Anda di halaman 1dari 145

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY. C DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA SISTEM PERSYARAFAN :
DEMENSIA ALZHEIMER DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI DHARMA CENGKARENG JAKARTA
BARAT

Tanggal 02-06 Mei 2017

Disusun Oleh :
MITHA NUR ARTHA MEDIKA
2014750026

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN
2017
2
3
4

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji dan syukur hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua makhluknya, sehingga
dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny. C
Dengan Demensia”di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Dharma Bekasi”.

Selama proses pembuatan laporan kasus ini, penulisan banyak menemui


hambatan dan kesulitan, namun berkat pembimbing dan pengarahan dari berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada
waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada Allah SWT, karena saya telah diberi kemudahan dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Titin Sutini,M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka.Prodi program studi DIII
Keperawatan FIK UMJ.
4. Ibu Ns. Lily Herlina, M.Kep.Sp.Kep.Kom selaku dosen dan pembimbing
Keperawatan Gerontik yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan
pengarahan yang sangat berguna dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini,
serta selaku penguji pertama pada ujian akhir program Studi DIII
Keperawatan FIK UMJ.
5. Ibu Ns. Nurhayati, M.Kep, Sp.Kep.Kom selaku penguji II pada ujian sidang
akhir Program DIII Keperawatan FIK UMJ.
6. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku wali tingkat kami yang telah
menemani dan membimbing kami selama 3 tahun, serta selaku penguji kedua
pada ujian akhir program studi DIII Keperawatan FIK UMJ.
7. Ayahanda tercinta Asep Nur Azhar Iskandar.SE terima kasih yang tak
terhingga atas Do‟a, semangat dan kasih sayangnya bahkan pengorbanannya
yang telah berjuang membesarkan anak gadis yang satu ini mampu ke
perguruan tinggi DIII Keperawatan “thanks Dad, you always support and the
best for me”
8. Ibunda tercinta Nurjanah, terima kasih atas Do‟a, dukungan, semangat, dan
kasih sayang kasih sayangnya yang tak terhingga pengorbanannya yang telah
membesarkan anak-anaknya hingga salah satu anaknya mampu
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini di perguruan DIII Keperawatan FIK
UMJ “ Mom, You always always the best and you my everything for me”.
5

9. Abang tersayang “Faisal Nur Muhammad” serta Adik tersayang “Akmalia


Nur Husada Putri” terima kasih buat selalu dukungan semangat serta
supportnya.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan XXXII, terimakasih untuk
kebersamaannya selama ini. Dalam perjuangan kita selama ini menggapai
impian menjadi seorang “Perawat”. Apa yang kita lalui selama 3 tahun penuh
akan menjadi suatu kenangan yang sangat indah untuk kita ingat selamanya.
11. Untuk teman-teman (Eka Widya, Dika F, Abdul M, Windy Y, Lailatul A,
Wardah A, Veggy S) Teman seperjuangan Tim Gerontik terima kasih karena
sudah memberikan semangat dan supportnya.
12. Untuk teman-teman The Flowers (Euis Octaviani P, Maiyanti Wahidatunnisa,
Eka Widya Y, Tri Amalia, Ayui Nila S, Wardah Apifah) terima kasih selalu
ada buat saya, selalu support dan memberikan semangat dalam hal apapun.
13. Untuk adik-adik tersayang (Septy A, Nuvita I, Pratiwi S, Hermah D, May
Kartika, Maulana Ramadhan, Muhammad Arief, Muhammad Yani)
terimakasih selalu ada dan selalu memberikan support dan semangatnya.
14. Bapak/Ibu Dosen pendidikan Akademi Keperawatan FIK UMJ yang banyak
membantu penulis dalam mengikuti pendidikan sampai menyusun Karya
Tulis Ilmiah.
15. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun Karya
Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebut satu persatu. Semoga bantuan dan
kebaikannya dilimpahi keberkahan dalam hidupnya oleh Allah Azza Wa
Jalla. Amin YaRabbal „Alamin.

Akhir dari penulisan saya dari Karya Tulis Ilmiah masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu saya harapkan adanya masukan yang baik dengan berupa saran
ataupun kritikan yang dapat membangun dari semua pihak, semoga dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak kesehatan.

Jakarta, 03 Mei 2017

Mitha Nur Artha


Medika

2014750026
6

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................


8
B. Tujuan Penulisan .................................................................................
11
1. Tujuan Umum .................................................................................
11
2. Tujuan Khusus ................................................................................
11
C. Metode penulisan .................................................................................
11
D. Ruang lingkup ......................................................................................
11
E. Sistematika Penulisan ..........................................................................
12
BAB II TUJUAN TEORI

A. Konsep Dasar Proses Menua ................................................................


13
1. Definisi ...........................................................................................
13
2. Klasifikasi Lanjut Usia ...................................................................
13
3. Teori Proses Menua........................................................................
14
4. Perubahan Terjadi Pada Lansia ......................................................
17
7

B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan Demensia ......................................


23
1. Pengertian ......................................................................................
23
2. Klasifikasi ......................................................................................
24
3. Etiologi ...........................................................................................
27
4. Patofisiologi ...................................................................................
28
5. Manifestasi Klinis ..........................................................................
29
5. Komplikasi .....................................................................................
29
6. Penatalaksanaan .................................................................... ........
30
7. Data Penunjang .................................................................... .........
30
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia ......................................................
31
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia ....................................................
39
1. Pengkajian keperawatan .................................................................
39
2. Diagnosa keperawatan ...................................................................
46
3. Perencanaan keperawatan ..............................................................
49
4. Pelaksanaan keperawatan ...............................................................
87
5. Evaluasi keperawatan .....................................................................
88
BAB III TIJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan .....................................................................


89
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 102
8

C. Perencanaan Keperawatan .................................................................. 106


D. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................... 110
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 122
BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan ..................................................................... 124


B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 126
C. Perencanaan Keperawatan .................................................................. 128
D. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................... 128
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 129
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 130


B. Saran .................................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di


bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika
yang mampu “mematikan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan
angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi sehingga
meningkatkankualitas dan umur harapan hidup. Akibatnya, jumlah
9

penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih


cepat dan pesat (Nugroho, 2008).

Lanjut usia adalah proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,2006).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap terakhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,2008).
Masa senium/lanjut usia, ada pula yang membaginya menjadi young old
(70-75 tahun), old-hold (75-80 tahun) dan very old (80 tahun keatas)
(Nugroho, 2008).

Jumlah lanjut usia saat ini diseluruh dunia lebih dari 629 juta jiwa (satu
dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), diperkirakan tahun 2025 lanjut
usia akan mencapai 1.2 miliyar (Nugroho, 2008). Fenomena ini jelas
mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik,
mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan,
terutama kelainan degenerative (Nugroho, 2008).Menurut Departemen
Kesehatan (2013) menyatakan adanya kecenderungan peningkatan
persentase kelompok lansia dibandingkan kelompok usia lainnya yang
cukup pesat sejak tahun 2013 8,9% di Indonesia dan 13,4%di Dunia
hingga tahun 2050 diperkirakan 21,4% di Indonesia dan 25,3% di Dunia.

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
terus menerus dan kesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan
memengaruhi fungsi dan kemampuan secara keseluruhan (Maryam, 2008).
Dalam memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misal
kemunduran dalam fisik, kulit mulai mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan juga penuaan dalam proses berpikir
(Nuha Medika, 2013).
10

Pada system saraf pusat otak merupakan organ paling penting dalam tubuh
kita, sebab dapat dikatakan segala aktivitas tubuh dikoordinir oleh organ
lain. Apabila organ ini rusak, maka dapat menimbulkan gangguan fungsi
otak dan dapat menyebabkan gangguan memori dan orientasi (Sudoyo,
2009). Gangguan memori dan orientasi disebut Demensia. Demensia
adalah gangguan tingkat intelektual yang sebelumnya lebih tinggi.
Gangguan mencakup memori dan bidang kognitif lainnya seperti
berbahasa, orientasi pemikiran abstrak, penilaian, kepribadian, praksis dan
harus cukup berat sehingga mengganggu kemampuan kerja dan sosial.
(Arjatmo Tjokronegoro, 2004 , Sudoyo, 2010). Menifestasi klinik :
Penurunan fungsi intelektual, perubahan kepribadian, Kerusakan
penilaian, Perubahan afek, Kerusakan ingatan, khususnya jangka pendek,
Kerusakan koordinasi fisik (Stockslager, 2008). Dampak lanjut dari
Penyakit Demensia dapat mengakibatkan penurunan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, terutama kebutuhan dasar stimulus/rangsangan,
Nutrisi, Istirahat dan Tidur, Personal Hygine/Perawatan Diri.

Demensia merupakan masalah yang besar dan serius yang dihadapi oleh
negara negara maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai
muncul di negara negara berkembang seperti di Indonesia. Demensia
cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 10% kelompok usia di
atas 65 tahun dan 47% kelompok usia di atas 85 tahun. Pada sekitar
1020% kasus demensia bersifat reversibel atau dapat diobati.

Studi Prevalensi menunjukkan bahwa di amerika serikat, pada populasi


usia diatas 65 tahun, persentase orang dengan penyakit Alzheimer lebih
tinggi pada wanita dan demensia multi-infark lebih banyak dijumpai pada
pria. (Arjatmo Tjokronegoro, 2004, Sudoyo, 2010). Diperkirakan terdapat
35,6 juta orang di dunia yang menderita demensia pada tahun 2010.
Negara-negara dengan angka kejadian demensia terbanyak di dunia adalah
Cina (5,4 juta orang), Amerika Serikat (3,9 juta orang), Rusia (1,2 juta
orang), Perancis (1,1 juta orang), Italia (1,5 juta orang) dan Brazil (1 juta
11

orang) (WHO, 2012). Belum ada data yang pasti tentang prevalensi
demensia di Indonesia. (Kemenkes RI, 2010). Pelayanan kesehatan
terhadap lansia meliputi upaya pelayanan kesehatan yaitu peningkatan
(promotion), pencegahan (preventive), pembatasan kecacatan serta
pemulihan (rehabilitative) (Maryam, 2008). Upaya promotif, yaitu untuk
menggairahkan semangat hidup para lansia agar merasa tetap hargai dan
berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Upaya
preventif, yaitu upaya pencegahan kemungkinan penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh proses penuaan. Upaya kuratif, yaitu upaya pengobatan
yang penanggulangannya perlu melibatkan multidisiplin ilmu kedokteran.
Upaya rehabilitative, yaitu upaya untuk memulihkan fungsi organ tubuh
yang telah menurun. (Maryam, 2008).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih


dalam mengenal Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Demensia. Maka penulis mengambil judul
karya tulis ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny CGangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Dengan Demensia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam pemberian Asuhan
Keperawatan pada lansia Ny C dengan Demensia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar pada
lansia dengan Demensia.
b. Mampu menganalisa data untuk menentukan masalah keperawatan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada lanjut usia dengan
Demensia.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar pada lanjut usia dengan Demensia.
12

d. Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan pemenuhan


kebutuhan dasar pada lansia dengan Demensia.
e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia dengan
Demensia.
f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan pengahambat
serta dapat mencari solusinya.

C. Ruang Lingkup
Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pembahasan dengan pemberian
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny/Tn... Dengan Demensia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat
pada tanggal 03-06 Mei 2017

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan metode deskriptif dan studi kepustakan. Dalam metode deskriptif
pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dimana peserta didik
mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode
ini disebutkan juga bagaimana peserta didik memperoleh data atau
informasi (wawancara secara langsung dan tidak langsung dari klien Ny. C
dan petugas kesehatan, Observasi, Pemeriksaan Fisik).

E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :

BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan


penulisan, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
13

BAB II Membahas tentang konsep dasar masalah kesehatan yang


terdiri dari pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan
dan konsep lanjut usia secara teori meliputi : pengkajian,
diagnosa, perencanaan,

Implementasi dan evaluasi.

BAB III Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil langsung
tentang asuhan keperawatan lanjut usia meliputi :
pengkajian, diagnosa,perencanaan, implementasi dan
evaluasi.

BAB IV Pembahasan yang membahas kesenjangan teori kasus,


analisa, darifaktor-faktor pendukung dan penghambat serta
alternatif pemecahan
masalah dalam memberikan asuhan keperawatan di tiap-
tiap yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

BAB V Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Proses Menua


1. Pengertian
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang
hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu
anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis,
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
14

kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,


pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional
(Nugroho, 2008).
2. Klasifikasi
a. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
berikut :
1) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada 4 tahapan
yaitu :
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (eldery) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d) Usia sangat usia tua (very old) usia >90 tahun
2) Menurut Burnside (1979, dalam Buku Keperawatan
Gerontik & Geriatrik Edisi 3, 2008) :
a) Young old (Usia 60-69 tahun)
b) Middle age old (Usia 70-79 tahun)
c) Old-old (Usia 80-89 tahun)
d) Very old-old (Usia 90 tahun ke atas)
3) Menurut Bee (1996, dalam Buku Kperawatan Gerontik &
Geriatrik Edisi 3, 2008) :
a) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
b) Masa dewasa awal (usia 70-79 tahun)
c) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)
d) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)
e) Masa dewasa sangat lanjut usia (usia >75 tahun)
b. Berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia :
1) Pralansia
Seseorang yang berusiaantara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
15

3) Lansiaresikotinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes
RI, 2003).
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung dengan orang lain (Depkes RI,
2003).

3. Teori Proses Menua


Proses menua bersifat individual : Dimana proses menua pada
setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, setiap lanjut usia
mempunyai kebiasaan atau style yang berbeda, dan tidak ada satu
faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Teoriteori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu :
kelompok biologis dan teori psikososial.

a. TeoriBiologis
Menurut Hay ick (1965, Buku Keperawatan Gerontik, 2013)
secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam ini sel
dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan
frekuensi mitosis.
1) Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
moleculer, lam kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak
elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel sel yang sudah tua
dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat
2) Teori radikal bebas
16

Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan


kerusakan dan kemunduran secara fisik.
3) Teori genetic
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic
untuk spesies spesies terrtentu. Menua bisa terjadi perubahan
biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA dan
seiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
4) Teori immunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah.System imun menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas.
5) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.
6) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai)

b. Teori psikososial
1) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang
harus dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Hasil akhir
yang dicapai dari penyelesaian integrias ego dan keputusan
adalah kebebasan.
2) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan
tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia
tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak.
17

3) Teori aktivitas atau kegiatan


a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalam kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin.
c) Ukuran optimum (polahidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara system social dan
invidu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai usia
lanjut usia.
4) Teori kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Identitas pada lansia yang sudah mantap memudahkan
dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan
diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan
interpersonal. Pada teori ini terjadi pada seseorang lanjut usia
sangat dipengaruhi olehtipe personality yang dimilikinya.

5) Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)


Pokok-pokok dalam disengagement theory
a) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa
pensiun.
Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga
berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan
meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
b) Menurut (Nugroho, 2008) menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti
mulai melepaskan diri dari kehidupan social nyata untuk
menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
c) Ada tiga aspek utama dalam teori ini :
18

- Kehilanganperan (loss of role)


- Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and
relationships).
- Berkurangnya komitmen (reduced commitment to
social mores and values)

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


a. Perubahan Fisik dan Fungsi :
1) Sel : Jumlah sel menurun/lebih sedikit, ukuran sel lebih
besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
berkurang, Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah
dan hati menurun, jumlah sel otak menurun,
mekanisme perbaikan sel terganggu.
2) Sel persarafan : Menurun hubungan persarafan,
beratotak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya), respon dan waktu untuk
bereaksi lambat, khususnya terhadap stress,
sarafpancaindramengecil, penglihatan berkurang,
pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan
rendahnya pertahanan terhadap dingin, kurang sensitive
terhadap sentuhan, deficit memori.
3) Sistem pendengaran: membrane timpani atrofi
sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulangtulangp
endengaran mengalami kekakuan.
4) Sistem penglihatan : Lapang pandang menurun, luas
pandangan berkurang, adaptasi terhadap gelap
menurun, dan katarak.
5) Sistem kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan
menjadi kaku, elastisitas dinding aorta menurun,
kemampuan jantung untuk memompa darah menurun,
curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun),
19

serta meningkatnya resitensi pembuluh darah perifer


sehingga tekanan darah meningkat.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh : Temperature tubuh
menurun (hipotermia) dapat mengakibatkan
metabolisme yang menurun, merasa kedinginan, pucat
dan gelisah.
7) Sistem pernafasan : Otot pernafasan mengalami
kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, dan
menjadi kaku, aktivitas silia menurun, paru kehilangan
elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dalam kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli
melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang, berkurangnya elastisitas bronkus.

