Anda di halaman 1dari 92

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB

PARU DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS


TIDAK EFEKTIF MENGGUNAKAN INTERVENSI
FISIOTERAPI DADA DAN BATUK EFEKTIF
DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Tugas Akhir Ners

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Ners Pada Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

NURMA, S.KEP
NIM.70900120037

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR NERS

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurma

NIM : 70900120037

Tempat/ Tgl. Lahir : Oting, 26 Oktober 1998

Jurusan/ Prodi/ Konsentrasi : Profesi Ners, Jurusan Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Alamat : Samata, Gowa

Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB


Paru Dengan Masalah Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif Menggunakan Intervensi Fisioterapi Dada
dan Batuk Efektif Di RSUD Labuang Baji
Makassar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Tugas Akhir


Ners ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, Sebagian atau
seluruhnya, maka tugas akhir ners ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal
demi hukum.

Gowa, 25 Januari 2022


Penyusun

Nurma
70900120037

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. Berkat rahmat hidayah serta
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Ners ini yang
berjudul ”Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB Paru Dengan Masalah
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Menggunakan Intervensi Fisioterapi dada Dan
Batuk Efektif Di RSUD Labuang Baji Makassar”. Salawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.
Dalam penyusunan tugas akhir ners ini, penulis telah banyak dibantu oleh
berbagai pihak. Segala kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih, dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua Orang Tua saya Abdullah &
Rukiah yang tercinta, terkasih, tersayang serta sebagai sumber inspirasi terbesar dan
semangat hidup menggapai cita atas kasih sayang, bimbingan, dukungan, motivasi
serta doa restu, terus mengiringi perjalanan hidup penulis hingga sekarang sampai
di titik ini.
Demikian pula ucapan terima kasih yang tulus, rasa hormat dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Hamdan Juhannis MA PhD selaku rektor UIN Alauddin Makassar
beserta para wakil rektor UIN Alauddin Makassar.
2. Dr. dr. Syatirah Jalaluddin, Sp.A.,M.Kes selaku Dekan Fakultas kedokteran
dan Ilmu Kesehatan dan para wakil dekan UIN Alauddin Makassar.
3. Ibu Dr.Patimah,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Keperawatan UIN Alauddin Makassar .
4. Nurul Khusnul Khotimah, S.Kep.,Ns, M.Kep & Ilhamsyah, S.Kep.,Ns, M.Kep
selaku Pembimbing I dan II yang selama ini telah sabar, tulus, dan ikhlas
membimbing saya dari awal, memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan
saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun tugas akhir ners
ini.

iv
5. Eva Yustilawati, S.Kep.,Ns, M.Kep & Dr. Wahyuddin G, M.Ag selaku Penguji
I dan II yang sabar dan ikhlas meluangkan waktu dan pikiran, memberi
masukan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menghasilkan karya yang
terbaik yang diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain.
6. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan tugas akhir ners ini. Kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, penulis sadar bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas
kontribusinya baik berupa saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga semua ini dapat
bernilai ibadah di sisi-Nya. Sekian dan terima kasih.

Gowa, 15 Januari 2022


Penulis

Nurma
70900120037

v
ABSTRAK
Nama : Nurma
NIM : 70900120037
Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB Paru Dengan
Masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Menggunakan
Intervensi Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif Di RSUD Labuang
Baji Makassar

Latar Belakang : Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang menular yang sangat
berbahaya dan paling sering diserang di paru-paru, berdasarkan data WHO tahun 2020
mengemukakan bahwa secara global diperkirakan 10 juta orang terkena pnyakit TB di
seluruh dunia. Masalah keperawatan yang paling sering muncul pada seseorang yang
mengalami penyakit TB Paru yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Hal ini terjadi akibat
adanya penumpukan secret di saluran jalan napas. Salah satu intervensi non farmakologi
yang efektif untuk menangani masalah ini yaitu teknik fisioterapi dada dan batuk efektif.
Tujuan : untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien TB Paru dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif menggunakan intervensi fisioterapi dada dan batuk
efektif. Metode : menggunakan metode studi kasus dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Hasil : setelah dilakukan proses
asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan hasil bahwa masalah bersihan jalan napas
tidak efektif sudah teratasi ditandai dengan frekuensi napas menurun dari 36x/menit
menjadi 29x/menit dan sudah tidak terdengar adanya ronchi. Kesimpulan : intervensi
fisioterapi dada dan batuk efektif sangat efektif untuk mengatasi bersihan jalan napas pada
pasien TB Paru.

Kata kunci : TB paru, Fisioterapi dada, Batuk efektif

vi
DAFTAR ISI

SAMPUL
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR NERS ............................ I
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. II
PENGESAHAN TUGAS AKHIR NERS .................................................. III
KATA PENGANTAR ................................................................................. IV
ABSTRAK ................................................................................................... VI
DAFTAR ISI ................................................................................................ VII
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan masalah........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat penelitian .......................................................................... 6
BAB II TINAJUAN PUSTAKA................................................................. 8
A. Konsep Medis ................................................................................ 8
1. Definisi ...................................................................................... 8
2. Etiologi ..................................................................................... 8
3. Klasifikasi .................................................................................. 9
4. Manifestasi Klinik ..................................................................... 9
5. Patofisiologi ............................................................................... 10
6. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 11
7. Penatalaksanaan ......................................................................... 13
B. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................ 15
1. Pengkajian ................................................................................. 15
2. Diagnosis Keperawatan ............................................................. 16
3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 25
4. Implementasi Keperawatan ....................................................... 28
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 28
C. Evidence Based Practice In Nursing (EBPN) ................................ 29
1. Fisioterapi Dada ......................................................................... 29
2. Batuk Efektif.............................................................................. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 37


A. Rancangan Studi Kasus .................................................................. 37
B. Subyek Studi Kasus ....................................................................... 37
C. Fokus Studi Kasus .......................................................................... 37
D. Instrument Studi Kasus .................................................................. 38
E. Prosedur pengambilan Data ........................................................... 38
F. Tempat dan Waktu Pengambilan Data ........................................... 38
G. Analisa Data dan Penyajian Data ................................................... 38

vii
H. Etika Studi Kasus ........................................................................... 39
BAB IV LAPORAN KASUS ...................................................................... 40
A. Pengkajian ...................................................................................... 40
B. Diagnosis Keperawatan .................................................................. 54
C. Intervensi Keperawatan .................................................................. 55
D. Impelementasi Keperawatan .......................................................... 58
E. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 65

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 69
A. Analisis Asuhan Keperawatan .......................................................... 69
B. Analisis Intervensi EBPN ................................................................. 75
C. Keterbatasan ...................................................................................... 77

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 78


A. Kesimpulan ....................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 80

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

TB Paru (Tuberculosis Paru) adalah penyakit menular dan infeksi

yang dimana biasanya disebabkan oleh bakteri yang namanya

mycobacterium tuberculosis yaitu kuman aerob yang bisa hidup pada paru-

paru atau organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen

yang tinggi. Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang menular yang

sangat berbahaya dan paling sering diserang di paru-paru, penyakit ini

masuk dalam salah satu masalah kesehatan yang paling besar di seluruh

dunia dan sangat perlu mendapat perhatian dalam pelayanan kesehatan

(Rab, 2010).

Penyakit TB Paru yaitu terjadinya penumpukan sputum atau secret

di daerah saluran pernapasan. Hal ini terjadi akibat bakteri yang masuk

dapat menyebabkan kerusakan di daerah paru menyebabkan terjadinya

reaksi inflamasi yaitu produksi secret yang berlebihan yang dapat

menyebabkan gangguan pernapasan karena obstruksi jalan nafas sehingga

timbullah masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Andra & Yassie,

2013).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2020

mengemukakan bahwa secara global diperkirakan 10 juta orang terkena

penyakit TB di seluruh dunia dan 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit

TB Paru. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2020 didapatkan estimasi

1
2

kasus TB Paru sebanyak 824.000, ternotifikasi kasus TB sebanyak

393.232 dan sebanyak 13.110 orang meninggal akibat TB Paru (Kemenkes,

2021). Di Sulawesi selatan terdapat sebanyak 19.071 penderita TB Paru.

Penyakit Tuberculosis biasanya disebabkan karena adanya infeksi

kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam saluran

pernapasan melaui udara, dan dapat menyerang saluran pernafasan atas dan

bawah. Saluran pernafasan atas tersebut akan dipenuhi bakteri besar di

bronkus yang dapat mengakibatkan peradangan bronkus yang pada

akhirnya akan terjadi penumpukan secret yang berlebihan. Penumpukan

secret yang berlebihan, pasien TB paru akan mengalami gejala batuk yang

terus menerus dan biasanya dapat diserta darah, sesak nafas, nyeri dada,

demam, dan keringat di malam. Jika masalah ini tidak diobati secara teratur

maka akan dapat menyebabkan komplikasi pada penyakit TB Paru seperti

pleuritis, efusi pleura, emfisema, serta laryngitis. Seseorang yang telah

didiagnosis TB Paru maka akan muncul masalah keperawatan yaitu

bersihan jalan napas tidak efektif (Wijaya & Putri, 2013).

Masalah bersihan jalan napas tidak efektif ini bisa ditangani dengan

mendapatkan pengobatan, yang dilakukan secara komprehensif dan efektif

yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu melakukan teknik

postural drainase, memberikan fisioterapi dada, melakukan nebulizer, serta

dapat berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk pemberian mukolitik,

motivasi pasien untuk mengikuti terapi pengobatan, mengkonsumsi

makanan bergizi, dan meningkatkan kesehatan lingkungan.


3

Intervensi yang diberikan kepada pasien yang mengalami TB Paru

yaitu teknik fisioterapi dada dan batuk efektif yang akan diterapkan kepada

pasien yang mengalami masalah bersihan jalan napas tidak efektif yang

pada akhirnya diharapkan bisa pasien segera pulih dan sembuh atas izin dan

kehendak Allah swt. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah Asy-

Syu’ara: 80:

ِ ‫ضتُ فَ ُه َو يَ ۡش ِف‬
)٠٨( ‫ين‬ ۡ ‫َو ِإذَا َم ِر‬
Terjemahnya:
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (Kemenag,
2017)

Tafsir Al-Misbah menyatakan sakit merupakan salah satu

keniscayaan hidup manusia. Namun demikian, dalam hal proses

penyembuhan bahwa yang melakukannya adalah Allah swt. Perlu diingat

bahwa penyembuhan, sebagaimana ditegaskan oleh Nabi Ibrahim, bukan

berarti upaya manusia untuk meraih kesembuhan tidak diperlukan lagi.

Akan tetapi kita sebagai manusia harus selalu berusaha untuk melakukan

pengobatan dan berdoa serta meminta kesembuhan hanya kepada Allah

swt. Sekian banyak hadits Rasulullah saw yang memerintahkan untuk

berobat. Ucapan Nabi Ibrahim bermaksud menyatakan bahwa sebab dari

segala sebab adalah datangnya dari Allah swt (Shihab, 2009).

Tafsir pada: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang

menyembuhkanku” (Kemenag, 2017), disandarkan penyakit kepada

dirinya (Nabi Ibrahim), sekalipun hal itu merupakan qadar, qadha, dan

ciptaan Allah swt. Akan tetapi, ia sandarkan hal itu kepada dirinya
4

sebagai sikap beradab. Makna hal itu berarti, jika aku sakit, maka tidak

ada seorang pun yang kuasa menyembuhkan selain Allah swt. sesuai

takdir-Nya yang dikarenakan oleh sebab yang menyampaikannya

(Harun, et al., 2017). Dalam tafsir Al-Muyassar menyebutkan: dan

apabila suatu penyakit menimpaku (Nabi Ibrahim), maka Dia-lah Yang

menyembuhkanku dan menyehatkanku darinya (Basyir, 2016).

