Disusun Oleh :
MITHA NUR ARTHA MEDIKA
2014750026
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua makhluknya, sehingga
dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny. C
Dengan Demensia”di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Dharma Bekasi”.
1. Kepada Allah SWT, karena saya telah diberi kemudahan dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Titin Sutini,M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka.Prodi program studi DIII
Keperawatan FIK UMJ.
4. Ibu Ns. Lily Herlina, M.Kep.Sp.Kep.Kom selaku dosen dan pembimbing
Keperawatan Gerontik yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan
pengarahan yang sangat berguna dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini,
serta selaku penguji pertama pada ujian akhir program Studi DIII
Keperawatan FIK UMJ.
5. Ibu Ns. Nurhayati, M.Kep, Sp.Kep.Kom selaku penguji II pada ujian sidang
akhir Program DIII Keperawatan FIK UMJ.
6. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku wali tingkat kami yang telah
menemani dan membimbing kami selama 3 tahun, serta selaku penguji kedua
pada ujian akhir program studi DIII Keperawatan FIK UMJ.
7. Ayahanda tercinta Asep Nur Azhar Iskandar.SE terima kasih yang tak
terhingga atas Do‟a, semangat dan kasih sayangnya bahkan pengorbanannya
yang telah berjuang membesarkan anak gadis yang satu ini mampu ke
perguruan tinggi DIII Keperawatan “thanks Dad, you always support and the
best for me”
8. Ibunda tercinta Nurjanah, terima kasih atas Do‟a, dukungan, semangat, dan
kasih sayang kasih sayangnya yang tak terhingga pengorbanannya yang telah
membesarkan anak-anaknya hingga salah satu anaknya mampu
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini di perguruan DIII Keperawatan FIK
UMJ “ Mom, You always always the best and you my everything for me”.
5
Akhir dari penulisan saya dari Karya Tulis Ilmiah masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu saya harapkan adanya masukan yang baik dengan berupa saran
ataupun kritikan yang dapat membangun dari semua pihak, semoga dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak kesehatan.
2014750026
6
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,2006).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap terakhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,2008).
Masa senium/lanjut usia, ada pula yang membaginya menjadi young old
(70-75 tahun), old-hold (75-80 tahun) dan very old (80 tahun keatas)
(Nugroho, 2008).
Jumlah lanjut usia saat ini diseluruh dunia lebih dari 629 juta jiwa (satu
dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), diperkirakan tahun 2025 lanjut
usia akan mencapai 1.2 miliyar (Nugroho, 2008). Fenomena ini jelas
mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik,
mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan,
terutama kelainan degenerative (Nugroho, 2008).Menurut Departemen
Kesehatan (2013) menyatakan adanya kecenderungan peningkatan
persentase kelompok lansia dibandingkan kelompok usia lainnya yang
cukup pesat sejak tahun 2013 8,9% di Indonesia dan 13,4%di Dunia
hingga tahun 2050 diperkirakan 21,4% di Indonesia dan 25,3% di Dunia.
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
terus menerus dan kesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan
memengaruhi fungsi dan kemampuan secara keseluruhan (Maryam, 2008).
Dalam memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misal
kemunduran dalam fisik, kulit mulai mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan juga penuaan dalam proses berpikir
(Nuha Medika, 2013).
10
Pada system saraf pusat otak merupakan organ paling penting dalam tubuh
kita, sebab dapat dikatakan segala aktivitas tubuh dikoordinir oleh organ
lain. Apabila organ ini rusak, maka dapat menimbulkan gangguan fungsi
otak dan dapat menyebabkan gangguan memori dan orientasi (Sudoyo,
2009). Gangguan memori dan orientasi disebut Demensia. Demensia
adalah gangguan tingkat intelektual yang sebelumnya lebih tinggi.
Gangguan mencakup memori dan bidang kognitif lainnya seperti
berbahasa, orientasi pemikiran abstrak, penilaian, kepribadian, praksis dan
harus cukup berat sehingga mengganggu kemampuan kerja dan sosial.
(Arjatmo Tjokronegoro, 2004 , Sudoyo, 2010). Menifestasi klinik :
Penurunan fungsi intelektual, perubahan kepribadian, Kerusakan
penilaian, Perubahan afek, Kerusakan ingatan, khususnya jangka pendek,
Kerusakan koordinasi fisik (Stockslager, 2008). Dampak lanjut dari
Penyakit Demensia dapat mengakibatkan penurunan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, terutama kebutuhan dasar stimulus/rangsangan,
Nutrisi, Istirahat dan Tidur, Personal Hygine/Perawatan Diri.
Demensia merupakan masalah yang besar dan serius yang dihadapi oleh
negara negara maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai
muncul di negara negara berkembang seperti di Indonesia. Demensia
cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 10% kelompok usia di
atas 65 tahun dan 47% kelompok usia di atas 85 tahun. Pada sekitar
1020% kasus demensia bersifat reversibel atau dapat diobati.
orang) (WHO, 2012). Belum ada data yang pasti tentang prevalensi
demensia di Indonesia. (Kemenkes RI, 2010). Pelayanan kesehatan
terhadap lansia meliputi upaya pelayanan kesehatan yaitu peningkatan
(promotion), pencegahan (preventive), pembatasan kecacatan serta
pemulihan (rehabilitative) (Maryam, 2008). Upaya promotif, yaitu untuk
menggairahkan semangat hidup para lansia agar merasa tetap hargai dan
berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Upaya
preventif, yaitu upaya pencegahan kemungkinan penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh proses penuaan. Upaya kuratif, yaitu upaya pengobatan
yang penanggulangannya perlu melibatkan multidisiplin ilmu kedokteran.
Upaya rehabilitative, yaitu upaya untuk memulihkan fungsi organ tubuh
yang telah menurun. (Maryam, 2008).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam pemberian Asuhan
Keperawatan pada lansia Ny C dengan Demensia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar pada
lansia dengan Demensia.
b. Mampu menganalisa data untuk menentukan masalah keperawatan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada lanjut usia dengan
Demensia.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar pada lanjut usia dengan Demensia.
12
C. Ruang Lingkup
Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pembahasan dengan pemberian
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny/Tn... Dengan Demensia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat
pada tanggal 03-06 Mei 2017
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan metode deskriptif dan studi kepustakan. Dalam metode deskriptif
pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dimana peserta didik
mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode
ini disebutkan juga bagaimana peserta didik memperoleh data atau
informasi (wawancara secara langsung dan tidak langsung dari klien Ny. C
dan petugas kesehatan, Observasi, Pemeriksaan Fisik).
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :
BAB III Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil langsung
tentang asuhan keperawatan lanjut usia meliputi :
pengkajian, diagnosa,perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
BAB V Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
3) Lansiaresikotinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes
RI, 2003).
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung dengan orang lain (Depkes RI,
2003).
a. TeoriBiologis
Menurut Hay ick (1965, Buku Keperawatan Gerontik, 2013)
secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam ini sel
dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan
frekuensi mitosis.
1) Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
moleculer, lam kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak
elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel sel yang sudah tua
dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat
2) Teori radikal bebas
16
b. Teori psikososial
1) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang
harus dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Hasil akhir
yang dicapai dari penyelesaian integrias ego dan keputusan
adalah kebebasan.
2) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan
tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia
tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak.
17
b. Perubahan social
1) Peran : Post power syndrome, single women, dan single
parent.
2) Keluarga (emptiness) : Kesendirian, kehampaan.
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaan kapan akan meninggal.brada di rumah
terusmenerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan
nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
5) Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan asset dan
kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
6) Pension : Kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana
pension). Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi
uang.
