Anda di halaman 1dari 114

GAMBARAN SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIK DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NENE MALLOMO


KABUPATEN SIDRAP

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) Program Studi Kesehatan Masyarakat Pada
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

OLEH:

AYU MAGFIRAH
NIM: 70200117083

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ayu Magfirah

NIM : 70200117083

Tempat/Tanggal Lahir : Pangkajene Sidrap, 7 Januari 1999

Jurusan/Konsentrasi : Kesehatan Masyarakat/Administrasi Rumah Sakit

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Alamat : Perumahan Bukit Khatulistiwa 2 Goa Ria Sudiang


Judul : Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medik
Di Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo
Kabupaten Sidrap

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 8 Agustus 2022

Penyusun

Ayu Magfirah
NIM.70200117083

ii
iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat iman dan Islam sehingga kita masih bisa menjalankan
aktivitas untuk mengharapkan ridho Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana kesehatan masyarakat yang
berjudul “Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medik Di Rumah Sakit Umum
Daerah Nene Mallomo Kabupaten Sidrap”.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan yang gelap gulita menuju
jalan yang terang benderang.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat utama dalam meraih
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Pada jurusan Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar (UIN). Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari pihak yang memberikan doa, semangat dan arahan. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D selaku Rektor UIN Alauddin
Makassar dan para Wakil Rektor I Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor
II Prof. Dr. Wahyudin, M.Hum., Wakil Rektor III Prof. Dr. Darussalam,
M.Ag., Wakil Rektor IV Dr. H.Kamaluddin Abunawas, M.Ag.
2. Dr. dr. Syatirah Jalaluddin, Sp.A.,M.Kes selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan para Wakil Dekan I Dr. Hj. Gemy
Nastity Handayany, S.Si., M.Si., Apt., Wakil Dekan II
Dr. H. M. Fais Satrianegara, SKM., MARS., Wakil Dekan III
Prof. Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd..
3. Abd. Majid HR Lagu, SKM., M. Kes selaku Ketua Prodi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar.

iv
4. Dr. H. M. Fais Satrianegara., SKM., MARS selaku pembimbing 1 yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam proses penulisan skripsi
ini
5. Surahmawati, SKM., M.Adm. Kes selaku pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam proses penulisan skripsi ini
6. Dr. Sitti Raodhah, SKM., M.Kes selaku penguji 1 yang senantiasa
memberikan arahan dan perbaikan dalam penyusunan.
7. Dr. Syamsidar, M.Ag selaku penguji 2 yang telah memberikan saran dan
masukan khususnya pada integrasi keislaman dalam skripsi ini.
8. Para Dosen Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar yang memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis.
9. Pengelola Seminar Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang membantu dalam administrasi
persuratan dan kelengkapan berkas seminar.
10. Direktur dan para pegawai RSUD Nene Mallomo yang bersedia
memberikan informasi dan menjadi subjek dalam penelitian.
11. Kepada kedua orang tua bapak Sudirman Yasin dan ibunda Hj. Ashariah
Kasim atas doa dan dukungan yang tak terhingga.
12. Kepada saudaraku tercinta Pratiwi Suharyati, SH dan suami Andi Agung
Muliawansah, SE yang telah memberi dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
13. Seluruh keluarga besar Anthophila 2017, rekan peminatan ARS 2017 yang
senantiasa memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis, penulis mengucapkan
banyak terima kasih semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal. Aamiin.
Gowa, 02 Agustus 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................7
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ............................................7
D. Tujuan penelitian ..............................................................................8
E. Manfaat penelitian ............................................................................8
F. Kajian Pustaka Penelitian Terdahulu .............................................9
BAB II TINJAUAN TEORITIS...............................................................11
A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit ........................................11
B. Tinjauan Umum Tentang Rekam Medis.......................................11
C. Tinjauan Umum Tentang Rawat Jalan .........................................17
D. Tinjauan Tentang Sumber Daya Manusia Perekam Medis Dan
Informasi Kesehatan .......................................................................18
E. Manajemen Sumber Daya Manusia ..............................................19
F. Kerangka Teori................................................................................31
G. Kerangka Konsep ............................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................33
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian ..........................................33
B. Pendekatan Penelitian.....................................................................33
C. Sumber Data ....................................................................................33
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................34
E. Instrumen Penelitian .......................................................................34
F. Teknik Analisis ................................................................................34
G. Keabsahan Data ...............................................................................35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................36

vi
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................36
B. Karakteristik Informan ..................................................................37
C. Hasil Penelitian ................................................................................38
D. Pembahasan .....................................................................................46
E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................64
BAB V PENUTUP ................................................................................................65
A. Kesimpulan ......................................................................................65
B. Implikasi ...........................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................67

vii
ABSTRAK

Nama : Ayu Magfirah


Nim : 70200117083
Judul : Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medik Di Rumah
Sakit Umum Daerah Nene Mallomo Kabupaten Sidrap
Rekam medis menjadi elemen penting yang diperlukan dalam kegiatan
rumah sakit. Rekam medis merupakan dokumen pencatatan mengenai identitas
pasien, riwayat pemeriksaan, jenis pengobatan setiap tindakan yang dipilih ketika
menggunakan jasa pelayanan kesehatan. Oleh karena itu membutuhkan sistem
pengelolaan yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumber atau referesi terkait
sistem pengelolaan Rekam Medik Di Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo
Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer yang berupa
hasil wawancara dan hasil observasi langsung serta telaah dokumen. Informan
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem rekam medik di RSUD Nene
Mallomo belum optimal. Kualitas sumber daya manusia serta sarana dan
prasarana yang masih kurang menghambat proses pengelolaan berkas rekam
medik. Proses pengelolaan berkas yang dimulai dari pemilahan, pemberian kode
dan indeks, penyimpanan dan pembuatan laporan. Berkas rekam medis yang
dibutuhkan telah tersedia namun ketersediaan sarana dan prasarana yang belum
memadai sebagai faktor yang menunjang pelaksanaan pengelolaan berkas rekam
medis.
Diharapkan RSUD Nene Mallomo untuk melaksanakan kegiatan
pelatihan secara rutin untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
serta penyediaan sarana dan prasarana berupa lemari dan rak penyimpanan untuk
menghindari berkas yang salah selip, bercampur hingga tercecer.

Kata Kunci : Sistem Pengelolaan, Rekam Medis, Rumah sakit

viii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit menjadi lembaga institusi yang berperan dalam memberikan

pelayanan kesehatan bagi sejumlah manusia dengan karakter yang berbeda-beda

yang didorong oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta

keadaan sosial ekonomi manusia yang diharuskan mampu memajukan dan

meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan berprestasi bagi masyarakat dalam

rangka mencapai derajat kesehatan yang paling tinggi. Rumah Sakit sebagai

institusi yang menyediakan pelayanan kepada setiap individu dengan sempurna

yaitu rawat inap, rawat jalan dan perawatan darurat.

Rumah sakit sebagai aspek integral dalam organisasi sosial dan kesehatan

dengan tujuan memberikan pelayanan secara penuh kepada masyarakat untuk

penyembuhan (kuratif) dan pencegahan (preventif) suatu penyakit. Peran rumah

sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan yaitu mempercepat proses

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit memerlukan beberapa

dukungan dari berbagai instansi dalam melakukan upaya meningkatkan pelayanan

yang bermutu secara efisien. Keberadaan rekam medik menjadi salah satu faktor

pendukung untuk mencapai keberhasilan suatu upaya yang dilakukan berdasarkan

standar yang berlaku (Simanjuntak & Wati Oktavin Sirait, 2019).

Rumah sakit memerlukan rekam medis untuk melaksanakan suatu kegiatan,

rekam medis merupakan dokumen pencatatan mengenai identitas pasien, riwayat

pemeriksaan, jenis pengobatan setiap tindakan yang dipilih ketika menggunakan

jasa pelayanan kesehatan (Permenkes No.55 Tahun 2013). Informasi yang

tercantum dalam rekam medis seperti riwayat pemeriksaan dan perawatan

1
2

kesehatan pasien yang dipakai untuk melakukan mengolah, merencanakan dan

memberi pelayanan kesehatan yang dapat digunakan sebagai media penelitian

untuk sebuah pelayanan kesehatan dalam bentuk statistik.

Proses pelayanan kepada pasien memerlukan rekam medis dalam setiap

kegiatan rumah sakit. Kualitas pelayanan rumah sakit dipengaruhi oleh rekam

medis yang tidak menunjang dan mendukung serta sistem pelaporan yang baik

oleh sumber daya. (Pamboaji, 2020) ketika pasien telah diterima di rumah sakit,

dimulailah proses penyelenggaraan rekam medis, selanjutnya melakukan

pendataan pasien selama menggunakan pelayanan kesehatan di rumah sakit,


kemudian penanganan berkas baik untuk penyimpanan maupun pengeluaran

apabila ada permintaan peminjaman. Pencatatan dan pengolahan data yang baik

merupakan proses penyelenggaraan rekam medis yang baik. Bagian

penyimpanan merupakan salah satu bagian dari pengolahan data (Simanjuntak &

Wati Oktavin Sirait, 2019).

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya ditemukan bahwa sebanyak

tiga kali dalam sehari beberapa berkas tidak ditemukan dalam proses pencarian
Berkas Rekam Medis (BRM) pasien yang akan berobat, kesalahan tersebut

memerlukan pengendalian untuk menghindari dan meminimalisir kejadian dalam

menyisipkan dokumen. Kesesuaian antara rencana dan harapan terhadap kegiatan

yang akan dilaksanakan merupakan langkah pengendalian, serta melakukan proses

perbaikan untuk mencapai sebuah harapan jika ditemukan adanya kesalahan (Putri &

Putri, 2019).

Seringnya terjadi kesalahan dipengaruhi oleh tidak terlaksananya sistem

penyimpanan dengan baik di rumah sakit, khususnya di bagian rak penyimpanan

berkas rekam medis seperti ketidaksesuaian tempat berkas rekam medis,

kesalahan dalam penyimpanan serta berkas yang tidak ditemukan di rak


3

penyimpanan (misfile). Adanya kesalahan yang terjadi akan menambah beban

kerja petugas untuk membuat catatan rekam medis bagi pasien lama, proses

pendaftaran memerlukan waktu yang lebih lama dan berkas yang berganda pada

rak penyimpanan. Pelayanan kepada pasien akan terhambat jika informasi tidak

tersedia khususnya riwayat penyakit sebelumnya (Simanjuntak & Wati Oktavin

Sirait, 2019).

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dikendalikan oleh rekam medis dan

sumber daya manusia. Pentingnya keberadaan sumber daya manusia selaku

manajemen di setiap perusahaan untuk melakukan pengelolaan, pengaturan,


pengurusan, dan penggunaan SDM dalam mencapai sebuah tujuan perusahaan

agar lebih produktif, efisien dan efektif. Terjadinya kegagalan dalam menentukan

target maupun tujuan dipengaruhi oleh SDM yang tidak dikelola dengan baik (E.

Wati, 2019) .

Menurut penelitian dengan judul analisis unsur manajemen dalam

pengolahan rekam medis di Rumah sakit TNI AU-Lanud Roesmin Nurjadin

ditemukan belum memadainya jumlah sumber daya manusia yang tersedia pada
unit rekam medis yang menyebabkan beberapa pegawai bekerja secara ganda,

jumlah pasien yang mengunjungi pelayanan kesehatan menjadi faktor yang

dipertimbangkan agar petugas dapat memberi pelayanan secara optimal. Latar

belakang pendidikan menjadi kriteria utama dalam penempatan petugas di unit

rekam medis, namun kurangnya SDM yang tersedia menyebabkan beberapa

bagian dibantu oleh petugas dengan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai

yang mengakibatkan pelatihan rekam medis tidak diikuti oleh seluruh petugas

(Ulfa, 2018).

Penelitian lain dengan judul faktor penyebab missfile pada berkas rekam

medis di Rumah Sakit menunjukan bahwa faktor yang memiliki potensi besar
4

dalam petugas rekam medis adalah riwayat pendidikan, ketidaksesuaian antara

kemampuan kompetensi dan standar yang berlaku terhadap riwayat pendidikan

akan menyebabkan petugas mengalami kesulitan dalam bekerja. Riwayat

pendidikan D3 rekam medis dan informasi menjadi ketentuan yang diberlakukan

oleh permenkes apabila ingin bekerja di bagian rekam medis (Putri & Putri, 2019).

Dalam penelitian yang dilakukan (Simanjuntak & Wati Oktavin Sirait,

2019). Riwayat pendidikan yang dimiliki petugas membawa pengaruh yang besar

dalam meningkatkan kinerja karyawan menjadi lebih produktif, sesuainya standar

pendidikan dan kompetensi yang dimiliki akan mempermudah dalam bekerja


karena petugas akan lebih cepat dalam menemukan sebuah dokumen dan

menyimpan kembali di tempat yang sesuai.

Selain riwayat pendidikan hal lain yaitu ketersediaan sarana prasarana dan

bahan material menjadi bagian yang sangat penting yang dapat mendukung

penyimpanan berkas rekam medis, tidak disediakannya map sebagai tempat

penyimpanan berkas rekam medis akan menyebabkan berkas mudah sobek karena

tidak adanya pelindung. Petugas yang melakukan pencarian berkas akan


mengalami kesulitan karena berkas tersebut tidak ditemukan karena terjadi

kerusakan. Berkas yang disimpan dengan cara ditumpuk dan berdekatan menjadi

penyebab sulitnya petugas mencari berkas rekam medis dikarenakan memerlukan

pengecekan secara detail melalui nomor rekam medis (T. G. Wati & Nuraini,

2019).

Hasil penelitian (Valentina & Winda Andryani Sinaga, 2021) tentang unsur

manajemen 5 M dalam pelaksanaan penyimpanan rekam medis menunjukkan

perlunya peningkatan dalam unsur penyimpanan material terutama penyediaan

tracer, buku ekspedisi serta map family folder (Valentina & Winda Andryani

Sinaga, 2021).
5

Sejalan dengan penelitian analisis penyebab kerusakan berkas rekam medis

di Rumah Sakit Universitas Airlangga ditemukan bahwa ketebalan bahan map

yang digunakan telah sesuai namun memiliki desain yang tidak sesuai dengan

ukuran berkas yang menyebabkan petugas kesulitan mencari potongan kertas

karena terjadi robekan pada ujungnya. Keamanan, kerapian dan teraturnya berkas

rekam medis menjadi dampak yang ditimbulkan pada ruang penyimpanan apabila

terjadi kerusakan. Belum memadainya ketersediaan rak penyimpanan akan

mempengaruhi proses penataan berkas yang menyebabkannya tidak rapi (Aulia

Nurul K,Novia Nuraini, 2020).


Selain faktor tersebut terdapat juga yang mempengaruhi suatu kejadian

missfile yaitu machine dimana kegiatan rekam medis dapat terlaksana dengan baik

apabila tersedianya fasilitas yaitu alat yang menunjang dalam pelaksanaan

kegiatan rekam medis secara operasional maupun non operasional dalam memberi

pelayanan pada unit rekam medis oleh petugas secara cepat dan tepat. Penelitian

yang berjudul faktor penyebab missfile pada berkas rekam medis di Rumah Sakit

dimana tidak disediakannya tracer dalam sebuah machine menjadi penyebab


kejadian missfile. Kejadian missfile dapat diminimalisir dengan menggunakan alat

bantu yaitu tracer dalam melakukan proses pengambilan dan pengembalian berkas

rekam medis (Putri & Putri, 2019).

Penelitian lain dengan judul analisis faktor penyebab keterlambatan

pengembalian rekam medis di rumah sakit diperoleh pengadaan sarana yang belum

maksimal seperti pengadaan komputer dan rak rekam medis. Adapun faktor

penyebab keterlambatan pengendalian rekam medis disebabkan oleh komponen

machine sebanyak 33,3% (Dewi et al., 2021). Dalam menghindari terjadinya

kejadian missfile maka petugas harusmemiliki standar dan kompetensi yang sesuai

seperti pendidikan harus berlatar belakang minimal pendidikan D3 Rekam medis


6

maka selain dapat meminimalkan kejadian missfile juga meningkatkan kualitas

kerja (Aulia Nurul K,Novia Nuraini, 2020).

Agar semua pengelolaan rekam medis terlaksana dengan baik diperlukan

adanya manajemen yang baik. Kegiatan mengatur, merencanakan, mengorganisir,

memberi arahan dan pengendalian merupakan manajemen rekam medis yang

digunakan dalam proses penentuan dalam mencapai target dengan memanfaatkan

ketersediaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien agar organisasi dapat

mencapai tujuannya. Terdapat 5 unsur manajemen yaitu Man, Money, Material,

Machine dan method yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan (Ulfa, 2018).
Pelayanan kesehatan akan terhambat apabila berkas rekam medis tidak

disimpan dengan tepat. Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo merupakan

RSUD pemerintah serta ialah rumah sakit tipe C yang terletak di Kabupaten

Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit ini

didukung oleh ketersediaan dokter spesialis dan didukung oleh sarana Kesehatan

yang lain. Tidak hanya RSUD Nene Mallomo pula merupakan rumah sakit

referensi buat sarana Kesehatan lingkungan tingkat pertama.


Informasi data SDM di RSUD Nene Mallomo yaitu adanya klinik 22 orang,

perawatan 208 orang, kebidanan 50 orang, took obat 19 orang, Kesehatan

masyarakat 37 orang, Kesehatan lingkungan 4 orang, gizi 8 orang, fisioterapi 2

orang, professional klinik 7, perancangan biomedik 23 orang.

Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan di RSUD Nene Mallomo

ditemukan pengelolaan rekam medis belum optimal salah satunya adalah tidak

adanya ruang khusus penyimpanan berkas yang menyebabkan bergabungnya

ruang kerja dan ruang dokumen, ketidaksesuaian antara jarak dan rak

penyimpanan berdasarkan standar pelayanan. Penentuan diagnosa oleh dokter

dengan tidak spesifik akan menyebabkan terjadinya missfile dan human error
7

ketika petugas akan membuat laporan secara internal maupun eksternal karena

akan berpengaruh terhadap proses penyusunan dan perencanaan rumah sakit.

