S
KHUSUSNYA An.A DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI SISTEM PERNAPASAN
“ISPA” DI WILAYAH RT 007 RW 002 KELURAHAN UTAN
PANJANG KECAMATAN KEMAYORAN
TANGGAL 03 APRIL – 14 APRIL 2017
Disusun Oleh :
SITI CHALIMAH
2014750039
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Asuhan Keperwatan Pada Keluarga dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigen: ISPA Tn.S Khususnya An.A
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan program DIII
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam menyusun makalah
karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun
berkat bantuan bimbingan dan motovasi dari semua pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih ini penulis tunjukkan kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UMJ.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi D III Keperawatan
FIK UMJ
3. Ibu Ns. Wati Jumaiyah, M.Kep., Sp.KMB selaku Wali Akademik angkatan 32
dari tingkat 1 sampai tingkat 2 yang selalu memberikan motivasi kepada saya.
4. Bapak Drs.Dedi Muhdiana, M.Kes selaku Wali Akademik angkatan 32 dari
tingkat 2 sampai tingkat 3, pembimbing dan penguji sidang yang selalu
memberi bantuan dan saran – saran yang berguna dalam menyusun karya tulis
ini dengan penuh kesabaran dan ketulusan, semoga Allah selalu melimpahkan
rahmat – Nya kepada beliau dan keluarga.
5. Ibu Ns. Lily Herlinah, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku penguji karya tulis ilmiah
ini
6. Para dosen dan staff pendidikan akademi yang telah memberi dukungan selama
menyusun karya tulis ilmiah.
7. Bapak Ketua RW 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta
Pusat dan para kader-kadernya yang selalu membimbing selama praktek lahan
dan menyusun karya tulis ini.
8. Keluarga Tn.S yang telah kooperatif dan bekerja sama dengan baik dalam
menyusun karya tulis ini.
9. Kepada kedua orang tua papa, mama, dan adik yang selalu memberikan doa
yang tulus dan motivasi saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Kapada sahabat-sahabat saya (Gina, Trimel, Dyah, Aina, Eka) yang selalu
sabar, berusaha untuk memotivasi, dan memberikan dukungan dan doa satu
sama lain.
11. Teman – teman yang mengambil karya tulis Kep. Keluarga (Euis, Gina, Nur,
Nadiyah, Mariyatul, dan Andini) yang selelalu berusaha untuk memotivasi,
memberikan dukungan dan doa satu sama lain.
12. Teman – teman seperjuangan angkatan 32 yang banyak memberi suka dan
dukanya selama 3 tahun.
13. Dan yang terakhir semua orang yang menyayangiku, telah memberikan
support, motivasi, perhatian dan memberikan dukungannya dari awal sampai
akhir penulisan karya ilmiah ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekuragannya, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
berguna bagi pembaca dan tenaga keperawatan khususnya dalam meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
1. Tujuan Umum ................................................................................ 2
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 2
C. Ruang Lingkup .................................................................................... 3
D. Metode Penulisan ................................................................................ 3
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 4
F. Lampiran ............................................................................................ 5
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................. 74
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 76
C. Perencanaan Keperawatan ........................................................... 77
D. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 78
E. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 80
B. Saran ............................................................................................ 81
A. Latar Belakang
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa
atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff & Mukty, 2010). Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah
satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru
(alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung
(sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura (Widoyono,2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2007 didapatkan
angka kejadian ISPA sebanyak (98 %). Penyakit ISPA merupakan penyakit
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular didunia. Sekitar 4 juta
manusia meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, sehingga ISPA masih
merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian cukup tinggi. (WHO,
2007).
Berdasarkan data statistik yang ada di Puskesmas Sumur Batu diperoleh pada
Tahun 2016 sebanyak (17,7 %).(Administrasi Puskesmas Sumur Batu, 2016).
Sedangkan Berdasarkan data statistik yang ada di Puskesmas Utan Panjang
diperoleh pada Tahun 2016 sebanyak (22,2%).(Administrasi Puskesmas Utan
Panjang, 2016).
Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah: retinitis, nyeri
tenggorokan , batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrostenal
dan konjungtivitis, suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan imsomnia.
Kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatkan suhu berlangsung
lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. (Alsagaff & Mukty, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang
pemenuhan kebutuhan dasar keluarga Tn.S khususnya An.A dengan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigen Dalam Gangguan Sistem pernapasan
”ISPA” di Jalan Utan Panjang RT.07 RW.02 Jakarta Pusat.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga pada pemenuhan kebutuhan dasar klien dengan gangguan sistem
pernapasan : ISPA
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendiskripsikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan
gangguan sistem pernapasan : ISPA
b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien
dengan ispa
c. Mampu mendeskripsikan rumusan masalah keperawatan kebutuhan
dasar klien dengan gangguan sistem pernapasan : ISPA
d. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi : ISPA.
e. Mampu mendiskripsikan tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi : ISPA
f. Mampu mendiskripsikan hasil evaluasi pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi : ISPA
g. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan
keluarga pada dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi
: ISPA
h. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
praktek
i. Mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusi.
C. Ruang Lingkup
Mengingat banyaknya masalah kesehatan keluarga yang terjadi dimasyarakat
terutama sistem pernapasan. Maka penulis membatasi masalah pada
pembahasan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pada keluarga Tn.A dengan
gangguan sistem pernapasan : ISPA selama 5 kali kunjungan.
D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ilmiah adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah yaitu suatu metode yang mempelajari,
menganalisa, dan menarik kesimpulan dari pengalaman secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga dan membandingkan dengan hasil
studi keperpustakaan.
Adapun data di peroleh dengan menggunakan teknik :
1. Studi kepustakan
Suatu kegiatan untuk memperoleh dengan cara mempelajari buku – buku dan
literature yang berhubungan dengan asuhan keperawatan keluarga dan
keperawatan sistem pernafasan : infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
2. Studi kasus
a. Observasi
Observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang
bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan, dan keperawatan serta
hasil tindakan yang dilakukan.
b. Wawancara
Wawancara adalah dengan melakukan wawancara dengan keluarga
memperoleh data – data khususnya yang terkait dengan ISPA dan tugas
– tugas kesehatan serta faktor kesehatan dalam keluarga sesuai dengan
masalah yang dihadapi.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah dilakukan pada seluruh anggota keluarga, akan
tetapi difokuskan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.
E. Sistematis Penulisan
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab
yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang
lingkup, dan sistem penulisan.
BAB IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan keluarga
pada Tn.S Khususya An.A dengan infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
B. Saran
Berisi tentang usulan – usulan mengenai hal – hal yang harus
diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga pada Tn.S Khususnya An.A dengan infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) guna meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA
BAB II
TINJAUAN TEORI
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung
hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan
pleura (Widoyono,2011).
2. Etiologi ISPA
Ispa disebabkan beberapa hal :
a. Bakteri meliputi Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,
Streptacoccus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenze, dan lain – lain.
b. Jamur meliputi Aspergilus sp., Candinda albicans, Histoplasma, dan
lain – lain.
c. Virus meliputi Orthomyxovirus, Paramyxovirus, Metamyxovirus,
Adenovirus, dan lain-lain
d. ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan
infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh
virus, terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial
umumnya disertai peradangan parenkim. (Alsagaff & Mukty, 2010).
3. Patofisiologi Ispa
ISPA
Nyeri Akut
4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
a. Pengertian
Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh.
(Sulistyo Andarmoyo, 2012).
Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen
dalam sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam hitungan
menit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas
tetap terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan
oksigen pada klien yang mengalami ISPA akan mengalami hambatan,
karena terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dan
fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh kondisi seperti: pergerakkan
udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen dan karbon dioksida,
dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah keseluruh
jaringan. Pada penyakit ISPA klien mengalami gangguan kebersihan
jalan napas yang mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh
berkurang.
b. Faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan
1) Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah peningkatan pergerakan udara masuk dan
keluar dari paru. Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman
pernapasan meningkat, dan lebih banyak CO2 yang dibuang
daripada yang dihasilkan.
2) Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah penurunan pergerakkan udara masuk dan
keluar dari paru. Denga hipoventilasi, CO2 sering kali menumpuk
dalam darah, sebuah kondisi yang disebut hiperkarbia
(hiperkapnia).
3) Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi ketidak cukupan oksigen ditempat
manapun di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.
Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap bagian dalam
pernapasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah dan
dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau
semua bagian dalam proses tersebut. (Kozier, 2010).
5. Manifestasi Klinis Ispa
Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah:
a. Retinitis
b. Nyeri tenggorakan
c. Batuk – batuk dengan dahak kuning / putih kental.
d. Nyeri retrostenal dan konjungtivitis.
e. Suhu badan meningkat antara 4 – 7 hari
f. Malaise
g. Mialgia, nyeri kepala
h. Anoreksia, mual
i. Muntah – muntah dan insomnia.
j. Kadang – kadang dapat juga terjadi diare
k. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan bahwa
penyulit. (Alsagaff & Mukty, 2010).
6. Penatalaksanaan Ispa
a. Penatalaksanaan Medis
Antipiretik dan analgetik : Asetoal, Parecetamol, Metampiron
Antitusif : Kodein – HCL, Noskapin
Antibiotik
Vitamin C
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kompres air hangat/dingin
2) Perasan jeruk nipis dicampur kecap/madu
3) Inhalasi buatan
4) Fisioterapi dada
7. Pemeriksaan penunjang Ispa
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan
yang lazim dikerjakan, yaitu :
a. Biakan Virus
Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring
kemudian dikirim dalam media gelatin lactalbumine dan ekstrak yeast
(GLY) dalam suhu 40C. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan
diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan
rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia digunakan media
tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB).
b. Reaksi Serologis
Reaksi serologis yang digunakan anatara lain adalah pengikatan
komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan
hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA.
c. Diagnostik Virus secara langsung
Dengan cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat
didentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia,
mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona.
Selain itu, jumlah leukosit dan hitung jenis. Leukositosis dengan
peningkatan sel PMN di dalam darah maupun sputum menandakan ada
infeksi sekunder oleh karena bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang
paling sering jumlah leukosit normal atau rendah (Alsagaff & Mukty,
2010).
8. Komplikasi Ispa
Komplikasi yang sering terjadi antara lain :
a. Otitis media.
b. Sinusitis.
c. Bronchitis.
d. Bronkopneumonia.
e. Pleuritis (Alsagaff & Mukty, 2010).
9. Pencegahan ISPA
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain :
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita
atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,
banyak minum air putih, olahraga dengan teratur, serta istirahat yang
cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin
meningat, sehingga dapat mencegah vius / bakteri penyakit yang akan
masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak – anak maupun
orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh
kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus /
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri diudara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang diudara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang
diudara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
b. Tipe Keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe
keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga
(Friedman, Bowden & Jones, 2003).
1) Tradisional
a) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dan
anak sudah memisahkan diri.
d) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karir / pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante,
orang tua (kakek nenek), keponakan.
f) The single – parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak, hal ini yang terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
g) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktu – waktu tertentu.
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin – network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang
dan pelayanan yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi,
televii, telepone, dan lain – lain.
j) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikh kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
k) The single adult living alone / single – adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti :
perceraian, atau ditinggal mati.
2) Non Tradisional
a) The un maried teenage mother
Kelurga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family.
Bebrapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman, yang sama;
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family.
Keluarga yang hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa
melaui pernikahan.
e) Gay and lesbian familes
Seseoarng yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagimana ‘marital partners’.
f) Cohabitating family
Orang deawas yang hidup bersama diluarg ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group - marriage family
Beberapa orang deawasa yang menggunakan alat – lat rumah
tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu
dengan yang lainnya, berbagai seuatu termasuk seksual dan
membesarkan anaknya. Group network family.
h) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai – nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya.
i) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga /
saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family.
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis peronal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang – orang
muda yang mencarai ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
c. Fungsi Keluarga
1) Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a) Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lan.
b) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
diluar rumah.
c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
keutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
2) UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a) Fungsi keagamaan
(1) Membina norma ajaran – ajaran agama sebagai dasar
tujuan hidup seluruh anggota keluarga.
(2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari
– hari kepada seluruh anggota keluarga.
(3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari – hari
dalam pengalaman dari ajaran agama.
(4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak
tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah
atau masyarakat.
(5) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga
beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
b) Fungsi budaya
(1) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma – norma dan budaya masyarakat dan
bangsa yang ingin dipertahankan.
(2) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
(3) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai
pengaruh negative globalisasi dunia.
(4) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga yang
baik sesuai dengan norma bangsa indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
(5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan
seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk
menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia
sejahtera.
c) Fungsi cinta kasih
(1) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah
ada antar anggota keluarga kedalam simbol – simbol nyata
secara optimal dan terus-menerus.
(2) Membina tingkah laku saling menyangani baik antar
anggota keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.
(3) Membina pratik kecintaan terhadap kehidupan duniawi
dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan
seimbang.
(4) Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang
mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai
pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
d) Fungsi perlindungan
(1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik
dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari
luar keluarga.
(2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis
dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang
dari luar.
(3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan
keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
e) Fungsi reproduksi
(1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat bagi anggota keluarga maupun bagi
keluarga sekitarnya.
(2) Membina contoh pengalaman kaidah – kaidah
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik
maupun mental.
(3) Mengamalkan kaidah – kaidah reproduksi sehat, baik
yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2
anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam
keluarga.
(4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai
modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
f) Fungsi sosialisasi
(1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak
pertama dan utama.
(2) Menyadari, merencanakan dan mencipatakan kehidupan
keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari
pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang
dijumpainya baik dilingkungan sekolah maupun
masyarakat.
(3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang
hal – hal yang diperlukan untuk meningkatkan
kematangan dan kedawasaan (fisik dan mental), yang
tidak kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
(4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi
dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat
positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
g) Fungsi ekonomi
(1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang
kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
(2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga.
(3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah
dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan
secara serasi, selaras, dan seimbang.
(4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai
modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
h) Fungsi pelestarian lingkungan
(1) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkungan internal keluarga.
(2) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkungan eksternal keluarga.
(3) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara
lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup
masyarakat sekitarnya.
(4) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian
lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
e. Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang
dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan.
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan
“Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan
lingkungan”. Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga berkewajiban
menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan
tingkat derajat kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing, antara lain
adalah :
1) Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung / pengayom, pemberi rasa
aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu.
2) Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak –
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
3) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
(3) Genogram
Genogram harus menyangkut minimal 3
generasi, harus tertera nama, umur,
kondisi kesehatan tiap keterangan
gambar. Terdapat keterangan gambar
dengan simbol berbeda (Friedman, 1998)
seperti:
Laki – laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Tinggal serumah : ......................
Pasien yang di dentifikasi :
Kawin :
Cerai :
Anak adopsi :
Aborsi / keguguran :
c. Penyebab (etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga,
yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)
d. Tanda (sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan
penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang
dimanifestasikan dengan”.
Perumusan diagnosa keperawatan keluarga sama dengan diagnosa
diklinik yang dapat dibedakan menjadi 4 kategori yaitu :
1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan
yaitu dengan ciri dari pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan. Diagnosa keperawatan aktual memiliki tiga
komponen diantaranya adalah problem, etiologi dan simpton.
2) Resiko (ancaman kesehatan)
Diagnosa keperawatan resiko memiliki dua komponen diantaranya
adalah problem dan etiologi. Ciri diagnosa resiko adalah sudah ada
data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Wellnes (keadaan sejahtera)
Keputusan klinik tentang keadaan keluarga dalam transisi dari
tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Ada 2 kunci yang
harus ada dalam diagnosa ini, yaitu :
(1) Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi
(2) Adanya status dan fungsi yang efektif
4) Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko
tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi
tertentu. Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom,
yaitu :
a) Syndrom trauma pemerkosaan (rape trauma syndrome)
Pada kelompok ini menunjukan adanya tanda dan gejala, seperti
cemas, takut, sedih, gangguan tidur dan lain-lain.
b) Resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome)
Misalnya resiko gangguan proses fikir, resiko gangguan
gambaran diri dan lain-lain.
e. Perioritas Masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa
keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung
dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon
dan Maglaya) sebagai berikut:
1) Tentukan skor untuk tiap kriteria.
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan
dengan bobot.
Skor X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
4) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh
bobot.
Kemungkinan 2 Mudah: 2
masalah Sebagian:
untuk 1
dipecahkan Tidak
dapat:0
Potensi 1 Tinggi : 3
masalah Cukup : 2
untuk dicegah Rendah:1
Manonjolnya 1 Segera
masalah diatasi : 2
Tidak
segera
diatasi : 1
Tidak
dirasakan
adanya
masalah:0
3. Perencanaan Keperawatan (dimulai dari penapisan dan
perencanaan keperawatan)
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi
penentuan tujuan perawatan (jangka panjang / pendek),
penetapan standart dan kriteria serta menentukan
perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
a. Tujuan jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah
kepada kemampuan mandiri. Dan lebih baik ada
batas waktunya, misalnya dalam waktu 2 hari.
Pencantuman jangka waktu ini adalah untuk
mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang
telah ditentukan sebelumnya. Contoh : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari seluruh
keluarga Bapak A dapat merawat anggota keluarga
yang sakit dan dapat mencegah penularan penyakit.
b. Tujuan jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap
harinya yang dihubungkan dengan keadaan yang
mengancam kehidupan. Contoh :
1) Keluarga Bapak A dapat mengenal dampak
permasalahan penyakit Ibu A tidak segera
diobati.
2) Bayi yang belum diimunisasi dari keluarga
tersebut harus segera diberi imunisasi BCG, DPT
dan Polio.
3) Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan tujuan keperawatan adalah:
a) Berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan.
b) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.
c) Harus objektif atau merupakan tujuan
operasional langsung dari kedua belah pihak
(keluarga dan perawat).
d) Mencakup kriteria keberhasilan sebagai
dasar evaluasi.
c. Penetapan Kriteria dan Standar
Merupakan standar evaluasi yang merupakan
gambaran tentang faktor – faktor yang dapat
memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai
dan digunakan dalam membuat pertimbangan.
Bentuk dari standar dan kriteria ini adalah pernyataan
verbal (pengetahuan), sikap dan psikomotor.
3 Psikomotor a. Keluarga
menyediakan jenis
makanan yang dapat
mengurangi darah
tinggi.
b. Keluarga dapat
mengolah makanan
yang mengurangi
darah tinggi.
c. Keluarga mampu
melakukan
pengukuran tekanan
darah sendiri.
d) Tindakan merujuk
Tindakan kerja sama denga tim kesehatan
lainnya.
Contoh penulisan : 11/10/2014 Konsul
dengan ahli terapi fisik mengenai
kemajuan klien menggunakan walker
pada tanggal 12/10/2004.
2) Interdependent
Adalah suatu kegiatan yang memerlukan suatu
kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan
dokter dan yang lainnya.
Misalnya dalam hal : Pemberian obat – obatan
sesuai dengan terapi dokter. Jadi jenis, dosis,
efek samping menjadi tanggung jawab dokter,
tetapi pemberian obat sampai atau tidak menjadi
tanggung jawab perawat.
3) Dependent
Adalah pelaksanaan rencana tindakan medis.
Misalnya dokter menuliskan “perawatan
kolostomy”. Tindakan keperawatan adalah
mendefinisikan perawatan kolostomi
berdasarkan kebutuhan individu dari klien.
c. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan kepearwatan harus diikuti
oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga
dengan tujuan yang telah ditetaptakan, dilakukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.
a. Tahap Evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara
operasional dengan tahapan dengan sumatif
(dilakukan selama proses auhan keperawatan) dan
formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir.
1) Evaluasi Berjalan (Sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk
pengisian format catatan perkembangan dengan
berorientasikan kepada masalah yang dialami
oleh keluarga. Format yang dipakai adalah
format SOAP.
2) Evaluasi Akhir (Formatif)
Eveluasi jenis ini dikerjakan dengan cara
membandingkan antara tujuan yang akan
dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses
keperawatan perlu di tinjau kembali, agar
didapat data – data, masalah atau rencana yang
perlu dimodifikasi
b. Metode evaluasi
Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain
adalah :
1) Observasi langsung
2) Wawancara
3) Memeriksa laporan
4) Latihan stimulasi
c. Mengukur pencapaian tujuan keluarga
Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen,
meliputi :
1) Kognitif (pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada kognitif adalah :
a) Pengetahuan keluarga mengenai
penyakitnya.
b) Mengontrol gejala – gejalanya.
c) Pengobatan.
d) Diet, aktifitas, persediaan alat – alat.
e) Risiko komplikasi.
f) Gejala yang harus dilaporakan.
g) Pencegahan.
Informasi ini dapat diperoleh dengan cara :
a) Interview, dengan cara :
(1) Menanyakan kepada keluarga untuk
mengingat beberapa fakta yang sudah
diajarkan.
(2) Menanyakan kepada keluarga untuk
menyatakan informasi yang spesifik
dengan kata – kata keluarga sendiri
(pendapat keluarga sendiri).
(3) Mengajak keluarga pada situasi
hipotesa dan tindakan yang tepat
terhadap apa yang ditanyakan.
b) Kertas dan pensil
Perawat menggunakan kertas dan pensil
untuk mengevaluasi pengetahuan keluarga
terhadap hal – hal yang telah diajarkan.
2) Afektif (status emosional)
Dengan cara observasi secara langsung, yaitu
dengan cara observasi eksperesi wajah, postur
tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal pada
waktu melakukan wawancara.
3) Psikomotor
Adalah dengan cara melihat apa yang dilakukan
keluarga sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam bab ini penulis menguraikan laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan Dasar
pada Keluarga Tn.S khusunya pada An.A dengan masalah ISPA yang berada di
wilayah Utan Panjang RT 07 RW.02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan
Kemayoran Jakarta Pusat. Dalam proses pengumpulan data penulis menggunakan
teknik wawancara, observasi dalam pemeriksaan fisik pada seluruh anggota
keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga binaan yang belangsung
selama 7 hari mulai dari tanggal 3 April 2017 sampai 10 April 2017 dengan
melakukan kunjungan sebanyak 5 kali pertemuan. Asuhan keperawatan keluarga
dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: pengkajian, analisa data dan perumusan masalah keperawatan,
prioritas diagnosa keperawatan dengan teknik skoring, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam
melaksanakan asuhan keparwatan keluarga. Dari hasil pengumpulan data pada
keluarga diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Identitas Keluarga
a. Kepala Keluarga
1) Nama KK : Tn.S
2) Usia : 46 Tahun
3) Pendidikan : SD
4) Pekerjaan : Wiraswasta
5) Agama : Islam
6) Alamat : Jln. Utan Panjang Rt.07 Rw.02
7) Komposisi anggota keluarga: 5 Orang
b. Susunan Anggota Keluarga
No. Nama Jenis Hub TTL/ Pendidikan Pekerjaan Status
(Inisial) Kela dengan Umur Imunisasi
min KK
1. 1 Ny. O P Istri Majeleng SD Ibu Lengkap
ka, 04- Rumah
06-1975/ Tangga
42 Tahun
2. 2 An.R P Anak 2 Majaleng SMP Pelajar Lengkap
ka, 10-4-
2005/ 12
Tahun
3. 3 An. M P Anak 3 Majaleng Belum Belum Lengkap
ka,28-06- Sekolah Sekolah
2011/ 6
Tahun
4. 4 An. A L Cucu Majaleng Belum Belum Lengkap
ka, 20-9- Sekolah Sekolah
2011/ 6
Tahun
c. Genogram
An.A By.B
ISPA
c. Kesehatan Lingkungan
Rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan. Jenis bangunan rumah
permanen, luas bangunan panjang kurang lebih 5 M, lebar kurang lebih 1,5
sampai dengan 2 meter, tembok yang ada dirumahnya adalah triplek dan
hanya sebagian disemen. Rumah yang ditempati terdiri dari ruang tamu
sebagai tempat tidur, ruang dapur yang kotor dan penataan kurang, tempat
kamar mandi berada diluar bareng dengan tetangga sekitarnya. Airnya
berasal dari pompa, tidak berbau, putih, kamar mandi tampak licin,
pencahyaan dikamar mandi cukup terang, pencahyaan di rumah cukup
terang juga, tempat pembuangan sampah kurang memadai
Denah rumah
Dapur + Ruang
makan
Ruang tamu +
Kamar tidur
Jendela
Kamar mandi
I
Pompa
air
Kamar mandi
II
d. Pemeriksaan Fifik
No Komponen Tn.S Ny.O An.R An.M An.A
1 Kepala Kulit kepala
Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
bersih, tidak
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan,
dan rambutdan rambut dan rambut dan rambut dan rambut
tidak rontok. tidak rontok. tidak rontok. tidak rontok. tidak rontok.
2 Mata Konjungtiva : Konjungtiva : Konjungtiva : Konjungtiva : Konjungtiva :
an anemis an anemis an anemis an anemis an anemis
Sklera : an Sklera : an Sklera : an Sklera : an Sklera : an
ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik
3 Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada cairan yangada cairan ada cairan ada cairan ada cairan
keluar yang keluar yang keluar yang keluar yang keluar
4 Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Adanya cairan
ada benjolan ada benjolan ada benjolan ada benjolan dihidung
5 Mulut Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis
6 Gigi Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada caries ada caries ada caries ada caries ada caries
7 Leher Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Adanya
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembengkakan
kelenjar getah kelenjar kelenjar getah kelenjar ditenggorokan,
bening, tidak getah bening, bening, tidak getah bening, ada
ada tidak ada ada tidak ada pembesaran
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran vena jugularis
vena jugularis vena vena jugularis vena
jugularis jugularis
8 Dada dan Simetris, tidak Simetris, Simetris, Simetris,
Simetris, tidak
paru – paru ada otot bantu tidak ada otot tidak ada otot tidak ada otot
ada otot bantu
napas, suara bantu napas, bantu napas, bantu napas,
napas,
vesikuler suara suara suara terdengar
vesikuler vesikuler vesikuler
suara ronchi di
intercosta 2
9 Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
distensi distensi distensi distensi distensi
abdomen abdomen abdomen abdomen abdomen
10 Ekstrimitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
5555 5555
5555 5555 5555 5555 5555 5555 5555 5555
5555 5555 5555 5555 5555 5555
5555 5555 5555 5555
f. Penjajakan Tahap II
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Ny.O nengatakan bahwa ISPA adalah penyakit ISPA adalah penyakit
batuk-batuk, pilek dan demam. Ny.O mengatakan penyebab dari
penyakitnya adalah bakteri, cuaca, tanda dan gejala yang dirasakan oleh
An.A meliputi batuk-batuk selama 14 hari, pilek, demam naik turun,
mual muntah, tidak nafsu makan.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Keluarga mengatakan Ny.O pernah periksa sebelumnya dan diberikan
obat pereda dahak. Saat ditanya, Ny.O mengatakan obat yang pernah
diminum An.A yaitu Ambroxol 3x1. Bila An.A
3) Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
Keluarga Tn. S mengatakan bila An.A merasa batuk-batuk, pilek,
demam, An.A beristirahat dan terkadang minum obat dari warung
untuk menghilangkan batuk-batuk, pilek, demam dan jika rasa sakitnya
belum sembuh juga keluarga Tn.S langsung pergi ke puskesmas untuk
memeriksa kesehatannya diantar dengan keluarganya.
4) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Ny.O mengatakan Kondisi rumah berantakan, udara lembab, kotor,
jendela hanya dibuka pada pagi hari saja.
5) Kemampuan keluarga dalam manfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan jika ada anggota keluarga yang sedang sakit,
keluarga segera membawa ke klinik / puskesmas terdekat
6. Analisa Data
Setelah data fokus terkumpul maka data – data yang ada dirumuskan dalam
analisa data untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi, adapun analisa
data yang disusun dalam tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Analisa Data Keluarga Tn.S khususnya An.A
No Data Fokus Masalah Diagnosa Keperawatan
Kesehatan
1 DS : ISPA Ketidak efektifan bersihan
1. Ny.O nengatakan bahwa ISPA adalah jalan nafas pada keluarga
penyakit batuk-batuk, pilek, demam dan Tn.S khusunya An.A
sesak napas berhubungan dengan
2. Ny.O mengetahui apa penyebab dari Ketidakmapuan keluarga
dalam merawat anggota
penyakitnya yaitu bakteri dan cuaca
keluarga yang sedang sakit
3. Ny.O mengatakan tanda dan gejala yang ISPA
dirasakan oleh An.A meliputi batuk-batuk
selama 14 hari, pilek, demam, sesak napas.
4. Ny.O mengatakan An.A pernah
memeriksakan kesehatannya kepuskesmas
tetapi tidak ada perubahan kesehatan pada
An.A. Namun kesehatan An.A belum
kunjung sembuh, akhirnya Ny.O membawa
lagi ke puskesmas terdekat.
5. Keluarga Tn. S mengatakan bila An.A
merasa batuk-batuk, pilek, demam, An.A
beristirahat dan terkadang minum obat dari
warung untuk menghilangkan batuk-batuk,
pilek, demam dan jika rasa sakitnya belum
sembuh juga keluarga Tn.S langsung pergi
ke puskesmas untuk memeriksa
kesehatannya diantar dengan keluarganya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Berdasarkan hasil analisa data sebagaimana tertera pada tabel 3.1 maka
diagnosa keperawatan yang dimunculkan pada kasus keluarga dengan Ispa
adalah :
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khusunya An.A
berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sedang sakit ISPA
b. Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khusunya An.A berhubungan
dengan Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
2. Skoring Masalah Keperawatan
Dalam menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga menggunakan
teknik skoring keperawatan berdasarkan masalah yang telah disusun dalam
analisa data. Skoring keperawatan, sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel
dibawah ini :
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khusunya An.A
berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sedang sakit ISPA
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini bersifat aktual karena Ny.O
mengatakan An.R masih batuk-batuk,
Skala pilek, demam, mual dan muntah, tidak
Potensial : 1 nafsu makan. Jika tidak ditangani segera
dapat mengakibatkan penyakit
Resiko :2 komplikasi
Aktual :3
2 Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Kemungkinan masalah dapat diubah
masalah untuk dengan mudah, keluarga sudah
diubah mengetahui beberapa mengenai penyakit
An.A, sehingga saat batuk dan pilek
Skala keluarga langsung membawa ke
Mudah :2 puskesmas terdekat
Sebagian : 1
Tidak dapat : 0
3 Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Potensial masalah untuk dicegah cukup
untuk dicegah karena Ny.O mengatakan An.A sehabis
aktivitas yang berlebih dan batuk-batuk,
Skala pilek, demam terjadi, An.A langsung
Tinggi : 3 beristirahat dan meminum obat dari
puskemas
Cukup : 2
Rendah : 1
4 Menonjolnya 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan apabila ada
masalah anggota keluarga sudah merasakan tanda
dan gejala penyakit tersebut. Keluarga
Skala segera membawa ke klinik / puskesmas
Segera ditangani terdekat
:2
Masalah ada tapi
tidak perlu : 1
Masalah tidak
dirasakan : 0
Total 4 2/3
C. Rencana Tindakan
Berdasarkan urutan diagnosa diatas maka, diagnosa yang menjadikan prioritas studi
kasus dalam karya tulis ilmiah ini adalah :
FORMAT RENCANA TINDAKAN KELUARGA
Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi
keperawatan Evaluasi
Umum Khusus Kriteria Standar
Ketidak efektifan Selama 5 kali1. Selama 1x30 Respon Verbal ISPA adalah infeksi
1. Diskusikan bersama
bersihan jalan kunjungan
menit kunjungan, saluran pernapasan akut keluarga pengertian
nafas pada rumah,
keluarga Tn.S bersihan keluarga mampu yang terjadi secara tiba – ispa dengan
khusunya An.A jalan nafas
mengenal tiba yang menyerang menggunakan
berhubungan pada An. A
dengan Ketidak dapat teratasi masalah ISPA hidung, tenggorokan lembar balik.
mapuan keluarga
pada keluarga. saluran bagian dalam
2. Tanyakan kembali
dalam merawat
anggota keluarga Dengan cara : sampai ke paru – paru. kepada keluarga,
yang sedang sakit
a. Menyebutkan Biasanya menyerang tentang pengertian
ISPA
pengertian anak usia dua bulan ISPA
ISPA sampai lima tahun. 3. Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan keluarga.
b. Menyebutkan Respon Verbal Menyebutkan 2 dari 3 Diskusikan bersama
penyebab penyebab ispa: keluarga tentang
terjadinya penyebab ISPA.
a. tertular penderita
ISPA 1. Motivasi keluarga
batuk pilek
untuk menyebutkan
b. imunisasi belum
kembali penyebab
lengkap
ISPA
c. lingkungan tidak
2. Beri reinforcement
sehat
positifatasusaha
yang dilakukan
keluarga.
1.
2.
3.
c. Menyebutkan Respon Verbal Menyebutkan 3 dari 5 1. Diskusikan
tanda dan tanda dan gejala ISPA: dengan
gejala dari keluarga
1) Batuk
ISPA tentang tanda
2) Pilek
gejala ISPA
3) Demam
2. Motivasi
4) Anoreksia
keluarga untuk
5) Sakit kepala
menyebutkan
kembali tanda
gejala ISPA
3. Beri
reinforcement
positif atas
usaha yang
dilakukan
keluarga.
dengan air
panas
b. Teteskan 4-6
tetes minyak
kayu putih
c. Hirup uap
melalui corong
dari koran
Rabu, 5 April Ketidak efektifan 1. Mengidentifikasi akibat lanjut dari ispa Siti
2017 bersihan jalan nafas Ds : keluarga mengatakan akibat lanjut Chalimah
pada keluarga Tn.S dari ispa ada infeksi telinga bagian otak
khusunya An.A Do : Ny.O tampak paham akibat lanjut
berhubungan dari ispa
dengan Ketidak 2. Memotivasi keluarga untuk
mapuan keluarga mengungkapkan kembali akibat lanjut
dalam merawat dari ispa
anggota keluarga Ds : keluarga mengatakan memutuskan
yang sedang sakit untuk merawat anggota keluarga yang
ISPA sakit, jika tidak sembuh akan membawa
ke klinik atau puskesmas terdekat
Do : Ny.O tampak menjawab pertanyaan
Kamis, 6 April Ketidak efektifan 1. Mendemontrasikan cara melakukan Siti
2017 bersihan jalan nafas inhalasi buatan Chalimah
pada keluarga Tn.S Ds : keluarga mengatakan mengerti dan
khusunya An.A ingin melakukan cara tersebut
berhubungan Do : Ny. O tampak paham dan menyimak
dengan Ketidak 2. Memotivasi keluarga untuk
mapuan keluarga redemontrasikan
dalam merawat Ds : keluarga mengatakan senang karena
anggota keluarga bisa melakukan inhalasi buatan.
yang sedang sakit Do : keluarga tampak kooperatif dan
ISPA aktif
Data Objektif :
1. keluarga mampu menyebutkan pengertian ISPA
dengan benar
2. keluarga dapat menyebutkan penyebab ISPA
3. keluarga mampu menyebutkan tanda gejala ISPA
4. keluarga tampak kooperatif, dan dapat menjawab
pertanyaan dengan benar
5. keluarga dapat menyebutkan akibat lanjut dari ISPA
6. keluarga tampak memperhatikan apa yang dijelaskan
oleh perawat dan keluarga terlihat sangat menyayangi
An.A
7. keluarga nampak mengambil keputusan dengan benar
8. keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan ISPA
dengan benar
9. keluarga mampu melakukan yang didemontrasikan
oleh perawat.
10. Klien mampu menyebutkan lingkungan yang
aman bagi penderita ISPA
11. Keluarga sudah melakukannya
12. Keluarga dapat meyebutkan manfaat pelayanan
kesehatan
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ada antara teori
dan tinjauan kasus yang dilakukan mulai tanggal 3 April 2017 sampai 14 April 2017
pada keluarga Tn.S dalam pemenuhan kebutuhan dasar dengan masalah ISPA yang
beralamat di Jalan Utan Panjang RT.07 RW.02 Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Kemayoran, Jakarta Pusat. Pembahasan ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan melalui proses keperawatan yang meliputi proses pengkajian sampai
evaluasi
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 3-8
April 2017 dalam pengkajian penulis melakukan pengumpulan data. Data diperoleh
dengan menggunakan format pengkajian dan teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara dengan klien maupun keluarga, observasi dan pemeriksaan fisik.
Setelah penulis melakukan pendekatan untuk menjalin hubungan saling percaya,
keluarga Tn.S dapat menerima kedatangan penulis. Dalam pengkajian tidak
ditemukan kesulitan dikarenakan keluarga Tn.S yang kooperatif keluarga Tn.S
menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh penulis sehingga mempermudah
mendapatkan informasi tetapi dalam pemeriksaan fisik lengkap dengan kontrak
waktu yang sudah disepakati dengan yang bersangkutan agar dapat bertemu. Selain
itu penulis terbantu dengan adanya format pengkajian. Untuk tipe keluarga tidak
ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan tipe keluarga pada keluarga
Tn.S adalah keluarga inti. Dimana didalam teori menurut Friedman, Bowden &
Jones, 2003 dijelaskan bahwa The nuclear family (keluarga inti) yaitu keluarga
yang terdiri dari suami, istri dan anak.
Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap keluarga dengan tahap
anak usia dewasa awal dimana Tn.S mempunyai anak pertama yang berumur 23
tahun, dimana berdasarkan teori tugas perkembangan keluarga dewasa awal
meliputi:
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua
4. Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Peran keluarga pada keluarga Tn.S yaitu Tn.S berperan sebagai kepala rumah
tangga, pencari nafkah, melindungi anak-anaknya, Ny.O berperan sebagai ibu
rumah tangga, mengurus anak-anaknya sekolah, sebagai pengurus rumah tangga,
An. R berperan sebagai anak pelajar, An.M berperan sebagai anak pra sekolah,
An.A berperan sebagai anak pra sekolah. Tidak memiliki kesenjangan antara teori
dan kasus.
Cara penyajian makanan dalam keluarga Tn.S tidak ditemukan kesenjangan dengan
teori dengan cara ditutup dan disimpan dalam lemari. Kebiasaan keluarga dalam
mengelola makanan yaitu dengan cara dipotong terlebih dahulu baru dicuci
berdasarkan teori memotong sayur terlebih dahulu baru dicuci membuat kehilangan
manfaat vitamin B dan C karena vitamin B dan C adalah vitamin larut air maka
vitamin-vitamin ini sangat mudah larut dalam air.
Dari tanda dan gejala yang dikeluhkan An.A tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan kasus seperti batuk-batuk kurang lebih 2 minggu, pilek, mual muntah,
tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan. Sedangkan dalam teori tanda dan gejala dari
ispa adalah batuk-batuk, pilek, mual muntah, tidak nafsu makan, demam kurang
Pada fungsi sosialisasi dalam keluarga Tn.S memiliki kesenjangan antara teori dan
kasus dimana dalam teori menurut friedman keluarga dalam bersolisasi berperan
aktif dalam kegiatan bermasyarakat maupun keluarga sangat penting, sedangkan
dalam keluarga Tn.S dalam bermasyarakat hanya sekedar mengobrol dengan
tetangga sekitarnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam membuat diagnosa penulis sudah mengacu sesuai teori yaitu aktual, resiko
dan potensial. Dalam membuat diagnosa, ada sedikit kesenjangan teori dan kasus
yaitu jika didalam teori sasarannya individu dan keluarga, sedangkan dalam kasus
penulis sasarannya lebih sering pada individu. Didalam keluarga Tn.S terdapat 1
masalah yaitu ispa.
Dalam pada kasus penulis hanya membahas mengenai gangguan sistem oksigenasi:
ISPA dan hanya mendapatkan diagnosa aktual dan resiko. Tapi pada kasus penulis
mendapatkan 2 masalah keperawatan keluarga yang kemudian dilakukan skoring
untuk menentukan prioritas masalah yaitu :
1. Ketidak efektifan bersihan jalan pada keluarga Tn.S khusunya An.A b.d
ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ISPA
khususnya An.A
Penulis mengangkat diagnosa ini dengan dasar adanya data yang didapatkan
yaitu dari data subjektif keluarga Tn.S mengatakan hanya mengetahui beberapa
pengertian, penyebab dan tanda gejala ispa. Waktu terkena ispa An.A masih
batuk-batuk, pilek, demam, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri
tenggorokan. An.A mengalami ispa keluarga langsung membawanya ke
puskesmas terdekat. Namun pengobatan tersebut tidak sembuh akhirnya An.A
dibawa lagi ke puskesmas untuk menanyakan kesehatannya. Ny.O(perawatan).
Dan menurut data objektif didapatkan terdengar suara ronchi di intercosta 2,
hidung klien tampak mengeluarkan cairan, N:84 x/mnt, RR: 22 x/mnt, S: 37,2
o
C, keadaan rumah tidak tertata rapi.
2. Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khususnya An.A b.d ketidak
mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga Khususnya An.A
Diagnosa ini dimunculkan karena keluarga Tn.S khususnya An.A. Ny.O
mengatakan Ny.O mengatakan An.A masih batuk-batuk sudah kurang lebih 2
minggu, pilek, demam, An.A kalau malam hari suka terbangun karena
batuknya, An.A bila batuk tenggorokannya suka sakit karena sering batuk.
Sedangkan data objektif yaitu kesadaran : Composmetis, TTV : N : 82 x/mnt,
RR : 22 x/mnt, S : 37,2 0C, Terdengar suara ronchi diintercota 2 , Klien terlihat
batuk-batuk, Klien tampak adanya cairan dihidung.
Diagnosa menurut teori ada diagnosa nyata / gangguan, diagnosa ancaman (risiko),
diagnosa sehat/ wellness. Berikut adalah masalah yang muncul pada penderita ispa
dalam teori buku nic noc :
Dari tiga diagnosa keperawatan yang terjadi tidak terlhat perbedaan antara teori dan
kasus, karena tanda dan gejala mengarah pada yang ditegakkannya diagnosa
keperawatan tersebut. Pada diagnosa keperawatan pertama aktual, yaitu ketidak
efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S khususnya An.A, pada diagnosa
kedua Resiko Infeksi Menular pada keluarga Tn.S khususnya An.A. Dalam
membuat diagnosa keperawatan dan memprioritaskan diagnosa keperawatan
melalui teknik skoring yang dibuat bersama keluarga, penulis tidak mengalami
hambatan.
C. Perencanaan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dibuat untuk mengatasi masalah yang ada.
Berdasarkan dengan konsep perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang
ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada.
Tujuan terdiri dari jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan
jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem /
masalah (P) dikeluarga, sedangkan penentuan tujuan jangka pendek (tujuan khusus)
mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E) (Komang, 2012).
Rencana keperawatan diperioritaskan pada masalah ketidak efektifan bersihan jalan
nafas karena maslah ini merupakan maslaah dengan resiko tinggi dibandingkan
dengan diagnosa kedua, selain itu maslah tersebut akan berakibat munculnya
masalah – masalah baru bila tidak segera ditanagni. Didalam membuat diagnosa
dan membuat prioritas masalah penulis tidak mengalami kesulitan karena keluarga
kooperatif dan mengerti skoring setelah diarahkan oleh penulis.
Pada diagnosa pertama yaitu Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga
Tn.S khusunya An.A berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sedang sakit ISPA. Penulis bersama keluarga
merencanakan untuk melakukan penyuluhan kesehatan tentang ispa mulai dari
pengertian sampai cara pencegahan dan perawatannya serta psikomotornya yaitu
melakukan teknik inhalasi buatan dan cara pembuatan jeruk nipis dan kecap.
Tidak terdapat kesenjangan antara rencana tindakan yang dibuat dengan teori
penyusunan rencana keperawatan, dimana penulis melibatkan keluarga dalam
penyusunan rencana keperawatan dan rencana tindakan yang mempunyai masalah.
Selain itu penulis merencanakan untuk melakukan penyuluhan disetiap masalah
pada keluarga untuk mencegah resiko terjadinya masalah dengan tindakan promotif
seperti penyuluhan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perncanaan program.
Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan
keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan
waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis melakukan sesuai rencana yang
telah disusun. Keluarga Tn.S sangat terbuka setiap tindakan yang diberikan oleh
penulis. Tetapi sedikit mengalami hambatan, karena setiap tindakan tidak semua
anggota keluarga Tn.S hadir. Penulis memberikan penyuluhan kepada anggota
keluarga Tn.S yang hadir sementara untuk anggota keluarga Tn.S yang tidak dapat
hadir, penulis memberikan saran untuk keluarga yang mendapatkan penyluhan agar
memberitahu kepada anggota keluarga yang tidak hadir. Selain itu keluarga diberi
leflet dan catatan agar bisa dibaca dan dipelajari lagi
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses kepearawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas
dari serangkaian program yang diguanakan terkait program kegiatan, karakteristik
dan hasil yang telah dicapai. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan
dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Evaluasi
asuhan kepearwatan keluarga, didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, Objektif,
Analisis, Planning).
Untuk diagnosa pertama Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn.S
khusunya An.A berhubungan dengan Ketidak mapuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sedang sakit ISPA. Dilakukan evaluasi pada setiap
melakukan tindakan, setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ispa dan
psikomotornya berupa teknik inhalasi buatan . Masalah tersebut sudah teratasi hal
ini dapat dilihat dengan Ny. O yang dapat menyebutkan kembali pengertian, tanda
dan gejala, serta pencegahan dan perawatan ispa. Ny.O dan keluarga dapat
melakukan dengan baik teknik inhalasi buatan. Tindak lanjut dari penulis
meyarankan kepada keluarga Tn.S selalu menjaga kesehatan pada seluruh anggota
keluarga serta menyarankan kepada keluarga Tn.S untuk tetap menerapkan apa
yang telah disampaikan oelh penulis. Penulis mengalami hambatan yaitu ada
anggota keluarga yang tidak hadir saat ada tindakan yang diberikan.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan kembali hasil dari tinjauan teoritis
sampai dengan pembahasan.
A. Kesimpulan
Saat pengkajian tidak semua anggota berkumpul bersama, sehingga tidak
dapat melakukan pemeriksaan kesehatan pada semua keluarga.
Penyebab ispa pada keluarga Tn.S khususnya An.A adalah cuaca, virus.
Gejala yang didapatkan pada An.A yaitu batuk-batuk, pilek, mual muntah,
tidak nafsu makan, demam. Tanda dan gejala ini terdapat teori, pada teori
disebutkan tanda dan gejala ispa adalah batuk-batuk, pilek, mual muntah,
tidak nafsu makan, demam.
Diagnosa yang terdapat di dalam teori
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sputum.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
3. Hipertemi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.
Alsagaff & Mukty. (2010). Dasar – dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
http://www.k4health.org/sites/default/laporanNasional20Riskesdas%202007.pd
f . Diperoleh 02 Febuari 2017 jam 10.00 WIB
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : Graha Ilmu.
DISUSUN OLEH :
SITI CHALIMAH
2014750039
A. Tujuan
1. Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien
mampu mengenal penyakit ispa dengan tepat.
2. Tujuan khusus :
a. Mampu menjelaskan pengertian ISPA
b. Mampu menjelaskan penyebab ISPA
c. Mampu menjelaskan tanda gejala ISPA
d. Mampu menjelaskan cara penanganan ISPA
e. Mampu menjelaskan penularan ISPA
f. Mampu menjelaskan pencegahan ISPA
B. Materi
1. Pengertian ISPA
2. Penyebab ISPA
3. Tanda gejala ISPA
4. Cara penangganan ISPA
5. Penularan ISPA
6. Pencegahan ISPA
C. Media
1. Lembar balik
2. Leaflet
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
E. Pengorganisasian
1. Pembimbing
Pembimbingan Lapangan / Puskesmas : Bu Farida
Pembimbing Pendidikan : Pak Dedi Muhdiana
Keterangan :
: Peserta
: Pasien An. A ISPA
: Penyaji
: Penguji
A. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 Menit a. Mengucam Salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan nama b. Memperhatikan dan
kepada audiens Mendengarkan
c. Kontrak waktu c. Memperhatikan dan
d. Menjelaskan tujuan Mendengar
penyuluhan d. Memperhatikan dan
Mendengar
2. 20 a. Mampu menjelaskan a. Memperhatikan dan
Menit ISPA Mendengarkan
b. Mampu menjelaskan b. Memperhatikan dan
penyebab ISPA Mendengarkan
c. Mampu Menjelaskan c. Memperhatikan dan
tanda gejala ISPA Mendengarkan
d. Mampu menjelaskan d. Memperhatikan dan
cara penangan ISPA Mendengarkan
e. Mampu menjelaskan e. Memperhatikan dan
cara penanganan ISPA Mendengarkan
f. Mampu menjelaskan f. Memperhatikan dan
komplikasi ISPA Mendengarkan
g. Mampu menjelaskan g. Mmeperhatikan dan
pencegahan yang tepat Mendengarkan
pada ISPA pada anak
3. 15 a. Mengajukan 3 a. Bertanya
Menit pertanyaan tentang b. Memperhatikan dan
penyuluhan ISPA Mendengarkan
b. Memberikan c. Menjawab Salam
kesimpulan tentang
penyuluhan ISPA
c. Salam penutufp
B. Evaluasi
a. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan
penyuluhan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai
berikut :
1. Mampu menjelaskan pengertian ISPA
2. Mampu menjelaskan penyebab ISPA
3. Mampu menjelaskan tanda gejala ISPA
4. Mampu menjelaskan cara penangan ISPA
5. Mampu menjelaskan penularan ISPA
6. Mampu menjelaskan pencegahan ISPA
b. Evaluasi Struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
c. Evalusi Proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
d. Evaluasi Hasil
1. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan 80 % lebih dengan benar
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila
sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan
benar
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila
sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar
C. Penjelasan Materi
1. Pengertian ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bawah yang berlangsung sampai 14 hari.
2. Penyebab ISPA
a. Tertular oleh penderita batuk
b. Daya tahan tubuh lemah
c. Gizi kurang
d. Lingkungan perumahan yang tidak sehat
e. Anak / bayi yang tidak mendapat ASI yang memadai.
3. Tanda dan Gejala ISPA
a. Batuk
b. Pilek
c. Nafas Cepat
d. Demam
e. Mual Muntah
f. Tidak Nafsu Makan
4. Cara Penangan ISPA
a. Mengatasi panas demam dengan cara kompres air hangat
b. Mengatasi batuk dengan cara : jeruk nipis ½ sendok tea
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok tea (3x/hari)
c. Pemberian makan dengan cara memberikan makanan bergizi
tapi sering
d. Pemberian minum dengan cara minum air putih, air hangat, air
sari buah
5. Cara Penularan ISPA
a. Melalui udara
b. Kontak langsung dengan penderita
c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan
d. Imunisasi yang kurang lengkap
e. Status gizi yang kurang
f. Polusi udara lingkungan
6. Cara Pencegahan ISPA
a. Makanan yang bergizi
b. Imunisasi yang lengkap
c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“INHALASI BUATAN”
RT.07 RW.02 Kel.Utan Panjang
Keluarga Tn.S Khususnya An.A
DISUSUN OLEH :
SITI CHALIMAH
2014750039
C. Media
Format Prosedur
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Peragaan dan Praktek
E. Pengorganisasian
1. Pembimbing
Pembimbingan Lapangan / Puskesmas : Bu Lili Herlinah
Pembimbing Pendidikan : Pak Dedi Muhdiana
2. Moderator : Siti Chalimah
Peran Moderator :
a. Memulai dan Menutup Acara
b. Memperkenalkan Diri
c. Menetaptakan tata tertib acara penyuluhan
d. Menjaga kelancaran acara
e. Memimpin diskusi
3. Penyaji : Siti Chalimah
Peran Penyaji :
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator manjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
terapi Inhalasi Buatan
c. Menjawab pertanyaan audiens
4. Observasi : Siti Chalimah
Peran Observer :
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal serta kegiatan
5. Fasilitator : Siti Chalimah
Peran Fasilitator :
a. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
b. Bekerja sama dengan penyaji dalam menampilkan bahan
penyuluhan
c. Membagikan format prosedur Inhalasi Buatan
F. Setting Tempat
Keterangan :
: Peserta
: Pasien An. A ISPA
: Penyaji
: Penguji
D. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Materi Peserta
1. 5 Menit Pembukaan a. Mengucam a. Menjawab salam
Salam b. Memperhatikan
b. Memperkenalkan dan Mendengarkan
nama kepada c. Memperhatikan
audiens dan Mendengar
c. Kontrak waktu d. Memperhatikan
d. Menjelaskan dan Mendengar
tujuan
penyuluhan
2. 20 Penyampaian a. Mampu a. Memperhatikan
Menit materi menjelaskan dan Mendengarkan
pengertian b. Memperhatikan
latihan inhalasi dan Mendengarkan
buatan pada c. Memperhatikan
penderita ISPA dan Mendengarkan
b. Mampu d. Memperhatikan
menjelaskan dan Mendengarkan
tujuan latihan e. Memperhatikan
inhalasi buatan dan Mendengarkan
pada penderita f. Memperhatikan
ISPA dan Mendengarkan
c. Mampu g. Mmeperhatikan
menjelaskan dan Mendengarkan
indikasi pada
penderita ISPA
d. Mampu
menjelaskan alat
dan bahan yang
digunakan untuk
inhalasi buatan
pada penderita
ISPA
e. Mampu
menjelaskan
keuntungan
terapi inhalasi
buatan pada
penderita ISPA
f. Mampu
menjelaskan
kerugian terapi
inhalasi buatan
pada penderita
ISPA
g. Mampu
menjelaskan
tahapan kerja
terapi inhalasi
buatan pada
penderita ISPA
E.Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan
penyuluhan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai
berikut :
a. Mampu menjelaskan pengertian latihan inhalasi buatan pada
penderita ISPA
b. Mampu menjelaskan tujuan latihan inhalasi buatan pada
penderita ISPA
c. Mampu menjelaskan indikasi pada penderita ISPA
d. Mampu menjelaskan alat dan bahan yang digunakan untuk
inhalasi buatan pada penderita ISPA
e. Mampu menjelaskan keuntungan terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
f. Mampu menjelaskan kerugian terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
g. Mampu menjelaskan tahapan kerja terapi inhalasi buatan pada
penderita ISPA
2. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
3. Evalusi Proses
a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlangsung
b. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik
4. Evaluasi Hasil
a. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan 80 % lebih dengan benar
b. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila
sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan
benar
c. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila
sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar
F. Penjelasan Materi
1. Pengertian Inhalasi Buatan
Tindakan yang dilakukan pada pasien ISPA dengan cara
sederhana adalah pemberian obat dalam bentuk UAP langsung
menuju alat pernapasan ( hidung ke paru-paru) menggunakan alat
Nebulizer.
Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara
dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran pernafasan yang
dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat
dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Pendidikan :
1. SDN Cakung Barat 013 Pagi Jakarta Timur pada Tahun 2002 - 2008
2. SMPN 144 Jakarta Timur Lulus Tahun 2008 – 2011
3. SMK Kesdam Jaya Jakarta Pusat Lulus Tahun 2011 – 2014
4. D III Keperawatan UMJ Lulus Tahun 2014 - 2017