Anda di halaman 1dari 89

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN

JALAN NAFAS PADA PASIEN ASMA BRONCHIAL


DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Via Indah Purnamasari


NIM. P1337420419026

PRODI KEPERAWATAN BLORA PROGRAM DIPLOMA TIGA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022

i
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAFAS PADA PASIEN ASMA BRONCHIAL
DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan Pada Prodi Keperawatan Blora Program Diploma Tiga

Via Indah Purnamasari


NIM. P1337420419026

PRODI KEPERAWATAN BLORA PROGRAM DIPLOMA TIGA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Via Indah Purnamasari


NIM : P1337420419026
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI saya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Asma
Bronchial di RSUD RAA Soewondo Pati” ini adalah benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan
kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Blora, 13 Mei 2022


Yang membuat pernyataan,

Via Indah Purnamasari

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Via Indah Purnamasari, NIM.


P1337420419026, dengan judul Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Asma Bronchial di RSUD RAA Soewondo
Pati ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Blora, 19 Mei 2022


Pembimbing

Tavip Indrayana, S.Kep, Ners, M.Sc


NIP. 196501121986031002
Tanggal : 20 Mei 2022

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Via Indah Purnamasari, NIM.


P1337420419026, dengan judul Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Pada Paien Asma Bronchial di RSUD RAA Soewondo
Pati ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 27 Mei 2022.

Dewan Penguji
Suhardono, S.Kep, Ners, M.Kes Ketua (....................)
NIP. 196601291989031002

Heru Purnomo, S.Kep, Ners, M.Kes Anggota (....................)


NIP. 197208081998031002

Tavip Indrayana, S.Kep, Ners, M.Sc Anggota (....................)


NIP. 196501121986031002

Mengetahui,
Ketua Perwakilan Jurusan

Joni Siswanto, S.Kp. M.Kes


NIP.196607131990031003

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas


rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan Laporan Karya Tulis
Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Pada Pasien Asma Bronchial di RSUD RAA Soewondo Pati sesuai dengan
waktu yang direncanakan.
Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat
adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Marsum, BE, S.Pd., MHP selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd. MN selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Semarang.
3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Blora.
4. Bapak Tavip Indrayana, S.Kep,Ners,MSc selaku Pembimbing yang telah
memberi bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan laporan
ini.
5. Bapak Suhardono, S.Kep,Ners,M.Kes selaku penguji laporan Karya Tulis
Ilmiah yang memberikan pengarahan, petunjuk, kritikan demi
kesempurnaan karya tulis ini.
6. Bapak Heru Purnomo, S.Kep,Ners,M.Kes selaku penguji laporan Karya
Tulis Ilmiah yang memberikan pengarahan, petunjuk, kritikan demi
kesempurnaan karya tulis ini.
7. Bapak Ibu Dosen dan Staf Program Studi D III Keperawatan Blora yang
telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis mulai dari tingkat 1, 2, 3
dan bimbingan.
8. Kedua orangtua saya serta seluruh keluarga besar yang telah membantu
do’a, menguatkan, memberikan perhatian dan semangat kepada penulis.

vi
9. Teman-teman seperjuangan 3A dan 3B angkatan 2019 yang sangat
membantu dan mendukung saya dalam mengerjakan karya tulis ilmiah.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat


khususnya untuk pengelolaan pasien dengan masalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas. Penulis menyadari bahwa laporan karya tulis ilmiah
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik untuk perbaikan
penulisan karya ilmiah pada masa mendatang sangat penulis harapkan.

Blora, 16 Mei 2022

Penulis

vii
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAFAS PADA PASIEN ASMA BRONCHIAL
DI RSUD RAA SOEWONDO PATI
Via Indah Purnamasari1, Tavip Indrayana, S.Kep., Ners., M.Sc2
1
Mahasiswa Prodi Keperawatan Blora Program Diploma Tiga
2
Dosen Jurusan Keperawatan Semarang
Korespondensi : viaindah092@gmail.com

Abstrak

Latar belakang : Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang
banyak dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Asma didefinisikan sebagai
suatu penyakit yang heterogen, yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis
pada saluran pernafasan, apabila tidak ditangani dengan benar menimbulkan
dampak penyakit sulit bernafas, dada terasa berat sehingga nafas menjadi
terengah-engah, batuk disertai dahak, dan mudah lelah saat melakukan aktivitas.
Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu
yaitu reaksi yang berkesinambungan atau berkelanjutan terus menerus yang
disebut “status asmatikus”, kondisi yang mengancam hidup atau suatu keadaan
yang menimbulkan penyakit asma dan upaya tindakan pemenuhan ini dapat
dilakukan dengan cara tetap tenang, duduk, hindari pemicu asma, ikuti rencana
darurat asma, lihat tingkat keparahan asma. Penanganan yang dilakukan pada
asma yaitu jauhkan dari agen-agen yang dapat membuat asma kambuh seperti
debu, bulu binatang, perubahan cuaca, menghindari efek samping obat, hindari
tingkat obstruksi atau hambatan pada saluran nafas, atau bisa juga terserangnya
asma dikarenakan adanya faktor keturunan. Tujuan karya tulis ini adalah untuk
menggambarkan asuhan keperawatan dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
pada pasien asma bronchial di RSUD RAA Soewondo Pati.
Metoda: Metode yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study) dan
menggunakan proses pendekatan keperawatan. Sampling yang digunakan meliputi
2 keluarga.
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pada pasien I dan
pasien II menunjukkan peningkatan pernapasan setelah diberikan posisi semi
fowler, terapi nebulizer, dan batuk efektif sehingga evaluasi yang didapatkan yaitu
masalah teratasi sebagian.
Simpulan: Pasien dengan asma bronkial yang mengalami ketidakefektifan
bersihan jalan nafas dapat diberikan asuhan keperawatan dengan posisi semi
fowler, terapi nebulizer, dan batuk efektif.

Kata kunci: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, asma bronkial, asuhan


keperawatan

viii
NURSING CARE INAFFECTIVE CLEAN AIRWAY IN BRONCHIAL
ASTHMA PATIENTS IN RAA SOEWONDO PATI HOSPITAL
Via Indah Purnamasari1, Tavip Indrayana, S.Kep., Ners., M.Sc2
1
Blora Nursing Study Program Student Diploma Three
2
Lecturer in Semarang Nursing Department
Correspondence: viaindah092@gmail.com

Abstract

Background: Asthma is one of the most common respiratory diseases in children


and adults. Asthma is defined as a heterogeneous disease, which is characterized
by chronic inflammation of the respiratory tract, if it is not treated properly it
causes difficulty in breathing, chest feels heavy so that the breath becomes short
of breath, coughing with phlegm, and easily tired when doing activities. Although
asthma attacks are rarely fatal, sometimes a continuous reaction occurs, namely a
continuous or continuous reaction called "status asthmaticus", a life threatening
condition or a condition that causes asthma and efforts to fulfill this action can be
done by remaining calm, sit down, avoid asthma triggers, follow an asthma
emergency plan, see asthma severity. The treatment for asthma is to stay away
from agents that can make asthma relapse such as dust, animal dander, weather
changes, avoiding side effects of drugs, avoiding the level of obstruction or
obstruction in the airways, or it could also be due to hereditary asthma. The
purpose of this paper is to describe nursing care with ineffective airway clearance
in bronchial asthma patients in RAA Soewondo Pati
Method: The method used in providing nursing care uses a descriptive method
with a case study approach and uses a nursing approach process. The sampling
used includes 2 families.
Results: After 3x24 hours of nursing care, patient I and patient II showed an
increase in breathing after being given a semi-Fowler's position, nebulizer
therapy, and an effective cough so that the evaluation obtained was that the
problem was partially resolved.
Conclusion: Patients with bronchial asthma who experience ineffective airway
clearance can be given nursing care in a semi-Fowler's position, nebulizer therapy,
and effective coughing.

Keywords: Ineffective airway clearance, bronchial asthma, nursing care

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... v
KATA PENGANTAR........................................................................... vi
ABSTRAK.............................................................................................. viii
DAFTAR ISI......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 4
A. Konsep Dasar Asma......................................................................... 4
1. Pengertian.................................................................................... 4
2. Etiologi........................................................................................ 5
3. Klasifikasi Asma......................................................................... 5
4. Manifestasi Klinis....................................................................... 6
5. Patofisiologi................................................................................ 7
6. Pathway....................................................................................... 9
7. Penatalaksanaan.......................................................................... 10
8. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 13
9. Komplikasi.................................................................................. 13
B. Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas............................... 14
1. Pengertian.................................................................................... 14
2. Etiologi........................................................................................ 14
3. Manifestasi Klinis....................................................................... 15

x
4. Komplikasi.................................................................................. 15
C. Konsep Asuhan Keperawata ........................................................... 17
1. Pengkajian ................................................................................... 17
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 18
3. Intervensi Keperawatan ............................................................... 18
4. Implementasi Keperawatan ......................................................... 19
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN...................................................... 20
A. Rencana Penelitian .......................................................................... 20
B. Subjek Penelitian ............................................................................. 20
C. Tempat dan Waktu .......................................................................... 21
D. Fokus Studi ...................................................................................... 21
E. Definisi Operasional ........................................................................ 21
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 22
G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 23
H. Etika Penelitian ............................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 25
A. Hasil ................................................................................................ 25
B. Pembahasan...................................................................................... 47
1. Pengkajian ................................................................................... 47 47
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 48 48
3. Intervensi Keperawatan ............................................................... 48 48
4. Implementasi Keperawatan ......................................................... 49 49
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 50 50
BAB III METODE PENELITIAN...................................................... 52
A. Kesimpulan ..................................................................................... 52
B. Saran ................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Saran ................................................................................................ 9

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organisation


BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
TTV : Tanda-Tanda Vital
RR : Respiratory Rite
SOP : Standar Operasional Prosedur

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SOP
Lampiran 2. Daftar riwayat hidup
Lampiran 3. Lembar bimbingan

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak
dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Menurut global initiative for
asthma (GINA) tahun 2015, asma didefinisikan sebagai “suatu penyakit yang
heterogen, yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis pada saluran
pernafasan. Hal ini ditentukan oleh adanya riwayat gejala gangguan
pernafasan seperti mengi, nafas terengah-engah, dada terasa berat/tertekan,
dan batuk yang bervariasi waktu dan intensitasnya, diikuti dengan
keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi, (Kementerian Kesehatan
RI, 2017).
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), didapatkan
kenaikan prevalensi penyakit asma pada tahun 2007 dengan 2013 secara
nasional sebesar 1% menjadi 4,5%. Pravalensi untuk Jawa Tengah sendiri
adalah 4,3%. Menurut RISKESDAS Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013,
menunjukkan prevalensi asma di Kota Semarang sebesar 5,3%. Hasil survey
Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2014, asma menduduki 3 besar kasus
penyakit tidak menular di Kota Semarang dengan 5.309 kasus. Selain itu,
terjadi keniakkan angka kematian akibat asma dari 38 kasus pada 2009
menjadi 71 kasus di 2014. Prevalensi asma berdasrkan diagnosa dokter pada
penduduk semua umur menurut Kabupaten Pati sebesar 1,76% dengan 3.314
kasus. (Dinkesjateng, 2018).
Asma apabila tidak ditangani dengan benar menimbulkan dampak
penyakit sulit bernafas, dada terasa berat sehingga nafas menjadi terengah-
engah, batuk disertai dahak, dan mudah lelah saat melakukan aktivitas.
Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu
yaitu reaksi yang berkesinambungan atau berkelanjutan terus menerus yang
disebut “status asmatikus”, kondisi yang mengancam hidup atau suatu
keadaan yang menimbulkan penyakit asma, untuk upaya pemenuhan ini