8) Sistem pencernaan : Kehilangan gigi, indra pengecapan


menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis,
esophagus melebar, rasa laparmenurun, asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul
konstipasi, fungsi absorpsi melemah.
9) Sistem reproduksi: Perubahan system reproduksi lansia
ditandai dengan menciutnya ovari dan uterus. Terjadi
atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan untuk
melakukan seksual menteap sampai usia diatas 70
tahun (asal kondisi masih baik), yaitu dengan
kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa
lanjut usia. Pada wanita selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,
dan reaksi sifatnya menjadi alkali.
20

b. Perubahan social
1) Peran : Post power syndrome, single women, dan single
parent.
2) Keluarga (emptiness) : Kesendirian, kehampaan.
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaan kapan akan meninggal.brada di rumah
terusmenerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan
nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
5) Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan asset dan
kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
6) Pension : Kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana
pension). Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi
uang.
7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
cocok bagi lansia.
8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.
9) Keamaaan : Jatuh, terpeleset.
10) Transportasi : Kebutuhan akan system transportasi yang
cocok bagi lamsia
11) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan
memberikan, masukan dalam system politik yang berlaku.
12) Pendidikan : Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan
kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi
manusia.
13) Agama : Melaksanakan ibadah.
14) Panti Jompo : Merasa dibuang/diasingkan.

c. Perubahan Psikologis
21

Dalam psikologi perkembangan, lanisa dan prubahan yang


dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal
berikut :
1) Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia
a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus
bergantung pada orang lain.
b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
untuk beralasan untu melakukan berbagai perubahan
besar dalam pola hidupnya.
c) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan
perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
d) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri
yang telah yang telah meninggal atau pergi jauh/ cacat.
e) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu
luang yang semakin bertambah.
f) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar
sebagai orang dewasa.
g) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara
khusus direncanakan untuk orang dewasa

h) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai


untuk lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti
kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok.
i) Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para penjual
obat, buaya darat, dan kriminalitas karena mereka tidak
sanggup lagi untuk mempertahankan diri.

2) Perubahan umum fungsi panca indra pada lansia


a) Sistem penglihatan : lensa kehilangan
elastisitas dan kaku, otot penyangga
lensa lemah, ketajaman penglihatan dan
daya akomodasi dari jarak jauh atau
dekat berkurang, penggunaab kacamata
22

dan penerangan yang baik dapat


digunakan.
b) Sistem pendengaran : orang usia lanjut
kehilangan kemampuan mendengar pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia di atas 60
tahun.
c) Sistem perasa : perubahan penting dalam
alat perasa pada usia lanjut adalah
sebagai akibat dari berhentinya
pertumbuhan tunas terasa yang terletak
di lidah dan di permukaan bagian dalam
pipi.
d) Sistem penciuman : daya penciuman
menjadi kurang tajam sejalan dengan
bertambahnya usia, sebagian karena
pertumbuhan sel di dalam hidung
berhenti dan sebagian lagi karena
semakin lebatnya bulu di dalam hidung.
e) Sistem integument :pada lansia kulit
mengalami atrofi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi
tipis dan berbecak, maka indra peraba di
kulit semakin peka.

3) Perubahan umum kemampuan motorik pada


lansia
23

a) Kekuatan motorik : penurunan kekuatan


yang paling nyata adalah pada
kelenturan otot-otot tangan bagian depan
dan otot-otot yang menopang tegaknya
tubuh.
b) Kecepatan motorik : penurunan
kecepatan dalam bergerak bagi lansia
dapat dilihat dari tes terhadap tes
terhadap waktu, reaksi, dan keterampilan
dalam bergerak tampak sangat menurun
setelah usia 60 tahunan.
c) Belajar keterampilan baru : bahkan pada
waktu orang berusia lanjut percaya
bahwa belajar keterampilan baru akan
menguntungkan pribadi mereka, mereka
lebih lambat dalam belajar dibandingkan
orang yang lebih muda dan hasil
akhirnya cenderung kurang memuaskan.
d) Kekuatan motorik : lansia cenderung
menjadi canggung dan kaku. Hal ini
menyebabkan sesuatu yang dibawa dan
dipegangnya tertumpuh dan terjatuh.

4) Perubahan kognitif
a) Memory (Daya Ingat, Ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) mrupakan salah
satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal
mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (Long
term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan
ingatan jangka pendek (short term memory) atau
seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan
dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian
24

yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi


baru.

b) IQ (Intellegent Quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi
matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan
verbal. Tetapipenampilan persepsi dan keterampilan
psikomotor menurun. Terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan factor waktu.
c) Perubahan spiritual
- Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi
dalam kehidupan.
- Lanjut usia semakin dapat dilihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
- Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurun
menurut Folwer (1978), universal, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan cara
member contoh cara mencintai dan keadilan (Nugroho,
2008).

B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan Demensia


1. Pengertian
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tiada gangguan fungsi
vegetatif/keadaan yang terjadi pada memori, pengetahuan umum,
pikiran abstrak, penilaian, & interpretasi atas komunikasi tertulis &
lisan bisa terganggu.
(Corwin, 2009).
Demensia ialah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual & memoriyang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari. Demensia adalah mewujudkan ketika
keadaan ketika seseorang mengalami menurunnya daya ingat dan daya
25

pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan


seharihari (Nugroho, 2008).

Demensia merujuk pada sindrom klinis yang mempunyai gangguan


memori selain kemampuan mental lain seperti berfikir abstrak,
penilaian, kepribadian, bahasa dan praksis. Deficit yang terjadi harus
cukup berat sehingga mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara
bermakna (Sudoyo, 2010).

2. Klasifikasi Demensia
Demensia dibagi menjadi 3 tipe (Lumbantobing, 2008)
a. Demensia kortikal dan sub-kortikal
1) Demensia korkikal
Yaitu demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada
korteks serebri substansia grisca yang berperan penting
terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal
adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit Vaskular, Sindroma
Korsakoff, Penyakit Pick.
2) Demensia sub-kortikal
Yaitu demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari
kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia
subkortikal adalah penyakit Huntington, hipotiroid, Parkinson,
kekurangan vitamin B1, B12, hiperkalsemia, hipoglikemia,
AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dan lain-lain.
b. Demensia reversible dan non-reversible
1) Demensia reversible
Yaitu demensia dengan factor penyebab yang dapat diobati.
Yang termasuk factor penyebab yang dapat bersigat reversible
adalah keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi
atau dari proses keracunan, gangguan metabolik, dan nutrisi.
26

2) Demensia non-reversible
Yaitu demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat
diobati dan bersifat kronik progresif.
3) Demensia pre-senilis dan senilis
a) Demensia pre-senilis merupakan terjadi pada golongan
umur lebih muda yaitu umur 40-50 tahun dan dapat
disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang
mempengaruhi jaringan fungsi otak dan anoksia.
b) Demensia senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun
terjadi akibat perubahan dan denegerasi jaringan otak yang
diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi mental.

c. Demensia Alzheimer
Adalah penyakit degeneratif otak progresif yang
mengakibatkan sel otak menjadi mati dan menurunnya daya
ingat kemampuan berfikir, dan perilaku perubahan. Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan dalam
mebuat keputusan, dan juga penurunan proses berfikir. Ada
sekitar 50-60% penderita yang mengalami demensia
disebabkan karena penyakit Alzheimer. Gejala klasik dalam
penyakit Demensia Alzheimer adalah kehilngan proses daya
ingat yang terjadi secara bertahap termasuk : Kesulitan dalam
menemukan atau menyebutkan kata yang tepat, tidak mampu
mengenal objek, suasana hati dan kepribadian dapat berubah.

Adapun Stadium Demensia Alzheimer


1) Stadium Awal (stadium amnesia-berlangsung 2-4 tahun)
a) Kesulitan dalam berbahasa
b) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
c) Disoreintasi waktu dan tempat
d) Kesulitan membuat keputusan
27

e) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas

2) Stadium menengah (stadium bingung-berlangsung 2-10


tahun)
Klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari gejala sebagai berikut :
a) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru
dan nama orang
b) Tidak dapat menelola kehidupan sendiri tanpa timbul
masalah
c) Sangat bergantung pada orang lain
d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri
e) Terjadi perubahan perilaku
f) Adanya gangguan kepribadian
g) Dapat menunjukan halusinasi

d. Demensia Vascular
Adalah demensia yang disebabkan oleh disfungsi otak yang
diakibatkan oleh penyakit serebrovaskuler (stroke) sering
identik dengan demensia multi-infrak, karena sebagian terbesar
penyakit serebrovaskuler atau stroke. Penyebab kedua paling
sering Demensia pada lansia, setelah penyakit Alzheimer,
Stroke juga dapat mengakibatkan berbagai lesi diotak, infark
dapat terjadi di kortikal atau subkortikal, dapat tunggal atau
multipel, dapat kecil sedang atau besar. (Nugroho, 2008)
28

3. Pemeriksaan MMSE
Hasil skor pada MMSE dipengaruhi oleh variabel demografi. Skor
cenderung rendah pada lansia dan tingkat pendidikan yang rendah
(O‟Bryant, 2008). Namun, skor MMSE yang rendah ketika faktor usia
dan tingkat pendidikan dikontrol memiliki interpretasi yang mengarah
kepada demensia (Pradier, 2014).

MMSE menilai sejumlah domain kognitif yaitu orientasi waktu dan


tempat, registrasi, atensi dan kalkulasi, recall, dan bahasa yang terdiri
dari penamaan benda, pengulangan kata, pemahaman dan pelaksanaan
perintah verbal dan tulisan, menulis, dan menyalin gambar. Setiap
penilaian terdiri dari beberapa tes dan diberi skor untuk setiap jawaban
yang benar (Kochhann, 2009).
Total skor pada MMSE jika semua jawaban benar adalah 30.
Berdasarkan skor pada MMSE, status demensia pasien dapat
digolongkan menjadi:
Normal : skor 25-30
Demensia ringan : skor 20-24
Demensia sedang : skor 13-19
Demensia berat: skor 0-12

Sehingga, demensia dapat ditunjukkan dengan skor MMSE 0-24


(Alzheimer‟s Association, 2007)

4. Etiologi
a. Penuaan
b. Faktor genetic
c. Infeksi virus
d. Lingkungan yang terdapat radiasi
e. Imunologi
f. Trauma.
28

5. Patofisiologi
31

6. Manifestasi Klinis
a. Meningkatknya kesulitan dalam melaksakan kegiatan sehari-hari.
b. Mengabaikan kebersihan diri
c. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan
yang makin berat, sehingga orang yang berada disekitarnya
seperti keluarga dilupakan.
d. Pertanyaan atau kata-kata yang diulang.
e. Tidak dapat mengenal waktu, ruang atau tempat.
f. Sifat dan perilaku menjadi keras kepala dan cepat marah.
g. Menjadi depresi dan menganis tanpa alasan yang jelas.
(Maryam, 2008)

7. Komplikasi Demensia, Demensia Alzheimer : Adalah penyakit


degenerative otak yang progresif, yang mematikan sel otak sehingga
mengakibatkan menurunnya daya ingat, kemampuan berfikir, dan
perubahan perilaku. Demensia Alzheimer merupakan penyakit
neurodegenerative progresif dengan gambaran klinis dan patologi
yang khas, bervariasi dalam awitan, umur, berbagai gambaran
gangguan kognitif, dn kecepatan perburukkannya. Demensia vascular
ialah sindrom demensia yang disebabkan oleh disfungsi otak yang
diakibatkan oleh penyakit serebrovaskuler (stroke). Ini merupakan
penyebab kedua paling sering daripada demensia pada lansia, setelah
penyakit alzhaimer. Demensi vascular sering diidentikan dengan
demensia multi-infark, karena pada sebagian terbesar penyakit
serebroveaskuler yang mengakibatkan demensia terdapat lesi infark
yang multiple (Nugroho, 2008).
32

8. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
a. Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning
telur, margarin, kacang-kacangan, minyak sayur, biasa
menurunkan resiko demenisa alzheimer. Vitamin c dapat
mengurani radikal bebas (mis. Sayuran, stroberi, melon, tomat,
brokoli).

Terapi non-farmakologi meliputi :


a. Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga.
b. Program harian untuk pasien.
c. Istirahat yang cukup.
d. Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas.
e. Validasi/rehabilitasi/reminiscence.
f. Terapi music.
g. Terapi rekreasi.
(Nugroho, 2008).

9. Data Penunjang
a. CT Scan atau MRI
Merupakan suatu loncatan dalam kemajuan menegakkan
diagnosis etiologi Demensia. Neoplasma, besar dan kecil,
tunggal atau multiple, primer atau metastik dengan mudah dapat
dideteksi dengan CT-Scan atau MRI. Demikian juga halnya
dengan hematoma subdural, hidrosefalus. Infark diotak, tunggal
atau multiple, letaknya kortikal atau subkortikal, dengan mudah
dapat diketahu, dan dapat membantu menegakkan diagnosis
Demensia vaskuler.
33

b. EEG
Bila gambaran EEG-nya teratur dan normal, maka kemungkinan
gangguan kortikal lebih sedikit. Juga alat ini dapat membantu
menunjukan kelainan fokal, kelainan paroksismal. Pada ginjal
dengan kadar ureum tinggi yang menyebabkan fungsi luhur
terganggu, umumnya didapatkan gangguan EEG berupa
perlambatan.

C. Konsep Dasar Kebutuhan menurut Abraham Maslow


Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham
Maslow dalam Potter dan Perry, dapat dikemukakan untuk menjelaskan
kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :

1) Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu


kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi
(makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual, stimulus / rangsangan.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan
fisik dan perlindungan psikologis.
a) Perlindungan fisik, meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa
penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran
34

yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali


karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi
dengan orang lain, dan sebagainya.
3) Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan
keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan
sebagainya.
4) Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang
lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan
kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri.
Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang
lain/ lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Masalah kebutuhan yang muncul pada kasus demensia yang mencakup


pada kebutuhan dasar menurut maslow adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan stimulus / rangsangan :


Kebutuhan ini berasal dari fikiran atau dorongan seseorang untuk
melakukan kegiatan kearah tujuan. Stimulus dapat dihubungkan dg
emosi & proses pikir yang mempengaruhi seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan / aktivitas.
2. Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat
dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan
fungsinya. (Fitri Respirati, 2014)
Nutrisi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
a. Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh.
b. Menyediakan “struktur material” intuk jaringan tubuh seperti
tulang dan otot
c. Mengatur proses tubuh
35

Energi yang dihasilkan oleh nutrisi atau makanan disebut sebagai


Kalori. Kalori digunakan sebagai pembakaran.

a. Jumlah kalori yang dihasilkan nutrisi :


1 gr karbohidrat dan protein : 4 kkal
1 gr lemak : 9 kkal
b. Rata-rata pemasukan energi :
45% energi dari karbohidrat
40% energi dari lemak
15 % energi dari protein

Macam-macam nutrisi :

a. Air : untuk membantu proses atau reaksi kimia dalam tubuh


serta berperan mengontrol temperatur tubuh.
b. Karbohidrat : sebagai sumber energi tubuh
c. Protein : penting untuk pertumbuhan dan penggantian jaringan,
juga dimanfaatkan sebagai sumber energi
d. Lemak : sebagai sumber energi
e. Vitamin : mengatur proses-proses dalam tubuh sesuai dengan
jenis vitamin.
f. Mineral : mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagian
digunakan juga untuk pertumbuhan, dan penggantian jaringan.
(Fitri Respirati, 2014)

Masalah kebutuhan nutrisi

Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan


dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes mellitus,
hipertensi, jantung koroner, kanker, dam anoreksia nervosa. a.
Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan
berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme.
36

Tanda klinis :
1) Berat badan 10 – 20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standar
4) Adanya penurunan albumin serum
5) Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab :
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam
mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau
intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun

b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan
akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (> 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm
pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau menonton Kemungkinan penyebab :
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
37

c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai > 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah
melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori
dan penurunan dalam penggunaan kalori.

d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan
sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah
dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi,
pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.

