P1337420419103
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
i
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA
LANSIA DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUD dr. R
SOETIJONO BLORA
P1337420419103
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P1337420419103
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
NIP. 196209231983031002
NIP. 197108071998031003
Mengetahui,
v
KATA PENGANTAR
vi
11. Teman seperbimbingan saya, teman-teman tingkat III angkatan 2019
dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Proposal studi
kasus ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
vii
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE NON HEMORAGIK PADA Tn.S
DENGAN FOKUS STUDI GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI RSUD DR.
R. SOETIJONO BLORA
Abstrak
Latar Belakang: Stroke adalah gangguan tiba-tiba suplai darah ke otak. Sebagian
besar stroke disebabkan oleh penyumbatan arteri tiba-tiba (stroke non hemoragik).
Stroke lainnya disebabkan oleh pendarahan ke jaringan otak ketika pembuluh darah
pecah (stroke hemoragik) (Clinic, 2018) dalam (Hidayah, 2019).
Metode: Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif
dengan memaparkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data, menyajikan
data, menganalisis dan menginterprestasikan data pada pasien stroke non
hemoragik. Penelitian menggunakan dua pasien yang mengalami stroke non
hemoragik sebagai subjek dengan kriteria mampu meningkatnya pergerakan klien
dalam mobilitas fisik, mampu melakukan aktivitas secara mandiri, mampu
memperagakan penggunaan alat dan skala kekuatan otot bertambah, bersedia
menjadi responden, dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik dn dirawat di RSUD
Dr. R. Soetijono Blora. Pengambilan data dilakukan selama 1 minggu pada tanggal
10 Januari-15 Januari 2022.
viii
sederhana yang harus dilakukan ( mis. Duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi), kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapy obat. Implementasi dilakukan secara 3 hari sesuai dengan intervensi yang
dibuat, setelah itu dilakukan evaluasi dan didapatkan hasil masalah teratasi sebagian
dan masalah belum teratasi. Rencana tindak lanjut pada hari berikutnya kita
delegasikan kepada teman sejawat.
ix
NURSING CARE OF NON-HEMORAGIC STROKE IN Tn.S WITH
PHYSICAL MOBILITY DISORDERS STUDY FOCUS IN RSUD DR. R.
SOETIJONO BLORA
Irma Febriana D¹, Warijan, S.Pd., A.Kep., M.Kes², M. Zainal Abidin, S.Kep.,
Ners., M.Kes², Agus Prasetyo, SKM., M.Kes²
¹D III Nursing Student in Blora
²Blora Nursing Lecturer
Corresponding author: irmafebriana7@gmail.com
Abstract
x
must be done (eg. Sitting in bed, sitting on the side of the bed, moving from bed to
chair), collaboration with doctors in administering drug therapy.
xi
DAFTAR ISI
xii
F. Teknik Analisa Data ................................................................................... 43
G. Etika Penelitian .......................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
susunan saraf pusat yang mengontrol dan mencetuskan gerak dari system
neuromuskuloskeletal. Secara klinis gejala yang sering muncul adalah
hemiparesis (M & Kusgiarti, 2017) dalam (Hidayah, 2019).
Keadaan hemiparesis merupakan salah satu factor yang menjadi
penyebab hilangnya mekanisme reflex postural normal, seperti mengontrol
siku untuk bergerak, mengontrol gerak kepala untuk keseimbangan, rotasi
tubuh untuk gerak-gerak fungsional pada ekstremitas. Gerak fungsional
merupakan gerak yang harus distimulasi secara berulang-ulang, supaya
terjadi gerakan yang terkoordinasi secara disadari serta menjadi reflex
secara otomatis berdasarkan keterampilan aktifitas kehidupan sehari-hari
(AKS) (M & Kusgiarti, 2017) dalam (Hidayah, 2019).
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada pasien stroke dengan
kelemahan otot, selaim terapi medikasi atau obat-obatan bisa dilakukan
fisioterapi / latiahn : latihan beban, keseimbangan dan latihan ROM ( range
Of Motion ) (M & Kusgiarti, 2017) dalam (Hidayah, 2019).