1
penderita asma biasa akan merasa sehat dan jarang kambuh dan upaya
tindakan

2
2

pemenuhan ini dapat dilakukan dengan cara tetap tenang, duduk, hindari
pemicu asma, ikuti rencana darurat asma, lihat tingkat keparahan asma.
(Smeltzer & Bare, 2016). Penanganan yang dilakukan pada asma yaitu
jauhkan dari agen-agen yang dapat membuat asma kambuh seperti debu, bulu
binatang, perubahan cuaca, menghindari efek samping obat, hindari tingkat
obstruksi atau hambatan pada saluran nafas, atau bisa juga terserangnya asma
dikarenakan adanya faktor keturunan.
Melihat hal tersebut, yang perawat lakukan agar tidak menimbulkan
penyakit asma cepat kambuh dilakukan dengan cara mengidentifikasi pasien
perlu pemasangan alat jalan nafas buatan, melakukan fisioterapi dada bila
perlu, mengeluarkan secret dengan batuk atau suction, mengatur diit dan
kebutuhan nutrisi, serta memonitor respirasi dan status oksigen dan
memberikan edukasi pada pasien atau keluarga pasien agar dapat dihindari
terjadinya asma.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sebagai mahasiswa tertarik
untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Ketidakefektifan Besihan Jalan Nafas Pada Asma Bronchiale”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas Pada Pasien Asma Bronkial?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan hasil Asuhan Keperawatan Dengan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Asma Bronkial
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian bersihan jalan nafas tidak efektif
pada pasien asma bronchial.
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif pada pasien asma bronchial.
3

c. Menggambaran rencana keperawatan (intervensi) bersihan jalan nafas


tidak efektif pada pasien asma bronchial.
d. Menggambarkan tindakan keperawatan (implementasi) bersihan jalan
nafas tidak efektif pada pasien asma bronchial.
e. Menggambarkan evaluasi keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
pada pasien asma bronchial.
f. Menggambarkan pembahasan hasil asuhan keperawatan sejak
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
melalui proses komparasi 2 kasus berdasarkan sumber-sumber primer
yang relevan.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan untuk menambah pengetahuan dan praktik
terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien asma
bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Institusi Pendidikan
Penulis berharap bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat sebagai
bahan guna meningkatkan citra dan kualitas bagi
mahasiswa/mahasiswi Politeknik Kesehatan Semarang, terutama Prodi
Keperawatan Blora Program Diploma Tiga.
b. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi
kontribusi dalam peningkatan skill dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien asma bronkial ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.
c. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Dengan penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asma


1. Pengertin
Kata “Asthma” berasal dari bahasa Yunani yang artinya
“terengah-engah” atau sukar bernafas. Menurut “United States National
Tuberculosis Association” 1967, Asma Bronkial adalah penyakit
inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai dengan
adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul
terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran
pernapasan (Infodatin, 2017).
Asma Bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu yang menyebabkan peradangan. Asma dibedakan menjadi 2
jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni:
a. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan
bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat
mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.
Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir
yang berlebihan.
b. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma
kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang
hebat. Kejadian ini disebut octurnal paroxymul dispnea. Biasanya
terjadi pada saat penderita sedang tidur.

4
5

2. Etiologi
Ada dua jenis dan penyebab yaitu yang pertama asma bronkial
ekstrinsik (alergi) ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan dan spora jamur dan yang kedua Asma Bronkial
intrinsik (idopatik) ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui
seperti perubahan iklim atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernapasan, kegiatan fisik aktivitas berat, kecapekan dan
emosi. (Scholastica F. A, 2019).
Menurut The Lung Association (2011) ada 2 faktor yang
menjadi pencetus asma:
a. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya aliran
penafasan dan mengakibatkan mengencang atau menyempitnya
saluran pernafasan tetapi tidak menyebabkan peradangan seperti
perubahan cuaca atau suhu udara
b. Rangsangan sesuatu yang bersifat alergi misal: asap rokok, serbuk
sari, debu, bulu binatang, asap, uap, dan olahraga insektisida,
polusi udara, dan hewan peliharan
c. Infeksi saluran pernapasan
d. Gangguan emosi
e. Kerja fisik atau olahraga yang berlebihan

3. Klasifikasi Asma
Jenis-jenis asma menurut Smeltzer (2000)
a. Asma alergik
Disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang
dikenal, misal serbuk sari, binatang, makanan, dan jamur. Pasien
dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga
asma dan pajanan dini terhadap alergen dianggap sebagai
etiologi asma alergik yang paling sering. Pada intinya asma
6

alegik didefinisikan sebagai munculnya gejala asma akibat


paparan terhadap alergen yang bersifat iritan.
b. Asma atopik atau asma ekstrinsik
Terminologi asma atopik dan asma ekstrinsik sering
digunakan bergantian sebagian dengan asma alergik. Secara
spesifik, kata “atopi” merujuk pada proses hipersensitivitas
alergik yang dapat menyebabkan reaksi baik pada pasien sistem
pulmoner sebagai asma alergik maupun pada kulit sebagai
dermatitis.
c. Asma gabungan
Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum.
Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun
bentuk atopik atau ektrinsik.

4. Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016),
tanda gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni:
a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga,
sifatnya hilang timbul
3) Terdapat sedikit wheezing
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
6) Blood gas analysis (BGA) belum patologis
b. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parial O2
7

5) Stadium lanjut/kronik
6) Batuk, ronchi
7) Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
8) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
9) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
10) Thorak seperti barel chest
11) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
12) Sianosis
13) Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80%
14) Rontgen paru terdapat peningkatan gambaran
bronchovaskuler kanan dan kiri
15) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis

5. Patofisiologi
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan
penyakit yang disebabkan karena adanya penyemitan bronkus saja,
sehingga tetapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti
beta agonis dan golongan metil ksantin saja. Namun, para ahli
mengemukakan konsep baru yang kemudian digunakan hingga kini,
yaitu bahwa asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran
pernafasan, yang ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan
respon yang berlebihan terhadap rangsangan (hyperresponsiveness).
Selain itu juga terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan
penurunan kecepatan aliran udara akibat penyempitan bronkus.
Akibatnya terjadi hiperinflasi distal, perubahan mekanis paru-paru, dan
meningkatnya kesulitan pernafasan. Selain itu juga dapat terjadi
peningkatan sekresi mukus yang berlebihan (Zullies, 2016).
Secara klasik, asma dibagi dalam dua kategori berdasarkan
faktor pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik
atau idiosinnkratik. Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang
disebabkan karena menghirup udara alergen, yang biasanya terjadi pada
8

anak-anak yang memiliki kelurga dan riwayat penyakit alergi (baik


eksim, urtikaria, atau hay fever).
Asma intrinsik mengacu pada asma yang disebabkan oleh
karena faktor-faktor di luar mekanisme imunitas, dan umummnya
diumpai pada orang dewasa. Disebut juga asma non alergik, dimana
pasien tidak memiliki riwayat alergi. Beberapa faktor yang dapat
memicu terjadinya asma antara lain: udara dingin, obat-obatan, stress,
dan olahraga (Zullines, 2016).
Seperti yang telah dkatakan di atas, asma adalah penyakit
inflamasi saluran nafas. Meskipun ada berbagai cara untuk
menimbulkan suatu respons inflamasi, baik pada asma ekstrinsik
maupun intrinsik, tetapi karakteristik inflamasi pada asma umumnya
sama, yaitu terjadinya infiltrasi eosinofil dan limfosit serta terjadi
pengelupasan sel-sel epitelial pada saluran nafas dan peningkatan
permeabilitas mukosa (Infodatin, 2017)
Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari
meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya
rangsangan dari luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian
akan memicu pelepasan berbagai senyawa endogen dari sel mast yang
merupakan mediator inflamasi, yaitu histamin, leukotrien, dan faktor
kemotaktik eosinofil. Histamin dan leukotrien merupakan
bronkokonstriktor yang poten, sedangkan faktor kemotaktik eosinofil
bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofil menuju tempat
terjadinya peradangan yaitu di bronkus (Zullies, 2016).
9

6. Pathway

Faktor pencetus Antigen yang terikat Mengeluarkan


Permiabilitas Edema mukosa, sekresi
- Alergen IGE pada permukaan mediator histamine,
kapiler meningkat prooduktif, kontriksi
- Stress sel mast atau basofil platelet, bradikinin,
otot polos meningkat.
- Cuaca dll.

Spasme otot polos


sekresi kelenjar Konsentrasi O2 dalam
bronkus meningkat darah menurun

Hipoksemia
Penyempitan/
obstruksi
proksimal dan Suplai darah dan O2 ke
Gangguan pertukaran
bronkus pada tahap Asidosis metabolik jantung berkurang
gas
ekspiirasi dan
inspirasi
Penurunan cardiac
output
-Mucus berlebihan
-Batuk Tekanan partial
-Wheezing oksigen di alveoli Penurunan curah
-Sesak napas menurun jantung Tekanan darah menurun

Ketidakefektifan Kelemahan dan


Intoleransi aktivitas keletihan
bersihan jalan nafas

Sumber : Huda & Kusuma (2016)


10

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah mencapai asma
terkontrol sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksaan
asma dibagi menajdi 2, yaitu: penatalaksananaan asma jangka panjang
dan penatalaksanaan asma akut/saat serangan.
a. Tatalaksana Asma Jangka Panjang
Prinsip utama tatalaksanan jengka panjang adalah edikasi, obat
Asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam
asma). Obat pelega diberikan pada saat serangan dan diberikan
dalam jangka panjang dan terus menerus.
b. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa
Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:
1) Mengatasi gejala serangan asma
2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
3) Mencegah terjadinya kekambuhan
4) Mencegah kematian karena serangan asma

Menurut Kusuma (2016), ada program penatalaksanaan asma,


yaitu:
a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti.
Edukasi tidak hanya ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi
juga pihak lain yang membutuhkan energi pemegang keputusan,
pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma
oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma.
Hal tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain:
11

1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan


perubahan terapi
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalmi perubahan
pada asmanya
3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantuk penanganan asma terutama asma mandiri
4) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
5) Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit,


disebut sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu
dipertimbangkan:
a. Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan nafas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
b. Tahapan pengobatan
1) Asma intermiten, medikasi pengontrol harian tidak perlu
sedangkan alternatif lainnya tidak ada.
2) Asma Persisten Ringan, medikasi pengontrol harian diberikan
Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati atau
ekivalennya), untuk alternatif diberikan Teofilin lepas lambat,
kromolin dan leukotriene modifiers.
3) Asma Persisten Sedang, medikasi pengontrol harian diberikan
kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800 ug BD/hari
atau ekivalennya), untuk alternatifnya diberikan
glukortikosteroid ihalasi (400-800 ug Bd atau ekivalennya)
ditambah Teofilin dan ditambah agonis beta 2 kerja lama oral,
atau Teofilin lepas lambat.
4) Asma Persisten Berat, medikasi penontrol harian diberikan
ihalasi glukokortikosteroid (>800 ug Bd atau ekivalennya) dan
agonis beta 2 kerja lama, ditambah 1 antara lain : Teoflon lepas
12

lambat, Leukotriene, Modifiers, Glukokortikosteroid Oral.


Untuk alternatif lainnya Prednisolo/metilprednisolon oral selang
sehari 10mg ditambah agonis beta 2 kerja lama oral, ditambah
Teofilin lepas lambat.
5) Respon pasien setelah diberikan terapi obat sesak mulai
berkurang dan sekret dapat dikeluarkan secara efektif. Tim
Pokja SIKI DPP PPNI (2016).
c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat
untuk terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma.
Rencanakan pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi
penderita, realistik/memungkinkan bagi penderita dengan maksud
mengontrol asma.
d. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
Pengobatan pada serangan akut antara lain: Nebulisasi agonis
beta 2 tiap 4 jam, alternatifnya Agonis beta 2 subcutan, Aminofilin
IV, Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila mungkin
Kortikosteroid sistemik.
e. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang
penting diperhatikan oleh dokter yaitu:
1) Tindak lanjut (follow-up) teratur
2) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanut bila
diperlukan
f. Pola hidup sehat
1) Meningkatkan kebugaran fisik
2) Berhenti atau tidak pernah merokok
3) Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang perpotensi dapat menimbulkan asma.
13

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doengoes (2015), pemeriksaan penunjang pada asma
antara lain:
a. Sinar X dada
Dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru, mendatarnya diafragma,
peningkatan area udara retrosternal, penurunan tanda
vaskularisasi/bula (emfisema) peningkatan tanda bronkovaskuler
(bronchitis), hasil normal selama periode remisi (asma).
b. Tes fungsi paru
Digunakan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk
menentukan apakah fungsi abnormal adalah onstruksi atau retriksi.
Untuk memperkirakan derajat difungsi dan untuk mengevaluasi
efek terapi. Misalnya, bronkodilator.
c. Volume residu
Menngkatkan pada emfisema, bronchitis kronis, dan asma.
d. Pemulihan alergi
Biasanya proses penyembuhan dari allergen itu sendiri, dan
biasanya uga diobati dengan minum obat.

9. Komplikasi
Beberapa komplikasi asma menurut Mansjoer (2008) meliputi:
1. Pneumothoraks.
Pneumothoraks adalah keadaan dimana adanya udara dalam rongga
pleura yang dicurigai bila terdapat benturan dan tusukan dada.
2. Pneumomediastinum.
Penumomediastinum disebut juga Emfisema Mediastium adalah
satu kondisi dimana adanya udara pada mediastinum. Kondisi ini
disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke
udara luar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga
dada.
14

3. Atelectasis
Atelektasis adalah pengerutan atau saluran paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara atau akibat dari pernapasan yang sangat
dangkal.
4. Aspergillosis
Aspergillosis merupakkan pennyakit pernapasan yang disebabkan
dari jamur yaitu aspergillus sp.
5. Gagal nafas
Gagal nafas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan
karbondioksida dengan paru-paru yang tidak dapat mengontrol
konsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel
tubuh.
6. Bronkitis
Bronkitis atau radang paru-paru adalah kondisi dimana lapisan
bagian dalam saluran pernafasan yang kecil (bronkiolus)
mengalami bengkak.

B. Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas


1. Pengertian
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan suatu keadaan
dimana individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial
berhubungan dengan kektidakmampuan untuk batuk secara efektif
(Carpenito & Moyet, 2013).

2. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), penyebab dari
bersihan jalan napas tidak efektif antara lain:
a. Spasme jalan napas
b. Hipersekresi jalan napas
c. Benda asing dalam jalan napas
15

d. Adanya jalan napas buatan


e. Sekresi yang tertahan
f. Hperplasia dinding jalan napas
g. Proses infeksi dan respon alergi
h. Efek agen farmakologis
Menurut khotimah (2017) Asma akan menimbulkan dahak yang
berlebih akan menghambat masuknya oksigen ke saluran pernapasan
sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu juga akan
menimbulkan suara napas tambahan mengi pada saat bernapas.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2019), gejala dan tanda pada
masalah bersihan jalan napas tidak efektif antara lain:
a. Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu batuk
c. Sputum berlebih
d. Mengi atau wheezing, dan/ronchi kering
e. Mekonium dijalan napas (neonates)

4. Komplikasi
Menurut Bararah & Jauhar (2013), komplikasi yang dapat terjadi
pada bersihan jalan napas tidak efektif jika tidak ditangani antara lain:
a. Hiposemia
Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi oksigen arteri (SaO2)
di bawah normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada
neonatus, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 > 88%. Pada dewasa, anak,
dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini
disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau
berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia,
tubuh akan melakukan kompensasi denan cara meningkatkan
16

pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh


darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di
antaranya sesak napas, frekuensi napas dapat mencapai 35 kali
permenit, nadi cepat dangkal serta sianosis.
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setalah 4- menit ventilasi
berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia yaitu:
1) Menurunnya hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi oksigen
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
4) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti
pada pneumonia
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
6) Kerusakan atau gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia diantaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak nafas, serta jari tabuh (clubbing finger).
c. Gagal napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara
adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida
dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan
karbondiosida dan penurunan osigen dalam darah secara signifikan.
Gagal napas disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang
mengontrol pernapasan, kelemahan neurmuskular, keracunan obat,
gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi
jalan napas.
d. Perubahan pola napas
17

Frekuensi pernapasan normal pada masing-masing usia berbeda.


C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi:
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk rumah sakit, rekam medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea
(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
c. Penyakit Saat Ini
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya
penyakit ini, diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran napas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dn eskrim).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan asma sering kali didapatkan adanya riwayata penyakit
turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya
penyakit yang sama pada anggota kelurganya.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan asma bronkial
dapat ditemukan:
1) Inspeksi: klien terlihat gelisah, sesak napas, napas cepat, dan
sianosis
2) Palpasi: biasanya tidak terdapat kelainan nyata (pada serangan
berat)
3) Perkusi: biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata
4) Auskultasi: ekspirasi memanang, mengi (wheezing), ronchi.
(Scholastica F.A., 2019)
18

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2016):
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret di jalan
nafas.
c. Gangguan pertukaran gas b.d retensi CO2.
d. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas dan volume
sekuncup jantung.
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan
kebutuhan O2 (Hipoksia).

3. Intervensi Keperawatan
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) rencana keperawatan
adalah panduan untuk perilaku yang diharapkan perawat untuk mencapai
tujuan atau hasil yang diharapkan.
Tujuan : Jalan napas menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Pasien tidak batuk
b. Pasien tidak mengeluarkan sputum
c. Tidak ada wheezing
d. Frekuensi pernafasan dalam rentang normal
e. Mempunyai jalan napas yang paten
f. Pasien tidak gelisah
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) intervensi yang
dilakukan pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas
yaitu:
a. Observasi tanda-tanda vital, suara nafas, dan saturasi oksigen
b. Posisikan pasien semi fowler
c. Berikan terapi nebulizer
19

d. Berikan terapi suction


e. Ajarkan batuk efektif
f. Kolaborasi dengan dokter
4. Impelementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. tindakan keperawatan dapat dilakukan secara
mandiri maupun kolaborasi.
a. Hindari alergen
Salah satu penatalaksanaan asma adalah menghindari eksaserbasi.
Pasien yang rentan tidak dibiarkan untuk terpajan cuaca yang sangat
dingin, berangin, atau cuaca ekstrim lainnya, asap spray, atau iritan
lainnya.
b. Meredakan bronkospasme
Awal serangan sehingga dapat dikendalikan sebelum gejala tersebut
semakin berat. Tanta-tanda objektif yang dapat diobservasikan antara
lain rinorea, batuk, demam ringan, iritabilitas, gatal (terutama leher
bagian depan dan dada), apati, ansietas, gangguan tidur, rasa tidak
nyaman pada abdomen, kehilangan nafsu makan. Pasien yang
menggunakan nebulizer, MDI, diskhaler, atau rotahaler untuk
memberikan obat perlu mempelajari cara penggunaan alat tersebut
dengan benar. (Wong, 2014).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan.
Semua tahap keperawatan harus dievaluasi, dengan melibatakn klien,
perawat, anggota tim kesehatan lainnya, dan bertujuan untuk menilai
apakah tujuan dalam perencanaan tercapai atau tidak untuk melakukan
pengkajian ulang jika tindakan belum berhasil.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien asma bronchial dengan
fokus ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah tanda-tanda gejala
pernafasan dalam batas normal, aktifitas sehari-hari pada pasien terkontrol
20

(tidak terjadinya asma dan menghindari alergen), mengenali tanda-tanda


dan penanggulangan asma, serta rasa cemas yang dialami pasien dan
keluarga bisa berkurang. (modifikasi Wong, 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desian penelitian
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu metode penelitian yang
bertujuan utnuk mendeskripsikan peristiwa atau fenomena yang ada pada ini.
Kemudian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksporasi masalah asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami asma bronchiale (Sugiono, 2005).

B. Subyek Penelitian
Menurut Noto Atmojo dikutip oleh Setiadi (2007). Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian
harus didefinisikan dengan jelas (Setiadi, 2007):
a. Apa, siapa, dimana, dan kapan penelitian akan diambil.
b. Uraikan penelitian yang diambil.
c. Kurun waktu secara jelas atau besar populasi yang akan diambil.
Dalam penelitian ini menggunakan satu responden (klien), dimana memiliki
kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Insklusi
1) Klien yang mempunyai penyakit asma bronchiale
2) Klien yang dirawat di RSUD yang mempunyai penyakit asma bronchial
b. Kriteria eksklusi: pasien yang mempunyai penyakit asma bronchial yang
terdapat di RSUD pada pengkajian.

C. Tempat dan Waktu


a. Tempat
Asuhan keperawatan pengelolaan bersihan jalan nafas pada pasien dengan
diagnosa medis asma bronchial dilaksanakan di RSUD.
b. Waktu

20
21

Penelitian pada pasien 1 dilaksanakan pada 10 - 12 November dan pasien 2


pada 02 - 04 Desember 2021

D. Fokus Studi
Fokus studi pada studi kasus ini adalah penanganan bersihan nafas
dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
pasien asma bronchiale.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang akan digunakan dalam karya tulis secara oprasional yang bertujuan
untuk memudahkan pembaca mengartikan makna karya tulis (Setiadi, 2007).
Studi kasus ini berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Asma Bronchiale” dari judul tersebut,
definisi operasional yang penulis dapat tentukan sebagai berikut:
a. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalahh metode identifikasi masalah dan
pemecahan masalah yang menggambarkan apa yang sebenarnya
dilakukan (Wong, 2009). Asuhan keperawatan dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas pada pasien asma bronchiale dimulai dari pengkajian
didapatkan data keluhan utama pasien yaitu batuk grok-grok dan
didapatkan data sesak nafas serta batuk sehingga dapat disimpulkan
yang dirasakan pasien adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, bersihan
jalan nafas tidak efektif yang dirasakan sehingga penulis memutuskan
diagnosa adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Kemudian penulis
membuat rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan gangguan
pasien dan mendapatkan kriteria hasil yang akan dicapai oleh penulis.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan
dimana individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial
berhubungan dengan ketikmampuan untuk mengeluarkan sekret.
22

c. Asma Bronchiale
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang tiba-tiba. Gangguan asma bronkial juga bisa
muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran penafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot
polos saluran pernafasan pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan
timbunan lendir yang berlebihan.

F. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data isinya adalah menjelaskan tentang
bagaimana alat pengumpulan data, apakah menggunakan angket atau
kuisioner, observasi, wawancara, skala linker atau yang lain (Hidayat, 2003)
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis mengumpulkan data dari
berbagai sumber dengan cara:
a. Primer
Primer adalah data yang diperoleh dari penelitian secara langsung (dari
tangan pertama).
1) Wawancara
Menurut Poerwa Darmita dikutip oleh (Imron, 2014).
Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan
untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.
Dalam penelitian, data yang diperlukan yang didapatkan dari
wawancara atara lain seperti identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyait sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, pengetahuan nyeri. Data tersebut dapat diperoleh melalui
wawancara dengan klien, keluarga, meupun perawat atau tenaga
medis yang bersangkutan dengan klien.
23

2) Observasi
Suatu perbuatan jiwa yang aktif dan penuh perhatian untuk
menyadari adanya suatu rangsangan atau gejala nyata. yang dilakukan
pada pengamatan ini adalah mengamati gejala-gejala asma yang ada
secara berulang-ulang (Imron, 2014). Peneliti melakukan pengamatan
langsung pada keadaan klinis klien dan respon klien terhadap tindakan
asuhan keperawatan.
3) Pemerksaan Fisik
Suatu metode pengumpulan data yang melakukan anamnesa
secara langsung dari pasien dengan cara pemeriksaan head to toe.
(Sujarweni, 2020).
4) Studi Dokumen dan Angket
Pada kasus ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat untuk
peneliti sendiri, melihat data yang terdapat di unit pelayanan sosial,
atau melalui status yang dimiliki responden seperti hasil uji
laboratorium dan pemeriksaan diagnostik.
b. Sekunder
Sekunder adalah data yang diperoleh penelitian dari sumber
yang sudah ada.

G. Teknik Analisa Data


Data statistik perlu disajikan dalam bentuk yang mudah dibaca dan
dimengerti. Tujuannya adalah memberikan informasi dan memudahkan
interpretasi hasil analisis (Setiadi, 2007).
Analisa data merupakan tahap pertengahan dan serangkaian tahap
dalam sebuah penelitian yang mempunyai fungsi sangat penting. Dalam
penelitian analisa data yang dilakukan adalah analisa deskriptif dimana
peneliti menganalisa data berdasarkan data-data yang telah didapat melalui
tahap pengkajian sampai dengan evaluasi, data tersebut dapat berupa data
subjektif maupun data objektif yang terkumpul untuk digambarkan. Teknik
24

analisis data kemudian diinterpretasikan dan dikomparasikan (perbandingan)


antar kasus.