Keterkaitan dalil ini adalah apapun penyakit yang menyerang

seorang individu, maka yang hanya bisa mengangkat penyakit tersebut

adalah Allah. Oleh karena itu, pasien, tenaga kesehatan, dan keluarga

harus selalu meyakini dan mencari sebab bahwasannya untuk

kesembuhan dari penyakit, semuanya adalah berasal dari Allah.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian studi kasus yakni “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB

Paru Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Menggunakan Intervensi

Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Di RSUD Labuang Baji Makassar ?”.

B. Rumusan Masalah

Penyakit TB merupakan salah satu penyakit infeksi dan menular

yang apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi

dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu penyakit ini perlu

mendapat perhatian dan penangan untuk mengurangi komplikasi dari

penyakit ini. Salah satu intervensi yang digunakan yaitu teknik batuk efektif

dan fisioterapi dada berdasarkan evidenced based nursing. Berdasarkan

uraian tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian “Bagaimanakah


5

pengaruh intervensi teknik fisioterapi dada dan batuk efektif terhadap

bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien TB paru ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan

pada pasien TB Paru dengan bersihan jalan napas tidak efektif

menggunakan intervensi fisioterapi dada dan batuk efektif di RSUD

Labuang Baji Makassar ?

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis pengkajian keperawatan pada pasien TB Paru

dengan bersihan jalan napas tidak efektif.

b. Untuk menganalisis diagnosis keperawatan pada pasien TB Paru

dengan bersihan jalan napas tidak efektif.

c. Untuk menganalisis intervensi keperawatan pada pasien TB Paru

dengan bersihan jalan napas tidak efektif.

d. Untuk menganalisis implementasi keperawatan pada pasien TB Paru

dengan bersihan jalan napas tidak efektif.

e. Untuk menganalisis evaluasi keperawatan pada pasien TB Paru

dengan bersihan jalan napas tidak efektif.

f. Untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien TB Paru

dengan bersihan jalan napas tidak efektif menggunakan intervensi

fisioterapi dada dan batuk efektif.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Studi kasus dalam tugas akhir ners ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti khususnya terkait intervensi

fisioterapi dada dan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas tidak

efektif pada pasien TB paru, sehingga dapat menjadi rujukan bagi

penelitian berikutnya. Di samping itu, penelitian ini juga berfungsi

sebagai bahan referensi penunjang dan dapat dijadikan sebagai acuan

pengembangan pada ranah konsep dan intervensi yang bisa diberikan

pada penelitian selanjutnya.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan dan sumber

informasi bagi institusi pendidikan dan mahasiswa yang berkaitan

dengan pemberian intervensi teknik batuk efektif dan fisioterapi terhadap

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien TB paru.

2. Manfaat Aplikatif

Studi kasus pada tugas akhir ners ini diharapkan dapat dijadikan

bahan rujukan bagi perawat yang ada di pelayanan klinis, rumah sakit,

dan pelayanan masyarakat ketika akan memberikan intervensi pada

individu dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas, sehingga

prevalensi morbilitas dan mortalitas dapat menurun.


BAB II

TINJAUAN PISTAKA

A. Konsep Medis

1. Definisi

TB Paru merupakan infeksi yang dimana biasanya disebabkan oleh

bakteri yang namanya Mycrbacterium Tuberculosis dan ini dapat

menyerang di setiap organ yang ada di dalam tubuh mulai dari paru-

paru, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal (Chandra, 2012).

2. Etiologi

Penyakit Tuberculosis Paru disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga dapat dengan dibasmi

dengan pemanasan dan juga sinar matahari. Mycobacterium

tuberculosis ini mempunyai 2 tipe yaitu tipe human dan tipe bovin. Tipe

bovin ini dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus.

Basil tipe human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan diudara yang

berasal dari

penderita TB Paru, dan orang yang terkena sangat rentan terinfeksi

bila seseorang menghirupnya. Setelah terinhalasi, akan masuk ke paru-

paru bertahan hidup dan menyebar. Proses penyebaran ini bisa melalui

aliran darah (Nurarif et al., 2015).

8
9

3. Klasifikasi

Menurut WHO TB Paru terbagi dalam 4 kategori yaitu :

a. Kategori I, kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan

batuk TB berat.

b. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal

dengan sputum BTA positif.

c. Kategori III, ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan

yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain yang disebutkan

dalam kategori I.

d. Kategori IV, ditujukan kepada TB kronik.

4. Manifestasi Klinik

Seseorang yang mengalami penyakit TB Paru gejala yang paling

sering dialami yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk

biasanya dapat diikuti dengan gejala tambahan seperti dahak bercampur

dengan darah, batuk darah, sulit untuk bernapas, badan terasa lemas,

penurunan nafsu makan, berat badan menurun, malaise, berkeringat di

malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan

gejala TBC yang khas sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2

minggu atau lebih (Nurarif et al., 2015).

a. Gejala sistemik/umum

1) Batuk-batuk lebih dari 3 minggu dan biasanya dapat disertai

dengan darah
10

2) Demam

3) Nafsu makan menurun

4) Perasaan tidak enak atau lemah

b. Gejala khusus

1) Biasanya tergantung dari organ tubuh yang terkena, jika terjadi

sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)

akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan

menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai

sesak.

2) Aada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

3) Jika terjadi di tulang, maka terjadi gejala infeksi tulang yang

dapat bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar

cairan nanah.

4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)

dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya

adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-

kejang (Werdhani, 2013).

5. Patofisiologi

Infeksi biasanya diawali akibat seseorang tersebut menghirup basil

M. Tuberculosis. Bakteri ini menyebar melalui jalan nafas di alveoli lalu

berkembang dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis

juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas ).
11

Basil juga menyebar system limfe serta ke aliran darah lalu ke bagian

tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru-

paru. Kemudian sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan

cara melakukan inflamasi. Neutrofil dan makrofaq melakukan aksi

fagositosi (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberculosis

menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan

ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang

menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam

waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara M.

Tuberculosis dan system kekebalan tubuh pada masa awal infeksi

membentuk sebuah masa jaringan baru yang disebut granuloma.

Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi

oleh makrofaq seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk

menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari masa tersebut disebut

ghon tubercle (Somantri & Irman, 2012).

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan bakteriologis untuk TB

1) Pemeriksaan mikroskopis BTA sputum (diperiksa sewaktu dan

pagi hari) menggunakan pencatatan Ziehl Niesel

2) Tes cepat molekuler (TCM) TB, misal :line probe assay, Gene

Xpert untuk identifikasi bakteri TB dan menentukan resistensi

terhadap Rifampicin.
12

3) Pemeriksaan kultur bakteri, bisa digunakan adalah media

lowenstein Jensen (LJ) Gold standatrd diagnosis TB adalah

dengan ditemukannya bakteri Mycobacterium tuberculosis pada

pemeriksaan kultur media LJ.

b. Pemeriksaan penunjang lain

1) Uji tuberculin (mantoux)

Pemeriksaan penunjang ini bermanfaat khususnya jika

riwayat kontak tidak jelas. Tetapi pemeriksaan ini positif jika

terdapat riwayat infeksi lampau dan sakit TB.

2) X-ray dada

Adalah salah satu pemeriksaan penunjang untuk diagnosis TB

paru. Akan tetapi gambaran X-ray dada pada TB tidak khas

kecuali gambaran TB miller. Secara umum, temuan hasil

radiologis yang menunjang diagnosis TB adalah:

a) Konsolidasi segmental/lobar khususnya di apax berupa

fibroinfilrat

b) Kelenjar hilus atau paratrakeal membesar dengan/tanpa

infiltra

c) Efusi pleura

d) TB milier

e) Atelectasis

f) Kavitas paru

g) Klasifikasi dengan infiltrate


13

h) Tuberkuloma

3) Pemeriksaan serologi TB

Pemeriksaan serologi TB (misal Ig G TB, PAP TB, ICT TB,

MycoDOT, dsb), tidak direkomendasikan digunakan sebagai

sarana diagnostic TB anak (Udin, 2019).

7. Penatalaksanaan

Menurut (Muttaqin, 2011) penatalaksanaan TB Paru dibagi menjadi:

a. Pencegahan tuberculosis

1) Pemeriksaan kontrak, yaitu pemeriksaan terhadap individu

yang sering berhubungan dengan penderita TB Paru.

Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologi.

2) Melakukan vaksinasi BCG (Bacillus Calmette dan Guerin)

3) Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH (Isoniazid) 5 %

mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan

atau 15 mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.

4) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang tuberkulosis

kepada masyarakat di tingkat puskesmas.

b. Pengobatan tuberculosis

Program pemberatasan TB Paru, badan kesehatan dunia

(WHO) menganjurkan untuk panduan obat sesuai dengan kategori

penyakit pasien. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan

pengobatan, sehingga penderita dibagi dalam sebagai berikut :

1) Kategori I
14

Kategori I untuk kasus dengan sputum positif dan penderita

dengan sputum negatif. Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat

diberikan setiap hari selama dua bulan. Bila setelah 2 bulan

sputum menjadi negatif dilanjutkan dengan fase lanjutan, bila

setelah 2 bulan masih tetap positif maka fase intensif

diperpanjang 2-4 minggu, kemudian dilanjutkan tanpa melihat

sputum positif atau negtaif. Fase lanjutannya adalah 4HR atau

4H3R3 diberikan selama 6-7 bulan sehingga total penyembuhan

8-9 bulan.

2) Kategori II

Kategori II untuk kasus kambuh atau gagal dengan sputum

tetap positif. Fase intensif dalam bentuk 2HRZES-1HRZE, bila

setelah fase itensif sputum negatif dilanjutkan fase lanjutan. Bila

dalam 3 bulan sputum masih positif maka fase intensif

diperpanjang 1 bulan dengan HRZE (Obat sisipan). Setelah 4

bulan sputum masih positif maka pengobtan dihentikan 2-3 hari.

Kemudian periksa biakan dan uji resisten lalu diteruskan

pengobatan fase lanjutan.

3) Kategori III

Kategori III untuk kasus dengan sputum negatif tetapi

kelainan parunya tidak luas dan kasus tuberkulosis luar paru

selain yang disebut dalam kategori I, pengobatan yang diberikan

adalah 2HRZ/6 HE, 2HRZ/4 HR, 2HRZ/4 H3R3.


15

4) Kategori IV

Kategori ini untuk tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan

rendah karena kemungkinan pengobatan kecil sekali. Negara

kurang mampu dari segi kesehatan masyarakat dapat diberikan H

saja seumur hidup, sedangkan negara maju pengobatan secara

individu dapat dicoba pemberian obat lapis 2 seperti Quinolon,

Ethioamide, Sikloserin, Amikasin, Kanamisin, dan sebagainya.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian umum keperawatan pada pasien TB Paru meliputi :

a. Aktivitas atau istirahat

Gejala : kelelahan, mimpi buruk, nafas pendek karena kerja, sulit

tidur di malam hari, menggigil dan berkeringat.

Tanda : takikardia. takipnea/dispnea pada kerja.

b. Integritas EGO

Gejala : adanya faktor stress lama, perasaan tidak berdaya, Populasi

budaya.