Perawat memiliki peran penting dalam memberikan asuhan
keperawatan individu yang sesuai dengan diagnosis masalah sederhana
sampai yang kompleks. Sehubungan dengan masalah di atas maka peran
perawat yang digunakan yaitu memberikan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan termasuk meningkatkan
pengetahuan dan perilaku kelompok lansia dalam mengangani gangguan
mobilitas fisik yang benar karena jika gangguan mobilitas fisisk tersebut
tidak teratasi dengan baik dan benar maka akan mengganggu aktifitas fisik
klien.
Berdasarkan data dan uraian kasus stroke non hemoragik penulis
tertarik untuk menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan
Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Pada Lansia Dengan Stroke Non
Hemoragik di RSUD dr. R Soetijono Blora
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan hasil Asuhan Keperawatan pada Lansia Stroke Non
Hemoragik dengan Fokus Studi Gangguan Mobilitas Fisik Di RSUD dr.
R Soetijono Blora.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada lansia dengan gangguan
mobilitas fisik akibat stroke non hemoragik.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada lansia dengan gangguan
mobilitas fisik akibat stroke non hemoragik.
c. Memaparkan perencanaan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
pada lansia dengan gangguan mobilitas fisik akibat stroke non
hemoragik.
d. Memaparkan hasil evaluasi masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik akibat stroke non hemoragik.
e. Membahas hasil asuhan keperawatan sejak pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, tindakan, evaluasi melalui proses
komparasi 2 kasus berdasarkan sumber-sumber primer yang relevan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan memberikan
sumbangan untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stroke
1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
deficit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otak (Sudoyo Aru) dalam (Nurarif dan Kusuma,2015).
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan
infark serebrum.
WHO (World Heart Organisation) mendefininisikan bahwa stroke
adalah gejala-gelaja deficit fungsi susunan saraf yang di akibatkan oleh
penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain (Sari Indah
Permata, 2015) dalam (Hidayah, 2019).
Stroke adalah gangguan tiba-tiba suplai darah ke otak. Sebagian
besar stroke disebabkan oleh penyumbatan arteri tiba-tiba (stroke non
hemoragik). Stroke lainnya disebabkan oleh pendarahan ke jaringan
otak ketika pembuluh darah pecah (stroke hemoragik) (Clinic,2018)
dalam (Hidayah, 2019).
2. Etiologi
a. Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral yang merupakan penyebab
paling umum dari Stroke. Tanda-tanda thrombosis serebral
bermacam-macam misalnya seperti, sakit kepala adalah serangan
yang tidak umum. Beberapa klien dapat mengalami pusing,
perubahan koognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami serangan
yang tidak bisa dibedakan dari hemoragik intraserebral atau
embolisme serebral. Secara umum thrombosis serebral tidak terjadi
dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau
6
7
f. Infeksi.
Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko Stroke
adalah Tuberculosis, Malaria, Lues (sifilis), dan infeksi cacing.
g. Obesitas.
Sesorang dengan berat badan berlebih memiliki risiko yang tinggi
untuk menderita Stroke. Bahwa seseorang dengan indeks massa
tubuh ≥30 memiliki risiko Stroke 2,46 kali dibanding yang memiliki
Indeks Massa Tubuh < 30.
h. Merokok.
Berbagai peneliti menghubungkan kebiasaan merokok dengan
peningkatan risiko penyakit pembuluh darah termasuk Stroke.
Merokok memicu peningkatan kekentalan darah, pengerasan
dinding pembuluh darah, dan penimbunan plak di dinding pembulu
darah.
i. Kelainan pembuluh darah otak.
Pembuluh darah otak yang tidak normal di mana suatu saat akan
pecah dan menimbulkan perdarahan.
j. Usia.
Semakin tua umur seseorang akan semakin mudah terkena Stroke,
dan Stroke dapat terjadi pada semua usia. Namun lebih dari 70%
kasus stroke terjadi pada usia di atas 65 tahun.
k. Jenis kelamin.
Laki- laki lebih mudah terkena Stroke, hal ini dikarenakan lebih
tingginya angka kejadian faktor risiko Stroke misalnya hipertensi
pada laki-laki.
l. Keturunan.