7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
cocok bagi lansia.
8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.
9) Keamaaan : Jatuh, terpeleset.
10) Transportasi : Kebutuhan akan system transportasi yang
cocok bagi lamsia
11) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan
memberikan, masukan dalam system politik yang berlaku.
12) Pendidikan : Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan
kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi
manusia.
13) Agama : Melaksanakan ibadah.
14) Panti Jompo : Merasa dibuang/diasingkan.
c. Perubahan Psikologis
21
4) Perubahan kognitif
a) Memory (Daya Ingat, Ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) mrupakan salah
satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal
mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (Long
term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan
ingatan jangka pendek (short term memory) atau
seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan
dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian
24
b) IQ (Intellegent Quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi
matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan
verbal. Tetapipenampilan persepsi dan keterampilan
psikomotor menurun. Terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan factor waktu.
c) Perubahan spiritual
- Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi
dalam kehidupan.
- Lanjut usia semakin dapat dilihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
- Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurun
menurut Folwer (1978), universal, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan cara
member contoh cara mencintai dan keadilan (Nugroho,
2008).
2. Klasifikasi Demensia
Demensia dibagi menjadi 3 tipe (Lumbantobing, 2008)
a. Demensia kortikal dan sub-kortikal
1) Demensia korkikal
Yaitu demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada
korteks serebri substansia grisca yang berperan penting
terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal
adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit Vaskular, Sindroma
Korsakoff, Penyakit Pick.
2) Demensia sub-kortikal
Yaitu demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari
kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia
subkortikal adalah penyakit Huntington, hipotiroid, Parkinson,
kekurangan vitamin B1, B12, hiperkalsemia, hipoglikemia,
AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dan lain-lain.
b. Demensia reversible dan non-reversible
1) Demensia reversible
Yaitu demensia dengan factor penyebab yang dapat diobati.
Yang termasuk factor penyebab yang dapat bersigat reversible
adalah keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi
atau dari proses keracunan, gangguan metabolik, dan nutrisi.
26
2) Demensia non-reversible
Yaitu demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat
diobati dan bersifat kronik progresif.
3) Demensia pre-senilis dan senilis
a) Demensia pre-senilis merupakan terjadi pada golongan
umur lebih muda yaitu umur 40-50 tahun dan dapat
disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang
mempengaruhi jaringan fungsi otak dan anoksia.
b) Demensia senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun
terjadi akibat perubahan dan denegerasi jaringan otak yang
diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi mental.
c. Demensia Alzheimer
Adalah penyakit degeneratif otak progresif yang
mengakibatkan sel otak menjadi mati dan menurunnya daya
ingat kemampuan berfikir, dan perilaku perubahan. Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan dalam
mebuat keputusan, dan juga penurunan proses berfikir. Ada
sekitar 50-60% penderita yang mengalami demensia
disebabkan karena penyakit Alzheimer. Gejala klasik dalam
penyakit Demensia Alzheimer adalah kehilngan proses daya
ingat yang terjadi secara bertahap termasuk : Kesulitan dalam
menemukan atau menyebutkan kata yang tepat, tidak mampu
mengenal objek, suasana hati dan kepribadian dapat berubah.
d. Demensia Vascular
Adalah demensia yang disebabkan oleh disfungsi otak yang
diakibatkan oleh penyakit serebrovaskuler (stroke) sering
identik dengan demensia multi-infrak, karena sebagian terbesar
penyakit serebrovaskuler atau stroke. Penyebab kedua paling
sering Demensia pada lansia, setelah penyakit Alzheimer,
Stroke juga dapat mengakibatkan berbagai lesi diotak, infark
dapat terjadi di kortikal atau subkortikal, dapat tunggal atau
multipel, dapat kecil sedang atau besar. (Nugroho, 2008)
28
3. Pemeriksaan MMSE
Hasil skor pada MMSE dipengaruhi oleh variabel demografi. Skor
cenderung rendah pada lansia dan tingkat pendidikan yang rendah
(O‟Bryant, 2008). Namun, skor MMSE yang rendah ketika faktor usia
dan tingkat pendidikan dikontrol memiliki interpretasi yang mengarah
kepada demensia (Pradier, 2014).
4. Etiologi
a. Penuaan
b. Faktor genetic
c. Infeksi virus
d. Lingkungan yang terdapat radiasi
e. Imunologi
f. Trauma.
28
5. Patofisiologi
31
6. Manifestasi Klinis
a. Meningkatknya kesulitan dalam melaksakan kegiatan sehari-hari.
b. Mengabaikan kebersihan diri
c. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan
yang makin berat, sehingga orang yang berada disekitarnya
seperti keluarga dilupakan.
d. Pertanyaan atau kata-kata yang diulang.
e. Tidak dapat mengenal waktu, ruang atau tempat.
f. Sifat dan perilaku menjadi keras kepala dan cepat marah.
g. Menjadi depresi dan menganis tanpa alasan yang jelas.
(Maryam, 2008)
8. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
a. Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning
telur, margarin, kacang-kacangan, minyak sayur, biasa
menurunkan resiko demenisa alzheimer. Vitamin c dapat
mengurani radikal bebas (mis. Sayuran, stroberi, melon, tomat,
brokoli).
9. Data Penunjang
a. CT Scan atau MRI
Merupakan suatu loncatan dalam kemajuan menegakkan
diagnosis etiologi Demensia. Neoplasma, besar dan kecil,
tunggal atau multiple, primer atau metastik dengan mudah dapat
dideteksi dengan CT-Scan atau MRI. Demikian juga halnya
dengan hematoma subdural, hidrosefalus. Infark diotak, tunggal
atau multiple, letaknya kortikal atau subkortikal, dengan mudah
dapat diketahu, dan dapat membantu menegakkan diagnosis
Demensia vaskuler.
33
b. EEG
Bila gambaran EEG-nya teratur dan normal, maka kemungkinan
gangguan kortikal lebih sedikit. Juga alat ini dapat membantu
menunjukan kelainan fokal, kelainan paroksismal. Pada ginjal
dengan kadar ureum tinggi yang menyebabkan fungsi luhur
terganggu, umumnya didapatkan gangguan EEG berupa
perlambatan.
Macam-macam nutrisi :
Tanda klinis :
1) Berat badan 10 – 20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standar
4) Adanya penurunan albumin serum
5) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab :
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam
mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau
intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan
akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (> 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm
pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau menonton Kemungkinan penyebab :
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
37
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai > 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah
melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori
dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan
sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah
dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi,
pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
Fisiologi Tidur
Tahapan Tidur :
1. Tidur NREM. Tidur NREM disebut juga sebagai tidur
gelombang-pendek karena yang ditunjukan oleh orang yang tidur
lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan
orang yang sadar.
Tahap-tahap Tidur NREM :
a. Tahap I-II disebut tidur ringan
b. Tahap III-IV disebut tidur dalam
2. Tidur REM. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan
berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak
tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.
Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya
meningkat 20%. Pada tahap ini individu menjadi suit untuk
dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus
otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi
jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur.
3. Kebutuhan tidur pada lansia
Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit
tidur
Lanjut usia (65 tahun ke atas): Kategori baru. Durasi tidur 7-8
jam per hari.
4. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
:serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
diketahui.
5. Apsnea saat tidur
Kondisi terhentinya napas secara periodic pada saat tidur.
Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan
keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk
berlebihan di siang hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas,
atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau
aritmia jantung.
