Anda di halaman 1dari 110

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.

S
KHUSUSNYA An.A DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI SISTEM PERNAPASAN
“ISPA” DI WILAYAH RT 007 RW 002 KELURAHAN UTAN
PANJANG KECAMATAN KEMAYORAN
TANGGAL 03 APRIL – 14 APRIL 2017

Disusun Oleh :
SITI CHALIMAH
2014750039

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Asuhan Keperwatan Pada Keluarga dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigen: ISPA Tn.S Khususnya An.A
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan program DIII
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam menyusun makalah
karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun
berkat bantuan bimbingan dan motovasi dari semua pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih ini penulis tunjukkan kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UMJ.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi D III Keperawatan
FIK UMJ
3. Ibu Ns. Wati Jumaiyah, M.Kep., Sp.KMB selaku Wali Akademik angkatan 32
dari tingkat 1 sampai tingkat 2 yang selalu memberikan motivasi kepada saya.
4. Bapak Drs.Dedi Muhdiana, M.Kes selaku Wali Akademik angkatan 32 dari
tingkat 2 sampai tingkat 3, pembimbing dan penguji sidang yang selalu
memberi bantuan dan saran – saran yang berguna dalam menyusun karya tulis
ini dengan penuh kesabaran dan ketulusan, semoga Allah selalu melimpahkan
rahmat – Nya kepada beliau dan keluarga.
5. Ibu Ns. Lily Herlinah, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku penguji karya tulis ilmiah
ini
6. Para dosen dan staff pendidikan akademi yang telah memberi dukungan selama
menyusun karya tulis ilmiah.
7. Bapak Ketua RW 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta
Pusat dan para kader-kadernya yang selalu membimbing selama praktek lahan
dan menyusun karya tulis ini.
8. Keluarga Tn.S yang telah kooperatif dan bekerja sama dengan baik dalam
menyusun karya tulis ini.
9. Kepada kedua orang tua papa, mama, dan adik yang selalu memberikan doa
yang tulus dan motivasi saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Kapada sahabat-sahabat saya (Gina, Trimel, Dyah, Aina, Eka) yang selalu
sabar, berusaha untuk memotivasi, dan memberikan dukungan dan doa satu
sama lain.
11. Teman – teman yang mengambil karya tulis Kep. Keluarga (Euis, Gina, Nur,
Nadiyah, Mariyatul, dan Andini) yang selelalu berusaha untuk memotivasi,
memberikan dukungan dan doa satu sama lain.
12. Teman – teman seperjuangan angkatan 32 yang banyak memberi suka dan
dukanya selama 3 tahun.
13. Dan yang terakhir semua orang yang menyayangiku, telah memberikan
support, motivasi, perhatian dan memberikan dukungannya dari awal sampai
akhir penulisan karya ilmiah ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekuragannya, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
berguna bagi pembaca dan tenaga keperawatan khususnya dalam meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan.

Jakarta, 7 Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
1. Tujuan Umum ................................................................................ 2
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 2
C. Ruang Lingkup .................................................................................... 3
D. Metode Penulisan ................................................................................ 3
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 4
F. Lampiran ............................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI


A. KONSEP DASAR ISPA
1. Pengertian Ispa ........................................................................ 6
2. Etiologi Ispa ............................................................................. 6
3. Patofisiologi Ispa ..................................................................... 7
4. Kebutuhan Dasar Oksigen ...................................................... 8
5. Manifestasi Klinis Ispa ............................................................ 9
6. Penatalaksanaan Ispa ............................................................... 9
7. Pemeriksaan Penunjang Ispa ................................................... 9
8. Komplikasi Ispa ...................................................................... 10
9. Pencegahan ............................................................................. 10
B. KONSEP ASUHAN PADA KELUARGA
1. Konsep Keluarga
a. Pengertian ......................................................................... 11
b. Tipe Keluarga ................................................................... 11
c. Fungsi Keluarga ................................................................ 14
d. Struktur Keluarga .............................................................. 19
e. Peran Keluarga .................................................................. 19
f. Tahap Perkembangan Keluarga ........................................ 20
2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Keluarga
a. Pengkajian Keperawatan ................................................... 23
b. Diagnosa Keperawatan ...................................................... 30
c. Perencanaan Keperawatan ................................................. 36
d. Pelaksanaan Keperawatan ................................................. 40
e. Evaluasi Keperawatan ....................................................... 42

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Keluarga .................................................................. 45
2. Riwayat dan Tahap Perkembanga Keluarga ......................... 47
3. Struktur Keluarga .................................................................. 48
4. Fungsi Keluarga ..................................................................... 49
5. Stressor dan Koping .............................................................. 51
6. Kesehatan Lingkungan .......................................................... 51
7. Pemeriksaan Fisik ................................................................. 52
8. Penjajakan Tahap II .............................................................. 53
9. Analisa Data .......................................................................... 54
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 55
C. Perencanan Keperawatan ............................................................ 58
D. Pelaksanaan Keperawatan .......................................................... 70
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 72

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................. 74
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 76
C. Perencanaan Keperawatan ........................................................... 77
D. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 78
E. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 80
B. Saran ............................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 82


LAMPIRAN ........................................................................................... 83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa
atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff & Mukty, 2010). Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah
satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru
(alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung
(sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura (Widoyono,2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2013


didapatkan angka kejadian ISPA di Indonesia sebanyak (25, 0 %), tidak jauh
berbeda pada tahun 2007 sebanyak (25,5 %). Sedangkan berdasarkan data di
DKI Jakarta pada tahun 2013 didapatkan angka kejadian ISPA sebanyak (25,2
%), sedangkan pada tahun 2007 sebanyak (22,60 %). Karasteristik penduduk
dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1 – 4 tahun (25,8 %).
Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki – laki dan perempuan.
Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil
indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah. (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2007 didapatkan
angka kejadian ISPA sebanyak (98 %). Penyakit ISPA merupakan penyakit
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular didunia. Sekitar 4 juta
manusia meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, sehingga ISPA masih
merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian cukup tinggi. (WHO,
2007).

Berdasarkan data statistik yang ada di Puskesmas Sumur Batu diperoleh pada
Tahun 2016 sebanyak (17,7 %).(Administrasi Puskesmas Sumur Batu, 2016).
Sedangkan Berdasarkan data statistik yang ada di Puskesmas Utan Panjang
diperoleh pada Tahun 2016 sebanyak (22,2%).(Administrasi Puskesmas Utan
Panjang, 2016).
Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah: retinitis, nyeri
tenggorokan , batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrostenal
dan konjungtivitis, suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan imsomnia.
Kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatkan suhu berlangsung
lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. (Alsagaff & Mukty, 2010).

Apabila ISPA tidak ditangani dapat menimbulkan dampak kepenyakit kronis


seperti terjadinya penyakit bronchitis, broncopneumonia, ppok dan pleuritis.
Sedangkan komplikasi yang terjadi pada penderita ispa meliputi otitis media,
sinusitis, brochitis, broncopneumonia, pleuritis. (Alsagaff & Mukty, 2010)
Mengingat besarnya kasus dan dampak yang dapat terjadi pada kasus ISPA,
diperlukan peran perawat keluarga dalam menurunkan angka kejadian dan
dampak pada individu dan keluarga adapun peran perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan, edukator, motivator. Asuhan keperawatan yang diberikan
secara komprehensif melalui upaya promotif (peningkatan kesehatan) dengan
memberikan pendidikan kesehatan yaitu dengan penyulihan tentang ISPA dan
pemberian lefleat pada keluarga, upaya preventif (pencegahan) dengan
mengatur diit, banyak minum air putih, makan buah – buahan dan tidak makan
– makanan yang berlemak, kuratif (pengobatan) minum obat secara teratur dan
rehabilitatif (pemulihan) olahraga secara teratur. Sedangkan peran keluarga
penting dalam pencegahan ISPA pada balita seperti memberikan asi eksklusif,
imunisai dasar yang lengkap, makanan bergizi dan kebersihan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang
pemenuhan kebutuhan dasar keluarga Tn.S khususnya An.A dengan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigen Dalam Gangguan Sistem pernapasan
”ISPA” di Jalan Utan Panjang RT.07 RW.02 Jakarta Pusat.

B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga pada pemenuhan kebutuhan dasar klien dengan gangguan sistem
pernapasan : ISPA

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendiskripsikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan
gangguan sistem pernapasan : ISPA
b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien
dengan ispa
c. Mampu mendeskripsikan rumusan masalah keperawatan kebutuhan
dasar klien dengan gangguan sistem pernapasan : ISPA
d. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi : ISPA.
e. Mampu mendiskripsikan tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi : ISPA
f. Mampu mendiskripsikan hasil evaluasi pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi : ISPA
g. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan
keluarga pada dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi
: ISPA
h. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
praktek
i. Mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusi.
C. Ruang Lingkup
Mengingat banyaknya masalah kesehatan keluarga yang terjadi dimasyarakat
terutama sistem pernapasan. Maka penulis membatasi masalah pada
pembahasan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pada keluarga Tn.A dengan
gangguan sistem pernapasan : ISPA selama 5 kali kunjungan.

D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ilmiah adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah yaitu suatu metode yang mempelajari,
menganalisa, dan menarik kesimpulan dari pengalaman secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga dan membandingkan dengan hasil
studi keperpustakaan.
Adapun data di peroleh dengan menggunakan teknik :
1. Studi kepustakan
Suatu kegiatan untuk memperoleh dengan cara mempelajari buku – buku dan
literature yang berhubungan dengan asuhan keperawatan keluarga dan
keperawatan sistem pernafasan : infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
2. Studi kasus
a. Observasi
Observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang
bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan, dan keperawatan serta
hasil tindakan yang dilakukan.
b. Wawancara
Wawancara adalah dengan melakukan wawancara dengan keluarga
memperoleh data – data khususnya yang terkait dengan ISPA dan tugas
– tugas kesehatan serta faktor kesehatan dalam keluarga sesuai dengan
masalah yang dihadapi.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah dilakukan pada seluruh anggota keluarga, akan
tetapi difokuskan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.

E. Sistematis Penulisan
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab
yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang
lingkup, dan sistem penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis


A. Konsep dasar terdiri dari : pengertian, etiologi, tanda gejala,
patofisilogi, klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan,
pemeriksaan penunjang.
B. Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari :
1. Konsep keluarga terdiri dari : pengertian, jenis / tipe
keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi
keluarga, tahap perkembangan dan tugas perkembangan
keluarga.
2. Kosep keperawatan keluarga terdiri dari : pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB III : Tinjauan Kasus
Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan keluarga pada ....
dengan infeksi saluran pernapasan akut, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

BAB V : Penutup
A. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan keluarga
pada Tn.S Khususya An.A dengan infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
B. Saran
Berisi tentang usulan – usulan mengenai hal – hal yang harus
diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga pada Tn.S Khususnya An.A dengan infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) guna meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar ISPA


1. Pengertian
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atau maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun rietsia,
tanpa atau disertai radang parenkim paru. (Alsagaff & Mukty, 2010).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung
hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan
pleura (Widoyono,2011).

2. Etiologi ISPA
Ispa disebabkan beberapa hal :
a. Bakteri meliputi Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,
Streptacoccus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenze, dan lain – lain.
b. Jamur meliputi Aspergilus sp., Candinda albicans, Histoplasma, dan
lain – lain.
c. Virus meliputi Orthomyxovirus, Paramyxovirus, Metamyxovirus,
Adenovirus, dan lain-lain
d. ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan
infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh
virus, terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial
umumnya disertai peradangan parenkim. (Alsagaff & Mukty, 2010).
3. Patofisiologi Ispa

Bakteri Virus Jamur


(Streptococcus) (Mikrovirus, Adnovirus)

ISPA

Reaksi Antibodi Silia yang terdapat


Antigen permukaan pada saluran
pernapasan bergerak
ke atas

Radang pada Peningkatan


saluran pernapasan produksi mukus
atas Virus masuk ke
faring
Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif
Infeksi Merusak lapisan
epitel & mukosa
saluran pernapsan

Tubuh mengigil dan Sakit saat mengunyah


demam
Iritasi
Anoreksia
Peningkatan Suhu
Tubuh Peradangan
Perubahan Nutrisi :
Kurang dari kebutuhan
tubuh Batuk kering

Nyeri Akut
4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
a. Pengertian
Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh.
(Sulistyo Andarmoyo, 2012).
Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen
dalam sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam hitungan
menit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas
tetap terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan
oksigen pada klien yang mengalami ISPA akan mengalami hambatan,
karena terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dan
fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh kondisi seperti: pergerakkan
udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen dan karbon dioksida,
dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah keseluruh
jaringan. Pada penyakit ISPA klien mengalami gangguan kebersihan
jalan napas yang mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh
berkurang.
b. Faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan
1) Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah peningkatan pergerakan udara masuk dan
keluar dari paru. Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman
pernapasan meningkat, dan lebih banyak CO2 yang dibuang
daripada yang dihasilkan.
2) Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah penurunan pergerakkan udara masuk dan
keluar dari paru. Denga hipoventilasi, CO2 sering kali menumpuk
dalam darah, sebuah kondisi yang disebut hiperkarbia
(hiperkapnia).
3) Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi ketidak cukupan oksigen ditempat
manapun di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.
Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap bagian dalam
pernapasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah dan
dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau
semua bagian dalam proses tersebut. (Kozier, 2010).
5. Manifestasi Klinis Ispa
Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah:
a. Retinitis
b. Nyeri tenggorakan
c. Batuk – batuk dengan dahak kuning / putih kental.
d. Nyeri retrostenal dan konjungtivitis.
e. Suhu badan meningkat antara 4 – 7 hari
f. Malaise
g. Mialgia, nyeri kepala
h. Anoreksia, mual
i. Muntah – muntah dan insomnia.
j. Kadang – kadang dapat juga terjadi diare
k. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan bahwa
penyulit. (Alsagaff & Mukty, 2010).
6. Penatalaksanaan Ispa
a. Penatalaksanaan Medis
Antipiretik dan analgetik : Asetoal, Parecetamol, Metampiron
Antitusif : Kodein – HCL, Noskapin
Antibiotik
Vitamin C
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kompres air hangat/dingin
2) Perasan jeruk nipis dicampur kecap/madu
3) Inhalasi buatan
4) Fisioterapi dada
7. Pemeriksaan penunjang Ispa
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan
yang lazim dikerjakan, yaitu :
a. Biakan Virus
Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring
kemudian dikirim dalam media gelatin lactalbumine dan ekstrak yeast
(GLY) dalam suhu 40C. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan
diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan
rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia digunakan media
tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB).
b. Reaksi Serologis
Reaksi serologis yang digunakan anatara lain adalah pengikatan
komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan
hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA.
c. Diagnostik Virus secara langsung
Dengan cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat
didentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia,
mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona.
Selain itu, jumlah leukosit dan hitung jenis. Leukositosis dengan
peningkatan sel PMN di dalam darah maupun sputum menandakan ada
infeksi sekunder oleh karena bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang
paling sering jumlah leukosit normal atau rendah (Alsagaff & Mukty,
2010).