Resiko Stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga
Stroke. Seseorang dengan riwayat stroke lebih cenderung menderita
Diabetes Melitus dan Hipertensi. Hal ini mendukung hipotesis
bahwa peningkatan kejadian Stroke adalah akibat diturunkannya
faktor risiko Stroke.
12
5. Manifestasi Klinis
Menurut Rahmadani & Rustandi (2019), manifestasi klinis stroke
tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan,
ukuran lesi dan adanya sirkulasi klateral. Pada stroke akut gejala klinis
meliputi :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebalah (hemiparesis) yang
timbul secara mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, lelargi, stupor, atau koma)
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
e. Disartria (bicara cadel atau pelo)
f. Gangguan penglihatan
g. Displopia
h. Ataksia
i. Vertigo
j. Mual dan muntah
k. Sakit kepala
6. Patofisiologi
Terbentuknya trombus arterial & emboli dapat disebabkan oleh
beberapa faktor-faktor yang dapat diubah misalnya hipertensi,
hiperkolesterolemia, Diabetes Melitus, riwayat penyakit jantung, dan
gaya hidup. Adapun faktor-faktor yang tidak dapat diubah seperti umur,
ras, jenis kelamin, dan genetik. Setiap kondisi yang menyebabkan
perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan keadaan
hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik
otak. Iskemik jaringan pada otak menyebabkan syok neurologik yang
dapat meningkatkan metabolisme anaeob sehingga terjadi penumpukan
asam laktat dan mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat yang
akhirnya menimbulkan masalah keperawatan nyeri akut.
Kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan
nekrosis mikroskopik neuron-neuron yang juga menyebabkan syok
13
7. Pathway
Gambar 2.1
(Sumber: Muttaqin, 2012)
16
8. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit stroke menurut (Nurarif dan Kusuma,
2015) antara lain :
a. Dini (0-48 jam)
Edema serebri. Deficit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan TIK, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematianinfark miokard. Penyebab kematian
mendadak pada stroke stadium awal
b. Jangka panjang (1-14 hari)
1) Pneumonia aktibat immobilitas lama
2) Infark miokard
3) Emboli paru. Cenderung terjadi 7-14 hari pascastroke, sering
terjadi pada saat penderita mulai mobilisasi
c. Jangka panjang (>14 hari)
1) Stroke rekuren
2) Infark miokard
3) Gangguan vaskuler lain : penyakit vaskuler perifer
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang (Nurarif dan Kusuma, 2015)
a. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
pendarahan arteriovena atau adanya ruptur
a. Lumbal pungsi, CT scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI)
b. USG Doppier
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
system karotis)
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat sambil
berusaha mencari penyebab dan penatalaksanaan umum ini meliputi
memperbaiki jalan nafas dan mempertahankan ventilasi,
17
B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses suatu kehidupan tidak
hanya dimulai dari waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seorang
telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai opong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional. (Dede Nasrullah, 2016)
2. Batasan Usia Lansia
Menurut World Health Organization (WHO, 2010) ada beberapa
batasan umur lansia, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun.
e. Tipe bingung
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, merasa mider, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
1. Definisi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas, mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat. Kehilangan kemampuan untuk bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan
keperawatan (Ambarwati, 2014).
Mobilitas fisik merupakan kemampuan individu untuk bergerak
bebas secara teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas untuk mempertahankan kesehatan (Azizah, & Wahyuningsih,
2020).
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik
dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (PPNI, 2017)
2. Jenis Mobilitas
Menurut Risnanto & Insani (2014) jenis mobilitas dibagi menjadi
dua yaitu mobilitas penuh dan mobilitas sebagian.
a. Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi
21
Terdapat dua jenis latihan ROM yaitu ROM aktif dan ROM pasif.
ROM aktif adalah latihan gerak isotonik (terjadi kontriksi dan
pergerakan otot) yang dilakukan pasien dengan menggerakkan masing-
masing persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yaitu normal,
sedangkan ROM pasif adalah pergerakan perawat atau petugas lain yang
menggerakkan persendian pasien sesuai dengan rentang geraknya
(Nababan & Giawa, 2019).