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan fungsi system tubuh
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan
fisik adalah head to toe (dari ujung kepala
sampai ke ujung kaki) dan system tubuh
2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
43
3. Social-ekonomi
a. Sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu
luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia
terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang
lain diluar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya
dengan fasilitas yang ada.
4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif
dalam kegiatan keagamaan
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah
apakah dengan berdoa
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakkal
Pengkajian dasar
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat
mendasar pada psoses menua yang meliputi seluruh organ tubuh,
dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan
44
System persarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
a. Jangan diuji didepan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
45
6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinnitus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri
System Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema
System Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Asupan diet
3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
4. Mengunyah, menelan
5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi
System Genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)
2. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat
menahan untuk buang air)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Dysuria
46
6. Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke
aktivitas seksual
Sistem Kulit
1. Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
47
4. Paralisis
5. Kifosis
Psikososial
1. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan
2. Focus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih saying yang
berlebihan.(Nugroho, 2008)
Penatalaksanaan
Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
1. Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran,
kuning telur, margarin, kacang-kacangan, minyak sayur,
bias menurunkan resiko demenisa alzheimer. Vitamin c
dapat mengurani radikal bebas (mis. Sayuran, stroberi,
melon, tomat, brokoli).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan :
1) Perasaan tidak berdaya.
2) Gangguan status kesehatan psikososial.
3) Tidak ada persiapan untuk masuk ke rumah sakit.
4) Perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari.
5) Menurunnya status kesehatan fisik, gangguan sensori.
6) Kurangnya system dukungan yang adekuat.
b. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan :
1) Kurangnya pendidikan tentang keamanan.
2) Riwayat trauma terdahulu.
3) Kurangnya penglihatan.
4) Ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya
dalam lingkungan.
5) Disorientasi, bingung, gangguan dalam pengambilan
keputusan.
6) Kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak
terkoordinasi, aktivitas kejang.
c. Perbahan proses pikir berhubungan dengan :
1) Perubahan fisiologis (degenarasi neuron ireversibel).
2) Kehilangan memori/ingatan.
3) Konflik psikologis.
4) Gangguan penilaian.
d. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan :
1) Pembatasan lingkungan secara terapeutik (isolasi,
perawatan intensif, tirah baring).
2) Pembatasan lingkungan social (institusional, panti jompo),
stigma (gangguan jiwa, keterbelakangan mental).
49
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
kesehatan psikososial. b. Mempertahankan rasa dan rutinitas baru. 3. Untuk menentukan persepsi
c. Tidak ada persiapan untuk berharga pada diri dan 3. Kaji tingkat stressor (seperti klien tentang kejadian dan
masuk ke rumah sakit. identifitas pribadi yang penyesuaian diri, krisis tingkat serangan.
perubahan kebiasaan lingkungan baru. 8. Catat tingkah laku, tentang apa yang terjadi,
makan. munculnya perasaan koping klien akan
d. Gangguan tidur curiga/paranoid, mudah meningkat.
tersinggung, defensive. 8. Stress meningkat, rasa tidak
9. Pertahankan keadaan nyaman/nyeri fisik dan
tenang. Tempatkan dalam kelelahan mencetuskan
lingkungan tenang yang penurunan tingkah laku dan
memberikan kesempatan gangguan komunikasi.
untuk “beristirahat”. Perilaku katastopik ini
10. Atasi tingkah laku agresi menimbulkan panic dan
dengan pendekatan yang rasa bermusuhan.
tenang. 9. Menenangkan situasi dan
11. Gunakan sentuhan jika tidak memberi klien waktu untuk
mengalami paranoid/sedang memperoleh kendali
mengalami sgitasi sesaat. terhadap perilaku dan
12. Rujuk ke sumber pendukung emosinya.
perawatan diri. 10. Rasa diterima menurunkan
rasa takut, dan respons
agresif.
54
meningkatkan kualitas
hidup.
12. Meningkatkan perasaan,
dukungan selama
penyesuaian.
55
2. Resiko terhadap Tujuan : Cedera terkontrol 1) Kaji derajat gangguan 1. Mengidentifikasi risiko
trauma/cedera Kriteria Hasil : kemampuan, tingkah laku dilingkungan dan
berhubungan dengan : impulsive dan penurunan mempertinggi kesadaran
a) Kurangnya a. Meningkatkan tingkat persepsi visual. Bantu keluarga perawat akan bahaya. Klien
pendidikan tentang aktivitas. mengidentifikasi risiko dengan tingkah laku
keamanan. b. Dapat beradaptasi terjadinya bahaya yang impulsive berisiko trauma
b) Riwayat dengan lingkungan mungkin timbul. karena kurang mampu
trauma untuk mengurangi risiko mengendalikan perilaku.
terdahulu. trauma/cedera. Penurunan persepsi visual
c) Kurangnya c. Tidak mengalami berisiko jatuh.
penglihatan. trauma/cedera. 2) Hilangkan sumber 2. Klien dengan gangguan
bahaya lingkungan. kognitif, gangguan persepsi
d) Ketidakmampuan d. Keluarga mengenali adalah awal terjadi trauma
mengidentifikasi potensial dilingkungan 3) Alihkan perhatian saat perilaku akibat tidak bertanggung
dan mengidentifikasi jawab terhadap kebutuhan
bahaya dalam teragitasi/berbahaya, seperti
tahap – tahap untuk keamanan dasar.
lingkungan. memanjat pagar tempat tidur.
e) Disorientasi,
bingung, gangguan
56
mengurangi gangguan.
6. Membahayakn klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan kalsium
tulang).
58
3. Perubahan proses pikir Tujuan : Agar mampu 1) Kembangkan lingkungan yang 1. Mengurangi kecemasan dan
berhubungan dengan : proses pikir meningkatkan mendukung dan hubungan klien emosional, seperti
a) Perubahan fisiologis interaksi dengan orang lain. perawat yang terapeutik. kemarahan, meningkatkan
(degenarasi neuron Kriteria hasil : pengembangan evaluasi diri
ireversibel). yang positif dan mengurangi
b) Kehilangan Mampu memperlihatkan konflik psikologis.
memori/ingatan. kemampuan kognitif 2. Memberikan dasar
c) Konflik psikologis. untuk menjalani perbandingan yang akan
d) Gangguan penilaian. konsekuensi kejadian 2) Kaji derajat gangguan kognitif, dating dan memengaruhi
yang menegangkan seperti perubahan orientasi, rencana intervensi. Catatan :
Ditandai dengan : terhadap emosi dan rentang perhatian kemampuan evaluasi orientasi secara
a. Hilang konsentrasi pikiran tentang diri. berpikir. Bicarakan dengan berulang dapat
(distrakbilitas) b. Mampu mengembangkan keluarga mengenai perubahan meningkatkan respons yang
b. Hilang strategi untuk mengatasi perilaku negative/tingkat frustasi.
ingatan/memori. anggapan diri yang 3) Pertahankan lingkungan
yang 3. Kebisingan merupakan
menyenangkan dan tenang. sensori berlebihan yang
c. Tidak mampu negative.
meningkatan gangguan
membuat keputusan, c. Mampu mengenali neuron.
menghitung, perubahan dalam berpikir
59
mengumpulkan atau tingkah laku dan 4) Lakukan pendekatan dengan cara 4. Pendekatan terburu-buru
gagasan, melakukan faktor penyebab. perlahan dan tenang. menyebabkan klien bingung,
abstraksi/konseptuali d. Mampu memperlihatkan kesalahan persepsi/perasaan
sasi, dan penurunan tingkah laku 5) Tahap wajah ketika berbicara terancam.
memecahkan yang tidak diinginkan, dengan klien. 5. Menimbulkan perhatian,
masalah. ancaman, dan terutama pada klien dengan
d. Tidak mampu kebingungan. gangguan perseptual.
menginterpretasikan 6) Panggil klien dengan namanya. 6. Nama adalah bentuk
stimulasi dan identitas diri dan
menilai menimbulkan pengenalan
realitas 7) Gunakan suara yang agak rendah terhadap realita dank lien.
e. dengan akurat. dan berbicara dengan perlahan 7. Meningkatkan pemahaman.