Instansi kesehatan akan memperoleh hasil yang tidak optimal apabila

menggunakan laporan yang salah. Proses pengisian data memerlukan adanya

kesesuaian antara kejadian, akurat, dan terpercaya untuk dijadikan sebagai

informasi dalam pembuatan laporan secara lengkap, detail dan tepat waktu. Dari

penjelasan tersebut maka calon peneliti merasa perlu untuk meneliti mengenai

sistem pengelolaan rekam medis di RSUD Nene Mallomo.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan terkait permasalahan

berkas yang salah selip, maka rumusan masalah yang ditarik adalah “bagaimana

gambaran sistem pengelolaan rekam medis di instalasi rekam medis RSUD Nene

Mallomo?”.
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian
Pengelolaan rekam medis di RSUD Nene Mallomo menjadi fokus
yang diteliti yang mana dilihat dari pendekatan sistem mulai dari input,

yaitu sumber daya manusia, standar operasional prosedur, dan sarana

prasarana. Kemudian proses, yaitu assembling, coding and indeksig, filling,

dan analysing. Terakhir output, yaitu ketersediaan berkas rekam medis.

2. Deskripsi Fokus
Penelitian ini berfokus pada sistem pengelolaan rekam medis yang

ditelusuri dari segi input berupa sumber daya manusia yang bertindak

sebagai pengelola dan sarana dan prasarana yang membantu pekerjaan

petugas rekam medis. Segi proses yaitu bagaimana alur pengelolaan rekam

medis yang dimulai dari Assemblig, Coding dan Indeksig, Filling dan
8

Analysing. Segi output yaitu hasil dari unit rekam medis berupa

ketersediaan berkas rekam medis serta sarana dan prasarana yang

menunjang pelaksanaannya.
D. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk mengetahui bagaimana

gambaran sistem pengelolaan rekam medis di RSUD Nene Mallomo

Kabupaten Sidrap Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis di RSUD Nene

Mallomo dilihat dari input berupa ketersediaan sumber daya manusia

dan sarana prasarana.

b. Mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis dilihat dari sisi

proses berupa assembling, coding and indeksig, filling, dan analysing.

c. Mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis dilihat dari

output berupa ketersediaan berkas rekam medis.


E. Manfaat penelitian

1. Rekam medis

Menjadi acuan akan pentingnya pemberian pelayanan kesehatan secara

efektif sehingga rekam medis dapat dikelola dengan baik.

2. Teoritis

Menjadi informasi tambahan dan masukan dalam mengambil kebijakan

terhadap pengelolaan berkas rekam medis di Rumah sakit.

3. Praktis

Sebagai literatur tambahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan

yang mendukung penelitian yang akan datang.


F. Kajian Pustaka Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu Yang Terkait Dengan Pengelolaan Rekam Medis
Nama
No Penelitian, Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1 (Angga Saputra Perbandingan pengetahuan Eksperimen Pengetahuan, Kategori pemahaman sebelum pelatihan, paham
& Haryani petugas rekam medis untuk kuantitatif, sebanyak pemahaman, analisa (50%) dan tidak paham (50%), terjadi
Octaria, 2021) pencapaian standar pengelolaan 6 sampel dengan dan aplikasi peningkatan hingga 100% setelah pelatihan.
rekam medis sebelum dan sesudah teknik total sampling. Tidak terjadi peningkatan pada kategori
pelatihan di rumah sakit bersalin Kuesioner pengetahuan sebelum dan setelah penelitian
annisa pekanbaru tahun 2019 yaitu 100%. Kategori Analisa sebelum
pelatihan, bisa (75%) dan tidak bisa (25%),
terjadi peningkatan hingga 100% setelah
pelatihan. Kategori Aplikasi sebelum pelatihan,
bisa (75%) dan tidak bisa (25%) terjadi
peningkatan hingga 100% setelah pelatihan.
(Handayuni & Analisa pelaksanaan pengelolaan Kualitatif dengan Pendidikan dan Tidak terdapat petugas dengan latar belakang
2 Handayani, rekam medis di puskesmas muara menggunakan pengetahuan pendidikan tamatan rekam medis, tidak pernah
2020) madras kecamatan jangka provinsi pendekatan mendapatkan pelatihan kecuali p-care.
Jambi fenomenologi Minimnya pengetahuan mengenai pengelolaan
rekam medis dengan latar belakang pendidikan
yaitu bidan sera tidak adanya pelatihan petugas.
3 (Ayuningrum et Pendekatan sistem dalam Metode USG untuk kepala rekam medis, Ketersediaan petugas rekam medis yang masih
al., 2020) pengelolaan rekam medis di prioritas masalah. petugas assembling, kurang disertai dengan latar belakang
rumah sakit mitra sehat situbondo petugas coding, dan pendidikan dan tidak adanya pelatihan. Tidak
petugas filling. tersedianya komputer dan buku laporan rawat
inap, panasnya suhu ruangan, serta kurangnya
jumlah rak penyimpanan.
4. (Maliang et al., Sistem pengelolaan rekam medis Kualitatif dengan Pengelompokan, Sistem penyimpanan rekam medis
2019) pendekatan mereduksi, menggunakan cara sentralisasi, yaitu
fenomenologi pembuatan kategori, penggabungan laporan pasien rawat jalan dan
analisis dan perawatan darurat. Pemberian kode
interpretasi dalam penyimpanan di setiap rak berdasarkan alamat
bentuk narasi pasien.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

1. Definisi
Rumah sakit sebagai aspek integral dalam organisasi sosial dan

kesehatan dengan tujuan memberikan pelayanan secara penuh kepada

masyarakat untuk penyembuhan (kuratif) dan pencegahan (preventif) suatu

penyakit. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menjadi pusat pelatihan dan

penelitian bagi tenaga medis (World Health Organization, 1957).


Rumah sakit menjadi lembaga institusi yang berperan dalam

memberikan pelayanan kesehatan bagi sejumlah manusia dengan karakter

yang berbeda-beda yang didorong oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan, serta keadaan sosial ekonomi manusia yang diharuskan

mampu memajukan dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan

berprestasi bagi masyarakat dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya (undang-undang No.44 Tahun 2009) dalam (Nomor et al.,


2020).

B. Tinjauan Umum Tentang Rekam Medis

1. Definisi Rekam medis


Rekam medis digunakan sebagai bukti apabila terjadi kesenjangan

medis antara dokter dan pasien. Pasien dapat mengetahui jumlah biaya yang

dibutuhkan untuk perawatan dan pengobatan melalui sarana finansial yaitu

rekam medis. Masalah dapat dipecahkan secara ilmiah apabila data rekam

medis digunakan untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. Kesehatan

pasien dapat terjamin apabila rekam medis digunakan sebagai sarana dalam

mendokumentasikan laporan.

11
12

Rumah sakit maupun dokter memiliki kewajiban untuk menjaga dan

merahasiakan data pribadi milik pasien yang tercantum dalam catatan rekam

medis. Dokter diperbolehkan untuk menyampaikan isi rekam medis pasien

melalui pemberian izin secara tertulis. Hak pasien yang perlu menjadi pusat

perhatian adalah merahasiakan isi dari rekam medis. Pasien dapat

melakukan penuntutan kepada pihak berwajib apabila isi rekam medis

disebarluaskan tanpa izin darinya yang menimbulkan kerugian (Abarca,

2021)

2. Tujuan Rekam Medis


Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan demi mewujudkan

keteraturan yang menunjang proses administrasi di rumah sakit merupakan

tujuan rekam medis. Tata tertib administrasi pada rumah sakit akan sesuai

harapan apabila didukung oleh sistem pengelolaan rekam medis dengan baik

dan benar. Salah satu faktor penentu dalam upaya pelayanan kesehatan di

rumah sakit adalah tata tertib administrasi (Nomor et al., 2020)

3. Kegunaan Rekam Medis


Berikut adalah kegunaan rekam medis yang ditinjau dari berbagai

aspek, yaitu:

a. Aspek dan nilai administrasi berisi pelayanan kesehatan berupa

tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis yang

disesuaikan dengan tanggungjawab dan aturan yang berlaku.

b. Aspek Medis Catatan rekam medis yaitu mempersiapkan rencana

dasar dalam memilih jenis perawatan yang dibutuhkan oleh pasien

untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan yang

diberikan melalui kegiatan audit medis, penanganan risiko secara

klinis, memberi rasa aman kepada pasien dan perhitungan biaya.


13

c. Aspek Hukum Berkas rekam medis berisi jaminan dan kepastian

yang diberikan kepada pasien yang bernilai hukum dalam

memperoleh keadilan. Rekam medis berisi informasi mengenai

identitas pasien, riwayat pemeriksaan, jenis pengobatan yang

digunakan, dan tindakan yang dilakukan selama memperoleh

pelayanan kesehatan. Sedangkan rekam medis menjadi milik dokter

dan rumah sakit.

d. Aspek Keuangan Berkas rekam medis berisi informasi perihal jumlah

biaya yang harus dikeluarkan berdasarkan jenis pengobatan yang


dilakukan oleh pasien, seperti terapi dan tindakan yang diperoleh

selama menjadi pasien di rumah sakit.

e. Aspek Penelitian Berkas rekam medis dapat dijadikan sebagai

informasi dan data yang menunjang sebuah penelitian untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang kesehatan.

f. Aspek Pendidikan Berkas rekam medis dapat dijadiakan sebagai

informasi karena berisi kronologi perkembangan dari suatu tindakan


yang diterima oleh pasien. Penggunaan informasi dijadikan sebagai

bahan referensi pengajaran seperti pendidikan di bidang kesehatan.

g. Aspek Dokumentasi Berkas rekam medis digunakan sebagai laporan

pertanggungjawaban dalam sebuah rumah sakit yang menjadi alat

bukti terhadap isi dari rekam medis karena merupakan sumber

ingatan. Kesesuaian antara prosedur dan aturan yang berlaku menjadi

salah satu faktor yang memudahkan proses dokumentasi secara efektif

(Nomor et al., 2020).

4. Isi Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan


Proses pengisian rekam medis oleh petugas memerlukan adanya
14

referensi yang benar agar dapat menghindari terjadinya kesalahan,

ketertinggalan data dan keterangan terhadap perawatan yang diperoleh

pasien. Isi dari rekam medis bagi pasien rawat jalan menurut permenkes

RI No. 269 Tahun 2008 yang terdapat dalam pasal 3 ayat (1) yaitu:

a. Identitas pasien

b. Tanggal dan waktu

c. Hasil pemeriksaan berdasarkan keluhan dan riwayat penyakit yang

diderita

d. Hasil pemeriksaan secara fisik dan medis.


e. Penegakan diagnosis

f. Perencanaan tata laksana

g. Pengobatan dan tindakan

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

i. Odontogram klinik bagi pasien yang memeriksakan gigi

j. memerlukan persetujuan terhadap tindakan yang diambil

(Abarca, 2021)

5. Isi Dokumen Rekam Medis Rawat Inap


Rekam medis bagi pasien rawat inap berisi :

a. identitas pasien

b. tanggal dan waktu

c. hasil pemeriksaan berdasarkan keluhan dan riwayat penyakit

d. hasil pemeriksaan fisik dan medis

e. penegakan diagnosis

f. perencanaan tatalaksana

g. pengobatan dan tindakan

h. memerlukan persetujuan terhadap tindakan yang diambil


15

i. pencatatan hasil observasi secara klinis berdasarkan hasil pengobatan.

j. ringkasan pulang (discharge summary)

k. mencantumkan nama dan tanda tangan petugas kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan

l. tenaga kesehatan memberikan pelayanan lain

m. Odontogram klinik bagi pasien yang memeriksakan gigi

(Abarca, 2021)

6. Kelengkapan Isi Rekam Medis


Pasien yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan harus segera
dibuatkan laporan medis secara lengkap dan menyeluruh berdasarkan

pedoman dari (Departemen Kesehatan RI, 1997) sebagai berikut:

a. Laporan catatan rekam medis ditulis dalam kurun waktu paling lambat

yaitu 1 x 24 jam setelah pasien melakukan konsultasi.

b. Dokter maupun tenaga kesehatan membubuhkan tanda tangan pada

laporan berkas rekam medis yang dilengkapi dengan nama yang jelas

dan berisi tanggal pemeriksaan pasien sesuai dengan tugas dan


kewajibannya.

c. Dokter yang bertindak sebagai pembimbing memiliki tanggungjawab

terhadap mahasiswa yang sedang melakukan pencatatan terhadap

laporan pasien yang berisikan tanda tangan dokter yang merawat.

d. Residen yang bertugas untuk mencatat laporan harus menyampaikan

setiap kegiatan yang dilakukan kepada pembimbing yaitu dokter.

e. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, dokter harus segera

melakukan koreksi sebelum bertandatangan. Laporan yang telah

ditulis, tidak boleh ada yang dihapus (Nomor et al., 2020).


16

7. Mutu Rekam
Rekam medis berdasarkan dari Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008

digunakan untuk menganalisis secara kuantitatif, kualitatif, dan statistik yang

dilaksanakan dengan baik untuk dilaporkan kepada petugas rekam medis

yang melakukan pencatatan, agar menghindari adanya berkas yang kurang

akan menyebabkan data yang tidak akurat. Laporan yang tidak lengkap harus

dilakukan proses tindak lanjut untuk membuat laporan rekam medis secara

lengkap (PERMENKES RI, 2008). Berikut berkas kelengkapan rekam medis

berdasarkan indikator:
a. Dokter melengkapi isi rekam medis pasien jika telah selesai melakukan

perawatan dalam waktu <24 jam setelah pulangnya pasien.

b. Proses pengisian data rekam medis harus dilakukan dilakukan secara teliti

dan tepat berdasarkan kondisi yang sebenarnya untuk memperoleh laporan

yang akurat.

c. Proses pengisian dan pengembalian harus dilakukan dengan tepat waktu

sesuai dengan aturan yang berlaku.


d. Aspek hukum yang tercantum:

1. Tidak menggunakan pensil dalam menulis data rekam medis

2. Tidak adanya coretan

3. Coretan dapat dianggap benar apabila catatan yang sebenarnya tidak

dikurangi atau dihilangkan

4. Dokter maupun tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan secara

langsung kepada pasien harus bertanda tangan dalam lembar rekam

medis

5. Tertera tanggal dan waktu pemeriksaan dilakukan

6. Tindakan yang diambil memerlukan adanya surat persetujuan.


17

C. Tinjauan Umum Tentang Rawat Jalan

1. Definisi
Pelayanan rawat jalan (ambulatory service) adalah pelayanan yang

ditawarkan untuk pasien yang tidak memerlukan perawatan rawat inap di

rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan. Rumah sakit, puskesmas,

maupun klinik juga menyediakan perawatan secara rawat jalan bahkan

beberapa pasien melakukan rawat jalan di rumahnya. Menurut Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1165/Menkes/SK/X/2007 mendefinisikan

pelayanan rawat jalan sebagai bentuk observasi, penegakan diagnosis,


upaya pengobatan, rehabilitasi medik dan beberapa pelayanan lainnya

dengan tidak menginap di rumah sakit (KEPMENKES RI, 2007).

2. Mekanisme Penerimaan Pasien


Mekanisme prosedur rawat jalan dalam menerima pasien menurut

(Departemen Kesehatan RI, 1997)

a. Pasien Baru

Pasien yang baru mengunjungi pelayanan kesehatan akan


ditempatkan di bagian penerimaan yang selanjutnya petugas

melakukan wawancara untuk mengisi formulir mengenai riwayat

penyakit yang berisi identitas sosial. Apabila pasien telah selesai

melakukan pengobatan, bagian poliklinik harus mengembalikan

semua berkas rekam medis. Rekam medis pasien akan dikirim pada

ruang perawat jika pasien memerlukan perawatan.

b. Pasien Lama

Pasien yang telah tercatat telah mengunjungi pelayanan

kesehatan sebelumnya, pasien langsung mengunjungi tempat

pendaftaran khusus pasien lama kemudian menuju tempat


18

penerimaan berdasarkan standar yang berlaku yaitu mengunjungi

karena adanya janji dengan dokter ataupun atas kehendak sendiri

(Nomor et al., 2020)

D. Tinjauan Tentang Sumber Daya Manusia Perekam Medis Dan Informasi

Kesehatan
Dalam bidang manajemen, rumah sakit mulai lebih aktif dalam

memasarkan produk layanan dan menggunakan information system untuk

penyelesaian tugas-tugas manajemen. Pola pengendalian sumber daya rumah

sakit bergeser ke arah kemampuan manajemen. Yaitu pasien masih menjadi


sumber utama penghasilan rumah sakit walaupun pada periode ini peranan

dokter masih dominan dalam mengendalikan pemasukan pasien ke rumah

sakit. Manajer administrasi atau administrator rumah sakit sangat berperan

dalam negosiasi dengan asuransi kesehatan, komisi-komisi akreditasi rumah

sakit, dan sebagai juru bicara (humas) yang berhadapan dengan media

publikasi dan masyarakat, sehingga administrator dapat menjadi CEO (Chief

Executive Officer) yang berwenang penuh dalam manajemen rumah sakit


(Satrianegara, 2014).

Tujuan dari manajemen pelayanan kesehatan adalah untuk memperoleh

sumber daya, efektivitas, dan mengelola keperawatan, efisiensi, kualitas, dan

peningkatan kesehatan. Tetapi beberapa orang berpendapat bahwa rumah

sakit tidaklah mudah dikelola seperti mengelola usaha hotel dan klinik. Jika

di klinik atau di beberapa rumah sakit biasanya dokter berkuasa atas

pelayanan medik dengan mengarahkan langsung pada banyak pegawai yang

lebih dianggap sebagai tenaga penunjang suatu rumah sakit.