Pengukuran kekuatan otot pada umumnya menggunakan gradasi 5
tingkat dari skala MRC (Medical Research Council)seperti pada tabel
2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Gradasi tingkat kekuatan otot dari skala MRC
Skor Keterangan
1 Kontraksi ringan
5 Kekuatan normal
f. Sistem eliminasi
Perubahan yang terjadi penurunan jumlah urine yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung
sehingga aliran darah renal dan urine berkurang (Hidayah &
Uliyah, 2014).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah pasien
baik yang nyata maupun yang potensial berdasarkan data yang telah
diperoleh, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
kewenangan perawat untuk melakukannya (Basri, Utami, & Mulyadi,
2020). Menurut Sari, Agianto, & Wahid (2015) diagnosis keperawatan
utama yang sesuai dengan masalah imobilisasipada pasien stroke adalah
gangguan mobilitas fisik.
Diagnose keperawatan yang dijumpai menurut Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2018 antara lain :
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah menyusun rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan perawat guna menanggulangi
masalah pasien sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
31
2) Terapeutik
a) Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
b) Berikan posisi semi fowler
c) Hindari maneuver Valsava
d) Cegah terjadinya kejang
e) Hindari penggunaan PEEP
f) Hindari pemberian cairan IV hipotonik
g) Atur ventilator agar PaCO2 optimal
h) Pertahankan suhu tubuh normal
3) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika
perlu
b) Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
c) Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
4) Kolaborasi
a) Rujuk pasien pada terapis,jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi
keperawatan terhadap pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang
sudah dibuat dalam rencana tindakan asuhan keperawatan, termasuk di
dalamnya nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu pelaksanaan
asuhan keperawatan (Basri, Utami, & Mulyadi, 2020).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang rencana keperawatan. Evaluasi menilai respon pasien yang
meliputi subjek, objek, pengkajian kembali (assessment), rencana
tindakan (planning) (Basri, Utami, & Mulyadi, 2020)
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode
deskriptif dengan memaparkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan
data, menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasikan data
(Setiadi,2007). Menggunakan proses keperawatan dengan memfokuskan
masalah dalam kasus yaitu asuhan keperawatan pada lansia stroke non
hemoragik dengan focus studi gangguan mobilitas fisik.
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode
deskriptif dengan pemaparan kasus dan menggunakan proses keperawatan
yang memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam kasus yang
dipilih yaitu Asuhan Keperawatan pada Pasien Stroke Non Hemoragik
dengan Fokus Studi Pengelolaan Gangguan Mobilitas Fisik.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua responden (klien), dimana
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi yaitu batasan karakteristik umum subjek studi
kasus dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Individu penderita stroke non hemoragik dengan masalah mobilitas
b. Berusia >60 tahun pada pasien stroke non hemoragik
c. Mampu berkomunikasi dengan koperatif pada pasien stroke non
hemoragik
d. Bersedia menjadi subjek studi kasus pada pasien stroke non
hemoragik.
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
41
42
sekarang, tentang sejak kapan keluhan ini dialami, tindakan apa yang
telah dilakukan, bagaimana respon pasien dari tindakan dilakukan dan
sejak kapan dibawa ke rumah sakit.
2. Observasi, penulis melalui pengamatan langsungpada pasien dan hasil
tindakan asuhan keperawatan. Keadaan pasien yang diamati
meliputinya adanya keberhasilan beraktivitas sehari-hari, adakah
masalah aktivitas.
3. Pemeriksaan fisik, penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan pemeriksaan fisik lainnya.
4. Studi dokumentasi keperawatan, penulis menggunakan berbagai
sumber, catatan medis serta hasil pemeriksaan penunjang
G. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas
responden akan kemungkinan terjadinya ancaman responden. Masalah etika
terutama ditekankan pada beberapa hal yaitu : kabar persetujuan menjadi
44
A. Hasil
2. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas Pasien Klien 1 Klien 2
Pendidikan SD SD
45
46
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Klien 1 Klien 2
Status Kesehatan Sekarang Anak pasien mengatakan pada hari Anak pasien mengatakan
jumat, tanggal 7 januari 2022 pukul pada hari selasa, tanggal 11
07.00 WIB pasien jatuh di sawah januari 2022 pasien tiba-tiba
saat mau memupuk padi karena lemas pada ekstremitas kiri
pasien pusing dan mata nya terasa setelah itu dirawat di rumah,
silau, lalu pasien merasakan lemas kemudian pada hari rabu
pada ekstremitas kiri, kemudian malam, tanggal 12 januari
pasien dibawa ke RSUD dr. R 2022 pasien di bawa ke
Soetijono Blora melalui IGD setelah RSUD dr. R Soetijono Blora
itu di rawat di ruang Teratai. melalui IGD setelah itu di
rawat di ruang teratai.