3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur (Fitri Respati, 2014) Istirahat dan


tidur adalah kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang. Dengan istirahat yang cukup, tubuh baru berfungsi
secara optimal.
Secara umum istirahat berarti suatu keadaan yang tenang, relaks
tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi
beristirahatbukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali.
Terkadang, berjalan-jalan ditaman juga bias dikatakan sebagai suatu
bentuk istirahat.Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran
ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal.
38

Fisiologi Tidur
Tahapan Tidur :
1. Tidur NREM. Tidur NREM disebut juga sebagai tidur
gelombang-pendek karena yang ditunjukan oleh orang yang tidur
lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan
orang yang sadar.
Tahap-tahap Tidur NREM :
a. Tahap I-II disebut tidur ringan
b. Tahap III-IV disebut tidur dalam
2. Tidur REM. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan
berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak
tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.
Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya
meningkat 20%. Pada tahap ini individu menjadi suit untuk
dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus
otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi
jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur.
3. Kebutuhan tidur pada lansia
Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit
tidur
Lanjut usia (65 tahun ke atas): Kategori baru. Durasi tidur 7-8
jam per hari.

Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur


1. Penyakit, dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang
dapat menyebabkan gangguan tidur.
2. Lingkungan, tidak adanya stimulus tertentu atau adanya
stimulus yang asing dapat menhembat upaya tidur.
3. Kelelahan, kondisi tubuh yang lelah dapat memengaruhi
pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek
siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat, semakin
pendek siklus REM akan kembali memanjang.
39

4. Gaya hidup, individu yang sering berganti jam kerja harus


mengatur aktivitasnya agar bias tidur di waktu yang tepat.
5. Stress emosional, kondisi ansietas dapat meningkatkan
kadar neropinefrin darah melalui stimulasi sitem saraf simpatis.
Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap
IV dari tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulus dan alcohol, kafein yang terkandung dalam
beberapa minuman dapat merangsang ssp sehingga dapat
menggangu pola tidur. Sedangkan konsumsi alcohol yang
berlebihan dapat menggangu siklus tidur REM. Ketika pengaruh
alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.
7. Diet, penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan
waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari.

Gangguan tidur umumnya terjadi


1. Insomnia
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya
ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bias karena
gangguan fisik karena faktor mental seperti perasaan gundah
atau gelisah.
2. Parasomnia
Perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada
anakanak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering
terjaga (mis. Tidur berjalan, night terror), gangguan transisi
banguntidur (mis. Mengingau), dan lainnya (mis. Bruksime).
3. Hypersomnia
Tidur yang berlebihan terutama pada siang hari. Kondisi ini
disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti kerusakan
system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
40

gangguan metabolisme (mis. Hipertiroidisme). Pada kondisi


tertentu, hypersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme
koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.

4. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
:serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
diketahui.
5. Apsnea saat tidur
Kondisi terhentinya napas secara periodic pada saat tidur.
Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan
keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk
berlebihan di siang hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas,
atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau
aritmia jantung.

4. Kebutuahan Perawatan Diri


Menurut Poter. Perry, Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
phisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.
a. Jenis-jenis perawatan diri
1) Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2) Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah
gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas
berdandan sendiri.
3) Kurang perawatan diri : Makan
41

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan


untuk menunjukkan aktivitas makan.
4) Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
toileting sendiri
(Mubarak, 2008).

D. PROSES KEPERAWATAN LANSIA


1. Konsep Proses Keperawatan Demensia
a. Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat professional
harus menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini
adalah proses pemecahan masalah yang mengarah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pengkajian langkah pertama
pada proses keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisis data
dan menghasilkan diagnosis keperawatan. Tujuan pengkajian :
1) Menentukan kemampuan klien untuk
memelihara diri sendiri
2) Melengkapi dasar rencana perawatan individu
3) Membantu menghindarkan bentuk dan
penandaan klien
4) Memberi waktu kepada klien untuk menjawab

Pengkajian meliputi aspek :


1. Fisik
a. Wawancara :
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya 2)
Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
42

4) Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi,


penglihatan, dan pendengaran

5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang


air besar/kecil
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut
usia
7) Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan
8) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara
kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat
9) Masalah seksual yang dirasakan

b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan fungsi system tubuh
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan
fisik adalah head to toe (dari ujung kepala
sampai ke ujung kaki) dan system tubuh

2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
43

i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya


ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan
kemampuan dalam penyelesaian masalah.

3. Social-ekonomi
a. Sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu
luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia
terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang
lain diluar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya
dengan fasilitas yang ada.

4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif
dalam kegiatan keagamaan
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah
apakah dengan berdoa
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakkal

Pengkajian dasar
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat
mendasar pada psoses menua yang meliputi seluruh organ tubuh,
dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan
44

pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap


fungsi semua system, status gizi, dan aspek psikososialnya.
1. Temperature/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Denyut nadi
a. Kecepatan, irama, volume
b. Apical, radial, pedal
3. Respirasi (pernapasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman
b. Pernapasan tidak teratur
4. Tekanan darah
a. Saat berbaring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memori (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial

System persarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
a. Jangan diuji didepan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
45

6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinnitus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri

System Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema

System Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Asupan diet
3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
4. Mengunyah, menelan
5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi

System Genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)
2. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat
menahan untuk buang air)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Dysuria
46

6. Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke
aktivitas seksual

Sistem Kulit
1. Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
47

4. Paralisis
5. Kifosis

Psikososial
1. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan
2. Focus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih saying yang
berlebihan.(Nugroho, 2008)

Penatalaksanaan
Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
1. Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran,
kuning telur, margarin, kacang-kacangan, minyak sayur,
bias menurunkan resiko demenisa alzheimer. Vitamin c
dapat mengurani radikal bebas (mis. Sayuran, stroberi,
melon, tomat, brokoli).

Terapi non-farmakologi meliputi :


1. Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga.
2. Program harian untuk pasien.
3. Istirahat yang cukup.
4. Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas.
5. Validasi/rehabilitasi/reminiscence.
6. Terapi music.
7. Terapi rekreasi.
(Nugroho, 2008).
48

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan :
1) Perasaan tidak berdaya.
2) Gangguan status kesehatan psikososial.
3) Tidak ada persiapan untuk masuk ke rumah sakit.
4) Perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari.
5) Menurunnya status kesehatan fisik, gangguan sensori.
6) Kurangnya system dukungan yang adekuat.
b. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan :
1) Kurangnya pendidikan tentang keamanan.
2) Riwayat trauma terdahulu.
3) Kurangnya penglihatan.
4) Ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya
dalam lingkungan.
5) Disorientasi, bingung, gangguan dalam pengambilan
keputusan.
6) Kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak
terkoordinasi, aktivitas kejang.
c. Perbahan proses pikir berhubungan dengan :
1) Perubahan fisiologis (degenarasi neuron ireversibel).
2) Kehilangan memori/ingatan.
3) Konflik psikologis.
4) Gangguan penilaian.
d. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan :
1) Pembatasan lingkungan secara terapeutik (isolasi,
perawatan intensif, tirah baring).
2) Pembatasan lingkungan social (institusional, panti jompo),
stigma (gangguan jiwa, keterbelakangan mental).
49

3) Perubahan persepsi, transmisi dan/atau integrasi sensori


(penyakit neurologis, tidak berkomunikasi, gangguan
tidur, nyeri).

4) Stress psikologis (penyempitan pandangan perseptual


disebabkan kecemasan).
5) Gangguan kimiawi (endogen, eksogen).

e. Perubahan pola tidur berhubungan dengan :


1) Perubahan lingkungan.
2) Perubahan sensori.
3) Tekanan psikologis, kerusakan neurologis.
4) Perubahan pola aktivitas.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan :
1) Gangguan kemampuan untuk pindah atau mobilitas.
2) Intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan
dan kekuatan.
3) Penurunan kognitif, keterbatasan fisik.
4) Frustasi atas kehilangan kemandiriannya, depresi.
g. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan :
1) Perubahan sensori.
2) Kerusakan penilaian dan koordinasi 3) Agitasi.
4) Mudah lupa, kemunduran hobi.
h. Perubahan pola eliminasi urinarius atau
konstipasi/inkontinensia berhubungan dengan :
1) Disorientasi.
2) Kehilangan fungsi neurologis/tonus otot.
3) Ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar
mandi/mengenali kebutuhan.
4) Perubahan diet atau pemasukan makanan.
50

i. Ketidakefektifan koping keluarga : menurun atau tidak mampu


berhubungan dengan :
1) Tingkah laku klien yang tidak menentu (terganggu).
2) Keluarga berduka karena ketidakberdayaan menjaga orang
yang dicintai.
3) Perkembangan penyakit.
4) Hubungan keluarga sangat ambivalen.
(Kushariyadi, 2010).
51

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No. Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Sindrom stres relokasi a. Mengidentifikasi 1. Jalin hubungan 1. Untuk membangun


berhubungan dengan : perubahan lingkungan saling mendukung dengan kepercayaan dan rasa aman.
dan aktivitas klien.

a. Perasaan tidak berdaya. kehidupan sehari – 2. Menurunkan kecemasan dan

b. Gangguan status hari. 2. Orientasi pada lingkungan perasaan terganggu.

kesehatan psikososial. b. Mempertahankan rasa dan rutinitas baru. 3. Untuk menentukan persepsi

c. Tidak ada persiapan untuk berharga pada diri dan 3. Kaji tingkat stressor (seperti klien tentang kejadian dan

masuk ke rumah sakit. identifitas pribadi yang penyesuaian diri, krisis tingkat serangan.

d. Perubahan dalam aktivitas positif perkembangan, peran

kehidupan sehari – hari. c. Membuat pernyataan keluarga, akibat perubahan


positif tentang status kesehatan). 4. Perawatan dirumah sakit
e. Menurunnya status kesehatan lingkungan yang baru.
fisik, gangguan mengubah aktivitas klien
4. Tempatkan pada ruangan
pribadi jika mungkin dan
52

sensori. bergabung dengan orang dan meningkatkan masalah


f. Kurangnya system dukungan d. Memperlihatkan terdekat dalam aktivitas tingkah laku. Memberi
yang adekuat. penerimaan terhadap perawatan, waktu makan, kesempatan menngontrol
perubahan lingkungan dan sebagainya. lingkungan dan melindungi
Ditandai dengan : dari kelainan tingkah laku.
dan penyesuaian
a. Kebingungan, kehidupan. 5. Tentukan jadwal aktivitas 5. Konsistensi mengurangi
keprihatinan, gelisah, e. Mampu menunjukan yang wajar dan masukkan kebingungan dan
tampak cemas, mudah rentang perasaan yang dalam kegiatan rutin. meningkatkan rasa
tersinggung, tingkah laku sesuai/tidak cemas dan kebersamaan.
defensive, kekacauan rasa takut berkurang. 6. Identifikasi kekuatan klien 6. Memfasilitasi bantuan
mental, tingkah laku f. Tidak menyimpan yang dimiliki sebelumnya. dengan komunikasi dan
curiga, dan tingkah laku
pengalaman manajemen dari
agresif.
menyakitkan. kekurangan sekarang serta
b. Depresi, keyakinan
g. Menggunakan bantuan selanjutnya.
diri yang menurun, dari sumber yang tepat 7. Berikan penjelasan dan 7. Menurunkan ketegangan,
menarik diri, dan selama waktu informasi yang mempertahankan rasa
pengaturan pada saling percaya dan
ketergantungan. menyenangkan mengenai
orientasi. Saat klien
c. Tampak tanda stimulasi kegiatan/peristiwa. mengetahui secara perlahan
saraf simpatis, gangguan
gastrointestinal, dan
53

perubahan kebiasaan lingkungan baru. 8. Catat tingkah laku, tentang apa yang terjadi,
makan. munculnya perasaan koping klien akan
d. Gangguan tidur curiga/paranoid, mudah meningkat.
tersinggung, defensive. 8. Stress meningkat, rasa tidak
9. Pertahankan keadaan nyaman/nyeri fisik dan
tenang. Tempatkan dalam kelelahan mencetuskan
lingkungan tenang yang penurunan tingkah laku dan
memberikan kesempatan gangguan komunikasi.
untuk “beristirahat”. Perilaku katastopik ini
10. Atasi tingkah laku agresi menimbulkan panic dan
dengan pendekatan yang rasa bermusuhan.
tenang. 9. Menenangkan situasi dan
11. Gunakan sentuhan jika tidak memberi klien waktu untuk
mengalami paranoid/sedang memperoleh kendali
mengalami sgitasi sesaat. terhadap perilaku dan
12. Rujuk ke sumber pendukung emosinya.
perawatan diri. 10. Rasa diterima menurunkan
rasa takut, dan respons
agresif.
54

11. Memberikan keyakinan,

menurunkan stress, dan

meningkatkan kualitas

hidup.
12. Meningkatkan perasaan,
dukungan selama
penyesuaian.
55

2. Resiko terhadap Tujuan : Cedera terkontrol 1) Kaji derajat gangguan 1. Mengidentifikasi risiko
trauma/cedera Kriteria Hasil : kemampuan, tingkah laku dilingkungan dan
berhubungan dengan : impulsive dan penurunan mempertinggi kesadaran
a) Kurangnya a. Meningkatkan tingkat persepsi visual. Bantu keluarga perawat akan bahaya. Klien
pendidikan tentang aktivitas. mengidentifikasi risiko dengan tingkah laku
keamanan. b. Dapat beradaptasi terjadinya bahaya yang impulsive berisiko trauma
b) Riwayat dengan lingkungan mungkin timbul. karena kurang mampu
trauma untuk mengurangi risiko mengendalikan perilaku.
terdahulu. trauma/cedera. Penurunan persepsi visual
c) Kurangnya c. Tidak mengalami berisiko jatuh.
penglihatan. trauma/cedera. 2) Hilangkan sumber 2. Klien dengan gangguan
bahaya lingkungan. kognitif, gangguan persepsi
d) Ketidakmampuan d. Keluarga mengenali adalah awal terjadi trauma
mengidentifikasi potensial dilingkungan 3) Alihkan perhatian saat perilaku akibat tidak bertanggung
dan mengidentifikasi jawab terhadap kebutuhan
bahaya dalam teragitasi/berbahaya, seperti
tahap – tahap untuk keamanan dasar.
lingkungan. memanjat pagar tempat tidur.
e) Disorientasi,
bingung, gangguan
56

dalam pengambilan memperbaikinya. 4) Gunakan pakaian sesuai 3. Mempertahankan


keputusan. lingkungan fisik/kebutuhan keamanan dengan
f) Kesulitan klien. menhindari konfrontasi
keseimbangan, 5) Kaji efek samping obat, tanda yang meningkatkan risiko
kelemahan, otot keracunan (tanda terjadi trauma.
tidak terkoordinasi, ekstrapiramidal, hipotensi 4. Perlambatan proses
aktivitas kejang. ortostatik, gangguan metabolisme
penglihatan, gangguan mengakibatkan hipotermia.
gastrointestinal). Hipotalamus dipengaruhi
6) Hindari penggunaan restrain proses penyakit yang
terus menerus. Berikan menyebabkan rasa
kesempatan keluarga tinggal
bersama klien selama periode kedinginan.
agitasi akut. 5. Klien yang tidak dapat
melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada
lansia. Ukuran
dosis/pengganti obat
diperlukan untuk
57

mengurangi gangguan.
6. Membahayakn klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan kalsium
tulang).
58

