PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
ANGGUN TRISNANDA
2007101010043
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
ANGGUN TRISNANDA
NIM : 2007101010043
dr. Rosaria Indah, M.Sc, Ph.D dr. Roziana, M.Ked, Sp.OG (K)
19740714 200501 2 001 19820606 200501 2 004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah Swt. sumber semua ilmu dan berkat rahmat serta
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal berjudul “Komunikasi Dokter-
Pasien Pada Kasus Pre-eklamsia di Poliklinik RSUD Zainoel Abidin”. Shalawat dan
salam semoga selalu Allah curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, keluarga, serta para sahabat beliau yang telah membawa kita
semua dari alam kebodohan menuju ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Proposal ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa bantuan serta dukungan dalam
bentuk moral maupun material dari berbagai pihak yang terlibat. Dengan setulus hati,
penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, Sp.PD-KGH, FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala
2. dr. Rosaria Indah, M.Sc., Ph.D. dan dr. Roziana, M.Ked, Sp.OG (K) selaku
dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu kepada penulis
dengan memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi yang dilaksanakan
secara tulus dan ikhlas
3. dr. Syamsul Rizal, Sp.BP-RE selaku dosen wali yang selama melebihi tiga
tahun telah mendidik penulis menjadi pribadi yang lebih baik
4. Seluruh dosen dan para staf dosen program studi pendidikan dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang telah membekali ilmu pengetahuan,
pemahaman serta pengalaman yang berharga bagi penulis
5. Ayah dan Ibu selaku orang tua penulis yang selalu memberikan do’a dan
dukungan bagi keberhasilan penulis
6. Teman-teman dari Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2020 yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah setia menemani dan menjadi
teman seperjuangan yang sangat berharga.
iii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunan proposal ini. Sebagai hasilnya, penulis mengharap bahwa kritik dan saran
yang mendorong dari berbagai sumber akan mengarah pada perbaikan dan
pengalaman lebih baik di masa depan. Penulis percaya bahwa penelitiannya dapat
bermanfaat bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Anggun Trisnanda
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................2
1.4.1 Bidang akademik...........................................................................................2
1.4.2 Bidang pendidikan kedokteran......................................................................2
1.4.3 Bidang praktik kedokteran............................................................................3
v
2.2.3 Greet-invite-discuss.....................................................................................14
2.2.4 Konsep accompaniment..............................................................................14
2.2.5 Konsep power-sharing.................................................................................15
2.3 Dokter residen obstetri dan ginekologi..............................................................15
2.4 Kerangka teori....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
LAMPIRAN...............................................................................................................29
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ginjal kronis, hipertensi, dan obesitas, adanya riwayat keluarga pre-eklamsia, ibu
yang nulipara; dan lainnya.6
Untuk mengendalikan faktor risiko dan juga menanggulangi kasus-kasus
preeklampsia sangat dibutuhkan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien.
Komunikasi yang baik juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien terutama
ibu hamil yang datang pada saat pelayanan. Penelitian yang telah dilakukan di Palu
pada tahun 2021 menjelaskan bahwa pelayanan komunikasi dokter-pasien dapat
membantu mengurangi kecemasan pada ibu hamil dan dapat meningkatkan
pemahaman ibu tentang kehamilan dengan hasil tingkat signifikansi 0,002 atau
mempunyai taraf signifikansi sebesar 99,8%.7 Dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui bagaimana komunikasi yang terjalin di antara dokter PPDS Obgyn
bersama pasien pada konteks memberikan pemahaman mengenai preeklampsia, untuk
menilai kualitas komunikasi dokter-pasien dan mendeteksi di mana kekuatan dan
kelemahan komunikasi tersebut.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah “Bagaimana komunikasi dokter PPDS obgyn dengan pasien pada kasus
preeklampsia di poliklinik kebidanan RSUD Zainoel Abidin?”