Riwayat Penyakit Keluarga Istri pasien mempunyai riwayat Anak pasien mengatakan
penyakit Hipertensi. orang tua pasien mempunyai
riwayat Hipertensi, Ayah
pasien dahulu juga
mengalami stroke non
hemoragik.
Persepsi dan Keluarga pasien mengatakan jika Keluarga pasien mengatakan jika
Pemeliharaan ada anggota keluarga yang sakit ada anggota keluarga yang sakit di
Kesehatan langsung di bawa ke balai kesehatan rawat sendiri di rumah tetapi jika
terdekat. tidak membaik baru di bawa ke balai
kesehatan.
Pola
Nutrisi/Metabolik
• Intake Pasien mengatakan selama sakit Anak pasien mengatakan pasien
Makanan nafsu makan menurun. Makan hanya makan bubur. Makan 3x/hari
3x/hari namun hanya sedikit dan hanya 2 sendok karena pasien
tidak habis mengalami susah menelan dan
tersedak.
Pola Eliminasi
Mandi X Mandi X
Toileting X Toileting X
Berpakaian X Berpakaian X
Mobilitas di X Mobilitas di X
tempat tidur tempat tidur
Berpindah X Berpindah X
Ambulasi/ROM X Ambulasi/ROM X
Pola Tidur dan Pasien mengatakan selama sakit Anak pasien mengatakan pasien
Istirahat kebutuhan tidur terganggu. Tidurnya sering tidur, terbangun jika
tidak teratur kadang hanya 1-2 jam dibangunkan
kemudian terbangun dan tidur lagi,
tidurnya tidak nyenyak
Pola Perceptual Pasien masih dapat berkomunikasi Pasien sulit berkomunikasi dengan
dan berespon dengan baik, tetapi baik, karena pasien pelo
pasien hanya bicara seperlunya saja
49
Konsep Diri
• Identitas Pasien masih bisa mengenali dirinya Pasien masih bisa mengenali dirinya
diri sendiri sendiri
• Ideal diri Pasien mengatakan ingin hidup Pasien mengatakan ingin hidup
dengan baik, sehat, dan ingin cepat dengan baik, sehat, dan ingin cepat
sembuh sembuh
• Harga diri Anak pasien mengatakan pasien Anak pasien mengatakan pasien
sangat dihargai oleh anak dan sangat dihargai oleh anak dan
istrinya istrinya
Pola Seksualitas Pasien berjenis kelamin laki-laki, Pasien berjenis kelamin laki-laki,
pasien sudah menikah dan pasien sudah menikah dan
mempunyai anak 5. mempunyai anak 3.
Pola Manajemen Anak pasien mengatakan pasien jika Anak pasien mengatakan pasien jika
Koping Stress ada masalah selalu bercerita dan ada masalah selalu bercerita dan
meminta solusi kepada keluarga. meminta solusi kepada keluarga.