3. Perubahan proses pikir Tujuan : Agar mampu 1) Kembangkan lingkungan yang 1. Mengurangi kecemasan dan
berhubungan dengan : proses pikir meningkatkan mendukung dan hubungan klien emosional, seperti
a) Perubahan fisiologis interaksi dengan orang lain. perawat yang terapeutik. kemarahan, meningkatkan
(degenarasi neuron Kriteria hasil : pengembangan evaluasi diri
ireversibel). yang positif dan mengurangi
b) Kehilangan Mampu memperlihatkan konflik psikologis.
memori/ingatan. kemampuan kognitif 2. Memberikan dasar
c) Konflik psikologis. untuk menjalani perbandingan yang akan
d) Gangguan penilaian. konsekuensi kejadian 2) Kaji derajat gangguan kognitif, dating dan memengaruhi
yang menegangkan seperti perubahan orientasi, rencana intervensi. Catatan :
Ditandai dengan : terhadap emosi dan rentang perhatian kemampuan evaluasi orientasi secara
a. Hilang konsentrasi pikiran tentang diri. berpikir. Bicarakan dengan berulang dapat
(distrakbilitas) b. Mampu mengembangkan keluarga mengenai perubahan meningkatkan respons yang
b. Hilang strategi untuk mengatasi perilaku negative/tingkat frustasi.
ingatan/memori. anggapan diri yang 3) Pertahankan lingkungan
yang 3. Kebisingan merupakan
menyenangkan dan tenang. sensori berlebihan yang
c. Tidak mampu negative.
meningkatan gangguan
membuat keputusan, c. Mampu mengenali neuron.
menghitung, perubahan dalam berpikir
59

mengumpulkan atau tingkah laku dan 4) Lakukan pendekatan dengan cara 4. Pendekatan terburu-buru
gagasan, melakukan faktor penyebab. perlahan dan tenang. menyebabkan klien bingung,
abstraksi/konseptuali d. Mampu memperlihatkan kesalahan persepsi/perasaan
sasi, dan penurunan tingkah laku 5) Tahap wajah ketika berbicara terancam.
memecahkan yang tidak diinginkan, dengan klien. 5. Menimbulkan perhatian,
masalah. ancaman, dan terutama pada klien dengan
d. Tidak mampu kebingungan. gangguan perseptual.
menginterpretasikan 6) Panggil klien dengan namanya. 6. Nama adalah bentuk
stimulasi dan identitas diri dan
menilai menimbulkan pengenalan
realitas 7) Gunakan suara yang agak rendah terhadap realita dank lien.
e. dengan akurat. dan berbicara dengan perlahan 7. Meningkatkan pemahaman.
Disorientasi waktu, pada klien. Ucapan tinggi dan keras
tempat, orang, menimbulkan stress/marah
lingkungan dan yang mencetuskan
f. peristiwa. Kesulitan konfrontasi dan respons
mengakomodasikan marah.
ide/perintah. 8) Gunakan kata-kata pendek, 8. Sering perkembangan
kalimat, dan instruksi sederhana penyakit, pusat komunikasi
g. Paranoid, delusi,
60

obsesi, (tahap demi tahap). Ulangi dalam otak terganggu


halusinasi, instruksi tersebut sesuai sehingga menghilangkan
konfabulasi, kebutuhan. kemampuan klien dalam
bingung/frustasi dan respons penerimaan pesan
terjadi perubahan dan percakapan secara
dalam respons 9) Berhenti sejenak diantara keseluruhan.
tingkah laku. kalimat/pertanyaan. Beri isyarat 9. Menimbulkan respons
Tingkah laku social tertentu, gunakan kalimat verbal, meningkatkan
yang tidak tepat. terbuka. pemahaman. Isyarat
Gangguan pola menstimulasi komunikasi,
tidur. 10) Dengarkan dengan penuh memberi pengalaman
h. Afek yang tidak perhatian pembicaraan klien. positif.
tepat. Interpretasi pertanyaan, arti dan 10. Mengarahkan perhatian dan
i. kata. Beri kata yang benar. penghargaan. Membantu
klien dengan alat bantu
j. proses kata dalam
11) Hindari kritikan, argumentasi, menurunkan frustasi.
dan konfrontasi negative. 11. Provokasi menurunkan
harga diri dan merupakan
61

12) Gunakan distraksi. Bicarakan ancaman yang mencetuskan


tentang kejadian yang sebenarnya agitasi yang tidak sesuai.
saat klien mengungkapkan ide
yang salah, jika tidak 12. Lamunan membantu dalam
meningkatkan kecemasan. meningkatkan disorientasi.
Orientasi pada realita
meningkatkan perasaan
realita klien, penghargaan
diri dan kemuliaan
(kebahagiaan) personal.

13) Hindari klien dari aktivitas dan


komunikasi yang dipaksakan.
13. Keterpaksaan menurunkan
keikutsertaan dan
meningkatkan curiga, delusi.
14. Tertawa membantu dalam
14) Gunakan hal yang humoris saat komunikasi dan
berinteraksi pada klien. meningkatkan kestabilan
emosi.
62

15) Fokuskan tingkah laku yang 15. Menguatkan tingkah laku


sesuai. Berikan penguatan positif. yang benar dan sesuai.
Gunakan sentuhan dengan Sentuhan secara teratur
bijaksana. Berikan perhatian bertujuan bertujuan
pada setiap respons individu. menggantikan ungkapan
verbal (penerimaan dan
16) Hormati klien dan evaluasi realita).
kebutuhan secara spesifik. 16. Klien dengan penurunan
kognitif pantas mendapatkan
penghormatan, penghargaan,
17) Berikan kesempatan untuk saling dan kebahagiaan.
memiliki dan dimiliki secara 17. Kekeluargaan meningkatkan
personal. keamanan, menurunkan
perasaan kehilangan atau
18) Izinkan untuk mengumpulkan deprivasi.
benda yang aman. 18. Memelihara keamanan dan
keseimbangan kehilangan.
19. Memotivasi klien dalam
cara yang menguatkan
63

19) Ciptakan aktivitas sederhana, kegunaannya dan


bermanfaat dan tidak bersifat kesenangan diri serta
kompetitif sesuai kemampuan merangsang realita.
klien. 20. Menurunkan defensive jika
klien menyadari
20) Bantu klien menemukan hal kesalahannya.
yang salah dalam Membantah klien tidak
penempatannya. Berikan label akan mengubah kepercayaan
gambar/hal yang dimiliki klien. dan menimbulkan
Jangan menentang. kemarahan.
21. Kurang tidur dapat
mengganggu proses pikir
dan kemampuan koping
klien.
21) Evaluasi pola tidur. Catat letargi, 22. Mengontrol agitasi,
peningkatan peka rangsang, halusinasi.
sering menguap, dan garis hitam - Meningkatkan kesadaran
di bawah mata. mental (perlu penelitian
Kolaborasi : lebih lanjut).
- Peningkatan metabolisme
64

(meningkatkan
22) Berikan obat sesuai indikasi : kemampuan otak untuk
metabolisme glukosa dan
- Antiseptikotik, seperti : penggunaan oksigen).
haloperidol (Haldol) Walaupun tidak
meningkatkan kognitif dan
memori.
- Vasodilator, seperti : siklandelat obat ini membuat klien
(cyclospasmol) lebih sadar,
kecemasan/depresi
- Ergoloid mesilat (hydergine LC). menurun. Merupakan
- Agen anksiolitik seperti : terapi demensia.
diazepam (valium), lorazepam -
(Librium), oksazepam (serax). Bermanfaat pada fase awal
dan fase sedang untuk
menghilangkan
kecemasan. Dapat
meningkatkan kekacauan
mental pada lansia.
- Tiamin. -
65

- Penelitian manfaat tiamin


pada fase awal penyakit
untuk memperlambat
berkembangnya gangguan
kognisi.

4. Perubahan Tujuan : komunikasi secara 1. Kembangkan lingkungan yang 1. Meningkatkan kenyamanan


persepsisensorik verbal , mengenal situasi. suportif dan hubungan perawat dan menurunkan kecemasan
berhubungan dengan klien terapeutik. pada klien.
: Kriteria hasil : 2. Meningkatkan koping dan
a) Pembatasan 2. Bantu klien untuk memahami menurunkan halusinasi.
lingkungan secara halusinasi.
a. Mengalami
terapeutik (isolasi, 3. Untuk membantu klien
penurunan halusinasi.
perawatan intensif, dalam memahami
b. Mengembangkan strategi
tirah baring). 3. Beri informasi tentang sifat halusinasi.
psikososial untuk
halusinasi, hubungannya dengan
b) Pembatasan
mengurangi stress atau stressor/pengalaman emosional
lingkungan
mengatur perilaku. yang traumatic, pengobatan, dan
social (institusional,
panti jompo), 4. Keterlibatan otak
c. Mendemontrasikan
stigma
66

(gangguan jiwa, respons yang sesuai cara mngatasi. memperlihatkan masalah


keterbelakangan stimulusi. 4. Kaji derajat sensori atau yang bersifat asimetris
mental). d. Perawat mampu gangguan persepsi dan bagaimana menyebabkan klien
c) Perubahan persepsi, mengidentifikasi faktor hal tersebut memengaruhi klien kehilangan kemampuan
transmisi dan/atau eksternal yang berperan termasuk penurunan penglihatan pasa salah satu sisi tubuh
integrasi sensori terhadap perubahan atau pendengaran. (gangguan unilateral).
(penyakit neurologis, kemampuan persepsi Klien tidak dapat
tidak berkomunikasi, sensori. 5. Ajarkan strategi untuk mengenali rasa lapar/haus,
gangguan tidur, mengurangi stress. penerima nyeri eksternal
nyeri). (dari luar).
d) Stress psikologis 6. Ajarkan untuk menggunakan 5. Untuk menurunkan
(penyempitan kacamata atau alat kebutuhan akan halusinasi.
pandangan perseptual bantupendengaran sesuai 6. Meningkatkan masukan
disebabkan keperluan. sensori,
kecemasan). membatasi/menurunkan
e) Gangguan kimiawi kesalahan
(endogen, eksogen). 7. Pertahankan hubungan orientasi interpretasi stimulasi.
realita dan lingkungan. Berikan 7. Menurunkan kekacauan
mental dan meningkatkan
67

Ditandai dengan : a. petunjuk pada orientasi realita koping terhadap frustasi


Perubahan dengan kalender, jam, catatan, karena sala persepsi dan
kemampuan pemecahan kartu, tanda khusus, music, disorientasi. Klien menjadi
masalah. ruangan berkode dengan warna kehilangan kemampuan
b. Perubahan respons tertentu, dan gambar. mengenali, memfasilitasi
terhadap stimulasi kesenjangan memori, dan
normal, seperti 8. Berikan lingkungan yang tenang meningkatkan kemandirian.
disorientasi spasial, dan tidak kacau jika diperlukan 8. Menghindari masukan
bingung, perubahan (music yang lembut, sensori penglihatan atau
perilaku, konsentrasi gambar/dinding cat sederhana). pendengaran yang
menurun. berlebihan dengan
c. Respons emosional mengutamakan kualitas
berlebihan, seperti yang tenang dan konsisten.
kecemasan, paranoid, 9. Berikan sentuhan dan perhatian. 9. Meningkatkan persepsi
apatis, gelisah, terhadap diri sendiri.
iritabilitas, depresi, 10. Berikan perhatian dalam 10. Meningkatkan perasaan
takut, marah, dan kenangan indah secara berkala nyaman yang memudahkan
(music dan cerita peristiwa yang adaptasi pada perubahan
halusinasi. menyenangkan, foto) lingkungan.
68

d. Ketidakmampuan 11. Ajak piknik sederhana, jalanjalan


mengatakan letak keliling rumah sakit. Pantau 11. Piknik menunjukan realita
bagian tubuh aktivitas. dan memberikan stimulasi
tertentu. sensori yang menurunkan
e. Perubahan dalam perasaan curiga dan
sensasi rasa.
halusinasi yang disebabkan
perasaan terkekang.
12. Tingkatkan keseimbangan fungsi
12. Menjaga mobiloitas (yang
fisiologis dengan menggunakan
dapat menurunkan risiko
bola rantai, tangan menari dengan
terjadinya atrofi otot atau
disertai music.
osteoporosis pada tulang).
13. Libatkan dalam aktivitas sesuai
indikasi dengan keadaan tertentu, 13. Memberikan kesempatan
terhadap stimulasi
seperti satu ke satu pengunjung, pertisipasi dengan orang
kelompok sosialisasi pada pusat lain dan dapat
mempertahankan beberapa
demensia, terapi okupasi.
tingkat dari interaksi social.
69

5. Perubahan pola tidur a. Memahami faktor 1. Jangan menganjurkan klien tidur 1. Irama sirkadian (siklus
berhubungan dengan : penyebab gangguan pola siang apabila berakibat efek tidur-bangun) yang
a) Perubahan tidur. negative terhadap tidur pada tersinkronisasi
lingkungan. b. Mampu menentukan malam hari. disebabkan oleh
b) Perubahan sensori. penyebab tidur tidur siang yang
c) Tekanan psikologis, inadekuat. 2. Evaluasi efek obat klien (steroid, singkat.
kerusakan c. Mampu memahami diuretic) yang mengganggu tidur. 2. Derangemnent psikis
neurologis. rencana khusus untuk terjadi bila terdapat
d) Perubahan pola menangani/mengoreksi penggunaan
aktivitas. penyebab tidur tidak kortikostiroid, termasuk
adekuat. perubahan mood,
Ditandai dengan : d. Mampu menciptakan 3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas insomnia.
pola tidur yang adekuat
a. Keluhan verbal waktu tidur malam dengan 3. Mengubah pola yang
dengan penurunan
tentang kesulitan kebiasaan klien (memberi susu sudah terbiasa dari
terhadap pikiran yang
asupan makan klien pada
tidur. melayang-layang hangat). malam hari terbukti
b. Gangguan tidur. menganggu tidur.
70

c. Perubahan tingkah (melamun). 4. Memberikan lingkungan yang 4. Hambatan kortikal pada


laku dan e. Tampak atau melaporkan nyaman untuk meningkatkan tidur formasi retikuler akan
penampilan dapat beristirahat yang (mematikan lampu, ventilasi berkurang selama tidur,
(meningkatnya cukup. ruang adekuat, suhu yang sesuai, meningkatkan respons
iritabilitas, gelisah, menghindari kebisingan). otomatik, karenanya
disorientasi. respons kardiovaskuler
Letargi, pasif) terhadap suara
d. Peka rangsang. meningkat selama tidur.
e. Terus menerus
terjaga/tidak bias 5. Buat jadwal intervensi untuk 5. Gangguan tidur terjadi
tidur, tidak mampu memungkinkan waktu tidur lebih dengan seringnya tidur
untuk menentukan lama (memeriksa tanda vital, dan mengganggu
kebutuhan/waktu mengubah posisi). pemulihan sehubungan
tidur. dengan gangguan
f. Tampak bayangan psikologis dan fisiologis,
lingkaran gelap di sehingga irama sirkadian
bawah mata, sering
menguap karena terganggu.
kantuk. 6. Berikan kesempatan untuk tidur 6. Aktivitas fisik dan
sejenak, anjurkan latihan saat mental yang lama
71

g. Perubahan postur siang hari, turunkan aktivitas mengakibatkan


tubuh. mental/fisik pada sore hari. kelelahan yang dapat
meningkatkan
kebingungan, aktivitas
yang terprogram tanpa
stimulasi berlebihan
meningkatkan waktu
tidur.
7. Hidari pengunggunaan 7. Risiko gangguan sensori,
“pengikatan” secara terus meningkatkan agitasi
menerus. dan menghambat waktu
intirahat.

8. Evaluasi tingkat stress/orientasi 8. Peningkatan

sesuai perkembangan hari demi kebingungan,

hari. disorientasi, tingkah laku


tidak kooperatif
(sindrom
sundowner)dapat
mengurangi tidur.
72

9. Buat jadwal tidur secara teratur. 9. Penguatan bahwa


Katakan pada klien bahwa saat ini saatnya tidur dan
adalah waktu untuk tidur. mempertahankan
kestabilan lingkungan.
Catatan : penundaan
waktu tidur diidentifikasi
agar klien membuang
kelebihan eenergi dan
memfasilitasi tidur.
10. Berikan makanan kecil sore hari, 10. Meningkatkan relaksasi
susu hangat, mandi, dan masase dengan perasaan
punggung. mengantuk.

11. Turunkan jumlah minuman sore 11. Menurunkan kebutuhan


hari. Lakukan berkemih sebelum akan bangun untuk
tidur. berkemih selama malam
hari.
73

12. Putarkan music yang lembut atau 12. Menurunkan stimulasi


“suara yang jernih”. sensori dengan
menghambat suara lain
dari lingkungan sekitar
yang akan menghambat
tidur.
- efektif menangani
13. Berikan obat sesuai indikasi : pseudodemensi atau

- Antidepresi, seperti : amitriptilin depresi, meningkatkan

(Elavil), doksepin (senequan), kemampuan untuk

trasolon (desyrel). depresi, meningkat


kemampuan untuk
tidur, tetapi
antikolinergik dapat
mencetuskan bingung,
memperburuk kognitif
dan efek samping
hipotensi ortostatik.
- Gunakan dengan
74

- - hemat, hipnotik dosis


Oksazepam (serax), triazolam rendah efektif
(halcion). mengatasi
insomnia/sindrom
sundowner.
Kontraindikasi karena
memengaruhi produksi
-
asetikolin yang sudah
Hindari penggunaan dihambat dalam otak
difenhidramin (benedryl). dengan DAT ini.

