Anda di halaman 1dari 92

KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. E DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG RAWAT INAP
NEUROLOGI RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2022

OLEH :

RAFID RAHMAN DHANA


NIM: 1914401182

PRORGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. E DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG RAWAT INAP
NEUROLOGI RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2022

LAPORAN STUDI KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III Keperawatan Di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Perintis Indonesia

OLEH :

RAFID RAHMAN DHANA


NIM: 1914401182

PRORGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2022

2
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2022

Rafid Rahman Dhana


1914401182

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. E DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG RAWAT INAP
NEUROLOGI RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN
2022

vii + V BAB + 82 Halaman + 10 Tabel + 1 Skema + 2 Lampiran

Abstrak

Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan harus selalu dipenuhi dengan segera.
Tanpa adanya oksigen yang cukup, sel dalam tubuh akan mengalami kerusakan
bahkan kematian. Sebagai contoh organ otak. Otak adalah suatu organ yang
sensitive akan kurangnya oksigen. Otak mampu menoleransi kurangnya oksigen
dalam jangka waktu tiga sampai lima menit. Apabila lebih dari itu, sel otak akan
mengalami kerusakan secara permanen (Haswita & Sulistyowati, 2017). Tujuan
dari karya ilmiah imni untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan
proses dan Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit Achmad Muchtar Bukittinggi
pada Tahun 2022. Metode yang digunakan yaitu melakukan kegiatan studi kasus
yang mana melakukan pengkajian, penegakkan diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi. Dari hasil karya ilmiah ini ditemukan data pada pasien Tn.E yaitu
pasien mengatakan nafas terasa sesak, pasien mengatakan batuk berdahak, pasien
mengatakan nyeri dada, sulit untuk mengeluarkan dahak, pasien merasa sesak
apabila beraktivitas dan kadang terasa pusing, pasien mengatakan tubuhnya terasa
lemah. Pasien tampak batuk, pasien tampak lemah, dahak sulit dikeluarkan, suara
nafas ronchi, dahak berwarna kekuningan. Dari hasil pengkajian yang dilakukan
dapat ditemukan adanya masalah kesehatan pada pasien Tn.E yaitu Bersihan jalan
tidak efektif, Gangguan pertukaran gas, dan inyoleransi aktifitas. Berdasarkan
masalah yang didapat maka disusun intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil. Setelah melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien terkhususnya pasien gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi perawat ruangan dapat melakukan intervensi dan
bekerjasama dengan perawat lain sesuia dengan yang sudah penulis lakukan
secara kontiniu agar dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang optimal.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Gangguan Pemenuhan Kebutuhan


Oksigenasi
Referensi : 13 (2008-2021)

3
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang

berjudul “Asuhan Keperawatan kepada PasIen Tn. E dengan Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Oksugenasi di Ruangan Neurologi RSUD

Dr.Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2022”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pembimbing

yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Selanjutnya penulis ucaokan terima kasih kepada :

3.1 Bapak Yendrizal Jafri, S. Kp., M. Biomed selaku Rektor Universitas

Perintis Indonesia.

3.2 Bapak Dr. rer. nat. Ikhwan Resmala Sudji, S. Si, M. Si. selaku Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia.

3.3 Ibu Ns. Endra Amalia, M. Kep selaku Ketua Program Studi Diploma III

Keperawatan Universitas Perintis Indonesia

i
3.4 Ibu Ns. Lisa Mustika Sari, M. Kep selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan dengan penuh kesabaran dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah.

3.5 Ibu Ns. Rinawati Kasrin, M. Kep selaku Penguji 1 dan pembimbing

perbaikan yang telah banyak memberikan bimbingan serta masukan

dengan penuh kesabaran.

3.6 Ibu Ns.Darna, S. Kep selaku pembimbing klinik di Ruangan neurologi

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittingi yang telah banyak memberikan

bimbingan serta masukan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah

3.7 Pimpinan beserta staf RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittingi, Sumatra

Barat yang telah membantu dalam pembuatan laporan kasus ini.

3.8 Kepada bapak dan ibu staf dosen prodi Diploma III Keperawatan

Universitas Perintis Indonesia.

Selanjutnya, Saya sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada

karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa

kami harapkan demi kesempurnaan karya kami. Semoga karya ilmiah ini dapat

membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang Asuhan

Keperawatan kepada PasIen Tn. A dengan Cerebral Palsy di Ruangan Neurologi

RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2022.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bukittinggi, Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR SKEMA..........................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................3
1.3 Manfaat.................................................................................................4
1.3.1 Bagi Pelayanan Kesehatan...........................................................4
1.3.2 Pasien dan Keluarga Pasien.........................................................4
1.3.3 Mahasiswa...................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Konsep Dasar Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen..................5
2.1.1 Pengertian Oksigenisasi...............................................................5
2.1.2 Proses Oksigenisasi.....................................................................6
2.1.3 Terapi Oksigenisasi.....................................................................9
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Pernafasan..............12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................16
2.2.1 Pengkajian....................................................................................17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................22
2.2.3 Intervensi ....................................................................................23
2.2.4 Implementasi................................................................................36
2.2.5 Evaluasi........................................................................................36

iii
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian.............................................................................................38
3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................51
3.3 Intervensi..............................................................................................52
3.4 Implementasi dan Evaluasi...................................................................59

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.............................................................................................71
4.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................72
4.3 Intervensi..............................................................................................74
4.4 Implementasi.........................................................................................75
4.5 Evaluasi.................................................................................................76

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...........................................................................................78
5.2 Saran.....................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................81
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
DAFTAR SKEMA

Skema genogram..............................................................................................63

v
DAFTAR TABEL

Intervensi Secara Teoritis.................................................................................23

Pemeriksaan Fisik.............................................................................................42

Data Biologis ...................................................................................................44

Pemeriksaan Darah...........................................................................................46

Pemeriksaan Laboratorium...............................................................................47

Analisa Data......................................................................................................50

Intervensi Keperawatan....................................................................................52

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan........................................................59

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan........................................................63

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan........................................................67

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Lembar Konsultasi Bimbingan

Lampiran 2 :Daftar Hadir

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gangguan pemenuhan Kebutuhan

oksigenasi masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab utama

naiknya angka morbiditas dan mortalitas. Kebutuhan oksigen merupakan

kebutuhan dasar fisiologis manusia. Pemenuhan kebutuhan oksigen

merupakan komponen yang paling penting karena bertujuan untuk menjaga

kelangsungan proses metabolisme sel dalam tubuh, mempertahankan

kehidupannya, dan melakukan aktivitas bagi organ dan sel.

Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan harus selalu dipenuhi dengan

segera. Tanpa adanya oksigen yang cukup, sel dalam tubuh akan mengalami

kerusakan bahkan kematian. Sebagai contoh organ otak. Otak adalah suatu

organ yang sensitive akan kurangnya oksigen. Otak mampu menoleransi

kurangnya oksigen dalam jangka waktu tiga sampai lima menit. Apabila lebih

dari itu, sel otak akan mengalami kerusakan secara permanen (Haswita &

Sulistyowati, 2017).

Kurangnya oksigen dalam tubuh juga dapat menyebabkan penurunan berat

badan. Tubuh akan sulit berkonsentrasi karena proses metabolism terganggu

akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah yang akan mengedarkan

makanan ke seluruh tubuh, akibatnya nafsu makan berkurang dan berat badan

mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa oksigen berperan penting

dalam proses metabolism dan kelangsungan hidup manusia.

1
Masalah keperawatan yang sering muncul dalam pemenuhan kebutuhan

oksigenasi yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan pola nafas, dan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Nanda, 2015). Dari beberapa masalah

keperawatan tersebut, ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan

masalah paling urgent yang harus segera mendapatkan penanganan karena

bisa mengancam nyawa .Sumbatan pada jalan nafas merupakan salah satu

gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen asi yang menduduki

peringkat pertama pemicu kematian terbesar yang masih dapat diatasi dengan

berbagai cara. Penolong harus bisa menganalisis gejala dan tanda adanya

sumbatan jalan nafas dan mampu memberikan pertolongan segera dengan

atau tanpa alat bantuan.

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidak efektifan

bersihan jalan nafas antara lain adalah dengan melakukan suction,

mengajarkan batuk efektif, melakukan fisioterapi dada, dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan proses dan

Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit Achmad Muchtar

Bukittinggi Tahun 2022.

2
1.2.2 Tujuan khusus

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. E dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi penulis mampu :

1. Memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada Tn. E dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022.

2. Melaksanakan pengkajian pada Tn. E dengan Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit Achmad Muchtar

Bukittinggi Tahun 2022.

3. Mampu melakukan intervensi pada Tn. E dengan Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit Achmad Muchtar

Bukittinggi Tahun 2022.

4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. E dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022.

5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit Achmad

Muchtar Bukittinggi Tahun 2022.

6. Mampu melakukan pendokumentasian pada Tn. E dengan dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022.

3
1.3 Manfaat

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi

semua pihak yaitu :

1.3.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

1. Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif, kolaborasi dengan disiplin ilmu

kesehatan lainnya seta melibatkan keluarga dalam merawat pasien dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022.

2. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam upaya peningkatan program

keperawatan dalam merawat pasien dengan dengan Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit Achmad Muchtar

Bukittinggi Tahun 2022.

1.3.2 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Pasien dan keluarga pasien mengetahui perawatan dengan dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi.