Sistem Nilai dan Pasien beragama islam, pasien tidak Pasien beragama islam, pasien tidak
Keyakinan bisa beribadah seperti biasanya bisa beribadah tetapi pasien selalu
50
d. Pemeriksaan Fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
SPO2 98 98
GCS 15 15
Pemeriksaan Fisik
Kepala Bentuk simetris, tidak ada lesi di Bentuk simetris, tidak ada lesi di
kepala kepala
Leher Bisa bergerak ke kiri dan kanan, Bisa bergerak ke kiri dan kanan,
tidak ada pembesaran kelenjar tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
tiroid
Thoraks I : bentuk dada rata, tidak ada lesi I : bentuk dada rata, tidak ada lesi
P : tidak ada nyeri tekan P : tidak ada nyeri tekan
P : paru-paru sonor P : paru-paru sonor
A : suara nafas vesikuler A : suara nafas vesikuler
51
Ekstremitas Lengan kanan terpasang infus Lengan kanan terpasang infus RL,
RL, tangan dan kaki kiri lemas, tangan dan kaki kiri lemas, tidak ada
tidak ada edema edema, ada luka di kaki kanan
bawah lutut dan jepol kaki kanan
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Diagnostik
Laboratorium Nama Test Hasil Satuan Nilai Nama Test Hasil Satuan Nilai
Rujukan Rujukan
HEMATO HEMATO
LOGI LOGI
Hema 5 Hema 5
Diff : Diff :
Lekosit 5,84 10^3/u 3,8 - 11,6 Lekosit 7,98 10^3/u 3,8 - 11,6
L L
Hemoglobin 12,5 g/dL 13,2 – 17,3 Hemoglobin 14,7 g/dL 13,2 – 17,3
Trombosit 182 10^3/u 150 – 440 Trombosit 288 10^3/u 150 – 440
L L
52
Hitung Hitung
jenis jenis
Lekosit Lekosit
Granulosit 78,7 % 50 – 70 Granulosit 72,5 % 50 – 70
Golongan Golongan
Darah Darah
Golongan B A/B/O/ Golongan O A/B/O/
Darah AB / RH+ Darah AB / RH+
KIMIA KIMIA
KLINIK KLINIK
Glukosa 100 mg/dL 82 – 115 Glukosa 97 mg/dL 82 – 115
Sewaktu Sewaktu
Ureum 25,68 mg/dL 10 – 50 Ureum 12,84 mg/dL 10 – 50
Creatinin 0,76 mg/dL 0,8 – 1,3 Creatinin 0,62 mg/dL 0,8 – 1,3
IMUNOLO IMUNOLO
GI GI
Rapid Test NEG Negatif Rapid Test NEG Negatif
SARS Cov- ATIF SARS Cov- ATIF
2 2
53
Kalium 3,61 mmol/l 3,5 – 5,0 Kalium 5,24 mmol/l 3,5 – 5,0
CT Scan • Gyri dan sulci tampat prominan • Gyri dan sulci tampat prominan
• Batas cortex dan medulla jelas • Batas cortex dan medulla jelas
• Tampak lesi hypodens di kortex lobus • Tampak lesi hypodens di kortex lobus
parietalis sinistra ( slice 15-17 ) parietalis sinistra ( slice 17-19 )
• Ventrikel lateralis normal • Ventrikel lateralis normal
• Struktur mediana tak terdeviasi • Struktur mediana tak terdeviasi
• SPN dan air cellulae mastoidea normal • SPN dan air cellulae mastoidea normal
3. Analisa Data
Analisa Data Penyebab Masalah
Data Objektif :
• KU : Lemah
• TD : 188/133 mmHg
54
• S : 36,8ºC
• N : 73 x/menit
• RR : 22 x/menit
• Kekuatan Otot
5 3
5 3
Data Objektif :
• KU : Lemah
• TD : 159/81 mmHg
• S : 36ºC
• N : 72 x/menit
• RR : 22 x/menit
• Kekuatan Otot
5 1
5 1
4. Diagnosa Keperawatan
Data Masalah Etiologi/Penyebab
Data Objektif :
• KU : Lemah
• TD : 188/133 mmHg
• S : 36,8ºC
• N : 73 x/menit
• RR : 22 x/menit
• Kekuatan Otot
5 3
5 3
Data Objektif :
56
• KU : Lemah
• TD : 159/81 mmHg
• S : 36ºC
• N : 72 x/menit
• RR : 22 x/menit
• Kekuatan Otot
5 1
5 1
5. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi-Rasional
mengetahui alasan
pemberian latihan
4. Libatkan keluarga dalam
latihan pergerakan - untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
5. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan ( mis. Duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi) –
untuk meningkatkan atau
memulihkan pergerakan
tubuh terkendali
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy
obat – untuk membantu
mempercepat proses
penyembuhan pasien.