6. 6.Kurang perawatan diri Tujuan : Aktif dalam 1. Identifikasi kesulitan dalam 1. Memahami penyebab yang
berhubungan dengan : melakukan perawatan diri , berpakaian/perawatan diri, seperti memengaruhi intervensi.
Masalah dapat
a) Gangguan kemampuan Status kesehatan . keterbatasan gerak fisik, diminimalkan dengan
untuk pindah atau apatis/depresi, penurun kognitif menyesuaikan atau
memerlukan konsultasi
mobilitas. Kriteria Hasil : seperti apraksia.
dari ahli lain.
75

b) Intoleransi aktivitas, 2. Identifikasi kebutuhan kebersihan 2. Seiring perkembangan


menurunnya daya diri dan berikan bantuan sesuai penyakit, kebutuhan
tahan dan kekuatan. a. Mampu melakukan kebutuhan dengan perawatan kebersihan dasar
c) Penurunan kognitif, aktivitas perawatan diri rambut/kuku/kulit, bersihkan mungkin dilupakan.
keterbatasan fisik. sesuai dengan tingkat kacamata, dan gosok gigi. Panas (misal, infeksi,
d) Frustasi atas kemampuan. penyakit gusi,
kehilangan b. Mampu mengidentifikasi penampilan kusut)
kemandiriannya, dan menggunakan terjadi saat klien/perawat
depresi. sumber terintimidasi dengan

pribadi/komunitas yang memelihara masalah


Ditandai dengan : dapat memberikan yang ada.
Penurunan kemampuan bantuan. 3. Gabungkan kegiatan harian ke 3. Mempertahankan
melakukan aktivitas dalam jadwal aktivitas. Ubah kebutuhan rutin,
sehari-hari, seperti tidak
mampu untuk makan, waktu untuk berpakaian atau mencegah kebingungan
membersihkan bagian kebersihan klien jika masalah yang semakin memburuk
tubuh tertentu, mengatur dan meningkatkan
meningkat.
suhu air, gangguan
kemampuan untuk partisipasi klien.
4. Perhatikan adanya tanda – tanda 4. Kehilangan sensori dan
nonverbal yang fisiologis. penurunan fungsi bahasa
76

memakai/meninggalkan 5. Lakukan pengawasan dan berikan menyebabkan klien


pakaian, kesulitan dalam kesempatan untuk melakukan mengungkapkan
defekasi. sendiri sesuai kemampuan. kebutuhan perawatan diri
6. Beri banyak waktu untuk dengan cara nonverbal,
melakukan tugas. seperti terengah-engah.
Ingin berkemih dengan
7. Bantu mengenakan pakaian yang memegangi dirinya.
rapid an indah. 5. Mudah sekali terjadi
frustasi jika kehilangan
8. Usahakan melakukan satu kemandirian.
kegiatan setiap waktu. Bicarakan 6. Pekerjaan yang tadinya
setiap satu tahap tersebut saat mudah sekarang menjadi
waktu yang berbeda pula. terhambat karena
penurunan motoric dan
perubahan kognitif.
9. Anjurkan tidur menggunakan 7. Meningkatkan
kaos kaki atau pakaian tertentu. kepercayaan untuk
hidup.
77

8. Aktivitas sederhana
menurunkan frustasi dan
putus asa. Pengarahan
menurunkan otonomi.
9. Memberikan keamanan,
mengubah, mengurangi
pemberontakan dan
memudahkan
beristirahat.

7. 7.Resiko tinggi terhadap Tujuan : Mengetahui status 1. Beri dukungan untuk 1. Motivasi terjadi saat
perubahan nutrisi : lebih nutrisi , Berat badan terkontrol penurunan berat badan. klien mengidentifikasi
dari kebutuhan tubuh Kriteria hasil : kebutuhan berarti.
berhubungan dengan : 2. Awasi berat badan setiap 2. Memberikan

a) Mengubah pola asupan mianggu. umpan


a) Perubahan sensori. yang bener. 3. Kaji pengetahuan klien/keluarga balik/penghargaan.
mengenai kebutuhan makanan. 3. Identifikasi kebutuhan
b) Kerusakan b) Mendapatkan diet nutrisi
untuk membantu
perencanaan
78

penilaian dan yang seimbang. pendidikan.


koordinasi c) Mempertahankan/mendapat 4. Tentukan jumlah latihan yang 4. Masukan nutrisi perlu
c) Agitasi. kembali berat badan yang klien lakukan. untuk memenuhi
d) Mudah sesuai. kebutuhan kalori.
lupa, kemunduran d) Ikut serta dalam aktivitas 5. Usahakan/berikan bantuan 5. Klien tidak mampu
hobi.
yang mempermudah koping dalam memilih menu. menentukan pilihan
adaptif. kebutuhan nutrisi.
6. Beri privasi saat kebiasaan 6. Ketidakmampuan
makan menjadi masalah. Terima menerima dan
keadaan klien makan dengan hambatan social dari
kebiasaan makan
tangan, dan sedikit kreasi. berkembang seiring
Catatan : hindari pemisahan berkembangnya
penyakit. Pengakuan
klien dari orang lain.
dapat menjaga harga
diri, menurunkan
frustasi. Pemisahan
menyebabkan perasaan
kacau dan menolak
79

dapat mengurangi
7. Berikan makanan kecil setiap masukan makanan.
jam sesuai kebutuhan. 7. Makan makanan kecil
meningkatkan masukan
8. Berikan waktu yang leluasa yang sesuai.
untuk makan. 8. Pendekatan yang santai
membantu pencernaan
makanan.
9. Lakukan langkah makan
sederhana. Antisipasi 9. Meningkatkan otoritas
kebutuhan, buatkan makanan dan kemandirian.
yang dipotong-potong, berikan Menurunkan risisko
makanan lunak. marah/frustasi atas
10. Letakkan bagian makanan pada kehilangan
kantong kertas untuk klien yang kemampuannya.
bepergian/jalan.
11. Hindari makanan yang terlalu 10. Membawa makanan
panas.. dapat mendorong klien
untuk memakannya.
80

11. Makanan panas


12. Berikan stimulasi reflex hisapan mengakibatkan mulut
mulut dengan menekan terbakar atau menolak
dagu secara berhati- untuk makan.
hati/menstimulasi mulut dengan 12. Seiring perkembangan
sendok. penyakit, klien menolak
untuk makan.
Mentimulasi reflex
dapat meningkatkan
pemasukan makanan.

13. Bantuan diperlukan


Kolaborasi : untuk mengembangkan
13. Rujuk atau konsultasikan keseimbangan diet dan
menemukan
dengan ahli gizi.
kebituhan/makanan
yang disukai.
81

8. Perubahan pola eliminasi Mampu menciptakan eliminasi 1. Kaji pola sebelumnya dan 1. Memberikan informasi
urinarius atau yang adekuat/sesuai. bandingkan dengan pola yang mengenai perubahan
konstipasi/inkontinensia sekarang. yang selanjutnya perlu
berhubungan dengan : pengkajian/intervensi.
a) Disorientasi. 2. Letakkan tempat tidur dekat 2. Meningkatkan
b) Kehilangan fungsi dengan kamar mandi jika orientasi/penemuan
neurologis/tonus otot. memungkinkan, buatkan kamar mandi.
c) Ketidakmampuan tanda/pintu khusus. Berikan Inkontinensia disertai
untuk menentukan cahaya yang cukup. ketidakmampuan untuk
letak kamar menemukan tempat
mandi/mengenali berkemih/defekasi.
kebutuhan. 3. Berikan kesempatan toileting 3. Ketaatan pada jadwal
d) Perubahan diet atau dengan interval waktu teratur. harian dan teratur
pemasukan makanan. Biarkan melakukan sendiri mencegah cedera.
Ditandai dengan : tahap pertahap pada waktu
a. Nokturia. tertentu. Gunakan penguatan
b. Tingkah laku toileting positif.
tidak sesuai. 4. Buat program latihan 4. Menstimulasi kesadaran
defekasi/kandung kemih. klien, meningkatan
Tingkatkan partisipasi klien pengaturan fungsi
82

c. Defekasi/berkemih sesuai tingkat kemampuannya. tubuh, dan membantu


tidak dapat ditahan, menghindari
konstipasi/inkontinen
sia. kecelakaan.
5. Anjurkan minum adekuat selama 5. Menurunkan risiko
siang hari (minimal 2 liter sesuai konstipasi/dehidrasi.
toleransi), diet tinggi serat dan Pembatasan minum
sari buah. Batasi minum saat pada sore menjelang
menjelang malam dan waktu malam hari
tidur. menurunkan seringnya
berkemih/inkontinensia
selama malam hari.
6. Hindari perasaan yang di 6. Hal yang terburu-buru
buruburu. dapat diterima sebagai
instruksi yang
menimbulkan keadaan
marah dan tidak
kooperatif dengan
aktivitas.
7. Sadari adanya tanda nonverbal, 7. Menunjukan dorongan,
83

seperti gelisah, memegang diri tidak ada perhatian


sendiri, atau membuka-buka terhadap tanda tersebut,
baju. dan tidak mampu
menentukan letak
kamar mandi.
8. Sampaikan penerimaan ketika 8. Penerimaan merupakan
terjadi inkontinensia. Lakukan hal penting untuk
perubahan dengan segera. menurunkan
Berikan perawatan kulit dengan kebingungan dan
baik. perasaan putus asa yang
terjadi selama proses
perubahan tersebut.
Menurunkan risiko
iritasi kulit.
9. Pantau penampilan/warna urine, 9. Pendeteksian suatu
catat konsistensi dari feses. perubahan memberikan
kesempatan untuk
mengubah intervensi,
mencegah
84

komplikasi/penanganan
sesuai dengan
kebutuhan.

10. Untuk memfasilitasi /


Kolaborasi :
menstimulasi defekasi
10. Berikan obat pelunak feses, yang teratur.
metamacil, gliserin supositoria
sesuai indikasi.

9. 9.Ketidakefektifan koping a) Mampu 1. Bantu keluarga mengungkapkan 1. Keluarga dengan


keluarga : menurun atau mengidentifikasi/mengung persepsinya tentang mekanisme keterbatasan
tidak mampu berhubungan kapkan sendiri untuk koping yang digunakan. pemahaman tentang
dengan : mengatasi keadaan. starategi koping
a) Tingkah laku klien b) Mampu menerima kondisi memelurkan informasi
yang tidak menentu orang yang dicintai dan akibat konflik.
(terganggu). mendemontrasikan tingkah 2. Libatkan keluarga dalam 2. Memudahkan beban
b) Keluarga berduka laku koping positif dalam pendidikan dan perencanaan terhadap penanganan
karena mengatasi keadaan. perawatan dirumah. dan adaptasi dirumah.
ketidakberdayaan
c) Menggunakan system 3. Fokuskan pada masalah spesifik 3. Penurunan
penyakit
85

menjaga orang yang pendukung yang ada secara sesuai dengan yang terjadi pada mengikuti
dicintai. efektif. klien. perkembangan yang
c) Perkembangan tidak menentu.
penyakit. 4. Buat prioritas. 4. Membantu
d) Hubungan keluarga membuat pesan,
sangat ambivalen. memfasilitasi
5. Realitas dan tulus dalam pemecahan masalah.
Ditandai dengan : mengatasi semua permasalahan 5. Menurunkan
a. Keluarga menjadi . stress yang
malu dan imobilisasi 6. Diskusikan secara kontinu menyelimuti
secara social. kemampuan keluarga dalam harapan yang keliru.
b. Pemeliharaan rumah merawat klien dirumah. 6. Tingkah laku seperti
menjadi sangat rapuh pendiam, penurut,
dan mengarah pada
satu kesulitan kurang adil, marah
menemukan keputusan dapat mencetuskan
mengenai kemarahan keluarga
pertimbangan
dan mengurangi
kemampuan
7. Bantu keluarga memberikan perawatan
86

memahami efektif.
7. Tingkah laku yang
87

legal/finansial. pentingnya mempertahankan terhalang, tuntutan


fungsi psikososial. perawatan tinggi
menimbulkan keluarga
menarik diri dari
pergaulan.

8. Berikan waktu/dengarkan 8. Keluarga memelurkan


yang menjadi keluhan dukungan dengan
kecemasannya. berbagai masalah yang
dihadapi akan
hal
meningkat selama
atau
mengatasi penyakit,
untuk memudahkan
adaptasi.
9. Diskusikan adanya 9. Kepercayaan bahwa
keluarga dapat
Berikan penguatan kebutuhan
menemukan kebutuhan
terhadap system dukungan. klien mengkatkan
risiko penyakit
isolasi
.
88

fisik/mental.
10. Berikan umpan balik positif 10. Memberikan
terhadap setiap usaha yang keyakinan individu
dilakukannya. bahwa mereka
melakukannya dengan
. cara terbaik.
11. Anjurkan untuk tidak membatasi 11. Kontak kekeluargaan
pengunjung. merupakan dasar dari
realitas, terbatas dari
kesepian.
12. Dukung hal yang perlu 12. Dukungan diperlukan
dihasilkan dengan pertimbangan dalam pengambilan
untuk menempatkannya dalam keputusan yang dapat
fasilitas perawatan khusus. menentukan batas
kemampuan finansial
dengan baik.

Kolaborasi :
13. Rujuk pada sumber pendukung 13. Memberikan tanggung
89

seperti : perawatan lansia, jawab pada tempat


pelayananan dirumah, berhubungan perawatan, mengurangi
dengan asosiasi penyakit demensia. kejenuhan dan risiko
terjadinya isolasi social
dan mencegah kemarahan
keluarga.
90

6. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke
status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan.Prinsip
tindakan keperawatan pada Demensia menurut (Nugroho, 2008) : a.
Bina hubungan saling percaya.
b. Ciptakan lingkungan yang terpeutik, tenang, tidak berisik, sejuk,
aman, warna dinding teduh.
c. Ciptakan rasa mampu dan penting pada klien.
d. Reorientasi pada waktu, tempat, dan orang (orientasi realita).
e. Beri perhatian yang cukup, termasuk kebutuhan dasar.
f. Konsisten menepati janji, empati, dan jujur.
g. Waktu kontak dengan pasien singkat tapi sering.
h. Tidak mendukung dan menolak atau menyangkal waham dan
halusinasi, bila ada.
i. Beri motivasi untuk merawat diri.
j. Beri penguatan positif atas perilaku pasien yang sesuai realitas.
k. Edukasi dan informasi tentang demensia terhadap pasien dan
perawat/pemberi asuhan.
l. Perlakukan pasien sebagai individu.
m. Perhatikan hal yang berhubungan dengan medikolegal.
n. Gunakan faktor yang meningkatkan komunikasi, antara lain :
1) Bicara tenang, jelas, kontak mata.
2) Ulangi secara singkat.
3) Gunakan metode klarifikasi, focus, dan validasi.
4) Gunakan metode sentuhan.
5) Alternative komunikasi.
91

7. EVALUASI
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien kearah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar
berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam
kehidupan sehari hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan sumber
eksternal.
Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :
a. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
b. Mematuhi program perawatan diri
c. Tidak mengalami komplikasi
92

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada BAB ini disampaikan satu kasus pada lansia dengan Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny. C dengan Demensia yang
bertempat tinggal di Panti Sosial Tresna Wreda Budhi Dharma 2 Cengkareng
Jakarta Barat. Untuk melengkapi data, penulis mengadakan pengambilan data
dengan memperoleh informasi melalui wawancara secara langsung dan tidak
langsung dari klien (Ny. C) dan petugas kesehatan, Observasi, Pemeriksaan Fisik.