Petugas yang bertugas dalam bidang rekam medis harus memiliki

riwayat pendidikan formal rekam medis dan informasi. Berdasarkan aturan


19

dari Menteri Kesehatan RI No. 55 Tahun 2013 menyampaikan bahwa

petugas rekam medis adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan berdasarkan undang-undang yang

ditetapkan. Pada tahun 2014 diterbitkan Undang-Undang RI No. 36 Tahun

2014 perihal tenaga kesehatan, bahwa petugas rekam medis diberi tugas dan

tanggungjawab dalam melaksanakan wewenang secara paripurna adalah

seorang Pegawai Negeri Sipil dan melaporkan kepada pihak yang

berwenang dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan rekam medis informasi

kesehatan terhadap sarana kesehatan. Jabatan fungsional petugas rekam


medis dan penyalur informasi berdasarkan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI No. 30 Tahun

2013, yaitu

1. Perekam Medis Terampil


a. Petugas rekam medis sebagai pelaksana

b. Pelaksanaan kegiatan lanjutan oleh petugas rekam medis

c. Petugas rekam medis pengganti

2. Perekam Medis Ahli


a. Petugas rekam medis Pertama

b. Petugas rekam medis Muda

c. Petugas rekam medis Madya (National & Pillars, n.d.)

E. Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Definisi Manajemen
Manajemen secara umum adalah manajemen sumber daya manusia

seperti manajemen keuangan, pemasaran dan operasi. Organisasi menerapkan

manajemen sumber daya manusia sebagai kajian yang sangat penting karena

organisasi tidak hanya berhadapan dengan masalah bahan mentah, peralatan


20

kerja dan produksi dan modal. Sumber daya manusia menjadi pokok

permasalahan yang utama dalam membangun kinerja untuk menjalankan

sebuah tujuan dalam sebuah organisasi dengan mengelola faktor yang menjadi

bagian produksi (Johaeri Irhas, 2018).

Dalam surah Al-Shaff ayat 4 dikemukakan:


           

Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh”.

Maksud dari shaff disitu menurut al-Qurtubi adalah menyuruh masuk

dalam sebuah barisan (organisasi) supaya terdapat keteraturan untuk

mencapai tujuan.

Hal ini sesuai dengan hadits, An-Nawawi (1987:17) yang diriwayatkan dari

Ya’la Rasulullah bersabda:

Artinya:
“Sesungguhnya Allah mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan
dalam segala sesuatu." (HR. Bukhari)

Berdasarkan hadits di atas, pengawasan dalam Islam dilakukan untuk

meluruskan yang bengkok, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang

hak.

2. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia


MSDM ialah komponen pertama saat menjalankan sebuah asosiasi.

Kondisi dan aksesibilitas tenaga kerja, norma kesesuaian dan kapabilitas

SDM yang berkualitas serta situasi tenaga kerja di tempat/jabatan yang sesuai

akan menentukan pencapaian asosiasi. Organisasi mempunyai bidang yang


21

strategis yaitu Manajemen sumber daya manusia (MSDM). Definisi MSDM

menurut Sutrisno (2009:6) merupakan sejumlah kegiatan yang

merencanakan, mengadakan, mengembangkan dan memelihara untuk

mencapai tujuan yang diharapkan secara pribadi maupun kelompok melalui

pemanfaatan SDM.

Sunyoto (2012:3) juga memiliki pandangan yang sama yaitu proses

manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengelola dan

memanfaatkan sumber daya manusia agar memiliki kontribusi yang lebih

terhadap setiap karyawan, pemimpin dan perusahaan dalam menghadapi


masalah yang tidak terduga. Selanjutnya, pemahaman MSDM yang

disampaikan oleh Anthony, dkk (2002) rangkaian tugas yang bervariasi yang

diberikan oleh perusahaan dalam memberi pelatihan, pengembangan,

dukungan, mengorganisir, dan pemeliharaan bagi setiap karyawan

perusahaan.

Peneliti memberi kesimpulan mengenai MSDM dari berbagai ahli yaitu

salah bagian dalam organisasi yang memiliki tanggungjawab terhadap


wewenang untuk memantau SDM yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan

organisasi (Johaeri Irhas, 2018), sebagaimana dalam Q.S. Al-Mudatsir

:74/38.

     

Terjemahnya:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.

Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa setiap jiwa manusia tergadai

di sisi Allah. Baik yang muslim maupun yang kafir, yang ingkar ataupun

yang taat, semuanya tergantung kepada Allah. Tiap jiwa terikat dengan amal

yang dikerjakan sampai hari kiamat, kecuali golongan kanan. Artinya mereka
22

dapat melepaskan keterikatan mereka di sisi Allah dengan amal-amal baik

yang mereka kerjakan, sebagaimana halnya seorang dapat melepaskan diri

dari status gadai karena telah membayarkan kewajibannya. Golongan kanan

yang dimaksudkan adalah orang-orang mukmin yang ikhlas, yang menerima

buku amalan mereka di sebelah kanan di hari kiamat. Akan tetapi, ada pula

yang mengatakan golongan kanan dalam ayat ini adalah anak-anak yang

memang belum diperhitungkan dosa dan kejahatannya. Bahkan ada yang

berpendapat golongan kanan itu adalah para malaikat.

Selanjutnya dalam hadits riwayat Thabrani, No:891, Baihaqi, No: 334

Artinya:
Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersadba:
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja,
mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No:891, Baihaqi,
No:334)

Maksud dari hadits tersebut adalah Allah sangat senang pada setiap

hamba yang apabila bekerja selalu mengutamakan tanggung jawab dan

amanah dalam mencapai tujuan yang ingin diselesaikan.

3. Aset Organisasi
Flippo (1996), menyatakan bahwa SDM/tenaga kerja dewan mengatur,

memilah, mengoordinasikan, dan mengatur perolehan, kemajuan kompensasi,

campuran, dukungan, dan akhir hubungan pekerja dengan niat penuh untuk

mencapai tujuan tunggal perwakilan, organisasi atau asosiasi dan masyarakat.

Aset manusia para eksekutif adalah perkumpulan yang secara resmi dibentuk

oleh suatu organisasi untuk membantu organisasi tersebut dalam menangani


23

SDM-nya sesukses mungkin untuk memberi manfaat bagi para pekerja,

organisasi dan masyarakat (Samsuni : 113, 2017).

Setiap individu yang berhubungan dengan asosiasi akan mendapatkan

aset yang berbeda untuk mencapai tujuan asosiasi. Aset yang dimiliki oleh

organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima macam aset (5M), yaitu

sebagai berikut:

a) Man (Manusia)
Tenaga Kesehatan merupakan sumber daya manusia yang ada di

rumah sakit. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan, setiap orang yang mengabdi pada bidang kesehatan dikatakan

sebagai tenaga kesehatan pengetahuan dan keterampilan yang

dimilikinya berdasarkan riwayat pendidikan yang telah ditempuh untuk

melakukan upaya peningkatan kesehatan berdasarkan wewenang yang

ditetapkan. Berdasarkan aturan pemerintah No 32 Tahun 1996 mengenai

tenaga Kesehatan yang tercantum dalam bab 2 yaitu jenis tenaga

kesehatan yang termasuk dalamjenis tenaga keteknisian medis.


Jabatan fungsional petugas rekam medis dan jumlah penempatan

formasi berdasarkan peraturan Menteri pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Permenpan dan

RB) No. 30 Tahun 2013 dari segi lingkungan RumahSakit Umum yaitu:

1) Rumah Sakit Umum Tipe A

a) Sebanyak 70 orang tenaga terampil dan

b) Sebanyak 20 orang tenaga ahli

2) Rumah Sakit Umum Tipe B

a) Sebanyak 45 orang tenaga terampil dan

b) Sebanyak 10 orang tenaga ahli


24

3) Rumah Sakit Umum Tipe C

a) Sebanyak 30 orang tenaga terampil dan

b) Sebanyak 10 orang tenaga ahli

4) Rumah Sakit Umum Tipe D

a) Sebanyak 15 orang tenaga terampil dan

b) Sebanyak 4 orang tenaga ahli

Sumber daya manusia sangat diperlukan dalam menjalankan

pekerjaan di rekam medis yang disesuaikan dengan kompetensi petugas

rekam medis, seorang petugas rekam medis harus menguasai


kompetensi dalam profesi perekam medis. Pekerjaan sebagai petugas

rekam medis memerlukan pengetahuan yang merupakan komponen

penting. Menurunnya hasil kinerja merupakan dampak negatif yang

ditimbulkan akibat pengetahuan yang rendah.

Terdapat dua aspek yang disebutkan oleh Notoadmojo (2010) dari

segi pandangan sumber daya manusia yaitu kualitas dan kuantitas.

Direktur rumah sakit memiliki kewajiban dalam meningkatkan


pendidikan petugas rekam medis dengan memberi pembinaan seperti

pengetahuan dan keterampilan menurut DepKes RI (1997) sesuai

dengan ketentuan yaitu 2 orang tenaga rekam medis dengan riwayat

pendidikan DIII RM untuk RSU tipe C & RS, dan adanya SLTP rekam

medis minimal 20 jam bagi setiap staf rekam medis (Asmara

Indahingwati, 2020).

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor riwayat pendidikan

yang pernah ditempuh karena memiliki proses belajar dan penerimaan

informasi lebih mudah jika seseorang mempunyai pendidikan yang tinggi

menurut Notoatmodjo (2007). Perlu menjadi hal menarik yang


25

diperhatikan bahwa memiliki pendidikan yang rendah cenderung tidak

akan berpotensi memiliki pengetahuan yang rendah.

Petugas rekam medis berdasarkan Permenkes No. 55 Tahun 2013

perihal Perekam Medis yang ditetapkan adalah seseorang yang telah

menyelesaikan Pendidikan rekam medis dan informasi kesehatan

berdasarkan aturan dalam Undang-Undang yang berlaku. Kualifikasi

petugas rekam medis berdasarkan riwayat pendidikan, yaitu :

a) Ahli madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan jika memiliki

riwayat pendidikan DIII RM dan Informasi Kesehatan.

b) Sarjana Rekam Medis dan Informasi Kesehatan jika memiliki

riwayat pendidikan DIV RM dan Informasi Kesehatan.

c) Sarjana Rekam Medis dan Informasi Kesehatan dengan latar

belakang pendidikan S1 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

d) Magister Rekam Medis dan Informasi Kesehatan dengan latar

belakang pendidikan S2 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Tingginya pendidikan yang dimiliki petugas rekam medis akan

membawa pengaruh positif karena pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki lebih luas dibanding rendahnya pendidikan petugas.

b) Material (Bahan-Bahan yang diperlukan dalam kegiatan)


Tercapainya tujuan yang sesuai dengan harapan memerlukan

ketersediaan bahan dan peralatan (Abarca, 2021).

Memanfaatkan bahan material yang tersedia. Kegiatan yang

dilakukan secara berkelompok dalam mendayagunakan material

merupakan manajemen.

Data pasien yang dicatat dalam rekam medis merupakan suatu

kerahasiaan yang harus dijaga dan dilindungi melalui dengan menyimpan


26

lembaran laporan ke dalam sebuah map dengan tujuan informasi tersebut

hanya akan diterima oleh pasien saja bukan pihak lain. Terdapat

perbedaan dalam penyimpanan berkas rekam medis dengan folder

sebuah perusahaan.

Berkas rekam medis memiliki tujuan penyimpanan, yaitu :

1) Berkas yang disimpan dalam rak penyimpanan akan lebih mudah

dicari dan cepat ditemukan

2) Proses pengambilan berkas dilakukan dengan mudah

3) Pengembalian berkas yang relatif mudah


4) Berkas yang disimpan dapat terjaga dan terlindungi untuk

menghindari adanya berkas yang dicuri maupun dari kerusakan

secara fisik, biologi dan kimia.

Bahan mentah (raw material) dan bahan jadi merupakan komponen

material. Material yang terdapat pada ruang filing merupakan bahan yang

dapat digunakan untuk membuat formulir, map untuk menyimpan

dokumen, serta jenis dan warna tinta yang dipakai, kemudian bahan yang
disediakan untuk pembuatan rak filing.

c) Machine (Mesin atau alat untuk berproduksi)

Laba dalam jumlah besar dapat diperoleh jika tersedianya alat atau

mesin yang dapat mempermudah dalam melakukan pekerjaan dan

meningkatkan kinerja (Abarca, 2021)

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Anik (2016)

mengemukakan bahwa penggunaan tracer sebagai petunjuk dapat

meningkatkan kinerja para petugas rekam medis dan mengontrol berkas

rekam medis. Berkas yang telah dipindahkan dari rak penyimpanan

memerlukan ketersediaan tracer sebagai petunjuk yang dapat memberi


27

kepastian dan sasaran yang menjadi target pengiriman. Out guide

merupakan sebutan lain tracer di berbagai negara. Ketersediaan tracer

atau outguide dapat membantu dalam proses pencarian jika berkas tidak

ditemukan di rak penyimpanan (Pujilestari, 2016).

Keberadaan petunjuk keluar (outguide) merupakan alat yang

berperan penting dalam mengawasi berkas rekam medis yang digunakan.

Menurut International Federation Health Organization (IFHRO) dalam

anik (2016) proses peminjaman rekam medis dapat ditingkatkan secara

efisien dan akurat melalui penggunaan petunjuk keluar (outguide).


Berkas rekam medis lebih mudah untuk diidentifikasi apabila tidak

dipindahkan atau dikeluarkan dari rak penyimpanan (Pujilestari, 2016).

Ketersediaan alat atau sarana manajemen sebagai bahan material

digunakan oleh manusia dalam mencapai tujuan dari kegiatan yang akan

dilaksanakan (M Manullang, 2012).

Menurut perMenKes RI Nomor 82 Tahun 2013 pasal 3, bahwa

penyelenggaraan SIMRS diharuskan bagi setiap rumah sakit.


Menggunakan aplikasi dalam penyelenggaraan SIMRS yang berasal dari

sumber terbuka (open source) oleh kementerian kesehatan sebagai pihak

penyedia atau rumah sakit menggunakan aplikasi yang dibuat sendiri.

d) Money (Anggaran Dalam Proses Produksi)

Dana merupakan salah satu yang paling berperan untuk mencapai

suatu sistem di instansi pelayanan kesehatan agar tercapai pelayanan

yang baik dan cepat sesuai dengan yang diharapkan pasien. Di Rumah

sakit X, dana pada bagian rekam medis tidak diperoleh dalam bentuk

uang melainkan barang. Petugas rekam medis sudah menyusun dalam

rincian keperluan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penyimpanan


28

rekam medis kemudian ada tenaga medis lain yang bertanggung jawab

membuat anggaran yang berisikan segala kebutuhan dalam rekam medis,

dan dana tersebut akan diperoleh dari JKN (Jaminan Kesehatan

Nasional) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

Setelah dana sudah ada, maka barang yang diperlukan akan

diberikan ke bagian rekam medis. Anggaran dana dibutuhkan dalam

pelaksanaan penyimpanan rekam medis untuk meningkatkan kualitas

pelayanan pada pasien. Dana atau biaya sebagai sarana manajemen harus

digunakan sedemikian rupa agar target yang telah di sepakati dapat


tercapai (Sinaga, 2021).

Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang

beredar dalam perusahaan. Money atau uang merupakan salah satu unsur

yang tidak dapat diabaikan, uang merupakan alat tukar dan alat pengukur

nilai. Oleh karena itu, uang merupakan alat yang penting untuk mencapai

tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional.

Jumlah uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja

berhubungan dengan hal tersebut. Anggaran merupakan faktor yang

sangat menentukan bagi rumah sakit, tanpa anggaran tentunya rumah

sakit tidak dapat menjalankan pelayanan, dan melaksanakan

operasionalisasi secara menyeluruh. Sasaran anggaran dapat dicapai

melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam bentuk anggaran (Maidin, dkk, 2013) dalam (Uus et

al., 2021).

e) Method (Metode Dalam Proses Produksi)


Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara

pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai


29

pertimbangan pada sasaran, fasilitas yang tersedia dan penggunaan

waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Method merupakan suatu tata cara

kerja atau metode yang baik dan akan memperlancar jalannya pekerjaan.

Walaupun metode baik, jika orang yang melaksanakannya tidak mengerti

atau tidak mempunyai pengalaman hasilnya tidak akan memuaskan (Uus

et al., 2021).

Maka hal ini sesuai dengan yang diungkapkan (Syawaludin Syah,

2015), manusia tetap menjadi peran utama dalam manajemen Berkas

yang menjabarkan aktivitas operasional yang dilakukan sehari-hari


merupakan definisi dari SPO, dengan tujuan agar pekerjaan tersebut

dilakukan secara benar, tepat, dan konsisten, untuk menghasilkan produk

sesuai standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Gabriele (2018)

menjelaskan bahwa standar prosedur operasional (SPO) adalah pedoman

atau acuan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan

fungsi dari pekerjaan tersebut, dengan adanya SPO semua kegiatan di

suatu perusahaan dapat terancang dengan baik dan dapat berjalan sesuai
kemauan perusahaan (Uus et al., 2021).

SOP (Standar Operasional Prosedur) adalah sistem yang dilakukan

secara baik dengan berurutan mulai awal sampai terakhir yang disusun

untuk merapikan, menertibkan dan memudahkan dan pekerjaan kita.

Sistem penyimpanan yang diterapkan di Rumah Sakit X adalah family

folder dimana satu map/folder rekam medis digunakan untuk satu

keluarga dan masing-masing formulir diberi tambahan kode khusus

untuk membedakan rekam medis milik ayah, ibu, dan anak. Sistem

penomoran menggunakan family numbering dimana penomoran ini

dipakai untuk satu keluarga (satu nomor untuk satu keluarga) (Sinaga,
30

2021).