Disorientasi waktu, pada klien. Ucapan tinggi dan keras
tempat, orang, menimbulkan stress/marah
lingkungan dan yang mencetuskan
f. peristiwa. Kesulitan konfrontasi dan respons
mengakomodasikan marah.
ide/perintah. 8) Gunakan kata-kata pendek, 8. Sering perkembangan
kalimat, dan instruksi sederhana penyakit, pusat komunikasi
g. Paranoid, delusi,
60
(meningkatkan
22) Berikan obat sesuai indikasi : kemampuan otak untuk
metabolisme glukosa dan
- Antiseptikotik, seperti : penggunaan oksigen).
haloperidol (Haldol) Walaupun tidak
meningkatkan kognitif dan
memori.
- Vasodilator, seperti : siklandelat obat ini membuat klien
(cyclospasmol) lebih sadar,
kecemasan/depresi
- Ergoloid mesilat (hydergine LC). menurun. Merupakan
- Agen anksiolitik seperti : terapi demensia.
diazepam (valium), lorazepam -
(Librium), oksazepam (serax). Bermanfaat pada fase awal
dan fase sedang untuk
menghilangkan
kecemasan. Dapat
meningkatkan kekacauan
mental pada lansia.
- Tiamin. -
65
5. Perubahan pola tidur a. Memahami faktor 1. Jangan menganjurkan klien tidur 1. Irama sirkadian (siklus
berhubungan dengan : penyebab gangguan pola siang apabila berakibat efek tidur-bangun) yang
a) Perubahan tidur. negative terhadap tidur pada tersinkronisasi
lingkungan. b. Mampu menentukan malam hari. disebabkan oleh
b) Perubahan sensori. penyebab tidur tidur siang yang
c) Tekanan psikologis, inadekuat. 2. Evaluasi efek obat klien (steroid, singkat.
kerusakan c. Mampu memahami diuretic) yang mengganggu tidur. 2. Derangemnent psikis
neurologis. rencana khusus untuk terjadi bila terdapat
d) Perubahan pola menangani/mengoreksi penggunaan
aktivitas. penyebab tidur tidak kortikostiroid, termasuk
adekuat. perubahan mood,
Ditandai dengan : d. Mampu menciptakan 3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas insomnia.
pola tidur yang adekuat
a. Keluhan verbal waktu tidur malam dengan 3. Mengubah pola yang
dengan penurunan
tentang kesulitan kebiasaan klien (memberi susu sudah terbiasa dari
terhadap pikiran yang
asupan makan klien pada
tidur. melayang-layang hangat). malam hari terbukti
b. Gangguan tidur. menganggu tidur.
70
6. 6.Kurang perawatan diri Tujuan : Aktif dalam 1. Identifikasi kesulitan dalam 1. Memahami penyebab yang
berhubungan dengan : melakukan perawatan diri , berpakaian/perawatan diri, seperti memengaruhi intervensi.
Masalah dapat
a) Gangguan kemampuan Status kesehatan . keterbatasan gerak fisik, diminimalkan dengan
untuk pindah atau apatis/depresi, penurun kognitif menyesuaikan atau
memerlukan konsultasi
mobilitas. Kriteria Hasil : seperti apraksia.
dari ahli lain.
75
8. Aktivitas sederhana
menurunkan frustasi dan
putus asa. Pengarahan
menurunkan otonomi.
9. Memberikan keamanan,
mengubah, mengurangi
pemberontakan dan
memudahkan
beristirahat.
7. 7.Resiko tinggi terhadap Tujuan : Mengetahui status 1. Beri dukungan untuk 1. Motivasi terjadi saat
perubahan nutrisi : lebih nutrisi , Berat badan terkontrol penurunan berat badan. klien mengidentifikasi
dari kebutuhan tubuh Kriteria hasil : kebutuhan berarti.
berhubungan dengan : 2. Awasi berat badan setiap 2. Memberikan
dapat mengurangi
7. Berikan makanan kecil setiap masukan makanan.
jam sesuai kebutuhan. 7. Makan makanan kecil
meningkatkan masukan
8. Berikan waktu yang leluasa yang sesuai.
untuk makan. 8. Pendekatan yang santai
membantu pencernaan
makanan.
9. Lakukan langkah makan
sederhana. Antisipasi 9. Meningkatkan otoritas
kebutuhan, buatkan makanan dan kemandirian.
yang dipotong-potong, berikan Menurunkan risisko
makanan lunak. marah/frustasi atas
10. Letakkan bagian makanan pada kehilangan
kantong kertas untuk klien yang kemampuannya.
bepergian/jalan.
11. Hindari makanan yang terlalu 10. Membawa makanan
panas.. dapat mendorong klien
untuk memakannya.
80
8. Perubahan pola eliminasi Mampu menciptakan eliminasi 1. Kaji pola sebelumnya dan 1. Memberikan informasi
urinarius atau yang adekuat/sesuai. bandingkan dengan pola yang mengenai perubahan
konstipasi/inkontinensia sekarang. yang selanjutnya perlu
berhubungan dengan : pengkajian/intervensi.
a) Disorientasi. 2. Letakkan tempat tidur dekat 2. Meningkatkan
b) Kehilangan fungsi dengan kamar mandi jika orientasi/penemuan
neurologis/tonus otot. memungkinkan, buatkan kamar mandi.
c) Ketidakmampuan tanda/pintu khusus. Berikan Inkontinensia disertai
untuk menentukan cahaya yang cukup. ketidakmampuan untuk
letak kamar menemukan tempat
mandi/mengenali berkemih/defekasi.
kebutuhan. 3. Berikan kesempatan toileting 3. Ketaatan pada jadwal
d) Perubahan diet atau dengan interval waktu teratur. harian dan teratur
pemasukan makanan. Biarkan melakukan sendiri mencegah cedera.
Ditandai dengan : tahap pertahap pada waktu
a. Nokturia. tertentu. Gunakan penguatan
b. Tingkah laku toileting positif.
tidak sesuai. 4. Buat program latihan 4. Menstimulasi kesadaran
defekasi/kandung kemih. klien, meningkatan
Tingkatkan partisipasi klien pengaturan fungsi
82
komplikasi/penanganan
sesuai dengan
kebutuhan.
menjaga orang yang pendukung yang ada secara sesuai dengan yang terjadi pada mengikuti
dicintai. efektif. klien. perkembangan yang
c) Perkembangan tidak menentu.
penyakit. 4. Buat prioritas. 4. Membantu
d) Hubungan keluarga membuat pesan,
sangat ambivalen. memfasilitasi
5. Realitas dan tulus dalam pemecahan masalah.
Ditandai dengan : mengatasi semua permasalahan 5. Menurunkan
a. Keluarga menjadi . stress yang
malu dan imobilisasi 6. Diskusikan secara kontinu menyelimuti
secara social. kemampuan keluarga dalam harapan yang keliru.
b. Pemeliharaan rumah merawat klien dirumah. 6. Tingkah laku seperti
menjadi sangat rapuh pendiam, penurut,
dan mengarah pada
satu kesulitan kurang adil, marah
menemukan keputusan dapat mencetuskan
mengenai kemarahan keluarga
pertimbangan
dan mengurangi
kemampuan
7. Bantu keluarga memberikan perawatan
86
memahami efektif.