Klien 2 Setelah dilakukan perawatan selama 1. Identifikasi intoleransi
Gangguan Mobilitas Fisik 3x24 jam, klien menunjukkan : fisik melakukan
berhubungan dengan Penurunan - Pergerakan ekstremitas pergerakan – menentukan
Kekuatan Otot meningkat batas gerakan yang akan
- Kekuatan otot meningkat dilakukan
- Rentang gerak (ROM) meningkat 2. Monitor frekuensi tekanan
darah sebelum memulai
mobilisasi – mengetahui
perkembangan klien
3. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi – agar
58
6. Implementasi Keperawatan
Klien Diagnose Keperawatan Hari/tanggal Jam Tindakan
1 Gangguan mobilitas fisik Senin, 10 08.00 Memonitor frekuensi tekanan darah sebelum
berhubungan dengan Januari 2022 memulai mobilisasi
penurunan kekuatan otot
08.30 Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
59
2 Gangguan mobilitas fisik Kamis, 13 10.00 Memonitor frekuensi tekanan darah sebelum
berhubungan dengan Januari 2022 memulai mobilisasi
penurunan kekuatan otot
10.30 Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
7. Evaluasi Keperawatan
Klien Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal Evaluasi
1 Gangguan mobilitas fisik Rabu, 12 S : pasien mengatakan lemas pada tangan dan kaki kiri
berhubungan dengan Januari 2022 berkurang
penurunan kekuatan otot O:
- TD : 142/92 mmHg
- N : 70 x/menit
- RR : 22 x/menit
62
- S : 36ºC
- Kekuatan otot :
5 4
5 4
- Pasien tampak bisa mengangkat tangan dan kaki
kirinya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor frekuensi tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan ( mis. Duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapy obat
2 Gangguan mobilitas fisik Sabtu, 15 S : pasien mengatakan lemas pada tangan dan kaki
berhubungan dengan Januari 2022 kiri.
penurunan kekuatan otot O:
- TD : 150/90 mmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,5ºC
- Kekuatan otot :
5 1
5 1
- Pasien tampak tidak bisa mengangkat tangan dan
kaki kirinya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
63
B. Pembahasan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
A. Simpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada Tn.S didapatkan data focus bahwa Tn.S
mengalami kelemahan pada ektremitas kiri atau hemiparesis sinistra.
Pada Tn.S didapatkan data skala kekuatan otot ekstremitas sinistra
superior dan inferior adalah 3. Tingkat kemampuan mobilisasi pada
pasien yaitu dengan nilai 2 dimana pasien membutuhkan bantuan dan
pengawasan orang lain baik keluarga maupun perawat, serta mengalami
penurunan derajat rentang gerak kiri. Pada Tn.A didapatkan data focus
bahwa Tn.A mengalami kelemahan pada ektremitas kiri atau hemiparesis
sinistra. Pada Tn.S didapatkan data skala kekuatan otot ekstremitas
sinistra superior dan inferior adalah 1. Tingkat kemampuan mobilisasi
pada pasien yaitu dengan nilai 2 dimana pasien membutuhkan bantuan
dan pengawasan orang lain baik keluarga maupun perawat, serta
mengalami penurunan derajat rentang gerak kiri
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam diagnosa keperawatan penulis merumuskan diagnosa pada
Tn.S dan Tn.A yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan data mayor subyektifnya
mengeluh sulit saat menggerakan ekstermitas dan obyektifnya kekuatan
otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, sedangkan data minor
subyektifnya nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa
cemas saat bergerak dan obyektifnya sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas dan fisik lemah
3. Intervensi Keperawatan
68
69
B. Saran
Nurarif, Huda Amin & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
MediAction
Batticaca, F.C. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Lingga, Lanny. (2013). All About Stroke Hidup Sebelum dan Pasca Stroke. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo
Affandi, I.G. & Reggy, P. (2016). Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial pada
Stroke. CDK-238.
71
72
Nasrullah, Dede. 2016. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid I Dengan Cinta dan
Kasih Sayang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
2018.
Syahrim, W. E. P., Azhar, M. U., & Risnah. (2019). Efektifitas Latihan ROM
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke
: Study Systematic Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan
Indonesia
Nababan, T. & Giawa, E. (2019). Pengaruh ROM Pada Pasien Stroke Iskemik
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Di RSU Royal Prima
Medan Tahun 2018. Jurnal Keperawatan Priority.