2.1 Preeklampsia
4
5
berat lahir rendah sebelumnya dan interval melebihi 10 tahun antara kehamilan
sebelumnya ) saat ini termasuk di antara faktor risiko, sementara kehamilan dan
persalinan cukup bulan dianggap berisiko rendah. Faktor-faktor yang
meningkatkan kemungkinan berkembangnya preeklampsia selama kehamilan
termasuk riwayat kondisi ibu, hipertensi, diabetes melitus tipe 1 atau 2, penyakit
ginjal kronis, atau masalah autoimun. Risiko preeklampsia meningkat dengan
adanya penyakit kardiovaskular.6
2. Preeklampsia berat
Preeklampsia dapat diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, atau berat,
tergantung pada ada atau tidak adanya banyak tanda klinis yang meningkatkan
morbiditas dan kematian. Ketika salah satu dari gejala klinis berikut hadir selain
diagnosis preeklampsia, diagnosis dianggap sebagai preeklampsia berat:
a. Tekanan Darah >160/100 mm Hg
b. Proteinuria: dalam pengecekan carik celup (dipstrik) >+2 ataupun 2,0
g/24 jam
c. Gangguan ginjal: keratin serum 1,2 mg/dL ataupun diperoleh kenaikan
tingkat kreatinin serum dalam keadaan yang mana tidak terdapat
gangguan ginjal lainnya
d. Edema paru
e. Penyakit hati, termasuk kenaikan konsentrasi tramina melebihi dua
kali kisaran biasanya dan/atau adanya rasa tidak nyaman di
epigastrium/perut kanan atas.
f. Jumlah trombosit kurang dari 100.000 per mikroliter
g. Penyakit pada sistem saraf berkembang, termasuk sakit kepala, stroke,
dan masalah penglihatan.
h. Oligohidramnion, juga dikenal sebagai Fetal Growth Restriction
(FGR), adalah suatu kondisi dimana aliran darah ibu ke janin tidak
mencukupi. (FGR).11
7
2.1.3 Etiologi
Terdapat beberapa teori yang diduga sebagai etiologipreeklampsia, yaitu.13
1. Kelainan tropoblas invasif
Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau kurang sempurna akan terjaditerjadi
kegagalan remodeling a. spiralis. Hal ini mengakibatkan darah menuju lakuna
hemokorioendotel mengalir kurang optimal dan bila jangka waktu lama
mengakibatkan hipooksigenasi atau hipoksia plasenta. Hipoksia dalam jangka
lama menyebabkan kerusakan endotel pada plasenta yang menambah berat
hipoksia. Produk dari kerusakan vaskuler selanjutknya akan terlepas dan
memasuki darah ibu yang memicu gejala klinis preeklampsia.
2.1.4 Patofisiologi
2.1.6 Tatalaksana
Tatalaksana pada preeklampsia salah satunya adalah pemberian
antikonvulsan, salah satu obat golongan antikonvulsan yang digunakan untuk
preeklampsia adalah magnesium sulfat. Pemberian magnesium sulfat bermakna
dalam mencegah kejang dan kejang berulang. Pemberian magnesium sulfat
terhadap preeklampsia dan eclampsia pada ibu hamil dinilai akan lebih baik dalam
mencegah kejang atau kejang berulang dibandingkan antikonvulsan lainnya
(POGI, 2016). Hal ini karena penggunaan magnesium sulfat pada antenatal tidak
menunjukkan efek samping yang serius seperti kematian ibu, henti jantung, atau
henti napas. Tindakan yang diberikan:12
1. Pentingnya ibu untuk istirahat ( bila bekerja harus cuti), dan menjelaskan
kemungkinan adanya bahaya.
2. Pemberian obat sedativ ringan (Phenobarbital 3 x 30 mg atau valium 3 x
10 mg), Obat penunjang (Vit B Complek, Vit C / E dan zat besi).