1.3.3 Bagi Mahasiswa

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi mahasiswa

dalam memberikan dan menyusun Asuhan Keperawatan pada Tn. E

dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru

Rumah Sakit Achmad Muchtar Bukittinggi sebagai salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Keperawatan UPERTIS.

4
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Dasar Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

2.1.1 Pengertian Oksigen

Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan

hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk

proses metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh

dari atmosfer melalui proses bernapas. Pada atmosfer gas selain

oksigen juga terdapat karbondioksida, nitrogen, dan unsur-unsur

lain seperti argon dan helium (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh.

Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5

menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit,

maka terjadi kerusakan sel otak secara permanen. Selain itu

oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan

kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan dalam

metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang

merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara

optimal. Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam

tubuh dengan cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau

memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen

meningkat dalam tubuh.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

5
digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh,

mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel

(Alimul, 2009). Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan

kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen

dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan yang

menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang

sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu

menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit.

Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit,

dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erb

dalam Asmadi 2008).

2.1.2 Proses Oksigenasi

Menurut Alimul Hidayat 2009 mengatakan proses pemenuhan

kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi,

difusi gas, dan transportasi gas.

1) Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari

atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses

ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

a) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,

semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,

demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara

semakin tinggi.

6
b) Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam

Melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.

c) Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli

Yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat

Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (terjadinya rangsangan

Simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi

Dapat terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan

Kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses penyempitan

Dapat terjadi).

d) Refleks batuk dan muntah

e) Adanya peran mukus siliaris sebagai barier atau penangkal

Benda asing yang mengandung interveron dan dapat mengikat

Virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience

Dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru untuk

Mengembang. Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai

Faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat pada lapisan

Alveoli yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan

Adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps

Serta gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi

Peregangan sel alveoli dan disekresi saat kita menarik napas.

Sedangkan recoil adalah kemampuan mengeluarkan CO2 atau

Kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik namun

Recoil terganggu, maka CO2 tidak dapat keluar secara

Maksimal. Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons,

Dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki

7
Kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2

Dalam batas 60 mmHg dapat merangsang pusat pernapasan dan

Bila pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapat

Menyebabkan depresi pusat pernapasan.

2) Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan

Kapiler paru dan CO2 di kapiler alveoli. Proses pertukaran ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru,

tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel

alveoli dan interstitial (keduanya dapat memengaruhi proses difusi

apabila terjadi proses penebalan), perbedaan tekanan dan

konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam

darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari

tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis masuk dalam darah secara

difusi), pCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam

alveoli, dan afinitas gas (kemampuan menembus dan saling

mengikat hemoglobin).

3) Transportasi Gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke

jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses

transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk

oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan

CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin

(30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang

8
berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu curah jantung (cardiac output), kondisi

pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan

darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

(Alimul Hidayat, 2009).

2.1.3 Terapi Oksigenasi

Terapi oksigen pertama kali dipakai dalam bidang kedokteran pada

tahun 1800 oleh Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan oleh

Alvan Barach pada tahun 1920 untuk pasien dengan hipoksemia

dan penyakit paru obstrukif kronik. Terapi oksigen adalah

pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau FiO2 > 21%.

Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan

dan mencegah asidosis respiratorik, mencegah hipoksia jaringan,

menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta

memperthankan PaO2 > 60 mmHg Atau SaO2 > 90%. (Tarwoto &

Wartonah, 2015).Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011),

Pemberian oksigen atau terapi Oksigen dapat dilakukan melalui

metode berikut ini :

1. Sistem aliran rendah

Pemberian oksigen dengan mengggunakan system ini ditujukan

Pada pasien yang membuthkan oksigen tetapi masih mampu

Bernapas normal. Contih pemberian oksigen dengan aliran rendah

Adalah sebagai berikut :

9
a) Nasal kanula, diberikan dengan kontinu aliran 1-6 liter/menit

Dengan konsentrasi oksigen 24-44%.

(1) Keuntungan : toleransi klien baik, pemasangannya mudah, Klien

bebas untuk makan dan minum, harga lebih murah (Asmadi,

2008).

(2) Kerugian : mudah lepas, tidak dapat memberikan Konsentrasi

oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen Berkurang bila klien

bernapas dari mulut, mengiritasi Selaput lender, nyeri sinus

(Asmadi, 2008).

b) Sungkup muka sederhana (simple mask), diberikan kontinu atau

Selang-seling 5-10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40-60%.

(1) Keuntungan : konsentrasi oksigen yang diperoleh lebih Tinggi

dari nasal kanula, system humidifikasi dapat Ditingkatkan

(Asmadi, 2008).

(2) Kerugian : umumnya tidak nyaman bagi klien, membuat Rasa

panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi, aktivitas Makan

dan bicara terganggu, dapat menyebabkan mual dan Muntah

sehingga dapat menyebabkan aspirasi, jika aliran Rendah dapat

menyebabkan penumoukan karbondioksida (Asmadi, 2008)

c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini memiliki

kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan

ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen masuk dari sungkup

melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah

oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekpirasi pada

10
kantong. Aliran oksigen 8-12 liter/menit, dengan konsentrasi 60-

80%.

(1) Keuntungan : konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup

muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender (Asmadi,

2008).

(2) Kerugian : kantong oksigen bisa terlipat, menyebabkan

penumpukan oksigen jika aliran lebih rendah (Asmadi, 2008).

d) Sungkup muka dengan kantong non-rebreathing. Sungkup ini

mempunyai 2 katup; 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan

tertutup pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah

udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada

saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10-12 liter/menit,

konsentrasi oksigen 80-100%.

(1) Keuntungan : konsentrasi oksigen yang diperoleh hampir 100%

karena adanya katup satu arah antara kantong dan sungkup

sehingga kantong mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi

dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi, dan tidak

mengeringkan selaput lender (Asmadi, 2008).

(2) Kerugian : kantong oksigen bisa terlipat, berisiko untuk

terjadinya keracunan oksigen, serta tidak nyaman bagi klien

(Asmadi, 2008).

2. Sistem Aliran Tinggi

Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih

stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat

menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.

11
Contoh dari system aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau

Sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2-15

Liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah

Oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang

Memungkinkan konsentrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,

Misalnya: warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%,

Merah 40%, dan hijau 60%. (Tarwoto & Wartonah, 2015).

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi fungsi pernafasan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) banyak faktor yang

Mempengaruhi fungsi pernafasan misalnya yang berkaitan dengan

Kemampuan ekspansi paru dan diafragma, kemampuan transportasi

Atau perfusi. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah sebagai

Berikut:

1. Posisi tubuh

Pada keadaan duduk atau berdiri pengembangan paru dan

Pergerakan diafragma lebih baik dari pada posisi datar atau

Tengkurap sehingga pernafasan lebih mudah. Ibu hamil atau

tumor Abdomen dan makan sampai kenyang akan menekan

diafragma ke Atas sehingga pernafasan lebih cepat.

2. Lingkungan

Oksigen di atmosfer sekitar 21 %, namun keadaan ini

tergantung Dari tempat atau lingkungannya, contohnya : pada

tempat yang Tinggi, dataran tinggi, dan daerah kutub akan

membuat kadar Oksigen menjadi kurang, maka tubuh akan

12
berkompentensasi Dengan meningkatkan jumlah pernafasan.

Lingkungan yang panas Juga akan meningkatkan pengeluaran

oksigen.

3. Polusi udara

Polusi udara yang terjadi baik karena industry maupun

kendaraan Bermotor berpengaruh terhadap kesehatan paru-

paru dan kadar Oksigen karena mengandung karbon

monoksida yang dapat Merusak ikatan oksigen dengan

hemoglobin. Zat allergen Beberapa zat allergen dapar

mempengaruhi fungsi pernafasan, Seperti makanan, zat kimia,

atau benda sekitar yang kemudian Merangsang membrane

mukosa saluran pernafasan sehingga Mengakibatkan

vasokontriksi atau vasodilatasi pembuluh darah, Seperti pada

pasien asma.

4. Gaya hidup dan kebiasaan

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernafasan

Seperti emfisema, bronchitis, kanker, dan infeksi paru lainnya.

Penggunaan alcohol dan obat-obatan mempengaruhi susunan

saraf Pusat yang akan mendepresi pernafasan sehingga

menyebabkan Frekwensi pernafasan menurun.

5. Nutrisi

Nutrisi mengandung unsure nutrient sehingga sumber energy

dan Untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Protein berperan

13
dalam Pembentukan hemoglobin yang berfungsi mengikat

oksigen untuk Disebarkan ke seluruh tubuh. Jika hemoglobin

berkurang atau Anemia, maka pernafasan akan lebih cepat

sebagai kompensasi Untuk memenuhi kebutuhan oksigen

tubuh.

6. Peningkatan aktivitas tubuh

Aktivitas tubuh membutuhkan metabolism untuk

menghasilkan Energy. Metabolism membutuhkan oksigen

sehingga peningkatan Metabolism akan meningkat kebutuhan

lebih banyak oksigen.

7. Gangguan pergerakan paru

Kemampuan pengembangan paru juga berpengaruh terhadap

Kemampuan kapasitas dan volume paru. Penyakit yang

Mengakibatkan gangguan pengembangan paru di antaranya

adalah Pneumotoraks dan penyakit infeksi paru menahun.