Sistem penjajaran yang diterapkan yaitu sistem penjajaran numerik

biasa dimana penjajaran ini dimulai dari nomor yang terkecil sampai

yang terbesar misalnya nomor 001, 002 dan seterusnya. Penjajaran rekam

medis terdiri dari 6 digit angka yang terbagi menjadi 3 kelompok, dan

setiap kelompok terdiri dari 2 angka. Dengan demikian, terdapat

kelompok angka awal, tengah dan akhir (Valentina & Winda Andryani

Sinaga, 2021).
31

F. Kerangka Teori

Output

1. Berkas Rekam Medis

2. Sarana Dan Prasarana

Proses
Input
1. Assembling
1. SDM
2. Coding And Indeksig
2. SOP
3. Filling
3. Sarana Prasarana
4. Analysing

Outcome

Mutu Pelayanan Kesehatan

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber (Terry, 1968) dalam (Frenti Ginaya, 2012)
32

G. Kerangka Konsep

Input

SDM
Sarana Prasarana

Proses
Sistem Pengelolaan
1. Assembling
Rekam Medis
2. Coding And Indeksig

3. Filling
4. Analsying

Output
1. Berkas Rekam Medis
2. Sarana Dan Prasarana

Gambar 2. Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

deskriptif, dengan tujuan untuk dan mengetahui bagaimana gambaran pengelolaan

rekam medis di RSUD Nene Mallomo Kabupaten Sidrap. Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Nene Mallomo menjadi lokasi pelaksanaan penelitian yang akan

diagendakan pada bulan Juni 2022.


B. Pendekatan Penelitian

Studi kasus digunakan sebagai pendekatan penelitian yang proses

pengambilan melalui wawancara, observasi dan telaah dokumen.

C. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan berbagi sumber data yang dapat menunjang

pelaksanaan penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai gambaran

pengelolaan rekam medis di RSUD Nene Mallomo Kabupaten Sidrap.

1. Data Primer
Merupakan segala informasi yang dikumpulkan melalui

wawancara dan dokumentasi mengenai tujuan penelitian dengan

menerapkan protokol kesehatan.

2. Data Sekunder

Segala informasi yang diperoleh dari internet yang dapat

mendukung pelaksanaan penelitian dengan membaca, mencatat dan

mempelajari referensi yang lengkap.

33
34

D. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara interview

Peneliti melakukan wawancara kepada informan kemudian

mencatat dan merekam jawaban yang telah didengarkan secara teliti saat

melakukan proses wawancara.

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap sistem

pengelolaan rekam medis di RSUD Nene Mallomo.

3. Dokumentasi
Melakukan pengamatan pada ketersediaan dokumen kemudian

mengisi lembar observasi, terlaksana dengan baik dan memberikan hasil

yang optimal dan akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan dalam

suatu karya ilmiah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan saat melakukan wawancara kepada

informan secara langsung berupa pedoman wawancara, dokumen pendukung


dan beberapa referensi mengenai gambaran sistem pengelolaan rekam medis.

Menggunakan handphone untuk mengambil gambar dan merekam suara

informan. Pemilihan informan melalui teknik purposive sampling yang

berdasarkan pada kriteria inklusi yaitu berusia >17 tahun dan bertugas pada

bagian rekam medis.

F. Teknik Analisis

Hasil yang diperoleh melalui wawancara mendalam berupa rekaman

suara dipindahkan ke dalam bentuk transkrip untuk setiap informan yang telah

dikelompokkan berdasarkan variabel yang diteliti. Data yang telah

dikumpulkan tidak semuanya digunakan. Terdapat tiga prosedur dalam


35

memperoleh data, yaitu:

1. Data yang direduksi

2. Data yang disajikan

3. Data yang telah diverifikasi

G. Keabsahan Data

Jenis penelitian kualitatif memerlukan keabsahan dengan jumlah sampel

yang sedikit, sehingga dapat dipertanggungjawabkan sebagai bentuk karya ilmiah

melalui beberapa uji, antara lain:

1. Credibility
a. Waktu pengamatan yang lebih lama

b. Meningkatkan kecepatan dalam penelitian

c. Triangulasi

1) Triangulasi Sumber

2) Triangulasi Teknik

3) Triangulasi Waktu

d. Kasus negatif yang dianalisis


e. Memakai berbagai referensi

f. Mengadakan Member chek

1) Transferability

2) Dependability

3) Confirmability
36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Nene Mallomo terletak di Kecamatan

Maritenggae atau terletak di ujung selatan Kabupaten Sidrap, dengan jarak kurang

lebih 2 km dari Ibu kota Kabupaten Sidrap. Kondisi administrasi (sebagian besar)

yang digunakan untuk lahan persawahan. Luas wilayah kerja Rumah Sakit Umum

Nene Mallomo kurang lebih 2.506,19 km². Batas-batas wilayah Kabupaten Sidrap
adalah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Pinrang dan Enrekang

Selatan : Kabupaten Barru dan Soppeng

Timur : Kabupaten Luwu dan Wajo

Barat : Kabupaten Pinrang dan Pare-Pare

2. Visi Misi Rumah Sakit


a. Visi
Terwujudnya rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan terbaik,

aman, bermutu tinggi dan inovatif.

b. Misi
1) Mewujudkan pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan

pelanggan.

2) Mengupayakan pelayanan kesehatan yang aman dan inovatif.

3) Meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

4) Melengkapi berbagai jenis pelayanan spesialis.

3. Motto Rumah Sakit


“Layananku adalah perbuatan baikku”
37

4. Struktur Organisasi Rumah Sakit


Struktur Organisasi Rumah Sakit Nene Mallomo Tahun 2021

B. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini terdiri atas 5 (lima) orang yaitu 1 (satu)

orang kepala rekam medis sebagai informan kunci dan 4 (empat) orang

petugas rekam medis sebagai informan utama. Seluruh informan dipilih

menggunakan teknik purposive sampling dan didasarkan pada kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya.


38

Tabel 4.1

Karakteristik Informan
Masa
Inisial Status Usia JK Pendidikan Kepegawaian Jabatan
Kerja
Kepala
AD Kunci 41 P RMIK PNS 10 tahun Rekam
Medis
Staf RM
M Utama 50 P SMA PNS 23 tahun
TP2RJ
SMEA Staf RM
Nh Utama 47 P PNS 23 tahun
Akuntansi TP2RJ
RM
DR Utama 21 P SMA Honorer 2 tahun
TP2RID
RM
YAA Utama 27 P SMA Honorer 2 tahun
TP2RID

Berdasarkan Tabel 4.1, jenis kelamin informan pada penelitian ini

seluruhnya adalah jenis kelamin perempuan. Usia informan berkisaran antara

21-50 tahun, dimana usia informan termuda 21 tahun dan usia informan tertua

adalah 50 tahun. Latar Pendidikan informan mayoritas adalah SMA sebanyak

3 orang, dan terdapat 2 informan dengan latar belakang pendidikan SMEA

Akuntansi dan RMIK. Pekerjaan informan mayoritas adalah PNS sebanyak 3

orang, dan 2 informan lainnya dengan status kepegawaian honorer. Masa kerja

informan berkisar antara 2-23 tahun sebanyak 2 informan dengan masa kerja 2

tahun, 2 informan dengan masa kerja 23 tahun dan 1 informan dengan masa

kerja 10 tahun. Jabatan informan yaitu 1 orang kepala rekam medis, dan

masing-masing 2 orang Staf RM TP2RJ dan RM TP2RID.

C. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian terkait Gambaran sistem pengelolaan

rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo Kabupaten Sidrap.

Penelitian ini berlangsung mulai pada tanggal 6 Juni 2022 - 16 Juni 2022.

Informan yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan

pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan


39

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan serta menggunakan pedoman

wawancara mendalam dan observasi langsung.

1. Input

a. Sumber Daya Manusia


Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan

diketahui bahwa sumber daya manusia yang tersedia sudah memadai. Berikut

pernyataan informan dibawah ini:

“Sudah memadai tapi tidak sesuai dengan pendidikan”


(M, 50 Tahun, Informan Utama)

Selain itu, informan utama lainnya memberikan pernyataan yang sama

bahwa sumber daya manusia sudah cukup memadai jumlahnya. Berikut

pernyataan informan dibawah ini:


“Memadai, tapi masih kurang dari segi kemampuan. Karena tenaga
profesi rekam medik hanya 2 orang”
(Nh, 47 Tahun, Informan Utama)
“Memadai, meskipun pekerjaanya tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikan”
(YAA, 27 Tahun, Informan Utama)

Berbeda halnya dengan jawaban dari informan kunci yang memberikan


pernyataan bahwa sumber daya manusia yang tersedia masih kurang. Berikut

pernyataan informan dibawah ini:


“Tenaga profesi masih kurang, karena karena rata-rata hanya lulusan
SMA atau petugas yang tidak memiliki STR. Saya sendiri sebagai
tenaga profesi rekam medis dan 1 rekan saya. Beberapa juga dari
lulusan kesehatan masyarakat. Total petugas rekam medis sebanyak 33
orang, tetapi kebanyakan diantaranya bekerja tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikan dan profesinya”
(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)

b. Sarana dan Prasarana


Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan

diketahui bahwa sarana dan prasarana yang tersedia sudah memadai. Berikut

pernyataan informan dibawah ini:


40

“Sarana dan prasarana sudah memadai”


(YAA, 27 Tahun, Informan Utama)
“Sudah memadai”
(DR, 21 Tahun, Informan Utama)

Selain itu, terdapat perbedaan dengan jawaban dari informan utama

lainnya dan informan kunci menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang

tersedia, masih ada yang belum memadai. Berikut pernyataan informan

dibawah ini:
“kurangnya lemari, sehingga berkas disusun bertumpuk dikarenakan
tidak adanya ruang penyimpanan”
(M, 50 Tahun, Informan Utama)
“Tidak ada ruangan khusus untuk rekam medis, jadi petugas bekerja
secara terpisah. Padahal seharusnya ruangan rekam medis itu
memiliki lokasi yang strategis serta tersusun rapi dan berada dalam
suatu ruangan agar berkas tidak ada yang tertinggal. Berhubung
ruangan sempit dan tidak ada tempat lain. Makanya petugas bekerja
secara terpisah ada di bagian depan ada juga di tengah bahkan
bagian belakang”
(Nh, 47 Tahun, Informan Utama)
“Kurangnya sarana dan prasarana gedung khusus rekam medis dan
lemari. Makanya banyak berkas yang hanya disimpan dalam bentuk
tumpukan yang tinggi karena tidak adanya tempat untuk penyimpanan
ruangan kerja yang tergabung dengan berkas rekam medis dapat
menimbulkan rasa bosan ketika melihat tumpukan berkas”
(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)

2. Proses

a. Assembling
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan

diketahui bahwa proses assembling adalah pemilihan berkas. Berikut

pernyataan informan dibawah ini:


“Assembling adalah pemilihan berkas yang selanjutnya dipisah antara
rawat jalan dan rawat inap. Beberapa berkas kosong yang tidak terisi
ikut bercampur. Sehingga perlu dilakukan pemilihan” “assembling
adalah pemilihan berkas yang selanjutnya dipisah antara rawat jalan
dan rawat inap. Beberapa berkas kosong yang tidak terisi ikut
bercampur. Sehingga perlu dilakukan pemilihan”
(Nh, 47 Tahun, Informan Utama)
41

“berkas yang masuk kemudian di susun lalu dipilih kemudian disetor


pada bagian coding”
(YAA, 27 Tahun, Informan Utama)

Selain itu, beberapa informan lainnya memberikan pernyataan yang

sama bahwa proses assembling itu adalah menyusun berkas. Berikut

pernyataan informan dibawah ini:


“Menurut saya, proses ini cukup memakan waktu lama karena
memerlukan ketelitian penuh untuk menyusun sesuai urutan nomor
pasien, mengecek kembali isi berkas apakah ada yang tidak terisi
nomornya. Kadang-kadang ada berkas tanpa nomor, berkas kosong
yang ikut tercampur dan form pengisian. Sehingga diperlukan ketelitian
agar berkas gampang dicari kalo pasien kembali berobat di rumah
sakit”
(M, 50 Tahun, Informan Utama)
“Assembling adalah penyusunan berkas rekam medis sesuai nomor
urut. Berkas yang tidak memiliki nomor akan di simpan di bagian
belakang. Berkas kosong yang tidak terisi akan dikeluarkan atau
disimpan untuk digunakan kembali”
(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)

b. Coding dan Indeksig


1) Coding

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan

diketahui bahwa proses coding adalah pemberian kode. Berikut pernyataan

informan dibawah ini:


“Pemberian coding dilakukan oleh petugas atas arahan dokter yang
melakukan pemeriksaan terhadap pasien. Penulisan diagnosa
berpedoman pada ICD-10. Coding yang saya kerjakan sendiri
adalah coding rawat jalan”
(Nh, 47 Tahun, Informan Utama)

Selanjutnya, informan yang lainnya mendukung pernyataan dari

informan Nh yang melakukan coding atau memberi kode pada penyakit

berdasarkan diagnosa dokter. pernyataan informan dibawah ini:

“Penulisan kode penyakit berdasarkan diagnosa dokter. Baik itu

pasien yang rawat jalan maupun yang rawat inap”

(M, 50 Tahun, Informan Utama)


42

“Saya melakukan coding rawat inap, jadi berkas rawat inap pasien
yang dirawat di rumah sakit ini, saya yang memberikan kode. Saya
juga dibantu oleh rekan petugas yang lainnya agar cepat selesai
pekerjaan. Kode penyakit yang ditulis sesuaikan diagnosa dokter
dengan menggunakan ICD-10 (Volume 3/1) atau ICD-9 (Tindakan)”
(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)

2) Indeksig

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan

diketahui bahwa proses indeksig adalah proses tabulasi. Berikut pernyataan

informan dibawah ini:


“Proses indeksig sudah tidak dilakukan. Semuanya sudah tersedia di
komputer, ketika mencari nama dokter atau nama penyakit cepat
ditemukan tanpa membutuhkan waktu lama”
(YAA, 27 Tahun, Informan Utama)
“Indeks sudah tersedia di komputer sehingga petugas tidak lagi
bekerja secara manual dan pekerjaan juga cepat selesai”
(DR, 21 Tahun, Informan Utama)

Selain itu, informan lainnya juga memberikan pernyataan yang sama

mengenai indeksig yang sudah tidak dikerjakan oleh petudas. Berikut

pernyataan informan di bawah ini:


“Petugas sudah lama tidak mengerjakan indeks. Indeks sudah
tersedia di komputer jadi petugas tidak menulis berulang. Indeks
yang tersedia sudah tersusun di komputer, jadi petugas tidak perlu
menulis indeks yang banyak”
(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)

c. Filling
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan

diketahui bahwa proses filling adalah proses penyimpanan. Berikut pernyataan

informan dibawah ini:


“Filling adalah proses penyimpanan berkas. Penyimpanannya dipisah
berdasarkan rawat jalan dan rawat inap. Penyimpanan juga dipisah
berdasarkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien”
(M, 50 Tahun, Informan Utama)
43

“Proses filling adalah penyimpanan berkas yang disusun rapi agar


memudahkan pencari jika pasien kembali berobat. Beberapa berkas
kadang-kadang memerlukan waktu lama untuk mencarinya
dikarenakan petugas ingin cepat pulang. Akibatnya berkas sering salah
simpan atau asal di simpan saja”
(DR, 21 Tahun, Informan Utama)

Selain itu, pernyataan informan tersebut didukung oleh informan yang

lainnya bahwa proses filling adalah proses penyimpanan berkas rekam medis

pasien. Berikut pernyataan informan dibawah ini:


“Berkas yang telah diberi kode oleh petugas, selanjutnya disimpan di
rak penyimpanan. Karena jumlah lemari belum memadai, berkas
disimpan secara bertumpuk, seperti yang terlihat”
(YAA, 27 Tahun, Informan Utama)
“Filling adalah proses penyimpanan. Biasanya dikerjakan setelah
pasien pulang. Tapi kadang-kadang keesokan harinya jika belum
sempat”
(Nh, 47 Tahun, Informan Utama)
“Berkas yang masuk dan telah diberi kode kita susun rapi kemudian di
simpan mi di rak penyimpanan. Beberapa berkas juga disimpan secara
bertumpuk dikarenakan jumlah lemari yang masih kurang. Serta
beberapa berkas sudah dimusnahkan dengan catatan bahwa pasien
tidak pernah berobat atau berkunjung ke rumah sakit setelah 5 tahun
saat kunjungan pertama. Biasnya dibakar ditempat sampah”
(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)

d. Analysing
Kegiatan analysing adalah mengolah dan menyediakan data dan

informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Berdasarkan hasil wawancara

yang telah dilakukan kepada informan diketahui bahwa proses analysing

adalah proses pelaporan. Berikut pernyataan informan dibawah ini:


“Berkas yang sudah di simpan di tempat penyimpanan, selanjutnya
dibuatkan laporan. Datanya di peroleh dari berbagai ruangan baik
rawat jalan maupun rawat inap”
(Nh, 47 Tahun, Informan Utama)
“Analisa adalah pembuatan laporan. Jadi data pasien yang sudah
masuk kita buatkan laporan. Pengerjaan laporannya itu melalui SIRS.
Sehingga pembuatan laporan tidak lagi dikerja secara manual”
(YAA, 27 Tahun, Informan Utama)
44

Selain itu, pernyataan informan lainnya mengenai kegiatan analysing

yaitu proses pembuatan laporan berdasarkan rekam medis pasien. Berikut

pernyataan informan dibawah ini:


“Analysing adalah tahap akhir dari proses pengelolaan berkas rekam
medis pasien yang dibuat melalui SIRS sebagai bentuk pelaporan, yang
tidak lagi dikerjakan secara manual”
(M, 50 Tahun, Informan Utama)
“Setelah berkas rekam medis pasien disimpan, kemudian dibuatlah
laporannya. Baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.
Dikerjakan melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang dapat
diperoleh melalui unit-unit pemeriksaan pasien”
(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)

3. Output

a. Ketersediaan Berkas Rekam Medis


Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan

diketahui bahwa berkas rekam medis sudah tersedia. Berikut pernyataan

informan dibawah ini:

“Sejauh ini, alhamdulillah berkas yang dibutuhkan selalu tersedia”


(Nh, 47 Tahun, Informan Utama)

“Berkas yang diperlukan oleh pasien tersedia”


(M, 50 Tahun, Informan Utama)

Selain itu, pernyataan informan tersebut di dukung oleh informan

lainnya bahwa ketersediaan berkas rekam medis sudah memadai. Berikut

pernyataan informan dibawah ini:

“Berkasnya tersedia”
(DR, 21 Tahun, Informan Utama)
“Tersedia, penyediaan form untuk pengisian sudah ada petugas khusus,
jadi tidak pernah kehabisan”
(YAA, 27 Tahun, Informan Utama)
“Tersedia, karena sudah di kerja secara maksimal dan dilakukan
penyusunan berulang ketika memeriksa berkas, apabila ditemukan
berkas berbeda maka akan disimpan sesuai dengan tempatnya.
Alternatif yang diambil apabila proses pencarian berkas tidak
ditemukan dalam waktu yang cukup lama adalah meminta maaf
kemudian membuat berkas baru. Kejadian ini jarang terjadi, karena
diusahakan mencari semaksimal mungkin dan akhirnya membuat form
45

baru jika berkas itu tercecer. Alhamdulillah kejadian berkas hilang


tidak pernah terjadi”

(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)

b. Ketersediaan Sarana Dan Prasarana


Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan

diketahui bahwa sarana dan prasarana sudah memadai. Berikut pernyataan

informan dibawah ini:

“Sarana dan prasarana sudah memadai dan tersedia”


(YAA, 27 Tahun, Informan Utama)

“Alhamdulillah sudah memadai”


(DR, 21 Tahun, Informan Utama)

“Sarana dan prasarana cukup memadai”


(Nh, 47 Tahun, Informan Utama)

Selain itu, terdapat perbedaan pernyataan yang disampaikan oleh

informan utama lainnya dan informan kunci bahwa sarana dan prasarana yang

tersedia belum memadai. Berikut pernyataan informan dibawah ini:


“Belum memadai, karena rak dan lemari masih kurang. Belum lagi
kita bekerja di dalam ruangan yang di penuhi berkas yang di tumpuk.
Kadang-kadang membuat saya jenuh jika melihat berkas yang
tingginya menggunung. Maklumlah karena melihat tumpukan berkas
setiap hari”
(M, 50 Tahun, Informan Utama)
“Ketersediaan meja, kursi dan komputer sudah memadai. Sarana dan
prasarana yang tidak memadai adalah lemari dan ruang penyimpanan,
karena masih tergabung dengan ruang kerja. Jumlah lemari yang
belum memadai menyebabkan penyimpanan berkas secara bertumpuk.
Dimana kemungkinan besar, berkas akan tercampur sehingga mungkin
juga terjadi misfile atau hilang berkas karena tidak ada ruang
penyimpanan. Rak juga masih sedikit. Kalo form pengisian sama map
alhamdulillah sudah memadai karena kita punya petugas tersendiri
yang ditugaskan untuk mencetak form pengisian dan menyediakan
map”
(AD, 41 Tahun, Informan Kunci)
46

D. Pembahasan
Dalam kondisi yang cepat berubah seperti sekarang ini diperlukan

paradigma baru dalam sistem manajemen termasuk manajemen kesehatan.

Terlebih lagi organisasi kesehatan sangat berbeda dengan organisasi lain baik

dalam hal pengelolaan, maupun tentang pengaturan ketenagaan yang spesifik.

Produk yang dihasilkan puskesmas dan rumah sakit adalah jasa yang sifatnya

intangible (susah diukur), dan jasa pelayanan yang diberikan bergantung pada

jenis penyakit yang akan diobati. Belum lagi penyakit manusia tidak dapat

direncanakan atau diprediksi sehingga pengelolaan organisasi dan manajemen


sangat bergantung pada banyak faktor. Oleh sebab itu manajemen pelayanan

kesehatan harus lebih fleksibel dalam arti mampu menyesuaikan diri dengan

tuntutan lingkungan sosial, politik, maupun budaya masyarakat setempat. Aturan-

aturan yang dibuat oleh organisasi harus bersifat lentur, mudah mengakomodasi

kemungkinan perubahan yang akan terjadi (Satrianegara, 2012).

1. Input

a. Sumber Daya Manusia


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam

dengan informan kunci dan informan utama mengenai Sumber Daya

Manusia (SDM) Rekam Medis yaitu seluruh informan menyatakan bahwa

tenaga rekam medis profesi masih kurang, yang ada berjumlah dua orang

dengan kualifikasi pendidikan Diploma Tiga Perekam Medis hanya saja

dalam melakukan fungsi rekam medis dilakukan secara bergantian sesuai

dengan pembagian shift saat itu, belum ada pengorganisasian tugas khusus

untuk rekam medis. Sedangkan petugas lainnya dalam hal ini bertindak

sebagai informan utama, sebagian besar memiliki latar belakang

pendidikan yaitu SMA. Informan yang menjadi sampel penelitian ini


47

bertugas pada Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TP2RJ) dan

Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap Darurat (TP2RID). Mengenai

pelaksanaan pelatihan, hanya di dapatkan oleh petugas dengan status

kepegawaian PNS.

Sumber daya manusia menjadi faktor penentu kelancaran

pelaksanaan rekam medis di rumah sakit, tetapi bukan hanya dari segi

jumlah melainkan kualitas dan kinerja petugas rekam medis. Latar

belakang pendidikan petugas harusnya adalah profesi D.III Rekam Medis,

tetapi informan utama dalam penelitian ini rata-rata hanya pendidikan


SMA sehingga memicu terjadinya kesalahan dalam penyimpanan berkas

oleh petugas rekam medis. Selai itu, pengetahuan dan kompetensi sumber

daya manusia dapat ditingkatkan dengan pemberian pelatihan untuk

seluruh petugas secara rutin dan berkelanjutan agar latar belakang

pendidikan tidak berpengaruh dalam pelaksanaan rekam medis rumah

sakit.

Petugas rekam medis menjadi aspek utama dalam sirkulasi rekam


medis sebuah rumah sakit. Petugas rekam medis mempunyai tugas dan

tanggung jawab yang besar dalam menjaga keutuhan sebuah rekam medis.

Petugas rekam medis diharapkan benar-benar mengetahui seluk beluk dari

rekam medis secara luas dan mendalam (Hubaybah et al., 2018).

Profesi Perekam Medis adalah seseorang yang telah lulus

pendidikan rekam medis dan informasi kesehatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Profesi perekam medis harus menguasai

kompetensinya sebagai seorang perekam medis. Salah satu dari lima

kompetensi pokok yaitu manajemen rekam medis dan informasi kesehatan,

menjaga dan meningkatkan mutu rekam medis & informasi kesehatan.


48

Kompetensi ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu manajemen

rekam medis sehingga tercipta tertib administrasi dalam mendukung

pelayanan kesehatan (Sinaga, 2021).

Budi Savitri (2011) dalam (Vera Siska, n.d.) menyatakan untuk

menjalankan pekerjaan direkam medis diperlukan sumber daya manusia

yang memenuhi kompetensi perekam medis. Seorang profesi perekam

medis merupakan lulusan dari program tiga pendidikan rekam medis dan

informasi kesehatan. Profesi rekam medis harus menguasai kompetensinya

sebagai seorang perekam medis. Sehingga untuk memenuhi tuntutan


tersebut, profesional rekam medis harus diberikan pelatihan secara kontinu

untuk meningkatkan kompetensinya. Budi Savitri (2011) juga menyatakan

bahwa unit rekam medis yang ada di pelayanan kesehatan sebagai salah

satu pendukung kesehatan, untuk memperlancar pengelolaan kegiatan

dalam unit rekam medis perlu dibentuk struktur organisasi rekam medis.

Penelitian Ulfa (2015) menyatakan bahwa sumber daya manusia

(SDM) petugas rekam medis secara kuantitas sudah memenuhi yaitu


berjumlah lima orang dengan latar pendidikan non rekam medis, namun

secara kualitas belum memenuhi karena tidak memiliki petugas rekam

medis yang berkualifikasi pendidikan rekam medis.

Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor269/MENKES/PER/III/2008 pada pasal 15 mengenai

pengorganisasian yang menyatakan bahwa pengelolaan rekam medis

dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja sarana pelayanan

kesehatan.

Menurut DEPKES (2009) Pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tidak akan


49

terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia kesehatan

yang mencukupi jumlahnya, dan profesional, yaitu sumber daya manusia

kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai

moral dan etika profesi yang tinggi.

Dari semua pernyataan yang telah disampaikan oleh informan,

observasi dan triangulasi sumber serta penyataan ahli, peneliti berpendapat

bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) petugas rekam medis harus

ditempatkan khusus di bagian rekam medis dengan disertai dengan

struktur serta tugas wewenang yang jelas sehingga pembagian tugasnya


akan jelas. Kemudian untuk melaksanakan tugas rekam medis sebaiknya

juga tidak hanya memperhatikan kuantitas namun juga kualitas dari

Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut.

Allah telah berfirman dalam Q.S. At-Taubah:9/105 mengenai

anjuran bekerja, sebagai berikut:

           

     

Terjemahnya:
dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Dalam kitab Jalalain (Dan katakanlah) kepada mereka atau kepada

manusia secara umum (bekerjalah kalian) sesuka hati kalian (maka Allah

dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian

itu, dan kalian akan dikembalikan) melalui dibangkitkan dari kubur

(kepada Yang Mengetahui alam gaib dan alam nyata) yakni Allah (lalu
50

diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan) lalu Dia

akan membalasnya kepada kalian (Al, n.d.)

b. Sarana Dan Prasarana


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam

dengan informan kunci dan observasi mengenai sarana dan prasarana

penyelenggaraan rekam medis menyatakan bahwa sarana dan prasarana

yang tersedia diantaranya rak penyimpanan (lemari), meja, kursi, kartu

rekam medis, map penyimpanan, alat tulis untuk pelabelan kartu rekam

medis. Hanya saja ruangan untuk menyimpan berkas masih kurang luas
dan jumlah lemari juga belum memadai. Untuk rekam medis yang tidak

aktif hanya diletakkan di dalam kardus, hal ini ditakutkan akan merusak

arsip rekam medis. Adapun apabila pasien sudah tidak lagi berkunjung ke

rumah sakit selama 5 tahun setelah kunjungan pertama, maka berkas

tersebut bisa dimusnahkan.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi

yang dilakukan terhadap informan dan ruang penyimpanan rekam medis,


dapat dianggap bahwa sarana dan prasarana rekam medis RSUD Nene

Mallomo belum lengkap dan masih terbatas. Sebagian besar petugas

mengeluhkan ruangan yang sangat kecil dan masih tergabungnya ruang

antara pekerjaan dengan penyimpanan. Jumlah lemari yang masih terbatas

menyebabkan banyak berkas pasien yang disimpan secara bertumpuk

dilantai.

Semua pernyataan yang telah disampaikan oleh informan,

observasi dan triangulasi sumber serta penyataan ahli, peneliti berpendapat

untuk sarana dan prasarana yang menunjang dalam penyelenggaraan

rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Nene Mallomo Kabupaten


51

Sidrap masih terbatas, hal ini ditandai dengan tidak adanya ruangan kerja

yang terpisah dengan ruang penyimpanan serta jumlah lemari yang belum

memadai karena masih banyak berkas yang ditemukan bertumpuk di

lantai. Kemudian untuk sarana dan prasarana menunjang lainnya seperti

kursi, meja, komputer, buku pendaftaran pasien dan tempat pelayanan

registrasi baik rawat jalan maupun rawat inap sudah tersedia.

Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai

alat untuk mencapai makna dan tujuan serta merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses. Sebagai contoh sarana dan prasarana pada


pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan adalah alat tulis kantor,

komputer, mesin cetak, lokasi, bangunan, ruang penyimpanan rekam

medis (Siswati, 2018) dalam (Pratiwi, 2020).

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang

terlaksananya pelayanan kepada pasien dapat dilihat menurut Standar IV

pelayanan rekam medis tahun 2007 yang menyangkut sarana dan

prasarana rekam medis mensyaratkan bahwa rumah sakit harus


menyediakan gedung yang memadai, ruangan yang mudah

dijangkau/diakses, dan dilengkapi dengan sarana yang sesuai dengan

kebutuhan (Fin & Sinaga, 2019).

Rekam medis rumah sakit yang merupakan suatu komponen

penting dalam pelaksanaan kegiatan manajemen rumah sakit harus mampu

menyajikan informasi lengkap tentang pelayanan medis dan kesehatan

rumah sakit baik di masa lalu, ataupun di masa sekarang. Sehingga sarana

dan prasarana yang menunjang terhadap pelayanan rekam medis sangat

diperlukan . Akan tetapi, mencukupinya sarana dan prasarana penunjang

pelayanan rekam medis tidak didukung dengan jumlah tenaga yang


52

bekerja di ruang rekam medik dan tidak adanya tenaga yang mempunyai

pendidikan khusus tentang rekam medis (D.III rekam medis)

menyebabkan tidak dapat dimanfaatkannya sarana dan prasarana dengan

maksimal yang akhirnya juga berpengaruh terhadap pelayanan (Hubaybah

et al., 2018).

Menurut Indradi, S (2017) yang menyatakan tempat penyimpanan

data rekam medis bisa melalui bentuk lemari dengan laci dorong dan juga

lemari dengan rak terbuka, keduanya memiliki keuntungan dan kerugian

masing- masing. Sedangkan menurut Yuliani (2017) yang menyatakan


ruang penyimpanan rekam medis di RSUD Sukoharjo di tempat tersendiri

yang dibangun dan diatur sebaik mungkin untuk menjaga keawetan berkas

rekam medis. Hasil observasi yang peneliti lakukan, di ruang penyimpanan

rekam medis terdapat komputer rekam medis hanya saja fungsinya

terbatas. Rekam medis yang ada hanya diarsipkan secara file saja.

Kemudian dalam ruang pendaftaran atau registrasi terdapat tempat

pelayanan proses registrasi terhadap pasien dengan disediakannya kursi,


meja dan komputer serta buku pendaftaran.

2. Proses

a. Assembling
Kegiatan Assembling termasuk juga mengecek kelengkapan

pengisian berkas rekam medis dan formulir yang harus ada pada berkas

rekam medis. Berkas rekam medis dari unit pelayanan akan dikembalikan

ke unit rekam medis bagian assembling. Bagian assembling mencatat pada

buku register semua berkas yang masuk sesuai tanggal masuk ke bagian

assembling dan tanggal pasien pulang. Pada proses ini akan diketahui
53

berkas yang kembali tepat pada waktunya dan yang terlambat kembali ke

unit rekam medis.

Setelah itu berkas rekam medis dianalisis untuk mengetahui

kelengkapan pengisiannya. Berkas yang tidak lengkap akan dikembalikan

ke tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan pada pasien melalui unit

kerjanya. Berkas rekam medis akan ditinggal dalam waktu yang telah

ditentukan dan akan diambil kembali untuk diproses ke assembling.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di RSUD Nene Mallomo

terkait proses assembling, ditemukan bahwa dalam proses mengurutkan


dokumen pasien, sering kali dijumpai dokumen yang tidak memiliki

nomor urut. Dokumen yang tidak lengkap akan dikembalikan ke petugas

bagian assembling untuk melengkapinya. Proses ini juga untuk memilah

berkas kosong dengan menaruhnya dibagian belakang agar dapat

digunakan kembali jika masih layak pakai.

Penataan berkas (assembling) merupakan bagian penataan

kelengkapan berkas (Assembling) merupakan bagian dari proses


pengolahan rekam medis yang pertama kali menerima berkas rekam medis

yang sudah diisi lengkap dan selanjutnya memberikan berkas rekam medis

ke bagian Coding untuk proses rekam medis selanjutnya. Tetapi di dalam

proses pengolahan di RSUD Nene Mallomo proses pengolahan rekam

medis untuk bagian Assembling dilakukan setelah Pengkodingan terlebih

dahulu (Pratiwi, 2020).

Assembling berarti mendistribusikan, tetapi untuk kegiatan

assembling berkas rekam medis di fasilitas pelayanan kesehatan tidaklah

hanya sekedar merakit atau mengurut satu halaman ke halaman yang lain

sesuai dengan aturan yang berlaku. Pengurutan halaman ini dimulai dari
54

berkas rekam medis rawat darurat, rawat jalan dan rawat inap. Pergantian

pada masing-masing pelayanan akan diberikan kertas pembatas yang

menonjol sehingga dapat mempermudah pencarian formulir dalam berkas

rekam medis (Fin & Sinaga, 2019).

Menurut (Huffman, 1994) dalam (Budi, 2011), pada bagian

assembling ini diketahui tipe ketidak lengkapan berkas rekam medis ada 2

yaitu: (1) Incomplete Medical Record, merupakan tipe ketidak lengkapan

berkas rekam medis ketika berkas rekam medis kembali dari unit

pelayanan; (2) Delinguent Medical Record, merupakan tipe ketidak


lengkapan berkas rekam medis ketika berkas sudah dimintakan

kelengkapannya kepada tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

pada pasien dalam waktu yang telah ditentukan, tetapi setelah diambil dan

diproses ke assembling ditemukan berkas rekam medis masih belum

lengkap juga.

Kegiatan assembling adalah kegiatan merakit rekam medis dengan

menganalisis kelengkapan rekam medis. Dari hasil wawancara dengan


informan mengatakan lama waktu yang dibutuhkan untuk menganalisis

kelengkapan dokumen dibutuhkan waktu yang cukup lama seharusnya

berapa menit menganalisis berapa dokumen tapi dikarenakan masih ada

dokumen yang tidak lengkap sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama

dalam menganalisis dokumen rekam medis dan tidak ada standar yang

ditetapkan Rumah Sakit. Kendala yang dihadapi di bagian assembling

adalah masih banyak dokumen rekam medis yang belum lengkap, dari

hasil observasi dokumen yang masuk ke unit rekam medis bagian

assembling setelah di analisis secara kuantitatif dan kualitatif hampir

seluruh dokumen tidak lengkap dan tidak tepat waktu dalam


55

pengembaliannya (Frenti et al, 2012). Dalam penelitian Ria Yudha

Permata R, juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

ketidak lengkapan pengisian rekam medis adalah struktur panitia rekam

medis yang tidak jelas pada manajemen RSUD Doloksanggul sehingga

dapat disimpulkan tidak adanya atasan yang mengevaluasi langsung

pelaksanaan dokumen rekam medis.

b. Coding Dan Indeksig


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam

dengan informan kunci dan observasi mengenai proses coding dan


indeksig ditemukan adanya kendala berupa kekurangan tenaga, tulisan

yang tidak jelas, singkatan yang tidak baku dan data yang tidak akurat.

Dalam pelaksanaannya, tidak ada monitoring untuk mereview keakuratan

data. Petugas perlu mengkonfirmasi kembali kepada dokter sebelum

memberikan kode terhadap diagnosa. Sehingga petugas membutuhkan

waktu tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Coding dilaksanakan sembari petugas melaksanakan proses


indeksing ke dalam komputer menggunakan aplikasi yang telah ada.

Petugas mengkoding menggunakan acuan software ICD 10 untuk kode

diagnosis primer dan sekunder atau menggunakan daftar ringkasan koding

dan tidak mengkomunikasikan ke dokter bila tulisan diagnosis tidak jelas.

Sebanyak 5 orang yang bertugas pada bagian coding dan indeksig .Dimana

2 orang pada bagian coding dan 3 orang pada bagian indeks. Serta terdapat

1 orang yang bertugas secara ganda, yaitu mengerjakan coding dan indeks.

Berdasarkan hasil obseravasi terkait kegiatan coding bahwa

pengerjaannya dilakukan secara otomatis dengan menuliskan kode dan

indeks yang tersedia pada komputer tanpa melakukan penulisan secara


56

manual dan berulang. Hal ini tentu dapat meminimalisir kejadian salah

kode ataupun indeks dari suatu penyakit dari pasien. Tetapi diperlukan

kehati-hatian dan kejelihan mata agar coding dan indeks yang dituliskan

sudah tepat.

Coding adalah pemberian kode diagnose penyakit berdasarkan

klasifikasi penyakit yang berlaku, sedangkan indeksing adalah pemberian

indeks penyakit. Dalam penelitian Jonson mengatakan jika ada

ketidakakuratan koding penyakit diupayakan agar ketidakakuratan dapat

dideteksi sedini mungkin sehingga dapat dicegah dan dikendalikan. Audit


pengkodean diagnosis, bertujuan untuk pemeriksaan pendokumentasian

rekam medis untuk memastikan bahwa proses pengkodean dan hasil

pengkodean diagnosis yang dihasilkan adalah akurat, presis, tepat waktu

sesuai dengan aturan, ketentuan kebijakan, dan perundangundangan yang

berlaku. Setelah dokumen di koding&indeksing, dokumen akan masuk ke

bagian penyimpanan dan retensi berkas (filling) (Fin & Sinaga, 2019).

Coding adalah kegiatan rekam medis yang memberikan kode pada


kegiatan dan tindakan medic serta diagnosis yang diberikan. Sedangkan

Indeksing adalah kegiatan rekam medis yang membuat tabulasi sesuai

dengan kode yang telah dibuat ke dalam indeks-indeks (Tifhanny, 2020).

Di bagian Coding petugas memberikan kode sesuai dengan kode

penyakit, operasi, tindakan sesuai buku ICD-10, jika ditemukan dokumen

rekam medis belum lengkap dikembalikan ke yang bersangkutan seperti

perawat ruangan/pembantu perawat maupun dokter. Setelah selesai

pengkodingan kemudian dimasukkan ke Indeks computer dikelompokkan

berdasarkan abjad. Selanjutnya dari pengkodingan kemudian dikirim ke

Verifikator untuk pengkleiman BPJS, Farmasi, Keuangan barulah dikirim


57

ke rekam medis penyimpanan. Di ruangan tersebut dilakukan analisis atau

pengecekan kelengkapan dokumen rekam medis yang bersamaan dengan

dilakukannya Assembling untuk mengurutkan berkas, barulah setelah itu

di simpan ke rak penyimpanan atau Filling (Pratiwi, 2020).

c. Filling
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diatas didapatkan dan

diperoleh, untuk bagian Penyimpanan (Filling) berkas rekam medis masih

sangat kurang dalam hal sarana dan prasarana. Seperti rak penyimpanan

rekam medis maupun ruangan penyimpanan berkas yang mana berkas


rekam medis yang active dan inactive masih digabungkan di ruangan yang

sama. Berkas rekam medis disimpan dengan sistem sentralisasi untuk

mencegah kemungkinan terjadinya berkas rekam medis ganda. Namun

pernyataan informan diatas didapatkan bahwasanya terkadang terjadi

penggandaan berkas untuk satu pasien. Hal ini terjadi apabila proses

pencarian dalam waktu lama tidak juga ditemukan. Akhirnya dibuatlah

berkas baru untuk pasien dan jika sudah ditemukan berkasnya maka berkas
tersebut disatukan di satu berkas.

Masih terbatasnya ruang dan lemari untuk penyimpanan berkas,

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kendala dalam proses filling

adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memadai. Dimana

banyak di jumpai tumpukan berkas rekam medis pasien di lantai, serta

jarak antar rak yang hanya bisa dilewati oleh satu petugas saja

membutuhkan waktu yang lama untuk proses penyimpanan. Apalagi

jumlah berkas yang akan disimpan lebih banyak di bandingkan ruangan

yang masih terbilang kecil dan jumlah lemari yang masih minim.
58

Rekam medis memerlukan ruangan yang cukup besar agar

pelaksanaannya terlaksana dengan baik. Mengingat letak ruangan petugas

rekam medis di rumah sakit Nene Mallomo terpisah-pisah sehingga butuh

waktu untuk meminta dan mengembalikan dokumen. Ruangan kepala

rekam medis juga masih tergabung dengan penyimpanan berkas yang

memungkinkan seringnya muncul kejenuhan bagi kepala ruangan.

Menurut Barthos (2000) dalam (Nuraini, 2015) filing adalah proses

pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan secara sistematis, sehingga

bahan-bahan tersebut dengan mudah dan cepat untuk ditemukan kembali


setiap kali diperlukan. Filling adalah kegiatan rekam medis melakukan

penyimpanan rekam medis di rak penyimpanan dengan secara sentralisasi

dan desentralisasi (Pratiwi, 2020). Bagian penyimpanan (Filling)

merupakan bagian dari proses pengolahan berkas rekam medis yang

bertugas mengambil berkas rekam medis ketika pasien datang dan

menerima berkas rekam medis yang sudah lengkap dari bagian Coding dan

Assembling dan sudah siap untuk disimpan. Lalu mengelola ruang


penyimpanan rekam medis agar berkas rekam medis tersusun sesuai

dengan nomor urut dan tertata dengan rapi.

Penyimpanan berkas rekam medis dan retensi berkas atau disebut

juga dengan filling harus dikelola dengan baik karena menyangkut bersifat

rahasia. Penyimpanan dan pengambilan seluruh data informasi yang telah

berhasil diperoleh untuk keperluan di masa yang akan datang merupakan

salah satu tujuan dalam pengelolaan di bagian penyimpanan berkas. Di

bagian filling hambatan yang dihadapi dalam proses pelaksanaannya

masih saja sering terjadi miss file artinya salah penempatan dokumen
59

rekam medis dan dokumen yang belum ditempatkan di rak penyimpanan

(Fin & Sinaga, 2019).

d. Analysing
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan

informan kunci, sarana dan prasarana yang tersedia dapat menunjang

pelaksanaan pembuatan laporan. Laporan yang dibuat melalui Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) cukup memudahkan dalam hal

pengoperasiannya melalui komputer. Setelah melakukan observasi

terhadap prosedur pembuatan laporan, telah tersedia komputer yang secara


khusus digunakan untuk pembuatan laporan.

Pembuatan laporan mengambil data dari berbagai unit-unit rumah

sakit yang telah melalui proses penyusunan, pemberian kode dan

penyimpanan. Berkas rekam medis dapat di ambil apabila pasien atau

dokter terkait meminta pengecekan form berkas rekam medis serta untuk

pembuatan laporan. Petugas yang mengerjakan analisa hanya ada 1 orang,

dan terkadang dibantu oleh rekan yang lain agar pengumpulan laporan
tidak terlambat.

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh informan dan

argumen para ahli mengenai analisa, peneliti memberi kesimpulan bahwa

proses analisa atau pembuatan laporan belum optimal. Hal ini ditandai

dengan penyetoran laporan yang mengalami keterlambatan, karena jumlah

sumber daya yang belum memadai serta tidak sesuai dengan bidang

kemampuannya. Sehingga kualitas sumber daya manusia perlu menjadi

pertimbangan agar apa yang menjadi tanggungjawab petugas dapat

diselesaikan secara tepat waktu.


60

Analisa (analysing / laporan). Kegiatan Anayising adalah mengolah

dan menyediakan data dan informasi yang lengkap, akurat dan tepat

waktu. Analysing adalah kegiatan rekam medis dalam penganalisis semua

data rekam medis yang masuk ke unit rekam medis untuk diolah menjadi

informasi yang disajikan dalam laporan (Pratiwi, 2020).

Namun setiap pekerjaan pastilah memiliki kendala seperti pada

proses analysing yaitu keterlambatan berkas yang di terima oleh petugas

analisa, membuat pekerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama.

Terlepas itu beberapa berkas yang ingin dibuatkan laporan sudah


menumpuk. Sehingga proses waktu untuk mengirim laporan kemungkinan

juga akan mengalami keterlambatan (Nurjanah & Setiatin, 2021).

Selanjutnya, Allah menganjurkan agar menyelesaikan pekerjaan

secara tepat waktu. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Ai-Insyirah:94/7

sebagai berikut:

   

Terjemahnya:
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain

Dalam kitab Jalalain, sesudah menyatakan nikmat-nikmat-Nya

kepada Nabi Muhammad dan janji-Nya akan menyelamatkan beliau dari

bahaya-bahaya yang menimpa, Allah memerintahkan kepadanya agar

mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan tekun beramal saleh sambil

bertawakal kepada-Nya. Bila telah selesai mengerjakan suatu amal

perbuatan, maka hendaklah beliau mengerjakan amal perbuatan lainnya.

Sebab, dalam keadaan terus beramal, beliau akan menemui ketenangan

jiwa dan kelapangan hati. Ayat ini menganjurkan agar Nabi saw tetap rajin

dan terus-menerus tekun beramal (Al, n.d.).


61

3. Output

a. Ketersediaan Berkas Rekam Medis


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan

kunci bahwa ketersediaan berkas rekam medis sudah memadai. Adapun

kendala yang sering terjadi adalah berkas yang salah selip, tercampur atau

bahkan tercecer. Dimana sejauh ini belum pernah ada kejadian berkas

rekam medis yang hilang. Alternatif solusi yang diambil adalah melakukan

pencarian semaksimal mungkin, dan apabila tidak ditemukan maka

dibuatkanlah berkas rekam medis yang baru.


Berkas rekam medis yang sudah tidak di gunakan lagi, akan di

simpan pada bagian belakang secara bertumpuk. Proses pemusnahan

berkas rekam medis dapat dilakukan apabila pasien tidak lagi berkunjung

ke rumah sakit dalam kurun waktu 5 tahun setelah kunjungan yang

pertama. Pemusnahannya dilakukan dengan cara di bakar di TPA atau

tempat sampah di luar rumah sakit.

Berdasarkan hail observasi yang didapatkan terkait ketersediaan


berkas rekam medis, dimana map penyimpanan diberi pembatas agar

terdapat perbedaan dari setiap berkas. Berkas yang bertumpuk cenderung

memicu kejadian berkas yang bercampur, tetapi pihak petugas telah

memisahkan dengan pemberian label agar mudah dicari di perlukan.

Kejadian salah selip biasa terjadi karena ketidakhati-hatian petugas serta

penyimpanan tanpa memperhatikan label pada map penyimpanan apabila

terburu-buru.

Rekam medis merupakan salah satu pilar yang sangat penting yang

tidak bisa dianggap sepele dalam satu rumah sakit, dengan perkembangan

ilmu kedokteran, hukum kesehatan dan perkembangan teknologi ditambah


62

lagi dengan pasien atau masyarakat yang lebih pintar dan kritis mengenai

hak- haknya, sehingga penyelenggaraan rekam medis harus dikelola

dengan tenaga yang profesional. Untuk menghasilkan rekam medis yang

baik, benar, dan akurat serta lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan

sangat dipengaruhi oleh kerjasama yang baik antar tenaga kesehatan.

(Indradi : 2017) dalam (Leon et al., 2022).

b. Ketersediaan Sarana Dan Prasarana


Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dan

observasi langsung terhadap ketersediaan sarana dan prasarana di dapatkan


bahwa sarana dan prasarana seperti meja, kursi, komputer, dan map sudah

memadai. Namun dari segi ruangan dan lemari penyimpanan, kapasitasnya

masih sangat kurang, karena banyaknya berkas yang berada di lantai

dalam keadaan bertumpuk. Ruangan yang masih terbatas, dimana tidak

adanya ruangan khusus atau terpisah antara penyimpanan berkas dan ruang

untuk bekerja.

Jumlah berkas rekam medis yang setiap harinya mengalami


pertambahan, sedang jumlah lemari dan rak penyimpanan yang masih

terbatas tidak mampu menampung berkas rekam medis pasien. Akhirnya

banyak berkas hanya di simpan secara bertumpuk pada lantai karena rak

dan lemari yang belum memadai kapasitasnya. Sarana dan prasarana

berupa form pengisian dan map tidak pernah mengalami kekurangan,

karena sudah ada petugas khusus yang bertanggungjawab untuk

pencetakan form pengisian dan penyediaan map.

Peneliti menyimpulkan ketersediaan sarana dan prasarana RSUD

Nene Mallomo sudah memadai, meskipun masih terbatas dalam ruangan

dan lemari penyimpanan berkas. Hal ini ditandai dengan banyaknya berkas
63

yang hanya di taruh pada lantai karena rak dan lemari yang sudah penuh.

Serta ruangan penyimpanan yang masih tergolong kecil dan masih bersatu

dengan ruangan kerja. Sehingga penambahan rak dan lemari sangat

diperlukan agar mampu menampung berkas rekam medis yang setiap

harinya mengalami pertambahan.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai merupakan

penunjang penyelenggaraan rekam medis di Rumah Sakit. Dalam

Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang Rekam medis, telah diatur

mengenai tata cara penyelenggaraan rekam medis. Pasal 7 Permenkes


tersebut menyatakan bahwa sarana pelayanan kesehatan wajib

menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan

rekam medis.

Selanjutnya hadits yang berisi anjuran tentang bekerja dengan

sungguh-sungguh, sebagai berikut:

Artinya:
“Jika Allah memberikan jalan bagi seseorang diantara kamu untuk
memperoleh rezeki dari suatu arah, maka janganlah dia meninggalkannya
sampai dia berubah atau hilang darinya” (HR. Ibnu Majah)

Hadits ini menjelaskan tentang bekerja dengan sungguh-sungguh, yaitu

jangan meninggalkan suatu jalan rezeki atau pekerjaan yang telah Allah

tunjukkan sampai dia lakukan dengan sebaik-baiknya, tapi jika sudah

dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hasilnya masih tidak maksimal

maka baru kita boleh meninggalkannya. Ini juga menjelaskan tentang

fokus ke satu pekerjaan saja yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh,

tidak bercabang sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak maksimal.


64

E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa masih adanya terdapat keterbatasan dalam

melaksanakan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan tidak sempurna.

Keterbatasan penelitian ini terjadi karena :

a. Wawancara yang dilakukan pada saat jam kerja sehingga peneliti tidak

mempunyai banyak waktu untuk melaksanakan wawancara lebih

mendalam untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak.

b. Penelitian ini hanya melihat sistem pengelolaan rekam medis tanpa

memperhatikan faktor atau apa saja yang berhubungan dengan


pengelolaan dan hasil rekam medis yang diperoleh.
65

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Gambaran

Sistem Pengelolaan Rekam Medis RSUD Nene Mallomo, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia belum memadai dan kebanyakan petugas memiliki

latar belakang pendidikan bukan profesi DIII Rekam Medik, melainkan

hanya lulusan SMA dan jurusan kesehatan masyarakat dan kebidanan.

2. Sarana dan prasarana yang tersedia sudah memadai, tetapi belum optimal

karena jumlah lemari yang masih kurang dan ruang penyimpanan yang

tidak terpisah dengan ruang kantor.

3. Proses Assembling yang dilakukan oleh RSUD Nene Mallomo sudah

sesuai, namun belum optimal dikarenakan beberapa berkas tidak tertera

nomor urut pendaftaran.

4. Proses Coding dan indeksig yang dilakukan oleh RSUD Nene Mallomo

sudah sesuai, dimana pelaksanaannya dilakukan melalui komputer dan

tanpa penulisan yang berulang.

5. Proses Filling yang dilakukan oleh RSUD Nene Mallomo sudah sesuai,

namun belum optimal dikarenakan jumlah rak dan lemari untuk

menyimpan berkas rekam medis masih kurang.

6. Proses Analysing yang dilakukan oleh RSUD Nene Mallomo sudah sesuai,

namun belum optimal dari segi pengumpulan berkas rekam medis yang

kadang kala mengalami keterlambatan.

7. Ketersediaan berkas rekam medis yang dibutuhkan telah memadai karena

tidak pernah kejadian adanya berkas yang hilang.


66

8. Ketersediaan sarana dan prasarana belum memadai dalam hal ketersediaan

lemari yang masih kurang dan tidak adanya ruang penyimpanan berkas

rekam medis secara khusus.


B. Implikasi
Berikut adalah beberapa saran yang ditawarkan oleh peneliti, antara lain:

1. Pihak rumah sakit mengadakan sosialisasi mengenai alur pengelolaan

rekam medis secara rutin dan menyeluruh terhadap setiap petugas rekam

medis.

2. Pihak Rumah Sakit maupun Direktur Rumah Sakit mengenai SDM rekam

medisnya perlu mempertimbangkan penambahan jumlah petugas rekam

medis berdasarkan Kualifikasi dan standar tenaga perekam medis. Serta

perlu adanya pendidikan dan pelatihan maupun seminar untuk

meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan tenaga rekam medis

secara menyeluruh dan rutin dilaksanakan.

3. Pihak Rumah Sakit maupun Direktur Rumah Sakit mengenai Sarana dan

Prasarana perlu adanya perluasan ruangan penyimpanan rekam medis agar

dapat dilakukan pula penambahan rak dan lemari penyimpanan mengingat

jumlah pasien yang tidak sedikit dan terus bertambah.

4. Petugas rekam media agar bekerja secara hati-hati agar menghindari

adanya kejadian yang tidak diharapkan seperti berkas yang salah selip,

bercampur atau bahkan tercecer.

5. Bagi penelitian selanjutnya agar mengkaji variabel lain yang mungkin

berpengaruh dalam proses pengolahan berkas rekam medis dengan metode

kuantitatif atau mix method.


67

DAFTAR PUSTAKA
Abarca, R. M. (2021). 済無No Title No Title No Title. Nuevos Sistemas de
Comunicación e Información, 193, 2013–2015.
Al, J. (n.d.). fu&l{$,-{,.
Angga Saputra, A. S., & Haryani Octaria, H. O. (2021). Perbandingan
Pengetahuan Petugas Rekam Medis Untuk Pencapaian Standar Pengelolaan
Rekam Medis Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Di Rumah Sakit Bersalin
Annisa Pekanbarutahun 2019. Jurnal Rekam Medis (Medical Record
Journal), 1(1), 12–24. https://doi.org/10.25311/jrm.vol1.iss1.331
Asmara Indahingwati. (2020). Manajamen Sumber Daya Manusia (MSDM) (p.
322). Scopindo media pustaka.
Aulia Nurul K,Novia Nuraini, A. P. W. (2020). Analisis Faktor Penyebab
Kerusakan Berka Srekam Medis Di Rumah Sakit Universitas Airlangga. J-
REMI: Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(3), 281–287.
Ayuningrum, T. A., Wijayanti, R. A., Deharja, A., & Santi, M. W. (2020).
Pendekatan Sistem Dalam Pengelolaan Rekam Medis Di Rumah Sakit Mitra
Sehat Situbondo. J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan,
1(4), 400–411.
City, J., Studi, P., & Masyarakat, K. (2018). Pada Puskesmas Paal X Kota JAMBI
Analysis Of Management Management Of Medical Record Systems In
Puskesmas Pal X Medis , Kepala Puskesmas Pal X Kota. 2(2), 1–7.
Dan, I. B. U., & Rsia, A. (n.d.). Analisis pelaksanaan rekam medis di rumah sakit
ibu dan anak (rsia) widiyanti. 896–910.
Dewi, A., Sulrieni, I. N., Rahmatiqa, C., & Yuniko, F. (2021). Literature Review:
Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis di
Rumah Sakit. Indonesian of Health Information Management Journal
(INOHIM), 9(1), 21–29. https://doi.org/10.47007/inohim.v9i1.234
Fin, D., & Sinaga, Y. (2019). Pengelolaan rekam medis di instalasi rekam medis
rumah sakit umum daerah doloksanggul tahun 2018 skripsi.
Handayuni, L., & Handayani, L. F. (2020). Analisis Pelaksanaan Pengelolaan
Rekam Medis di Puskesmas Muara Madras Kecamatan Jangkat Provinsi
Jambi. Administration & Health Information of Journal, 1(1), 1–9.
Johaeri Irhas, M. (2018). Konsep Dasar Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) dalam Perspektif Syariah. Wadiah, 2(1).
https://doi.org/10.30762/wadiah.v2i1.2992
M Manullang. (2012). Dasar-Dasar Manajamen. Gadjah Mada University Press.
Maliang, M. I., Imran, A., & Alim, A. (2019). Sistem Pengelolaan Rekam Medis.
Jurnal Kesehatan, 2(4), 315–328.
National, G., & Pillars, H. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者に
おける 健康関連指標に関する共分散構造分析Title.
Nomor, V., Jalan, R., Bunda, R., & Depok, A. (2020). Identifikasi Kelengkapan
Pengisian Metadata Rekam Medis Rawat Jalan Rsia Bunda Aliyah Depok.
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan, 2(2), 103–112.
https://doi.org/10.7454/jabt.v2i2.96
68

Nuraini, N. (2015). Analisis Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis di Instalasi


Rekam Medis RS “ X ” Tangerang Periode April-Mei 2015. 1, 147–158.
Nurjanah, T., & Setiatin, S. (2021). Penangan Berkas Rekam Medis Terkait
Covid-19 Di. 2, 120–125.
Pamboaji, A. G. (2020). Analisis Pengelolaan Sumber Daya Unit Rekam Medis di
Rumah Sakit Misi Lebak Guna Meningkatkan Efisensi dan Efektivitas
Pelayanan. Jurnal Kesehatan Vokasional, 5(3), 132.
https://doi.org/10.22146/jkesvo.48870
Pasien, T., Jalan, R., & Klinik, D. I. (2021). Faktor Penyebab Kerusakan Fisik
Dokumen Rekam MediS. 1(12), 1742–1753.
Pratiwi, T. D. Y. A. (2020). Analisis sistem pengelolaan rekam medis di rumah
sakit umum haji medan tahun 2019 skripsi.
Pujilestari. (2016). Pelaksanaan Penyimpanan Berkas Rekam Medis Berdasarkan
Unsur Manajemen 5M Di Rskia Permata Bunda Yogyakarta. Publikasi
Ilmiah, 1–18.
Putri, W. A., & Putri, W. A. (2019). Faktor Penyebab Missfile Pada Berkas
Rekam Medis di Rumah Sakit. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia, 7(2), 140. https://doi.org/10.33560/jmiki.v7i2.232
Samsuni : 113. (2017). Penulis adalah Kasubbag Keuangan pada Fakultas Syariah
Manajemen Sumber
Daya Manusia, 17 no 31(31), 113–124.
Satrianegara, M. F. (2012). Organisasi dan Fungsi Manajemen Layanan
Kesehatan : Teori, Integritasi dan Aplikasi dalam Praktek ( perpustakaan fah
Uinam (ed.); alauddin u). alauddin university press.
http://ucs.sulsellib.net//index.php?p=show_detail&id=35130
Satrianegara, M. F. (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Salemba Medika.
Semarang, K. (2012). Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah. 1.
Simanjuntak, E., & Wati Oktavin Sirait, L. (2019). Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Missfile Di Bagian Penyimpanan Berkas Rekam Medis Rumah
Sakit Mitra Medika Medan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Perekam Dan
Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 3(1), 370–379.
https://doi.org/10.52943/jipiki.v3i1.51
Sinaga, W. A. (2021). Pelaksanaan Penyimpanan Rekam Medis Berdasarkan
Unsur Manjemen 5M di Puskesmas Medan Johor. 6(2), 152–160.
Sistem, A., Berkas, P., Medis, R., Rumah, D. I., Daerah, U., Mariyam, E., &
Lingga, K. (2022). Media Kesmas ( Public Health Media ). 2, 48–55.
Ulfa, H. M. (2018). Analisis Unsur Manajemen dalam Pengolahan Rekam Medis
di Rumah Sakit TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin. KESMARS: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit, 1(1),
20–25. https://doi.org/10.31539/kesmars.v1i1.146
Valentina, & Winda Andryani Sinaga. (2021). Pelaksanaan Penyimpanan Rekam
Medis Berdasarkan Unsur Manjemen 5M di Puskesmas Medan Johor. Jurnal
Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 6(2), 152–160.
https://doi.org/10.52943/jipiki.v6i2.590
69

Wati, E. (2019). Konsep Dasar Manajemen Sumber Daya Manusia. 1–51.


https://doi.org/10.31227/osf.io/2rm84
Wati, T. G., & Nuraini, N. (2019). Analisis Kejadian Missfile Berkas Rekam
Medis Rawat Jalan di Puskesmas Bangsalsari. Rekam Medik Dan Informasi
Kesehatan, 1(1), 23–30.
70

Prodi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau


sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Makassar

Judul Penelitian : Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit


Umum Daerah Nene Mallomo Kabupaten Sidrap Tahun 2022

Peneliti : Ayu Magfirah


NIM : 70200117083

Saya percaya yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperan serta dalam penelitian ini

Nama Informan :

Sidrap, 2022

Peneliti Informan

Ayu Magfirah ___________________


70200117083
71

Lampiran 1
72

Lampiran 2

Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum


Daerah Nene Mallomo Kabupaten Sidrap Tahun 2022

Hari /Tanggal :
Waktu :

KARAKTERISTIK INFORMAN
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pelatihan :
Jabatan :
Masa kerja :
Status kepegawaian : PNS/Honorer/Relawan

Pedoman wawancara Untuk Informan Utama


A. INPUT
a. SDM
1. Menurut anda apakah jumlah personil yang ada di unit rekam medis
sekarang ini sudah memadai jumlahnya?
2. Menurut anda apakah latar belakang pendidikan anda sudah sesuai
dengan tugas anda sebagai perekam medis?
3. Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan terkait rekam medis?
4. Kapan terakhir kali anda pernah mengikuti pelatihan terkait tugas
anda di unit rekam medis?
b. Sarana Prasarana
1. Apakah sarana dan prasarana di unit rekam medis seperti meja, kursi,
lemari dan rak penyimpanan sudah memadai ?
2. Bagaimana dengan ketersediaan komputer di unit rekam medis apakah
memadai?
73

3. Bagaimana dengan ketersediaan form isian berkas rekam medis


apakah memadai atau sering terjadi kekurangan form?
4. Menurut anda apakah kondisi ruangan anda nyaman untuk melakukan
pekerjaan rekam medis?
B. PROSES
1. Apakah anda telah mendapatkan sosialisasi tentang SOP rekam medis?
2. Tahapan apa saja yang dilakukan dalam pengelolaan berkas rekam
medis?
3. Tahap apa yang menurut anda paling sulit dikerjakan?
4. Apakah terdapat kendala dalam pengelolaan berkas rekam medis
pasien?
C. OUTPUT
1. Apakah sarana dan prasarana di unit rekam medis seperti meja, kursi,
lemari dan rak penyimpanan sudah memadai ?
2. Bagaimana dengan ketersediaan komputer di unit rekam medis apakah
memadai?
3. Bagaimana dengan ketersediaan form isian berkas rekam medis
apakah memadai atau sering terjadi kekurangan form?
4. Menurut anda apakah kondisi ruangan anda nyaman untuk melakukan
pekerjaan rekam medis?
74

Lampiran 2

Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum


Daerah Nene Mallomo Kabupaten Sidrap Tahun 2022

Hari /Tanggal :
Waktu :
KARAKTERISTIK INFORMAN
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pelatihan :
Jabatan :
Masa kerja :
Status kepegawaian : PNS/Honorer/Relawan
Pedoman wawancara Untuk Informan Kunci
A. INPUT
a. SDM
1. Apakah jumlah SDM yang bertugas di rekam medis sudah memadai ?
2. Apakah petugas yang ditempatkan di unit rekam medis sudah sesuai
dengan latar belakang pendidikannya?
3. Apakah SDM di unit rekam medis telah mendapatkan Pelatihan terkait
rekam medis?
4. Berapa kali dalam setahun petugas rekam medis mendapatkan
pelatihan terkait pekerjaannya?
b. Sarana Prasarana
1. Apakah sarana dan prasarana yang ada di unit rekam medis telah
memadai?
2. Kendala apa saja yang ada di unit rekam medis terkait sarana dan
prasarana?
3. Jika terdapat kendala sarana & prasarana yang dibutuhkan apakah
kendala tersebut dilaporkan ke atasan? dan apakah ada tindak lanjut
75

dari atasan?
B. PROSES
1. Apakah ada alur ataupun SOP terkait pengelolaan berkas rekam medis,
jika ada, Apakah SOP telah disosialisasikan ?
2. Apa saja tahapan dalam pengelolaan rekam medis?
3. Apa saja kendala yang ditemui dalam pengelolaan berkas rekam
medis ?
C. OUTPUT
1. Apakah unit rekam medis selalu menyelesaikan laporan tepat waktu?
2. Apakah data dan informasi yang dihasilkan unit rekam medis selama
ini lengkap?
3. Kendala apa saja yang dihadapi unit rekam medis terkait kelengkapan
data untuk kebutuhan laporan RS?
76

Lampiran 3
Lembar Observasi Sarana Prasarana Rekam Medis

Hasil
No Variabel Observasi
Tersedia Tidak
1 Tersedianya ruangan/kantor untuk kepala RM √
2 Ruangan/kantor terpisah dengan tempat

penyimpanan berkas
3 Lemari/rak tempat penyimpanan √
4 Komputer √
5 Meja, Kursi, Map berkas √
6 Terdapat tabung apar √
7 Terdapatnya ATK di ruangan/kantor √
8 Terdapat ruang kantor petugas rekam medis √
77

Lampiran 4 Matriks Hasil Wawancara

Variabel Input : Sumber Daya Manusia

No Informasi Informan Jawaban Terjemahan Reduksi Kesimpulan

1. Ketersediaan M “sudah memadai dek, akan tetapi “sudah memadai tapi tidak Informan Dapat

Sumber tidak sesuai sama pendidikannya” sesuai dengan pendidikan” mengatakan disimpulkan

Daya Nh “memadai ji dek, cuma kalo “memadai, tapi masih bahwa petugas bahwa sumber

Manusia dilihat dari segi kemampuannya kurang dari segi rekam medis daya manusia

masih kurang. Karena tenaga kemampuan. Karena tenaga bekerja tidak belum memadai

profesi khusus rekam medik profesi rekam medik hanya 2 sesuai dengan dari segi profesi

cuma 2 ji dek” orang” latar belakang

YAA “..mm memadai dek, meskipun “memadai, meskipun pendidikannya.

tidak sesuai dengan latar pekerjaanya tidak sesuai

belakang pendidikannya dengan dengan latar belakang

apa yang dikerjakan” pendidikan”

AD “kalo dari segi profesi yang “tenaga profesi masih


78

sesuai dengan bidangnya masih kurang, karena karena rata-

kurang dek, karena rata-rata rata hanya lulusan SMA

hanya lulusan SMA atau petugas atau petugas yang tidak

yang tidak memiliki STR. Saya memiliki STR. Saya sendiri

sendiri sebagai tenaga profesi sebagai tenaga profesi

rekam medis dan ada lagi 1 rekam medis dan 1 rekan

orang dek. Beberapa juga dari saya. Beberapa juga dari

lulusan kesehatan masyarakat. lulusan kesehatan

Petugas rekam medis secara masyarakat. Total petugas

keseluruhan berjumlah 33 orang, rekam medis sebanyak 33

tetapi kebanyakan diantaranya orang, tetapi kebanyakan

bekerja tidak sesuai dengan latar diantaranya bekerja tidak

belakang pendidikan dan sesuai dengan latar

profesinya” belakang pendidikan dan

profesinya”
79

Variabel Input : Sarana Dan Prasarana

1. Ketersediaan YAA “ alhamdulillah, memadai ji “sarana dan prasarana Informan Dapat

Sarana Dan dek..” sudah memadai” mengatakan disimpulkan

Prasarana DR “.. iye, sudah memadai” “sudah memadai” bahwa sarana bahwa

AD “sarana dan prasarana yang “kurangnya sarana dan dan prasarana penumpukan

masih kurang itu, gedung khusus prasarana gedung khusus yang kurang berkas

rekam medis dan lemari. rekam medis dan lemari. adalah lemari disebabkan oleh

Makanya banyak berkas yang Makanya banyak berkas dan ruangan. karena tidak

hanya disimpan dalam bentuk yang hanya disimpan dalam adanya ruangan

tumpukan yang tinggi karena bentuk tumpukan yang tinggi dan lemari

tidak adanya tempat untuk karena tidak adanya tempat penyimpanan.

penyimpanan. Ruangan saya untuk penyimpanan ruangan

juga masih tergabung sama kerja yang tergabung dengan

berkas rekam medis yang berkas rekam medis dapat

sewaktu-waktu membuat kita menimbulkan rasa bosan


80

bosan bekerja karena melihat ketika melihat tmpukan

tumpukan berkas setiap saat” berkas”

M “hmm, lemari yang masih “kurangnya lemari, sehingga

kurang. Makanya banyak berkas berkas disusun bertumpuk

yang di tumpuk bersusun, karena dikarenakan tidak adanya

tidak di tau dimana mau di ruang penyimpanan”

simpan”

Nh “tidak ada ruangan khusus “tidak ada ruangan khusus

untuk rekam medis, jadi untuk rekam medis, jadi

penempatan petugasnya itu petugas bekerja secara

terpisah-pisah. Padahal terpisah. Padahal

seharusnya ruangan rekam seharusnya ruangan rekam

medis itu memiliki lokasi yang medis itu memiliki lokasi

strategis serta tersusun rapi yang strategis serta tersusun

dimana semua petugasnya rapi dan berada dalam suatu


81

ditempatkan secara berdekatan ruangan agar berkas tidak

agar berkas rekam medis tidak ada yang tertinggal.

ada yang tertinggal-tinggal. Berhubung ruangan sempit

Tapi berhubung ruangannya dan tidak ada tempat lain.

yang sempit dan tidak tempat Makanya petugas bekerja

lain, makanya kita bekerja secara terpisah ada di

secara terpisah ada di bagian bagian depan ada juga di

depan ada juga di tengah tengah bahkan bagian

bahkan bagian belakang” belakang”

Variabel Proses : Assembling

1. Proses Nh “assembling itu dek, kita pilih- “assembling adalah Informan Dapat

Assembling pilih berkas kemudian di pemilihan berkas yang mengatakan disimpulkan

pisahkan mana yang khusus selanjutnya dipisah antara bahwa bahwa

rawat jalan atau rawat inap. rawat jalan dan rawat inap. assembling assembling

Karena banyak berkas ada Beberapa berkas kosong adalah proses merupakan
82

isinya atau tidak diisi na yang tidak terisi ikut penyusunan proses

gabungji masuk, jadinya bercampur. Sehingga perlu berkas sesuai penyusunan

tercampur. Makanya perluki di dilakukan pemilihan” nomor urut. berkas

pilih-pilih ulang” berdasarkan

YAA “berkas yang masuk ke kita itu “berkas yang masuk urutan.

toh dek, selanjutnya kita susun kemudian di susun lalu

baru di pilih-pilih baru di dipilih kemudian disetor

masukkan ke bagian coding” pada bagian coding”

AD “proses assembling adalah “assembling adalah

semua berkas rekam medis kita penyusunan berkas rekam

susun sesuai dengan nomor urut. medis sesuai nomor urut.

