J KHUSUSNYA
“NY.D” DENGAN HIPERTENSI DI RT 10 RW 06 KELURAHAN
PAPANGGO KECAMATAN TANJUNG PRIOK JAKARTA
UTARA
Disusun oleh:
NIM 17038
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Makalah ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.J khususnya Ny.D
dengan Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara” ini telah diterima dan disetujui untuk dipertahankan pada ujian siding
di hadapan tim penguji .
Jakarta,……………………2020
Pembimbing
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.J khususnya Ny.D
dengan Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara” ini telah diujikan dan dinyatakan “Lulus” dalam ujian sidang oleh tim
penguji pada tanggal,…………….2020
Penguji I
Penguji II
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,yang telah
memeberikan nikmat kesehatan,kekuatan dan kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ilmiah ini,dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga
Tn.J khususnya Ny.D dengan Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara”.
Makalah ilmiah ini penulis susun sebagai suatu metode praktis dalam teknik
pembuatan laporan serta penilaian terhadap kemampuan mengaplikasikan teori
keperawatan kedalam suatu realitas praktek lapangan dan untuk memenuhi
persyaratan kelulusan dalam meneyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ilmiah ini banyak menemukan hambatan dan kesulitan
akan tetapi berkat dukungan,doa dari kedua orang tua,bimbingan,motivasi dan saran
dari berbagai pihak sehingga makalah ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Untuk kesempatan berbahagia ini penulis mengucapkan terimakasih,kepada :
iv
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ilmiah ini masih terdapat
kekurangan .Untuk itu,penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempatan makalah ilmiah yang akan datang.
Akhir kata penulis mengharapkan Makalah ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya bagi Mahasisw/i Akademi Keperawatan harum Jakarta.
v
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
B. Konsep Nyeri
a. Pengertian nyeri.......................................................... 12
b. Klasifikasi nyeri ......................................................... 13
c. Fase nyeri ................................................................... 14
d. Intensitas nyeri ........................................................... 15
vi
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.................... 16
vii
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian ......................................................................
B. Diagnosa keperawatan ....................................................
C. Perencanaan ....................................................................
D. Penatalaksanaan keperawatan .........................................
E. Evaluasi ...........................................................................
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................
B. Saran ................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun.Terlebih disaat ini dengan pergeseran pola penyakit dari
penyakit sekunder ke penyakit tidak menular pada usia 15 tahun keatas,
seseorang lebih beresiko untuk terkena penyakit hipertensi. Penyakitini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal
belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya
(Gunawan,2012).
Hal ini jika tidak di tangani dengan baik akan mengalami berbagai macam
komplikasi seperti jantung,stoke, gangguan gagal ginjal kronik atau akut
,maka dari itu pada penderita penyakit hipertensi harus segera di tangani
sebelum menimbulkan berbagai macam komplikasi yang sangat
berbahaya,jadipada penaganan hipertensi memerlukan fungsi keluarga untuk
menangani masalah yang terjadi pada anggota keluarga yang mengalami
hipertensi .
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman secara nyata dengan merawat anggorta keluarga
dengan masalah Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan
masalah Hipertensi
b. Mampu menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan
pada keluarga yang mengalami Hipertensi
c. Mampu membuat perencanaan tindakan keluarga dengan masalah
Hipertensi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan
masalah Hipertensi
4
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan
keperawatan keluarga Tn.J khususnya pada Ny.D dengan Hipertensi di RT 10
RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara yang
dilaksanakan pada tanggal …..April 2020
D. Metode Penulisan
Pada penyusunan makalah ilmiah ini metode yang digunakaan adalah :
1. Metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dimana penulis
mengambil satu kasus dan diberikan asuhan.Pada pengumpulan data
metode yang penulis gunakan adalah (wawancara,angket,observasi,
Pengakajian fisi,demonstrasi dan tekhnik pengumpulan data lainnya
sesuai kebetuhan).
2. Metode studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang
terkait dengan asuhan keperawatan keluarga .
E. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,rumusan
masalah,tujuan umum dan tujuan khusus,ruang lingkup ,metode penulisan
dan sistematika penulisan yang terkait dengan judul makalah ilmiah ini
yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga Tn J khususnya Ny.D yang
mengalami Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara.
5
4. BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan tentang perbandingan teori dan hasil
kasus yang terajadi sesui realita dengan asuhan keperawatan keluarga
yang di mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan
,perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang terkait dengan judul
makalah ini yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga Tn J khususnya Ny D
yang mengalami Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang sifatanya membangun
untuk diaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkait
dengan judul makalah ini yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga Tn J
khususnya Ny D yang mengalami Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan
Papanggo Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Klasifikasi menurut ( Bell,dkk.2015)
1) Hipertensi Esensial (primer)
Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami
esensial(primer). Penyebab secara pasti belum diketahui. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial,yaitu faktor
genetic,stress dan psikologis ,faktor lingkungan ,dan diet.
6
7
Table.2.1
Klasifikasi Hipertensi
Table.2.2
140 – 159 90 – 99
Hipertensi
derajat I
160 – 179 100 -109
Hipertensi
derajat II
>180 >110
Hipertensi
derajat III
3. Etiologi
Etiologi menurut ( M,Asikin.dkk,2010)
Sejumlah etiologi yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu usia,jenis
kelamin,ras dan pola hidup.
a. Usia
Pengidap hipertensi yang berusia lebih dari 35 tahun meningkatkan
insidensi penyakit arteri dan kematian premature.
b. Jenis Kelamin
Insidensi terjadinya hipertensi pada pria umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita.Namun,kejadian hipertensi pada wanita
mulai meningkat pada usia paruh baya,sehingga pada usia di aatas 65
tahun insidensi pada wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih sedikit dua kalinya
dibandingkan dengan orang yang berkulit putih.
d. Pola hidup
Penghasilan rendah tingkat pendidikan rendah,dan kehidupan atau
pekerjaan yang penh stress berhubungan dengan kejadian hipertensi
9
4. Patofisiologi
Patofisiologi menurut ( M.Asikin. dkk,2010)
Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu releks
beroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada
hipertensi, karena adanya berbagai gangguan genetic dan resiko
lingkungan, maka terjadi gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf
pusat dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, serta terjadinya inflamasi
dan resistensi insulin. Resistensi insulin dan gangguan neorohormonal
penyebabkan vasokontriksi sistemik dan penngkatan resistensi perifer.
Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang di sertai gangguan renin-
angiotensin-aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan air
di ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah merupakan dua
penyebab utama terjadinya hipertensi. Pusat yang menerima implus yang
dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak pada medulla di batan
otak.
5. Pathway
Skema 2.1
Hipertensi
6. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda NIC NOC (Jilid 2, 2015). Tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan sebagai berikut :
a) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yan dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah,selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
7. Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi penyebab hipertensi menurut
(Maryam,2010).
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisme.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi kapiler-kapiler ginjal,glomerulus.Dengan rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari penatalaksanaan farmakologi dan
penatalaksanaan non farmakologi yaitu :
Table 2.3
Penatalaksanaan Hipertensi
( M,Asikin,dkk,2010)
b. Klasifikasi Nyeri
Menurut Timby (2009),klasifikasi nyeri dibedakan menjadi:
a) Berdasarkan Lokasi Nyeri
1. Somatic Pain
Nyeri timbul karena gangguan bagian luar tubuh, nyeri dibagi
menjadi nyeri superfisial (Custaneous Pain), nyeri somatik dalam
dan nyeri viseral.
tubuh lainnya. Nyeri alih ini biasanya timbul pada lokasi atau tempat
yang berlawanan atau berjauhan dari lokasi asal nyeri.
2. Nyeri Psikogenik
Penyebab fisik nyeri sulit diidentifikasi karena nyeri ini disebabkan
oleh berbagai faktor psikologis. Nyeri ini terjadi karena efek-efek
psikoogenik seperti cemas dan takut yang dirasakan klien.
c. Fase Nyeri
Menurut Meinhart dan Mc Caffery, fase nyeri dideskripsikan sebagai
berikut :
1. Fase antisipasi, terjadi sebelum nyeri diterima. Fase ini bukan
merupakan fase yang paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang
belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut.
Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.
2. Fase sensasi, terjadi saat nyeri terasa. Fase ini terjadi ketika klien
merasa nyeri, karena nyeri itu bersifat subjektif, maka tiap orang dalam
menyikapi nyeri juga berbeda-beda.Toleransi terhadap nyeri juga akan
berbeda antara satu orang dengan yang lain. Orang yang mempunyai
tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri
dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil.
Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan
nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang toleransi terhadap nyerinya
rendah sudah mencari upaya membantu menjelaskan bagaimana orang
15
yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar
endorphin tiap individu, individu dengan endorphin tinggi sedikit
merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorphin merasakan
nyeri lebih besar.
3. Fase akibat (aftermath) Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang
atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari
perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien
mengalami gejala pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri
berkurang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh
kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri
berulang.
d. Intensitas Nyeri
4–6:
Nyeri sedang, secara objektif klien mendesis, menyeringai dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7–9:
Nyeri berat, secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
napas dalam dan distraksi.
10 :
Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
nyeri.Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespon
terhadap nyeri, akan tetapi beberapa kebudayaan memengaruhi pria
17
3. Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan dapat menimbulkan anggapan pada orang bahwa
memperlihatkan tanda-tanda kesakitan berarti memperlihatkan
kelemahan pribadinya,dalam hal seperti itu maka sifat tenang dan
pengendalian diri merupakan sifat yang terpuji. Pada beberapa
kebudayaan lain justru sebaliknya, memperlihatkan nyeri merupakan
suatu hal yang alamiah.
4. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan peningkatan nyeri,
sedangkan upaya untuk mengalihkan perhatian dihubungkan dengan
penurunan sensasi nyeri. Pengalihan perhatian dilakukan dengan cara
memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain
sehingga sensasi yang dialami klien dapat menurun.Berkurangnya
sensasi nyeri disebabkan oleh opiat endogen,yaitu endorfin dan
enkefalin yang merangsang kerja serabut berdiameter besar (beta A)
sehingga menghambat transmisi nyeri oleh serabut berdiameter kecil
(delta A dan C).
5. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri dapat memengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Tiap
klien akan memberikan respons yang berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberi kesan suatu ancaman, kehilangan, hukuman, atau
suatu tantangan.
6. Ansietas
Hubungan antara ansietas dengan nyeri merupakan suatu hal yang
kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri dan sebaliknya,
nyeri juga dapat menyebabkan timbulnya ansietas bagi klien yang
18
7. Mekanisme koping
Gaya koping dapat memengaruhi klien dalam mengatasi nyeri. Klien
yang mempunyai lokus kendali internal mempersepsikan diri mereka
sebagai klien yang dapat mengendalikan lingkungan mereka serta hasil
akhir suatu peristiwa seperti nyeri, klien tersebut juga melaporkan
bahwa dirinya mengalami nyeri yang tidak terlalu berat. Sebaliknya
klien yang mempunyai lokus kendali eksternal, mempersepsikan
faktorfaktor lain di dalam lingkungan seperti perawat sebagai klien
yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir mereka.
8. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan peningkatan sensasi nyeri dan dapat
menurunkan kemampuan koping untuk mengatasi nyeri, apabila
kelelahan disertai dengan masalah tidur maka sensasi nyeri terasa
bertambah berat.
9. Pengalaman sebelumnya
Seorang klien yang tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi
pertama dapat mengganggu mekanisme koping terhadap nyeri, akan
tetapi pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa klien
tersebut akan dengan mudah menerima nyeri pada masa yang akan
datang, apabila klien sejak lama mengalami serangkaian episode nyeri
tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka ansietas
atau rasa takut akan muncul. Sebaliknya, apabila seorang klien
mengalami nyeri dengan jenis yang sama dan berhasil
menghilangkannya, maka akan lebih mudah bagi klien tersebut untuk
menginterprestasikan sensasi nyeri dank lien tersebut akan lebih siap
untuk melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri.
19
f. Penatalaksanaan Nyeri
Seperti yang dikatakan Dewit (2008), penatalaksanaan nyeri yang efektif
juga dengan mengkombinasikan antara penatalaksanaan farmakologis dan
nonfarmakologis.Kedua tindakan ini akan memberikan tingkat
kenyamanan yang sangat memuaskan dalam waktu yang lama bagi pasien.
a. Tindakan farmakologis Menurut Smeltzer et al. (2010), dibagi
menjadi tiga kategori umum antara lain :
1) Anestesi local
Anestesi local bekerja dengan memblok konduksi saraf saat
diberikan langsung ke serabut saraf. Anestesi local dapat
memberikan langsung ke tempat yang cedera. Misalnya, anestesi
topical dalam bentuk semprot untuk luka bakar akibat sinar
matahari) atau cedera langsung ke serabut saraf melalui suntikan
atau saat pembedahan.
2) Opioid
Tujuan dari pemberian opioid adalah untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan kualitas hidup. Karena itu, rute, dosis dan frekuensi
pemberian ditentukan secara individual. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam menentukan rute, dosis dan frekuensi
pengobatan mencakup karakteristik nyeri. Misalnya, durasi dan
tingkat keparahan, status keseluruhan pasien, respon pasien
terhadap pengobatan analgesic, dan laporan pasien nyeri. Opioid
20
4) Teknik relaksasi
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri
dari nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama.Pasien
dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan
nyaman.
5) Distraksi
Distraksi merupakan tindakan dengan memfokuskan perhatian
pada sesuatu selain pada nyeri, misalnya menonton film dan
bermain catur.Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri
dengan menstimulasi sistem control desendens yang
mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan
ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain
nyeri.
7) Terapi music
Terapi musik merupakan terapi yang murah dan efektif untuk
mengurangi nyeri dan kecemasan. Penelitian di kalangan wanita
lansia di Korea dan Amerika yang menjalani operasi ginekologi
22
8) Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan
jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis.
Teknik ini membantu dalam memberikan peredaan nyeri
terutama dalam situasi sulit, misalnya luka bakar. Keefektifan
hipnosis tergantung pada kemampuan hipnotik individu
b. Efek farmakologi
Daun sirsak memiliki khasiat menurunkan tekanan darah (hipotensif)
pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Dun sirsak memiliki
sifat antibakteri dan antikejang Hipertensi yang dapat diobati adalah
hipertensi esensial, hipertensi karena kehamilan, dan hipertensi
klimakterik.Tekanan darah umumnya mulai turun sehari setelah
mengonsumsi daun sirsak yang diikuti dengan semakin baiknya gejala
subyektif, enak tidur, dan jumlah urin yang keluar meningkat.
d. Krisis Hipertensi
Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati hipertensi, disebabkan oleh
pembengkakan dan gangguan fungsi otak, ditandai oleh sakit kepala
23
Penurunan fungsi ginjal secara cepat (cedera ginjal akut, acute kidney
injury) dan anemia hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-sel
darah) juga mungkin terjadi. Pada situasi ini harus dilakukan
penurunan tekanan darah secara cepat untuk mengehentikan
kerusakan organ yang sedang terjadi. Sebaliknya, tidak ada bukti
bahwa tekanan darah perlu diturunkan secara cepat dalam keadaan
hipertensi emergensi bila tidak ada bukti kerusakan pada organ target.
Penurunan tekanan darah yang terlalu agresif bukannya tanpa risiko.
Penggunaan obat-obatan oral untuk menurunkan tekanan darah secara
bertahap selama 24 sampai 48 jam dianjurkan dalam kondisi darurat
hipertensi.
e. Tindakan pencegahan
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tanpa menyadarinya.
Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk
mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan
terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah.
Ada pun pencegahan hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Menjaga berat badan normal (misalnya indeks massa tubuh 20-25
kg/m2)
2. Mengurangi asupan makanan yang mengandung natrium sampai <
100 mmol/hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium perhari)
24
Cara menggunakan :
Minum ramuan dua kali sehari,yaitu pagi dan sore hari.
b. Tipe Keluarga
Menurut Jhonson R (2011) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam
yaitu :
a. Tipe Keluaraga Tradisional
Secara tradisional keluarag dikelompokan menjadi 2,yaitu:
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari ayah,rbu dan anak yang a Besar dari keturunan atau adopsi
atau keduanya.
2. Keluarga Besar(Extended Family) adalah keluarga inti
ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek-nenek,paman,bibi)
c. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimanaa keluargamelaksanakan
fungsi,keluarga di masyarakat.
a. Patrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberap generasi,dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b. Matrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
d. Peran Keluarga
Menurut friedman (2010), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
29
2) Peranan ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota asyarakat dari
lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga.
3) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2. Fungsi Budaya
a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan
bangsa yang ingin di pertahankan .
b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai .
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai
pengaruh negative globalisasi dunia .
d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya dapat berperilaku yang baik sesuai dengan norma
bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi
31
4. Fungsi perlindungan
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari
rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar
keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari
luar.
c. Membina dan menjadikan stabilisasi dan keamanaan
keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
5. Fungsi reproduksi
a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat baik anggota keluarga maupun bagi
keluarga sekitarnya.
b. Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik
maupun mental.
32
6. Fungsi Sosialisasi
a. Menyadari,merencanakan dan menciptakan lingkungan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak
perama dan utama
b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan
keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari
pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang
dijumpainnya baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal
yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan
kedewasaan(fisik dan mental),yang tidak kurang diberikan
oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi
dalam keluarag sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif
bagi anak,tetapi juga bagi orang tua dalam rangka
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
7. Fungsi Ekonomi
a. Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan
dan perkembangan kehidupan keluarga.
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga.
33
2) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya susku bangsa terkait dengan
kesehatan
3) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
c. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi
rumah, kamar mandi, dapur, kamar tidur, kebersihan
dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan perasaan
secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka.
2. Karakteristik lingkungann dan komunitas
tempattinggal tipe lingkungan tempat tinggal
komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal,
keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan
39
d. Struktur keluarga
(1) Pola pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan
mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
(2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku
(3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran masing
masing anggota keluarga baik formal/informal
(4) Struktur nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan
mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga
berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga diantaranya
a) Fungsi afektif
Pola kebutuhan keluarga-respon ;
(1) Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan
individu lain dalam keluarga
(2) Apakah orang tua /pasangan mampu
menggambarkan kebutuhan persoalan lain dari
anggota yag lain
(3) Bagaimana sensitifnya anggota keluarga dengan
melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan
perasaan dan kebutuhan orang lain.
40
b) Fungsi sosialisas
1. Bagaimana keluarga membesarkan anak dari keluarga
dalam area bidang : kontrol perilaku, disiplin,
penghargaan, hukuman, otonomi dan ketergantungan,
memberi dan menerima cinta serta latihan perilaku sesuai
dengan usia.
c) Fungsi Reproduksi :
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam
pengendalian jumlah anak
b) Pengkajian tahap II
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat di lihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga.Pengkajian tahap ini lebih di fokuskan pada
kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat di lihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga.
Pengkajian keluarga tahap II menurut (malgaya,2010)
Hal hal yang di kaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah
1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, hal yang perlu di kaji adalah sejauh mana keluarga
mengenai fakta fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
:pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, seperti persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
adalah pengetahuan keluarga terhadap dampak/ konsekuensi
penyakit. Jika tidak mampu mengambil keputusan dikaji lagi
penyebab ketidakmampaun tersebut. hal yang perlu dikaji di
antaranya
42
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan dari
diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan
hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga
termasuk masalah kesehatan actual dan potensial dengan peawat
keluarga termasuk masalah kesehatan actual dan potensial dengan
perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan
lisensi untuk menangani berdasarkan pendidikan dan pengalaman
( friedman,2010).diagnosis keperawatan adalah keputusan klnis
44
3) Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam sebuah proses
keperawatan keluarga.Tahap perencanaan ini merupakan proses
penyusunan sebagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah,menurunkan atau mengurangi maslaah klien dan
keluarga.Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan
tindakan yang ditentukan perawat berasama sama sasaran,yaitu
keluarag untuk dilaksanakan sehingga masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang telah diidentifikasikan dapat
diselesaiakn(Susanto,2012).
Sifat masalah :
Skala:
1) Aktual 3
2 1
2) Risiko
3)Keadaan 1
sejahtera/diagnosis sehat
Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala:
1) Mudah
2
2) Sebagian 1 2
3) Tidak dapat 0
Skala
1) Tinggi
47
3 1
2) Cukup
2
3) Rendah
1
Menonjol masalah
Skala :
( Maglaya,2009 )
Skoring :
Skor X bobot
Angka tertinggi
tujuan
Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir
yang di harapkan dari rangkaian proses penyelesaian masaalh
keperawatan ( penyelesaian satu diagnose atau masalah). Misalnya
5.) Evaluasi
Tahap kelima atau tahap akhir dari proses keperawatan keluarga
dan menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang
diterapkan dalam perencanaan.
1. Metode-metode evaluasi
a. Observasilangsung
b. Memeriksa laporan atau dokumentasi
c. Latihan stimulus
DAFTAR PUSTAKA
Bell, et al. (2015). Hypertension :The Silent Killer : Updated JNC-8 Guideline
Recommendation. Alabama Pharmacy Association.
Mardiana, Lina. 2012. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta : penebar swadaya.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasi
l%20Riskesdas%202018.pdf–Diakses Agustus 2018