8. Obstruksi saluran pernafasan

Obstruksi saluran pernafasan seperti pada penyakit asma dapat

Menghambat aliran udara masuk ke paru-paru.

Menurut Alimul Hidayat (2009) mengatakan faktor – factor yang

Mempengaruhi kebutuhan oksigenasi sebagai berikut:

14
1. Saraf otonomik

Rangsangan meningeal dan parasimpatik dari saraf otonomis

dapat Mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan

konstruksi. Hal ini Dapat terlihat simpatis maupun

parasimpatis. Ketika terjadi Rangsangan, ujung saraf dapat

mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpais dapat

mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh Pada

bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan

Asetikolin yang berpengaruh pada bronkhokontriksi). Karena

pada Saluran pernafasan terdapat reseptor adrenergic dan

reseptor Koligenik.

2. Hormone dan obat

Semua hormone termasuk derivate catecholamise dapat

Melebarkan saluran pernafasan. Obat yang tergolong

parasimpatis, Seperti sulfas atropine dan ekstrak belladonna,

dapat melebarkan Saluran pernafasan. Sedangkan obat yang

menghambat adregenik Tipe beta (khususnya beta-2), seperti

obat yang tergolong penyakat Beta nonselektif, dapat

memepersempit saluran pernafasan (Bronkhokontriksi).

3. Alergi pada saluran pernafasan

Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain

debu Yang terdapat dalam hawa pernafasan, bulu binatang,

serbuk Benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain.

Faktor – faktor Ini menyebabkan bensin bila terdapat

15
rangsangan di daerah nasal: Batuk bila di saluran pernafasan

bagian atas, bronkhokotriksi pada Asma bronkhiale dan rhinitis

bila terdapat di saluran pernafasan Bagian bawah.

4. Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah

kebutuhan Oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh

berkembang seiring usia Perkembangan. Hal ini dapat terlihat

pada bayi usia premature,Yaitu adanya kecenderungan

kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh

dewasa, kemampuan kematangan organ juga Berkembang

seiring bertambahnya usia.

5. Lingkungan

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen

Seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi

tersebut Mempengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Perilaku

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan

Langkah langkah menurut Varney H, (2007) adalah sebagai

berikut :

Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan

langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

16
2.2.1 Pengkajian

a. Identitas pasien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,

tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.

b. Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan oksigenasi, misalnya pasien merasa sesak nafas, batuk

berdahak.

c. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kondisi seperti : jantung, dm,

hipertensi, asama.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Data data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada

hubungannya dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

c) Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluaraga terhadap

gangguan kesehatan pasien, yaitu apabila penyakit keluarga

yang menyertainya

17
d. Kehidupasn social budaya

Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat

istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien

misalnya ada kebiasaan yang pantang makan

e. Data pengetahuan

Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan pasien tentang

gangguan oksigenasi

f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari

a) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyak nya dan jenias makanan, makanan pantangan

b) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau

serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna

dan jumlah

c) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur mialnya membaca,

mendengarkan music, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,

kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang.

d) Personal hyegine

Dikaji untuk mengetahui apakah psien selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.

18
g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki

menjelaskan pemeriksaan fisik

1. Kepala

Rambut bersih, warna rambut putih, kulit kepala bersih

dan tidak berbau.

Tidak ada nyeri tekan pada area sekitar kepala pasien, dan

tidak teraba adanya pembengkakan.

2. Mata

Simetris Kiri Dan Kanan, Pupil Isokor, Konjungtiva

Anemis, Sklera Putih. Tidak ada nyeri tekan sekitar area

mata.

3. Hidung

Hidung tampak bersih,terpasang oksigen nassal kanul 2

liter/i, Fungsi penciuman normal, mukosa hidung lembab.

Tidak ada nyeri tekan sekitar area hidung.

4. Mulut

bibir simetris, mulut pasien lembab, mukosa bibir basah,

tidak memakai gigi palsu, warna gigi kuning, mulut sedikit

berbau,kelengkapan gigi kurang lengkap, warna lidah

merah muda, fungsi pengecapan normal.

tidak terdapat kelemahan pada rahang atas dan bawah

pasien.

19
5. Telinga

bersih, simetris telinga kiri dan kanan, tidak terdapat secret

berlebih, fungsi pendengaran normal

tidak terdapat nyeri tekan pada areal sekitar telinga.

6. Leher

Inspeksi : bentuk simetris, hasil jvp : 4 cm diatas sudut

sternum

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat

pembengkakan kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe, dan

trakea.

7. Jantung

Ispeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : tidak ada nyeri tekan sekitar dada, frekuensi 100

kali/menit

Perkusi : terdengar pekak

Auskultasi : irama jantung reguler, suara jantung s1 lup s2

dub

8. Pulmonal

Inspeksi : Bentuk dada datar, pergerakan dinding dada sama

kiri kanan, warna kulit saomatang, RR 22 kali/menit, CRT :

<3 detik

Palpasi : tidak ada nyeri pada dada, fremitus kiri dan kanan

sama

Perkusi : perbandingan dinding kiri dan kanan sama

20
Auskultasi : suara nafas normal tidak ada suara nafas

tambahan

9. Abdomen

Inspeksi : simetris, tidak ada bekas operasi

Auskultasi : bising usus normal 8 kali/menit, irama teratur

Palpasi : tympani

Perkusi : tidak ada nyeri tekan pada hepar dan sekitar perut

10. Genetalia : daerah genetalia bersih dan tidak terpasang

kateter

11. Ekstremitas

Pada ekstremitas atas atas terpasang infus rl drip 20tts/12

jam dan kekuatan otot :

5555 5555

5555 5555

ekstremitas : tungkai bawa sebelah kiri reflek babinski

positif

12. Vaskuler perifer CRT : <3 detik

13. Neurologi

- Status mental/GCS : GCS (E4M6V5)

- Saraf kranial : vagus, trigeminus dan hipoglasus

- Motorik : dapat mengikuti perintah

kekuatan otot :

5555 5555

5555 5555

21
- Sensorik : Sensifitas atas dan bawah normal

- Reflek patologis : Babinski positif

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang ditemukan dalam teori 5 Diagnosa

Keperawatan (SDKI 2017) :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret yang tertahan

dibuktikan dengan pasien mengatakan batuk , pasien mengatakan

dahak sulit dikeluarkan, pasien mengatakan sesak nafas apabila

beraktivitas, pasien tampak batuk, pasien tampak sesak nafas ,

pernafasan pasien 24x permenit , suara nafas pasien ronchi.

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler

alveolar dibuktkan dengan pasien mengatakan sesak nafas, pasien

mengatakan sesak nafas apabila beraktifitas, pasien tampak sesak

nafas , pasien menggunakan oksigen nasal canul 2lt, pernafasan

24x permenit.

3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen dibuktikan dengan pasien mengatakan sesak

nafas apabila beraktivitas, pasien mengatakan tubuhnya terasa

lemah, pasien tampak lemah, pasien tampak sesak apabila

beraktivitas.

22
2.2.3 Intervensi

N
Diagnosis Keperawatan Implementasi Intervensi
O

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan Latihan batuk efektif

b.d sekret yang tertahan selama 1x24 jam bersihan jalan nafas tidak
O:
dibuktikan dengan pasien efektif meningkat dg kriteria hasil :
- Identifikasi kemampuan batuk
mengatakan batuk , pasien
1. Batuk efektif meningkat
- Monitor adanya retensi sputu
mengatakan dahak sulit
2. Produksi sputum menurun
- Monitor tanda dan gejala infeksi
dikeluarkan, pasien mengatakan
3. Frekuensi nafas membaik
saluran nafas
sesak nafas apabila beraktivitas,
4. Pola nafas membaik
- Monitor input dan output
pasien tampak batuk, pasien

tampak sesak nafas , pernafasan T:

pasien 24x permenit , suara nafas


- Atur posisi fowler dan semi fowler
pasien ronchi.
- Pasang perlak dan bengkok

23
dipangkuan pasien

- Buang sekret pada tempat sputum

E:

- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk

efektif

- Anjurkan tarik nafas dalam melalui

hidung selama 4 detik , ditahan

selama 2 detik , kemudian

keluarkan dari mulut selama 8

detik

- Anjurkan batuk dengan kuat

setelah taruk nafas dalm yang ke 3

K:

- Kolaborasi pemberian mukolitik

24
atau ekspektoran , jika perlu

Manajemen jalan nafas

O:

- Monitor kecepatan aliran oksigen

- Monitor alat terapi oksigen

- Monitor tingkat kecemasan akibat

terapi oksigen

- Monitor integrasi mukosa hidung

akibat pemasangan oksigen

T:

- Bersihkan secret pada

mulut,hidung dan trachea, jika

perlu

- Pertahankan kepatenan jalan nafas

- Berikan oksigen tambahan, jika

25
perlu

- Tetap berikan oksigen saat pasien

ditransportasi

E:

- Ajarkan pasien dan keluarga cara

menggunakan oksigen dirumah

K:

- Kolaborasi penentuan dosis

oksigen

- Kolaborasi penggunaan oksigen

saat aktivitas atau tidur

2. Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pemantauan respirasi

perubahan membran kapiler 1x24 jam maka gangguan pertukaran gas

26
alveolar dibuktkan dengan pasien meningkat dengan kriteria hasil : O:

mengatakan sesak nafas, pasien


1. Bunyi nafas tambahan - Monitor frekuensi
mengatakan sesak nafas apabila
menurun irama,kedalaman,dan upaya nafas
beraktifitas, pasien tampak sesak
2. Pusing menurun - Monitor pola nafas
nafas , pasien menggunakan
3. Nafas cuping hidung menuru - Monitor kemampuan batuk efektif
oksigen nasal canul 2lt,
4. Pola nafas membaik - Monitor adanya produksi sputum
pernafasan 24x permenit.
5. Warna kulit membaik - Monitor adanya sumbatan jalan

nfas

- Monitor saturasi oksigen

T:

- Atur interval waktu pemantauan

respirasi sesuai kondisi pasien

- Dokumentasi

E:

- Jelaskan tujuan dan prosedur

27
pemantauan

Terapi oksigen

O:

- Monitor kecepatan aliran oksigen

- Monitor posisi alat terapi oksigen

- Monitor kemampuan melepaskan

oksigen saat makan

- Monitor tanda tanda hipoventilasi

- Monitor tingkat kecemasan akibat

terapi oksigen

T:

- Bersihkan sekret pada mulut dan

hidung, jika perlu

- Pertahankan kepatenan japan nafas

28
E:

- Ajarkan pasien dan keluarga

menggunakan oksigen dirumah

K:

- Kolaborasi penentuan dosis

oksigen

- Kolaborasi penggunaan oksigen

saat aktifitas dan tidur

3. Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Menajemen energi

ketidakseimbangan antara suplai selama 1x 24jam intoleransi aktifitas


O:
dan kebutuhan oksigen dibuktikan meningkat dg kriteria hasil :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
dengan pasien mengatakan sesak
1. Saturasi oksigen meningkat
yang mengakibatkan kelelahan
nafas apabila beraktivitas, pasien
2. Kemudahan dalam melakukan
- Monitor kelelahan fisik dan
mengatakan tubuhnya terasa

29
lemah, pasien tampak lemah, aktifitas sehari-hari meningkat emosional

pasien tampak sesak apabila 3. Keluhan lelah menurun - Monitor pola dan jam tidur

beraktivitas. 4. Perasaan lemah menurun - Monitor lokasi dan

5. Warna kulit membaik ketidaknyamanan selama

6. Tekanan darah membaik melakukan aktifitas

7. Frekuensi napas membaik


T:

- Sediakan lingkungan nyaman dan

rendah stimulus

- Lakukan rentang gerak pasif dan

aktif

E:

- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan aktifitas

secara bertahap

- Anjurkan me nghubungi perawat

30
jika tanda dan gejala kelelahan

tidak berkurang

- Ajarkan strategi koping untung

mengurangi kelelahan

K:

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

cara meningkatkan asupan

makanan

Terapi aktifitas

O:

- Identifikasi deficit tingkat aktivitas

- Identifikasi kemampuan

berpartisipasi dalam aktivotas

tertentu

31
- Identifikasi sumber daya untuk

aktivitas yang diinginkan

- Identifikasi strategi meningkatkan

partisipasi dalam aktivitas

- Identifikasi makna aktivitas rutin

(mis. bekerja) dan waktu luang

- Monitor respon emosional, fisik,

social, dan spiritual terhadap

aktivitas

T:

- Fasilitasi focus pada kemampuan,

bukan deficit yang dialami

- Sepakati komitmen untuk

meningkatkan frekuensi

danrentang aktivitas

32
- Fasilitasi memilih aktivitas dan

tetapkan tujuan aktivitas yang

konsisten sesuai kemampuan fisik,

psikologis, dan social

- Koordinasikan pemilihan aktivitas

sesuai usia

- Fasilitasi makna aktivitas yang

dipilih

- Fasilitasi transportasi untuk

menghadiri aktivitas, jika sesuai

- Fasilitasi pasien dan keluarga

dalam menyesuaikan lingkungan

untuk mengakomodasikan aktivitas

yang dipilih

- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.

ambulansi, mobilisasi, dan

33
perawatan diri), sesuai kebutuhan

- Fasilitasi aktivitas pengganti saat

mengalami keterbatasan waktu,

energy, atau gerak

- Fasilitasi akvitas motorik kasar

untuk pasien hiperaktif

- Tingkatkan aktivitas fisik untuk

memelihara berat badan, jika

sesuai

- Fasilitasi aktivitas motorik untuk

merelaksasi otot

- Fasilitasi aktivitas dengan

komponen memori implicit dan

emosional (mis. kegitan

keagamaan khusus) untuk pasien

34
dimensia, jika sesuai

35
2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama

dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan

situasi yang membutuhkan tambahan beragam dan

mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan praktik terdiri

atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor

(teknis).Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi atau

perencanaan yang telah dibuat.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan

dimana perawat menilai kembali keefektifan dan keberhasilan atas

tindakan yang telah diberikan kepada pasien.

SOAP adalah yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Metode

4 langkah yang dinamakan SOAP ini dipakai untuk

mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dalam catatan

kemajuan.

 S (Subjectif) : data subjektif berisi data dari pasien melalui

anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.

36
 O (Objektif) : data objektif data yang tampak dari observasi

melalui pemeriksaan fisik.

 A (Assessment) : analisis dan interprestasi berdasarkan data

yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi

diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta

tindakan segera.

 P (Plan) : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang

akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis

atau laboraturium serta konseling untuk tindak lanjut.

37
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

Tanggal MRS : 8 Mei 2022

Ruangan : Ruang Paru

No. Rek. Medis : 277135

Dx. Medis : PPOK

Tgl/Jam Pengkajian : 11 Mei 2022/ 09:00 Wib

Nama : Tn. E

Umur : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Minang

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tani

Status : Kawin

Alamat : Tiaga IV, Pakan Sinayan

Penanggung Jawab : Istri

Nama : Ny. E

38
Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Guru

Alamat : Tiaga IV, Pakan Sinayan

3.1.2 Alasan Masuk

Pasien masuk RSUD Dr.Achmad Mochtar melalui IGD pada tanggal 8

Mei 2022 pukul 22 : 00 WIB, dengan keluhan sesak nafas, nyeri dada

dan batuk berdahak, dan sulit mengeluarkan dahaknya, pasien merasa

sesak apabila beraktivitas, pasien mengatakan kadang terasa pusing,

pasien mengatakan tubuhnya terasa lemah

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11 Mei 2022 pukul 09:00

WIB, pasien mengatakan nafas terasa sesak, pasien mengatakan

batuk berdahak, pasien mengatakan nyeri dada, sulit untuk

mengeluarkan dahak, pasien merasa sesak apabila beraktivitas dan

kadang terasa pusing, pasien mengatakan tubuhnya terasa lemah

Pasien tampak batuk, pasien tampak lemah, dahak sulit dikeluarkan,

suara nafas ronchi, dahak berwarna kekuningan.

Dari hasil pemeriksaan tingakat kesadaran compos mentis, GCS (E4

M6 V5) pasien terpasang oksigen nassal kanul 2 liter/I dan terpasang

infus RL Drip 20jam/kolov.

TTV

TD :160/90 mmhg

39
N : 100 x/l

S : 37,0 ◦C

RR : 24 x/l

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

keluarga mengatakan pasien belum pernah dirawat dirumah sakit,

pasien pernah mengalami sakit panas tetapi hanya dirawat dirumah.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien dan tidak ada

menderita penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, penyakit

menular (seperti hepatitis) dan penyakit kejiwaan.

40
Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal Serumah

: Meninggal

41
3.1.3 Pemeriksaan Fisik

TTV TD : 160/90
N : 100x/I
RR : 24x/I
S : 37,0 °C
Kepala I : Rambut bersih, warna rambut putih,
kulit kepala bersih dan tidak berbau.
P : Tidak ada nyeri tekan pada area sekitar
kepala pasien, dan tidak teraba adanya
pembengkakan.
Mata I : Simetris Kiri Dan Kanan, Pupil Isokor,
Konjungtiva Anemis, Sklera Putih.
P : Tidak ada nyeri tekan sekitar area mata.
Hidung I : Hidung tampak bersih,terpasang oksigen
nassal kanul 2 liter/i, Fungsi penciuman
normal, mukosa hidung lembab.
P : Tidak ada nyeri tekan sekitar area
hidung.
Mulut I : bibir simetris, mulut pasien lembab,
mukosa bibir basah, tidak memakai gigi
palsu, warna gigi kuning, mulut sedikit
berbau,kelengkapan gigi kurang
lengkap, warna lidah merah muda,
fungsi pengecapan normal.
P : tidak terdapat kelemahan pada rahang
atas dan bawah pasien
Telinga I : bersih, simetris telinga kiri dan kanan,
tidak terdapat secret berlebih, fungsi
pendengaran normal
p : tidak terdapat nyeri tekan pada areal
sekitar telinga
Leher I : bentuk simetris, hasil jvp : 4 cm diatas
sudut sternum
P : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
pembengkakan kelenjar tiroid, dan
kelenjar limfe, dan trakea.
Jantung I : ictus cordis tidak terlihat
P: tidak ada nyeri tekan sekitar dada,
frekuensi 100 kali/menit
P : terdengar pekak
A : irama jantung reguler, suara jantung s1
lup s2 dub