7. Tingkah laku yang
87
fisik/mental.
10. Berikan umpan balik positif 10. Memberikan
terhadap setiap usaha yang keyakinan individu
dilakukannya. bahwa mereka
melakukannya dengan
. cara terbaik.
11. Anjurkan untuk tidak membatasi 11. Kontak kekeluargaan
pengunjung. merupakan dasar dari
realitas, terbatas dari
kesepian.
12. Dukung hal yang perlu 12. Dukungan diperlukan
dihasilkan dengan pertimbangan dalam pengambilan
untuk menempatkannya dalam keputusan yang dapat
fasilitas perawatan khusus. menentukan batas
kemampuan finansial
dengan baik.
Kolaborasi :
13. Rujuk pada sumber pendukung 13. Memberikan tanggung
89
6. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke
status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan.Prinsip
tindakan keperawatan pada Demensia menurut (Nugroho, 2008) : a.
Bina hubungan saling percaya.
b. Ciptakan lingkungan yang terpeutik, tenang, tidak berisik, sejuk,
aman, warna dinding teduh.
c. Ciptakan rasa mampu dan penting pada klien.
d. Reorientasi pada waktu, tempat, dan orang (orientasi realita).
e. Beri perhatian yang cukup, termasuk kebutuhan dasar.
f. Konsisten menepati janji, empati, dan jujur.
g. Waktu kontak dengan pasien singkat tapi sering.
h. Tidak mendukung dan menolak atau menyangkal waham dan
halusinasi, bila ada.
i. Beri motivasi untuk merawat diri.
j. Beri penguatan positif atas perilaku pasien yang sesuai realitas.
k. Edukasi dan informasi tentang demensia terhadap pasien dan
perawat/pemberi asuhan.
l. Perlakukan pasien sebagai individu.
m. Perhatikan hal yang berhubungan dengan medikolegal.
n. Gunakan faktor yang meningkatkan komunikasi, antara lain :
1) Bicara tenang, jelas, kontak mata.
2) Ulangi secara singkat.
3) Gunakan metode klarifikasi, focus, dan validasi.
4) Gunakan metode sentuhan.
5) Alternative komunikasi.
91
7. EVALUASI
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien kearah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar
berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam
kehidupan sehari hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan sumber
eksternal.
Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :
a. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
b. Mematuhi program perawatan diri
c. Tidak mengalami komplikasi
92
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada BAB ini disampaikan satu kasus pada lansia dengan Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny. C dengan Demensia yang
bertempat tinggal di Panti Sosial Tresna Wreda Budhi Dharma 2 Cengkareng
Jakarta Barat. Untuk melengkapi data, penulis mengadakan pengambilan data
dengan memperoleh informasi melalui wawancara secara langsung dan tidak
langsung dari klien (Ny. C) dan petugas kesehatan, Observasi, Pemeriksaan Fisik.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny. C dengan Demensia yang mulai
dilakukan pada tanggal 02 - 06 Mei 2016. Dalam memberikan asuan
keperawatanpemenuhan kebutuhan pada lansia, pendekatan yang dilakukan adalah
proses keperawatan yang meliputi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam melaksanakan
asuhan keperawatan lansia. Dari hasil pengumpulan data pada lansia diperoleh
data-data sebagai berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Pasien bernama Ny. C berasal dari Surabaya, Ny. J tidak mengingat tanggal
lahirnya, berjenis kelamin perempuan, beragama budha, klien tidak
bersekolah, status perkawinan janda, orang yang dapat dihubungi adalah
anak laki-lakinya yang pertama dan anak perempuannya, suku bangsa
berasal dari jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia dan jawa. Klien tidak mengingat alamat rumahnya. Klien tinggal
di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengakareng Jakarta Barat
sudah ± 1 tahun namun klien tidak mengingat sejak kapan.
93
2. Riwayat Keluarga
Klien pernah menikah namun suaminya menikah lagi dan klien tidak ingin
mengingat suaminya lagi karena telah menyakiti perasaanya. Dari hasil
pernikahan dengan suaminya klien mempunyai 5 orang anak kandung (3
laki-laki, 2 perempuan), Orangtua sudah meninggal.
3. Riwayat Pekerjaan
Klien saat ini tidak bekerja, sebelumnya klien bekerja sebagai wirausaha
bikin keset dan handuk, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari klien
memperoleh pendapatan dari hasil kerjanya itupun ditambah dari suaminya
sebelum suaminya menikah lagi. Semenjak klien tinggal di Panti Sosial
Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengakareng Jakarta Barat anak-anaknya
tidak pernah datang untuk menjenguk Ny. C.
4. Riwayat lingkungan tinggal
Dahulu klien tinggal di Karang Anyar dan memiliki rumah sendiri, klien
tinggal dirumah dengan suami dan 5 anaknya. Klien merupakan orang yang
terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapi baik dikeluarga maupun
dengan lingkungan. Sekarang klien tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha
Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat di Wisma Jeruk kamar Jeruk
Lemon yang terdiri dari 30 orang, barang-barang disimpan oleh pengurus
Panti Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat.
5. Riwayat rekreasi
Klien tidak memiliki hobi yang khusus namun senang melakukan olahraga
atau jalan sehat, tidak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi apapun karena
tidak pernah sekolah. Jika libur klien hanya diam di rumah atau dikamar
saja.
6. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini, klien tidak merasa dirinya sedang sakit. Klien hanya
merasa sudah tua dan sering kesulitan untuk mengingat. Klien tidak
mengetahui tentang penyakitnya saat ini, klien juga tidak pernah
mengkonsumsi obat – obatan.
d. Eliminasi
95
Klien Buang Air Kecil ± 4x sehari dan Buang Air Besar biasanya 2x
sehari. Tidak ada kseulitan atau masalah pada eliminasi
e. Oksigenasi
Pola nafas klien normal, frekuensi nafas 20x/menit, klien tidak memiliki
keluhan batuk, pilek, sesak dll. Klien tidak memiliki riwayat alergi obat
dan makanan.
f. Spritual
Hubungan klien dengan Tuhan Penciptanya, klien rutin melakukan
ibadah selama di panti setiap Rabu dan Kamis, klien mengikuti
ibadah di Aula panti.