Tanda : menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas

ketakutan, mudah terangsang.

c. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan

Tanda : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan

otot/hilang lemak subkutan.


16

d. Nyeri atau kenyamanan

Gejala : nyeri dada yang diakibatkan batuk

Tanda : pasien sering merasa gelisah

e. Pernafasan

Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat

tuberculosis terpajan pada individu terinfeksi.

Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan

pernafasan tidak simetris (efusi pleura) perkusi pekak dan

penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural bunyi

nafas menurun atau tidak ada secara bilateral atau unilateral efusi

pleural atau pneumotorak)

f. Keamanan

Gejala : adanya kondisi penekanan imun. contoh: AIDS

Tanda : demam yang biasanya naik turun (Pong, 2019).

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial.. diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan (PPNI, 2016).


17

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

1) Definisi

Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan

napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

2) Penyebab

Fisiologis

a) Spasme jalan napas

b) Hipersekresi jalan napas

c) Disfungsi neuromuscular

d) Benda asing dalam jalan napas

e) Adanya jalan napas buatan

f) Sekresi yang tertahan

Situasional

a) Merokok aktif

b) Meroko pasif

c) Terpajan polutan

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (Tidak tersedia)

Objektif

a) Batuk tidak efektif

b) Tidak mampu batuk

c) Sputum berlebih

d) Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering


18

e) Meconium di jalan napas (pada neonates)

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

a) Dyspnea

b) Sulit bicara

c) Ortopnea

Objektif

a) Gelisah

b) Sianosis

c) Bunyi napas menurun

d) Frekuensi napas berubah

e) Pola napas berubah

b. Pola napas tidak efektif

1) Definisi

Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.

2) Penyebab

a) Despresi pusat pernapasan

b) Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas,

kelemahan otot pernapasan)

c) Deformitas dinding dada

d) Gangguan neuromuscular

3) Gejala dan Tanda Mayor


19

Subjektif

a) Dispnea

Objektif

a) Penggunaan otot bantu pernapasan

b) Fase ekspirasi memanjang

c) Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bredipnea,

hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

a) Ortopnea

Objektif

a) Pernapasan pursed-lip

b) Pernapasan cuping hidung

c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat

d) Ventilasi semenit menurun

c. Gangguan pertukaran gas

1) Definisi

Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eleminasi

karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.

2) Penyebab

a) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

b) Perubahan membrane alveolus-kapiler

3) Gejala dan Tanda Mayor


20

Subjektif

a) Dispnea

Objektif

a) PCO₂ meningkat/menurun

b) PO₂ menurun

c) Takikardia

d) pH arteri meningkat/menurun

e) bunyi napas tambahan

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

a) Pusing

b) Penglihatan kabur

Objektif

a) Sianosis

b) Diaphoresis

c) Gelisah

d) Napas cuping hidung

e) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,

dalam/dangkal)

f) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)

g) Kesadaran menurun

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Penyakit paru obstruktif (PPOK)


21

b) Gagal jantung kongestif

c) Asma

d) Pneumonia

e) Tuberculosis paru

f) Penyakit membrane hialin

g) Asfiksia

h) Persistent pulmonary hypertension of newbon (PPHN)

i) Prematuritas

j) Infeksi saluran napas

d. Hipertermi

1) Definisi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

2) Penyebab

a) Dehidrasi

b) Terpapar lingkungan panas

c) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif

a) Suhu tubuh diatas nilai normal

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif (tidak tersedia)


22

Objektif

a) Kulit merah

b) Kejang

c) Takikardi

d) Takipnea

e) Kulit terasa hangat

5) Kondisi Klinis terkait

a) Proses infeksi

b) Hipertiroid

c) Stroke

d) Dehidrasi

e) Trauma

e. Defisit nutrisi

1) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolism.

2) Penyebab

a) Ketidakmampuan menelan makanan

b) Ketidakmampuan mencerna makanan

c) Ketidakmampua mengabsorbsi nutrien

d) Peningkatan kebutuhan metabolisme

e) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)

f) Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)


23

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif

a) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

4) Gejalan dan Tanda Minor

Subjektif

a) Cepat kenyang setelah makan

b) Kram/nyeri abdomen

c) Nafsu makan menurun

Objektif

a) Bising usus hiperaktif

b) Otot pengunyah lemah

c) Otot menelan lemah

d) Membran mukosa pucat

e) Sariawan

f) Serum albumin turun

g) Rambut rontok berlebihan

h) Diare

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Stroke

b) Parkinson

c) Mobius syndrome

d) Cerebral palsy
24

e) Cleft lip

f) Cleft palate

g) Amyotropic lateral scleriosis

h) Kerusakan neuromuscular

i) Luka bakar

j) Kanker

k) Infeksi

l) AIDS

m) Penyakit Crohn’s

f. Gangguan pola tidur

1) Definisi

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor

eksternal.

2) Penyebab

a) Hambatan lingkungan

b) Kurang kontrol tidur

c) kurang privasi

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

a) Mengeluh sulit tidur

b) Mengeluh sering terjaga

c) Mengeluh tidak puas tidur

Objektif (tidak tersedia)


25

4) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Objektif (tidak tersedia)

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Nyeri/kolik

b) Hipertiroidisme

c) Kecemasan

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan

keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh

perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (PPNI,

2018).

No. Diagnosis Keperawatan Intervensi Keperawatan


1 Bersihan jalan napas tidak Intervensi Utama
efektif a. Latihan batuk efektif
b. Manajemen jalan napas
c. Pemantauan respirasi
Intervensi Pendukung
a. Dukungan kepatuhan
d. Dukungan kepatuhan program pengobatan
e. Edukasi fisioterapi dada
f. Edukasi pengukuran respirasi
g. Fisoterapi dada
h. Konsultasi via telpon
i. Manajmen asma
j. Manajmen anafilaksis
k. Manajmen isolasi
l. Manajmen ventilasi mekanik
26

m. Manajmen jalan nafas buatan


n. Pemberian obat inhalasi
2 Pola napas tidak efektif Intervensi Utama
a. Manajmen jalan nafas
b. Pemantauan respirasi
Intervensi Pendukung
a. Pemberian obat inhalasi
b. Pemberian obat interpluera
c. Pemberian intradermal
d. Pemberian obat intravena
e. Pemberian obat oral
f. Pencegahan aspirasi
g. Pengaturan posisi
h. Perawatan selang dada
i. Perawatan trakheostomi
j. Reduksi ansietas
k. Stabilisasi jalan nafas
l. Terapi otot progresi

3 Gangguan pertukaran gas Intervensi Utama


a. Pemantauan respirasi
b. Terapi oksigen
Intervensi Pendukung
a. Dukungan berhenti merokok
b. Dukungan ventilasi
c. Edukasi berhenti merokok
d. Edukasi fisioterapi dada
e. Fisioterapi dada
f. Insersi jalan napas buatan
g. Konsultasi via telepon
h. Manajemen Asam-Basa
i. Manajemen Asam-Basa ; Alkalosisis
Respiratorik
j. Manajemen Asam-Basa ; Asidosis
Respiratorik
k. Manajemen energy
l. Manajemen jalan napas
m.Manajemen jalan napas buatan
n. Manajemen ventilasi mekanik
o. Pencegahan aspirasi
p. Pemberian obat
q. Pemberian obat inhalasi
r. Pemberian obat interpleura
s. Pemberian obat intramedal
t. Pemberian obat ontramuskular
u. Pemberian obat intravena
27

v. Pemberian obat oral


w. Pengaturan posisi
x. Pengambilan sampel darah arteri
y. Penyapihan ventilasi mekanik
z. Perawatan emboli paru
4 Hipertermi Intervensi Utama
a. Manajemen hipertermia
b. Regulasi temperatur
Intervensi Pendukung
a. Edukasi analgesia terkontrol
b. Edukasi dehidrasi
c. Edukasi pengukuran suhu tubuh
d. Edukasi program kesehatan
e. Edukasi terapi cairan
f. Edukasi termoregulasi
g. Kompres dingin
h. Manajemen cairan
i. Manajemen kejang
j. Pemantauan cairan
k. Pemberian obat
l. Pemberian obat intravena
m.Pemberian obat oral
n. Pencegahan hipertemia keganasan
o. Perawatan sirkulasi
p. Promosi teknik kulit ke kulit
5 Defisit nutrisi Intervensi Utama
a. Manajemen nutrisi
b. Promosi berat badan
Intervensi Pendukung
a. Dukungan kepatuhan program pengobatan
b. Edukasi diet
c. Edukasi kemoterapi
d. Konseling laktasi
e. Konseling nutrisi
f. Konsultasi
g. Manajemen cairan
h. Manajemen demensia
i. Manajemen diare
j. Manajemen eliminasi fekal
k. Manajemen energy
l. Manajemen gangguan makan
m. Manajemen hiperglikemia
n. Manajemen hipoglikemia
o. Manajemen kemoterapi
p. Manajemen reaksi alergi
q. Pemantauan cairan
28

r. Pemantauan nutiris

6 Gangguan pola tidur Intervensi Utama


a. Dukungan tidur
b. Edukasi aktivitas/istirahat
Intervensi Pendukung
a. Dukungan kepatuhan program pengobatan
b. Dukunga meditasi
c. Dukungan perawatan diri : BAB/BAK
d. Fototerapi gangguan mood/tidur
e. Latiha ototganik
f. Pemberian obat oral
g. Pengaturan posisi
h. Promosi koping
i. Promosi latihan fisik
4. Impelemntasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan secara

langsung kepada pasien. Ada beberapa yang harus dimiliki oleh seorang

perawat di tahap ini yaitu berkomunikasi efektif, mampu menciptakan

ataupun melakukan hubungan saling percaya, bisa melakukan observasi

secara sistematis, mampu memberi pendidikankesehatan sesaui

kebutuhan serta mampu melakukan advokasi dan evaluasi terhadap

pasien. Adapun tahapan pelaksanaan keperawatan yaitu fase persiapan,

fase tindakan, dan fase dokumentasi (Suriadi & Yuliani, 2010).

5. Evaluasi

Pada tahapan akhir dari proses keperawaran ini adalah evaluasi.

Tahap evaluasi ini akan menilai keberhasilan dari tindakan yang telah

dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah kriteria hasil yang

telah ditulis pada tujuan ketika perawat menyusun perencanaan tindakan

keperawatan. Evaluasi dikatakan berhasil apabila tujuan tercapai.

Evaluasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu :


29

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang berfokus pada

aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan yang

dilakukan. Evaluasi ini dilakukan setelah perawat melakukan

implementasi yang telah direncanakan sebelumnya untuk menilai

keefektifan tindakan keperawatan yang dilakukan.

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan setelah

aktivitas proses keperawatan telah selesai dilakukan dengan tujuan

untuk menilai serta memonitor kualitas tindakan yang telah

dilakukan yang telah dilakukan dan diterima oleh pasien. Biasanya

metode evaluasi ini digunakan dalam melakukan wawancara pada

akhir pelayanan, dan menanyakan respon pasien maupun keluarga

yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan, serta

mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan (Suriadi & Yuliani,

2010).

C. Evidence Based Practice In Nursing (EBPN)

1. Fisioterapi Dada

a) Definisi

Teknik fisioterapi dada yaitu tindakan yang terdiri atas perkusi

(clapping), vibrasi, dan postural drainase. Fisioterapi dada

merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami


30

retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan

untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi (Munikah, 2019).

Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana

klien menghemat energy sehingga tidak mudal lelah dan dapat

mengeluarkan dahak secara maksimal (Widodo & Diyah Pusporatri,

2020).

Fisioterapi dada merupakan suatu tindakan keperawatan yang

biasanya dilakukan dengan cara teknik postural drainase,

clapping/perkusi, dan vibrasi. Fisioterapi dada bisa dan sangat

efektif dilakukan di pagi hari untuk mengurangi sekresi yang

menumpuk pada malam hari dan juga dapat dilakukan pada sore

ataupun pagi hari untuk mengurangi batuk saat di malam hari.

Fisioterapi dada ini sangat efektif untuk mengeluarkan sputum

dikarenakan fisioterapi dada memiliki tahap untuk mengeluarkan

sputum yaitu clapping dengan tujuan untuk merubah konsistensi dan

lokasi sputum. Vibrasi dilakukan dengan tujuan menggerakkan

sputum, dan postural drainase untuk mempercepat pengeluaran

secret karena dilakukan dengan gaya gravitasi dan juda sangat

mudah untuk dipraktekkan. Fisioterapi dada ini juga sangat efektif

untuk meningkatkan kualitas tidur pasien (Fauzi, Nuraeni &

Solehan, 2014).
31

b) Tujuan

1) Membantu pasien untuk mengeluarkan secret yang melekat di di

saluran napas dengan gaya gtavitasi

2) Memudahkan melakukan ventilasi.

3) Memberi rasa nyaman.

c) Indikasi

Pada penderita ganguan paru baik kronik maupun akut

fisioterapi dada merupakan tindakan yang berguna. Dalam

mengeluarkan sekret serta memperbaiki ventilasi pada penderita

yang mengalami gangguan pada paru. Teknik terapi yang dipakai

secara umum pada orang dewasa serta dapat diterapkan untuk anak-

anak dan bayi (Smeltzer & Bare, 2010).

d) Kontraindikasi

Pada fisioterapi terdapat dua jenis kontra indikasi yang

mutlak dan relative. Kontra indikasi yang biasa terjadi berupa gagal

jantung, pendarahan masif, infeksi berat, status asmatikus, fraktur

iga serta luka operasiyang baru serta bisa timbul keganasan pada

tumor paru (Smeltzer & Bare, 2010).

e) Prosedur pemberian dan rasionalisasi

1) Posturnal Drainase

a. Mencuci tangan dan memakai handscoon

b. Melakukan auskultasi di sekitar lapang paru untuk

mengetahui lokasi secret


32

c. Posisikan pasien sesuai dengan posisi letak sekret

2) Perkusi dada (clapping)

a. Handuk diletakkan di kulit pasien

b. Jari-jari dirapatkan dan membentuk seperti mangkok

c. Perkusi dilakukan dengan menggerakkan sendi pergelangan

tangan

d. Perkusi seluruh area target.

3) Vibrasi dada

a. Pasien dianjurkan untuk menarik nafas kemudian keluarkan

secara perlahan

b. Pada saat pasien membuang napas, lakukan prosedur vibrasi

c. Setelah itu pasien dianjurkan lagi untuk tarik nafas

d. Pada saat membuang napas, perlahan getarkan tangan

dengan cepat tanpa melakukan penekanan berlebihan yang

dapat menimbulkan ketidaknyamanan kepada pasien.

e. Pasien diposisikan untuk dilakukan tindakan batuk efektif

2. Batuk Efektif

a) Definisi

Suatu tindakan yang dilakukan untuk melatih klien agar

melakukan batuk secara efektif sehingga dapat mengeluarkan dahak

dan tidak melelahkan klien.

b) Tujuan

1) Memantu mengeluarkan dahak/lendir/sputum secara spontan


33

2) Dapat mencegah terjadinya infeksi

3) Meningkatkan ekspansi paru

4) Memberi rasa nyaman kepada pasien

c) Indikasi

1) Produksi sputum yang berlebih

2) Pasien dengan batuk yang tidak efektif

3) Susah mengeluarkan dahak

d) Kontraindikasi

1) Hemoptisis

2) Gangguan kardiovaskular

3) Tension pneumothorax

4) Edema paru

5) Efusi pleura yang luas

e) Prosedur pemberian dan rasionalisasi

1) Semua peralatan didekatkan ke pasien

2) Pasien dianjurkan untuk melakukan tarik napas dalam melalui

hidung kemudian setelah itu pasien disuruh untuk

menghembuskan napas perlahan-lahan melalui mulut.

Pernapasan dalam dilakukan sebanyak 3 kali.

3) Anjurkan pasien supaya membatukkan dengan menggunakan

otot perut.

4) Anjurkan pasien untuk membuang sputum ke bengkok


34

5) Anjurkan pasien untuk melakukan langkah 2 dan 3 sebanyak 2

kali.

6) Lakukan auskultasi dada pasien untuk mendengarkan suara

napas.

7) Berikan air kumur kepada pasien dan bersihkan mulut pasien

dengan tissue kemudian buang ke dalam bengkok.

8) Evaluasi pasien meliputi: respon klien, tanda-tanda vital,

karakteristik (volume, kekentalan, warna, dan bau)

sekret/sputum.

9) Cuci tangan

10) Dokumentasi yang dimana meliputi tanggal, jam, respon klien

setelah dilakukan tindakan, suara napas, tanda vital, karakteristik

sekret/sputum, tanda tangan, dan nama perawat yang melakukan.

3. Artikel Utama & Pendukung

a) Artikel utama

1) Penulis : Kurnia Rifki Ashari, Sri Nurhayati, Ludiana

2) Tahun : 2022

3) Judul : Penerapan Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif

Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan Bersihan

Jalan Napas Pada Pasien TB Paru di Kota Metro

4) Sumber : Jurnal Cendekia Muda

b) Artikel pendukung 1

1) Penulis : Nurmayanti, Agung Waluyo, Wati Jumaiyah,


35

Rohman Azzam

2) Tahun : 2019

3) Judul : Pengaruh Fisioterapi Dada, Batuk Efektif Dan

Nebulizar Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen

Dalam Darah Pada Pasien PPOK

4) Sumber : Jurnal Keperawatan Silampari

c) Artikel pendukung 2

1) Penulis : Titin Hidayatin

2) Tahun : 2019

3) Judul : Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Dan Pursed

Lips Breathing (Tiupan Lidah) Terhadap Bersihan

Jalan Napas Pada Anak Balita Dengan Pneumonia

4) Sumber : Jurnal Keperawatan

d) Artikel pendukung 3

1) Penulis : Elsi Wulandari & Siska Iskandar

2) Tahun : 2021

3) Judul : Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Oksigen Dengan Postural Drainge Pada

Balita Pneumonia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sawah Lebar Kota Bengkulu

4) Sumber : Journal Of Nursing Public Health

e) Artikel pendukung 4

1) Penulis : Putri Cahya Mutiara Mas hanafi & Andi Arniyanti


36

2) Tahun : 2020

3) Judul : Penerapan Fisioterapi Dada untuk Mengeluarkan

Dahak pada anak Yang Mengalami Jalan Napas

Tidak Efektif

4) Sumber : Jurnal Leperawatan Profesional


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Jenis penelitian yang digunakan paada penelitian ini adalah studi

kasus. Studi kasus adalah penelitian yang trdiri dari pengkajian yang

bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail mengenai latar

belakang, sifat maupun karakter yang terdapat dari suatu kasus, dengan kata

lain bahwa studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara rinci.

Penelitian dalam metode studi kasus ini dilakukan secara mendalam

terhadap suatu keadaan atau kondisi yang dialami klien secara sistematis

(Nursalam, 2016).

B. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien yang

mengalami penyakit TB Paru dengan lama perawatan 3 hari, serta individu

atau pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi

pada studi kasus ini yaitu pasien yang mengalami penyakit TB Paru dan

ketersediaan menjadi responden. Adapun kriteria eksklusi pada studi kasus

ini yaitu pasien yang tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian dan

tergantung pada kasusnya.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus yaitu melakukan analisis asuhan keperawatan

pada pasien TB Paru dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif

menggunakan intervensi fisioterapi dada dan batuk efektif.

37
38

D. Instrument Studi kasus

Instrumen studi kasus ini berupa format asuhan keperawatan dan

lembar SOP.

E. Prosedur Pengambilan Data

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam pengambilan data studi kasus ini

yaitu berupa pengajuan judul serta jurnal pendukung ke pembimbing.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa pasien,

pemeriksaan fisik dengan menggunakan alat berupa tensi meter dan

stetoskop serta observasi langsung kepada pasien itu sendiri.

3. Penyusunan laporan

Laporan hasil studi kasus ini disusun berdasarkan tahapan penulisan

karya tulis ilmiah dan juga berdasarkan buku panduan.

F. Tempat dan Waktu Pengambilan Data Studi Kasus

1. Tempat : Ruang Perawatan Baji Ati RSUD Labuang Baji Makassar

2. Waktu : 8-10 Juni 2021

G. Analisis Data dan Penyajian Data

Analisis data dan penyajian data di studi kasus ini yaitu disajikan

secara tekstual dengan fakta-fakta yang dijadikan di dalam teks yang

bersifat naratif.
39

H. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus pada saat melakukan proses asuhan keperawatan maka

perlu memperhatikan beberapa etika kepada pasien yaitu :

1. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality (Kerahasiaan) yaitu peneliti tidak menampilkan

informasi, Peneliti hanya menggunakan inisial nama sebagai pengganti

identitas pasien. Informasi yang telah didapatkan oleh peneliti tidak

disebarkan keorang lain dan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian saja.

2. Justice (Keadilan)

Justice (Keadilan) yaitu prinsip keterbukaan dan adil yang perlu

dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.

Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, peneliti menjelaskan prosedur

penelitian. Sedangkan prinsip keadilan, peneliti menjamin bahwa semua

subjek peneliti memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama.

3. Non maleficence

Prinsip ini adalah kewajiban untuk tidak membahayakan pasien. Pasien

berhak memutuskan dengan sukarela dengan apakah ikut dalam

menjalankan intervensi yang diberikan tanpa resiko yang merugikan.


BAB IV

LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. IDENTITAS

a. Pasien

Inisial Klien : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 23 Tahun

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Jl. Monumen Emmy Saelan No. 82

No. RM : 351575

Diagnosa Medis : TB MDR

Tanggal masuk RS : 28 Mei 2021

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. S

Umur : 54 Tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Monumen Emmy Saelan No. 82

40
41

2. RIWAYAT KEPERAWATAN

a. Riwayat Kesehatan Pasien

1) Riwayat Penyakit Sekarang

a) Keluhan Utama : Sesak, batuk berdahak

b) Kronologi penyakit saat ini : Pasien mengatakan sesak sejak satu

hari yang lalu disertai batuk berdahak, demam serta nyeri dada.

c) Pasien mengatakan bahwa pernah berobat 6 bulan namun tidak

tuntas.

d) Pengaruh penyakit terhadap pasien : Pasien mengatakan

penyakit yang sekarang dialami sangat berpengaruh pada dirinya

dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.

e) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan : Pasien

berharap bisa sembuh dari penyakitnya dan beraktivitas kembali.

2) Riwayat Penyakit Masa Lalu

a) Penyakit masa anak-anak : Tidak ada

b) Imunisasi : Lengkap

c) Alergi : Tidak memiliki alergi

d) Pengalaman sakit atau dirawat sebelumnya : Pasien mengatakan

mempunyai penyakit riwayat TB dan berobat jalan.

e) Pengobatan terakhit : Pasien mengatakan pernah berobat 6

bulan.
42

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram

G1

? ? ? ? ? ? ?
G2
55 54

? ? 23 ? ? ?
?
G3

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis keturunan

: Garis pernikahan

: Tinggal serumah

: Pasien

? : Umur tidak diketahui

G1 : Kakek dan nenek pasien dari ayah dan telah meninggal

akibat faktor yang tidak diketahui, sedangkan kakek dari


43

ibu sudah meninggal dan nenek dari ibu masih hidup

sampai sekarang.

G2 : Ayah pasien anak kedua dari tujuh bersaudara dan ibu

anak kedua dari dua bersaudara.

G3 : Pasien anak kelima dari Sembilan bersaudara. Anak ke 2

dan anak ke 8 meninggal pada saat masuh kecil akibat

faktor yang tidak diketahui.

- Pasien sebelumnya tinggal bersama orang tua, akan tetapi

akhir tahun 2019 pasien tinggal bersama teman selama 1 tahun

lebih.

- Keluarga pasien mengatakan tidak ada aggota keluarga yang

menderita penyakit serupa.

- Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

mempunyai riwayat penyakit menurun / menular.

c. Pengkajian Biologis

1. Rasa aman dan nyaman

a) Apakah ada rasa nyeri ? : Pasien mengatakan ada

P : Pasien mengatakan nyeri dada pada saat batuk

Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditekan

R : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri

S : Pasien mengatakan nyeri skala 4 (nyeri sedang), diukur

menggunakan Pain Measurement Scale.

T : Pasien mengatakan nyeri dirasakan kurang lebih sekitar 5


44

menit dan dirasakan hilang timbul.

b) Apakah mengganggu aktivitas : Pasien mengatakan sangat

mengganggu aktivitasnya

c) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan

nyeri : Pasien mengatakan untuk mengurangi nyeri yang

dirasakan biasanya hanya beristirahat sampai nyeri itu hilang.

d) Apakah ada riwayat pembedahan : Pasien mengatakan tidak ada.

2. Aktivitas istirahat tidur

a) Aktivitas

Pasien mengatakan sebelum sakit jarang berolahraga, pada

saat melakukan aktivitas pasien merasa sesak. Pasien juga

mengatakan semenjak masuk RS aktivitasnya sangat kurang

dan semuanya dibantu oleh keluarga.

b) Istirahat

Pasien mengatakan sebelum sakit jarang beristirahat namun

pada saat sakit pasien lebih banyak berisitrahat dan hanya bisa

melakukan aktivitasnya di tempat tidur.

c) Tidur

Pasien mengatakan pola tidurnya saat ini tidak baik karena

sering terbangun di malam hari akibat batuk yang disertai nyeri

dada, pasien mengatakan tidur malamnya sekitar 2-4 jam dan

siang sekitar 3 jam.


45

3. Cairan

Pasien mengatakan sebelum sakit minumnya per hari tidak

habis 1 botol besar begitupun pada saat sakit pasien mengatakan

kurang minum. Sebelumnya pasien pernah minum alkohol selama

1 tahun lebih.

4. Nutrisi

Pasien mengatakan sebelum sakit makannya tidak teratur

dan pada saat sakit makannya sudah mulai teratur dengan makan

nasi, ikan, tempe dan sayur seperti yang disediakan di RS akan

tetapi tidak dihabiskan. Pasien mengatakan tidak kesulitan menelan

dan tidak mempunyai alergi. Kondisi gigi pasien utuh dan tidak

memakai gigi palsu.

5. Eliminasi

a) Eliminasi feses : Pasien mengatakan sebelum sakit BAB tidak

teratur, pada saat sakit pasien BAB 1 hari 2 kali dengan

konsistensi encer dan terdapat sedikit ampas. Pasien tidak

menggunakan obat pencahar dan mengatakan tidak ada

kesulitan saat BAB.

b) Eliminasi urine : Pasien mengatakan BAK lancar.

6. Kebutuhan oksigenasi dan karbondioksida

a) Pernafasan

Pasien mengatakan sulit untuk bernafas dan mengeluh sesak

nafas, untuk mengatasinya pasien biasanya hanya mengatur


46

nafas dan memperbaiki posisi supaya lebih nyaman. Pasien

menggunakan alat bantu pernafasan yaitu memakai O₂ 10 liter/

menit dengan menggunakan masker NRM. Pasien mengatakan

pernah merokok selama 1 tahun lebih.

b) Kardiovaskuler

Pasien mengatakan cepat merasakan lelah jika beraktivitas,

pasien mengatakan tidak ada keluhan berdebar-debar dan tidak

menggunakan alat pacu jantung.

7. Personal hygiene

Pasien mengatakan sebelum sakit mandi 2 kali sehari,

selama sakit pasien belum pernah mandi begitupun dengan cuci

rambut dan pasien mengatakan segala aktivitas dalam personal

hygiene semuanya dibantu oleh keluarga.

8. Sex : -

d. Pengkajian Psikososial dan Spritual

1) Psikologi

Pasien mengatakan hanya bisa bersabar dengan kondisinya

saat ini dan mengatakan sangat sedih dengan yang dialaminya

sekarang. Pasien mengatakan hal-hal yang dapat dilakukan saat ini

hanya dapat bersabar dan ikhlas menerima penyakitnya.


47

2) Hubungan sosial

Pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah ikut dalam

kegiatan masyarakat, pasien mengatakan mempunyai teman dekat

dan saat ini pasien lebih mempercayai keluarga.

3. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

1) Kesadaran : Composmentis

2) GCS : E4 M6 V5

3) Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,8℃

Pernafasan : 37x/menit

4) Pertumbuhan fisik

Tinggi Badan : 158 cm

Berat Badan : 32 kg

IMT : 12,85 kg/m² (kurus)

b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal

1) Kepala : Bentuk bulat, kulit kepala bersih, rambut berwarna

hitam, dan pertumbuhan rambut baik.

Mata : Konjungtiva anemis, sclera berwarna putih, ada

reflex cahaya, penglihatan baik, dan tidak

menggunakan kaca mata.


48

Telinga : Telinga lengkap kiri dan kanan, bersih, simetris,

tidak ada nyeri tekan, dan pendengaran baik.

Hidung : Simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada

nyeri, dan fungsi penciuman baik.

Mulut : Pasien mampu berbicara dengan baik, keadaan bibir

kering, gigi lengkap.

2) Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada distensi vena

jugularis, dan tidak ada nyeri tekan.

3) Dada

Inspeksi : Bentuk dada simetris, ada retraksi otot dada, tidak

ada lesi.

Auskultasi : Terdengar ronchi di bagian apex paru sinistra (kiri).

Perkusi : Sonor

Palpasi :Ekspansi dada sama dan tidak ada nyeri tekan.

4) Abdomen

Inspeksi : Dinding abdomen tampak simetris, tidak ada lesi,

abdomen tampak datar, warna kulit abdomen sama

dengan warna kulit sekitar abdomen.

Auskultasi : Peristaltik usus 15x/menit

Perkusi : Suara perkusi timpani

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

5) Genitalia, Anus, Rektum : Tidak ada masalah khusus


49

6) Ekstremitas : kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah sama,

yaitu 5.

5 5

5 5
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 29 Mei 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Darah
Rutin
WBC 21.14 4.0-10.0 10ˆ3/uL
LYM 0.40 0.6-3.5 10ˆ3/uL
MON 0.34 0.1-0.9 10ˆ3/uL
GRA 20.40 1.3-6.7 10ˆ3/uL
HGB 9.2 11.0-17.9 g/dL
HCT 29.6 40-50 %
MCV 54.7 80.0-96.0 fL
MCH 17.0 23.2-38.7 Pg
PLT 514 150-400 10ˆ3/uL
PCT 0.467 0.15-0.50 %
Kesan : Leukositosis sedang, Anemia mikrositik hipokrom disertai
trombositosis reaktif.
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Kimia Darah
SGOT 78 6-30 IU/dL
SGPT 51 7-32 IU/dL
Albumin 2.50 3.3-5.0 g/dL
Bilirubin 0.45 <1.0 mg/dL
Total
Ureum 25 <50 mg/dL
Kreatinin 0.81 L:0.7-1.1, P:0.6-0.9 mg/dL
Glukosa 91 70-140 mg/dL
Darah 2 jam
Asam 5.3 L:3.4-7.0, P:2.4-5.7 mg/dL
Urat
Kesan : Peningkatan enzim-enzim Transaminase, Hipoalbuminemia.
50

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Kimia Klinik
Natrium 128 133-145 mEq/L
(Na)
Kalium 4.0 3.5-5.0 mEq/L
(K)
Klorida 96 96-106
(Cl)
TCM MTB Detected Medium,
Test Rimfampisin
Resisten
Detected
X-Ray Thorax TB
Paru lama
aktif
Kesan : Hiponatremia
5. TERAPI OBAT YANG DIBERIKAN
No. Nama Dosis Rute Indikasi
1. Ceftriaxone 1 gr/12 jam Intra Vena Untuk mengatasi infeksi bakteri.
2. Erdomex 3x1 Oral Membantu mengeluarkan dahak serta
mengencerkan dahak.
3 Proliver 2x1 Oral Menunjang dan melindungi fungsi hati.
.
4. Sucralfat 3x1 Oral Untuk mengatasi tukak lambung
Syrup ulkus duodenum dan melindungi
dari asam lambung.
5. PCT 8 jam Infus Membantu menurunkan suhu tubuh.
Infus
51

Penyimpangan KDM
Micobakterium

Saluran pernafasan (Droplet, Nuclei, Airbone infection)

Jaringan paru dan alveoli


Tb Paru
Ghon fokus (kuman dorman)

Defisit Pengetahuan
Infiltrasi sel radang Tentang Pengobatan

Inflamasi/reaksi radang Suspect TB-MDR

Lesi parenkim paru Pemeriksaan DST

Infiltran, Konsolidasi, Eksudatif, Tuberkuloma Positif TB MDR

Penumpukan sekret/eksudat Kerusakan parenkim


paru

Gangguan Pertukaran Gas


Penurunan ekspansi paru Pleuritis dan penebalan
pleura

Batuk Sesak Gesekan pleura dengan dinding paru

Nyeri pleuritik
Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif
Gangguan Rasa Nyaman Neri

Sumber : (Brunner & Suddarth, 2010)


52

DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan sesak sejak 1. Pasien nampak sesak dengan
satu hari yang lalu disertai batuk pernapasan 36x/m.
berdahak, demam, serta nyeri 2. KU lemah
dada. 3. Pasien mengunakan alat bantu
2. Pasien mengatakan ada nyeri pernafasan yaitu memakai O2 9
P : Pasien mengatakan nyeri dada liter/menit dengan NRM.
saat batuk. 4. Pasien nampak batuk berdahak dan
Q : Pasien mengatakan nyeri sangat gelisah.
seperti ditekan. 5. TTV :
R : Pasien mengatakan nyeri dada TD : 100/80 mmHg
sebelah kiri. N :
S : Skala nyeri 4 (nyeri sedang), 80x/m
diukur menggunakan Pain S :
Measurement Scale. 36,8℃
T : Pasien mengatakan nyeri P :
dirasakan selama kurang lebih 5 36x/m
menit dan dirasakan hilang timbil. 6. Terdengan ronchi di bagian apex
3. Pasien mengatakan pola tidurnya paru sinistra (kiri).
saat ini tidak baik karena sering 7. Pasien nampak meringis dan
terbangun di malam hari memegang bagian dada saat
dikarenakan nyeri di daerah dada. batuk.
4. Pasien mengatakan tidurnya 8. Terpasang infus NaCL 20 tpm
sangat terganggu dan tidak 9. Hasil lab :
nyenyak. WBC : 21,14 10ˆ3/Ul
5. Pasien mengatakan tidur LYM : 0,40 10ˆ3/Ul
malam sekitar 2-4 jam dan GRA : 20,40 10ˆ3/uL
siang sekitar 3 jam. HCT : 29,6%
SGOT : 78 IU/dL
SGPT : 51 IU/dL
10. Foto Thorax : TB paru lama aktif
53

ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Penumpukan secret atau Bersihan jalan napas
a. Pasien mengatakan batuk eksudat tidak efektif
berdahak sejak satu hari
yang lalu. Penurunan ekspansi paru
DO :
a. Pasien nampak batuk Batuk+sesak
berdahak.
b. Pasien nampak gelisah. Bersihan jalan napas tidak
c. Terdengar ronchi di efektif
bagian apex paru sinistra
(kiri).
d. Foto Thorax : TB paru
lama aktif
e. Pernapasan : 36x/menit
2. DS : Kerusakan parenkim paru Nyeri akut
a. Pasien mengatakan nyeri
saat batuk. Pleuritis dan penebalan
b. Pasien mengatakan nyeri pleura
seperti ditekan.
c. Pasien mengatakan nyeri Gesekan pleura dengan
dada sebelah kiri. dinding paru
d. Pasien mengatakan skala
nyeri 4. Nyeri pleuritik
e. Pasien mengatakan
nyerinya hilang timbil. Gangguan rasa nyaman
D
O
:
a. Pasien nampak meringis.
3. DS : Nyeri pleuritik Gangguan pola tidur
a. Pasien mengatakan pola
tidurnya saat ini tidak baik Gangguan rasa nyaman
karena sering terbangun di
malam hari dikarenakan Nyeri
nyeri dada.
Pasien sering terjaga
54

b. Pasien mengatakan
tidurnya sangat terganggu Pola tidur terganggu
dan tidak nyenyak.
c. Pasien mengatakan tidur
malam 2-4 jam dan siang
sekitar 3 jam.
DO:
a. Pasien nampak lemas dan
mengantuk.
b. Wajah pasien nampak lesu
c. TD : 100/80 mmHg

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No. Diagnosis Keperawatan


1 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas ditandai dengan sesak napas,
batuk berdahak, dan terdengar bunyi napas tambahan (ronchi).
2 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada,
nampak meringis, skala nyeri 4.
3 Gangguan pola tidur b.d proses penyakit ditandai dengan pasien nampak lemas dan
mengantuk.
55

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Inisial Klien : Tn. A No. RM : 351575
Umur Klien : 23 Tahun Dx. Medis : TB Paru

No Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas Rasional intervensi
tidak efektif tindakan keperawatan Observasi : 1. Mengetahui frekuensi pernapasan
maka diharapkan bersihan 1. Monitor pola pernapasan pasien pasien sebagai indkasi dasar
jalan napas pasien 2. Auskultasi bunyi napas tambahan gangguan pernapasan
meningkat dengan kriteria (ronkhi atau wheezing) 2. Adanya bunyi napas tambahan yang
hasil : 3. Monitor sputum menandakan gangguan pernapasan
1. Batuk efektif Terapeutik : 3. Untuk mengetahui adanya produksi
meningkat. 4. Berikan posisi nyaman seperti semi sputum berlebih
2. Produksi sputum fowler atau fowler 4. Posisi semi fowler memingkinkan
menurun. 5. Berikan minum air hangat ekspansi paru lebih maksimal
3. Pola napas membaik 6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu 5. Minum air hangat dapat membantu
Edukasi : mengencerkan dahak
7. Ajarkan teknik batuk efektif 6. Fisioterapi dada dapat membantu
Kolaborasi : untuk mengencerkan atau
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada mengeluarkan sekresi
pasien 7. Batuk efektif dapat membantu
pasien mengeluarkan secret secara
maksimal
8. Untuk membantu proses pernapasan
56

2 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Rasional intervensi


tindakan keperawatan, Observasi : 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
maka diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahui skala nyeri dan
pasien berkurang durasi, frekuensi, dan kualitas sebagai data untuk melanjutkan
dengan kriteria hasil : nyeri. intervensi.
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri. 3. Meminimalkan gerakan yang
menurun. 3. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri.
2. Meringis menurun. memperberat dan memperingan 4. Mengurangi nyeri
nyeri. 5. Memberikan informasi terkait nyeri
Terapeutik : 6. Memandirikan pasien
4. Berikan teknik non farmakologis
Edukasi :
5. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
6. Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur Rasional intervensi
tindakan keperawatan Observasi : 1. Mengkaji perlunya dan
maka pola tidur pasien 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur mengidentifikasi intervensi yang
membaik dengan 2. Identifikasi faktor penghambat tepat
kriteria hasil : tidur 2. Membantu dalam mengidentifikasi
1. Keluhan sulit tidur Terapeutik : masalah pengganggu tidur
menurun 3. Modifikasi lingkungan misalnya 3. Penggunaan obat tidur yang
2. Keluhan sering pencahayaan, kebisingan, suhu, membantu pasien dalam beristirahat
terjaga menurun tempat tidur 4. Untuk meningkatkan kenyamanan
3. Keluhan istirahat 4. Lakukan prosedur untuk istirahat serta dukungan fisiologis /
tidak cukup meningkatkan kenyamanan psikologis
menurun misalnya pijat, akupresure, atau 5. Untuk memberikan situasi kondusif
pengaturan posisi untuk tidur
57

5. Ajarkan cara nonfarmakologik 6. Memberikan situasi kondusif untuk


untuk mempermudah proses tidur tidur tanpa penggunaan cara
(terapi murottal) farmakologi
Edukasi : 7. Memberikan pemahaman pada
6. Jelaskan pentingnya tidur yang keluarga mengenai pentingnya
cukup selama sakit istirahat tidur.
58

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial Klien : Tn. A No. RM : 351575
Umur Klien : 23 Tahun DX. Medis : TB Paru

No. Hari / Tanggal No. DX Diagnosis Keperawatan Implementasi Nama


1 Selasa D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Observasi : Nurma
8 Juni 2021 Efektif 1. Monitor pola pernapasan pasien
08.05 WITA Hasil :
- Pola napas cepat
- Pernapasan : 36x/m
2. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi
atau wheezing)
Hasil : Terdapat bunyi napas tambahan
(ronchi) di bagian apex paru sinistra
3. Monitor sputum
Hasil : Sputum berwarna putih kental
Terapeutik :
4. Berikan posisi yang nyaman misalnya
semi fowler atau fowler
Hasil : Pasien diposisikan semi fowler
5. Berikan minum air hangat
Hasil : Pasien selalu minum air hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Hasil : Dilakukan fisioterapi dada sekali
dalam sehari setiap pagi hari sebelum
makan
Edukasi :
59

7. Ajarkan teknik batuk efektif


Hasil : Pasien mengerti cara melakukan
batuk efektif
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada
pasien
Hasil : Pasien diberikan oksigen 10
liter/menit dengan menggunakan NRM
2 Rabu D.0077 Nyeri Akut Observasi : Nurma
9 Juni 2021 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
08.15 WITA frekuensi, dan kualitas nyeri.
Hasil :
- P : Pasien mengatakan nyeri
bagian dada saat batuk.
- Q : Pasien mengatakan nyeri
seperti ditekan.
- R : Pasien mengatakan nyeri dada
sebelah kiri.
- S : Skala nyeri 4
- T : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan kurang lebih sekitar 5
menit dan dirasakan hilang
timbul.
2. Identifikasi skala nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan skala nyeri 4
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan nyeri
60

dirasakan saat batuk berlebih.


Terapeutik :
4. Berikan teknik non farmakologis
Hasil : Pasien diberikan terapi murottal,
seperti mendengarkan ayat suci Al-
quran.
Edukasi :
5. Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan paham cara
mengatasi nyeri saat muncul.
3 Kamis D.0055 Gangguan Pola Tidur Observasi : Nurma
9 Juni 2021 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
21.05 WITA Hasil : Pasien mengatakan tidur malam
sekitar 2-3 jam dan siang hari tidur
sekitar 3 jam.
2. Identifikasi faktor penghambat tidur
Hasil : Pasien mengatakan susah tidur
atau kurang nyenyak tidur dikarenakan
sering terbangun di malam hari akibat
batuk.
Terapeutik :
3. Modifikasi lingkungan misalnya
pencahayaan, kebisingan, suhu, tempat
tidur
Hasil : Pada malam hari, lampu di
ruangan pasien dimatikan sebagian agar
tidak terlalu terang.
4. Lakukan salah satu prosedur untuk
61

meningkatkan kenyamanan pasien


misalnya pijat, akupresure, atau
pengaturan posisi
Hasil : Pasien mengatakan setiap hari ibu
pasien sering memijatnya agar lebih
nyaman serta diputarkan murottal.
5. Ajarkan cara nonfarmakologik untuk
mempermudah proses tidur (terapi
murottal)
Hasil : Sebelum tidur pasien sering
diputarkan ayat suci Al-quran memalui
smart phone ibunya yang diletakkan di
samping tempat tidur pasien.
Edukasi :
6. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
selama sakit
Hasil : Ibu pasien mengerti tentang
pentingnya tidur cukup.
4 Jumat D. 0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Observasi : Nurma
10 Juni 2021 Efektif 1. Monitor pola pernapasan pasien
07.15 Hasil :
- Pola napas cepat
- Pernapasan : 30x/m
2. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi
atau wheezing)
Hasil : Terdapat bunyi napas tambahan
(ronchi) di bagian apex paru sinistra
3. Monitor sputum
62

Hasil : Sputum berwarna putih kental


Terapeutik :
4. Berikan pasien posisi yang nyaman
misalnya semi fowler atau fowler
Hasil : Pasien diposisikan semi fowler
5. Berikan minum air hangat
Hasil : Pasien selalu minum air hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Hasil : Dilakukan fisioterapi dada sekali
dalam sehari setiap pagi hari sebelum
makan
Edukasi :
7. Ajarkan teknik batuk efektif
Hasil : Pasien mengerti cara melakukan
batuk efektif
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada
pasien
Hasil : Pasien diberikan oksigen 10
liter/menit dengan menggunakan NRM
5 Sabtu D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Observasi : Nurma
11 Juni 2021 Efektif 9. Monitor pola pernapasan pasien
08.22 WITA Hasil :
- Pola napas cepat
- Pernapasan : 29x/m
10. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi
atau wheezing)
Hasil : Tidak terdapat bunyi napas
63

tambahan.
11. Monitor sputum
Hasil : Produksi sputum sudah mulai
berkurang
Terapeutik :
12. Berikan pasien posisi nyaman misalnya
semi fowler atau fowler
Hasil : Pasien diposisikan semi fowler
13. Berikan minum air hangat
Hasil : Pasien selalu minum air hangat
Edukasi :
14. Ajarkan teknik batuk efektif
Hasil : Pasien mengerti cara melakukan
batuk efektif
Kolaborasi :
15. Kolaborasi pemberian oksigen pada
pasien
Hasil : Pasien diberikan oksigen 10
liter/menit dengan menggunakan NRM
6 Sabtu D.0077 Nyeri Akut Observasi : Nurma
11 Juni 2021 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
09.00 WITA frekuensi, dan kualitas nyeri.
Hasil :
- P : Pasien mengatakan nyeri
sudah mulai berkurang
- Q : Pasien mengatakan nyeri
seperti ditekan.
- R : Pasien mengatakan nyeri dada
64

sebelah kiri.
- S : Skala nyeri 2
- T : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan kurang lebih sekitar 5
menit dan dirasakan hilang
timbul.
2. Identifikasi skala nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan skala nyeri 2
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan saat batuk berlebih.
Terapeutik :
4. Berikan teknik non farmakologis
Hasil : Pasien diberikan terapi murottal,
seperti mendengarkan ayat suci Al-
quran.
Edukasi :
5. Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan paham cara
mengatasi nyeri saat muncul.
65

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Inisial Klien : Tn. A No. RM : 351575


Umur Klien : 23 Tahun Dx. Medis : TB Paru

No Diagnosis Hari, Tgl./ Jam Evaluasi Nama Jelas


1 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Selasa S : Pasien mengatakan masih batuk berdahak dan masih Nurma
8 Juni 2021 mengeluh ada lendir di tenggorokan.
13.00 WITA O : Pasien nampak batuk berdahak dan dahak tidak
keluar, pasien nampak masih lemah.
Masih terdengar ronchi di bagian apex paru sinistra.
A : Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor pola pernapasan pasien
2. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi atau
wheezing)
3. Monitor sputum
4. Berikan posisi yang nyaman misalnya semi
fowler atau fowler
5. Berikan minum air hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
7. Ajarkan teknik batuk efektif
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada pasien
2 Nyeri Akut Rabu S : Pasien mengatakan nyeri dada saat batuk Nurma
9 Juni 2021 O : Skala nyeri 3, pasien nampak memegang dada saat
12.30 WITA batuk dan pasien nampak meringis.
66

A : Nyeri akut belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, dan kualitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
4. Berikan teknik non farmakologis
5. Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
3 Gangguan pola tidur Jumat S : Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan Nurma
10 Juni 2021 nyenyak karena batuk sudah mulai berkurang.
07.00 WITA O : Pasien nampak segar
A : Masalah teratasi, namun perlu mempertahankan
intervensi untuk kenyamanan tidur pasien.
P : Pertahankan intervensi
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor penghambat tidur
3. Modifikasi lingkungan seperti pencahayaan,
kebisingan, suhu, tempat tidur
4. Lakukan prosedur kepada pasien untuk
meningkatkan kenyamanan misalnya pijat,
akupresure, atau pengaturan posisi
5. Ajarkan cara nonfarmakologik untuk
mempermudah proses tidur (terapi murottal)
6. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama
sakit
4 Bersihan jalan napas tidak efektif Jumat S : Pasien mengatakan batuk berdahak sudah mulai Nurma
10 Juni 2021 berkurang.
67

15.30 WITA O : Pasien nampak sesekali batuk, akan tetapi dahak


sudah mulai tidak ada dan juga sudah tidak terdengar
bunyi napas tambahan.
A : Bersihan jalan napas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor pola pernapasan pasien
2. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi atau
wheezing)
3. Monitor sputum
4. Berikan posisi yang nyaman misalnya semi
fowler atau fowler
5. Berikan minum air hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
7. Ajarkan teknik batuk efektif
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada pasien

5 Bersihan jalan napas tidak efektif Sabtu S : Pasien mengatakan batuk berdahak sudah tidak ada Nurma
11 Juni 2021 O : Pasien nampak sudah lebih nyaman dan tidak batuk
14.22 WITA berdahak.
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif teratasi,
akan tetapi intervensi tetapi dipertahankan untuk
kenyamanan pasien
P : Pertahankan intervensi
1. Monitor pola pernapasan pasien
2. Berikan posisi yang nyaman misalnya semi
fowler atau fowler
3. Berikan minum air hangat
4. Kolaborasi pemberian oksigen pada pasien
68

6 Nnyeri akut Sabtu S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang Nurma
11 Juni 2021 O : Pasien nampak sudah mulai tenang dan nyaman
15.00 WITA A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Pertahankan intervensi
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan

1. Analisis pengkajian keperawatan

Pada saat dilakukan pengkajian, Tn. A mengalami penyakit TB

Paru. TB Paru biasanya disebabkan karena adanya bakteri

(Mycobacterium tuberculosis) yang masuk ke paru-paru pada saat

seseorang bernapas, mempunyai riwayat merokok, sistem imun yang

menurun serta pengobatan TB yang tidak tuntas. Hal ini sejalan dengan

penelitian Febriana (2015) yang menyatakan bahwa penyakit TB bisa

terjadi jika seseorang mempunyai riwayat merokok serta pasien yang

mengalami TB Paru akan tetapi pengobatannya tidak tuntas. Penyebab

lainnya kemungkinan juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,

dimana pasien tinggal bersama dengan seseorang yang juga mengalami

penyakit yang sama serta sering terpapar asap rokok.

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan pasien mengeluh batuk

yang tak berhenti, pasien juga mengatakan sesak napas, penurunan nafsu

makan, pasien merasa lemah, serta nyeri di baian dada. Pasien juga

mengatakan sebelumnya pernah berobat 6 bulan akan tetapi

pengobatannya tidak tuntas. Ketidakpatuhannya dalam minum obat

tersebut pasien mengalami TB MDR. Kondisi ini telah disampaikan

dalam Al-Qur’an As-Syu’ara: 30:

69
70

َ ْ‫س َب ۡت أ َ ۡيدِي ُك ۡم َو َيعۡ فُوا‬


‫عن َك ِثير‬ َ َٰ َ ‫َو َما ٓ أ‬
ِ ‫ص َب ُكم ِمن ُّم‬
َ ‫صي َب ٖة فَ ِب َما َك‬
Terjemahnya :
“Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah SWT memanfaatkan banyak
(dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS : Asy-Syu’ara :30)
Pada ayat ini, Allah SWT menyatakan bahwa musibah yang kamu

peroleh adalah akibat perbuatanmu sendiri, musibah itu terjadi karena

kecerobohan, kesalahan, dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.

Dan walaupun begitu Allah SWT memberi banyak dari kesalahan

tersebut dengan taubatmu serta tidak mengulangi kecerobohan,

kesalahan dan kemaksiatan itu lagi.

2. Analisis diagnosis keperawatan

Keluhan utama yang disampaikan pasien adalah batuk dan sesak

napas. Batuk merupakan usaha untuk membersihkan jalan napas dari

produksi secret yang berlebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada

bronkus. Sifat batuk pada pasien TB Paru biasanya dimulai dari batuk

kering (non produktif) kemudian setelah itu muncul peradangan menjadi

batuk produktif yang akan menghasilkan sputum, proses ini terjadi lebih

dari 3 minggu (Ferensina, 2019).

Diagnosis keperawatan utama yang muncul pada kasus ini yaitu

bersihan jalan tidak efektif. Masalah ini didapatkan pada saat dilakukan

pengkajian di ruang perawatan Baji Ati RSUD Labuang Baji Makassar

dengan data pasien mengatakan batuk berdahak, pernapasan 36x/m,

terdengar ronchi di bagian apex paru sinistra. Hal ini sejalan dengan
71

penelitian Nurmayanti (2019) yang menyatakan bahwa TB Paru

merupakan terjadinya penumpukan secret di saluran pernapasan bagian

atas. Hal ini diakibatkan karena adanya bakteri yang merusak daerah

parenkim paru yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi

yaitu produksi secret yang berlebih serta dapat menyebabkan gangguan

pernapasan akibat obstruksi jalan napas sehingga timbulah masalah

bersihan jalan napas tidak efektif

3. Analisis intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk treatment yang

dikerjakan oleh seorang perawat berdasarkan ilmu pengetahuan dan

penilaian secara klinis agar dapat mencapai luaran (outcone) yang

diharapkan (PPNI, 2018). Dalam karya tulis ini penulis telah melakukan

intervensi keperawatan yang disesuaikan dengan buku Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan didukung oleh penelitian

sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Kurnia et al., 2021).

yaitu penerapan fisioterapi dada dan batuk efektif untuk mengatasi

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien TB Paru.

Ketidakefektifan jalan napas adalah ketidakmampuan membersihkan

sekresi atau penyumbatan pada saluran napas untuk mempertahankan

bersihan jalan napas agar tetap paten (Andra & Yassie, 2013).

Adapun intervensi yang penulis gunakan untuk mengatasi masalah

bersihan jalan napas tidak efektif yaitu melakukan fisioterapi dada.

Keefektifan fisioterapi dada untuk mengatasi masalah tersebut dapat


72

dilakukan melalui 3 tahapan yaitu postural drainage, perkusi / clapping

dan vibrasi. Postural drainage yaitu teknik pengaturan posisi pada

tubuh dengan tujuan untuk membantu pasien dalam proses pengeluaran

sputum sehingga sputum tersebut akan berpindah dari segmen yang

kecil ke segmen besar dengan bantuan gaya gravitasi. Clapping/perkusi

dan vibrasi dalam tindakan fisioterapi dada ini bermanfaat untuk

membuat sputum yang menempel di saluran pernapasan sehingga secret

yang menempel tersebut akan lepas dan terarah keluar. Perkusi

dilakukan dengan menggunakan 3 jari atau 4 jari sedangkan clapping

yaitu penepukan yang dilakukan menggunakan tangan dan dibentuk

seperti mangkuk kemudian setelah itu menepuk perlahan bagian dada

dan punggung pasien secara perlahan dari bawah ke atas, setelah itu

kemudian dilanjutkan dengan vibrasi yang dilakukan juga dengan

menggunakan tangan dan digetarkan secara perlahan dari bagian bawah

ke atas. Setelah dilakukan perkusi dan vibrasi maka langkah yang

terakhir dilakukan yaitu batuk efektif yaitu dengan cara mencondongkan

pasien ke depan dari posisi setengah duduk kemudian batukkan dengan

kuat dari dada (Fauzi et al, 2014).

Sebelum dilakukan intervensi fisioterapi dada pada pasien terlebih

dahulu dilakukan memonitor status pernapasan, respon pasien mengeluh

sulit untuk bernapas dan pernapasannya 36x/menit. Kemudian

melakukan auskultasi, pasien mengatakan ketika batuk secretnya sulit

untuk keluar dan terdengar ronchi di bagian apex paru sinistra. Setelah
73

itu kemudian berikan penjelasan kepada pasien mengenai fisioterapi

dada yang dilakukan dengan teknik postural drainage, clapping/perkusi,

dan vibrasi. Intervensi fisioterapi dada bisa dilakukan sebelum makan

siang, sore atau sebelum tidur. Tindakan tersebut tidak boleh dilakukan

pada saat selesai makan karena dapat merangsang muntah pada pasien

(Nurarif et al., 2015).

4. Analisis implementasi dan evaluasi keperawatan

Tindakan yang penulis lakukan sudah berdasarkan intervensi yang

telah dibuat. Penulis melakukan asuhan keperawatan selama 2-3 hari

yang dilakukan 1 kali dalam sehari setiap pagi hari sebelum sarapan.

Pada diagnosis bersihan jalan napas tidak efektif tindakan yang

dilakukan yaitu mangauskultasi pada paru-paru, mengajarkan batuk

efektif serta memberikan postural drainage. Hasil respon pada hari

terakhir dilakukan yaitu didapatkan sputum sudah mulai keluar, tidak

ada suara ronchi, dan pernapasan sudah mulai turun dari 36x/menit

menjadi 29x/ menit.

Melakukan auskultasi bunyi napas bertujuan untuk mengetahui

adanya suara napas tambahan. Observasi jalan napas tujuan untuk

mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas. Mengajarkan pasien

batuk efektif bertujuan untuk mengeluarkan secret dari jalan.

Mengajarkan teknik non farmakologi dengan cara pemberian posisi

postural drainage dengan tujuan untuk membantu mengalirkan secret

dengan efektif dari paru-paru ke saluran pernapasan utama, sehingga


74

dsecret tersebut dapat dikeluarkan menjadi batuk. Selain melakukan

tindakan tersebut juga harus lakukan kolaborasi dengan dokter atapun

tenaga medis lain agar dapat diberikan obat untuk mengencerkan dan

mempermudah mengeluarkan secret (Wilkinson & Ahern, 2012).

Tindakan keperawatan tersebut yang dilakukan penulis selama 3

hari sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan serta berkolaborasi

dengan tim medis. Adapun hasil evaluasi yang sudah didapatkan

mengenai masalah bersihan jalan napas tidak efektif sudah mulai teratasi

dan juga sudah memenuhi kriteria hasil yaitu pasien dapat mengeluarkan

sputum secara efektif, tidak ada suara ronchi, serta pernapasan sudah

mulai turun. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberian

terapi fisioterapi dada (postural drainage, perkusi / clapping dan vibrasi)

dan batuk efektif mampu mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan

jalan napas pada pasien yang mengalami TB Paru.

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat juga harus

memberikan edukasi spiritual pada pasien dengan gangguan kesehatan

bio, psiko maupun sosial. Edukasi spiritual yang dapat diberikan berupa

panduan ibadah bagi orang sakit serta doa-doa untuk kesembuhan

pasien. Pasien yang sakit maupun yang sehat harus diberikan kesadaran

bahwa kesembuhan itu itu datangnya dari Allah SWT yang merupakan

karunia Allah SWT yang dimana diturunkan dalam bentuk Al-Quran,

didalamnya banyak terkandung berbagai macam petunjuk serta doa

pengobatan penyakit-penyakit. Sebagaimana Allah SWT berfirman :


75

Terjemahnya :
“ Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (Al-
Quran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada,
dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”. (QS. Yunus :57)

Menurut Ibnu Asyur sesuatu yang telah datang dan sampai kepada

mereka itu adalah Al-Quran yang telah diturunkan dan dibacakan kepada

mereka. Pada ayat di atas diungkapkan dengan empat sifat dan cirinya,

yaitu : pertama, Al-Quran sebagai nasihat dan pelajaran, kedua

penyembuh dari segala penyakit hati atau jiwa, ketida sebagai petunjuk

dan yang keempat sebagai rahmat bagi orang yang beriman.

B. Analisis Intervensi EBPN

Intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien TB paru yang

mengalami masalah bersihan jalan napas tidak efektif yaitu diberikan

intervensi fisioterapi dada dan batuk efektif, yang dimana fisioterapi dada

dan batuk efektif ini sangat efektif untuk menangani masalah bersihan jalan

napas. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Rifki, dkk (2022) yang berjudul

“Penerapan Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif Untuk Mengatasi Masalah

Keperawatan Bersihan Jalan Napas pada Pasien TB Paru di Kota Metro”

bahwa hasil dari penerapan tersebut menunjukkan sebelum dilakukan

intervensi, pasien mengalami masalah bersihan jalan napas tidak efektif

yang dimana ditandai dengan pernapasan 28x/menit, suara napas ronchi

serta pasien tidak mampu mengeluarkan sputum. Setelah dilakukan

intervensi, bersihan jalan napas pasien teratasi yang ditandai dengan


76

pernapasan 22x/menit, tidak ditemukan adanya suara ronchi dan pasien

telah mampu mengeluarkan sputum.

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Lumbantoruan (2019) menyatakan bahwa intervensi fisioterapi dada dan

batuk efektif juga bisa mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif yang

dimana hasil dari penelitiannya menunjukkan ahwa fisoterapi dada terbukti

efektif terhadap peningkatan frekuensi pernapasan pasien TB Paru dimana

dari hasil analisis didapatkan p-value 0,006 (p<0,05) artinya fisioterapi

dada dan batuk efektif terbukti efektif terhadap bersihan jalan napas pada

pasien TB Paru yang ditandai dengan pernapasan normal (24x/menit), irama

napas sudah mulai teratur, tidak ada ronchi dan pasien mampu

mengeluarkan sputum.

Teknik fisioterapi dada dan batuk efektif sangat efektif dalam

membantu memperbaiki ventilasi pada pasien yang mengalami fungsi paru-

paru terganggu khususnya pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif.

Pemberian fisioterapi dada tersebut dapat menghilangkan secret dari saluran

napas kecil dan juga saluran napas besar sehingga sekret tersebut dapat

dikeluarkan melalui batuk. Sedangkan batuk efektif merupakan suatu

metode batuk dengan benar yang dimana pasien bis menghemat energinya

sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal

(Rifki et al., 2022).


77

C. Keterbatasan

Dalam penyusunan tugas akhir ners ini ada beberapa keterbatasan

yang penulis alami yaitu jam dinas yang terbatas sehingga sulit bagi penulis

untuk terus memantau dan mengobservasi keadaan pasien selama dilakukan

pemberian intervensi tersebut.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Intervensi fisioterapi dada dan batuk efektif mampu mengatasi

masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien TB Paru serta efektif

untuk menurunkan pernapasan dari 36x/menit menjadi 29x/menit dan juga

pasien dari tidak mampu mengeluarkan sputum menjadi mampu untuk

mengeluarkan sputum dengan menggunakan teknik fisioterapi dada dan

batuk efektif sehingga pasien bisa menjadi lebih nyaman.

B. Saran

1. Bagi peneliti

Penulis sangat berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat menamah

wawasan dan pengalaman peneliti dalam kegiatan karya tulis ini,

terkhusus juga untuk peneliti yang sedang melakukan penelitian tentang

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami TB Paru. Serta

meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Semoga karya tulis ini bisa

menjadi acuan dan pembanding dalam penelitian selanjutnya.

2. Bagi rumah sakit

Peneliti berharap agar hasil dari karya tulis ini mampu menjadi

acuan dan dapat menambah wawasan untuk para tenaga kesehatan lain

khususnya perawat yang ertugas untuk memerikan asuhan keperawatan

pada pasien secara professional dan komprehensif.

78
79

3. Bagi institusi pendidikan

Peneliti berharap agar karya tulis ini mampu menambah wawasan

untuk semua pembaca dan penulis yang dapat memperluas ilmu

pengetahuan di bidang keperawatan terkhusus dalam melakukan asuhan

keperawatan pada anak yang mengalami TB Paru sehingga menjadi

acuan literature dalam sebuah penelitian.


Daftar Pustaka

Andra & Yassie. (2013). Keperawatan Medikal bedah. Nuha Medika.

Brunner & Suddarth. (2010). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8).
EGC.

Chandra. (2012). Pengantar Kesehatan lingkungan. Penerbit Buku kedokteran


EGC.

Ferensina, K. (2019). Fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pasca nebulasi


pada pasien TB paru. Jurnal Keperawatan.

Kurnia, N., Lutfiyatil Fitri, N., & Purwanto, J. (2021). Penerapan Fisioterapi Dada
Dan Batuk Efektif Untuk Mnegatasi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Cendekia Muda, Volume 1(2).
https://doi.org/ISSN : 2807-3649

Lumbantoruan. (2019). Pengaruh fisioterapi dada terhadap frekuensi pernapasan


pada pasien TB Paru di RSU Royal Prima Medan. Jurnal Keperawatan,
Volume 9(2), 83–91.

Munikah. (2019). Aplikasi Fisioterapi Dada Unruk Mengatasi Masalah Bersihan


Jalan Napas Pada Anak. Skripsi.

Muttaqin. (2011). Panduan Lengkap Ilmu penyakit Dalam. Diva Press.

Notoadmodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT Rineka Cipta.

Nurarif, Huda, A., Kusuma, & Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa medis Edisi Revisi jilid 3. Mediaction.

Pong, O. (2019). Karya Tulis Ilmiah “Asuhan keperawatam Tn. L.K Dengan
Tuberkulosis Paru Di Ruangan Tulip RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes
Kupang.”

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator

80
Diagnostik (Edisi I). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi I). DPP PPNI.

Rab, T. (2010). Ilmu Penyakit Paru. Trans Info Media.

Rifki, K., Nurhayati, S., & Ludiana. (2022). Penerapan fisioterapi dada dan batuk
efektif untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan napas pada pasien
TB Paru di kota Metro. Jurnal Cendekia Muda, Volume 2(4).
https://doi.org/ISSN : 2807-3469

Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi II). EGC.

Somantri & Irman. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Salemba Medika.

Suriadi & Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Sagung Seto.

Udin, M. F. (2019). penyakit respirasi pada anak. UB Press.

Werdhani, R. (2013). Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis.


Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, Dan Keluarga FKUI, 1–
18.

WHO. (2019).

Widodo, W., & Diyah Pusporatri, S. (2020). Literatur Review : Penerapan Batuk
Efektif dan Fisioterapi Dada Untuk Mengatasi Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas Pada Klien Yang Mengalami Tuberculosis (TBC). Nursing
Science Journal (NSJ), 1(2), 1–5.

Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.

Wilkinson & Ahern. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 9). Buku
Kedokteran EGC.

81
LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) FISIOTERAPI DADA


DAN BATUK EFEKTIF
PENGERTIAN Tindakan untuk melepaskan secret dari saluran nafas
bagian bawah
TUJUAN 1. Membebaskan jalan napas dari akumulasi secret
2. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi sekret
KEBIJAKAN Klien dengan akumulasi secret pada saluran nafas bagian
bawah
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Kertas tissue
2. Bengkok
3. Perlak / alas
4. Sputum pot berisi desinfektan
5. Air minum hangat
PROSEDUR A. Tahap Prainteraksi
PELAKSANAAN 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mengatur posisi sesuai daerah gangguan paru
3. Memasang perlak / alas dan bengkok (di pangkuan
pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur
miring)

82
4. Melakukan clapping dengan cara tangan perawat
menepuk punggung pasien secara bergantian
5. Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan
sebentar, kedua tangan perawat di punggung
pasien
6. Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada
saat yang bersamaan tangan perawat melakukan
vibrasi
7. Meminta pasien menarik nafas, menahan nafas,
dan membatukkan dengan kuat
8. Menampung lendir dalam sputum pot
9. Melakukan auskultasi paru
10. Menunjukkan sikap hati-hati dan memperhatikan
respon pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

83
RIWAYAT HIDUP

Nurma, lahir di Oting kelurahan Balanipa kecamatan


Balanipa kabupaten Polewali Mandar, pada tanggal 26 Oktober
1998. Penulis merupakan anak kedua dari 5 bersaudara yang
merupakan buah kasih sayang dari pasangan suami istri Abdullah
dan Rukiah. Pada tahun 2004 penulis memulai pendidikan
pertamanya di MI Yayasan Perama Oting dan selesai pada tahun
2010. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Balanipa dan selesai
pada tahun 2013. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Tinambung dan selesai pada tahun 2016. Di tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Makassar yaitu di Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar dengan mengambil jurusan S1 Keperawatan dan selesai pada tahun
2020. Selanjutnya pada tahun 2021 penulis melanjutkan lagi pendidikan di Universitas
yang sama dengan mengambil jurusan profesi ners dan selesai pada tahun 2022. Dengan
ucapan Alhamdulillah penulis saat ini telah selesai mengerjakan studi dan mendapatkan
gelar ners.

84

Anda mungkin juga menyukai