8. Komplikasi Ispa
Komplikasi yang sering terjadi antara lain :
a. Otitis media.
b. Sinusitis.
c. Bronchitis.
d. Bronkopneumonia.
e. Pleuritis (Alsagaff & Mukty, 2010).
9. Pencegahan ISPA
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain :
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita
atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,
banyak minum air putih, olahraga dengan teratur, serta istirahat yang
cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin
meningat, sehingga dapat mencegah vius / bakteri penyakit yang akan
masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak – anak maupun
orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh
kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus /
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri diudara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang diudara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang
diudara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Konsep dasar keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi
sosial, peran dan tugas. (Allender dan Spradley, 2001).
Keluarga adalah dua atau lebih indvidu yang berasal dari sekelompok
keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan
dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal
dalam satu rumah, mempunyai ikaatan emosional dan adanya
pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya. (Stanhope dan
Lancester, 1996)
Jadi kesimpulannya keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal
bersama dalam satu atap (serumah) karena hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi, ikatan emosional yang mempunyai peran
masing – masing dalam keluarga.

b. Tipe Keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe
keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga
(Friedman, Bowden & Jones, 2003).
1) Tradisional
a) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dan
anak sudah memisahkan diri.
d) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karir / pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante,
orang tua (kakek nenek), keponakan.
f) The single – parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak, hal ini yang terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
g) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktu – waktu tertentu.
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin – network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang
dan pelayanan yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi,
televii, telepone, dan lain – lain.
j) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikh kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
k) The single adult living alone / single – adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti :
perceraian, atau ditinggal mati.

2) Non Tradisional
a) The un maried teenage mother
Kelurga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family.
Bebrapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman, yang sama;
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family.
Keluarga yang hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa
melaui pernikahan.
e) Gay and lesbian familes
Seseoarng yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagimana ‘marital partners’.
f) Cohabitating family
Orang deawas yang hidup bersama diluarg ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group - marriage family
Beberapa orang deawasa yang menggunakan alat – lat rumah
tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu
dengan yang lainnya, berbagai seuatu termasuk seksual dan
membesarkan anaknya. Group network family.
h) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai – nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya.
i) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga /
saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family.
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis peronal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang – orang
muda yang mencarai ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

c. Fungsi Keluarga
1) Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a) Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lan.
b) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
diluar rumah.
c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
keutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
2) UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a) Fungsi keagamaan
(1) Membina norma ajaran – ajaran agama sebagai dasar
tujuan hidup seluruh anggota keluarga.
(2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari
– hari kepada seluruh anggota keluarga.
(3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari – hari
dalam pengalaman dari ajaran agama.
(4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak
tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah
atau masyarakat.
(5) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga
beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
b) Fungsi budaya
(1) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma – norma dan budaya masyarakat dan
bangsa yang ingin dipertahankan.
(2) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
(3) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai
pengaruh negative globalisasi dunia.
(4) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga yang
baik sesuai dengan norma bangsa indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
(5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan
seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk
menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia
sejahtera.
c) Fungsi cinta kasih
(1) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah
ada antar anggota keluarga kedalam simbol – simbol nyata
secara optimal dan terus-menerus.
(2) Membina tingkah laku saling menyangani baik antar
anggota keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.
(3) Membina pratik kecintaan terhadap kehidupan duniawi
dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan
seimbang.
(4) Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang
mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai
pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
d) Fungsi perlindungan
(1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik
dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari
luar keluarga.
(2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis
dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang
dari luar.
(3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan
keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
e) Fungsi reproduksi
(1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat bagi anggota keluarga maupun bagi
keluarga sekitarnya.
(2) Membina contoh pengalaman kaidah – kaidah
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik
maupun mental.
(3) Mengamalkan kaidah – kaidah reproduksi sehat, baik
yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2
anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam
keluarga.
(4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai
modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
f) Fungsi sosialisasi
(1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak
pertama dan utama.
(2) Menyadari, merencanakan dan mencipatakan kehidupan
keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari
pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang
dijumpainya baik dilingkungan sekolah maupun
masyarakat.
(3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang
hal – hal yang diperlukan untuk meningkatkan
kematangan dan kedawasaan (fisik dan mental), yang
tidak kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
(4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi
dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat
positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
g) Fungsi ekonomi
(1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang
kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
(2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga.
(3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah
dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan
secara serasi, selaras, dan seimbang.
(4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai
modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
h) Fungsi pelestarian lingkungan
(1) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkungan internal keluarga.
(2) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkungan eksternal keluarga.
(3) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara
lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup
masyarakat sekitarnya.
(4) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.

3) Effendy (1998 : 36)


Ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya,
adalah :
a) Asih, adalah memberikan kash sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b) Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan
keperawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara,
sehingga diharapkan menjadikan mereka anak – anak yang
sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
c) Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga
siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam
mempersiapkan masa depannya.
d. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam
– macam, diantaranya adalah :
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
4) Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

e. Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang
dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan.
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan
“Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan
lingkungan”. Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga berkewajiban
menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan
tingkat derajat kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing, antara lain
adalah :
1) Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung / pengayom, pemberi rasa
aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu.
2) Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak –
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
3) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.

f. Tahap Perkembangan Keluarga


1) Duvall (1985)
Membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu :
a) Keluarga baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
(1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
(2) Menetapkan tujuan bersama.
(3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial.
(4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
(5) Persiapan menjadi orang tua.
(6) Memahami prenatal care (pengerian kehamilan, persalinan,
dan menjadi orang tua).
b) Keluarga dengan anak pertama < 30 bln (Child Bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
meniimbulkan krisis keluarga.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
(1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi,
seksual, dan kegiatan).
(2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
(3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran
orang tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan
kehangatan.
(4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
(5) Konseling KB post partum 6 minggu.
(6) Biaya / dana Child Bearing.
(7) Memfasilitasi role learing anggota keluarga.
(8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c) Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses
belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
(1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
(2) Membantu anak bersosialisasi.
(3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga
terpenuhi.
(4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun diluar
keluarga.
(5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
(6) Pembagian tanggung jawab.
(7) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
d) Keluarga dengan anak usia sekolah (6 – 13 th)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
(1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.
(2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
(3) Menyediakan aktifitas untuk anak.
(4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
(5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e) Keluarga dengan anak remaja (13 – 20 th)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
(1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan
yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi).
(2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah pergaulan
komunikasi).
(3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
(4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
anggota keluarga untu memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
f) Keluarga dengan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
(1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
(2) Mempertahankan keintiman.
(3) Membantu orang tua memasuki masa tua
(4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
(5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g) Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
(1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat sosial dan waktu santai.
(2) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
(3) Keakrapan dengan pasangan.
(4) Memelihara hubungan / kontak dengan anak dan keluarga.
(5) Persiapan masa tua / pensiun
h) Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
(1) Penyesuian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara
hidup.
(2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
(3) Mempersiapkan kematian pasangan, kawan dan
mempersiapkan kematian.
(4) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
(5) Melakukan life review masa lalu.
2) Carter & Mc Goldrick (1989)
Membagi keluarga dalam 5 tahap perkembangan, yaitu :
a) Keluarga antara (masa bebas / pacaran) dengan usia dewasa
muda.
b) Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan.
c) Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi
sampai usia sekolah).
d) Keluarga yang memiliki anak dewasa.
e) Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah.
f) Keluarga lansia.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang
perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.
Tahap pengakajian ini merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan keluarga. (Setiadi, 2008). Cara
pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan antara lain dengan :
a. Wawancara
Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi keluarga dan merupakan suatu
komunikasi yang direncanakan. Tujuan komunikasi / wawancara disini
adalah :
1) Mendapatkan informasi yang diperlukan
2) Meningkatkan hubungan perawat – keluarga dalam
komunikasi.
3) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
b. Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungannya dengan
kejadian – kejadian pada waktu lalu dan sekarang:
1) Pengamatan
Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal – hal yang tidak
perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan).
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan.
3) Pengkajian asuhan keperawata keluarga menurut teori / model
Family Centre Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian
yaitu :
a) Data Umum
(1) Identitas kepala keluarga :
(a) Nama kepala keluarga (KK) :
(b) Umur (KK) :
(c) Pekerjaan kepala keluarga (KK :
(d) Pendidikan kepala keluarga (KK) :
(e) Alamat dan nomor telepone :
(2) Komposisi anggota keluarga :

(3) Genogram
Genogram harus menyangkut minimal 3
generasi, harus tertera nama, umur,
kondisi kesehatan tiap keterangan
gambar. Terdapat keterangan gambar
dengan simbol berbeda (Friedman, 1998)
seperti:
Laki – laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Tinggal serumah : ......................
Pasien yang di dentifikasi :

Kawin :
Cerai :

Anak adopsi :

Aborsi / keguguran :

(4) Tipe keluarga :