8. Tinjauan system
a. Kondisi dari system tubuh yang ada
Terjadi gangguan pada orientasi waktu, orang dan tempat.
b. Masalah gangguan pada system tubuh
Terjadi kerusakan memori
c. Penggunaan protesa
Klien tidak menggunakan alat bantu untuk beraktivitas
2. Pengkajian psikologis
a. Proses pikir (lupa,bingung,pikun,curiga)
Saat ditanya pada kejadian dahulu klien tidak mampu mengingatnya
dengan baik. Kejadian yang ± 1 jam klien juga tidak mampu menginat
dengan baik
b. Gangguan perasaan (depresi,wajah tanpa ekspresi, kelelahan, acuh tak
acuh, mudah tersinggung)
Saat diwawancara klien menunjukan wajah senang, klien terlihat sering
melamun, terkadang klien aktif mengajak teman
sebelahnya berkomunikasi.
c. Komunikasi (penggunaan protesa, kesulitan dalam komunikasi, putus
asa dll)
96
2) Dengan masyarakat
97
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
1. Kedaan umum : Keadaan umum klien baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tekanan darah : 110/70 mmHg
4. Penafasan : 20x/menit
5. Suhu : 36,5ºC
6. Tinggi badan : ± 149 cm
7. Berat badan : ± 50 kg
b. Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
1) Kepala
a) Rambut : Bersih, pendek berwarna sebagian putih, tidak
rontok, tidak ada benjolan.
b) Mata : Simetris, pupil anisokor, konjungtiva ananemis, sklera
Anikterik, terlihat cekung dan adanya kantung mata.
c) Hidung : Bersih, tidak ada polip, penciuman baik, tidak ada
Pembesaran sinus
d) Telinga : Sedikit kotor, tidak ada gangguan pendengaran,
tidakada cairan
c. Dada/Thorax
98
555 5555
5
f. Lain-lain
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada edema, score MMSE = 18
g. Keadaan lingkungan
Kamar klien sedikit kurang rapih dan wangi, tercium bau, terlihat
kurang nyaman
h. Status Mini Mental/MMSE
Nama Pasien : Ny. C
Tgl. Lahir :-
Tgl Pemeriksaan : - Pendidikan
:-
1. Orientasi
(jawab pertanyaan 1-10) : 1. Tanggal :0
2. Hari :0
3. Bulan :0
4. Tahun :0
5. Musim :0
6. Ruangan : 0
7. Rumah sakit : 0
8. Kota :1
99
9. Provinsi :1
10. Negara :1
II. Registrasi
11. Bola : 1
(Mengingat 3 kata : 11-13)
12. Melati : 1
13. Kursi : 1
III. Atensi/Kalkulasi
15. 86 Y :0
16. 79 H√ :1
17. 72 A√ :1
18. 65 W :0
20.Melati : 1
21. Kursi : 0
23. Pensil :1
dan bila :1
100
- Membaca + pengertian
5. Informasi Penunjang
3. Resume pengkajian
1. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
102
- Klien mengatakan sudah tua dan sudah - Klien tampak mudah lupa
tidak mengingat umur, tempat, tanggal - Klien tampak sering mengulang
lahir, alamat rumah, jamberapa, hari pertanyaan
apa, sedang dimana, suka mondar- - Klien tidak mengenal waktu,
mandir, kadang melamun tempat dan orang (disorientasi
waktu)
- Score MMSE : 18
- Perubahan respons terhadap
- Klien mengatakan makanan habis 1 stimulasi normal seperti lupa,
porsi setiap makan, kadang ½ porsi bingung
- Antropometri : TB : ± 149 cm,
BB : ± 50 Kg IMT : 22,5 (18,5-
24,9),
BBI : 41,65 (41,65-56,35 kg).
- Biochemical Data : tidak ada
- Clinical Sign
a) Rambut : Bersih, pendek,
berwarna sebagian putih, tidak
rontok, tidak ada benjolan,
sedikit bau.
b) Mata : simetris, pupil isokor,
konjungtiva ananemis,
adanya kantong mata
c) Mukosa mulut lembab, turgor
kulit tidak elastis
d) Abdomen : lunak, terdengar
bising usus, hepar tidak teraba,
tidak ada distensi abdomen
- Diit : Tidak ada pantangan
2. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan Etiologi
104
3. Diagnosa keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal teratasi
ditemukan
Do :
- Klien terlihat rapih dan bersih
namun badan masih tercium
bau karena mandi terkadang
tidak menggunakan sabun.
- Kuku klien tidak panjang,
mulut bersih, tidak ada
sariawan
- Klien tercium tangan bau amis
setiap makan tidak pernah
mencuci tangan, cuci tangan
tidak pernah menggunakan
sabun
- Kamar terlihat kotor lantai
terlihar ada kerak dan bau
111
4. PERENCANAAN
KEPERAWATAN
No. Diagnose Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan proses pikir Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan proses pola 1. Untuk mengetahui keadaan
berhubungan dengan kehilangan keperawatan kepada Ny. C pikir klien dengan proses pikir klien menurun atau
memori/ingatan yang selama 3x24 jam, menanyakan hari dan jam. meningkat.
ditandai dengan : diharapkan klien mampu
Ds : mengenali perubahan 2. Lakukan pendekatan pada 2. Membina hubungan terapeutik.
Klien mengatakan sudah tua dan dalam berpikir. Dengan klien secara verbal.
sudah lupa umur, tempat tanggal kriteria hasil : 3. Lakukan review 3. Untuk membantu kemampuan
lahir, alamat rumah, jam berapa, 1. Klien mampu angka/huruf. kognitif klien.
hari apa, dan sedang dimana, mempertahankan
senang menyendiri dan melamun. fungsi ingatan
Do : 2. Menunjukan orientasi 4. Perkenalkan nama perawat 4. Mengasah daya ingat klien.
a) Terlihat Sering mudah lupa, optimal terhadap yang ada dan mengevaluasi
b) Sering mengulang waktu, tempat, dan setiap harinya.
pertanyaan, orang. 5. Berikan isyarat lingkungan, 5. Meningkatkan orientasi terhadap
c) Tidak mengenal waktu, waktu, dan tempat. waktu, tempat dan lingkungan.
tempat, dan orang yang ada di 6. Mengasah daya ingat jangka
dekatnya (disorientasi waktu), 6. Lakukan brain gym. pendek.
d) Score MMSE : 18
e) Perubahan respons terhadap
stimulasi normal, seperti;
disorientasi spasial, bingung.
2. Resiko perubahan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan. 1. Untuk megetahui adanya alergi
dari kebutuhan tubuh keperawatan kepeda Ny. C atau tidak.
berhubungan dengan intake yang selama 3x24 jam 2. Monitor adanya penurunan 2. Untuk mengetahui adanya
112
tidak adekuat. Ditandai dengan : diharapkan kebutuhan BB. penurunan BB atau tidak.
Ds :Klien mengatakan makan nutrisi terpenuhi.
113
kadang habis 1 porsi, jika tidak Dengan kriteria hasil : 3. Monitor adanya tanda – 3. Untuk melihat keadaan klien.
nafsu makan hanya menghabiskan 1. BB klien tetap dalam tanda kekurangan nutrisi.
½ porsi setiap makan Do : batas normal. 4. Monitor intake nutrisi klien. 4. Untuk mengetahui
- Antropometri : TB : ±149 cm, 2. Napsu makan klien perkembangan napsu makan
BB : ±45 kg, IMT : 22,5 bertambah. klien.
(18,5-24,9), BBI : 41,6556,35 5. Beri informasi pada klien 5. Agar klien mengetahui
kg. pentingnya nutrisi. pentingnya nutrisi untuk tubuh.
- Biochemical data : tidak ada
hasil lab 6. Anjurkan pada klien untuk 6. Agar asupan nutrisi
memenuhi kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
- Clinical Sign :
dengan menghabiskan makan
a) Rambut : bersih, pendek
porsinya.
berwarna putih, tidak ada
rontok, tidak ada benjolan,
sedikit bau,
b) Mata : simetris,
pupil isokor, konjungtiva
ananemis, sclera an-
ikterik, terlihat cekung dan
adanya kantung mata,
terlihat lesu,
c) Mukosa mulut lembab,
turgor kulit tidak elastis,
d) Abdomen : Lunak, tidak ada
distensi, hepar tidak teraba
- Dietrory history : Tidak ada
pantangan makanan
114
3. Perubahan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola tidur. 1. Untuk mengetahui adanya
dengan perubahan lingkungan keperawatan kepada Ny. C perubahan pola tidur pada klien.
ditandai dengan : selama 3x24 jam 2. Untuk memonitor tanda-tanda
Ds : diharapkan masalah pola 2. Observasi tanda-tanda vital klien/harinya.
Klien mengatakan sulit tidur pada tidur teratasi. Dengan vital/hari.
malam hari dan siang hari tidur kriteria hasil : 3. Agar klien mengetahui
hanya ± 1-2 jam/hari karena 1. Jumlah jam tidur 3. Jelaskan pentingnya tidur pentingnya tidur yang adekuat
kamar berisik dan mengganggu dalam batas normal. yang adekuat. .
kenyamanan 2. Pola tidur dan kualitas 4. Untuk meningkatkan
Do : tidur dalam batas kenyamanan.
4. Ciptakan lingkungan yang
- Klien tampak tertidur di siang normal. 5. Untuk meningkatkan pola tidur
nyaman.
hari ± 1-2 jam/hari 5. Buat jadwal tidur secara klien.
- Klien tampak setelah bangun
teratur.
tidur selalu
melamun/menyendiri
4. Kurang perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan klien 1. Untuk mengetahui kemampuan
berhubungan dengan penurunan keperawatan kepada Ny. C untuk perawatan diri yang klien melakukan perawatan diri
kognitif. Ditandai dengan : selama 3xd24 jam mandiri. secara mandiri.
Ds : diharapkan kebutuhan
Klien mengatakan mandi 2x sehari perawatan diri terpenuhi. 2. Berikan informasi kepada 2. Agar klien mengetahui
namun terkadang tidak Dengan kriteria hasil : klien pentingnya perawatan pentingnya perawatan diri.
menggunakan sabun, rambut di diri.
keramas 2x sehari tidak - Mampu melakukan
menggunakan shampoo aktivitas perawatan diri
karena sering lupa. sesuai dengan tingkat 3. Bantu klien membuat 3. Agar klien nyaman dengan
Do : kemampuan. lingkungan yang nyaman. lingkungan yang bersih.
- Klien terlihat rapih dan bersih
115
5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/tanggal No. Jam Tindakan keperawatan dan respon klien Paraf
dx
117
Rabu, 03 I 09.00 1. Mengkaji keadaan proses pola pikir klien dengan menanyakan hari dan Mitha Nur Artha M
Mei 2017 WIB jam.
DS : Klien mengatakan tidak tau hari apa dan jam berapa sekarang.
DO : klien terlihat tidak mengetahui hari ini dan jam berapa, saat ditanya
hari setelah hari rabu klien tidak mampu menjawab, begitupun saat
ditanya setelah jam 8 klien tidak mampu menjawab.
10.20
WIB 6. Anjurkan pada klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
menghabiskan makan porsinya.
DS : klien mengatakan makan akan di habiskan.
123
12.10
WIB 5) Menciptakan lingkungan yang nyaman.
DS : klien mengatakan kamar berisik
DO : kamar klien terlihat lansia sedang adu mulut dan berisik
12.20
WIB 6) Membuat jadwal tidur secara teratur.
DS :klien mengatakan mau dibuatkan jadwal tidur.
DO : dibuatkan jadwal tidur malam hari ± 8 jam/hari.
Rabu, 03 IV 12.30 1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Mitha Nur Artha M
Mei 2017 WIB DS : klien mengatakan dapat melakukan mandi dengan mandiri, walau
sering lupa menggunakan sabun dan keramas tanpa shampo.
DO : klien terlihat bersih dan rapih namun tercium agak bau pada
badannya karena klien mandi tidak menggunakan sabun.
Kamis, 04 I 08.30 1. Mengkaji keadaan proses pola pikir klien dengan menanyakan hari dan Mitha Nur Artha M
Mei 2017 WIB jam.
DS : Klien mengatakan tidak tau hari apa dan jam berapa sekarang,
namun klien mengatakan setelah hari kamis adalah jumat dan setelah
jam 8 adalah jam 9.
DO : klien terlihat tidak mengetahui hari ini dan jam berapa, saat
ditanya hari setelah hari kamis klien mampu menjawab “jumat”,
begitupun saat ditanya setelah jam 8 klien mampu menjawab “jam 9”.
08.40
WIB 2. Melakukan pendekatan pada klien secara verbal.
DS : klien mengatakan senang bertemu dengan perawat.
DO : klien terlihat senang dan mudah dekat dengan perawat.
08.45
WIB 3. Memanggil klien dengan namanya.
DS : klien mengatakan senang dipanggil dengan namanya.
128
- Clinical Sign :
a) Rambut : bersih, pendek berwarna putih, tidak ada rontok, tidak ada
benjolan, sedikit bau,
b) Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva an-anemis, sclera anikterik,
terlihat cekung dan adanya kantung mata, terlihat lesu,
c) Mukosa mulut lembab, turgor kulit tidak elastis,
d) Abdomen : Lunak, terdengar suara timpani, tidak ada distensi, hepar
tidak terasa, bising usus 8x/menit.
- Dietrory history : Tidak ada pantangan makanan dan diit.
4. Monitor intake nutrisi klien.
10.10 DS : klien mengatakan makan hanya makan habis 1 porsi.
WIB DO : klien terlihat makan dengan lahap dan menghabiskan makanannya.
5. Berikan informasi pada klien pentingnya nutrisi.
DS : klien mengatakan mengerti.
DO : klien terlihat mengerti.
10.20
WIB 6. Anjurkan pada klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
menghabiskan makan porsinya.
132
6. Catatan Keperawatan
Hari/tanggal No. dx Evaluasi (SOAP) Paraf
Jumat, 06 Mei I S : Klien mengatakan masih tidak dapat mengingat hari, tanggal, jam, dan lupa nama -nama Mitha Nur Artha M
2017 mahasiswa kemarin, namun dapat menyebutkan 5 mahasiswa.
O : Klien terlihat bingung dan lupa, disorientasi waktu dan orang. Klien terlihat hanya mampu
melakukan pengulangan brain gym/senam otak saat kaki kiri menyilang ke atas dengan gerakan
tangan kanan dan saat kaki kanan menyilang ke atas dengan gerakan tangan kiri.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
136
Jumat, 06 Mei II S : Klien mengatakan sudah dapat menghabiskan makannya 1 porsi. Mitha Nur Artha M
2017 O : Napsu makan klien bertambah dan dapat menghabiskan makannya.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi
Jumat, 06 Mei III S : Klien mengatakan masih sulit tidur dan hanya dapat tidur ± 2 jam/hari. Klien Mitha Nur Artha M
2017 mengatakan masih sering melamun.
O : Klien terlihat sering melamun, terdapat kantung mata, wajah terlihat lesu.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Jumat, 06 Mei IV S : Klien mengatakan sudah dapat mandi secara mandiri namun masih sering lupa Mitha Nur Artha M
2017 menggunakan sabun.
O : Klien terlihat bersih dan rapi namun badannya tercium bau karena klien mandi tidak
menggunakan sabun.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi .
BAB IV PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada tahap pengkajian penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, dan mengacu pada proses pengkajian yang terdapat
pada tinjauan teoritis. Untuk pengumpulan data pengkajian, penulis
melakukan wawancara dengan klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi
langsung, melihat catatan keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainnya.
Namun, untuk mendapatkan data yang lengkap tentang respon terhadap
tindakan yang dilakukan, penulis mendapat kesulitan dalam pengkajian
kerena banyak data yang tidak lengkap, misalnya pada pengkajian tidak ada
data pemeriksaan diagnostic seperti hasil labotarium, CT-Scan,
neuropsikiatrik dan neuro imaging serta pendokumentasian. Selain itu,
minimnya sumber buku tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan
demensia juga menyulitkan penulis untuk melakukan pengkajian.
Dalam pengkajian setelah data yang diperoleh dan kemudian dianalisa serta
dibandingkan dengan tinjauan teoritis dan laporan kasus, terdapat beberapa
kesamaan pada tanda dan gajala yang terdapat pada tinjauan teori demensia.
Pada teori tanda dan gejala stadium awal pada adalah kesulitan dalam
berbahasa, mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna, disorientasi
waktu dan tempat, kesulitan membuat keputusan, kehilangan inisiatif dan
motivasi, sering tersesat ditempat yang biasa dikenal, yang didapatkan klien
kesulitan berbicara bahasa, mengalami kemunduran daya ingat, disorientasi
waktu dan tempat, kesulitan membuat keputusan, kehilangan inisiatif dan
motivasi, skore MMSE : 18. Hal ini pada demensia terjadi karena demensia
alzheimer yang mematikan sel otak sehingga mengakibatkan menurunnya
daya ingat, kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku serta demensia
vascular yang disebabkan oleh disfungsi otak yang diakibatkan oleh penyakit
serebrovaskuler (stroke). Ini merupakan penyebab kedua paling sering pada
manula, setelah penyakit Alzheimer.
Dalam aspek psikologis menurut teori lansia akan mengalami gejala psikologis
berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah
tersinggung, dan curiga karena pada seorang lansia cenderung sudah tidak
dibutuhkan lagi. Sedangkan klien mengatakan Ny. C saat diwawancara klien
menunjukan ekspresi wajah senang, namun klien tertutup dan tidak
mengingat dengan masalah-masalah yang dihadapi. Dalam aspek spiritual
menurut teori pada tinjauan teoritis bahwa lansia akan semakin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini sesuai dengan Ny. C baik dalam melakukan
ibadah klien setiap hari Senin dan Kamis selalu mengikuti Ibadah Rohani di
Aula.
Selain tanda dan gejala pada demensia, ada juga kesenjangan pada
penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi. Dalam teori ada
beberapa penatalaksanaan terapi farmakologi seperti Anti-oksidan (vitamin E
dan vitamin C), obat anti inflamasi dan obat penghambat asitilkolin (mis,
Exelon). Sedangkan pada kasus Ny. C pada saat dilakukan pengkajian klien
mengatakan tidak pernah meminum obat-obatan atau tidak pernah
mendapatkan obat. Penatalaksanaan non farmakologi dalam teori adalah
program harian untuk pasien, terapi music, dan terapi rekreasi. Namun saat
dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak pernah mendapatkan terapi
music maupun terapi rekreasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis
terdapat 9 diagnosa keperawatan dengan “Demensia”, yaitu sebagai berikut:
1. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan perasaan tidak berdaya
2. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan kurangnya
pendidikan tentang keamanan
3. Perbahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori/ingatan
4. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan pembatasan
lingkungan secara teraupetik.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 diagnosa yang tidak muncul pada Ny.
C menurut tinjauan teoritis, yaitu :
1. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan Perasaan tidak berdaya.
2. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan kurangnya
pendidikan tentang keamanan.
3. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan pembatasan
lingkungan secara terapeutik (isolasi, perawatan intensif, tirah
baring).
4. Perubahan pola eliminasi urinarius atau konstipasi/inkontinensia
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis/tonus otot.
5. Ketidakefektifan koping keluarga : menurun atau tidak mampu
berhubungan dengan hubungan keluarga sangat ambivalen.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat
dalam tinjauan teoritis, perencanaannya terdiri dari 4 tahap yaitu menentukan
prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan melaksanakan
tindakan keperawatan. Adapun yang menjadi prioritas masalah pada Ny. C
adalah perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan
memori/ingatan. Hal ini menjadi prioritas karena data – data yang menunjang.
Prioritas yang ada pada teori sudah sesuai dengan kasus Ny. C
Pada perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti. Adapun hal
yang mendukung dalam perencanaan adalah tersedianya format untuk
menuliskan rencana tindakan, sehingga tidak terjadi miskomunikasi secara
langsung antara perawat. Dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil sudah
dibuat sesuai tinjauan teoritis yaitu mencakup variable SMART sehingga
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat bersifat spesifi dan dapat diukur, dapat
dicapai. Rasional dan dapat mencakup batas waktu pencapaian tujuan yang
diharapkan dari setiap masalah keperawatan yang ada.
Tujuan yang ditetapkan pada masing – masing diagnosa disesuaikan
berdasarkan kondisi klien, beratnya masalah dan study diagnostic, sehingga
dibuat dengan tujuan jika tujuan tersebut belum teratasi pada batas waktu yang
ditentukan, maka rencana tindakan yang telah dibuat dapat dilimpahkan
kepada perawat di panti. Sedangkan dalam merencanakan tindakan
keperawatan, penulis tidak banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan
klien kooperatif dan mau diajak bekerjasama.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat penulis. Pada tahap pelaksanaan penulis
melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai pada rencana tindakan
sampai dengan hari ketiga.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,
penulis akan melakukan evalusi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat
evaluasi bedasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
berdasarkan perencanaan. Pada kasus Ny. C terdapat satu diagnosa yang
teratasi yaitu :
1. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Evaluasi yang didapat adalah kebutuhan
nutrisi terpenuhi pada Hari Jumat, Tanggal 06 Mei 2017. Napsu makan
klien bertambah, klien dapat menghabiskan makannya 1 porsi dengan
baik.
BAB V
Pada BAB ini, setelah penulis melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Kepada
Lansia Ny. C dengan Demensia selama 3 hari dari tanggal 03-06 Mei 2017 di
Panti Sosial Trena Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat, penulis
mengambil kesimpulan baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian di dapatkan data bahwa Ny. C mengalami
Demensia stadium Stadium Awal (stadium amnesia – berlangsung 2-4
tahun). Tanda dan gajala pada demensia Stadium Awal yang tidak muncul
pada kasus Ny. C adalah sering tersesat ditempat yang biasa dikenal,
menunjukan gejala depresi dan agitasi, kehilangan minat dalam hobi dan
aktivitas. Selain tanda dan gejala pada demensia, ada juga kesenjangan
dalam penatalaksanaan terapi farmakologi dan non-farmakologi.
Penatalaksanaan farmakologi pada klien, klien tidak mendapatkan
obatobatan, dan pada penatalaksanaan non – farmakologi klien, klien tidak
mendapat terapi music dan rekreasi. Komplikasi yang muncul yaitu;
kehilangan kemampuan merawat diri dan kehilangan kemampuan
berinteraksi. Dalam aspek psikologis terdapat kesenjangan pada kasus Ny.
C klien menunjukkan ekspresi wajah senang, dan tertutup bila ada
masalah-masalah yang dihadapi
B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat dan berdasarkan
kesimpulan yang telah dibuat oleh penulis, maka saran yang dapat penulis
sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Tim perawat dan klinik di Panti di harapkan dapat membuat strategi dalam
memberikan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan demensia untuk
melatih memori serta mengkaji lebih lanjut pada lansia dengan demensia
terutama untuk pemeriksaan diagnostiknya, dan memperhatikan
penatalaksanaan terapi farmakologi maupun non farmakologi, serta
melengkapi dokumentasi.
2. Untuk penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan dalam memberikan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan
demensia. Sesuai dengan kondisi lansia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, S., Ekasari, M. F., dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, W.(2008).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Buku
Kedokteran.
Stockslager, J. L., & Schaeffer, L. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Jakarta: Kedokteran EGC .
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.