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny. C dengan Demensia yang mulai
dilakukan pada tanggal 02 - 06 Mei 2016. Dalam memberikan asuan
keperawatanpemenuhan kebutuhan pada lansia, pendekatan yang dilakukan adalah
proses keperawatan yang meliputi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam melaksanakan
asuhan keperawatan lansia. Dari hasil pengumpulan data pada lansia diperoleh
data-data sebagai berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Pasien bernama Ny. C berasal dari Surabaya, Ny. J tidak mengingat tanggal
lahirnya, berjenis kelamin perempuan, beragama budha, klien tidak
bersekolah, status perkawinan janda, orang yang dapat dihubungi adalah
anak laki-lakinya yang pertama dan anak perempuannya, suku bangsa
berasal dari jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia dan jawa. Klien tidak mengingat alamat rumahnya. Klien tinggal
di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengakareng Jakarta Barat
sudah ± 1 tahun namun klien tidak mengingat sejak kapan.
93

2. Riwayat Keluarga
Klien pernah menikah namun suaminya menikah lagi dan klien tidak ingin
mengingat suaminya lagi karena telah menyakiti perasaanya. Dari hasil
pernikahan dengan suaminya klien mempunyai 5 orang anak kandung (3
laki-laki, 2 perempuan), Orangtua sudah meninggal.
3. Riwayat Pekerjaan
Klien saat ini tidak bekerja, sebelumnya klien bekerja sebagai wirausaha
bikin keset dan handuk, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari klien
memperoleh pendapatan dari hasil kerjanya itupun ditambah dari suaminya
sebelum suaminya menikah lagi. Semenjak klien tinggal di Panti Sosial
Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengakareng Jakarta Barat anak-anaknya
tidak pernah datang untuk menjenguk Ny. C.
4. Riwayat lingkungan tinggal
Dahulu klien tinggal di Karang Anyar dan memiliki rumah sendiri, klien
tinggal dirumah dengan suami dan 5 anaknya. Klien merupakan orang yang
terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapi baik dikeluarga maupun
dengan lingkungan. Sekarang klien tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha
Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat di Wisma Jeruk kamar Jeruk
Lemon yang terdiri dari 30 orang, barang-barang disimpan oleh pengurus
Panti Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat.
5. Riwayat rekreasi
Klien tidak memiliki hobi yang khusus namun senang melakukan olahraga
atau jalan sehat, tidak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi apapun karena
tidak pernah sekolah. Jika libur klien hanya diam di rumah atau dikamar
saja.
6. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini, klien tidak merasa dirinya sedang sakit. Klien hanya
merasa sudah tua dan sering kesulitan untuk mengingat. Klien tidak
mengetahui tentang penyakitnya saat ini, klien juga tidak pernah
mengkonsumsi obat – obatan.

b. Riwayat kesehatan yang lalu


94

Klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun klien juga mengatakan


tidak pernah dirawar dirumah sakit
c. Riwayat penyakit keluarga
Klien tidak mengetahui keluarga memiliki riwayat penyakit atau tidak

7. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. Klien makan sehari 3x dengan 1 porsi, namun apabila klien tidak nafsu
makan hanya menghabiskan ½ porsi. Klien tidak mengkonsumsi atau
membeli makanan dari luar, klien hanya makan yang disediakan di
panti. Masalah yang mempengaruhi asupan makanan klien tidak ada
tetapi kadang klien tidak nafsu makan. Selama berada di panti klien
tidak tahu berat badannya naik atau turun karena tidak pernah
menimbang berat badan namun diperkirakan 50kg.
b. Personal hygiene
Klien mandi 2x sehari namun terkadang tidak menggunakan sabun,
mencuci rambut 2x sehari namun tidak pernah menggunakan shampo
karena sering lupa, kuku klien tidak panjang, mulut bersih sedikit bau
tidak ada sariawan, turgor kulit kering dan ada bintik-bintik hitam. Klien
terlihat rapih dan bersih namun badan sedikit bau karena terkadang
mandi tidak menggunakan sabun dan tidak pernah mencuci tangan
sebelum makan maupun sesudah makan. Tetapi klien sering merapihkan
tempat tidurnya.
c. Aktivitas atau istirahat
Klien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan,
mandi, mencuci pakaian. Klien mampu mengikuti kegiatan beribadah.
Klin tidak menggunakan alat bantu/protesa selama berada di panti. Klien
sulit tidur pada siang hari karena tidak nyaman dengan kamar yang
berisik. Tidur siang hanya dapat ± 1-2 jam, jika tidak dapat tidur klien
lebih banyak jalan-jalan dan melamun.

d. Eliminasi
95

Klien Buang Air Kecil ± 4x sehari dan Buang Air Besar biasanya 2x
sehari. Tidak ada kseulitan atau masalah pada eliminasi
e. Oksigenasi
Pola nafas klien normal, frekuensi nafas 20x/menit, klien tidak memiliki
keluhan batuk, pilek, sesak dll. Klien tidak memiliki riwayat alergi obat
dan makanan.
f. Spritual
Hubungan klien dengan Tuhan Penciptanya, klien rutin melakukan
ibadah selama di panti setiap Rabu dan Kamis, klien mengikuti
ibadah di Aula panti.

8. Tinjauan system
a. Kondisi dari system tubuh yang ada
Terjadi gangguan pada orientasi waktu, orang dan tempat.
b. Masalah gangguan pada system tubuh
Terjadi kerusakan memori
c. Penggunaan protesa
Klien tidak menggunakan alat bantu untuk beraktivitas

2. Pengkajian psikologis
a. Proses pikir (lupa,bingung,pikun,curiga)
Saat ditanya pada kejadian dahulu klien tidak mampu mengingatnya
dengan baik. Kejadian yang ± 1 jam klien juga tidak mampu menginat
dengan baik
b. Gangguan perasaan (depresi,wajah tanpa ekspresi, kelelahan, acuh tak
acuh, mudah tersinggung)
Saat diwawancara klien menunjukan wajah senang, klien terlihat sering
melamun, terkadang klien aktif mengajak teman
sebelahnya berkomunikasi.
c. Komunikasi (penggunaan protesa, kesulitan dalam komunikasi, putus
asa dll)
96

Klien terlihat tidak ada kesulitan dalam komunikasi, lancar


menggunakan bahasa indonesia
d. Orientasi (tempat, waktu dll)
Klien mengalami disorientasi waktu, orang dan tempat. Klien tidak
mampu mengingat sekarang berada dimana, jamberapa, hariapa dan
dengan siapa saja.
e. Sikap klien terhadap lansia
Klien berhubungan baik dengan lansia lainnya, hanya saja klien sedikit
mengabaikan lansia lainnya apabila ada keributan. Klien dapat
menerima kondisinya yang sudah menua.
f. Mekanisme koping terhadap masalah yang ada
Jika ada masalah klien selalu menceritakan kepada orang lain. Dan klien
tidak ingin ngambil pusing kalau ada masalah

3. Pengkajian sosial ekonomi


a. Latar belakang klien
Klien dahulu seorang ibu rumah tangga memiliki suami dan anak-anak.
Suami klien dulu bekerja sebagai karyawan swasta. Namun suaminya
kini menikah lagi dan kini klien tidak mampu/tidak ingin mengingat
suaminya lagi. Klien mempunyai rumah sendiri diKarangAnyar Jawa
Tengah. Klien saat ini tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat sekitar ± 1 tahun diantar oleh
anaknya
b. Frekuensi hubungan sehari-hari
1) Dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarganya saat ini kurang baik karena
sejak klien diantar kepanti tidak ada pernah dijenguk oleh anak
kandungnya keluarga klien sudah meninggal (orangtua)

2) Dengan masyarakat
97

Hubungan klien dengan masyarakat baik, tetapi klien sering


melamun
3) Aktivitas klien dipanti
Klien tidak mengikuti kegiatan dipanti karena dikamar selalu
terkunci apabila dibuka dan klien dibiarkan beraktivitas nanti akan
kabur dan ingat kembali jalaln ke wisma

4. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital
1. Kedaan umum : Keadaan umum klien baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tekanan darah : 110/70 mmHg
4. Penafasan : 20x/menit
5. Suhu : 36,5ºC
6. Tinggi badan : ± 149 cm
7. Berat badan : ± 50 kg
b. Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
1) Kepala
a) Rambut : Bersih, pendek berwarna sebagian putih, tidak
rontok, tidak ada benjolan.
b) Mata : Simetris, pupil anisokor, konjungtiva ananemis, sklera
Anikterik, terlihat cekung dan adanya kantung mata.
c) Hidung : Bersih, tidak ada polip, penciuman baik, tidak ada
Pembesaran sinus
d) Telinga : Sedikit kotor, tidak ada gangguan pendengaran,
tidakada cairan

b. Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,Tidak


ada pembesaran vena jugularis

c. Dada/Thorax
98

i. Dada : Simetris antara dada kanan dan dada kiri tidak


adakelainan
ii. Paru-paru : Suara nafas vaskuler, irama reguler
iii. Jantung : Normal, tidak ada bunyi mur-mur, tidak ada
bunyiGallop suara jantung 1 dan 2 normal

d. Abdomen : Lunak, terdengar suara timpani, tidak ada distensi,

Hepar tidak teraba, bising usus 8x/menit

e. Muskuloskletal : Tidak ada tanda-tanda gangguan otot atau m


kelemahan otot. Kekuatan otot 5555 5555

555 5555
5
f. Lain-lain
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada edema, score MMSE = 18
g. Keadaan lingkungan
Kamar klien sedikit kurang rapih dan wangi, tercium bau, terlihat
kurang nyaman
h. Status Mini Mental/MMSE
Nama Pasien : Ny. C
Tgl. Lahir :-
Tgl Pemeriksaan : - Pendidikan
:-
1. Orientasi
(jawab pertanyaan 1-10) : 1. Tanggal :0
2. Hari :0
3. Bulan :0
4. Tahun :0
5. Musim :0
6. Ruangan : 0
7. Rumah sakit : 0
8. Kota :1
99

9. Provinsi :1
10. Negara :1

II. Registrasi
11. Bola : 1
(Mengingat 3 kata : 11-13)
12. Melati : 1

13. Kursi : 1

III. Atensi/Kalkulasi

(Serial 100-7 atau sebut

Urutan huruf dari belakang) 14. 93 atau U√ :1

15. 86 Y :0
16. 79 H√ :1
17. 72 A√ :1
18. 65 W :0

IV. Rekol (Memori)

(mengingat kembali 11-13) 19. Bola : 1

20.Melati : 1

21. Kursi : 0

V. Bahasa- Penyebutan 22. Jam Tangan :1

23. Pensil :1

- Pengulangan 24. Namun, tanpa

dan bila :1
100

- Pengertian Verbal 25.


Ambil kertas ini dengan
tangan kanan : 1

(perintah kalimat 25-27) 26. Lipatlah menjadi 2


dan : 1

27. Letakkan dilantai : 1

- Membaca + pengertian

Bahasa tulisan 28. Tutup mata anda : 1

- Menulis 29. (tulis kalimat lengkap) : 1

Total skor : (18)

5. Informasi Penunjang

a. Diagnosa Medis : Demensia Alzheimer


b. Laboratorium : Tidak Ada
c. Terapi Medis : Tidak Ada

3. Resume pengkajian

Klien mengatakan datang ke panti di antar oleh anaknya sekitar ± 5


bulan yang lalu namun klien tidak dapat mengingat pada tanggal dan bulan
apa diantar kepanti dan sampai saat ini klien tidak pernah menjenguk oleh
dikunjungi oleh anaknya atau yang lainnya. Klien mengatakan ingin
diantarkan kepanti karena dia sudah tidak kuat dengan suaminya yang
menikah lagi dan mengambil semua hartanya dan kalien merasa sudah tua.
Klien tidak merasakan sakit atau tidak punya keluhan apapun. Dilakukan
pemeriksaan fisik TD : 110/70 mmHg , Nadi : 80x/menit , RR : 20x/menit
Suhu : 36ºC
101

1. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
102

- Klien mengatakan sudah tua dan sudah - Klien tampak mudah lupa
tidak mengingat umur, tempat, tanggal - Klien tampak sering mengulang
lahir, alamat rumah, jamberapa, hari pertanyaan
apa, sedang dimana, suka mondar- - Klien tidak mengenal waktu,
mandir, kadang melamun tempat dan orang (disorientasi
waktu)
- Score MMSE : 18
- Perubahan respons terhadap
- Klien mengatakan makanan habis 1 stimulasi normal seperti lupa,
porsi setiap makan, kadang ½ porsi bingung
- Antropometri : TB : ± 149 cm,
BB : ± 50 Kg IMT : 22,5 (18,5-
24,9),
BBI : 41,65 (41,65-56,35 kg).
- Biochemical Data : tidak ada
- Clinical Sign
a) Rambut : Bersih, pendek,
berwarna sebagian putih, tidak
rontok, tidak ada benjolan,
sedikit bau.
b) Mata : simetris, pupil isokor,
konjungtiva ananemis,
adanya kantong mata
c) Mukosa mulut lembab, turgor
kulit tidak elastis
d) Abdomen : lunak, terdengar
bising usus, hepar tidak teraba,
tidak ada distensi abdomen
- Diit : Tidak ada pantangan

makanan dan diit


103

- Klien mengatakan terkadang sulit - Mata terlihat cekung


tidur pada malam hari dan siang hari - Adanya kantong mata
tidur hanya ± 1-2 jam/hari kamar bau - Terlihat lesu
dan tidak nyaman. Dan juga sering - Klien sering terlihat tidur pada
kebangun pada malam hari dan tidak siang hari
bisa tidur lagi
- Klien mengatakan mandi 2x sehari
namun terkadang tidak menggunakan
- Klien terlihat rapih dan bersih
sabun, rambut di keramas 2x sehari
tidak menggunakan shampoo karena namun badan masih tercium bau
sering lupa. karena mandi terkadang tidak
menggunakan sabun.
- Kuku klien tidak panjang, mulut
bersih, tidak ada sariawan
- Klien tercium tangan bau amis
setiap makan tidak pernah
mencuci tangan, cuci tangan
tidak pernah menggunakan sabun

- Kamar terlihat kotor lantai terlihar


ada kerak dan bau

2. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan Etiologi
104

Ds : Perubahan Pola Fikir Kehilangan memori ingatan


- Klien mengatakan sudah tua dan
sudah tidak mengingat identitas
sendiri, hari apa, tanggal berapa,
sedang apa.
Do :
- Terlihat serimg lupa
- Sering mengulang pertanyaan -
Tidak mengenal waktu, tempat
dan sekitarnya
- Score MMSE 18
- Perubahan yang terjadi lupa dan
bingung

Ds : Resiko Perubahan Nutrisi Intake yang tidak adekuat


- Klien mengatakan jika lagi malas
makan hanya menghabiskan
makanannya ½ porsi, jika lagi
nafsu makan bisa menghabiskan
1 porsi setiap makan Do :
- Klien tampak menghabiskan 1
porsi makanannya
- Klien tampak
mengunyah makanan
sangat lambat
- TB : ± 149 cm BB : ± 50 kg
- IMT : 22,5 (18,5-24,9)
- BBI : 41,65 (41,65-56,35)
- Hasil LAB tidak ada
105

- Rambut : Bersih, tidak ada


rontok
- Mata : Simetris, Pupil isokor
- Mukosa mulut lembab, turgor
kulit tidak elastis
- Abdomen : Lunak, tidak ada
distensi abdomen, bising usus
8x/menit
- Tidak ada pantangan makanan
dan diit

Ds : Perubahan Pola Tidur Perubahan Lingkungan


- Klien mengatakan sulit tidur
pada malam hari hari dan siang
hari tidur hanya ± 1-2 jam/hari
karena kamar berisik dan
mengganggu kenyamanan
Do :
- Klien tampak tertidur di siang
hari ± 1-2 jam/hari
- Klien tampak setelah bangun
tidur selalu melamun dan
menyendiri
Ds : Kurang perawatan diri Penurunan kognitif
- Klien mengatakan mandi
2x sehari namun terkadang tidak
menggunakan sabun, rambut di
cuci 2x sehari tidak pernah
menggunakan sampo karena
sering lupa. Tidak pernah
menggosok gigi Do :
- Klien terlihat rapih dan
bersih
106

namun badan masih tercium bau


karena mandi terkadang tidak
menggunakan sabun.
- Kuku klien tidak panjang, mulut
bersih, tidak ada sariawan
- Klien tercium tangan bau amis
setiap makan tidak pernah
mencuci tangan, cuci tangan
tidak pernah menggunakan
sabun
- Kamar terlihat kotor lantai
terlihar ada kerak dan bau

3. Diagnosa keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal teratasi
ditemukan

1. Perubahan proses pikir 03 Mei 2017 06 Mei 2017


berhubungan dengan kehilangan
memori/ingatan yang ditandai
dengan :
Ds :
Klien mengatakan sudah tua,
tidah tahu identitas diri, lupa
umur, tanggal lahir, tempat, hari
apa, sedang dimana, senang
menyendiri/melamun.
Do :
- Terlihat Sering mudah lupa,
- Sering mengulang pertanyaan,
- Tidak mengenal waktu, tempat,
107

dan orang yang ada di dekatnya


(disorientasi waktu),
- Score MMSE : 18
Perubahan respons terhadap
stimulasi normal seperti lupa
dan bingung
108

2. Resiko perubahan 03 Mei 2017 06 Mei 2017


nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak
adekuat. Ditandai dengan Ds :
Klien mengatakan makan
kadang habis 1 porsi, jika tidak
nafsu makan hanya
menghabiskan ½ porsi setiap
makan Do :
- Antropometri : TB : ±149 cm,
BB : ± 5- kg, IMT : 22,5 (18,5-
24,9), BBI : 41,65
(41,65-56,35) kg.
- Biochemical data : tidak ada
hasil LAB
- Clinical Sign :
- Rambut : bersih, pendek
berwarna putih, tidak ada
rontok, tidak ada benjolan,
sedikit bau,
Mata : simetris, pupil isokor,
konjungtiva an-anemis, sclera
an-ikterik, terlihat cekung dan
adanya kantung mata, terlihat
lesu,
109

Mukosa mulut lembab, turgor


kulit tidak elastis,
Abdomen : Lunak, tidak ada
distensi, hepar tidak teraba,
- Dietrory history :Tidak ada
pantangan makanan.