Kalo ada berkas yang di dapat Berkas yang tidak memiliki

tidak pake nomor, kita taro di nomor akan di simpan di

bagian belakang dek. Terus kalo bagian belakang. Berkas

misalnya ada lagi ditemukan kosong yang tidak terisi akan


83

berkas yang tidak ada isinya itu dikeluarkan atau disimpan

kemudian di keluarkan atau untuk digunakan kembali”

disimpan kalo masih bagusji

untuk di pake kembali”

M “… kalau menurut saya yah, “menurut saya, proses ini

proses ini cukup memakan waktu cukup memakan waktu lama

lama karena memerlukan karena memerlukan

ketelitian penuh untuk menyusun ketelitian penuh untuk

sesuai urutan nomor pasien, menyusun sesuai urutan

mengecek kembali isi berkas nomor pasien, mengecek

apakah ada yang tidak terisi kembali isi berkas apakah

nomornya. Kadang-kadang ada ada yang tidak terisi

berkas tanpa nomor, berkas nomornya. Kadang-kadang

kosong yang ikut tercampur ada berkas tanpa nomor,

sama form pengisian rekam berkas kosong yang ikut


84

medis. Jadi, harus ki’ teliti tercampur dan form

dalam menyusun supaya berkas pengisian. Sehingga

gampang dicari kalo pasien diperlukan ketelitian agar

kembali berobat di rumah sakit berkas gampang dicari kalo

sini” pasien kembali berobat di

rumah sakit”

Variabel Proses : Coding dan Indeksig

1. Proses Nh “coding yang dilakukan sama “pemberian coding Informan Dapat

Coding petugas itu berdasarkan arahan dilakukan oleh petugas atas mengatakan disimpulkan

dari dokter yang melakukan arahan dokter yang bahwa proses bahwa proses

pemeriksaan terhadap pasien. melakukan pemeriksaan coding adalah coding

Diagnosa penyakit yang ditulis terhadap pasien. Penulisan pemberian dilakukan

sama dokter disesuaikan dengan diagnosa berpedoman pada kode penyakit sesuai arahan

ICD-10. Coding yang saya ICD-10. Coding yang saya berdasarkan dokter

kerjakan sendiri adalah coding kerjakan sendiri adalah diagnosa menggunakan


85

rawat jalan” coding rawat jalan” dokter. pedoman ICD-

AD “kalo saya sendiri mengerjakan “saya melakukan coding 10.

coding rawat inap, jadi semua rawat inap, jadi berkas

berkas pasien yang dirawat di rawat inap pasien yang

rumah sakit ini saya berikan dirawat di rumah sakit ini,

kode. Saya juga dibantu oleh saya yang memberikan kode.

rekan petugas yang lainnya agar Saya juga dibantu oleh rekan

cepat selesai pekerjaan. Kode petugas yang lainnya agar

penyakit yang ditulis sesuaikan cepat selesai pekerjaan.

diagnosa dokter dengan Kode penyakit yang ditulis

menggunakan ICD-10 (Volume sesuaikan diagnosa dokter

3/1) atau ICD-9 (Tindakan)” dengan menggunakan ICD-

10 (Volume 3/1) atau ICD-9

(Tindakan)”

M “kita tulis kodenya sesuai “penulisan kode penyakit


86

penyakit yang telah dokter berdasarkan diagnosa

diagnosa. Baik itu pasien yang dokter. Baik itu pasien yang

rawat jalan maupun yang rawat rawat jalan maupun yang

inap” rawat inap”

2. Proses YAA “..eh proses indeksig sudah tidak “proses indeksig sudah tidak Informan Dapat

Indeksig dilakukan mi dek. Semuanya dilakukan. Semuanya sudah mengatakan disimpulkan

sudah terinput di komputer, jadi tersedia di komputer, ketika bahwa proses bahwa proses

kalo kita cari nama penyakit mencari nama dokter atau indeksig sudah indeksig tidak

atau nama dokter gampang ji nama penyakit cepat tidak lagi dikerjakan

ditemukan tidak butuh maki ditemukan tanpa dikerjakan. karena telah

waktu yang lama..” membutuhkan waktu lama” tersedia di

DR “.. mmm indeksnya sudah “indeks sudah tersedia di komputer.

adami tersedia di komputer jadi komputer sehingga petugas

kita tidak kerja manual mi dan tidak lagi bekerja secara

pekerjaan juga cepat selesai manual dan pekerjaan juga


87

dek” cepat selesai”

“..kalo indeks dek, sudah “petugas sudah lama tidak

AD lamami kita tidak pernah kerja mengerjakan indeks. Indeks

indeks. Karena indeksnya sudah sudah tersedia di komputer

dikerjakan melalui komputer jadi petugas tidak menulis

jadi kita tidak siksa tulis berulang. Indeks yang

berulang-ulang kembali. Kalo tersedia sudah tersusun di

mau mencari sudah ada di komputer, jadi petugas tidak

komputer dan tersusun jadi tidak perlu menulis indeks yang

perlu maki capek-capek tulis banyak”

indeks yang banyak lagi”

Variabel Proses : Filling

1. Proses M “… kalo filling itu dek, kita “filling adalah proses Informan Dapat

Filling bertugas untuk simpan berkas penyimpanan berkas. mengatakan disimpulkan

rekam medisnya pasien. Penyimpanannya dipisah bahwa filling bahwa proses


88

Penyimpanannya itu kita pisah- berdasarkan rawat jalan dan adalah proses filling dapat

pisah mana yang rawat jalan rawat inap. Penyimpanan penyimpanan. dilakukan

mana yang rawat inap. Dipisah- juga dipisah berdasarkan setelah pasien

pisah juga berdasarkan penyakit jenis penyakit yang diderita pulang untuk

yang na derita pasien…” oleh pasien” menyimpan

DR “di filling itu simpan berkasnya “proses filling adalah berkas.

pasien terus disusun rapi biar penyimpanan berkas yang

gampang ki dapat kalo nanti itu disusun rapi agar

pasien kembali berobat disini, memudahkan pencari jika

kalo dicari cepat ji kita temukan. pasien kembali berobat.

Tapi kadang-kadang juga eh ada Beberapa berkas kadang-

beberapa berkas lama sekali kadang memerlukan waktu

dicari karena biasa salah lama untuk mencarinya

simpang ki itu petugas, karena dikarenakan petugas ingin

bekerja cepatki mau pulang jadi cepat pulang. Akibatnya


89

asal simpan ji” berkas sering salah simpan

atau asal di simpan saja”

AD “jadi toh dek, berkasnya pasien “berkas yang masuk dan

yang sudah masuk terus sudah di telah diberi kode kita susun

kasih kode kita susun rapi rapi kemudian di simpan mi

kemudian di simpan mi di rak di rak penyimpanan.

penyimpanan. Beberapa berkas Beberapa berkas juga

juga di tumpuk ji di ruangan ini disimpan secara bertumpuk

karena lemarinya masih kurang dikarenakan jumlah lemari

dek. Ada juga beberapa berkas yang masih kurang. Serta

yang sudah dimusnahkan beberapa berkas sudah

dengan catatan bahwa pasien dimusnahkan dengan catatan

tidak pernah mi berobat atau bahwa pasien tidak pernah

berkunjung ke rumah sakit berobat atau berkunjung ke

setelah 5 tahun saat kunjungan rumah sakit setelah 5 tahun


90

pertama. Biasanya itu saya saat kunjungan pertama.

bakar ji dek di tempat sampah” Biasnya dibakar ditempat

sampah”

YAA “berkas yang sudah di coding “berkas yang telah diberi

sama petugas kita simpan di rak kode oleh petugas,

atau lemari penyimpanan. Tapi selanjutnya disimpan di rak

karena jumlah lemari belum penyimpanan. Karena

memadai, makanya ada yang di jumlah lemari belum

tumpuk saja, seperti yang kita memadai, berkas disimpan

liat ini dek, hehehe” secara bertumpuk, seperti

yang terlihat”

Nh “filling itu dek proses “filling adalah proses

penyimpanan berkas rekam penyimpanan. Biasanya

medis. Biasanya kita kerjakan dikerjakan setelah pasien

setelah pasien pulang. Tapi pulang. Tapi kadang-kadang


91

kadang-kadang keesokan keesokan harinya jika belum

harinya pi lagi kalo belum sempat”

sempat”

Variabel Proses : Analysing

1. Proses Nh “berkas yang sudah di simpan di “berkas yang sudah di Informan Dapat

Analysing tempat penyimpanan, kita simpan di tempat mengatakan disimpulkan

buatkan mi laporannya. Datanya penyimpanan, selanjutnya bahwa proses bahwa proses

di peroleh dari berbagai dibuatkan laporan. Datanya analysing analysing

ruangan baik rawat jalan di peroleh dari berbagai adalah merupakan

maupun rawat inap” ruangan baik rawat jalan pembuatan tahap akhir dari

maupun rawat inap” laporan. pengelolaan

“analisa itu pembuatan laporan “analisa adalah pembuatan berkas rekam

YAA dek. Jadi data pasien yang sudah laporan. Jadi data pasien medis yaitu

masuk kita buatkan laporan. yang sudah masuk kita pelaporan.

Pengerjaan laporannya itu buatkan laporan. Pengerjaan


92

melalui SIRS jadi kita tidak kerja laporannya itu melalui SIRS.

atau buat secara manual mi Sehingga pembuatan laporan

dek” tidak lagi dikerja secara

manual”

“setelah berkas rekam medis “setelah berkas rekam medis

AD pasien disimpan toh dek, kita pasien disimpan, kemudian

buat mi laporannya. Baik untuk dibuatlah laporannya. Baik

pasien rawat jalan maupun untuk pasien rawat jalan

rawat inap. Dikerjakan melalui maupun rawat inap.

Sistem Informasi Rumah Sakit Dikerjakan melalui Sistem

(SIRS) yang di peroleh melalui Informasi Rumah Sakit

unit-unit pemeriksaan pasien” (SIRS) yang dapat diperoleh

melalui unit-unit

pemeriksaan pasien”

M “analysing itu tahap akhir dari “analysing adalah tahap


93

proses pengelolaan berkas akhir dari proses

rekam medis pasien yang dibuat pengelolaan berkas rekam

melalui SIRS sebagai bentuk medis pasien yang dibuat

pelaporan, tidak dikerja secara melalui SIRS sebagai bentuk

manual mi juga dek” pelaporan, yang tidak lagi

dikerjakan secara manual”

Variabel Output : Ketersediaan Berkas Rekam Medik

1. Ketersediaan Nh “sejauh ini, alhamdulillah “sejauh ini, alhamdulillah Informan Dapat

Berkas berkas yang dibutuhkan selalu berkas yang dibutuhkan mengatakan disimpulkan

Rekam tersedia” selalu tersedia” bahwa bahwa berkas

Medik M “berkas rekam medis yang “berkas yang diperlukan ketersediaan yang

diperlukan sama pasien tersedia oleh pasien tersedia” berkas rekam dibutuhkan

ji dek” medis sudah selalu tersedia.

AD “tersedia ji dek, karena sudah “tersedia, karena sudah di memadai.

di kerja secara maksimal dan kerja secara maksimal dan


94

dilakukan penyusunan berulang dilakukan penyusunan

ketika memeriksa berkas, kalo di berulang ketika memeriksa

dapat yang tidak sama atau lain berkas, apabila ditemukan

isinya maka akan kami simpan berkas berbeda maka akan

sesuai dengan tempatnya. Kalo disimpan sesuai dengan

pun misalnya kita mencari tempatnya. Alternatif yang

berkas tapi tidak di dapat-dapat diambil apabila proses

dek, yah alternatifnya kita minta pencarian berkas tidak

maaf mami baru kami buatkan ditemukan dalam waktu yang

yang baru. Tapi hal ini jarang ji cukup lama adalah meminta

terjadi dek, karena diusahakan maaf kemudian membuat

mencari semaksimal mungkin berkas baru. Kejadian ini

dan akhirnya membuat form jarang terjadi, karena

baru jika berkas itu tercecer. diusahakan mencari

Karena kalo berkas yang hilang, semaksimal mungkin dan


95

alhamdulillah disini tidak akhirnya membuat form baru

pernah ji ada yang hilang hehe” jika berkas itu tercecer.

Alhamdulillah kejadian

berkas hilang tidak pernah

terjadi”

DR “berkasnya tersedia ji dek” “berkasnya tersedia”

YAA “tersedia ji dek, kalo di bilang “tersedia, penyediaan form

form untuk pengisian sudah ada untuk pengisian sudah ada

yang handle bagian itu, jadi petugas khusus, jadi tidak

tidak pernah ji kehabisan” pernah kehabisan”

Variabel Output : Ketersediaan Sarana Dan Prasarana

1. Ketersediaan YAA “sarana prasarananya disini “sarana dan prasarana Informan Dapat

Sarana Dan memadai ji dek, tersedia ji” sudah memadai dan mengatakan disimpulkan

Prasarana tersedia” bahwa bahwa


96

DR “alhamdulillah sudah memadai “alhamdulillah sudah ketersediaan terjadinya

dek” memadai” sarana dan penumpukan

Nh “cukup memadai untuk sarana “sarana dan prasarana prasarana berkas

dan prasarananya” cukup memadai” belum disebabkan oleh

AD “meja, kursi, komputer sudah “ketersediaan meja, kursi memadai dari ruangan yang

memadai dek. Yang tidak dan komputer sudah segi ruangan tidak tersedia

memadai itu tempat memadai. Sarana dan dan jumlah dan jumlah

penyimpanan yaitu lemari dan prasarana yang tidak lemari. lemari yang

ruangan kerja juga yang masih memadai adalah lemari dan masih kurang.

disatukan dengan ruang ruang penyimpanan, karena

penyimpanan. Karena lemarinya masih tergabung dengan

tidak cukup, kita simpan berkas ruang kerja. Jumlah lemari

secara bertumpuk. Dimana yang belum memadai

kemungkinan besar, berkas akan menyebabkan penyimpanan

tercampur sehingga mungkin berkas secara bertumpuk.


97

juga terjadi misfile atau hilang Dimana kemungkinan besar,

berkas karena tidak ada ruang berkas akan tercampur

penyimpanan. Rak juga masih sehingga mungkin juga

sedikit. Kalo form pengisian terjadi misfile atau hilang

sama map alhamdulillah sudah berkas karena tidak ada

memadai karena kita punya ruang penyimpanan. Rak

petugas tersendiri yang juga masih sedikit. Kalo

ditugaskan untuk mencetak form form pengisian sama map

pengisian dan menyediakan alhamdulillah sudah

map” memadai karena kita punya

petugas tersendiri yang

ditugaskan untuk mencetak

form pengisian dan

menyediakan map”

M “belum memadai dek, karena “belum memadai, karena rak


98

rak dan lemari masih kurang. dan lemari masih kurang.

Belum lagi kita bekerja di dalam Belum lagi kita bekerja di

ruangan yang di penuhi berkas dalam ruangan yang di

yang di tumpuk. Kadang-kadang penuhi berkas yang di

membuat saya jenuh jika melihat tumpuk. Kadang-kadang

berkas yang tingginya membuat saya jenuh jika

menggunung. Maklumlah karena melihat berkas yang

melihat tumpukan berkas setiap tingginya menggunung.

hari” Maklumlah karena melihat

tumpukan berkas setiap

hari”
99

Lampiran 5 Dokumentasi

Kondisi Ruang Penyimpanan Berkas Rekam Medis


100

Kondisi Berkas Rekam Medis yang Bertumpuk karena tidak ada rak dan lemari
penyimpanan
101

Dokumentasi wawancara dengan informan Utama

Dokumentasi wawancara dengan informan Kunci


102

Lampiran 6 Etik Penelitian


103

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian


104

Lampiran 8 Surat PTSP Provinsi


105

Lampiran 9 Surat PTSP Daerah


106

Lampiran 10 Keterangan Selesai Meneliti

Anda mungkin juga menyukai