42
Pulmonal
I : Bentuk dada datar, pergerakan dinding
dada sama kiri kanan, warna kulit
saomatang, RR 22 kali/menit, CRT :
<3 detik
P : tidak ada nyeri pada dada, fremitus kiri
dan kanan sama
P : perbandingan dinding kiri dan kanan
sama
A : suara nafas normal tidak ada suara nafas
tambahan
Abdomen
I : simetris, tidak ada bekas operasi
A : bising usus normal 8 kali/menit, irama
teratur
P : tympani
P : tidak ada nyeri tekan pada hepar dan
sekitar perut
Genitalia I : daerah genetalia bersih dan tidak
terpasang kateter
Ekstremitas Pada ekstremitas atas terpasang infus RL
drip 20tts/12 jam dan kekuatan otot :

5555 5555
5555 5555

ekstremitas : tungkai bawa sebelah kiri


reflek babinski positif
Vaskuler perifer CRT (Capillary refill time): <3 detik
Neurologi
 Status mental/GCS - GCS (E4M6V5)
 Saraf kranial - vagus, trigeminus dan hipoglasus
 Motorik - dapat mengikuti perintah
kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
 Sensorik
 Reflek patologis - Sensifitas atas dan bawah normal
- Babinski positif

43
3.1.4 Data Biologis

NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT


1. Makan Makan Makan
 Menu - nasi + lauk pauk - Susu dan bubur
 Porsi - seporsi - Seporsi
 Makanan Kesukaan - Ikan goreng,ikan - Tidak ada
 Pantangan kering - Tidak ada
- Tidak ada

Minum Minum Minum


 Jumlah - 6 gelas - 2 gelas
 Minuman kesukaan - Teh manis - Tidak ada
- Tidak ada - Tidak ada
 Pantangan
2. Eliminasi
BAB BAB BAB
 Frekuensi - 1 kali sehari - 1 kali sehari
 Warna - Kuning - Kuning
 Bau - Khas - Khas
 Konsistensi - Padat - Cair
 Kesulitan - Tidak ada - Tidak ada

BAK BAK BAK


- 5 kali sehari - 3 kali sehari
 Frekuensi
- Kuning - Kuning
 Warna
- Khas - Khas
 Bau - Cair - Cair
 Konsistensi - Tidak ada - Tidak ada
 Kesulitan

 Jumlah - Tidak ditanya - Tidak ditanya

3. Personal Hygiene
 Mandi - 2 kali sehari - 1 kali sehari
 Cuci Rambut - 1 kali 2 hari - 1 kali 2 hari
 Gosok gigi - 2 kali sehari - 1 kali 2 hari
 Potong kuku - 2 kali seminggu - Tidak ada
4. Istirahat dan Tidur
 Waktu Tidur - Malam - Malam dan
terkadang siang hari siang hari
 Lama tidur - 6 jam - ±2 jam sering
terbangun

44
 Hal yang - Keheningan - Tidak ada
mempermudah tidur
 Keluhan - Tidak ada - Tidak ada

3.1.5 Riwayat Alergi


Keluarga mengatakan pasien tidak perna mengalami alergi terhadap
obat-obatan maupun makanan.
3.1.6 Data Psikologis

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien, pasien mengatakan masih

tidak percaya akan penyakit yang dialaminya, keluarga pasien berharap

agar pasien cepat sembuh dari penyakitnya.

3.1.7 Data Sosial dan Ekonomi

Pada saaat sehat pasien selalu mengikuti acara kegiatan dalam

masyarakat pasien merupakan ayah dari 4 orang anak dan seorang istri.

Pendapatan keluarga diperoleh dari pasien yang merupakan seorang

petani, pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-

hari. Saat pasien sakit pasien tidak mampu lagi mengurus pekerjaannya,

ekonomi keluarga pasien lebih banyak digunakan untuk pengobatan

pasien.

3.1.8 Pola Keyakinan –Nilai

Pada waktu sehat pasien tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu,

pasien mengatakan hanya kepada ALLAH SWT kita bisa memohon

kesembuhan atas cobaan yang sekarang diberikan, dan hanya kepada

ALLAH kita bisa memohon pertolongan selama didunia. Sekarang

pasien selalu berdoa atas kesembuhan.

45
3.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap : 9 Mei 2022

Paramete Result Satuan Range Normal Remark


r

WBC 9,08 109/L 4.1 – 11

LYM% 14,02 % 13 - 40

MO% 11,32 % 2 - 11 Tinggi

EO% 6,94 % 0-5 Tinggi

RBC 5.63 1012/L 4.5 - 5.9

HGB 13,64 g/dl 13,5 – 17,5

HCT 46,6 % 41 – 53

MCV 82,77 fL 80 – 100

MCH 24,22 Pg 26 – 34

MCHC 29,26 g/dl 31 – 36 Rendah

PLT 203,70 109/L 150-440

Laboratorium : 9 Mei 2022

Hematologi Hasil Satua Standar


n Normal
1 2 3 4

46
IMUNOLOGI
SARS-CoV-2- Negatif Negatif
Antigen test
KIMIA KLINIK
Creatinin 0.41 (L) mg/Dl 0.67-1.17
Glukosa Sewaktu 145 mg/Dl 80-120
(H)
Pemeriksaan Elektrolit
SGOT 38 (H) U/L <35

3.1.10 Therapy

A. Terapi farmakologis ( tanggal 10 Mei 2022 )

a. O2 3 lpm nasal canul

b. Methylprednisone 62.5mg tiap 12 jam intra vena

c. Nebulizer Combivent tiap 6 jam

d. IVFD NaCl 0.9 % ~ 20 tpm

e. Lansoprazole 1 x 30 mg IV

f. Acitral 3 x 15 ml

g. KCL drip 25 meq ~ 20 tpm

h. Paracetamol 500mg tiap 8 jam intra oral

B. Terapi Edukasi

a. Memberikan informasi tentang penyakit dan gejala

perburukan pasien pada pasien dan keluarganya secara

lengkap.

b. Memberikan edukasi tentang obat yang diminum kepada

47
pasien dan keluarga pasien

c. Mengedukasi keluarga pasien untuk menjaga higienitas

pasien dan lingkungan rumah.

d. Mengedukasi keluarga pasien untuk menjaga asupan nutrisi

yang bergizi baik dan seimbang dan sesuai dengan diet pada

penyakit infeksi paru.

C. Terapi aktivitas

Mobilliasi pasien.

D. Terapi psikososial

a. KIE keluarga tentang keadaaan pasien

b. Dukungan keluarga, lingkungan, dan masyarakat

c. Penyediaan ruangan yang aman bagi lansia,

memperhatikan nutrisi penderita dan meningkatkan

waktu komunikasi terhadap penderita untuk

mengurangi depresi

d. Berikan informasi tentang penyakitnya secara lengkap.

e. Berikan edukasi tentang obat yang diminum.

f. Menjaga asupan nutrisi yang bergizi baik dan seimbang.

48
E. Data Fokus

Data Subjektif

1. Pasien mengatakan sesak nafas

2. Pasien mengatakan nyeri dada

3. Pasien mengatakan batuk berdahak

4. Pasien mengatakan sulit untuk mengeluarkan dahak

5. Pasien mengatakan terasa sesak apabila beraktifitas

6. Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemah

Data Obejktif

1. Pasien tampak lemah

2. pasien tampak sesak nafas

3. Pasien tampak terpasang oksigen nasal canul

4. Pasien tampak batuk

5. Pasien tampak sulit mengeluarkan dahaknya

6. Suara nafas normal tidak ada suara nafas tambahan

7. Dahak berwarna kekuningan

8. TTV :

- TD : 160/90 mmHg

- S : 37,0°C

- N : 100 kali/menit

- RR : 24 kali/menit

49
F. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1 Data subjektif : Bersihan jalan Sekret yang


nafas tidak efektif tertahan
-Pasien mengatakan
batuk
- Pasien mangatakan
dahak sulit dikeluarkan
- Pasien mangatakan
sesak nafas apabila
beraktivitas
Data objektif :
- Pasien tampak batuk
- Pernafasan
24x/permenit
- Pasien tampak sesak
nafas
- Suara nafas ronchi

2 Data subjektif : Gangguan Perubahan


pertukaran gas membran kapiler
- Pasien mengatakan alveolar
sesak nafas
- Pasien mengatakan
sesak nafas apabila
beraktivitas
Data objektif :
- Pernafasan 24x
permenit
- Pasien tampak sesak
nafas
- Pasien menggunakan
oksigen nasal canul 2lt

3 Data Subjektif : Intoleransi Ketidakseimbangan


- Pasien mengatakan Aktivitas antara suplai dan
sesak nafas kebutuhan oksigen
- Pasien mengatakan
sesak nafas apabila
beraktivitas
- Pasien mengatakan
tubuhnya terasa lemah
-
Data objektif :

50
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak sesak
- Pasien tampak sesak
apabila beraktifitas

3.2 Diagnosis Keperawatan

Masalah Keperawatan Prioritas

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret yang tertahan

dibuktikan dengan pasien mengatakan batuk , pasien mengatakan

dahak sulit dikeluarkan, pasien mengatakan sesak nafas apabila

beraktivitas, pasien tampak batuk, pasien tampak sesak nafas ,

pernafasan pasien 24x permenit , suara nafas pasien ronchi.

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveolar

dibuktkan dengan pasien mengatakan sesak nafas, pasien

mengatakan sesak nafas apabila beraktifitas, pasien tampak sesak

nafas , pasien menggunakan oksigen nasal canul 2lt, pernafasan

24x permenit.