3. Perubahan pola tidur 03 Mei 2017 06 Mei 2017


berhubungan dengan
perubahan lingkungan ditandai
dengan Ds :
Klien mengatakan sulit tidur
pada malam hari hari dan siang
hari tidur hanya ± 1-2 jam/hari
karena kamar berisik dan
mengganggu kenyamanan.
Do :
- Klien tampak tertidur di siang
hari ± 1-2 jam/hari
- Klien tampak setelah bangun
tidur selalu
melamun/menyendiri

4. Kurang perawatan 03 Mei 2017


diri berhubungan dengan
perubahan kognitif Ds :
- Klien mengatakan mandi 2x
sehari namun terkadang tidak
menggunakan sabun, rambut
di cuci 2x sehari tidak pernah
menggunakan sampo karena
sering lupa. Tidak pernah
menggosok gigi
110

Do :
- Klien terlihat rapih dan bersih
namun badan masih tercium
bau karena mandi terkadang
tidak menggunakan sabun.
- Kuku klien tidak panjang,
mulut bersih, tidak ada
sariawan
- Klien tercium tangan bau amis
setiap makan tidak pernah
mencuci tangan, cuci tangan
tidak pernah menggunakan
sabun
- Kamar terlihat kotor lantai
terlihar ada kerak dan bau
111

4. PERENCANAAN
KEPERAWATAN
No. Diagnose Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan proses pikir Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan proses pola 1. Untuk mengetahui keadaan
berhubungan dengan kehilangan keperawatan kepada Ny. C pikir klien dengan proses pikir klien menurun atau
memori/ingatan yang selama 3x24 jam, menanyakan hari dan jam. meningkat.
ditandai dengan : diharapkan klien mampu
Ds : mengenali perubahan 2. Lakukan pendekatan pada 2. Membina hubungan terapeutik.
Klien mengatakan sudah tua dan dalam berpikir. Dengan klien secara verbal.
sudah lupa umur, tempat tanggal kriteria hasil : 3. Lakukan review 3. Untuk membantu kemampuan
lahir, alamat rumah, jam berapa, 1. Klien mampu angka/huruf. kognitif klien.
hari apa, dan sedang dimana, mempertahankan
senang menyendiri dan melamun. fungsi ingatan
Do : 2. Menunjukan orientasi 4. Perkenalkan nama perawat 4. Mengasah daya ingat klien.
a) Terlihat Sering mudah lupa, optimal terhadap yang ada dan mengevaluasi
b) Sering mengulang waktu, tempat, dan setiap harinya.
pertanyaan, orang. 5. Berikan isyarat lingkungan, 5. Meningkatkan orientasi terhadap
c) Tidak mengenal waktu, waktu, dan tempat. waktu, tempat dan lingkungan.
tempat, dan orang yang ada di 6. Mengasah daya ingat jangka
dekatnya (disorientasi waktu), 6. Lakukan brain gym. pendek.
d) Score MMSE : 18
e) Perubahan respons terhadap
stimulasi normal, seperti;
disorientasi spasial, bingung.
2. Resiko perubahan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan. 1. Untuk megetahui adanya alergi
dari kebutuhan tubuh keperawatan kepeda Ny. C atau tidak.
berhubungan dengan intake yang selama 3x24 jam 2. Monitor adanya penurunan 2. Untuk mengetahui adanya
112

tidak adekuat. Ditandai dengan : diharapkan kebutuhan BB. penurunan BB atau tidak.
Ds :Klien mengatakan makan nutrisi terpenuhi.
113

kadang habis 1 porsi, jika tidak Dengan kriteria hasil : 3. Monitor adanya tanda – 3. Untuk melihat keadaan klien.
nafsu makan hanya menghabiskan 1. BB klien tetap dalam tanda kekurangan nutrisi.
½ porsi setiap makan Do : batas normal. 4. Monitor intake nutrisi klien. 4. Untuk mengetahui
- Antropometri : TB : ±149 cm, 2. Napsu makan klien perkembangan napsu makan
BB : ±45 kg, IMT : 22,5 bertambah. klien.
(18,5-24,9), BBI : 41,6556,35 5. Beri informasi pada klien 5. Agar klien mengetahui
kg. pentingnya nutrisi. pentingnya nutrisi untuk tubuh.
- Biochemical data : tidak ada
hasil lab 6. Anjurkan pada klien untuk 6. Agar asupan nutrisi
memenuhi kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
- Clinical Sign :
dengan menghabiskan makan
a) Rambut : bersih, pendek
porsinya.
berwarna putih, tidak ada
rontok, tidak ada benjolan,
sedikit bau,
b) Mata : simetris,
pupil isokor, konjungtiva
ananemis, sclera an-
ikterik, terlihat cekung dan
adanya kantung mata,
terlihat lesu,
c) Mukosa mulut lembab,
turgor kulit tidak elastis,
d) Abdomen : Lunak, tidak ada
distensi, hepar tidak teraba
- Dietrory history : Tidak ada
pantangan makanan
114

3. Perubahan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola tidur. 1. Untuk mengetahui adanya
dengan perubahan lingkungan keperawatan kepada Ny. C perubahan pola tidur pada klien.
ditandai dengan : selama 3x24 jam 2. Untuk memonitor tanda-tanda
Ds : diharapkan masalah pola 2. Observasi tanda-tanda vital klien/harinya.
Klien mengatakan sulit tidur pada tidur teratasi. Dengan vital/hari.
malam hari dan siang hari tidur kriteria hasil : 3. Agar klien mengetahui
hanya ± 1-2 jam/hari karena 1. Jumlah jam tidur 3. Jelaskan pentingnya tidur pentingnya tidur yang adekuat
kamar berisik dan mengganggu dalam batas normal. yang adekuat. .
kenyamanan 2. Pola tidur dan kualitas 4. Untuk meningkatkan
Do : tidur dalam batas kenyamanan.
4. Ciptakan lingkungan yang
- Klien tampak tertidur di siang normal. 5. Untuk meningkatkan pola tidur
nyaman.
hari ± 1-2 jam/hari 5. Buat jadwal tidur secara klien.
- Klien tampak setelah bangun
teratur.
tidur selalu
melamun/menyendiri
4. Kurang perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan klien 1. Untuk mengetahui kemampuan
berhubungan dengan penurunan keperawatan kepada Ny. C untuk perawatan diri yang klien melakukan perawatan diri
kognitif. Ditandai dengan : selama 3xd24 jam mandiri. secara mandiri.
Ds : diharapkan kebutuhan
Klien mengatakan mandi 2x sehari perawatan diri terpenuhi. 2. Berikan informasi kepada 2. Agar klien mengetahui
namun terkadang tidak Dengan kriteria hasil : klien pentingnya perawatan pentingnya perawatan diri.
menggunakan sabun, rambut di diri.
keramas 2x sehari tidak - Mampu melakukan
menggunakan shampoo aktivitas perawatan diri
karena sering lupa. sesuai dengan tingkat 3. Bantu klien membuat 3. Agar klien nyaman dengan
Do : kemampuan. lingkungan yang nyaman. lingkungan yang bersih.
- Klien terlihat rapih dan bersih
115

namun badan masih tercium bau


karena mandi terkadang tidak
menggunakan sabun.
- Kuku klien terlihat tidak
panjang, mulut bersih tidak ada
sariawan.
- Klien tercium tangan bau amis
setiap makan tidak pernah
mencuci tangan, cuci tangan
tidak pernah menggunakan
sabun
- Kamar terlihat kotor lantai
terlihat ada kerak dan bau.
116

5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/tanggal No. Jam Tindakan keperawatan dan respon klien Paraf
dx
117

Rabu, 03 I 09.00 1. Mengkaji keadaan proses pola pikir klien dengan menanyakan hari dan Mitha Nur Artha M
Mei 2017 WIB jam.

DS : Klien mengatakan tidak tau hari apa dan jam berapa sekarang.
DO : klien terlihat tidak mengetahui hari ini dan jam berapa, saat ditanya
hari setelah hari rabu klien tidak mampu menjawab, begitupun saat
ditanya setelah jam 8 klien tidak mampu menjawab.

2. Melakukan pendekatan pada klien secara verbal.


09.10
DS : klien mengatakan senang bertemu dengan perawat.
WIB
DO : klien terlihat senang dan mudah dekat dengan perawat.

3. Memanggil klien dengan namanya.


09.15
DS : klien mengatakan senang dipanggil namanya.
WIB
DO : klien terlihat senang dan menjadi percaya kepada perawat.
118

09.20 4. Melakukan review tentang angka atau huruf.


WIB DS : klien mengatakan senang karena dapat menyebutkan angka 1 – 10.
Namun huruf masih lupa
DO : klien terlihat mampu mengingat angka 1 – 10. Namun huruf masih
tidak bisa ingat.

09.25 5. Memperkenalkan nama mahasiswa yang ada dan mengevaluasi.


WIB DS : klien mengatakan senang karena mampu menyebutkan 5
namaperawat.
DO : klien terlihat mampu menyebutkan 5 nama perawat secara berulang.

6. Memberi isyarat lingkungan, waktu, dan tempat


09.30 DS : klien mengatakan tidak tau tanggal dan hari apa sekarang serta
WIB tidak tau sedang berada dimana, namun dapat menyebutkan setelah
dijelaskan oleh perawat.
DO : klien terlihat bingung dan tidak tau, namun dapat menyebutkan
ulang hari, tanggal dan dimana klien berada saat perawat
menjelaskan.
119
120

Rabu, 03 II 09.30 1. Kaji adanya alergi makanan. Mitha Nur Artha M


Mei 2017 WIB DS : klien mengatakan tidak ada pantangan makanan.
DO : -

09.35 2. Monitor adanya penurunan BB.


WIB DS : klien tidak mengetahui Bbnya karena tidak pernah menimbang BB
selama di panti, namun diperkirakan ± 50kg DO : IMT : 22,5.

3. Monitor adanya tanda – tanda kekurangan nutrisi.


09.40 DS : klien mengatakan tidak pernah mual atau muntah.
WIB DO :
- Antropometri : TB : ±149 cm, BB : ± 50 kg, IMT : 22,5 (18,5-24,9),
BBI : 41,65-56,35 kg. - Biochemical data : tidak ada - Clinical Sign :
a) Rambut : bersih, pendek berwarna putih, tidak ada rontok, tidak ada
benjolan, sedikit bau,
b) Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva an-anemis, sclera an-
121
122

ikterik, terlihat cekung dan adanya kantung mata, terlihat lesu,


c) Mukosa mulut lembab, turgor kulit tidak elastis,
d) Abdomen : Lunak, terdengar suara timpani, tidak ada distensi, hepar
tidak terasa, bising usus 8x/menit.
- Dietrory history : Tidak ada pantangan makanan dan diit.

10.00 4. Monitor intake nutrisi klien.


WIB DS : klien mengatakan makan hanya makan ½ porsi karena malas
makan.
DO : klien terlihat malas makan.
10.10
WIB 5. Beri informasi pada klien pentingnya nutrisi.
DS : klien mengatakan mengerti.
DO : klien terlihat mengerti.

10.20
WIB 6. Anjurkan pada klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
menghabiskan makan porsinya.
DS : klien mengatakan makan akan di habiskan.
123

DO : klien terlihat mengerti.


124

Rabu, 03 III 10.30 1) Mengkaji pola tidur. `Mitha Nur Artha M


Mei 2017 WIB DS : Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari dan siang hari. DO
: Klien terlihat duduk sambil melamun diatas tempat tidur dan tampak
lesu
10.40 2) Mengobsevasi tanda-tanda vital/hari. DS : -
WIB DO : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 36ºC, RR :
20x/menit

10.45 3) Memonitor kebutuhan tidur klien/hari.


WIB DS : klien mengatakan dapat tidur hanya ± 1 - 2 jam/hari karena
kamarnya kurang nyaman bising keributan.
DO : klien terlihat lesu, terdapat kantung mata dan mata cekung.

10.55 4) Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat.


WIB DS : klien mengatakan mengerti dan akan mencoba menutup matanya
saat malam hari walau tidak mengantuk.
DO : klien terlihat mengerti.
125

12.10
WIB 5) Menciptakan lingkungan yang nyaman.
DS : klien mengatakan kamar berisik
DO : kamar klien terlihat lansia sedang adu mulut dan berisik
12.20
WIB 6) Membuat jadwal tidur secara teratur.
DS :klien mengatakan mau dibuatkan jadwal tidur.
DO : dibuatkan jadwal tidur malam hari ± 8 jam/hari.
Rabu, 03 IV 12.30 1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Mitha Nur Artha M
Mei 2017 WIB DS : klien mengatakan dapat melakukan mandi dengan mandiri, walau
sering lupa menggunakan sabun dan keramas tanpa shampo.
DO : klien terlihat bersih dan rapih namun tercium agak bau pada
badannya karena klien mandi tidak menggunakan sabun.

12.35 2. Berikan informasi kepada klien pentingnya perawatan diri.


WIB DS :klien mengatakan mengeri namun masih sering lupa.
DO : klien terlihat mengerti.
126

12.40 3. Bantu klien membuat lingkungan yang nyaman.


WIB DS : klien mengatakan kamarnya berantakan dan bau.
DO : kamar klien tercium bau dan terlihat berantakan.
127

Kamis, 04 I 08.30 1. Mengkaji keadaan proses pola pikir klien dengan menanyakan hari dan Mitha Nur Artha M
Mei 2017 WIB jam.
DS : Klien mengatakan tidak tau hari apa dan jam berapa sekarang,
namun klien mengatakan setelah hari kamis adalah jumat dan setelah
jam 8 adalah jam 9.
DO : klien terlihat tidak mengetahui hari ini dan jam berapa, saat
ditanya hari setelah hari kamis klien mampu menjawab “jumat”,
begitupun saat ditanya setelah jam 8 klien mampu menjawab “jam 9”.
08.40
WIB 2. Melakukan pendekatan pada klien secara verbal.
DS : klien mengatakan senang bertemu dengan perawat.
DO : klien terlihat senang dan mudah dekat dengan perawat.
08.45
WIB 3. Memanggil klien dengan namanya.
DS : klien mengatakan senang dipanggil dengan namanya.
128

DO : klien terlihat senang dan menjadi lebih percaya kepada perawat.


08.50
WIB 4. Melakukan review tentang angka atau huruf.
DS : klien mengatakan senang karena dapat menyebutkan huruf A-E.
DO : klien terlihat mampu mengingat huruf A-E.
08.55
WIB
5. Memperkenalkan nama perawat yang ada dan mengevaluasi.
DS : klien mengatakan masih mengingat 5 nama perawat
DO : klien terlihat masih mampu menyebutkan 5 nama perawat secara
berulang.
09.00
WIB
6. Memberi isyarat lingkungan, waktu, dan tempat
DS : klien mengatakan tidak tau tanggal dan hari apa sekarang serta
tidak tau sedang berada dimana, namun dapat menyebutkan setelah
dijelaskan oleh perawat.
DO : klien terlihat bingung dan tidak tau, namun dapat menyebutkan
ulang hari, tanggal dan dimana klien berada saat perawat menjelaskan.
09.10
WIB
129

7. Melakukan brain gym.


DS : -
DO : Klien terlihat hanya mampu melakukan pengulangan brain
gym/senam otak saat kaki kiri menyilang ke atas dengan gerakan tangan
kanan dan saat kaki kanan menyilang ke atas dengan gerakan tangan
kiri.
130

Kamis, 26 II 09.50 1. Kaji adanya alergi makanan Mitha Nur Artha M


Mei 2016 WIB DS : Klien mengatakan tidak ada pantangan makanan DO
:-
09.55 2. Monitor adanya penurunan BB
WIB DS : Klien mengatakan tidak mengetahui Bbnya karena tidak pernah
menimbang BB selama dipanti, namun diperkirakan ± 50 kg. DO :
IMT : 22,5
3. Monitor adanya tanda – tanda kekurangan nutrisi.
10.00 DS : klien mengatakan tidak pernah mual atau muntah.
WIB DO :
- Antropometri : TB : ±149 cm, BB : ± 50 kg, IMT : 22,5 (18,5-24,9),
BBI : 41,65-56,35 kg.
- Biochemical data : tidak ada
131

- Clinical Sign :
a) Rambut : bersih, pendek berwarna putih, tidak ada rontok, tidak ada
benjolan, sedikit bau,
b) Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva an-anemis, sclera anikterik,
terlihat cekung dan adanya kantung mata, terlihat lesu,
c) Mukosa mulut lembab, turgor kulit tidak elastis,
d) Abdomen : Lunak, terdengar suara timpani, tidak ada distensi, hepar
tidak terasa, bising usus 8x/menit.
- Dietrory history : Tidak ada pantangan makanan dan diit.
4. Monitor intake nutrisi klien.
10.10 DS : klien mengatakan makan hanya makan habis 1 porsi.
WIB DO : klien terlihat makan dengan lahap dan menghabiskan makanannya.
5. Berikan informasi pada klien pentingnya nutrisi.
DS : klien mengatakan mengerti.
DO : klien terlihat mengerti.
10.20
WIB 6. Anjurkan pada klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
menghabiskan makan porsinya.
132

10.30 DS : klien mengatakan makan sudah bisa di habiskan 1 porsi.


WIB DO : klien terlihat mampu menghabiskan makan 1 porsi dan BB masih
dalam batas normal.
133

Kamis, 26 III 10.40 1) Mengkaji pola tidur. Mitha Nur Artha M


Mei 2016 WIB DS : Klien mengatakan masih sulit tidur pada malam dan siang hari,
Klien mengatakan lebih suka menyendiri dan melamun.
DO : klien terlihat menyendiri dan sering melamun di ruang tamu,
terdapat kantung mata, dan wajah lesu.