H. Etika Penelitian
Setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia harus mengikuti
aturan etik dalam hal ini adalah adanya persetujuan. Etika yang perlu
dituliskan pada penelitian antara lain adalah: Informed Consent (lembar
persetujuan menjadi klien), Anonimity (tanpa nama), dan Confidentiality
(kerahasiaan). (Setiadi, 2007).
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi klien)
Penelitian memberikan lembar persetujuan penelitian kepada
responden. Kemudian penelitian memberikan informasi yang adekuat
mengenai tujuan dari asuhan keperawatan yang akan dilakukan dan
memberikan informasi. Penelitian memberikan kesempatan kepada
responden untuk mengambil keputusan apakah bersedia ataupun menolak
berpartisipasi secara sukarela (Hidayat, 2003).
2. Anomity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan
cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2003).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian baik informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset (Hidayat, 2003).
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Pada bab ini penulis akan membahas tentang hasil dari studi
literature bersihan jalan nafas pada pasien asma bronchial. Penulisan
hasil pada laporan ini bersifat apa adanya dikarenakan terdapat
kendala di masa pandemi dan terdapatnya kebijakan dari pihak Rumah
Sakit sehingga penulis membuat hasil dan pembahasan berdasarkan
data yang ada melalui dokumentasi rumah sakit atau yang biasa
disebut RM (rekam medis), maka dalam pembahasan akan digali
kembali pada Asuhan Keperawatan Tn. S yang dilakukan pada tanggal
10 November sampai dengan 12 November 2021 di Ruang Teratai dan
Ny. N yang dilakukan pada tanggal 02 Desember sampai dengan 04
Desember 2021 di Ruang Gading 1 RSUD RAA Soewondo Pati.
Penulisan pada studi literature ini mencakup lima tahap proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

2. Hasil Kasus
Pasien I
a. Pengkajian
Pengkajian pada pasien I Tn. S dilakukan tanggal 10 November
2021 pukul 22.10 WIB di Ruang Teratai RSUD RAA Soewondo
Pati. Hasil yang didapatkan yaitu data identitas pasien meliputi
nama Tn. S, umur 53 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat Wates
Haji 03/01 Pucakwangi, Pati, Jawa Tengah, status perkawinan
sudah menikah, agama Islam, suku Jawa, pekerjaan wiraswasta,
tanggal masuk RS 10 November 2021, nomor rekam medis:
128874.
26

Riwayat kesehatan pasien pada keluhan utama yaitu keluarga


pasien mengatakan bahwa pasien mengalami sesak nafas dan batuk
berdahak sejak 6 jam yang lalu.
Status kesehatan sekarang pada tanggal 10 Desember 2021
pukul 13.00 WIB pasien mengalami sesak nafas, pukul 19.58
pasien dibawa ke RSUD RAA Soewondo Pati melalui IGD,
kemudian masuk Ruang Teratai pukul 22.10 WIB menggunakan
tempat tidur dorong, dengan TD: 130/80 mmHg, N: 80 x/menit, S:
35 °C, RR: 40 x/menit, SpO2: 92%, oksigen 8 L/menit, kemudian
diberi posisi semi fowler atau setengah duduk, infus RL 20 tpm,
injeksi pycin 3x750 mg, hydrocortisone 2x 0,5 mg, infus resfar
1200 mg/ml, dan ventolin nebules 2x2,5 mg dengan keluhan sesak
nafas sejak 6 jam yang lalu, kemudian dilakukan pemeriksaan
radiologi dengan Diagnosa Asma Bronchial. Saat dilakukan
pengkajian pasien mengeluh sesak nafas, sehingga disarankan
untuk rawat inap.
Status kesehatan dahulu pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit asma, dan tidak memiliki penyakit menular
maupun menurun.
Pada pengkajian riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan
dalam keluarganya tidak memiliki penyakit menular maupun
menurun dan tidak ada yang memiliki penyakit yang sama diderita
oleh pasien saat ini.
Diagnosa medik yang ditemukan yaitu Asma Bronchial dan
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
Perubahan pola kesehatan pada persepsi dan pemeliharaan
kesehatan pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama, pasien merokok. Pasien mengatakan biasanya periksa
27

ke fasilitas kesehatan bila sakit. Selama sakit pasien belum


mengetahui penyakit yang diderita, pasien dibawa ke rumah sakit
karena sesak nafas dan batuk. Dalam pola nutrisi/metabolic pasien
mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari dengan pola makan
yang teratur dan minum 2L/hari. Selama sakit pasien makan 3x
sehari satu porsi tidak habis dan minum 1L/hari. Pada pola
aktivitas pasien mengatakan sebelum sakit sehari-hari bekerja dan
dapat melakukan aktivitas dengan mandiri. Selama sakit pasien
tidak dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa karena mengalami
sesak nafas. Kemudian pola istirahat-tidur sebelum sakit pasien
mengatakan tidurnya selalu nyenyak dengan frekuensi tidur 6
jam/hari. Pasien mengatakan tidak pernah tidur siang. Selama sakit
pasien mengatakan tidur sekitar 4 jam dan terganggu karena sesak
nafas. Dalam pola kognitif perseptual pasien belum mengetahui
penyakit yang diderita saat ini. Pola persepsi diri, pasien tampak
cemas dengan penyakitnya, cara untuk mengatasi stress perawat
memberikan edukasi tentang penyakitnya supaya pasien tampak
tenang. Pasien beragama islam dan tampak berdoa memohon untuk
kesembuhan penyakitnya. Pada pola seksualitas dan reproduksi
pasien berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada masalah dalam
kesehatan seksualitasnya. Pasien memiliki 3 anak. Peran hubungan
pasien berstatus sudah menikah, pasien tinggal dengan istri dan
anaknya, pasien berperan sebagai kepala rumah tangga,
komunikasi dengan keluarga dan masyarakat sekitar baik. Dalam
menejemen koping stress pasien merasakan stress saat merasakan
sakit, karena ia seorang kepala keluarga yang harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Nilai dan keyakinan sebelum sakit
pasien dan keluarga pasien memiliki keyakinan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Begitupun selama sakit pasien dan keluarga
pasien memiliki keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
keyakinan terhadap kesembuhan pasien.
28

Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data meliputi keadaan


umum composmentis atau sadar penuh dengan GCS 15 yaitu E4
M5 V6, suhu tubuh 35°C, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
80x/menit, pernafasan 40 x/menit, SpO2 92 %, berat badan 60 kg,
tinggi badan 170 cm, terdapat cuping hidung, gerakan dada
simetris, pada respirasi terdapat suara ronchi dan wheezing. Irama
nafas cepat, jalan nafas tidak paten, nadi bersifat regular.
Program terapi yang diberikan pada Ny. N yaitu oksigen 4
L/menit, infus RL 20 tpm, injeksi picyn 3 x 750 mg, injeksi
hydrocortisone 2 x 0,5 mg, infus resfar 1 x 200 mg/ml, ventolin
nebules 2 x 2,5 mg.
Pemeriksaan Diagnostik yang dilakukan tanggal 10 November
2021 meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologi hasilnya
tidak ada kelainan.

b. Analisa Masalah
Dari data yang diperoleh dalam pengkajian, kemudian
dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif. Data
subjektif yang didapat pada hari Rabu tanggal 10 November 2021
keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami sesak nafas
dan batuk berdahak sejak 6 jam yang lalu. Data Obyektif : RR :
40x/menit, terpasang oksigen 8 liter/menit, pasien terlihat batuk
berdahak, pasien tampak gelisah, terdengar suara wheezing dan
ronchi. Dari data tersebut adanya etiologi yaitu penumpukan secret
di jalan nafas dan masalah yang muncul yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan nafas.

c. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data, diagnosa yang diangkat pada Tn. S
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret di jalan nafas.
29

d. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan pada Tn. S dibuat 10 November 2021
pukul 22.20 WIB dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukan secret di jalan nafas
memiliki tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
teratasi dengan kriteria hasil yang pertama dapat memantau
keadaan pasien dalam batas normal dan merupakan data utama
untuk menentukan intervensi selanjutnya yang akan dilakukan oleh
perawat, intervensi keperawatan yang akan dilakukan yaitu
observasi tanda-tanda vital, suara nafas, dan saturasi oksigen.
Kedua, sesak nafas berkurang dan pasien merasakan nyaman,
intervensi yang dilakukan yaitu posisikan pasien semifowler.
Ketiga, mengencerkan dahak/secret dan jalan nafas longgar,
intervensi yang dilakukan yaitu berikan terapi nebulizer. Keempat,
membebaskan jalan nafas, pasien dapat mengeluarkan dahak/secret,
dan mengurangi sesak nafas akibat secret, intervensi yang
dilakukan yaitu ajarkan batuk efektif. Kelima, pemenuhan
kebutuhan pasien melalui terapi obat, intervensi yang dilakukan
yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.

e. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan secret di jalan nafas dan
perencanaan yang telah dilakukan, tindak lanjut dari proses
keperawatan tersebut adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
selama tiga hari pada Tn. S adalah sebagai berikut:
30

1) Tindakan Kepewaratan Hari ke 1, Rabu, 10 November 2021


Tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pukul 22.30
WIB mengobservasi TTV, suara nafas, dan saturasi oksigen
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan masih
merasakan susah bernafas dan batuk berdahak, respon objektif
hasil tanda-tanda vital meliputi tekanan darah 130/80 mmHg,
nadi 80x/menit, suhu tubuh 35°C, RR 40 x/menit, SpO2 92 %.
Pasien tampak batuk dan berusaha mengeluarkan secret. Adanya
suara nafas wheezing dan ronchi.
Tindakan keperawatan yang kedua dilakukan pukul 22.35
WIB memposisikan pasien semi fowler, didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan nyaman dengan posisi setengah
duduk, respon objektif pasien tampak nyaman dan rileks setelah
diberikan posisi semi fowler.
Tindakan keperawatan yang ketiga dilakukan pukul 22.40
WIB memberikan terapi nebulizer, didapatkan respon subjektif
pasien mengatakan bersedia saat dilakukan tindakan nebulizer,
respon objektif pasien tampak kooperatif, ventolin nebules 2,5
mg masuk, terdapat suara ronchi, RR 30 x/menit.
Tindakan keperawatan yang keempat dilakukan pukul 23.50
WIB yaitu mengajarkan batuk efektif, didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan “iya” saat akan diajarkan batuk
efektif, respon objektif pasien tampak kooperatif, pasien
mengikuti ajaran dari perawat, pasien dapat mempraktikkan cara
batuk efektif.
Tindakan keperawatan yang kelima dilakukan pukul 24.00
WIB yaitu mengkolaborasi dengan dokter, didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan bersedia untuk diberi obat melalui
selang infus, respon objektif pasien kooperatif, injeksi picyn 750
mg, hydrocortisone 0,5 mg masuk melalui intra vena, dan infus
resfar 200 mg/ml.
31

2) Tindakan Kepewaratan Hari ke 2, Kamis, 11 November 2021


Tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pukul 07.00
WIB mengobservasi TTV, suara nafas, dan saturasi oksigen,
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan nyaman setelah
2 hari di rumah sakit dan diberi tindakan oleh tenaga medis,
pasien mengatakan masih merasakan susah bernafas berkurang
dan dapat mengeluarkan dahak. Respon objektif hasil observasi
tanda-tanda vital meliputi tekanan darah 125/80 mmHg, nadi
80x/menit, suhu tubuh 35°C, RR 26 x/menit, SpO2 96 %. Pasien
tampak dapat mengeluarkan secret, dan suara wheezing
berkurang.
Tindakan keperawatan yang kedua dilakukan pukul 07.15
WIB memposisikan pasien semi fowler, didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler,
respon objektif pasien tampak nyaman dan rileks dengan posisi
semi fowler.
Tindakan keperawatan yang ketiga dilakukan pukul 07.30
WIB memberikan terapi nebulizer, didapatkan respon subjektif
pasien mengatakan bersedia saat dilakukan tindakan nebulizer,
respon objektif pasien tampak kooperatif, ventolin nebules 2,5
mg masuk, masih terdapat suara ronchi, RR 22 x/menit.
Tindakan keperawatan yang keempat dilakukan pukul 07.45
WIB yaitu menganjarkan batuk efektif, didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan “iya” saat akan diajarkan batuk
efektif, respon objektif pasien tampak kooperatif, pasien
mengikuti ajaran dari perawat, pasien dapat mempraktikkan cara
batuk efektif.
Tindakan keperawatan yang kelima dilakukan pukul 08.00
WIB yaitu mengkolaborasi dengan dokter, didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan bersedia untuk diberi obat, respon
32

objektif pasien kooperatif, injeksi picyn 750 mg, hydrocortisone


0,5 mg masuk melalui intra vena, dan infus resfar 200 mg/ml.
Tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang kelima
dilakukan pukul 16.00 WIB yaitu mengkolaborasi dengan
dokter, didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
untuk diberi obat, respon objektif pasien kooperatif, injeksi
picyn 750 mg dan hydrocortisone 0,5 mg masuk melalui intra
vena.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang ketiga
dilakukan pukul 20.00 WIB yaitu memberikan terapi nebulizer
yang ke 3 untuk mengencerkan dahak/secret dan melonggarkan
jalan nafas agar mudah keluar. Respon subjektif pasien
mengatakan bersedia saat dilakukan tindakan nebulizer, respon
objektif pasien tampak kooperatif, ventolin nebules 2,5 mg
masuk, masih terdapat suara ronchi, RR 20 x/menit.
Tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang kelima
dilakukan pukul 24.00 WIB yaitu mengkolaborasi dengan
dokter, didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
untuk diberi obat, respon objektif pasien kooperatif, injeksi
picyn 750 mg masuk melalui intra vena.

3) Tindakan Kepewaratan Hari ke 3, Jumat, 12 November 2021


Tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pukul 07.00
WIB mengobservasi TTV, suara nafas, dan saturasi oksigen,
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan kondisinya
membaik, pasien sudah tidak merasakan sesak nafas, dan tidak
batuk berdahak, respon objektif hasil observasi tanda-tanda vital
meliputi tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78x/menit, suhu
tubuh 36°C, RR 18 x/menit, SpO2 98 %. Pasien terlihat lebih
mudah bernafas. Suara wheezing dan ronchi berkurang.
Tindakan keperawatan yang kedua dilakukan pukul 07.15
33

WIB memposisikan pasien semi fowler, didapatkan respon


subjektif pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler,
respon objektif pasien tampak nyaman dan nyaman dengan
posisi semi fowler.
Tindakan keperawatan yang ketiga dilakukan pukul 07.20
WIB memberikan terapi nebulizer, didapatkan respon subjektif
pasien mengatakan bersedia saat dilakukan tindakan nebulizer,
respon objektif pasien tampak kooperatif, ventolin nebules 2,5
mg masuk, RR 18x/menit, terdengar suara ronchi
Tindakan keperawatan yang keempat dilakukan pukul 07.45
WIB yaitu memantau batuk efektif, didapatkan respon subjektif
pasien mengatakan sudah bisa melakukan batuk efektif, respon
objektif pasien dapat melakukan cara batuk efektif secara
mandiri.
Tindakan keperawatan yang kelima dilakukan pukul 08.00
WIB yaitu mengkolaborasi dengan dokter, didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan bersedia untuk diberi obat, respon
objektif pasien kooperatif, injeksi picyn 750 mg, hydrocortisone
0,5 mg masuk melalui intra vena, dan infus resfar 200 mg/ml.
Tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang kelima
dilakukan pukul 16.00 WIB yaitu mengkolaborasi dengan
dokter, didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
untuk diberi obat, respon objektif pasien kooperatif, injeksi
picyn 750 mg dan hydrocortisone 0,5 mg masuk melalui intra
vena.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang ketiga
dilakukan pukul 20.00 WIB yaitu memberikan terapi nebulizer
untuk mengencerkan dahak/secret dan melonggarkan jalan nafas
agar mudah keluar. Respon subjektif pasien mengatakan
bersedia saat dilakukan tindakan nebulizer, respon objektif
pasien tampak kooperatif, ventolin nebules 2,5 mg masuk, RR
34

18x/menit
Tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang kelima
dilakukan pukul 24.00 WIB yaitu mengkolaborasi dengan
dokter, didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
untuk diberi obat, respon objektif pasien kooperatif, injeksi
picyn 750 mg masuk melalui intra vena.

f. Catatan Perkembangan
1) Catatan Perkembangan Hari ke 1, Rabu 10 November 2021,
Pukul 24.00 WIB
Subjektif: pasien mengatakan masih merasakan susah
bernafas dan batuk berdahak. Objektif: pasien tampak batuk dan
berusaha mengeluarkan secret, RR 40x/menit setelah diberi
terapi nebulizer menjadi 30 x/menit, terdapat suara wheezing
dan ronchi. Assesment (Penilaian): masalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas belum teratasi. Plan (Rencana): lanjutkan
intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.
2) Catatan Perkembangan ke 2, Kamis, 11 November 2021
Pukul 09.00 WIB
Subjektif: pasien mengatakan sesak nafasnya sudah
berkurang dan dapat mengeluarkan dahak. Objektif: pasien
dapat mengeluarkan secret, RR 26 x/menit, setelah dilakukan
nebulizer dan batuk efektif RR menjadi 22 x/menit, suara
wheezing berkurang dan tidak terdapat suara ronchi. Assesment
(Penilaian): masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum
teratasi. Plan (Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.
Pukul 20.30 WIB
Subjektif: pasien mengatakan sesak nafasnya sudah
berkurang dan dapat mengeluarkan dahak. Objektif: pasien
dapat mengeluarkan secret, RR 22 x/menit, setelah dilakukan
35

nebulizer dan diajarkan betuk efektif RR menjadi 20 x/menit,


suara wheezing berkurang dan tidak terdapat suara ronchi.
Assesment (Penilaian): masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi. Plan (Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2,
3, 4, dan 5.

3) Catatan Perkembangan Hari ke 3, Jumat, 12 November 2021


Pukul 09.00 WIB
Subjektif: pasien mengatakan kadang masih merasakan sesak
nafas, namun sudah berkurang dan tidak batuk berdahak.
Objektif: pasien terlihat lebih mudah bernafas, suara wheezing
berkurang, dan RR 18 x/menit, masih terdapat suara ronchi.
Assesment (Penilaian): masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas teratasi sebagian. Plan (Rencana): lanjutkan intervensi 1,
2, 3, 4, dan 5.
Pukul 20.30 WIB
Subjektif: pasien mengatakan kadang masih merasakan sesak
nafas, namun sudah berkurang dan tidak batuk berdahak.
Objektif: pasien terlihat lebih mudah bernafas, setelah dilakukan
terapi nebulizer RR 18 x/menit, masih terdapat suara ronchi.
Assesment (Penilaian): masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas teratasi sebagian. Plan (Rencana): lanjutkan intervensi 1,
2, 3, 4, dan 5.

g. Evaluasi
Evaluasi akhir dari asuhan keperawatan pada Tn. S dilakukan
pada Jumat, 12 November 2021, pukul 20.40 WIB didapatkan
subjektif: pasien mengatakan tidak merasakan sesak nafas dan tidak
36

batuk berdahak, objektif: pasien terlihat lebih mudah bernafas,


suara wheezing berkurang dan tidak terdengar suara ronchi, RR
18x/menit, assasment (Penilaian): masalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas teratasi sebagian, plan (Rencana): lanjutkan
intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.

Pasien II
a. Pengkajian
Pengkajian pada pasien I Ny. N dilakukan tanggal 02 Desember
2021 pukul 06.00 WIB di Ruang Gading I RSUD RAA Soewondo
Pati. Hasil yang didapatkan yaitu data identitas pasien meliputi
nama Ny. N, umur 23 tahun, jenis kelamin permpuan, alamat
Karangmulyo 07/01 Tambakromo, Pati, Jawa Tengah, status
perkawinan sudah menikah, agama Islam, suku Jawa, pekerjaan
ibu rumah tangga, tanggal masuk RS 02 Desember 2021, nomor
rekam medis: 082429.
Riwayat kesehatan pasien pada keluhan utama yaitu pasien
mengatakan sesak nafas dan batuk.
Status kesehatan sekarang pada tanggal 02 Desember 2021 dini
hari pasien mengalami sesak nafas dan batuk terus menerus, pukul
04.24 pasien dibawa ke RSUD RAA Soewondo Pati melalui IGD,
kemudian masuk Ruang Gading 1 menggunakan tempat tidur
dorong pukul 06.00 WIB, dengan TD: 100/80 mmHg, N: 84
x/menit, S: 36 °C, RR: 28 x/menit, SpO2: 95 %, kemudian diberi
posisi semi fowler atau setengah duduk, oksigen 4 L/menit, infus
RL 20 tpm, injeksi picyn 3 x 750 mg, hydrocortisone 2 x 0,5 mg,
infus resfar 1 x 200 mg/mL, dan ventolin nebules 2 x 2,5 mg
dengan keluhan sesak nafas dan batuk, kemudian dilakukan
37

pemeriksaan dengan Diagnosa Asma Bronchial. Saat dilakukan


pengkajian pasien mengeluh sesak nafas dan batuk terus menerus,
sehingga disarankan untuk rawat inap.
Status kesehatan dahulu pasien mengatakan memiliki riwayat
penyakit asma sejak 2015. Dan selama 2015 sampai sekarang
pasien sering dirawat di rumah sakit yang sama.
Pada pengkajian riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan
dalam keluarganya tidak memiliki penyakit menular maupun
menurun dan tidak ada yang memiliki penyakit yang sama diderita
oleh pasien saat ini.
Diagnosa medik yang ditemukan yaitu Asma Bronchial dan
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
Perubahan pola kesehatan pada persepsi dan pemeliharaan
kesehatan pasien memiliki riwayat penyakit yang sama sejak tahun
2015, ayah pasien merokok. Pasien mengatakan biasanya periksa
ke fasilitas kesehatan bila sakit. Selama sakit pasien dibawa ke
rumah sakit karena penyakitnya kambuh yaitu asma dengan
keluhan sesak nafas dan batuk terus menerus. Dalam pola
nutrisi/metabolic pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x
sehari dengan pola makan yang teratur. Minum 2L/hari. Selama
sakit pasien mengatakan ada perubahan yaitu makan 3x sehari satu
porsi tidak habis. Minum 1,5L/hari. Pada pola aktivitas pasien
mengalami perubahan, sebelum sakit pasien sehari-hari mengurus
pekerjaan rumah tangga dan dapat melakukan aktivitas dengan
mandiri, selama sakit pasien tidak dapat mengurus pekerjaan
rumah tangga dan beraktivitas seperti biasa karena mengalami
sesak nafas. Begitu juga pada pola istirahat-tidur pasien
mengatakan sebelum sakit tidurnya selalu nyenyak dengan
frekuensi tidur 7 jam/hari, pasien juga mengatakan jarang tidur
siang. Selama sakit pasien mengatakan tidur sekitar 3 jam dan
38

terganggu karena sesak nafas. Dalam pola kognitif perseptual,


pengetahuan tentang penyakit saat ini yaitu sedikit tahu dan
perawatan/tindakan yang dilakukan dimengerti. Pada pola persepsi
diri, pasien tampak cemas dengan penyakitnya, cara untuk
mengatasi stress perawat memberikan edukasi tentang penyakitnya
supaya pasien tampak tenang. Pasien beragama islam dan tampak
berdoa memohon untuk kesembuhan penyakitnya. Pola seksualitas
dan reproduksi, pasien berjenis kelamin perempuan dan tidak ada
masalah dalam kesehatan seksualitasnya dan pasien belum
memiliki anak. Peran hubungan pada pasien yaitu status
perkawinan pasien mengatakan sudah menikah, pasien tinggal
dengan suami dan orang tuanya, pasien berperan sebagai ibu rumah
tangga, dan komunikasi dengan keluarga dan masyarakat sekitar
baik. Pada pola menejemen koping stress pasien merasakan stress
apabila penyakitnya kambuh sewaktu-waktu dan itu menimbulkan
kecemasan. Nilai dan keyakinan pasien dan keluarga pasien
mengatakan memiliki keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
begitu juga selama sakit, pasien dan keluarga pasien memiliki
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan keyakinan terhadap
kesembuhan pasien.
Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data meliputi keadaan
umum composmentis atau sadar penuh dengan GCS 15 yaitu E4
M5 V6, suhu tubuh 36°C, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi
84x/menit, pernafasan 28 x/menit, SpO2 95 %, berat badan 46 kg,
tinggi badan 152 cm, terdapat cuping hidung, gerakan dada
simetris, pada respirasi terdapat suara ronchi dan wheezing dengan.
Irama nafas cepat, jalan nafas tidak paten, nadi bersifat regular.
Program terapi yang diberikan pada Ny. N yaitu oksigen 4
L/menit, infus RL 20 tpm, injeksi picyn 3 x 750 mg, injeksi
hydrocortisone 2 x 0,5 mg, infus resfar 1 x 200 mg/ml, ventolin
nebules 2 x 2,5 mg.
39

Pemeriksaan Diagnostik yang dilakukan tanggal 02 Desember


2021 meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologi hasilnya
tidak ada kelainan.

b. Analisa Masalah
Dari data yang diperoleh dalam pengkajian, kemudian
dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif. Data
subjektif yang didapat pada hari kamis tanggal 02 Desember 2021
pasien mengatakan sesak nafas, pasien mengatakan batuk, dan
pasien mengatakan sesak nafas saat kelelahan beraktivitas dan
sering terjadi pada malam hari saat udara dingin. Data obyektif
yang didapat RR: 28 x/menit, terpasang oksigen 4 liter/menit,
pasien tampak sesak nafas, adanya cuping hidung, pasien tampak
batuk berdahak, terdengar suara wheezing dan ronchi, pasien
tampak gelisah. Dari data tersebut adanya etiologi yaitu
penumpukan secret di jalan nafas dan masalah yang muncul yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

c. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data, diagnosa yang diangkat pada Ny. N
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret di jalan nafas.

d. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan pada Ny. N dibuat 02 Desember 2021
pukul 06.20 WIB dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukan secret di jalan nafas
memiliki tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
teratasi dengan kriteria hasil yang pertama dapat memantau
keadaan pasien dalam batas normal dan merupakan data utama
40

untuk menentukan intervensi selanjutnya yang akan dilakukan oleh


perawat, intervensi keperawatan yang akan dilakukan yaitu
observasi tanda-tanda vital, suara nafas, dan saturasi oksigen.
Kedua, sesak nafas berkurang dan pasien merasakan nyaman,
intervensi yang dilakukan yaitu posisikan pasien semifowler.
Ketiga, mengencerkan dahak/secret dan jalan nafas longgar,
intervensi yang dilakukan yaitu berikan terapi nebulizer. Keempat,
membebaskan jalan nafas, pasien dapat mengeluarkan dahak/secret,
dan mengurangi sesak nafas akibat secret, intervensi yang
dilakukan yaitu ajarkan batuk efektif. Kelima, pemenuhan
kebutuhan pasien melalui terapi obat, intervensi yang dilakukan
yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.

e. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan secret di jalan nafas dan
perencanaan yang telah dilakukan, tindak lanjut dari proses
keperawatan tersebut adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
selama tiga hari pada Ny. N adalah sebagai berikut:
1) Tindakan Kepewaratan Hari ke 1, Kamis 02 Desember 2021
Tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pukul 06.30
WIB mengobservasi TTV, suara nafas, dan saturasi oksigen
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan nyaman dan
tidak khawatir setelah dibawa ke rumah sakit dan diberi
tindakan oleh tenaga medis, pasien mengatakan masih
merasakan susah bernafas dan batuk berdahak, respon objektif
hasil TTV yaitu tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 84x/menit,
suhu tubuh 36°C, RR 28 x/menit, SpO2 95 %, pasien tampak
batuk dan berusaha mengeluarkan secret, adanya suara nafas
wheezing dan ronchi.
Tindakan keperawatan yang kedua dilakukan pukul 07.25
41

WIB memposisikan pasien semi fowler didapatkan respon


subjektif pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semi
fowler atau setengah duduk. Respon objektif pasien tampak
nyaman dan rileks setelah diberikan posisi semi fowler.
Tindakan keperawatan yang ketiga dilakukan pukul 07.30
memberikan terapi nebulizer didapatkan respon subjektif pasien
mengatakan bersedia saat dilakukan tindakan nebulizer, respon
objektif pasien tampak kooperatif, ventolin nebules 2,5 mg
masuk, RR 26 x/menit, terdapat suara ronchi.
Tindakan keperawatan yang keempat dilakukan pukul
07.50 WIB yaitu menganjarkan batuk efektif didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan “iya” saat akan diajarkan batuk
efektif. Respon objektif pasien tampak kooperatif, pasien
mengikuti ajaran dari perawat, pasien dapat mempraktikkan
cara batuk efektif.
Tindakan keperawatan yang kelima dilakukan pukul 08.00
WIB yaitu mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
untuk diberi obat melalui selang infus. Respon objektif pasien
kooperatif, injeksi picyn 750 mg, hydrocortisone 0,5 mg masuk
melalui intra vena, dan infus resfar 200 mg/ml.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang lima tersebut
dilakukan kembali pada pukul 16.00 WIB yaitu mengkolaborasi
dengan dokter didapatkan respon subjektif pasien mengatakan
bersedia untuk diberi obat melalui selang infus. Respon objektif
pasien kooperatif, injeksi picyn 750 mg dan hydrocortisone 0,5
mg masuk melalui intra vena.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang ketiga
dilakukan pukul 20.00 WIB yaitu memberikan terapi nebulizer
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia saat
dilakukan tindakan nebulizer. Respon objektif pasien tampak
42

kooperatif, ventolin nebules 2,5 mg masuk, RR 26 x/menit,


terdapat suara ronchi.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang lima tersebut
dilakukan kembali pada pukul 24.00 WIB yaitu mengkolaborasi
dengan dokter didapatkan respon subjektif pasien mengatakan
bersedia untuk diberi obat. Respon objektif pasien kooperatif,
injeksi picyn 750 mg masuk melalui intra vena.

2) Tindakan Kepewaratan Hari ke 2, Jumat, 03 Desember 2021


Tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pukul 07.00
WIB mengobservasi TTV, suara nafas, dan saturasi oksigen
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan nyaman setelah
2 hari di rumah sakit dan diberi tindakan oleh tenaga medis,
pasien mengatakan masih merasakan susah bernafas berkurang
dan dapat mengeluarkan dahak. Respon objektif hasil TTV
yaitu tekanan darah 108/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu tubuh
36,2°C, RR 24 x/menit, SpO2 97 %. Pasien tampak dapat
mengeluarkan secret, suara wheezing berkurang dan tidak
terdapat suara ronchi.
Tindakan keperawatan yang kedua dilakukan pukul 07.15
WIB memposisikan pasien semi fowler didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi
fowler. Respon objektif pasien tampak nyaman dan rileks
dengan posisi semi fowler.
Tindakan keperawatan yang ketiga dilakukan pukul 07.30
memberikan terapi nebulizer didapatkan respon subjektif pasien
mengatakan bersedia saat dilakukan tindakan nebulizer. Respon
objektif pasien tampak kooperatif, ventolin nebules 2,5 mg
masuk, RR 22 x/menit, terdapat suara ronchi.
Tindakan keperawatan yang keempat dilakukan pukul
07.45 WIB yaitu menganjarkan batuk efektif didapatkan respon
43

subjektif pasien mengatakan “iya” saat akan diajarkan batuk


efektif. Respon objektif pasien tampak kooperatif, pasien dapat
melakukan batuk efektif secara mandiri.
Tindakan keperawatan yang kelima dilakukan pukul 08.00
WIB yaitu mengkolaborasi dengan dokter didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan bersedia untuk diberi obat melalui
selang infus, pasien respon objektif pasien kooperatif, injeksi
picyn 750 mg, hydrocortisone 0,5 mg masuk melalui intra vena,
dan infus resfar 200 mg/ml.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang kelima
dilakukan pukul 16.00 WIB yaitu mengkolaborasi dengan
dokter didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
untuk diberi obat, respon objektif pasien kooperatif, injeksi
picyn 750 mg dan hydrocortisone 0,5 mg masuk melalui intra
vena.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang ketiga
dilakukan pukul 20.00 WIB yaitu memberikan terapi nebulizer
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia saat
dilakukan tindakan nebulizer, respon objektif pasien tampak
kooperatif, ventolin nebules 2,5 mg masuk, RR 22 x/menit,
suara ronchi berkurang.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang kelima
dilakukan pukul 24.00 WIB yaitu mengkolaborasi dengan
dokter didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia
untuk diberi obat, respon objektif pasien kooperatif, injeksi
picyn 750 mg masuk melalui intra vena.

3) Tindakan Kepewaratan Hari ke 3, Sabtu, 03 Desember 2021


Tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pukul 07.00
WIB mengobservasi TTV, suara nafas, dan saturasi oksigen
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan pasien sudah
44

tidak merasakan sesak nafas, dan tidak batuk berdahak, respon


objektif hasil TTV yaitu tekanan darah 106/80 mmHg, nadi
86x/menit, suhu tubuh 36°C, RR 20 x/menit, SpO2 98 %.
Pasien terlihat lebih mudah bernafas, suara wheezing berkurang
dan tidak terdapat suara ronchi.
Tindakan keperawatan yang kedua dilakukan pukul 07.15
WIB memposisikan pasien semi fowler didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi
fowler, respon objektif pasien tampak nyaman dan rileks
dengan posisi semi fowler.
Tindakan keperawatan yang ketiga dilakukan pukul 07.20
memberikan terapi nebulizer didapatkan respon subjektif pasien
mengatakan bersedia saat dilakukan tindakan nebulizer, respon
objektif pasien tampak kooperatif, ventolin nebules 2,5 mg
masuk, RR 20 x/menit, suara ronchi berkurang.
Tindakan keperawatan yang keempat dilakukan pukul
07.30 WIB yaitu memantau batuk efektif didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan sudah bisa melakukan batuk
efektif, respon objektif pasien tampak kooperatif, pasien dapat
melakukan batuk efektif secara mandiri.
Tindakan keperawatan yang kelima dilakukan pukul 08.00
WIB yaitu mengkolaborasi dengan dokter didapatkan respon
subjektif pasien mengatakan bersedia untuk diberi obat. Data
objektif pasien kooperatif, injeksi picyn 750 mg,
hydrocortisone 0,5 mg masuk melalui intra vena, dan infus
resfar 200 mg/ml.
Tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang
kelima dilakukan pukul 16.00 WIB yaitu mengkolaborasi
dengan dokter didapatkan respon subjektif pasien mengatakan
bersedia untuk diberi obat. Data objektif pasien kooperatif,
injeksi picyn 750 mg dan hydrocortisone 0,5 mg masuk melalui
45

intra vena.
Tindakan keperawatan sesuai intervensi yang ketiga
dilakukan pukul 20.00 WIB yaitu memberikan terapi nebulizer
didapatkan respon subjektif pasien mengatakan bersedia saat
dilakukan tindakan nebulizer, respon objektif pasien tampak
kooperatif, ventolin nebules 2,5 mg masuk, RR 20 x/menit,
masih terdapat suara ronchi.
Tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang
kelima dilakukan pukul 24.00 WIB yaitu mengkolaborasi
dengan dokter didapatkan respon subjektif pasien mengatakan
bersedia untuk diberi obat. Data objektif pasien kooperatif,
injeksi picyn 750 mg masuk melalui intra vena.

f. Catatan Perkembangan
1) Catatan Perkembangan Hari ke 1, Kamis 02 Desember 2021
Pukul 09.00 WIB
Subjektif: pasien mengatakan masih merasakan susah
bernafas dan batuk berdahak. Objektif: pasien tampak batuk
dan berusaha mengeluarkan secret, RR 28x/menit setelah
dilakukan terapi nebulizer dan batuk efektif RR menjadi 26
x/menit, terdapat suara ronchi. Assesment (Penilaian): masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi. Plan
(Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.
Pukul 20.30 WIB
Subjektif: pasien mengatakan masih merasakan susah
bernafas dan batuk berdahak. Objektif: pasien tampak batuk
dan berusaha mengeluarkan secret, RR 26x/menit. Assesment
(Penilaian): masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi. Plan (Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,
46

dan 5.
2) Catatan Perkembangan Hari ke 2, Jumat, 03 Desember 2021
Pukul 09.00. WIB
Subjektif: pasien mengatakan sesak nafasnya sudah
berkurang dan dapat mengeluarkan dahak. Objektif: pasien
dapat mengeluarkan secret, RR 24 x/menit setelah diberikan
terapi nebulizer dan batuk efektif RR menjadi 22 x/menit, suara
wheezing berkurang dan tidak terdapat suara ronchi. Assesment
(Penilaian): masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi. Plan (Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,
dan 5.
Pukul 20.30 WIB
Subjektif: pasien mengatakan sesak nafasnya sudah
berkurang dan dapat mengeluarkan dahak. Objektif: pasien
dapat mengeluarkan secret, RR 22 x/menit, suara wheezing dan
ronchi berkurang. Assesment (Penilaian): masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi. Plan
(Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.
3) Catatan Perkembangan Hari ke 3, Sabtu, 04 Desember 2021
Pukul 09.00 WIB
Subjektif: pasien mengatakan kadang masih merasakan
sesak nafas, namun sudah berkurang dan tidak batuk berdahak.
Objektif: pasien terlihat lebih mudah bernafas, suara wheezing
dan ronchi berkurang, dan RR 20 x/menit. Assesment
(Penilaian): masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
teratasi sebagian. Plan (Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2, 3,
4, dan 5.
Pukul 20.30 WIB
Subjektif: pasien mengatakan kadang masih merasakan
sesak nafas, namun sudah berkurang dan tidak batuk berdahak.
Objektif: pasien terlihat lebih mudah bernafas, masih terdapat
47

suara ronchi, dan setelah diberikan terapi nebulizer dan batuk


efektif RR 20 x/menit. Assesment (Penilaian): masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian. Plan
(Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.

g. Evaluasi
Evaluasi akhir dari asuhan keperawatan pada Ny. N dilakukan
pada Sabtu, 4 Desember 2021, pukul 20.40 WIB didapatkan
Subjektif: pasien mengatakan tidak merasakan sesak nafas dan
tidak batuk berdahak. Objektif: pasien terlihat lebih mudah
bernafas, masih terdapat suara ronchi, RR 20x/menit. Assesment
(Penilaian): masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi
sebagian. Plan (Rencana): lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.

B. Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas dan menganalisis hasil dari laporan
karya tulis ilmiah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Tn. S dan
Ny. N dengan asma bronchial dimulai tanggal 10-12 Desember 2021 dan
02-04 Desember 2021 di RSUD RAA Soewondo Pati. Pengelolaan ini
mencakup lima tahap proses asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Penulis akan membahas data dalam pengkajian meliputi data yang
ada pada tinjauan kasus dan tinjauan teori. Pada pengkajian ini penulis
menyadari adanya kekurangan baik dalam melakukan pengkajian atau
dokumentasi.
Dalam pembahasan ini hasil pengkajian yang penulis lakukan
48

didapatkan data dan keluhan utama. Pasien pertama berjenis kelamin


laki-laki bernama Tn. S dan pasien kedua berjenis kelamin perempuan
bernama Ny. N. Keduanya memiliki keluhan yang sama yaitu sesak
nafas dan batuk berdahak. Hal ini terjadi kesesuaian menurut teori
(Scholastica F. A, 2019). Menyatakan bahwa ada dua jenis dan
penyebab yaitu yang pertama asma bronkial ekstrinsik (alergi)
ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan dan spora jamur dan yang kedua Asma Bronkial intrinsik
(idopatik) ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui seperti
perubahan iklim atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernapasan, kegiatan fisik aktivitas berat, kecapekan dan emosi.
Pada pengkajian pola aktivitas didapatkan data pada pasien Tn. S
dan Ny. N saat melakukan aktivitas yang berat akan terasa sulit
bernapas dan sesak napas, sehingga mempengaruhi pola tidur pasien.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada Tn. S dan Ny. N
setelah dilakukan pengkajian dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret di jalan nafas yang telah ditentukan saat
pengkajian. Ditandai dengan sesak saat malam dan sesak ketika
melakukan aktivitas berat, terdengar suara wheezing dan ronchi, RR
melebihi 20x/menit.
Diagnosa keperawatan pada Tn. S dan Ny. N dibenarkan dalam
teori Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) dengan salah satu diagnosa
keperawatan yang muncul pada asma bronkial adalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret di jalan
nafas. Dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik
yang meliputi batuk berdahak, RR diatas 20x/menit, pernapasan
49

cuping hidung.
Faktor yang berhubungan dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas diantaranya adalah kecemasan
dan terhambatnya saluran nafas.

3. Intervensi keperawatan
Rencana tindakan keperawatan yang disusun penulis pada kedua
kasus yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi dengan teori
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) dengan kriteria hasil pasien tidak
mengeluh sesak nafas, jalan nafas baik, tidak terdapat suara wheezing
dan ronchi, frekuensi napas dalam batas normal yaitu 16-20x/menit.
Rencana tindakan keperawatan untuk ketidakefektifan bersihan
jalan nafas sesuai dengan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)
yaitu observasi tanda-tanda vital, suara nafas, dan saturasi oksigen
penulis dapat mengetahui TTV dalam batas normal, adanya suara
nafas tambahan seperti wheezing atau ronchi, dan memantau saturasi
oksigen dalam tubuh. Posisikan pasien semifowler dapat mengurangi
sesak nafas, memberikan rasa nyaman, membantu memperlancar
keluarnya cairan. Berikan terapi nebulizer merupakan terapi inhalasi
atau terapi aerosol yang berfungsi mengubah obat cair menjadi uap
hirup lansung ke sistem pernafasan untuk mengencerkan dahak/secret
dan melonggarkan jalan nafas agar mudah keluar. Ajarkan batuk
efektif agar dapat membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret,
mengeluarkan secret, mengurangi sesak nafas akibat secret.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien secara optimal.
Dalam intervensi keperawatan pada Tn. S dan Ny. N yang telah
dibuat dengan baik, namun masih ada yang perlu ditulis yaitu
intervensi secara lengkap selama pasien dirawat di rumah sakit.
Berhubung penulis menggunakan kajian literatur atau rekam medis
50

seharusnya penulis menuliskan secara lengkap selama pasien dirawat


sampai pulang dari rumah sakit.

4. Implementasi keperawatan
Pada kasus kedua pasien yaitu Tn. S dan Ny. N dilakukan
implementasi yang sama sesuai dengan intervensi keperawatan yang
sudah dirancang yaitu selama 3x24 jam.
Implementasi yang pertama yaitu mengobservasi TTV yang
meliputi pemantauan tekanan darah, frekuensi napas, denyut nadi,
suhu tubuh pasien, dan saturasi oksigen. Pasien tampak batuk
berdahak dengan Tn. S RR 40x/menit nadi 80x/menit suhu 35°C dan
Ny. N RR 28x/menit nadi 84x/menit suhu 36°C data tersebut muncul
ketika pasien terdapat respirasi diatas normal dan disertai batuk
sehingga menyebabkan penumpukan secret di jalan nafas. Hal ini
sesuai dengan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Pemeriksaan
pada kedua pasien dihasilkan terdapat bunyi napas tambahan
wheezing dan ronchi.
Implementasi yang kedua yaitu memposisikan pasien semifowler
untuk mengurangi sesak nafas, memberikan rasa nyaman, membantu
memperlancar keluarnya cairan. Data pasien yang didapatkan sering
mengalami sesak napas pada malam hari dan setelah beraktivitas.
Implementasi ketiga yaitu memberikan terapi nebulizer untuk
mengubah obat cair menjadi uap hirup lansung ke sistem pernafasan
untuk mengencerkan dahak/secret dan melonggarkan jalan nafas agar
mudah keluar. Menurut khotimah (2017) Asma akan menimbulkan
dahak yang berlebih akan menghambat masuknya oksigen ke saluran
pernapasan sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang.
Selain itu juga akan menimbulkan suara napas tambahan mengi pada
saat bernapas.
Implementasi keempat yaitu mengajarkan batuk efektif agar dapat
membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret, mengeluarkan secret,
51

mengurangi sesak nafas akibat secret. Pasien mengikuti ajaran


perawat dan dapat melakukan batuk efektif.
Implementasi kelima yaitu mengkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat untuk mengurangi sesak nafas. Hal ini sesuai dengan
teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2016). Respon pasien setelah
diberikan terapi obat sesak mulai berkurang dan sekret dapat
dikeluarkan secara efektif.
Dalam implementasi keperawatan pada Tn. S dan Ny. N yang telah
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan intervensi yang dibuat,
namun masih ada yang perlu ditulis yaitu menuliskan implementasi
secara lengkap selama pasien dirawat di rumah sakit. Berhubung
penulis menggunakan kajian literatur atau rekam medis seharusnya
penulis menuliskan secara lengkap selama pasien dirawat sampai
pulang dari rumah sakit.

5. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi yang didapatkan selama 3x24 jam dilakukan asuhan
keperawatan pada Tn. S pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas
dan tidak batuk berdahak. Pasien terlihat lebih mudah bernafas, suara
wheezing berkurang dan tidak terdengar suara ronchi, RR : 18x/menit.
Pada Ny. N pasien mengatakan tidak merasakan sesak nafas dan tidak
batuk berdahak pasien terlihat lebih mudah bernafas, suara wheezing
berkurang dan tidak terdengar suara ronchi, RR: 20x/menit.
Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Tn. S dan Ny. N teratasi
sebagian dan rencana selanjutnya yaitu mempertahankan intervensi
tersebut. Masalah teratasi dipengaruhi oleh pemilihan tindakan
keperawatan yang tepat dan efisien yang diberikan kepada kedua
pasien.
Dalam evaluasi keperawatan pada Tn. S dan Ny. N yang telah
didapatkan dengan baik, namun masih ada yang perlu ditulis yaitu
52

evaluasi secara lengkap selama pasien dirawat di rumah sakit.


Berhubung penulis menggunakan kajian literatur atau rekam medis
seharusnya penulis menuliskan secara lengkap selama pasien dirawat
sampai pulang dari rumah sakit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sesuai dengan asuhan keperawatan asma yang telah penulis lakukan
pada Tn. S dan Ny. N serta berdasarkan tinjauan dari teori dan tinjauan
kasus penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua pasien
tersebut respon subjektif yang didapatkan adalah pasien merasakan
sesak nafas dan betuk ketika malam dan sesak ketika melakukan
aktivitas berat dan respon objektif yang didapatkan dari kedua pasien
tersebut adalah pada Tn. S RR: 40x/menit, nadi: 80x/menit, suhu:
35°C, dan pada Ny. N RR: 28x/menit, nadi: 84x/menit, suhu: 36°C.
Dan dari kedua pasien tersebut terdengar suara wheezing dan ronchi.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan dari data mayor dan minor yang didapatkan yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, dimana fokus yang didapatkan
dari pengkajian kedua pasien masuk dalam batasan karateristik
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan diterapkan untuk mengatasi masalah
keperawatan. Penulis menerapkan intervensi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret di jalan nafas
yaitu observasi TTV, suara nafas, dan saturasi oksigen, posisikan
pasien semifowler, berikan terapi nebulizer, ajarkan batuk efektif,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.
Dalam intervensi keperawatan pada Tn. S dan Ny. N yang telah
dibuat dengan baik, namun masih ada yang perlu ditulis yaitu
intervensi secara lengkap selama pasien dirawat di rumah sakit.
Berhubung penulis menggunakan kajian literatur atau rekam medis
53

seharusnya penulis menuliskan secara lengkap selama pasien dirawat


sampai pulang dari rumah sakit.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan selama 3x24jam yang
dilakukan berdasarkan intervensi yang telah disusun yaitu
mengobservasi TTV, suara nafas, dan saturasi oksigen, memposisikan
pasien semifowler, memberikan terapi nebulizer, mengajarkan batuk
efektif, mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.
Dalam implementasi keperawatan pada Tn. S dan Ny. N yang telah
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan intervensi yang dibuat,
namun masih ada yang perlu ditulis yaitu menuliskan implementasi
secara lengkap selama pasien dirawat di rumah sakit. Berhubung
penulis menggunakan kajian literatur atau rekam medis seharusnya
penulis menuliskan secara lengkap selama pasien dirawat sampai
pulang dari rumah sakit.
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan diperoleh pasien tidak
mengeluh sesak nafas, jalan nafas baik, tidak terdapat suara wheezing
dan ronchi, RR normal. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
yang dialami kedua pasien dapat teratasi karena sudah memenuhi
kriteria hasil yang sudah dirancang sebelumya.
Dalam evaluasi keperawatan pada Tn. S dan Ny. N yang telah
didapatkan dengan baik, namun masih ada yang perlu ditulis yaitu
evaluasi secara lengkap selama pasien dirawat di rumah sakit.
Berhubung penulis menggunakan kajian literatur atau rekam medis
seharusnya penulis menuliskan secara lengkap selama pasien dirawat
sampai pulang dari rumah sakit.
54

B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan
saran diantaranya yaitu:
1. Praktisi pelayanan kesehatan
Diharapkan dari hasil laporan karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan bagi pasien dengan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien asma bronchial.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan dari hasil laporan karya tulis ilmiah ini dapat
menambah wawasan dan menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa
agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan tentang
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien asma bronkial
khususnya bagi Prodi Keperawatn Blora Program Diploma Tiga.
3. Penulis
Dalam evaluasi keperawatan pada pasien yang telah didapatkan
dengan baik, namun masih ada yang perlu ditulis yaitu menuliskan
intervensi, implementasi, dan evaluasi secara lengkap selama
pasien dirawat di rumah sakit. Jika penulis menggunakan kajian
literatur atau rekam medis seharusnya penulis menuliskan secara
lengkap selama pasien dirawat sampai pulang dari rumah sakit.
Bagi pasien diharapkan dapat menambah informasi dan
pengetahuan untuk ikut serta secara aktif dalam upaya penanganan
asma dalam pendekatan farmakologi maupun non farmakologi
yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, sehingga
saat pasien mengalami sesak napas, pasien mampu dan mengetahui
cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan intensitas sesaknya.
55

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Asma : Panduan Penatalaksaan

Klinis. Jakarta : EGC

Diagnosa Keperawatan : Definisi Keperawatan 2015-2017. Jakarta : EGC

Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan praktis :

berdasarkan penerapan diagnosa Nanda, Nic, Noc. Yogyakarta :

Mediaction Jogja.

Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem

Pernafasan. Yogyakarta : Bursa Ilmu

Infodatin. (2017) Pusat data informasi Kementerian Kesehatan RI. ISSN

2442-7659

Nuraruf, A. H., & Kusum, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medi dan Nand Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta

: Mediction

NOC, 2016. Nursing Outcomes Classifiction. Edisi kelima

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep &

Praktik. Jakarta : Salema Medika.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nusa

Medika

Kahfi A. Hubungan Tingkat Kontrol Asma Dengan Kualitas Hidup

Pasien Asma Bronkial Di Poliklinik Rsup Dr. M. Djamil Padang,


56

2015

Chaidir R, Septika Ms, Yarsi. Hubungan Derajat Asma Dengan Kualitas

Hidup Yang Dinilai Dengan Asthma Quality Of Life Questionnaire Di

Ruang Poliklinik Paru RSUD Dr. Achmad Mochtar Tahun 2014.

Lppm Stikes Yars [Internet]. 2014.

Amira Permata Sari Tarigan, & Juliandi. (2018). Pernafasan Pursed Lip

Breathing Meningkatkan Saturasi Oksigen Penderita Penyakit Paru

Obstruktif Kronis (PPOK) Derajat II. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 1(2), 39–46.

Basri, Utami & Mulyadi. (2020). Konsep Dasar Dokumentasi

Keperawatan. Bandung : Penerbit Media Sains Indonesia.

Hangat, K. A. (2019). sesak napas, batuk, dan sesak di dada tertama

ketika malam hari atau dini hari. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh konsumsi air hangat terhadap

Frekuensi Nafas Pada pasien asma Di Puskesmas Sukamerindu

Kota Bengkulu Tahun 2019. Metode . 7(2), 77–86.

Herdman, T.H., Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis

Keperawatan: Defisit dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Kartikasari, D., & Sulistyanto, A. (2020). Gambaran Respirasi Rate

( RR) Pasien Asma. 2, 277–281.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.

Kementrian Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.


57

Kyle, Terry., & Carman, Susan. (2016). Buku Ajar Keperawatan Pediatri

(Edisi 2). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar

Keperawatan

Medikal Bedah : Gangguan Respirasi. Jakarta : EGC.

Lisa Suarni.dkk. (2017). Metodologi Keperawatan. Edisi I. Yogyakarta :

Pustaka Panasea.

Network, G. A. (2018). The Global Asthma Report Asthma affects.

Nomor, V. (2019). Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 1(November),

115–123.

Notoadmodjo, soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nurarif, A.H., Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic Noc. Edisi revisi Jilid

I. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi IV.

Jakarta : Salemba Medika.

Nuryanti, E., Abidin, M. Z., & Normawati, A. T. (2020). Pengaruh

Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Epigastrium Pada

Pasien Gastritis. Jurnal Studi Keperawatan, 1(1), 1–5.

https://doi.org/10.31983/j-sikep.v1i1.5643

Putra, Y. A., Udiyono, A., & Yuliawati, S. (2018). Gambaran tingkat

kecemasan dan derajat serangan asma pada penderita dewasa asma


58

bronkial. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6, 357–364.

P2PTM Kemenkes RI. (2018). Definisi Asma. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/paru-obstruktif-

kronik-dan-gangguan-imunologi/definisi-asma. diakses pada

tanggal 31 Oktober 2021.

Scholastica. F. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-

Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8. Jakarta : Penerbit EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Penerbit DPP

PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Penerbit

DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Penerbit

DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperwatan

Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil. Jakarta : Penerbit DPP PPNI.


59

Lampiran 1
SOP POSISI SEMI FOWLER

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman

1/2
………………… ………………

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


OPERASIONAL
PROSEDUR
………………… ……………………………..
Pengertian Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk
Tujuan 1. Mengurangi sesak nafas
2. Memberikan rasa nyaman
3. Membantu memperlancar keluarnya cairan
4. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
Indikasi 1. Pasien sesak nafas
2. Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik
atau bila pasien sudah benar-benar sadar.
Persiapan A. Persiapan alat
1. Sandaran punggung atau kursi
2. Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila
perlu
3. Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu
B. Persiapan pasien, perawat, dan lingkungan
60

1. Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama


dan jabatan atau peran dan jelaskan apa yang akan
dilakukan
2. Pastikan identitas pasien
3. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan
tersebut yang dapat dipahami oleh pasien
4. Siapkan peralatan
5. Cuci tangan
6. Yakinkan pasien nyaman dan memiliki ruangan
yang cukup dan pencahayaan yang cukup untuk
melaksanakan tugas
7. Jaga privasi pasien
Prosedur 1. Pasien didudukkan, sandaran punggung atau kursi
diletakkan di bawah atau di atas kasus di bagian kepala,
diatur sampai setengah duduk dan dirapihkan. Bantal
disusun menurut kebutuhan. Pasien dibaringkan
kembali dan pada ujung kakinya dipasang penahan.
2. Pada tempat tidur khusus (function bed) pasien dan
tempat tidurnya langsung diatur setengah duduk, di
bawah lutut di tinggikan sesuai kebutuhan. Kedua
lengan ditopang dengan bantal.
3. Rapihkan tempat tidur.
Hal-hal yang 1. Perhatikan keadaan umum pasien
harus 2. Bila posisi pasien berubah, harus segera dibetulkan
diperhatikan 3. Khusus untuk pasien pasca bedah dilarang meletakkan
bantal di bawah perut
4. Ucapkan terimakasih atas kerjasama pasien
5. Dokumentasikan hasil prosedur dan toleransi pasien
pada format yang tepat
61

SOP INHALASI NEBULIZER

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman

1/2
………………… ………………

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


OPERASIONAL
PROSEDUR
………………… ……………………………..
Pengertian Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa menggunakan
nebulator
Tujuan 1. Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan
2. melonggarkan jalan nafas
Indikasi Pasien sesak nafas akibat secret/dahak yang menumpuk di
jalan nafas
Alat dan bahan 1. Alat tulis dan buku catatan
2. Set nebulizer
3. Obat bronkodilator
4. Bengkok
5. Tissue
6. Spuit 5 cc
7. Aquades
Prosedur A. Tahap pra interaksi
1. Petugas mengecek program terapi
2. Petugas mencuci tangan
62

3. Petugas menyiapkan alat


B. Tahap orientasi
1. Petugas memberikan salam kepada pasien
2. Petugas menanyakan nama dan tanggal lahir pasien
dengan mencocokan pada papan tempat tidur pasien
3. Petugas menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada keluarga/pasien
4. Petugas menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap kerja
1. Petugas menjaga kerahasiaan pasien
2. Petugas mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Petugas menempatkan meja/troly di depan pasien
yang berisi set nebulizer
4. Petugas mengisi nebulizer dengan aquades sesuai
takaran
5. Petugas memastikan alat dapat berfungsi dengan
baik
6. Petugas memasukkan obat sesuai dosis
7. Petugas memasang kateter masker pada pasien
8. Petugas menghidupkan nebulator dan meminta
pasien nafas dalam melalui mulut sampai obat habis
9. Petugas membersihkan mulut dan hidung dengan
tissue, dibuang ke bengkok
D. Tahap terminasi
1. Petugas merapihkan pasien dan lingkungan
2. Petugas menjelaskan tindakan sudah selesai
3. Petugas membereskan alat-alat
4. Petugas mencuci tangan
5. Petugas mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perawat/bidan
63

SOP BATUK EFEKTIF

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman

1/2
………………… ………………

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


OPERASIONAL
PROSEDUR
………………… ……………………………..
Pengertian Latihan mengeluarkan secret yang terakumulasi dan
mengganggu disaluran nafas dengan cara dibatukkan
Tujuan 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik
laboratorium
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret
Indikasi Pasien sesak nafas akibat secret/dahak yang menumpuk di
jalan nafas
Alat dan bahan 1. Tempat sputum
2. Tissue
3. Stetoskop
4. Handscoon
5. Masker
6. Air putih hangat dalam gelas
Prosedur A. Tahap pra interaksi
1. Mengecek program terapi
64

2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam
2. Menjelaskan tujuan
C. Tahap kerja
1. Menjaga privasi pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan
satu tangan di perut
4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik
nafas dalam melalui hidung hingga tiga hitungan,
jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya perut
6. Meminta pasien menahan nafas hingga tiga
hitungan
7. Meminta pasien menghembuskan nafas pelahan
dalam tiga hitungan (lewat mulut, bibis seperti
meniup)
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya perut
9. Memasang perlak/alas dan bengkok (dipangkuan
pasien bila duduk atau di dekatkan mulut bila tidur
miring)
10. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam dua
kali pada inspirasi yang ketiga tahan nafas dan
batukkan dengan kuat
11. Menampung lender di tempat pot yang telah
disediakan
D. Tahap terminasi
1. Petugas merapihkan pasien dan lingkungan
2. Petugas menjelaskan tindakan sudah selesai
65

3. Petugas membereskan alat-alat


4. Petugas mencuci tangan
5. Petugas mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perawat/bidan

Lampiran 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Via Indah Purnamasari
2. NIM : P1337420419026
3. Tanggal Lahir : 17 Mei 2001
4. Tempat lahir : Blora
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Alamat rumah
a. Jalan :-
b. Kelurahan : Kadengan RT07/RW01
c. Kecamatan : Randublatung
d. Kabupaten/kota : Blora
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon
a. Rumah :-
b. HP : 085326329649
c. E-mail : viaindah092@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
a. Pendidikan Diploma III Keperawatan Blora Poltekkes Kemenkes
Semarang sejak tahun 2019 sampai sekarang
b. Pendidikan SLTA di SMA NEGERI 1 RANDUBLATUNG, lulus
tahun 2019
c. Pendidikan SLTP di MTs Pesantren Sabilil Muttaqien, lulus tahun
2016
66

d. Pendidikan SD di SD NEGERI 3 WULUNG, lulus tahun 2013


e. Pendidikan TK di TK Pertiwi Randublatung, lulus tahun 2007

C. RIWAYAT ORGANISASI
a. Pengurus Pundi Amal Pemuda Indonesia 2017-2019
b. Anggota PMI (Pengurus PMR SMARANSA 2018, FORPIS 2018,
KSR 2020)
c. Anggota Saka Bhayangkara Randublatung Periode 2017-2018
d. Anggota Saka Bhakti Husada Randublatung Periode 2017-2018
e. Pengurus MPK SMARANSA 2018
f. Anggota GARDA SMARANSA 2017-2018
g. Anggota Organisasi ROHIS SMARANSA 2017
h. Pengurus Dewan Mahasiswa (Sekretaris) Prodi D III Keperawatan
Blora 2020
i. Anggota Dewan Mahasiswa (Komisi 2) Prodi D III Keperawatan
Blora 2021
j. Anggota Organisasi ROHIS D III Keperawatan Blora 2020-2021

Blora, 23 Mei 2022

Via Indah Purnamasari


P1337420419026
67

Lampiran 3
LEMBAR BIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PRODI KEPERAWATAN BLORA PROGRAM DIPLOMA TIGA
JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Nama Mahasiswa : Via Indah Purnamasari
NIM : P1337420419026
Nama Pembimbing : Tavip Indrayana, S.Kep., Ners., M.Sc
Suhardono, S.Kep, Ners, M.Kes
Heru Purnomo, S.Kep, Ners, M.Kes
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas Pada Pasien Asma Bronchial di RSUD RAA Soewondo Pati

N HARI / MATERI SARAN TANDA MONITOR


O TANGGAL BIMBINGAN TANGAN KAPRODI
PEMBIMBING
1. Jumat, 14 Pengajuan ACC judul,
Januari judul KTI mulai BAB I
2022

2. Jumat, 21 Konsul BAB I Lengkapi dan


Januari perbaiki BAB
2022 I sesuai buku
panduan
68

3. Jumat, 28 Revisi ke 1 ACC BAB I,


Januari BAB I, konsul perbiki BAB
2022 BAB II, dan II dan BAB
BAB III III

4. Jumat, 04 Revisi ke 3 Perbaiki BAB


Februari BAB II dan II dan BAB
2022 BAB III III

5. Jumat, 11 Konsul BAB ACC BAB II


Februari II dan BAB III dan perbaiki
2022 BAB III

6. Selasa, 15 Konsul BAB Perbaiki BAB


Februari III III
2022

7. Jumat, 18 Konsul BAB ACC BAB III


Februari III
2022

8. Sabtu, 19 Konsul Menggunaka


Februari pengkajian dan n format
2022 format yang narasi dan
digunakan memperbaiki
pengkajian
69

9. Jumat, 06 Konsul Revisi pola


Mei 2022 pengkajian fungsional
BAB IV (pola dan data
fungsional dan laboratorium
data ditulis yang
laboratorium) bermasalah
saja
10. Rabu, 11 Konsul BAB Revisi
Mei 2022 IV (data intervensi
laboratorium) keperawatan
dan konsul dengna
diagnosa dan menulis
intervensi sesuai kriteria
hasil
perintervensi
11. Kamis, 12 Konsul Memperbaiki
Mei 2022 revisian implementasi
implementasi dan
keperawatan pembahasan
dan
pembahasan
12. Selasa, 17 Konsul Memperbaiki
Mei 2022 revisian pembahasan
implementasi dan BAB V
keperawatan,
pembahasan,
dan BAB V
70

13. Kamis, 19 Konsul bagian Simpulan dan


Mei 2022 pembahasan saran
dan BAB V disesuaikan
tujuan dan
manfaat
dalam BAB I
14. Jumat, 20 ACC dan buat ACC
Mei 2022 PPT
15. Kamis, 09 Pembenaran ACC dengan
Juni 2022 penulisan revisi
judul pembenaran
penulisan
judul
16. Kamis, 09 Pembenaran Lengkapi
Juni 2022 kasus

17. Selasa, 14 Revisi sesuai Sesuai


Juni 2022

Blora.............................
Kaprodi Keperawatan Blora

Joni Siswanto, S.Kp, M.Kes


NIP. 196607131990031003
71

Anda mungkin juga menyukai