3. Pendidikan Kesehatan/nasehat tentang:
a. Pengurangan Garam dalam konsumsi makan .
10
merupakan tata laksana. Pencegahan tersier secara sederhana juga dapat dilakukan
oleh masyarakat.16
Begitu seriusnya masalah preeklampsia jika tidak segera ditangani akan
menyebabkan kejang dan menurunnya kesadaran sampai koma. Untuk
mengatasinya, ibu hamil harus memeriksakan kehamilan secara teratur dan lebih
ketat. Laksanakan nasehat dokter/bidan yang menangani agar keluhan penyakit ini
dapat ditangani secepatnya. Sebagai informasi, AKI akibat preeklampsia masih
tinggi terutama di Negara yang sedang berkembang.16
2.2.3 Greet-invite-discuss
Konsep greet-invite-discuss dapat dipakai sebagai salah satu cara dalam
menanamkan kaidah komunikasi kemitraan (partnership communication),
kesetaraan dalam penentuan keputusan, dialog dua arah antara pasien dengan
dokter, dan mengakomodasi perbedaan sosial-kultural agar setara. Terdiri dari
greet yaitu mendengarkan secara aktif dengan memperhatikan pesan yang
disampaikan secara implisit oleh pasien. Invite yaitu kemampuan dalam
mengeksplorasi penyakit yang dialami pasien sembari memperhatikan ada
tidaknya keraguan pasien dalam menceritakan penyakitnya. Yang terakhir,
discuss yaitu kemampuan dokter dalam menciptakan dialog dua arah demi
tercapainya informasi dan pemilihan keputusan yang tidak berat sebelah.23
Dalam kultur Indonesia, ketiga kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh
budaya. Hal ini dapat dilihat pada komunikasi searah dan kolektivisme dalam
pemilihan keputusan. Misalnya jawaban ‘ya’ bisa berarti sebaliknya, yang mana
sebagai bentuk penghormatan pasien kepada dokter yang dianggap memiliki
hierarki sosial lebih tinggi. Kemudian unsur kolektivisme yang dapat dilihat dari
keterlibatan anggota keluarga atau orang terdekat dalam pemilihan keputusan
inividu pasien itu sendiri.23
Sayangnya pada sebagian besar kasus, pasien dianggap memiliki daya yang lebih
rendah dari dokter (barangkali karena karakteristik interaksi di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh karakteristik ketika zaman penjajahan Belanda).25
Daya mempunyai sifat dapat dipindahkan, bisa dibagi, dan dapat
dilatihkan pada pihak lain. Alhasil ada yang disebut sebagai power-sharing atau
pembagian daya. Sebuah tesis oleh Indah menyebutkan bahwa adanya pembagian
daya selain membuat pasien lebih nyaman juga membuat pasien lebih patuh pada
pengobatannya. Pembagian daya dapat dilaksanakan misalnya dengan
membangun kemauan pasien untuk berkolaborasi (bekerja sama), memberi
bantuan untuk memudahkan akses pengobatan, dan menghargai otonomi pasien
untuk melakukan beberapa hal dengan caranya sendiri.25
Dokter residen
Komunikasi obstetri dan
Preeklampsia dokter-pasien ginekologi
preeklampsia dakedokteran
respirasi
Keterangan:
Jenis dan rancangan riset yang dipakai dalam riset ini adalah kualitatif dengan
pendekatan etnografi. Hal ini dikarenakan riset ini memakai observasi partisipatif
sebagai metode utama pengumpulan data, disertai dengan wawancara semi
terstruktur.30 Metode etnografi ini awalnya lebih banyak dipakai pada riset di bidang
antropologi budaya.31 Etnografi merupakan salah satu jenis dari riset kualitatif yang
sedang berkembang dalam bidang kedokteran di Indonesia. Hal ini barangkali
disebabkan karena etnografi dapat menjelaskan sebuah fenomena yang kurang dapat
dijelaskan memakai metode kuantitatif yang biasa dipakai. 32 Peneliti ingin
mengeksplorasi interaksi dokter PPDS obgyn dengan pasiennya. Sebagaimana
disebutkan dalam riset oleh Atkinson, perilaku kesehatan berhubungan erat dengan
konsep kebudayaan: pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan
sosialnya. Hal ini nantinya akan berkaitan dengan etiologi, terapi, maupun
pencegahan penyakit (fisik, psikis, maupun sosial). 33 Oleh karena itu, metode
etnografi dianggap paling tepat dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Observasi,
wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi diperlukan untuk mendapatkan hasil
riset mengenai komunikasi dokter residen obstetric dan ginekologi dengan pasien
preeklampsia di poliklinik kebidanan RSUD Zainoel Abidin.30
15
16
3.3.1 Populasi
Adapun populasi yang akan diteliti adalah dokter residen obstetric dan
ginekologi dan pasien dengan kasus preeklampsia di RSUD Zainoel Abidin.
3.3.2 Sampel
Sampling jenuh dipakai untuk tujuan ini. Metode pengambilan sampling jenuh
adalah salah satu yang memperhatikan nilai kejenhan sampel. Sampel jenuh adalah
salah satu sampel yang ditambah jumlahnya, tidak akan menambah keterwakilan
sehingga tidak akan mempengaruhi nilai informasi yang telah diperoleh. , alhasil
menambahkan lebih banyak tidak akan meningkatkan kualitas data yang
dikumpulkan. Karena menambahkan lebih banyak data ke sampel jenuh tidak akan
mengubah keseluruhan representasi populasinya, ini biasanya diartikan bahwa sampel
berada pada ukuran sebanyak mungkin.34 Tiga metode dipakai untuk memilih
informan yang akan diwawancarai atau diobservasi: mencari peserta potensial,
memutuskan peserta mana yang terbaik untuk riset, dan meninggalkan pencarian
sesudah cukup data terkumpul dan tidak ada lagi wawasan yang tersedia (jenuh).35,36
Pada riset jenis kualitatif dengan pendekatan etnografi, instrumen utama dalam
risetnya adalah peneliti itu sendiri. Dalam pengumpulan data, peneliti memakai
berbagai instrumen pelengkap yang menjadi sarana perekaman dan dokumentasi
berupa:
Berbagai pendekatan dipakai untuk mengumpulkan data untuk riset ini, yang
meningkatkan keandalan hasil. Data primer dan sekunder adalah dua jenis informasi
yang dikumpulkan:
1. Data primer
Pengambilan data primer dilaksanakan melalui teknik observasi partisipatif dan
wawancara semi terstruktur.
a. Teknik observasi partisipatif
Metode pengumpulan data paling utama dalam riset kualitatif dengan
pendekatan etnografi adalah dengan cara observasi/pengamatan. Keluaran
dari observasi adalah suatu deskripsi yang dijelaskan dengan detail alhasil
peneliti dan pembaca dapat mengetahui hal-hal melebihi yang nampak di
luarnya saja. Pengamatan partisipatif adalah metode pilihan untuk riset ini.
Dalam contoh ini, peneliti yang mengumpulkan data terbuka dengan orang
yang dia wawancarai tentang niat studinya. Peneliti akan berada dalam
ruangan dan tempat yang sama ketika interaksi antara PPDS obgyn dan
pasien preeklampsia terja di. Sekiranya diperlukan, peneliti akan membantu
agar interaksi berjalan dengan baik.30,32
b. Wawancara semi terstruktur
Metode wawancara terstruktur dan tidak terstruktur sama-sama layak,
seperti interaksi langsung dan melalui telepon. Pengumpul data memakai
instrumen riset yang terdiri dari pertanyaan tertulis dan pilihan jawaban
yang telah ditentukan sebelumnya untuk melakukan wawancara.
Sebaliknya, wawancara tidak terstruktur dilaksanakan dengan sedikit atau
tanpa perencanaan atau persiapan, dan peneliti tidak mengikuti pertanyaan
atau protokol wawancara yang telah ditentukan sebelumnya saat
mengumpulkan informasi atau memecahkan masalah. 34 Meskipun peneliti
telah menyiapkan aturan wawancara, pertanyaan tambahan muncul sebagai
tanggapan atas tanggapan yang diberikan oleh informan karena riset ini
memakai pendekatan wawancara semi terstruktur.
c. Data sekunder
19
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari RSUD Zainoel Abidin
mengenai jumlah pasien di poliklinik kebidanan.
Metode kualitatif seperti analisis tema dan analisis etnografi dipakai untuk
membedah data yang dikumpulkan untuk riset ini.
Transkripsi data
Analisis data
Penulisan data
Penyelesaian skripsi
23
24
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Studi
1
Kepustakaan
Penyusunan
2
Proposal
Seminar
3
Proposal
4 Revisi Proposal
Pengurusan Izin
5
Penelitian
Pengambilan
6
Sampel
Pengolahan
7
Data
Penyusunan
8
Laporan Akhir
9 Sidang Skripsi
26
27
LEMBAR OBSERVASI
A. Pembukaan
Peneliti memperkenalkan diri dan tujuan penelitian:
“Assalamu’alaikum. Ibu, nama saya Anggun Trisnanda.. Saya mahasiswa di
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Saat ini saya sedang meneliti mengenai
komunikasi antara dokter dan pasien di poliklinik kebidanan. Sesudah penelitian ini
selesai, saya berharap agar saya memahami bagaimana cara komunikasi yang dapat
meningkatkan maupun menurunkan kepatuhan minum obat. Alhasil informasi yang
Bapak/Ibu berikan akan sangat berguna.”
Penjelasan tentang wawancara:
“Wawancara ini akan menanyai Ibu dengan pertanyaan terbuka selama lebih kurang
30 menit sampai 45 menit. Wawancara ditujukan untuk mendapatkan pemahaman
yang baik tentang pandangan Ibu sebagai pasien preeklampsia yang berkomunikasi
secara langsung dengan dokter disini.”
Menyampaikan kepada partisipan tentang bolehnya meminta penjelasan lebih
lanjut tentang lembar informasi partisipan dan lembar persetujuan partisipan
Menjelaskan bahwa sesudah partisipan menyetujui dilaksanakannya
wawancara, partisipan memiliki hak untuk menarik diri kapan saja dan tidak
akan ada penolakan dari pihak peneliti
Konfirmasi ulang izin untuk merekam wawancara sebelum perekaman
dimulai:
“Sebelum saya lanjutkan, saya mohon izin Ibu untuk saya dapat merekam
wawancara ini. Ibu boleh menolah perekaman, juga boleh meminta agar perekaman
dihentikan beberapa saat selama wawancara berlangsung.”
29
D. Pertanyaan dan area dalam kerangka harapan dan keinginan pasien selama
berkomunikasi dengan dokter
Pembukaan
“Ketika Ibu datang kepada dokter, tentunya Ibu memiliki harapan dan
keinginan yang tercapai sesudah berkomunikasi dengan dokter.“
1. Apa yang Ibu harapkan saat dokter melakukan pemeriksaan pada Ibu?
2. Apa yang Ibu harapkan untuk Ibu ketahui ketika berbincang dengan dokter?
3. Berapa lama Ibu berbincang dengan dokter?
4. Berapa lama waktu yang Ibu harapkan ketika berkonsultasi dengan dokter?
5. Menurut Ibu, apa yang harus diperbaiki dalam komunikasi dokter tersebut?
E. Penutup
31
Catatan: Wawancara pada PPDS Obgyn dilaksanakan secara tidak terstruktur namun
mengacu pada kerangka diatas.
32
BIODATA PENULIS