Basri, B., Utami, T., & Mulyadi, E. (2020). Konsep Dasar Dokumentasi
Keperawatan. Bandung : Media Sains Indonesia
74
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia). Malang : Edulitera.
Syahrim, W. E. P., Azhar, M. U., & Risnah. (2019). Efektifitas Latihan ROM
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke
: StudySystematic Review. Media Publikasi Promosi
Kesehatan Indonesia (MPPKI).
Rachmawati, D., Andarini, S., & Ningsih DK. (2017). Pengetahuan Keluarga
Berperan Terhadap Keterlambatan Kedatangan Pasien Stroke
Iskemik Akut di Instalasi Gawat Darurat. Jurnal Kedokteran
Brawijaya
Sari, S. H., Agianto & Wahid, A. (2015). Batasan Karakteristik dan Faktor Yang
Berhubungan (Etiologi) Diagnosa Keperawatan : Hambatan
Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke. DK
Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu
LAMPIRAN
SOP
LATIHAN RENTANG GERAK AKTIF
PENGERTIAN Rentang Gerak atau Range of Motion (ROM) adalah pergerakan maksimal dari
sendi mungkin bisa dilakukan. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot. ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan
oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri.
TUJUAN • Melatih aktivitas seluruh sendi tubuh sehingga sendi-sendi tersebut tidak kaku
dan tidak terjadi cedera atau kecelakaan pada saat tubuh di gerakkan
• Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
• Mencegah kekakuan pada sendi
• Mencegah.kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur
• Merangsang sirkulasi darah
• Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
INDIKASI Dilakukan saat pasien dapat mengkontraksikan otot secara aktif dan menggerakkan
ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak, saat pasen memiliki kelemahan otot
dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya, untuk program latihan
aerobic, serta untuk untuk memelihara mobilisasi ruas di atas dan dibawah daerah
yang tidak dapat bergerak.
PROSEDUR A. Persiapan :
1) Persiapan Pasien
• Pastikan identitas pasien
76
77
6. Rotasi Dalam : memutar kaki dan tungkai kearah kaki lain sejauh
90⁰
79
Sirkumduksi
(360⁰)
Fleksi
(120⁰-130⁰)
Ekstensi
(120⁰-130⁰)
• Pergelangan Kaki
1. Dorsofleksi : menggerakkan punggung kaki kearah atas sejauh 20⁰-
30⁰
2. Plantarfleksi : menggerakkan punggung kaki kebawah sejauh 45⁰-
50⁰
80
Dorsofleksi Plantarfleksi
(20⁰-30⁰) (20⁰-30⁰)
• Jari-jari Kaki
1. Fleksi : menggerakkan jari kaki kebawah dengan rentang 30⁰-60⁰
2. Ekstensi : menggerakkan jari kaki kembali keadaan semula dengan
rentang 30⁰-60⁰
Fleksi
(30⁰-60⁰)
Ekstensi
(30⁰-60⁰)
C. Dokumentasi :
1) Catat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
2) Awasi tanda-tanda adanya gangguan sistem neurologi
3) Catat tingkat toleransi gerakan pada pasien
SOP
LATIHAN RENTANG GERAK PASIF
A. BIODATA
1. Nama Lengkap : Irma Febriana Damayanti
2. NIM : P1337420419103
3. Tanggal Lahir : 3 Februari 2002
4. Tempat Lahir : Blora
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah :
a. Kelurahan : Seso
b. Kecamatan : Jepon
c. Kab/ kota : Blora
d. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon :
a. Rumah :-
b. Hp : 089530153162
c. E-mail : irmafebriana7@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan Diploma III Keperawatan Blora
2. Pendidikan SMK di SMK Bhakti Mulia Blora, lulus tahun 2019
3. Pendidikan SLTP di SMP Negeri 1 Jepon, lulus tahun 2016
4. Pendidikan SD di SD Negeri Seso, lulus tahun 2013
5. Pendidikan TK di TK Pertiwi Seso, lulus tahun 2007
84
Lampiran 3 : Lembar Bimbingan
LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
1.
2.
3.
85
86
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
87
11.
12.