3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen dibuktikan dengan pasien mengatakan sesak

nafas apabila beraktivitas, pasien mengatakan tubuhnya terasa

lemah, pasien tampak lemah, pasien tampak sesak apabila

beraktivitas.

51
3.3 Intervensi Keperawatan (SIKI edisi 1)

N Diagnosis Luaran Keperawatan


Intervensi Keperawatan
O Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil)

1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk efektif


tidak efektif b.d keperawatan selama 1x24 jam
sekret yang tertahan bersihan jalan nafas tidak efektif O:
dibuktikan dengan meningkat dg kriteria hasil :
- Identifikasi
pasien mengatakan
1. Batuk efektif meningkat kemampuan batuk
batuk , pasien
2. Produksi sputum menurun - Monitor adanya
mengatakan dahak
3. Frekuensi nafas membaik retensi sputu
sulit dikeluarkan,
4. Pola nafas membaik - Monitor tanda dan
pasien mengatakan
gejala infeksi saluran
sesak nafas apabila
nafas
beraktivitas, pasien
- Monitor input dan
tampak batuk, pasien
output
tampak sesak nafas ,
pernafasan pasien T:
24x permenit , suara
nafas pasien ronchi. - Atur posisi fowler
dan semi fowler
- Pasang perlak dan
bengkok dipangkuan
pasien
- Buang sekret pada
tempat sputum
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik ,
ditahan selama 2
detik , kemudian
keluarkan dari mulut
selama 8 detik
- Anjurkan batuk
dengan kuat setelah
taruk nafas dalm
yang ke 3
K:
- Kolaborasi
pemberian mukolitik

52
atau ekspektoran ,
jika perlu
Manajemen jalan nafas
O:
- Monitor kecepatan
aliran oksigen
- Monitor alat terapi
oksigen
- Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
- Monitor integrasi
mukosa hidung
akibat pemasangan
oksigen
T:
- Bersihkan secret
pada mulut,hidung
dan trachea, jika
perlu
- Pertahankan
kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
- Tetap berikan
oksigen saat pasien
ditransportasi
E:
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen dirumah
K:
- Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas atau
tidur

53
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan intervensi Pemantauan respirasi
gas b.d perubahan keperawatan 1x24 jam maka
membran kapiler gangguan pertukaran gas meningkat O:
alveolar dibuktkan dengan kriteria hasil :
- Monitor frekuensi
dengan pasien
1. Bunyi nafas tambahan irama,kedalaman,dan
mengatakan sesak
menurun upaya nafas
nafas, pasien
2. Pusing menurun - Monitor pola nafas
mengatakan sesak
3. Nafas cuping hidung menuru - Monitor kemampuan
nafas apabila
4. Pola nafas membaik batuk efektif
beraktifitas, pasien
5. Warna kulit membaik - Monitor adanya
tampak sesak nafas ,
produksi sputum
pasien menggunakan
- Monitor adanya
oksigen nasal canul
sumbatan jalan nfas
2lt, pernafasan 24x
- Monitor saturasi
permenit.
oksigen
T:
- Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Terapi oksigen
O:
- Monitor kecepatan
aliran oksigen
- Monitor posisi alat
terapi oksigen
- Monitor kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
- Monitor tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
T:
- Bersihkan sekret

54
pada mulut dan
hidung, jika perlu
- Pertahankan
kepatenan japan
nafas
E:
- Ajarkan pasien dan
keluarga
menggunakan
oksigen dirumah
K:
- Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktifitas dan
tidur
-

3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan intervensi Menajemen energi


b.d keperawatan selama 1x 24jam
ketidakseimbangan intoleransi aktifitas dg kriteria hasil : O:
antara suplai dan
1. Saturasi oksigen meningkat - Identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen
2. Kemudahan dalam melakukan fungsi tubuh yang
dibuktikan dengan
aktifitas sehari-hari meningkat mengakibatkan
pasien mengatakan
3. Keluhan lelah menurun kelelahan
sesak nafas apabila
4. Perasaan lemah menurun - Monitor kelelahan
beraktivitas, pasien
fisik dan emosional
mengatakan tubuhnya
5. Warna kulit membaik - Monitor pola dan jam
terasa lemah, pasien
tidur
tampak lemah, 6. Tekanan darah membaik - Monitor lokasi dan
pasien tampak sesak 7. Frekuensi napas membaik ketidaknyamanan
apabila beraktivitas.
selama melakukan
aktifitas
T:
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukan rentang
gerak pasif dan aktif
E:

55
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara
bertahap
- Anjurkan me
nghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping untung
mengurangi
kelelahan
K:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Terapi aktifitas

O:

- Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
- Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
- Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
- Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
- Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu
luang
- Monitor respon
emosional, fisik,
social, dan spiritual
terhadap aktivitas

T:

56
- Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan
deficit yang dialami
- Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi danrentang
aktivitas
- Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan social
- Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasikan
aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas
fisik rutin (mis.
ambulansi,
mobilisasi, dan
perawatan diri),
sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
- Fasilitasi akvitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
- Tingkatkan aktivitas
fisik untuk
memelihara berat
badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas
motorik untuk

57
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas
dengan komponen
memori implicit dan
emosional (mis.
kegitan keagamaan
khusus) untuk pasien
dimensia, jika sesuai

58
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/
No Dx Keperawatan Tanggal Implementasi Jam Evaluasi Paraf

1. Bersihan jalan nafas Rabu 11 O : 09.00 S:


tidak efektif b.d mei 2022 - Meidentifikasi WIB - Pasien mengatakan batuk
sekret yang tertahan kemampuan batuk - Pasien mengatakan dahak
dibuktikan dengan - Memonitor adanya sulit dikeluarkan
pasien mengatakan retensi sputu - Pasien mengatakan sesak
batuk , pasien - Memonitor tanda dan napas apabila beraktifitas
mengatakan dahak gejala infeksi saluran O:
sulit dikeluarkan, nafas - Pasien tampak batuk
pasien mengatakan - Memonitor input dan - Pernafasan 24x/i
sesak nafas apabila output - Pasien tampak sesak
beraktivitas, pasien - Suara nafas ronchi
tampak batuk, pasien T:
tampak sesak nafas , - Mengatur posisi A : masalah belum teratasi
pernafasan pasien fowler dan semi P : intervensi dilanjutkan
24x permenit , suara fowler
nafas pasien ronchi. - Memasang perlak dan
bengkok dipangkuan
pasien
- Membuang sekret
pada tempat sputum
E:
- Menjelaskan tujuan
dan prosedur batuk

59
efektif
- Menganjurkan tarik
nafas dalam melalui
hidung selama 4
detik , ditahan selama
2 detik , kemudian
keluarkan dari mulut
selama 8 detik
- Menganjurkan batuk
dengan kuat setelah
taruk nafas dalm yang
ke 3
K:
- Mengkolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran , jika
perlu
2. Gangguan pertukaran Rabu 11 O: S:
gas b.d perubahan mei 2022 - Monitor frekuensi - Pasien mengatakan sesak
membran kapiler irama,kedalaman,dan nafas
alveolar dibuktkan upaya nafas - Pasien mengatakan sesak
dengan pasien - Monitor pola nafas nafas apabila beraktifitas
mengatakan sesak - Monitor kemampuan O:
nafas, pasien batuk efektif - Pernafasan 24x permenit
mengatakan sesak - Monitor adanya - Pasien tampak sesak
nafas apabila produksi sputum napas
beraktifitas, pasien - Monitor adanya - Pasien menggunakan
tampak sesak nafas , sumbatan jalan nfas oksigen nasal canul 2t

60
pasien menggunakan - Monitor saturasi A : masalah belum teratasi
oksigen nasal canul oksigen P : Intervensi dilanjutkan
2lt, pernafasan 24x T:
permenit. - Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

3 Intoleransi aktifitas Rabu 11 O: S:


b.d mei 2022 - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan sesak
ketidakseimbangan gangguan fungsi tubuh nafas
antara suplai dan yang mengakibatkan - Pasien mengatakan sesak
kebutuhan oksigen kelelahan napas apabila beraktifitas
dibuktikan dengan - Memonitor kelelahan - Pasien mengatakan
pasien mengatakan fisik dan emosional tubuhnya terasa lemah
sesak nafas apabila - Memonitor pola dan O:
beraktivitas, pasien jam tidur - Pasien tampak lemah
mengatakan tubuhnya - Memonitor lokasi dan - Pasien tampak sesak
terasa lemah, pasien ketidaknyamanan - Pasien tampak sesak apabila
tampak lemah, selama melakukan beraktifitas
pasien tampak sesak aktifitas
apabila beraktivitas. T: A : Masalah teratasi sebagian
- Menyediakan P : Intervensi dialanjutkan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus

61
- Melakukan rentang
gerak pasif dan aktif
E:
- Menganjurkan tirah
baring
- Menganjurkan
melakukan aktifitas
secara bertahap
- Menganjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Mengajarkan strategi
koping untung
mengurangi kelelahan
K:
- Mengkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

62
Hari/
No Dx Keperawatan Tanggal Implementasi Jam Evaluasi Paraf

1. Bersihan jalan nafas Kamis 12 O : Pukul S:


tidak efektif b.d mei 2022 - Meidentifikasi 10.00 - Pasien mengatakan batuk
sekret yang tertahan kemampuan batuk WIB - Pasien mengatakan dahak
dibuktikan dengan - Memonitor adanya sudah mulai berkurang
pasien mengatakan retensi sputu sejak dilakukan batuk
batuk , pasien - Memonitor tanda dan efektif
mengatakan dahak gejala infeksi saluran - Pasien mengatakan sesak
sulit dikeluarkan, nafas napas apabila beraktifitas
pasien mengatakan - Memonitor input dan O:
sesak nafas apabila output - Pasien tampak batuk
beraktivitas, pasien - Pernafasan 24x/i
tampak batuk, pasien T: - Pasien tampak sesak
tampak sesak nafas , - Mengatur posisi - Suara nafas ronchi
pernafasan pasien fowler dan semi
24x permenit , suara fowler A : masalah belum teratasi
nafas pasien ronchi. - Memasang perlak dan P : intervensi dilanjutkan
bengkok dipangkuan
pasien
- Membuang sekret
pada tempat sputum
E:
- Menjelaskan tujuan
dan prosedur batuk
efektif
- Menganjurkan tarik

63
nafas dalam melalui
hidung selama 4
detik , ditahan selama
2 detik , kemudian
keluarkan dari mulut
selama 8 detik
- Menganjurkan batuk
dengan kuat setelah
taruk nafas dalm yang
ke 3
K:
- Mengkolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran , jika
perlu
2. Gangguan pertukaran Kamis 12 O : S:
gas b.d perubahan mei 2022 - Monitor frekuensi - Pasien mengatakan sesak
membran kapiler irama,kedalaman,dan nafas berkurang setelah
alveolar dibuktkan upaya nafas mengatur posisi
dengan pasien - Monitor pola nafas - Pasien mengatakan sesak
mengatakan sesak - Monitor kemampuan nafas apabila beraktifitas
nafas, pasien batuk efektif O:
mengatakan sesak - Monitor adanya - Pernafasan 24x permenit
nafas apabila produksi sputum - Pasien tampak sesak
beraktifitas, pasien - Monitor adanya napas
tampak sesak nafas , sumbatan jalan nfas - Pasien menggunakan
pasien menggunakan - Monitor saturasi oksigen nasal canul 2t
oksigen nasal canul oksigen A : masalah belum teratasi

64
2lt, pernafasan 24x T: P : Intervensi dilanjutkan
permenit. - Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

3. Intoleransi aktifitas Kamis 12 O : S:


b.d mei 2022 - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan sesak
ketidakseimbangan gangguan fungsi tubuh nafas
antara suplai dan yang mengakibatkan - Pasien mengatakan sesak
kebutuhan oksigen kelelahan napas apabila beraktifitas
dibuktikan dengan - Memonitor kelelahan - Pasien mengatakan
pasien mengatakan fisik dan emosional tubuhnya terasa lemah
sesak nafas apabila - Memonitor pola dan O:
beraktivitas, pasien jam tidur - Pasien tampak lemah
mengatakan tubuhnya - Memonitor lokasi dan - Pasien tampak sesak
terasa lemah, pasien ketidaknyamanan - Pasien tampak sesak apabila
tampak lemah, selama melakukan beraktifitas
pasien tampak sesak aktifitas
apabila beraktivitas. T: A : Masalah teratasi sebagian
- Menyediakan P : Intervensi dialanjutkan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
- Melakukan rentang
gerak pasif dan aktif

65
E:
- Menganjurkan tirah
baring
- Menganjurkan
melakukan aktifitas
secara bertahap
- Menganjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Mengajarkan strategi
koping untung
mengurangi kelelahan
K:
- Mengkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

66
Hari/
No Dx Keperawatan Tanggal Implementasi Jam Evaluasi Paraf

1. Bersihan jalan nafas Jumat 13 O : 10.00 S:


tidak efektif b.d mei 2022 - Meidentifikasi WIB - Pasien mengatakan batuk
sekret yang tertahan kemampuan batuk - Pasien mengatakan dahak
dibuktikan dengan - Memonitor adanya sudah mulai berkurang
pasien mengatakan retensi sputu sejak dilakukan batuk
batuk , pasien - Memonitor tanda dan efektif
mengatakan dahak gejala infeksi saluran - Pasien mengatakan sesak
sulit dikeluarkan, nafas napas apabila beraktifitas
pasien mengatakan - Memonitor input dan O:
sesak nafas apabila output - Pasien tampak batuk
beraktivitas, pasien - Pernafasan 24x/i
tampak batuk, pasien T: - Pasien tampak sesak
tampak sesak nafas , - Mengatur posisi - Suara nafas ronchi
pernafasan pasien fowler dan semi
24x permenit , suara fowler A : masalah belum teratasi
nafas pasien ronchi. - Memasang perlak dan P : intervensi dilanjutkan
bengkok dipangkuan
pasien
- Membuang sekret
pada tempat sputum
E:
- Menjelaskan tujuan
dan prosedur batuk
efektif
- Menganjurkan tarik

67
nafas dalam melalui
hidung selama 4
detik , ditahan selama
2 detik , kemudian
keluarkan dari mulut
selama 8 detik
- Menganjurkan batuk
dengan kuat setelah
taruk nafas dalm yang
ke 3
K:
- Mengkolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran , jika
perlu
2. Gangguan pertukaran Jumat 13 O : S:
gas b.d perubahan mei 2022 - Monitor frekuensi - Pasien mengatakan sesak
membran kapiler irama,kedalaman,dan nafas mulai berkurang
alveolar dibuktkan upaya nafas apabila mengatur posisi
dengan pasien - Monitor pola nafas - Pasien mengatakan sesak
mengatakan sesak - Monitor kemampuan nafas apabila beraktifitas
nafas, pasien batuk efektif O:
mengatakan sesak - Monitor adanya - Pernafasan 24x permenit
nafas apabila produksi sputum - Pasien tampak sesak
beraktifitas, pasien - Monitor adanya napas
tampak sesak nafas , sumbatan jalan nfas - Pasien menggunakan
pasien menggunakan - Monitor saturasi oksigen nasal canul 2t
oksigen nasal canul oksigen A : masalah belum teratasi

68
2lt, pernafasan 24x T: P : Intervensi dilanjutkan
permenit. - Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

3. Intoleransi aktifitas Jumat 13 O : S:


b.d mei 2022 - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan sesak
ketidakseimbangan gangguan fungsi tubuh nafas
antara suplai dan yang mengakibatkan - Pasien mengatakan sesak
kebutuhan oksigen kelelahan napas apabila beraktifitas
dibuktikan dengan - Memonitor kelelahan - Pasien mengatakan
pasien mengatakan fisik dan emosional tubuhnya terasa lemah
sesak nafas apabila - Memonitor pola dan O:
beraktivitas, pasien jam tidur - Pasien tampak lemah
mengatakan tubuhnya - Memonitor lokasi dan - Pasien tampak sesak
terasa lemah, pasien ketidaknyamanan - Pasien tampak sesak apabila
tampak lemah, selama melakukan beraktifitas
pasien tampak sesak aktifitas
apabila beraktivitas. T: A : Masalah teratasi sebagian
- Menyediakan P : Intervensi dialanjutkan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
- Melakukan rentang
gerak pasif dan aktif

69
E:
- Menganjurkan tirah
baring
- Menganjurkan
melakukan aktifitas
secara bertahap
- Menganjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Mengajarkan strategi
koping untung
mengurangi kelelahan
K:
- Mengkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

70
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.E dengan Gangguan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi diruang rawat inap paru rsud dr. Achmad

Muchtar Bukittinggi 2022 pada tanggal 9 mei 2022, ada beberapa hal yang perlu

dibahas dan diperhatikan pada penerapan kasus keperawatan tersebut, penulis

telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses Asuhan

Keperawatan pada klien dengan Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

sesuai teori teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas Asuhan Keperawatan yang

diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang di capai akan diuraikan sesuai

dengan prosedur Keperawatan dimulai dari Pengkajian, Diagnosa, Intervensi,

Implementasi, dan Evaluasi.

4.1 Pengkajian

Menurut Budiono (2017), pengkajian merupakan tahap awal proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien

Dalam melakukan pengkajian pada klien data didapatkan dari klien,

beserta keluarga, catatan medis serta tenaga kesehatan lain.

Dalam melakukan pengkajian kasus pada klien, penulis tidak ada kesulitan

untuk mendapatkan data dari klien sendiri dan keluarga. Klien juga banyak

memberikan informasi. Pasien masuk RSUD Dr.Achmad Mochtar melalui

71
IGD pada tanggal 8 Mei 2022 pukul 22 : 00 WIB, dengan keluhan sesak

nafas, nyeri dada dan batuk berdahak, dan sulit mengeluarkan dahaknya,

pasien merasa sesak apabila beraktivitas, pasien mengatakan kadang terasa

pusing, pasien mengatakan tubuhnya terasa lemah. Pada riwayat kesehatan

sekarang, pasien mengatakan nafas terasa sesak, pasien mengatakan batuk

berdahak, pasien mengatakan nyeri dada, sulit untuk mengeluarkan dahak,

pasien merasa sesak apabila beraktivitas dan kadang terasa pusing, pasien

mengatakan tubuhnya terasa lemah pasien mengatakan nafas terasa sesak,

pasien mengatakan batuk berdahak, pasien mengatakan nyeri dada, sulit

untuk mengeluarkan dahak, pasien merasa sesak apabila beraktivitas dan

kadang terasa pusing, pasien mengatakan tubuhnya terasa lemah Pasien

tampak batuk, pasien tampak lemah, dahak sulit dikeluarkan, suara nafas

ronchi, dahak berwarna kekuningan. Dari hasil pemeriksaan tingakat

kesadaran compos mentis, GCS (E4 M6 V5) pasien terpasang oksigen

nassal kanul 2 liter/I dan terpasang infus RL Drip 20jam/kollai.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan teoritis ditemukan 5 diagnosa keperawatan sedangkan

tinjauan kasus ditemukan 3 kasus diagnose keperawatan. Diagnosa yang

ditemukan dalam teori 5 Diagnosa Keperawatan.

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan

nafas, hipersekresi jalan nafas, Disfungsi neuromuskuler, Benda asing

dalam jalan napas, Adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan,

72
Hiperplasia dinding jalan napa, Proses infeksi, Respon alergi, Efek

agen farmakologis

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi – perfusi, perubahan membran alveolus – kapiler.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen, Tirah baring, kelemahan, Imobilitas,

Gaya hidup monoton.

4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Keterbatan kognitif,

Gangguan fungsi kognitif, Kekeliruan mengikuti anjuran, Kurang

terpapar informasi, Kurang minat dalam belajar, Kurang mampu,

Ketidaktahuan menemukan sumber informasi dibuktikan dengan

menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang

keliru terhadap masalah.

5. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan integritas

struktur tulang, Perubahan metabolism, Ketidakbugaran fisik,

Penurunan kendali otot, Penurunan massa otot, penurunan kekuatan

otot, Keterlambatan perkembangan, Kekakuan sendi, Kontraktur,

Malnutrisi, Gangguan musculoskeletal, Gangguan neuromuscular,

Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, Efek agen

farmakologis, Program pembatasan gerak, nyeri, Kurang terpapar

informasi tentang aktivitas fisik, Kecemasan, Gangguan kognitif,

Keengganan melakukan pergerakan, Gangguan sensoripersepsi

dibuktikan dengan mengelug sulir menggerakan ekstremitas, kekuatan

otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.

73
Sedangkan dikasus ditemukan 3 Diagnosa Keperawatan :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif dibuktikan dengan sekret yang

tertahan

2. Gangguan pertukaran gas dibuktikan dengan perubahan membran

alveolus

3. Intoleransi aktivitas dibuktikan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

4.3 Intervensi

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan

prioritas masalahyang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori

dapat ditegakan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan

kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.

Dalam pembuatan perencanaan penulis bekerjasama dengan perawat

ruangan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Adapun

rencana tindakan yang akan dibuat berdasarkan diagnose keperawatan

yaitu :

1. Untuk diagnose yang pertama yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan sekret yang tertahan, rencana tindakan yang akan

dilakukan adalah menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif,

menganjurkan teknik nafas dalam.

2. Untuk diagnose yang kedua yaitu Gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan perubahan membran alveolus, rencana tindakan

yang akan dilakukan adalah memberikan oksigen.

74
3. Untuk diagnose yang ketiga yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,

rencana tindakan yang akan dilakukan adalah menyediakan

lingkungan yang nyaman dan stimulus yang kurang.

4.4 Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan

data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid,

2012).

1. Untuk diagnose yang pertama

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret yang tertahan dibuktikan

dengan pasien mengatakan batuk, pasien mengatakan dahak sulit

dikeluarkan, pasien mengatakan sesak nafas apabila beraktivitas, pasien

tampak batuk, pasien tampak sesak nafas, pernafasan pasien 24x permenit,

Implementasi nya adalah latihan batuk efektif dan manajemen jalan nafas.

2. Untuk diagnose yang kedua

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveolar

dibuktkan dengan pasien mengatakan sesak nafas, pasien mengatakan

sesak nafas apabila beraktifitas, pasien tampak sesak nafas, pasien

menggunakan oksigen nasal canul 2lt, pernafasan 24x permenit,

Implementasi nya adalah pemantauan respirasi, terapi oksigen.

75
3. Untuk diagnose yang ketiga

Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen dibuktikan dengan pasien mengatakan sesak nafas apabila

beraktivitas, pasien mengatakan tubuhnya terasa lemah, pasien tampak

lemah, pasien tampak sesak apabila beraktivitas, implementasi nya adalah

manajemen energi.

Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis tidak menemukan

kesulitan yang berarti, hal ini disebabkan karena :

a) Adanya factor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga

dalam perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan asuhan

pada tindakan keperawatan.

b) Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa

percaya sehingga memudahkan dalam pemberian serta pelaksanaan

tindakan keperawatan.

c) Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas

ruangan sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam melakukan

tindakan asuhan keperawatan.

4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Rohmah & Walid, 2012). Dari 5 diagnosa keperawatan yang

penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam

melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih

76
sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu

dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang

maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,

perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

a) Pada diagnose yang pertama yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d

sekret yang tertahan dibuktikan dengan pasien mengatakan batuk, pasien

mengatakan dahak sulit dikeluarkan, pasien mengatakan sesak nafas

apabila beraktivitas, pasien tampak batuk, pasien tampak sesak nafas,

pernafasan pasien 24x permenit dianggap sudah teratasi sebagian karena

klien mengatakan batuk, sekret nya sudah mulai berkurang sejak dilakukan

latihan batuk efektif.

b) Pada diagnose yang kedua yaitu Gangguan pertukaran gas b.d perubahan

membran kapiler alveolar dibuktkan dengan pasien mengatakan sesak

nafas, pasien mengatakan sesak nafas apabila beraktifitas, pasien tampak

sesak nafas, pasien menggunakan oksigen nasal canul 2lt, pernafasan 24x

permenit, dianggap sudah teratasi sebagian karena pemberian oksigen

yang dilakukan.

c) Pada diagnose ketiga yaitu Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan pasien

mengatakan sesak nafas apabila beraktivitas, pasien mengatakan tubuhnya

terasa lemah, pasien tampak lemah, pasien tampak sesak apabila

beraktivitas dianggap sudah teratasi karena klien melakukan aktifitas

secara bertahap agar nafas nya tidak sedak apabila beraktifitas.

77
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022. Penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022 dapat dilakukan dengan

baik dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dan

pasien cukup kooperatif.

2. Diagnosa Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022 dirumuskan 3 diagnosa

pada tinjauan kasus.

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022 semua perencanaan

dapat diterapkan pada tinjauan kasus.

4. Implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Asuhan

Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit Achmad Muchtar

78
Bukittinggi Tahun 2022 semua dapat dilakukan, karena tindakan

yang di lakukan dapat tercapai.

5. Evaluasi pada Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru Rumah Sakit

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022 dilakukan dan 3

diagnosa di tinjuan kasus semua diagnose sudah teratasi.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang akan datang, saya

sebagai penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat diterima

yaitu:

1. Bagi Penulis

Diharapkan bahwa penulis dapat menambah pengetahuan dan dapat

menemukan cara lain dalam memberikan asuhan keperawatan dan

juga mempertajam kemampuan dalam mengelola pasien.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan diperpustakaan

untuk dijadikan sebagai acuan bagi mahasiswa dan dosen yang

akan melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Paru

Rumah Sakit Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2022.

3. Bagi pasien dan keluarga

79
Pasien dan keluarga pasien mengetahui perawatan pada pasien

dengan Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

80
DAFTAR PUSTAKA

Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan

Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :In Media

Ariyani, Siwi Dewi. 2014. Pemberian terapi oksigen dengan nasal kanul terhadap

Penurunan sesak nafas pada asuhan keperawatan Tn.C dengan TB Paru di

Bangsal anggrek I RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tersedia pada :

http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk 1/12/01-gdl-siwidwiari-

582-1-ktisiwi-2.pdf diakses pada tanggal 6 Juni 2017.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.

Jakrata : Salemba Medika.

Bararah, Taqiyyah & Mohammad, Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan

Lengkap Menjadi Perawat Professional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Bachtiar, Arief, dkk. 2013. Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen pada Pasien

Gangguan Sistem Pernafasan tersedia pada

http://jurnal.poltekkesmalang.ac.id/berkas/d96f-48-52.pdf. Diunduh pada

tanggal 10 Januari 2017.

Bimantara, Galuh.2016. Tuberkulosis Di Indonesia Terbanyak Kedua Di Dunia

Tersedia Pada

http://print.kompas.com/baca/sains/kesehatan/2016/03/24/Tuberkulosis-

diIndonesia-Terbanyak-Kedua-di-DuniaDiunduh pada tanggal 12 Januari

2017.

81
Christoper. 2011. 85 hubungan tingkat kesembuhan Tuberkulosis Paru Dewasa

Tersedia pada https://journal.uii.ac.id diunduh pada tanggal 5 Juni 2017.

Djojodibroto, Darmanto. 2012. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta : EGC

Ernawati.2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Trans Info Media.

Erawati. 2008. Indonesia peringkat ke tiga TBC. Jakarta : Kanisius

Francis, Caia.2011. Perawatan Respirasi. Jakarta : Penerbit Erlangga

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4, volume 2.

Jakarta : EGC.

PPNI 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Jakarta

PPNI 2017, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Jakarta

PPNI 2017, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Jakarta

Saputa, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia.Tangerang

Selatan : Binarupa Akshara

Saraswati, dkk.2016. Konsep Diri Penderita TB Paru di RS PKU Muhammadiyah

Semedi, Hardiono.2012. Pemantauan Oksigenasi Tersedia pada

http://documents.tips/documents/sesaknafas-562f9891d9882.html.

82

Anda mungkin juga menyukai