
memiliki pendidikan tamat SD (29,5%).
Akibat dari stroke non hemoragik sendiri salah satunya
terganggunya mobilitas (mobilisasi) pada individual penderita yang dapat
mengganggu keseharian penderita. Penjelasan mobilitas (mobilisasi) itu
3

sendiri merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,


mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya. Jenis mobilitas (mobilisasi) itu
sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu mobilitas penuh dan mobilitas
sebagian. Disini dapat di jelaskan dari kedua jenis tersebut, mobilitas
penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari hari. Sedangkan mobilitas sebagian, merupakan kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak
secara bebas karena di pengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensoris
pada area tubuhnya
Mobilitas adalah suatu keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kehidupan. Tiap individu
mempunyai pola atau irama dalam menjalani aktivitas. Salah satu tanda
seseorang dikatakan sehat adalah adanya kemampuan orang tersebut
melakukan aktivitas seperti bekerja, makan dan minum, personal hygiene,
rekreasi, dan lain-lain. Dengan beraktivitas selain tubuh menjadi sehat,
juga dapat mempengaruhi harga diri dan citra tubuh seseorang. Jika
seseorang sakit atau terjadi kelemahan fisik sehingga kemampuan aktivitas
menurun. Seseorang tersebut biasanya terjadi masalah fisik, psikologis dan
tumbuh kembang, hal ini bisa berpengaruh pada masalah kesehatan
seseorang.
ROM pada penderita stroke adalah sejumlah pergerakan yang
mungkin dilakukan pada bagian-bagian tubuh pada penderita stroke untuk
menghindari adanya kekakuan sebagai dampak dari perjalanan penyakit
ataupun gejala sisa. Ada dua jenis latihan ROM yaitu ROM aktif dan
ROM pasif. ROM aktif yaitu pasien menggunakan ototnya untuk
melakukan gerakan secara mandiri, sedangkan ROM pasif adalah latihan
yang dilakukan dengan bantuan orang lain. ROM pasif dilakukan karena
pasien belum mampu menggerakkan anggota badan secara mandiri.
4

Berdasarkan data diatas penulis mengambil judul stroke non


hemoragik dengan fokus studi pengelolaan pemenuhan gangguan
mobilitas fisik sesuai kasusnya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Fokus Studi Pengelolaan Pemenuhan Gangguan
Mobilitas Fisik
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik dengan Fokus Studi Pengelolaan Pemenuhan Gangguan
Mobilitas Fisik.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan terhadap pasien yang
mengalami stroke non hemoragik dengan fokus studi pengelolaan
pemenuhan gangguan mobilitas fisik.
b. Dapat menetapkan diagnosa keperawatan terhadap pasien yang
mengalami stroke non hemoragik dengan fokus studi pengelolaan
pemenuhan gangguan mobilitas fisik.
c. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
pada pasien yang mengalami stroke non hemoragik dengan fokus
studi pengelolaan pemenuhan gangguan mobilitas fisik.
d. Dapat melakukan dengan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang mengalami stroke non hemoragik
dengan fokus studi pengelolaan pemenuhan gangguan mobilitas
fisik.
e. Dapat melakukan evaluasi pada pasien yang mengalami stroke non
hemoragik dengan fokus studi pengelolaan pemenuhan gangguan
mobilitas fisik.
f. Dapat membandingkan respon 2 pasien dengan stroke non
hemoragik setelah diberi terapi ROM ( Range of Motion ).
5

D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini disusun dengan harapan memberikan manfaat bagi
beberapa pihak, diantaranya :
1. Bagi Masyarakat
Membudayakan pengelolaan stroke secara mandiri dengan cara
menerapkan ROM ( Range of Motion )
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
a. Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih
lanjut tentang tindakan terapi ROM ( Range of Motion ) secara tepat
dalam memberikan asuhan keperawatan Stroke Non Hemoragik
Dengan Fokus Studi Pengelolaan Pemenuhan Gangguan Mobilitas
Fisik
b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian
bidang keparawatan tentang tindakan terapi ROM ( Range of Motion
) pada klien lanjut usia dengan Stroke pada masa yang akan datang
dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan.
3. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
aplikasi riset keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan, khususnya
penelitian tentang pelaksanaan terapi ROM ( Range of Motion)
pemberian pada klien lanjut usia yang mengalami stroke.
4. Bagi Pasien dan keluarga
Bermanfaat bagi pasien dan keluarga untuk menambah
pengetahuan penyembuhan dengan kasus Stroke Non Hemoragik
dengan gangguan mobilitas fisik .

Anda mungkin juga menyukai