(5) Suku bangsa :
(a) Asal suku bangsa keluarga.
(b) Bahasa yang dipakai keluarga.
(c) Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
(6) Agama :
(a) Agama yang dianut keluarga.
(b) Kepercayaan yang mempengaruhi keluarga.
(7) Status sosial ekonomi keluarga :
(a) Rata – rata penghasilan seluruh anggota keluarga.
(b) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan.
(c) Tabungan khusus kesehatan.
(d) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot,
transportasi).
(e) Aktifitas rekreasi keluarga.
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan anak
tertua).
(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
(3) Riwayat keluarga saat ini :
(a) Riwayat terbentuknya keluarga inti.
(b) Penyakit yang diderita keluarga prang tua (adanya
penyakit menular atau penyakit menular di keluarga).
(4) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) :
(a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di
keluarga.
(b) Riwayat kebiasaan / gaya hidup yang mempengaruhi
kesehatan.
c) Lingkungan :
(1) Karasteristik rumah.
(2) Ukuran rumah (luas rumah).
(3) Kondisi dalam dan luar rumah :
(a) Kebersihan rumah.
(b) Ventilasi rumah.
(c) Saluran pembuangan air limbah
(SPAL).
(d) Air bersih.
(e) Pengelolaan sampah.
(f) Kepemilikan rumah.
(g) Kamar mandi / WC.
(h) Denah rumah.
(4) Karasteristik tetangga dan komunitas
tempat tinggal:
(a) Apakah ingin tinggal dengan satu
suku saja.
(b) Aturan dan kesepakatan penduduk
setempat.
(c) Budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
(d) Mobilitas geografis keluarga :
(e) Perkumpulan keluarga dan interaksi
dengan masyarakat.
(f) Sistem pendukung keluarga
Termasuk siapa saja yang terlibat bila
keluarga mengalami masalah.
d) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi keluarga :
(a) Cara dan jenis komunikasi yang
dilakukan keluarga.
(b) Cara keluarga memecahkan
keluarga.
(2) Struktur kekuatan keluarga :
(a) Respon keluarga bila ada anggota
keluarga yang mengalami masalah.
(b) Power yang dgunakan keluarga.
(3) Struktur peran (formal dan informal)
(a) Peran seluruh anggota keluarga
(b) Nilai dan norma keluarga
(4) Fungsi keluarga
(a) Fungsi afektif
(b) Fungsi sosialisasi
(5) Fungsi perawatan keluarga
(a) Kondisi perawatan kesehatan seluruh
anggota (bukan hanya kalau sakit
diapakan tetapi bagaimana prevensi /
promosi).
(b) Bila ditemui data maladaptif,
langsung lakukan penjajagan tahap II
(berdasarkan 5 tugas keluarga seperti
bagaimana keluarga mengenal
masalah, mengambil keputusan,
merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan).
(6) Stress dan koping keluarga
(a) Stressor jangka panjang dan jangka
pendek serta kekuatan keluarga.
(b) Respon keluarga terhadap stress.
(c) Strategi koping yang digunakan.
(d) Strategi adaptasi yang disfungsional:
(e) Adakah cara keluarga mengatasi
masalah secara maladaptif.
(7) Pemeriksaan fisik (head to toe)
(a) Tanggal pemeriksaan fisik yang
dilakukan.
(b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan
pada seluruh anggota keluarga.
(c) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital
sign, rambut, kepala, mata mulut
THT, leher, thoraks, abdomen,
ekstrimitas atas dan bawah, sistem
genetilia.
(8) Harapan keluarga
(a) Terhadap masalah kesehatan
keluarga.
(b) Terhadap petugas kesehatan yang
ada.
Pedoman Pengakajian Tahap II
1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah, seperti :
a) Persepsi terhadap keparahan penyakit.
b) Pengertian.
c) Tanda dan gejala.
d) Faktor penyebab.
e) Persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi
a) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah.
b) Masalah dirasakan keluarga.
c) Keluarga menyerah terhadap masalah
yang dialami.
d) Sikap negatif terhadap masalah
kesehatan.
e) Kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan.
f) Informasi yang salah.
3) Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, meliputi :
a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan
sakit.
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan.
c) Sumber – sumber yang ada dalam
keluarga.
d) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Ketidak mampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
a) Keuntungan / manfaat pemeliharaan
lingkungan.
b) Pentingnya hygiene sanitasi.
c) Upaya pencegahan penyakit.
5) Ketidak mampuan keluarga menggunakan
fasilitas keluarga, meliputi :
a) Keberadaan fasilitas kesehatan.
b) Keutungan yang didapat.
c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan.
d) Pengalaman keluarga yang kurang baik.
e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau
oleh keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan (menjelaskan jenis diagnosa
keperawatan aktual, risiko, dan potensial / sejahtera).
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon
keluarga tentang masalah kesehatan actual atau potensial,
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai
dengan kewenangan perawat. Tahap dalam diagnosa
keperawatan keluarga antara lain.:
a. Analisa data
Setelah data terkempul maka selanjutnya dilakukan
analisa data, yaitu mengkaitkan data dan
menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga. Cara menganalisa data adalah :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang
terkumpul dalam format pengkajian.
2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan
spiritual.
3) Mengembangkan standart.
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan.
5) Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan
kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu :
a) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga,
yang meliputi :
(1) Keadaan kesehatan fisik, mental dan sosial anggota
keluarga.
(2) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota
keluarga.
(3) Keadaan gizi anggota keluarga.
(4) Status imunisasi anggota keluarga.
(5) Kehamilan dan KB.
b) Keadaan rumah dan saritasi lingkungan, yang meliputi :
(1) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,
kontruksi, luas rumah dan sebagainya.
(2) Sumber air minum.
(3) Jamban keluarga.
(4) Tempat pembuangan air limbah.
(5) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.
c) Karakteristik keluarga, yang meliputi :
(1) Sifat-sifat keluarga.
(2) Dinamika dalam keluarga.
(3) Komunikasi dalam keluarga.
(4) Interaksi antar anggota keluarga
(5) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan
anggota keluarga
(6) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga

Dalam proses analisa, data dikelompokka menjadi 2 yaitu data


subyektif dan objektif
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
Data subyektif :

Data objektif :

Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada


sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis
keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.
b. Masalah (problem)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan 1sesingkat mungkin.
Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (1995)
dalam setiadi (2008) adalah sebagai berikut :
1) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
a) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higienis
lingkungan)
(1) Resiko terhadap cidera
(2) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi
a) Komunikasi keluarga disfungsional
(1) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur
peran
(a) Berduka dan diantisipasi
(b) Berduka disfungsional
(c) Isolasi sosial
(d) Perubahan dalam proses keluarga
(e) Potensial peningkatan menjadi orang tua
(f) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua)
(g) Perubahan penampilan peran
(h) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
(i) Gangguan citra tubuh
(2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
(a) Perubahan proses keluarga
(b) Perubahan menjadi orang tua
(c) Potensial peningkatan menjadi orang tua
(d) Berduka yang diantisipasi
(e) Koping keluarga tidak efektif, menurun
(f) Resiko terhadap tindakan kekerasan
(3) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial
(a) Perubahan proses keluarga
(b) Perilaku mencari bantuan kesehatan
(c) Konflik peran orang tua
(d) Perubahan menjadi orang tua
(e) Potensial peningkatan menjadi orang tua
(f) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
(g) Perubahan pemeliharaan kesehatan
(h) Kurang pengetahuan
(i) Ketidakpatuhan
(j) Gangguan identitas pribadi
(4) Diagnosa keperawatan keluarga pada fungsi keperawatan
keluarga
(a) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
(b) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
(c) Resiko terhadap penularan penyakit
(5) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping
(a) Potensial peningkatan koping keluarga
(b) Koping keluarga tidak efektif.

c. Penyebab (etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga,
yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)
d. Tanda (sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan
penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang
dimanifestasikan dengan”.
Perumusan diagnosa keperawatan keluarga sama dengan diagnosa
diklinik yang dapat dibedakan menjadi 4 kategori yaitu :
1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan
yaitu dengan ciri dari pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan. Diagnosa keperawatan aktual memiliki tiga
komponen diantaranya adalah problem, etiologi dan simpton.
2) Resiko (ancaman kesehatan)
Diagnosa keperawatan resiko memiliki dua komponen diantaranya
adalah problem dan etiologi. Ciri diagnosa resiko adalah sudah ada
data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Wellnes (keadaan sejahtera)
Keputusan klinik tentang keadaan keluarga dalam transisi dari
tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Ada 2 kunci yang
harus ada dalam diagnosa ini, yaitu :
(1) Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi
(2) Adanya status dan fungsi yang efektif
4) Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko
tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi
tertentu. Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom,
yaitu :
a) Syndrom trauma pemerkosaan (rape trauma syndrome)
Pada kelompok ini menunjukan adanya tanda dan gejala, seperti
cemas, takut, sedih, gangguan tidur dan lain-lain.
b) Resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome)
Misalnya resiko gangguan proses fikir, resiko gangguan
gambaran diri dan lain-lain.
e. Perioritas Masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa
keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung
dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon
dan Maglaya) sebagai berikut:
1) Tentukan skor untuk tiap kriteria.
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan
dengan bobot.
Skor X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
4) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh
bobot.

Kriteria Bobot Skor

Sifat Masalah 1 Aktual: 3


Risiko : 2
Potensial:
1

Kemungkinan 2 Mudah: 2
masalah Sebagian:
untuk 1
dipecahkan Tidak
dapat:0

Potensi 1 Tinggi : 3
masalah Cukup : 2
untuk dicegah Rendah:1

Manonjolnya 1 Segera
masalah diatasi : 2
Tidak
segera
diatasi : 1
Tidak
dirasakan
adanya
masalah:0
3. Perencanaan Keperawatan (dimulai dari penapisan dan
perencanaan keperawatan)
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi
penentuan tujuan perawatan (jangka panjang / pendek),
penetapan standart dan kriteria serta menentukan
perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
a. Tujuan jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah
kepada kemampuan mandiri. Dan lebih baik ada
batas waktunya, misalnya dalam waktu 2 hari.
Pencantuman jangka waktu ini adalah untuk
mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang
telah ditentukan sebelumnya. Contoh : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari seluruh
keluarga Bapak A dapat merawat anggota keluarga
yang sakit dan dapat mencegah penularan penyakit.
b. Tujuan jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap
harinya yang dihubungkan dengan keadaan yang
mengancam kehidupan. Contoh :
1) Keluarga Bapak A dapat mengenal dampak
permasalahan penyakit Ibu A tidak segera
diobati.
2) Bayi yang belum diimunisasi dari keluarga
tersebut harus segera diberi imunisasi BCG, DPT
dan Polio.
3) Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan tujuan keperawatan adalah:
a) Berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan.
b) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.
c) Harus objektif atau merupakan tujuan
operasional langsung dari kedua belah pihak
(keluarga dan perawat).
d) Mencakup kriteria keberhasilan sebagai
dasar evaluasi.
c. Penetapan Kriteria dan Standar
Merupakan standar evaluasi yang merupakan
gambaran tentang faktor – faktor yang dapat
memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai
dan digunakan dalam membuat pertimbangan.
Bentuk dari standar dan kriteria ini adalah pernyataan
verbal (pengetahuan), sikap dan psikomotor.

Tabel 2.3 Kriteria dan Standart dalam rencana


keperawatan keluarga
N Kriteria Pengetahuan
o

1 Pengetahuan a. Keluarga mampu


menyatakan
pengertian hipertensi
secara umum
b. Keluarga mampu
menyebutkan jenis
makanan yang dapat
menurunkan
hipertensi dan juga
meningkatkan
tekanan darah
c. Keluarga dapat
menyebutkan akibat
jika tekanan darah
tidak terkontrol
secara rutin.
d. Keluarga mampu
melakukan
pemeriksaan tekanan
darah sendiri.

2 Sikap a. Keluarga mampu


memutuskan untuk
membuat rencana
kontrol setiap 2
minggu sekali ke
puskesmas.
b. Keluarga mampu
membuat rencana
membeli tensi
sendiri.

3 Psikomotor a. Keluarga
menyediakan jenis
makanan yang dapat
mengurangi darah
tinggi.
b. Keluarga dapat
mengolah makanan
yang mengurangi
darah tinggi.
c. Keluarga mampu
melakukan
pengukuran tekanan
darah sendiri.

d. Fokus dari intervensi keperawatan keluarga


antara lain meliputi kegiatan yang bertujuan :
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan
keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara:
1) Memberi informasi yang tepat.
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
keluarga tentang kesehatan.
3) Mendorong sikap emosi yang sehat yang
mendukung upaya kesehatan masalah.
e. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara
perawatan keluarga yang tepat, dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak
melakukan tindakan.
2) Mengidentifikasi sumber – sumber yang
dimilki keluarga.
3) Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap
tindakan
f. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat
anggota yang sakit, dengan cara :
1) Mendemontrasikan cara perawatan.
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada
dirumah.
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
g. Membantu keluarga untuk menemukan cara
bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara :
1) Menemukan sumber – sumber yang dapat
digunakan keluarga.
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
h. Memotivasi keluarga untuk memanfaaatkan
fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara :
1) Membantu keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
2) Rencana tindakan keluarga diarahkan untuk
mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan
keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan
anggota keluarganya dengan bantuan
minimal dari perawat.
4. Tindakan Keperawatan Keluarga
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat yang
mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri,
tetapi perlu melibatkan tim perawatan kesehatan di
rumah.
Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Tahap 1 : Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan – kegiatan :
1) Kontrak dengan keluarga (kapan dilaksanakan,
berapa lama waktunya, materi yang akan di
diskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota
keluarga yang perlu mendapatkan informasi).
2) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
3) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
4) Mengidentifikasi aspek – aspek hukum dan
etik.
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat
mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada
saat implementasi.
b. Tahap 2 : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasrkan
kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
profesional adalah :
1) Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat sesuai dengan kompetensi keperawatan
tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga
kesehatan lainnya.
Tipe tindakan independent keperawatan
dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu :
a) Tindakan diagnostik
(1) Wawancara dengan klien.
(2) Observasi dan pemeriksaan fisik.
(3) Melakukan pemeriksaan
laboratorium sederhana, misalnya
(Hb) dan membaca hasil dari
pemeriksaan laboratorium tersebut.
b) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah mengurangi,
dan mengatasi masalah klien. Misalnya :
Untuk mencegah gangguan integritas
kulit dengan melakukan mobilisasi dan
memberikan bantal air pada bagian tubuh
yang tertekan.
Contoh penulisian : 11/10/2014 Lakukan
mobilisasi klien tiap 2 jam dan beri bantal
air pada bagian tubuh yang tertekan.
c) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien
melalui promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan kepada klien.
Misalnya : Perawat mengajarkan kepada
klien cara injeksi insulin.
Contoh penulisan : 11/10/2014
mengajarkan klien cara injeksi insulin.

d) Tindakan merujuk
Tindakan kerja sama denga tim kesehatan
lainnya.
Contoh penulisan : 11/10/2014 Konsul
dengan ahli terapi fisik mengenai
kemajuan klien menggunakan walker
pada tanggal 12/10/2004.

2) Interdependent
Adalah suatu kegiatan yang memerlukan suatu
kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan
dokter dan yang lainnya.
Misalnya dalam hal : Pemberian obat – obatan
sesuai dengan terapi dokter. Jadi jenis, dosis,
efek samping menjadi tanggung jawab dokter,
tetapi pemberian obat sampai atau tidak menjadi
tanggung jawab perawat.
3) Dependent
Adalah pelaksanaan rencana tindakan medis.
Misalnya dokter menuliskan “perawatan
kolostomy”. Tindakan keperawatan adalah
mendefinisikan perawatan kolostomi
berdasarkan kebutuhan individu dari klien.

c. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan kepearwatan harus diikuti
oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga
dengan tujuan yang telah ditetaptakan, dilakukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.
a. Tahap Evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara
operasional dengan tahapan dengan sumatif
(dilakukan selama proses auhan keperawatan) dan
formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir.
1) Evaluasi Berjalan (Sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk
pengisian format catatan perkembangan dengan
berorientasikan kepada masalah yang dialami
oleh keluarga. Format yang dipakai adalah
format SOAP.
2) Evaluasi Akhir (Formatif)
Eveluasi jenis ini dikerjakan dengan cara
membandingkan antara tujuan yang akan
dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses
keperawatan perlu di tinjau kembali, agar
didapat data – data, masalah atau rencana yang
perlu dimodifikasi
b. Metode evaluasi
Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain
adalah :
1) Observasi langsung
2) Wawancara
3) Memeriksa laporan
4) Latihan stimulasi
c. Mengukur pencapaian tujuan keluarga
Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen,
meliputi :
1) Kognitif (pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada kognitif adalah :
a) Pengetahuan keluarga mengenai
penyakitnya.
b) Mengontrol gejala – gejalanya.
c) Pengobatan.
d) Diet, aktifitas, persediaan alat – alat.
e) Risiko komplikasi.
f) Gejala yang harus dilaporakan.
g) Pencegahan.
Informasi ini dapat diperoleh dengan cara :
a) Interview, dengan cara :
(1) Menanyakan kepada keluarga untuk
mengingat beberapa fakta yang sudah
diajarkan.
(2) Menanyakan kepada keluarga untuk
menyatakan informasi yang spesifik
dengan kata – kata keluarga sendiri
(pendapat keluarga sendiri).
(3) Mengajak keluarga pada situasi
hipotesa dan tindakan yang tepat
terhadap apa yang ditanyakan.
b) Kertas dan pensil
Perawat menggunakan kertas dan pensil
untuk mengevaluasi pengetahuan keluarga
terhadap hal – hal yang telah diajarkan.
2) Afektif (status emosional)
Dengan cara observasi secara langsung, yaitu
dengan cara observasi eksperesi wajah, postur
tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal pada
waktu melakukan wawancara.
3) Psikomotor
Adalah dengan cara melihat apa yang dilakukan
keluarga sesuai dengan yang diharapkan.

d. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi


Ada tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini,
yaitu :
a. Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan
dalam tujuan, sehingga rencana mungkin
dihentikan.
b. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil
yang ditentukan, sehingga perlu penambahan
waktu, resources, dan intervensi sebelum tujuan
berhasil.
c. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah
ditentukan, sehingga perlu :
a) Mengkaji ulang masalah atau respon yang
lebih akurat.
b) Membuat outcome yang baru, mungkin
outcome pertama tidak realitis atau
mungkin keluarga tidak menghendaki
terhadap tujuan yang disusun oleh perawat.
c) Intervensi keperawatan harus dievaluasi
dalam hal ketepatan untuk mencapai tujuan
sebelmnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis menguraikan laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan Dasar
pada Keluarga Tn.S khusunya pada An.A dengan masalah ISPA yang berada di
wilayah Utan Panjang RT 07 RW.02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan
Kemayoran Jakarta Pusat. Dalam proses pengumpulan data penulis menggunakan
teknik wawancara, observasi dalam pemeriksaan fisik pada seluruh anggota
keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga binaan yang belangsung
selama 7 hari mulai dari tanggal 3 April 2017 sampai 10 April 2017 dengan
melakukan kunjungan sebanyak 5 kali pertemuan. Asuhan keperawatan keluarga
dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: pengkajian, analisa data dan perumusan masalah keperawatan,
prioritas diagnosa keperawatan dengan teknik skoring, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam
melaksanakan asuhan keparwatan keluarga. Dari hasil pengumpulan data pada
keluarga diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Identitas Keluarga
a. Kepala Keluarga
1) Nama KK : Tn.S
2) Usia : 46 Tahun
3) Pendidikan : SD
4) Pekerjaan : Wiraswasta
5) Agama : Islam
6) Alamat : Jln. Utan Panjang Rt.07 Rw.02
7) Komposisi anggota keluarga: 5 Orang
b. Susunan Anggota Keluarga
No. Nama Jenis Hub TTL/ Pendidikan Pekerjaan Status
(Inisial) Kela dengan Umur Imunisasi
min KK
1. 1 Ny. O P Istri Majeleng SD Ibu Lengkap
ka, 04- Rumah
06-1975/ Tangga
42 Tahun
2. 2 An.R P Anak 2 Majaleng SMP Pelajar Lengkap
ka, 10-4-
2005/ 12
Tahun
3. 3 An. M P Anak 3 Majaleng Belum Belum Lengkap
ka,28-06- Sekolah Sekolah
2011/ 6
Tahun
4. 4 An. A L Cucu Majaleng Belum Belum Lengkap
ka, 20-9- Sekolah Sekolah
2011/ 6
Tahun
c. Genogram

Tn.S Tn.J Tn.M


TnA Ny.O Ny.A Ny.B Ny.C

Ny.B An.R An.M


Tn.F
Ny.I Tn.D

An.A By.B
ISPA

: Laki-laki : Garis Pernikahan


: Perempuan
: Garis Keturunan
------------ : Tinggal Serumah
: Klien
: Meninggal
Keterangan :
Tn.S adalah anak 1 dari 3 bersaudara yang terdiri dari 3 laki-laki. Ny.O adalah anak
2 dari 5 bersaudara yang terdiri dari 1 laki-laki, 4 perempuan. Kakak 1 dan 3 dari
Ny.O telah meninggal akibat penyakit jantung. Tn.S mempunyai istri bernama
Ny.O dan dikaruniai 3 orang anak yang terdiri dari 3 perempuan. Anak pertama
Tn.S sudah menikah dan tidak tinggal serumah lagi dengan Tn.S
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga Tn.S adalah perkembangan dewasa awal
karena anak pertama berumur 23 tahun yaitu Ny.B dan sudah menikah dan
tidak tinggal satu rumah. Pada tahap ini biasanya dimulai saat anak pertama
meninggalkan rumah. Tugas perkembangan pada tahap dewasa awal :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar
Anak pertama dari Tn.S sudah menikah dan sudah pisah rumah tidak lagi
tinggal bersama.
2) Mempertahankan keintiman
Suami Ny.O selalu meluangakan waktu untuk mengobrol bersama-sama.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua
Anak pertama dari Tn.S yang bernama Ny.B tidak bekerja.
4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
Tn.S memberikan kebebesan dan tanggung jawab untuk anak-anak.
Anak pertama Tn.S belum bekerja, anak kedua Tn.S
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Tn.S mengatakan sekarang berperan menjadi kepala kelurga
b. Riwayat keluarga inti
Tn.S asli dari majalengka dan Ny.O asli dari majalengka, mereka bertemu di
rumah Ny.O pada tahun 1992 saat Tn.S main ke rumah Ny.O. mereka
menikah pada tahun 1993 dan tinggal di majalengka sebelum menetap
dijakarta sampai saat ini. Anak pertama Tn.S sudah menikah dan tidak tinggal
dengan Tn.S
d. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.S adalah keluarga besar yang terdiri dari suami, istri, 2 anak
dan 1 cucu.
e. Tahap perkembangan kelurga yang belum terpenuhi
1) Membantu orang tua memasuki masa tua
Anak pertama dari Tn.S yang bernama Ny.B tidak bekerja.
3. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka
yaitu dengn musyawarah dan dilakukan pada waktu yang tidak menentu
ketika ada urusan yang mendesak saja. Pola interaksi dalam keluarga Tn.S
dilakukan saat makan bersama. Anggota keluarga yang paling dominan
adalah istrinya Ny.O karena dia yang tinggal serumah
b. Struktur Kekuatan keluarga
Hubungan antara anggota keluarga Tn.S terlihat harmonis, saling terbuka
satu sama lain dan menghargai satu sama lain, mendukung dan membantu
dalam keadaan dan kegiatan apapun.
c. Struktur nilai
Nilai yang dianut oleh keluarga Tn.S tidak ditemukan nilai-nilai budaya
yang bertentangan dengan penyakit ispa dan begitu pula dengan kegiatan
didalam keluarga Tn.S tidak ada yang bertentangan. Menurut keluarga Tn.S
kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan.
4. Struktur peran
a. Tn.S adalah kepala rumah tangga yang berperan sebagai pencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan sehari – hari, memberikan keamanan dalam keluarga
b. Ny. O adalah ibu rumah tangga berperan mengurus anak – anaknya sekolah,
menggurus pekerjaan rutin di dalam rumah tangga.
c. An. R adalah anak kedua yang berperan sebagai seorang pelajar yang
menempuh bangku smp
d. An. M adalah anak ketiga yang berperan sebagai anak pra sekolah
e. An. A adalah cucu dari anak pertama Ny.B dan Tn. D yang berperan sebagai
anak usia pra sekolah
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Tn.S saling menyayangi seperti memberikan
perhatian dan saling mendukung satu sama lain dan bila ada anggota
keluarga yang berhasil anggota keluarga yang lain merasa senang dan
bahagia. Apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit, semua
anggota keluarga saling membantu untuk merawat.
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan keluarga Tn.S dan Ny.O dengan tetangga terjalin dengan tidak
baik, dikarenakan Ny.O tidak pernah mengikuti pengajian, ibu PKK dan
arisan yang diadakan setiap minggu ataupun setiap bulannya yang
dikarenakan Ny.O sibuk mengurus anak-anaknya sekolah dan
mengantarkan cucunya berangkat les. Sedangkan Tn.S selalu mengikuti
kegiatan gotong royong yang diselenggarakan sebulan 2-3 kali dilingkungan
sekitarnya
c. Fungsi reproduksi
Ny.O sejak masih usia dalam produktif (42 Tahun) telah menjadi ikatan
aseptor alat KB sejak 3 tahun yang lalu dengan menggunakan alat
kontrasepsi alat Implan sejak 1 tahun yang lalu dilanjutkan dengan alat IUD
selama 2 tahun.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.S memberikan kebutuhan keluarga dengan memberikan
financial untuk keperluan keluarga, dengan jumlah sebesar kurang lebih
Rp.1.500.000,00 meliputi uang jajan sekolah/les, bayar uang les, membayar
uang kontrakan, listrik dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhannya Tn.S
bekerja sebagai pedagang, penghasilan setiap bulan kurang lebih
Rp.1.500.000 sampai dengan Rp.2.000.000,00. Terkadang penghasilan
Tn.S tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
1) Kebiasaan keluarga Tn.S jika ada anggota keluarga yang sakit beli obat
sendiri. Tetapi jika menurutnya belum ada perubahan baru dibawa ke
dokter atau ke klinik maupun puskesmas terdekat.
2) Kelurga Tn.S dalam pengadaan makanan sehari – hari dengan cara
memasak sendiri. Komposisi jenis makanan sehari – hari selalu ada
makanan pokok, lauk-pauk (protein hewani dan nabati), sayuran
sedangkan untuk buah dan susu ketersediannya kadang – kadang.
3) Cara menyajikan makanan dalam kelurga Tn.S kadang-kadang tertutup.
Keluarga Tn.S tidak memiliki pantangan makanan apapun. Kebiasaan
keluarga dalam mengelola air minum menggunakan air minum isi ulang
atau terkadang juga dimasak, sedangkan mengelola makanan biasanya
dipotong dulu baru dicuci. Kebiasaan makan keluarga Tn.S adalah
sendiri – sendiri sesuai dengan keinginan.
4) Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
Anggota keluarga Tn.S mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari.
Keluarga Tn.S hanya mempunyai satu ruangan tamu dan dijadikan
sebagai kamar tidurnya sebagai tempat beristirahat.
5) Pemenuhan rekreasi dan latihan
Keluarga Tn.S tidak pernah melakukan liburan keluar rumah seperti
pergi ke mall secara bersama setiap ada kerja maupun hari sabtu dan
minggu. Menurut keluarga liburan ke luar rumah tidak terlalu penting.
Keluarga Tn.S hanya melakukan liburan dengan menonton tv dan
mengobrol dengan anggota keluarganya dalam mengisi waktu sengang.
6) Pemeliharaan kebutuhan kebersihan diri
Kebiasaan anggota keluarga Tn.S dalam pemenuhan kebersihan diri
yaitu mandi 3x/hr, sikat gigi 2x/hr, serta cuci rambut 2x/hr. Semua
anggota keluarga Tn.S menggunakan bahan – bahan dalam pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri dengan sabun, shampoo, pasta gigi, dan lain-
lain.
b. Sterssor dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Yang dikeluhkan Ny.O yaitu stress karena anak kaduanya belum
sembuh dari batuk dan pileknya. Keluarga Tn.S ingin mempunyai
rumah sendiri apabila mempunyai uang yang tercukupi
2) Kemampuan kelurga berespon terhadap masalah
Keluarga Tn.S menghadapi masalah dengan biasa saja dan jarang
bersikap panik
3) Strategi koping yang digunakan
Apabila ada masalah apapun keluarga Tn.S selalu melakukan
musyawarah dengan cara berdiskusi untuk menyelesaikan masalahnya
secara bersama-sama dan tidak saling menyembunyikan masalah satu
sama lain.
4) Starategi adaptasi disfungsional
Apabila ada masalah apapun keluarga Tn.S selalu melakukan
musyawarah dengan cara berdiskusi untuk menyelesaikan secara
bersama-sama dan tidak saling menyembunyikan masalah satu sama
lain. Respon keluarga Tn.S menghadapi masalah – masalah tersebut
dengan bersikap biasa saja, tidak marah – marah, tidak pernah
membanting barang.

c. Kesehatan Lingkungan
Rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan. Jenis bangunan rumah
permanen, luas bangunan panjang kurang lebih 5 M, lebar kurang lebih 1,5
sampai dengan 2 meter, tembok yang ada dirumahnya adalah triplek dan
hanya sebagian disemen. Rumah yang ditempati terdiri dari ruang tamu
sebagai tempat tidur, ruang dapur yang kotor dan penataan kurang, tempat
kamar mandi berada diluar bareng dengan tetangga sekitarnya. Airnya
berasal dari pompa, tidak berbau, putih, kamar mandi tampak licin,
pencahyaan dikamar mandi cukup terang, pencahyaan di rumah cukup
terang juga, tempat pembuangan sampah kurang memadai
Denah rumah
Dapur + Ruang
makan

Ruang tamu +
Kamar tidur

Jendela
Kamar mandi
I

Pompa
air
Kamar mandi
II

d. Pemeriksaan Fifik
No Komponen Tn.S Ny.O An.R An.M An.A
1 Kepala Kulit kepala
Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
bersih, tidak
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan,
dan rambutdan rambut dan rambut dan rambut dan rambut
tidak rontok. tidak rontok. tidak rontok. tidak rontok. tidak rontok.
2 Mata Konjungtiva : Konjungtiva : Konjungtiva : Konjungtiva : Konjungtiva :
an anemis an anemis an anemis an anemis an anemis
Sklera : an Sklera : an Sklera : an Sklera : an Sklera : an
ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik
3 Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada cairan yangada cairan ada cairan ada cairan ada cairan
keluar yang keluar yang keluar yang keluar yang keluar
4 Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Adanya cairan
ada benjolan ada benjolan ada benjolan ada benjolan dihidung
5 Mulut Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis
6 Gigi Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada caries ada caries ada caries ada caries ada caries
7 Leher Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Adanya
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembengkakan
kelenjar getah kelenjar kelenjar getah kelenjar ditenggorokan,
bening, tidak getah bening, bening, tidak getah bening, ada
ada tidak ada ada tidak ada pembesaran
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran vena jugularis
vena jugularis vena vena jugularis vena
jugularis jugularis
8 Dada dan Simetris, tidak Simetris, Simetris, Simetris,
Simetris, tidak
paru – paru ada otot bantu tidak ada otot tidak ada otot tidak ada otot
ada otot bantu
napas, suara bantu napas, bantu napas, bantu napas,
napas,
vesikuler suara suara suara terdengar
vesikuler vesikuler vesikuler
suara ronchi di
intercosta 2
9 Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
distensi distensi distensi distensi distensi
abdomen abdomen abdomen abdomen abdomen
10 Ekstrimitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
5555 5555
5555 5555 5555 5555 5555 5555 5555 5555
5555 5555 5555 5555 5555 5555
5555 5555 5555 5555

11 TB 160 cm 158 cm 155 cm 102 cm 100 cm


12 BB 76 kg 75 kg 50 kg 20 kg 15 kg
13 TTV TD : 120/90 TD : 120/80 TD : 110/80 N : 80 x/mnt N : 82 x/mnt
mmHg mmHg mmHg RR : 20 x/mnt RR : 22 x/mnt
N : 80 x/mnt N : 82 x/mnt N : 80 x/mnt S : 36,6 0C S : 37,2 0C
RR : 20 x/mnt RR : 22 x/mnt RR : 20 x/mnt
S : 36,7 0C S : 36,5 0C S : 37,5 0C
14 Kesadaran Composmetis Composmetis Composmetis Composmetis Composmetis

f. Penjajakan Tahap II
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Ny.O nengatakan bahwa ISPA adalah penyakit ISPA adalah penyakit
batuk-batuk, pilek dan demam. Ny.O mengatakan penyebab dari
penyakitnya adalah bakteri, cuaca, tanda dan gejala yang dirasakan oleh
An.A meliputi batuk-batuk selama 14 hari, pilek, demam naik turun,
mual muntah, tidak nafsu makan.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Keluarga mengatakan Ny.O pernah periksa sebelumnya dan diberikan
obat pereda dahak. Saat ditanya, Ny.O mengatakan obat yang pernah
diminum An.A yaitu Ambroxol 3x1. Bila An.A
3) Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
Keluarga Tn. S mengatakan bila An.A merasa batuk-batuk, pilek,
demam, An.A beristirahat dan terkadang minum obat dari warung
untuk menghilangkan batuk-batuk, pilek, demam dan jika rasa sakitnya
belum sembuh juga keluarga Tn.S langsung pergi ke puskesmas untuk
memeriksa kesehatannya diantar dengan keluarganya.
4) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Ny.O mengatakan Kondisi rumah berantakan, udara lembab, kotor,
jendela hanya dibuka pada pagi hari saja.
5) Kemampuan keluarga dalam manfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan jika ada anggota keluarga yang sedang sakit,
keluarga segera membawa ke klinik / puskesmas terdekat
6. Analisa Data
Setelah data fokus terkumpul maka data – data yang ada dirumuskan dalam
analisa data untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi, adapun analisa
data yang disusun dalam tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Analisa Data Keluarga Tn.S khususnya An.A
No Data Fokus Masalah Diagnosa Keperawatan
Kesehatan
1 DS : ISPA Ketidak efektifan bersihan
1. Ny.O nengatakan bahwa ISPA adalah jalan nafas pada keluarga
penyakit batuk-batuk, pilek, demam dan Tn.S khusunya An.A
sesak napas berhubungan dengan
2. Ny.O mengetahui apa penyebab dari Ketidakmapuan keluarga
dalam merawat anggota
penyakitnya yaitu bakteri dan cuaca
keluarga yang sedang sakit
3. Ny.O mengatakan tanda dan gejala yang ISPA
dirasakan oleh An.A meliputi batuk-batuk
selama 14 hari, pilek, demam, sesak napas.
4. Ny.O mengatakan An.A pernah
memeriksakan kesehatannya kepuskesmas
tetapi tidak ada perubahan kesehatan pada
An.A. Namun kesehatan An.A belum
kunjung sembuh, akhirnya Ny.O membawa
lagi ke puskesmas terdekat.
5. Keluarga Tn. S mengatakan bila An.A
merasa batuk-batuk, pilek, demam, An.A
beristirahat dan terkadang minum obat dari
warung untuk menghilangkan batuk-batuk,
pilek, demam dan jika rasa sakitnya belum
sembuh juga keluarga Tn.S langsung pergi
ke puskesmas untuk memeriksa
kesehatannya diantar dengan keluarganya.

6. Ny.O mengatakan Kondisi rumah


berantakan, udara lembab, kotor, jendela
rumah hanya dibuka setiap pagi hari saja.

7. Keluarga mengatakan jika ada anggota


keluarga yang sedang sakit, keluarga segera
membawa ke klinik / puskesmas terdekat
DO :
1. Kesadaran: Composmetis
2. TTV : N : 82 x/mnt
3. RR : 22 x/mnt
4. S : 37,2 0C
5. Terdengar suara ronchi diintercota 2
6. Klien tampak adanya cairan putih dihidung
7. Dada klien tampak tidak simetris.
3 DS : ISPA Resiko infeksi menular pada
1. Ny.O mengatakan An.A masih batuk- keluarga Tn.S khususnya
batuk sudah kurang lebih 2 minggu, pilek, An.A berhubungan dengan
demam. Ketidak mampuan keluarga
2. Ny.O mengatakan An.A kalau malam hari dalam merawat anggota
suka terbangun karena batuknya keluarga
3. Ny.O mengatakan An.A bila batuk
tenggorokannya suka sakit karena sering
batuk.
DO :
1. Kesadaran : Composmetis
2. TTV : N : 82 x/mnt
3. RR : 22 x/mnt
4. S : 37,2 0C
5. Terdengar suara ronchi diintercota 2
6. Klien terlihat batuk-batuk.
7. Klien tampak adanya cairan dihidung.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Berdasarkan hasil analisa data sebagaimana tertera pada tabel 3.1 maka
diagnosa keperawatan yang dimunculkan pada kasus keluarga dengan Ispa
adalah :
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khusunya An.A
berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sedang sakit ISPA
b. Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khusunya An.A berhubungan
dengan Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
2. Skoring Masalah Keperawatan
Dalam menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga menggunakan
teknik skoring keperawatan berdasarkan masalah yang telah disusun dalam
analisa data. Skoring keperawatan, sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel
dibawah ini :
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khusunya An.A
berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sedang sakit ISPA
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini bersifat aktual karena Ny.O
mengatakan An.R masih batuk-batuk,
Skala pilek, demam, mual dan muntah, tidak
Potensial : 1 nafsu makan. Jika tidak ditangani segera
dapat mengakibatkan penyakit
Resiko :2 komplikasi
Aktual :3
2 Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Kemungkinan masalah dapat diubah
masalah untuk dengan mudah, keluarga sudah
diubah mengetahui beberapa mengenai penyakit
An.A, sehingga saat batuk dan pilek
Skala keluarga langsung membawa ke
Mudah :2 puskesmas terdekat

Sebagian : 1
Tidak dapat : 0
3 Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Potensial masalah untuk dicegah cukup
untuk dicegah karena Ny.O mengatakan An.A sehabis
aktivitas yang berlebih dan batuk-batuk,
Skala pilek, demam terjadi, An.A langsung
Tinggi : 3 beristirahat dan meminum obat dari
puskemas
Cukup : 2
Rendah : 1
4 Menonjolnya 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan apabila ada
masalah anggota keluarga sudah merasakan tanda
dan gejala penyakit tersebut. Keluarga
Skala segera membawa ke klinik / puskesmas
Segera ditangani terdekat
:2
Masalah ada tapi
tidak perlu : 1
Masalah tidak
dirasakan : 0
Total 4 2/3

b. Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khusunya An.A berhubungan


dengan Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah ini belum terjadi
sehingga perlu ditangani
Skala namun
Potensial : 1
Resiko :2
Aktual :3
2 Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Motivasi Ny.O untuk
masalah untuk mengatasi masalah ISPA
diubah untuk sembuh karena Ny.O
mengatakan apabila An.A
Skala sedang mengalami masalah
Mudah :2 tersebut langsung dibawa ke
klinik atau puskesmas
Sebagian : 1 terdekat.
Tidak dapat : 0
3 Potensi masalah 1 1/3 x 1 = 1/3 Resiko penularan penyakit
untuk dicegah sulit dicegah karena kondisi
rumah Tn.S yang kotor,
Skala berdebu dan interaksi antara
Tinggi : 3 anggota keluarga yang lain
kurang dari 1 meter. Anggota
Cukup : 2 keluarga Tn.S menggunakan
Rendah : 1 masker apabila ada yang
sedang sakit seperti ISPA
4 Menonjolnya 1 2/2 x 1 = 1 Resiko penularan harus segera
masalah ditangani untuk tidak terjadi
pada anggota keluarga yang
Skala lainnya
Segera ditangani : 2
Masalah ada tapi
tidak perlu : 1
Masalah tidak
dirasakan : 0
Total 4

3. DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Berdasarkan hasil perhitungan scoring keperawatan keluarga didapatkan
diagnosa keperawatan prioritas sesuai dengan jumlah yang tertinggi, adapun
urutan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
No Diagnosa Keperawatan Skore
1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khusunya 4 2/3
An.A berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sedang sakit ISPA

Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khususnya An.A 3


berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga

C. Rencana Tindakan
Berdasarkan urutan diagnosa diatas maka, diagnosa yang menjadikan prioritas studi
kasus dalam karya tulis ilmiah ini adalah :
FORMAT RENCANA TINDAKAN KELUARGA
Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi
keperawatan Evaluasi
Umum Khusus Kriteria Standar
Ketidak efektifan Selama 5 kali1. Selama 1x30 Respon Verbal ISPA adalah infeksi
1. Diskusikan bersama
bersihan jalan kunjungan
menit kunjungan, saluran pernapasan akut keluarga pengertian
nafas pada rumah,
keluarga Tn.S bersihan keluarga mampu yang terjadi secara tiba – ispa dengan
khusunya An.A jalan nafas
mengenal tiba yang menyerang menggunakan
berhubungan pada An. A
dengan Ketidak dapat teratasi masalah ISPA hidung, tenggorokan lembar balik.
mapuan keluarga
pada keluarga. saluran bagian dalam
2. Tanyakan kembali
dalam merawat
anggota keluarga Dengan cara : sampai ke paru – paru. kepada keluarga,
yang sedang sakit
a. Menyebutkan Biasanya menyerang tentang pengertian
ISPA
pengertian anak usia dua bulan ISPA
ISPA sampai lima tahun. 3. Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan keluarga.
b. Menyebutkan Respon Verbal Menyebutkan 2 dari 3 Diskusikan bersama
penyebab penyebab ispa: keluarga tentang
terjadinya penyebab ISPA.
a. tertular penderita
ISPA 1. Motivasi keluarga
batuk pilek
untuk menyebutkan
b. imunisasi belum
kembali penyebab
lengkap
ISPA
c. lingkungan tidak
2. Beri reinforcement
sehat
positifatasusaha
yang dilakukan
keluarga.

1.
2.
3.
c. Menyebutkan Respon Verbal Menyebutkan 3 dari 5 1. Diskusikan
tanda dan tanda dan gejala ISPA: dengan
gejala dari keluarga
1) Batuk
ISPA tentang tanda
2) Pilek
gejala ISPA
3) Demam
2. Motivasi
4) Anoreksia
keluarga untuk
5) Sakit kepala
menyebutkan
kembali tanda
gejala ISPA
3. Beri
reinforcement
positif atas
usaha yang
dilakukan
keluarga.

2. Selama 1x30 Respon Verbal Menyebutkan akibat bila


1. Menjelaskan kepada
menit kunjungan, penyakit ISPA tidak keluarga mengenai
keluarga mampu diatasi dapat terjadi : akibat lanjut dari
mengambil penyakit ISPA
keputusan untuk a. Infeksi Telinga
2. Motivasi keluarga
mengatasi Bagian Tengah untuk
penyakit ISPA b. Infeksi Selaput mengungkapkan
a. Menjelaskan Otak kembali akibat
akibat yang
c. Infeksi Otak lanjuut ISPA jika
terjadi bila
penyakit ISPA tidak di tangani
tidak di atasi.
3. Mendiskusikan
kembali dengan
keluarga tentang
keinginan keluarga
untuk merawat
anggota keluarga.

3. Setelah dilakukan Respon Keluarga dapat


Psikomotor
tindakan mendemonstrasikan
keperawatan cara perawatan ISPA
selama 1x60 dengan inhalasi buatan,
menit kunjungan membuatkan jeruk nipis
rumah diharapkan dan kecap.
keluarga mampu
merawat anggota a. Teknik inhalasi 1. Demostrasikan
keluarga yang buatan pada keluarga
sakit ISPA 1) Persiapan alat: tentang cara
 Dapat melakukan a) Kertas koran menggunakan
perawatan ISPA inhalasi buatan
b) Minyak kayu
a. Inhalasi buatan
putih 2. Berikan
kesempatan pada
c) Wadah
keluarga untuk
baskom atau
mencoba
Ember
menggunakan
d) Air panas inhalasi buatan
secukupnya 3. Beri reward

2) Prosedur positi supaya

tindakan: yang dilakukan

a. Isi wadah keluarga

dengan air
panas
b. Teteskan 4-6
tetes minyak
kayu putih

c. Hirup uap
melalui corong
dari koran

Membuat jeruk b. Pembuatan jeruk


nipis dan kecap 1. Demostrasikan
nipis dan kecap
pada keluarga
1) Persiapan Alat:
tentang cara
a) Gelas atau
membuat jeruk
mangkok
nipis dan kecap
b) Jeruk 3
2. Berikan
c) Kecap
kesempatan pada
d) Sendok
keluarga untuk
makan
mencoba
2) Prosedur membuat jeruk
Tindakan : nipis dan kecap
a) Siapkan buah 3. Beri reward
jeruk nipis positif supaya
yang masih yang dilakukan
segar dan keluarga
sudah masak
b) Siapkan juga
kecap manis
c) Ambil 3 buah
jeruk nipis
dan potong
menjadi dua
d) Peras jeruk
nipis ke
dalam wadah
gelas atau
mangkok
e) Air perasan
jeruk nipis
saring
menggunakan
penyaring
yang sangat
halus agar
tidak ada biji
atau ampas
buah jeruk
nipis yang
tecampur
f) Tambahkan
kecap
secukupnya,
biasanya
cukup
berikan 3
sendok
makan
4. Setelah dilakukan Respon Verbal Menyebutkan 2 dari 3 1. Klarifikasi
tindakan cara memodifikasi pengetahuan
keperawatan lingkungan untuk keluarga tentang
selama 1 x 30 mencegah terjadinya manfaat fasilitas
menit kunjungan ISPA : kesehatan
rumah diharapkan 2. Memotivasi
a. Lantai rumah
keluarga mampu : keluarga untuk
bersih
memodifikasi menyebutkan
b. Atap rumah bersih
lingkungan kembali manfaat
tanpa sawang
yankes
c. Terdapat ventilasi
3. Memberikan
dan penerangan
reward positif
yang kuat
pada keluarga
d. Dapur dan kamar
atas usaha yang
mandi bersih
dilakukan
e. SPAL mengalir
keluarga.
tidak berbau
5. Setelah dilakukan Respon Verbal Manfaat fasilitas
tindakan kesehatan adalah untuk
keperawatan mengontrol kesehatan,
selama 1x30 mendapatkan
menit kunjungan pendidikan kesehatan
rumah diharapkan yang tepat dan segera
Keluarga mampu untuk mengatasi ISPA.
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
untuk
mengatasi ISPA
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
HARI/TGL/JAM DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
KEPERAWATAN
Selasa, 4 April Ketidak efektifan 1. Mendiskusikan dengan keluarga Siti
2017 bersihan jalan nafas pengertian ISPA, mengajarkan keluarga Chalimah
pada keluarga Tn.S untuk mengungkapkan kembali
khusunya An.A pengertian ISPA
berhubungan Ds : keluarga mengatakan ISPA adalah
dengan Ketidak batuk, pilek saja
mapuan keluarga Do : Ny.O tampak mengerti tentang ispa
dalam merawat 2. Mendiskusikan dengan keluarga
anggota keluarga penyebab ispa
yang sedang sakit Ds : keluarga mengatakan penyebab ispa
ISPA berasal dari bakteri dan cuaca
Do : Ny.O tampak memperhatikan dan
memahami yang didiskusikan
3. Mendiskusikan dengan keluarga tanda
dan gejala
Ds : keluarga mengatakan tanda dan
gejala yang dirasakan batuk, pilek,
demam
Do : klien tampak menyimak dan
menjawab pertanyaan

Rabu, 5 April Ketidak efektifan 1. Mengidentifikasi akibat lanjut dari ispa Siti
2017 bersihan jalan nafas Ds : keluarga mengatakan akibat lanjut Chalimah
pada keluarga Tn.S dari ispa ada infeksi telinga bagian otak
khusunya An.A Do : Ny.O tampak paham akibat lanjut
berhubungan dari ispa
dengan Ketidak 2. Memotivasi keluarga untuk
mapuan keluarga mengungkapkan kembali akibat lanjut
dalam merawat dari ispa
anggota keluarga Ds : keluarga mengatakan memutuskan
yang sedang sakit untuk merawat anggota keluarga yang
ISPA sakit, jika tidak sembuh akan membawa
ke klinik atau puskesmas terdekat
Do : Ny.O tampak menjawab pertanyaan
Kamis, 6 April Ketidak efektifan 1. Mendemontrasikan cara melakukan Siti
2017 bersihan jalan nafas inhalasi buatan Chalimah
pada keluarga Tn.S Ds : keluarga mengatakan mengerti dan
khusunya An.A ingin melakukan cara tersebut
berhubungan Do : Ny. O tampak paham dan menyimak
dengan Ketidak 2. Memotivasi keluarga untuk
mapuan keluarga redemontrasikan
dalam merawat Ds : keluarga mengatakan senang karena
anggota keluarga bisa melakukan inhalasi buatan.
yang sedang sakit Do : keluarga tampak kooperatif dan
ISPA aktif

Jumat, 7 April Ketidak efektifan 1. Mendiskusikan cara memodifikasi Siti


2017 bersihan jalan nafas lingkungan keluarga Chalimah
pada keluarga Tn.S Ds : keluarga mengatakan cara menata
khusunya An.A lingkungan yaitu lantai rumah bersih,
berhubungan atap rumah bersih tanpa sawang, terdapat
dengan Ketidak ventilasi dan penerangan yang kuat
mapuan keluarga Do : Ny. O tampak menyimak
dalam merawat 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
anggota keluarga kembali cara memodifikasi lingkungan
yang sedang sakit Ds : keluarga mengatakan cara menata
ISPA lingkungan yaitu lantai rumah bersih,
atap rumah bersih tanpa sawang, terdapat
ventilasi dan penerangan yang kuat
Do : Ny.O tampak menjawab pertanyaan
yang diberikan
Sabtu, 8 April Ketidak efektifan 1. Mengklarifikasi pengetahuan keluarga Siti
2017 bersihan jalan nafas tentang manfaat fasilitas kesehatan Chalimah
pada keluarga Tn.S Ds : keluarga mengatakan manfaat dari
khusunya An.A fasilitas kesehatan bisa mengetahui
berhubungan kondisi atau keadaan tubuh,
dengan Ketidak mendapatkan pengobatan yang tepat
mapuan keluarga serta pendidikan kesehatan
dalam merawat Do : Ny. O tampak menjawab pertanyaan
anggota keluarga yang diberikan
yang sedang sakit
ISPA
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria hasil dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan. Evaluasi
disusun dengan pedoman SOAP.
No Hari/Tanggal/Waktu Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
1 Sabtu, 8 April 2017 Data Subjektif : Siti
1. keluarga mengatakan ispa adalah batuk, pilek Chalimah
2. keluarga mengatakan penyebab ispa berasal dari virus
dan bakteri.
3. keluarga mengatakan tanda dan gejala ispa adalah
batuk, pilek, demam, mual muntah, tidak nafsu
makan.
4. keluarga mengatakan akibat lanjut dari ispa adalah
infeksi telinga bagian otak.
5. keluarga mengatakan memutuskan untuk merawat
anggota keluarga yang sakit, jika tidak sembuh akan
membawa ke klinik atau puskesmas terdekat.
6. keluarga mengatakan, gara-gara ispa dapat berakibat
mengganggu aktivitas
7. keluarga mengatakan mengerti apa yang telah
diajarkan.
8. keluarga mengatakan senang karena bisa melakukan
cara inhalasi buatan.
9. keluarga mengatakan cara memodifikasi
lingkungannya yaitu lantai rumah yang bersih, atap
rumah bersih tanpa sawang, terdapat ventilasi dan
penerangan yang kuat
10. keluarga mengatakan manfaat dari fasilitas
kesehatan bisa mengetahui kondisi atau keadaan
tubuh, mendapatkan pengobatan yang tepat serta
pendidikan kesehatan”

Data Objektif :
1. keluarga mampu menyebutkan pengertian ISPA
dengan benar
2. keluarga dapat menyebutkan penyebab ISPA
3. keluarga mampu menyebutkan tanda gejala ISPA
4. keluarga tampak kooperatif, dan dapat menjawab
pertanyaan dengan benar
5. keluarga dapat menyebutkan akibat lanjut dari ISPA
6. keluarga tampak memperhatikan apa yang dijelaskan
oleh perawat dan keluarga terlihat sangat menyayangi
An.A
7. keluarga nampak mengambil keputusan dengan benar
8. keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan ISPA
dengan benar
9. keluarga mampu melakukan yang didemontrasikan
oleh perawat.
10. Klien mampu menyebutkan lingkungan yang
aman bagi penderita ISPA
11. Keluarga sudah melakukannya
12. Keluarga dapat meyebutkan manfaat pelayanan
kesehatan

Analisa : TUK 1 sampai TUK 5 teratasi sesuai rencana

Planning : Memotivasi keluarga untuk melanjutkan dan


menerapkan apa yang perawat sudah berikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ada antara teori
dan tinjauan kasus yang dilakukan mulai tanggal 3 April 2017 sampai 14 April 2017
pada keluarga Tn.S dalam pemenuhan kebutuhan dasar dengan masalah ISPA yang
beralamat di Jalan Utan Panjang RT.07 RW.02 Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Kemayoran, Jakarta Pusat. Pembahasan ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan melalui proses keperawatan yang meliputi proses pengkajian sampai
evaluasi

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 3-8
April 2017 dalam pengkajian penulis melakukan pengumpulan data. Data diperoleh
dengan menggunakan format pengkajian dan teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara dengan klien maupun keluarga, observasi dan pemeriksaan fisik.
Setelah penulis melakukan pendekatan untuk menjalin hubungan saling percaya,
keluarga Tn.S dapat menerima kedatangan penulis. Dalam pengkajian tidak
ditemukan kesulitan dikarenakan keluarga Tn.S yang kooperatif keluarga Tn.S
menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh penulis sehingga mempermudah
mendapatkan informasi tetapi dalam pemeriksaan fisik lengkap dengan kontrak
waktu yang sudah disepakati dengan yang bersangkutan agar dapat bertemu. Selain
itu penulis terbantu dengan adanya format pengkajian. Untuk tipe keluarga tidak
ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan tipe keluarga pada keluarga
Tn.S adalah keluarga inti. Dimana didalam teori menurut Friedman, Bowden &
Jones, 2003 dijelaskan bahwa The nuclear family (keluarga inti) yaitu keluarga
yang terdiri dari suami, istri dan anak.

Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap keluarga dengan tahap
anak usia dewasa awal dimana Tn.S mempunyai anak pertama yang berumur 23
tahun, dimana berdasarkan teori tugas perkembangan keluarga dewasa awal
meliputi:
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua
4. Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Dalam teori tugas perkembangan yang ditempuh keluarga Tn.S didapat


kesenjangan dengan kasus, dimana tugas perkembangan pada tahap perkembangan
keluarga usia dewasa awal yang belum terpenuhi adalah membantu orang tua
memasuki masa tua dikarenakan Ny.B tidak bekerja.

Peran keluarga pada keluarga Tn.S yaitu Tn.S berperan sebagai kepala rumah
tangga, pencari nafkah, melindungi anak-anaknya, Ny.O berperan sebagai ibu
rumah tangga, mengurus anak-anaknya sekolah, sebagai pengurus rumah tangga,
An. R berperan sebagai anak pelajar, An.M berperan sebagai anak pra sekolah,
An.A berperan sebagai anak pra sekolah. Tidak memiliki kesenjangan antara teori
dan kasus.

Fungsi pemeliharan kesehatan dalam keluarga Tn.S memiliki tidak memiliki


kesenjangan antara teori dan kasus dimana dalam teori menurut friedman keluarga
dapat memenuhi kebutuhan sandang, papan dan pangan serta perawatan kesehatan.
Keluarga Tn.S langsung membawa An.A pergi berobat kerumah sakit atau
puskesmas terdekat.

Cara penyajian makanan dalam keluarga Tn.S tidak ditemukan kesenjangan dengan
teori dengan cara ditutup dan disimpan dalam lemari. Kebiasaan keluarga dalam
mengelola makanan yaitu dengan cara dipotong terlebih dahulu baru dicuci
berdasarkan teori memotong sayur terlebih dahulu baru dicuci membuat kehilangan
manfaat vitamin B dan C karena vitamin B dan C adalah vitamin larut air maka
vitamin-vitamin ini sangat mudah larut dalam air.

Dari tanda dan gejala yang dikeluhkan An.A tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan kasus seperti batuk-batuk kurang lebih 2 minggu, pilek, mual muntah,
tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan. Sedangkan dalam teori tanda dan gejala dari
ispa adalah batuk-batuk, pilek, mual muntah, tidak nafsu makan, demam kurang
Pada fungsi sosialisasi dalam keluarga Tn.S memiliki kesenjangan antara teori dan
kasus dimana dalam teori menurut friedman keluarga dalam bersolisasi berperan
aktif dalam kegiatan bermasyarakat maupun keluarga sangat penting, sedangkan
dalam keluarga Tn.S dalam bermasyarakat hanya sekedar mengobrol dengan
tetangga sekitarnya.

B. Diagnosa Keperawatan
Dalam membuat diagnosa penulis sudah mengacu sesuai teori yaitu aktual, resiko
dan potensial. Dalam membuat diagnosa, ada sedikit kesenjangan teori dan kasus
yaitu jika didalam teori sasarannya individu dan keluarga, sedangkan dalam kasus
penulis sasarannya lebih sering pada individu. Didalam keluarga Tn.S terdapat 1
masalah yaitu ispa.
Dalam pada kasus penulis hanya membahas mengenai gangguan sistem oksigenasi:
ISPA dan hanya mendapatkan diagnosa aktual dan resiko. Tapi pada kasus penulis
mendapatkan 2 masalah keperawatan keluarga yang kemudian dilakukan skoring
untuk menentukan prioritas masalah yaitu :
1. Ketidak efektifan bersihan jalan pada keluarga Tn.S khusunya An.A b.d
ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ISPA
khususnya An.A
Penulis mengangkat diagnosa ini dengan dasar adanya data yang didapatkan
yaitu dari data subjektif keluarga Tn.S mengatakan hanya mengetahui beberapa
pengertian, penyebab dan tanda gejala ispa. Waktu terkena ispa An.A masih
batuk-batuk, pilek, demam, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri
tenggorokan. An.A mengalami ispa keluarga langsung membawanya ke
puskesmas terdekat. Namun pengobatan tersebut tidak sembuh akhirnya An.A
dibawa lagi ke puskesmas untuk menanyakan kesehatannya. Ny.O(perawatan).
Dan menurut data objektif didapatkan terdengar suara ronchi di intercosta 2,
hidung klien tampak mengeluarkan cairan, N:84 x/mnt, RR: 22 x/mnt, S: 37,2
o
C, keadaan rumah tidak tertata rapi.
2. Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khususnya An.A b.d ketidak
mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga Khususnya An.A
Diagnosa ini dimunculkan karena keluarga Tn.S khususnya An.A. Ny.O
mengatakan Ny.O mengatakan An.A masih batuk-batuk sudah kurang lebih 2
minggu, pilek, demam, An.A kalau malam hari suka terbangun karena
batuknya, An.A bila batuk tenggorokannya suka sakit karena sering batuk.
Sedangkan data objektif yaitu kesadaran : Composmetis, TTV : N : 82 x/mnt,
RR : 22 x/mnt, S : 37,2 0C, Terdengar suara ronchi diintercota 2 , Klien terlihat
batuk-batuk, Klien tampak adanya cairan dihidung.

Diagnosa menurut teori ada diagnosa nyata / gangguan, diagnosa ancaman (risiko),
diagnosa sehat/ wellness. Berikut adalah masalah yang muncul pada penderita ispa
dalam teori buku nic noc :

a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas


b. Perubahan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Hipertemi
d. Resiko infeksi

Dari tiga diagnosa keperawatan yang terjadi tidak terlhat perbedaan antara teori dan
kasus, karena tanda dan gejala mengarah pada yang ditegakkannya diagnosa
keperawatan tersebut. Pada diagnosa keperawatan pertama aktual, yaitu ketidak
efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khususnya An.A, pada diagnosa
kedua Resiko Infeksi Menular pada keluarga Tn.S khususnya An.A. Dalam
membuat diagnosa keperawatan dan memprioritaskan diagnosa keperawatan
melalui teknik skoring yang dibuat bersama keluarga, penulis tidak mengalami
hambatan.

C. Perencanaan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dibuat untuk mengatasi masalah yang ada.
Berdasarkan dengan konsep perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang
ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada.
Tujuan terdiri dari jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan
jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem /
masalah (P) dikeluarga, sedangkan penentuan tujuan jangka pendek (tujuan khusus)
mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E) (Komang, 2012).
Rencana keperawatan diperioritaskan pada masalah ketidak efektifan bersihan jalan
nafas karena maslah ini merupakan maslaah dengan resiko tinggi dibandingkan
dengan diagnosa kedua, selain itu maslah tersebut akan berakibat munculnya
masalah – masalah baru bila tidak segera ditanagni. Didalam membuat diagnosa
dan membuat prioritas masalah penulis tidak mengalami kesulitan karena keluarga
kooperatif dan mengerti skoring setelah diarahkan oleh penulis.

Pada diagnosa pertama yaitu Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga
Tn.S khusunya An.A berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sedang sakit ISPA. Penulis bersama keluarga
merencanakan untuk melakukan penyuluhan kesehatan tentang ispa mulai dari
pengertian sampai cara pencegahan dan perawatannya serta psikomotornya yaitu
melakukan teknik inhalasi buatan dan cara pembuatan jeruk nipis dan kecap.
Tidak terdapat kesenjangan antara rencana tindakan yang dibuat dengan teori
penyusunan rencana keperawatan, dimana penulis melibatkan keluarga dalam
penyusunan rencana keperawatan dan rencana tindakan yang mempunyai masalah.
Selain itu penulis merencanakan untuk melakukan penyuluhan disetiap masalah
pada keluarga untuk mencegah resiko terjadinya masalah dengan tindakan promotif
seperti penyuluhan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perncanaan program.
Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan
keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan
waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis melakukan sesuai rencana yang
telah disusun. Keluarga Tn.S sangat terbuka setiap tindakan yang diberikan oleh
penulis. Tetapi sedikit mengalami hambatan, karena setiap tindakan tidak semua
anggota keluarga Tn.S hadir. Penulis memberikan penyuluhan kepada anggota
keluarga Tn.S yang hadir sementara untuk anggota keluarga Tn.S yang tidak dapat
hadir, penulis memberikan saran untuk keluarga yang mendapatkan penyluhan agar
memberitahu kepada anggota keluarga yang tidak hadir. Selain itu keluarga diberi
leflet dan catatan agar bisa dibaca dan dipelajari lagi
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses kepearawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas
dari serangkaian program yang diguanakan terkait program kegiatan, karakteristik
dan hasil yang telah dicapai. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan
dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Evaluasi
asuhan kepearwatan keluarga, didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, Objektif,
Analisis, Planning).

Untuk diagnosa pertama Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S
khusunya An.A berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sedang sakit ISPA. Dilakukan evaluasi pada setiap
melakukan tindakan, setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ispa dan
psikomotornya berupa teknik inhalasi buatan . Masalah tersebut sudah teratasi hal
ini dapat dilihat dengan Ny. O yang dapat menyebutkan kembali pengertian, tanda
dan gejala, serta pencegahan dan perawatan ispa. Ny.O dan keluarga dapat
melakukan dengan baik teknik inhalasi buatan. Tindak lanjut dari penulis
meyarankan kepada keluarga Tn.S selalu menjaga kesehatan pada seluruh anggota
keluarga serta menyarankan kepada keluarga Tn.S untuk tetap menerapkan apa
yang telah disampaikan oelh penulis. Penulis mengalami hambatan yaitu ada
anggota keluarga yang tidak hadir saat ada tindakan yang diberikan.
BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan kembali hasil dari tinjauan teoritis
sampai dengan pembahasan.

A. Kesimpulan
Saat pengkajian tidak semua anggota berkumpul bersama, sehingga tidak
dapat melakukan pemeriksaan kesehatan pada semua keluarga.
Penyebab ispa pada keluarga Tn.S khususnya An.A adalah cuaca, virus.
Gejala yang didapatkan pada An.A yaitu batuk-batuk, pilek, mual muntah,
tidak nafsu makan, demam. Tanda dan gejala ini terdapat teori, pada teori
disebutkan tanda dan gejala ispa adalah batuk-batuk, pilek, mual muntah,
tidak nafsu makan, demam.
Diagnosa yang terdapat di dalam teori
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sputum.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
3. Hipertemi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.

Sedangkan diagnosa yang ada pada kasus adalah :

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khususnya


An.A berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit ispa

Perencanaan secara umum sesuai dengan landasan teori, namun saat


perencanaan dan skoring tidak semua keluarga terlibat.

Dalam Pelaksanaan tindakan keperawatan penulis sedikit mengalami


hambatan, karena setiap melakukan tindakan tidak semua anggota keluarga
Tn.S tidak hadir dikarenakan Tn.S sibuk bekerja. Penulis memberikan leflet
dan catatan agar memberitahu kepada anggota keluarga yang tidak hadir.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat, penulis menganggap perlu adanya
peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang diharapkan agar
dapat membantu klien dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal. Disamping itu penulis memberikan saran
kepada pihak yang diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit ispa dan saran tersebut
diantaranya:
1. Untuk penulis
Dalam penerapan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa dapat
melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil
yang optimal dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang
kompoten bagi pasien, mahasiswa juga diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya selama proses pembelajaran
baik dikampus maupun dilapangan.
2. Institusi pendidikan
Untuk intitusi diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat
melengkapi buku-buku sebagai referensi dengan terbitan terbaru yang
berkaitan dengan masalah-masalah asuhan kepearwatan keluarga,
sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam penyusunan karya
tulis ilmiah selanjutnya.
3. Klien dan keluarga

Diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat dan menjaga lingkungan


tetap bersih guna mencegah terjadinya ISPA. Serta mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terjangkau dan ekonomis seperti
puskesmas atau klinik.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff & Mukty. (2010). Dasar – dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.

Friedman, Marilyn M. (1998). keperawatan keluarga. Edisi 3. EGC. Jakarta.


DepKes RI. (2002). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kozier, B dkk. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Volume 1. Edisi 7.
Jakarta: EGC

Laporan Nasional Riskesdas. (2007). Prevalensi ISPA.

http://www.k4health.org/sites/default/laporanNasional20Riskesdas%202007.pd
f . Diperoleh 02 Febuari 2017 jam 10.00 WIB

Laporan Nasional Riskesdas. (2013). Prevelensi ISPA.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf Diperoleh 02 febuari 2017 jam 09.40 WIB

Ns. Tantut Susanto, M.Kep.Sp.Kep.Kom. (2012). Buku Ajar Keperawatan


Keluarga: Aplikasi pada praktik asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: TIM

Pedoman Interim WHO. (2007). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran


pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemic dan pandemic di
fasilitas pelayanan kesehatan. Jenewa : WHO.

Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : Graha Ilmu.

Susanto. (2012). Aplikasi Teori Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :


Trans Info Media.

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis. Jakarta : Erlangga


SATUAN ACARA PENYULUHAN
“ISPA”

DISUSUN OLEH :
SITI CHALIMAH
2014750039

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
SATUAN ACARA PENYLUHAN
Pokok bahasan : Ispa
Sub pokok bahasan : Cara Mengenal ISPA
Sasaran : Keluarga Ny. O
Hari/tanggal : Sabtu, 05-04-2017
Waktu : 10.00 s/d selesai
Tempat : Dirumah Ny. O
Peserta : Pasien dan keluarga Ny.O

A. Tujuan
1. Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien
mampu mengenal penyakit ispa dengan tepat.
2. Tujuan khusus :
a. Mampu menjelaskan pengertian ISPA
b. Mampu menjelaskan penyebab ISPA
c. Mampu menjelaskan tanda gejala ISPA
d. Mampu menjelaskan cara penanganan ISPA
e. Mampu menjelaskan penularan ISPA
f. Mampu menjelaskan pencegahan ISPA
B. Materi
1. Pengertian ISPA
2. Penyebab ISPA
3. Tanda gejala ISPA
4. Cara penangganan ISPA
5. Penularan ISPA
6. Pencegahan ISPA
C. Media
1. Lembar balik
2. Leaflet
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab

E. Pengorganisasian
1. Pembimbing
Pembimbingan Lapangan / Puskesmas : Bu Farida
Pembimbing Pendidikan : Pak Dedi Muhdiana

2. Moderator : Siti Chalimah


Peran Moderator :
a. Memulai dan Menutup Acara
b. Memperkenalkan Diri
c. Menetaptakan tata tertib acara penyuluhan
d. Menjaga kelancaran acara
e. Memimpin diskusi

3. Penyaji : Siti Chalimah


Peran Penyaji :
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator manjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
c. Menjawab pertanyaan audiens

4. Observasi : Siti Chalimah


Peran Observer :
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal serta kegiatan
5. Fasilitator : Siti Chalimah
Peran Fasilitator :
a. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
b. Bekerja sama dengan penyaji dalam menampilkan bahan
penyuluhan
c. Membagikan leafleat
F. Setting Tempat

Keterangan :
: Peserta
: Pasien An. A ISPA

: Penyaji

: Penguji

A. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 Menit a. Mengucam Salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan nama b. Memperhatikan dan
kepada audiens Mendengarkan
c. Kontrak waktu c. Memperhatikan dan
d. Menjelaskan tujuan Mendengar
penyuluhan d. Memperhatikan dan
Mendengar
2. 20 a. Mampu menjelaskan a. Memperhatikan dan
Menit ISPA Mendengarkan
b. Mampu menjelaskan b. Memperhatikan dan
penyebab ISPA Mendengarkan
c. Mampu Menjelaskan c. Memperhatikan dan
tanda gejala ISPA Mendengarkan
d. Mampu menjelaskan d. Memperhatikan dan
cara penangan ISPA Mendengarkan
e. Mampu menjelaskan e. Memperhatikan dan
cara penanganan ISPA Mendengarkan
f. Mampu menjelaskan f. Memperhatikan dan
komplikasi ISPA Mendengarkan
g. Mampu menjelaskan g. Mmeperhatikan dan
pencegahan yang tepat Mendengarkan
pada ISPA pada anak
3. 15 a. Mengajukan 3 a. Bertanya
Menit pertanyaan tentang b. Memperhatikan dan
penyuluhan ISPA Mendengarkan
b. Memberikan c. Menjawab Salam
kesimpulan tentang
penyuluhan ISPA
c. Salam penutufp

B. Evaluasi
a. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan
penyuluhan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai
berikut :
1. Mampu menjelaskan pengertian ISPA
2. Mampu menjelaskan penyebab ISPA
3. Mampu menjelaskan tanda gejala ISPA
4. Mampu menjelaskan cara penangan ISPA
5. Mampu menjelaskan penularan ISPA
6. Mampu menjelaskan pencegahan ISPA
b. Evaluasi Struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan

c. Evalusi Proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
d. Evaluasi Hasil
1. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan 80 % lebih dengan benar
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila
sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan
benar
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila
sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar

C. Penjelasan Materi
1. Pengertian ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bawah yang berlangsung sampai 14 hari.

2. Penyebab ISPA
a. Tertular oleh penderita batuk
b. Daya tahan tubuh lemah
c. Gizi kurang
d. Lingkungan perumahan yang tidak sehat
e. Anak / bayi yang tidak mendapat ASI yang memadai.
3. Tanda dan Gejala ISPA
a. Batuk
b. Pilek
c. Nafas Cepat
d. Demam
e. Mual Muntah
f. Tidak Nafsu Makan
4. Cara Penangan ISPA
a. Mengatasi panas demam dengan cara kompres air hangat
b. Mengatasi batuk dengan cara : jeruk nipis ½ sendok tea
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok tea (3x/hari)
c. Pemberian makan dengan cara memberikan makanan bergizi
tapi sering
d. Pemberian minum dengan cara minum air putih, air hangat, air
sari buah
5. Cara Penularan ISPA
a. Melalui udara
b. Kontak langsung dengan penderita
c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan
d. Imunisasi yang kurang lengkap
e. Status gizi yang kurang
f. Polusi udara lingkungan
6. Cara Pencegahan ISPA
a. Makanan yang bergizi
b. Imunisasi yang lengkap
c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“INHALASI BUATAN”
RT.07 RW.02 Kel.Utan Panjang
Keluarga Tn.S Khususnya An.A

DISUSUN OLEH :
SITI CHALIMAH
2014750039

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
SATUAN ACARA PENYLUHAN
Pokok bahasan : Ispa
Sub pokok bahasan : Latihan Inhalasi Buatan pada penderita ISPA
Sasaran : Keluarga Tn.S
Hari/tanggal : Kamis / 6-04-2017
Waktu : 13.00 – 14.00
Tempat : Dirumah Tn.S
Peserta : Pasien dan keluarga Tn.S
A. Tujuan
1. Tujuan umum :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 40 menit diharapkan kesehatan
keluarga Tn.S khususnya An.A dapat berlatih secara aktif sedangkan
keluarganya dapat memberikan dan membimbing secara pasif.
2. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x40 menit An.A dan keluarga
diharapkan dapat menjelaskan tentang :
a. Mampu menjelaskan pengertian latihan inhalasi buatan pada
penderita ISPA
b. Mampu menjelaskan tujuan latihan inhalasi buatan pada penderita
ISPA
c. Mampu menjelaskan indikasi pada penderita ISPA
d. Mampu menjelaskan alat dan bahan yang digunakan untuk inhalasi
buatan pada penderita ISPA
e. Mampu menjelaskan keuntungan terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
f. Mampu menjelaskan kerugian terapi inhalasi buatan pada penderita
ISPA
g. Mampu menjelaskan tahapan kerja terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
B. Materi
1. Pengertian terapi Inhalasi Buatan
2. Tujuan pada terapi Inhalasi Buatan
3. Indikasi pada terapi Inhalasi Buataan
4. Alat dan bahan yang digunakan terapi Inhalasi Buatan
5. Cara kerja terapi Inhalasi Buatan
6. Keuntungan terapi Inhalasi Buatan
7. Kerugian terapi Inhalasi Buatan

C. Media
Format Prosedur

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Peragaan dan Praktek

E. Pengorganisasian
1. Pembimbing
Pembimbingan Lapangan / Puskesmas : Bu Lili Herlinah
Pembimbing Pendidikan : Pak Dedi Muhdiana
2. Moderator : Siti Chalimah
Peran Moderator :
a. Memulai dan Menutup Acara
b. Memperkenalkan Diri
c. Menetaptakan tata tertib acara penyuluhan
d. Menjaga kelancaran acara
e. Memimpin diskusi
3. Penyaji : Siti Chalimah
Peran Penyaji :
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator manjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
terapi Inhalasi Buatan
c. Menjawab pertanyaan audiens
4. Observasi : Siti Chalimah
Peran Observer :
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal serta kegiatan
5. Fasilitator : Siti Chalimah
Peran Fasilitator :
a. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
b. Bekerja sama dengan penyaji dalam menampilkan bahan
penyuluhan
c. Membagikan format prosedur Inhalasi Buatan

F. Setting Tempat

Keterangan :
: Peserta
: Pasien An. A ISPA

: Penyaji

: Penguji

D. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Materi Peserta
1. 5 Menit Pembukaan a. Mengucam a. Menjawab salam
Salam b. Memperhatikan
b. Memperkenalkan dan Mendengarkan
nama kepada c. Memperhatikan
audiens dan Mendengar
c. Kontrak waktu d. Memperhatikan
d. Menjelaskan dan Mendengar
tujuan
penyuluhan
2. 20 Penyampaian a. Mampu a. Memperhatikan
Menit materi menjelaskan dan Mendengarkan
pengertian b. Memperhatikan
latihan inhalasi dan Mendengarkan
buatan pada c. Memperhatikan
penderita ISPA dan Mendengarkan
b. Mampu d. Memperhatikan
menjelaskan dan Mendengarkan
tujuan latihan e. Memperhatikan
inhalasi buatan dan Mendengarkan
pada penderita f. Memperhatikan
ISPA dan Mendengarkan
c. Mampu g. Mmeperhatikan
menjelaskan dan Mendengarkan
indikasi pada
penderita ISPA
d. Mampu
menjelaskan alat
dan bahan yang
digunakan untuk
inhalasi buatan
pada penderita
ISPA
e. Mampu
menjelaskan
keuntungan
terapi inhalasi
buatan pada
penderita ISPA
f. Mampu
menjelaskan
kerugian terapi
inhalasi buatan
pada penderita
ISPA
g. Mampu
menjelaskan
tahapan kerja
terapi inhalasi
buatan pada
penderita ISPA

3. 10 Evaluasi a. Demontrasikan a. Mempratekkan


Menit latihan terapi terapi Inhalasi
Inhalasi Buatan Buatan pada
pada pebderita penderita ISPA
ISPA b. Bertanya
b. Diskusi / tanya
jawab
4. 5 Menit Penutup d. Memberikan a. Memperhatikan
kesimpulan dan
tentang terapi Mendengarkan
Inhalasi Buatan b. Menjawab
pada ISPA Salam
e. Salam penutup

E.Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan
penyuluhan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai
berikut :
a. Mampu menjelaskan pengertian latihan inhalasi buatan pada
penderita ISPA
b. Mampu menjelaskan tujuan latihan inhalasi buatan pada
penderita ISPA
c. Mampu menjelaskan indikasi pada penderita ISPA
d. Mampu menjelaskan alat dan bahan yang digunakan untuk
inhalasi buatan pada penderita ISPA
e. Mampu menjelaskan keuntungan terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
f. Mampu menjelaskan kerugian terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
g. Mampu menjelaskan tahapan kerja terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA

2. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan

3. Evalusi Proses
a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlangsung
b. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik

4. Evaluasi Hasil
a. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan 80 % lebih dengan benar
b. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila
sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan
benar
c. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila
sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar

F. Penjelasan Materi
1. Pengertian Inhalasi Buatan
Tindakan yang dilakukan pada pasien ISPA dengan cara
sederhana adalah pemberian obat dalam bentuk UAP langsung
menuju alat pernapasan ( hidung ke paru-paru) menggunakan alat
Nebulizer.
Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara
dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran pernafasan yang
dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat
dilakukan dalam lingkungan keluarga.

2. Tujuan Inhalasi Buatan


a. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.
b. Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
c. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
d. Melegakan pernafasan.
e. Mengurangi pembekakan selaput lendir.
f. Mencegah pengeringan selaput lendir.
g. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.
h. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.
3. Indikasi Inhalasi Buatan
a. Pasien sesak nafas dan batuk.
b. Broncho pnemonia.
c. Asma bronchial.
d. Sinusitis.
e. Pilek dengan hidung sesak dan berlendir.
f. Infeksi saluran pernafasan akut

4. Alat dan Bahan Inhalasi Buatan


a. Ruangan tertutup.
b. Gelas ukuran sedang.
c. Obat-obatan aromatherapi seperti minyak kayu putih.
d. Air hangat.
e. Tissue.
f. Karton yang dibuat berbentuk corong.

5. Cara Kerja Inhalasi Buatan


a. Persiapkan alat dan bahan.
b. Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom
dengan perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml
(1 gelas) air hangat.
c. Tempatkan pasien dan campuran tersebut di ruangan tertutup
supaya uap tidak tercampur denga udara bebas.
d. -10 menit atau
pasien sudah merasa lega dengan pernafasannya.

6. Keuntungan Terapi Inhalasi Buatan


Keuntungan dari Inhalasi buatan anatar lain:
a. Lebih mudah untuk dilakukan.
b. Biaya lebih terjangkau.

7. Kerugian Terapi Inhalasi Buatan


Selain keuntungan, therapi sederhana juga memiliki kekurangan
antara lain yaitu:
a. Kurang efektif di berikan pada balita karena uap air panas dan bau
minyak penghangatnya terlalu kuat. Belum lagi risiko kecelakaan
terkena tumpahan air panas.
RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Chalimah


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 17 April 1996
Status Menikah : Belum Menikah
Kewanegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jalan Tipar Cakung No.171 Rt.007 Rw. 008
kecamatan Cakung kelurahan Cakung barat Jakarta
Timur
Email : schalimah8@gmail.com

Pendidikan :
1. SDN Cakung Barat 013 Pagi Jakarta Timur pada Tahun 2002 - 2008
2. SMPN 144 Jakarta Timur Lulus Tahun 2008 – 2011
3. SMK Kesdam Jaya Jakarta Pusat Lulus Tahun 2011 – 2014
4. D III Keperawatan UMJ Lulus Tahun 2014 - 2017

Anda mungkin juga menyukai