10.50 2) Mengobsevasi tanda-tanda vital/hari. DS : -


WIB DO : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 36ºC, RR :
20x/menit

11.00 3) Memonitor kebutuhan tidur klien/hari.


WIB DS : klien mengatakan dapat tidur hanya ± 2 jam/hari saja.
DO : klien terlihat lesu, terdapat kantung mata dan mata cekung.

11.10 4) Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat.


WIB
134

DS : klien mengatakan mengerti dan akan mencoba menutup matanya


saat malam hari walau tidak mengantuk.
DO : klien terlihat mengerti.
11.25
WIB 5) Menciptakan lingkungan yang nyaman.
DS : klien mengatakan sudah terlalu berisik
DO : kamar klien sedikit rapih dan tidak terlalu berisik
11.30
WIB 6) Membuat jadwal tidur secara teratur.
DS :klien mengatakan mau dibuatkan jadwal tidur.
DO : dibuatkan jadwal tidur malam hari ± 8 jam/hari.
Kamis, 04 IV 11.40 1. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. DS : Mitha Nur Artha M
Mei 2017 WIB klien mengatakan dapat melakukan mandi dengan mandiri, walau sering
lupa menggunakan sabun dan keramas tanpa shampo.
DO : klien terlihat bersih dan rapih namun tercium agak bau pada
badannya karena klien mandi tidak menggunakan sabun.

11.50 2. Memberikan informasi kepada klien pentingnya perawatan diri.


WIB DS :klien mengatakan mengerti dan akan melakukannya.
135

DO : klien terlihat mengerti.

12.00 3. Memantu klien membuat lingkungan yang nyaman.


WIB DS : klien mengatakan kamarnya sudah lumayan rapih dan wangi.
DO : kamar klien terlhat sedikit rapih dan wangi.

6. Catatan Keperawatan
Hari/tanggal No. dx Evaluasi (SOAP) Paraf
Jumat, 06 Mei I S : Klien mengatakan masih tidak dapat mengingat hari, tanggal, jam, dan lupa nama -nama Mitha Nur Artha M
2017 mahasiswa kemarin, namun dapat menyebutkan 5 mahasiswa.
O : Klien terlihat bingung dan lupa, disorientasi waktu dan orang. Klien terlihat hanya mampu
melakukan pengulangan brain gym/senam otak saat kaki kiri menyilang ke atas dengan gerakan
tangan kanan dan saat kaki kanan menyilang ke atas dengan gerakan tangan kiri.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
136

Jumat, 06 Mei II S : Klien mengatakan sudah dapat menghabiskan makannya 1 porsi. Mitha Nur Artha M
2017 O : Napsu makan klien bertambah dan dapat menghabiskan makannya.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi
Jumat, 06 Mei III S : Klien mengatakan masih sulit tidur dan hanya dapat tidur ± 2 jam/hari. Klien Mitha Nur Artha M
2017 mengatakan masih sering melamun.
O : Klien terlihat sering melamun, terdapat kantung mata, wajah terlihat lesu.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Jumat, 06 Mei IV S : Klien mengatakan sudah dapat mandi secara mandiri namun masih sering lupa Mitha Nur Artha M
2017 menggunakan sabun.
O : Klien terlihat bersih dan rapi namun badannya tercium bau karena klien mandi tidak
menggunakan sabun.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi .
BAB IV PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis mencoba membahas kesenjangan antara tinjauan


teoritis dengan tinjauan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia
Ny. C dengan Demensia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma 2
Cengkareng Jakarta Barat, dengan mengikuti tahap-tahap proses keperawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada tahap pengkajian penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, dan mengacu pada proses pengkajian yang terdapat
pada tinjauan teoritis. Untuk pengumpulan data pengkajian, penulis
melakukan wawancara dengan klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi
langsung, melihat catatan keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainnya.
Namun, untuk mendapatkan data yang lengkap tentang respon terhadap
tindakan yang dilakukan, penulis mendapat kesulitan dalam pengkajian
kerena banyak data yang tidak lengkap, misalnya pada pengkajian tidak ada
data pemeriksaan diagnostic seperti hasil labotarium, CT-Scan,
neuropsikiatrik dan neuro imaging serta pendokumentasian. Selain itu,
minimnya sumber buku tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan
demensia juga menyulitkan penulis untuk melakukan pengkajian.

Dalam pengkajian setelah data yang diperoleh dan kemudian dianalisa serta
dibandingkan dengan tinjauan teoritis dan laporan kasus, terdapat beberapa
kesamaan pada tanda dan gajala yang terdapat pada tinjauan teori demensia.
Pada teori tanda dan gejala stadium awal pada adalah kesulitan dalam
berbahasa, mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna, disorientasi
waktu dan tempat, kesulitan membuat keputusan, kehilangan inisiatif dan
motivasi, sering tersesat ditempat yang biasa dikenal, yang didapatkan klien
kesulitan berbicara bahasa, mengalami kemunduran daya ingat, disorientasi
waktu dan tempat, kesulitan membuat keputusan, kehilangan inisiatif dan
motivasi, skore MMSE : 18. Hal ini pada demensia terjadi karena demensia
alzheimer yang mematikan sel otak sehingga mengakibatkan menurunnya
daya ingat, kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku serta demensia
vascular yang disebabkan oleh disfungsi otak yang diakibatkan oleh penyakit
serebrovaskuler (stroke). Ini merupakan penyebab kedua paling sering pada
manula, setelah penyakit Alzheimer.

Berdasarkan teori, komplikasi yang di timbulkan pada penyakit


demensia yaitu; Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh (Ulkus
Dekubitus, Infeksi saluran kencing, Pneumonia), Thromboemboli, Infark
miokardium, kejang, kontraktur sendi, kehilangan kemampuan untuk
merawat diri, malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan
kesulitan menggunakan peralatan, Kehilangan kemampuan berinteraksi,
Harapan hidup berkurang. Pada kasus Ny. C terdapat kesenjangan dalam
aspek fisik yang penulis dapatkan dari penyakit pada Ny. C yaitu; Kehilangan
kemampuan untuk merawat diri, hal ini dikarenakan Ny. C mandi 2x sehari
dan keramas 2x sehari secara rutin namun sering lupa menggunakan sabun
ataupun shampo, malnutrisi, klien sering malas makan dan hanya
menghabiskan makan ½ porsi bila nafsu makan klien bisa menghabiskan
makan 1 porsi dan Kehilangan kemampuan berinteraksi, terlihat dari
keseharian klien sering menyendiri, melamun, mondar-mandir dan tidak
pernah berinteraksi dengan lansia lainnya.

Dalam aspek sosial terdapat kesamaan menurut teori lansia cenderung


memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi
kematian. Sedangkan yang penulis dapatkan pada kasus Ny. C cenderung
menyendiri, melamun, mondar-mandir dan kurang berinteraksi dengan lansia
lainnya.

Dalam aspek psikologis menurut teori lansia akan mengalami gejala psikologis
berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah
tersinggung, dan curiga karena pada seorang lansia cenderung sudah tidak
dibutuhkan lagi. Sedangkan klien mengatakan Ny. C saat diwawancara klien
menunjukan ekspresi wajah senang, namun klien tertutup dan tidak
mengingat dengan masalah-masalah yang dihadapi. Dalam aspek spiritual
menurut teori pada tinjauan teoritis bahwa lansia akan semakin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini sesuai dengan Ny. C baik dalam melakukan
ibadah klien setiap hari Senin dan Kamis selalu mengikuti Ibadah Rohani di
Aula.

Selain tanda dan gejala pada demensia, ada juga kesenjangan pada
penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi. Dalam teori ada
beberapa penatalaksanaan terapi farmakologi seperti Anti-oksidan (vitamin E
dan vitamin C), obat anti inflamasi dan obat penghambat asitilkolin (mis,
Exelon). Sedangkan pada kasus Ny. C pada saat dilakukan pengkajian klien
mengatakan tidak pernah meminum obat-obatan atau tidak pernah
mendapatkan obat. Penatalaksanaan non farmakologi dalam teori adalah
program harian untuk pasien, terapi music, dan terapi rekreasi. Namun saat
dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak pernah mendapatkan terapi
music maupun terapi rekreasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis
terdapat 9 diagnosa keperawatan dengan “Demensia”, yaitu sebagai berikut:
1. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan perasaan tidak berdaya
2. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan kurangnya
pendidikan tentang keamanan
3. Perbahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori/ingatan
4. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan pembatasan
lingkungan secara teraupetik.

5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan


6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif
7. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan perubahan sensori
8. Perubahan pola eliminasi urinarius atau konstipasi/inkontinensia
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
9. Ketidakefektifan koping keluarga : menurun atau tidak mampu
berhubungan dengan hubungan keluarga sangat ambivalen

Pada kasus Ny. C ada 4 diagosa keperawatan yang muncul, yaitu :


1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan
kehilangan memori/ingatan
2. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 diagnosa yang tidak muncul pada Ny.
C menurut tinjauan teoritis, yaitu :
1. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan Perasaan tidak berdaya.
2. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan kurangnya
pendidikan tentang keamanan.
3. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan pembatasan
lingkungan secara terapeutik (isolasi, perawatan intensif, tirah
baring).
4. Perubahan pola eliminasi urinarius atau konstipasi/inkontinensia
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis/tonus otot.
5. Ketidakefektifan koping keluarga : menurun atau tidak mampu
berhubungan dengan hubungan keluarga sangat ambivalen.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat
dalam tinjauan teoritis, perencanaannya terdiri dari 4 tahap yaitu menentukan
prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dan melaksanakan
tindakan keperawatan. Adapun yang menjadi prioritas masalah pada Ny. C
adalah perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan
memori/ingatan. Hal ini menjadi prioritas karena data – data yang menunjang.
Prioritas yang ada pada teori sudah sesuai dengan kasus Ny. C
Pada perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti. Adapun hal
yang mendukung dalam perencanaan adalah tersedianya format untuk
menuliskan rencana tindakan, sehingga tidak terjadi miskomunikasi secara
langsung antara perawat. Dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil sudah
dibuat sesuai tinjauan teoritis yaitu mencakup variable SMART sehingga
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat bersifat spesifi dan dapat diukur, dapat
dicapai. Rasional dan dapat mencakup batas waktu pencapaian tujuan yang
diharapkan dari setiap masalah keperawatan yang ada.
Tujuan yang ditetapkan pada masing – masing diagnosa disesuaikan
berdasarkan kondisi klien, beratnya masalah dan study diagnostic, sehingga
dibuat dengan tujuan jika tujuan tersebut belum teratasi pada batas waktu yang
ditentukan, maka rencana tindakan yang telah dibuat dapat dilimpahkan
kepada perawat di panti. Sedangkan dalam merencanakan tindakan
keperawatan, penulis tidak banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan
klien kooperatif dan mau diajak bekerjasama.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat penulis. Pada tahap pelaksanaan penulis
melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai pada rencana tindakan
sampai dengan hari ketiga.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,
penulis akan melakukan evalusi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat
evaluasi bedasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
berdasarkan perencanaan. Pada kasus Ny. C terdapat satu diagnosa yang
teratasi yaitu :
1. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Evaluasi yang didapat adalah kebutuhan
nutrisi terpenuhi pada Hari Jumat, Tanggal 06 Mei 2017. Napsu makan
klien bertambah, klien dapat menghabiskan makannya 1 porsi dengan
baik.

Sedangkan masalah yang belum teratasi yaitu :

1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori/ingatan.


Evaluasi yang di dapatkan adalah masalah perubahan proses pikir tidak
teratasi karena pada saat evaluasi ditemukan pada klien tidak dapat
mempertahankan orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang. Klien tidak
dapat menyebutkan hari, tanggal, tahun saat ini. Klien hanya mampu
menyebutkan namanya, dan sedang berada di panti, klien tidak mengalami
bahaya atau cidera.
2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan. Evaluasi
yang didapatkan masalah perubahan pola tidur belum teratasi, karena klien
masih kesulitan tidur walaupun kamar sedikit rapih dan berisik.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif. Evaluasi
yang didapatkan masalah kurang perawatan diri belum teratasi, karena
klien masih sering lupa mandi menggunakan sabun, mencuci tangan
menggunakan sabun dan keramas menggunakan shampo. Klien terlihat
rapi dan bersih namun tercium bau pada badan dan tangannya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada BAB ini, setelah penulis melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Kepada
Lansia Ny. C dengan Demensia selama 3 hari dari tanggal 03-06 Mei 2017 di
Panti Sosial Trena Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat, penulis
mengambil kesimpulan baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :

A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian di dapatkan data bahwa Ny. C mengalami
Demensia stadium Stadium Awal (stadium amnesia – berlangsung 2-4
tahun). Tanda dan gajala pada demensia Stadium Awal yang tidak muncul
pada kasus Ny. C adalah sering tersesat ditempat yang biasa dikenal,
menunjukan gejala depresi dan agitasi, kehilangan minat dalam hobi dan
aktivitas. Selain tanda dan gejala pada demensia, ada juga kesenjangan
dalam penatalaksanaan terapi farmakologi dan non-farmakologi.
Penatalaksanaan farmakologi pada klien, klien tidak mendapatkan
obatobatan, dan pada penatalaksanaan non – farmakologi klien, klien tidak
mendapat terapi music dan rekreasi. Komplikasi yang muncul yaitu;
kehilangan kemampuan merawat diri dan kehilangan kemampuan
berinteraksi. Dalam aspek psikologis terdapat kesenjangan pada kasus Ny.
C klien menunjukkan ekspresi wajah senang, dan tertutup bila ada
masalah-masalah yang dihadapi

Diagnosa yang ditemukan pada Ny. C adalah perubahan proses pikir


berhubungan dengan kehilangan memori, resiko perubahan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan, dan kurang
perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif.

Rencana keperawatan di susun sesuai kebutuhan lansia dan sesuai teori.


Semua tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan
sesuai denganrencana keperawatan yang penulis buat. Evaluasi yang
didapatkan penulis pada Ny. C pada saat melakukan asuhan keperawatan ada
1 diagnosa yang teratasi yaitu; Resiko perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan kurang
perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif. Selain itu ada 3
diagnosa yang belum teratasi yaitu; perubahan proses pikir berhubungan
dengan kehilangan memori, perubahan pola tidur berhubungan dengan
perubahan lingkungan dan kurang perawatan diri berhubungan dengan
penurunan kognitif..

B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat dan berdasarkan
kesimpulan yang telah dibuat oleh penulis, maka saran yang dapat penulis
sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Tim perawat dan klinik di Panti di harapkan dapat membuat strategi dalam
memberikan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan demensia untuk
melatih memori serta mengkaji lebih lanjut pada lansia dengan demensia
terutama untuk pemeriksaan diagnostiknya, dan memperhatikan
penatalaksanaan terapi farmakologi maupun non farmakologi, serta
melengkapi dokumentasi.
2. Untuk penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan dalam memberikan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan
demensia. Sesuai dengan kondisi lansia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, R. F (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:


Parama Ilmu.

Azizah, L. M (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Maryam, S., Ekasari, M. F., dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, W.(2008).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Buku
Kedokteran.
Stockslager, J. L., & Schaeffer, L. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Jakarta: Kedokteran EGC .
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai