Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

J KHUSUSNYA
“NY.D” DENGAN HIPERTENSI DI RT 10 RW 06 KELURAHAN
PAPANGGO KECAMATAN TANJUNG PRIOK JAKARTA
UTARA

Disusun oleh:

RIKA PUSPA SARI

NIM 17038

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.J khususnya Ny.D
dengan Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara” ini telah diterima dan disetujui untuk dipertahankan pada ujian siding
di hadapan tim penguji .

Jakarta,……………………2020

Pembimbing

Ns.Ari Susiani ,M.Kep

Mengetahui,

Direktur Akper Harum Jakarta

Rusmawati Sitorus, S.Pd.S.Kep.MA

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.J khususnya Ny.D
dengan Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara” ini telah diujikan dan dinyatakan “Lulus” dalam ujian sidang oleh tim
penguji pada tanggal,…………….2020

Penguji I

Ns. Ari Susiani,M.Kep

Penguji II

Ns. Gebyar Ayu Ratih Kartika ,S.Kep

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,yang telah
memeberikan nikmat kesehatan,kekuatan dan kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ilmiah ini,dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga
Tn.J khususnya Ny.D dengan Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara”.

Makalah ilmiah ini penulis susun sebagai suatu metode praktis dalam teknik
pembuatan laporan serta penilaian terhadap kemampuan mengaplikasikan teori
keperawatan kedalam suatu realitas praktek lapangan dan untuk memenuhi
persyaratan kelulusan dalam meneyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan.

Dalam penulisan makalah ilmiah ini banyak menemukan hambatan dan kesulitan
akan tetapi berkat dukungan,doa dari kedua orang tua,bimbingan,motivasi dan saran
dari berbagai pihak sehingga makalah ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Untuk kesempatan berbahagia ini penulis mengucapkan terimakasih,kepada :

1. Ibu Rusmawati Sitorus,S.Pd S,Kep,MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan


Harum Jakarta
2. Ibu Ns. Ari Susiani,M.Kep Selaku Pembimbing dan Penguji I
3. Ibu Ns.Gebyar Ayu Ratih Kartika,S.Kep,Selaku Penguji II
4. Segenap Staff dan Dosen Akademi Keperawatan Harum Jakarta yang selama
tiga tahun membimbing dn memberikan banyak ilmu kepada penulis
5. Orang tua Ibunda Dwi Hatmanti,Ayahanda Junaid Loto dan semua keluarga
tercinta yang telah mendoakan dan mendukung saya dalam penyusunan Makalah
ilmiah ini.
6. Kakak Aras Ibrahim yang selalu mendukung dan menyemangati saya untuk
segera menyelesaikan makalah ilmiah ini .
7. Terkhusus kepada(Maria,Noni,Ira ,Atul )Terimakasih untuk kurang lebih 3 tahun
ini yang sudah memberiakan kebahagiaan ,semangat dan bantuan selama masa
kuliah.Semoga kita semua sukses dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
8. Teman Seperjuanganku Kelompok Keperawatan Keluarga (Komunitas )
9. Semua rekan-rekan angkatan XIX yang selama 3 tahun ini saling memberikan
semangat.

iv
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ilmiah ini masih terdapat
kekurangan .Untuk itu,penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempatan makalah ilmiah yang akan datang.

Akhir kata penulis mengharapkan Makalah ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya bagi Mahasisw/i Akademi Keperawatan harum Jakarta.

Jakarta, April 2020

Rika Puspa Sari

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ................................................................... 1


B. Tujuan
1. Tujuan Umum .............................................................. 3
2. Tujuan Khusus .............................................................. 3
C. Ruang Lingkup ................................................................... 4
D.Metode Penulisan .............................................................. 4
E. Sistematika Penulisan ........................................................ 4

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi ......................................................................... 6
2. Klasifikasi .................................................................... 6
3. Etiologi ......................................................................... 8
4. Patofisologi .................................................................. 9
5. Pathway ........................................................................ 10
6. Manifestasi Klinis ........................................................ 10
7. Komplikasi ................................................................... 11
8. Penatalaksanaan Medis ................................................ 12

B. Konsep Nyeri
a. Pengertian nyeri.......................................................... 12
b. Klasifikasi nyeri ......................................................... 13
c. Fase nyeri ................................................................... 14
d. Intensitas nyeri ........................................................... 15

vi
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.................... 16

C. Konsep Pemberian Daun Sirsak


a. Definisi ........................................................................ 22
b. Efek farmakologi ......................................................... 22
c. Khasiat dan manfaat Daun Sirsak .............................. 22
d. Krisis Hipertensi ......................................................... 22
e. Tindakan pencegahan .................................................. 23
f. Pengobatan dengan Daun Sirsak ................................. 25

D. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Konsep Keluarga
a. Definisi ................................................................... 25
b. Tipe Keluarga ......................................................... 26
c. Struktur Keluarga ................................................... 27
d. Peran Keluarga ....................................................... 38
e. Fungsi Keluarga ..................................................... 29
f. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga dan Tugas
Perkembangan Keluarga ........................................ 33

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga


a. Pengkajian ............................................................. 36
b. Diagnosa keperawatan ........................................... 43
c. Perencanaan ........................................................... 45
d. Penatalaksanaan keperawatan ................................ 50
e. Evaluasi .................................................................. 51

BAB III : TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan .................................................


B. Diagnosa Keperawatan.....................................................
C. Perencanaan Keperawatan. ..............................................
D. Pelaksanaa Keperawatan ..................................................
E. Evaluasi Keperawatan .....................................................

vii
BAB IV : PEMBAHASAN

A. Pengkajian ......................................................................
B. Diagnosa keperawatan ....................................................
C. Perencanaan ....................................................................
D. Penatalaksanaan keperawatan .........................................
E. Evaluasi ...........................................................................

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................
B. Saran ................................................................................

Daftar Pustaka.........................................................................................

viii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Klasifikasi berdasarakan derajat Hipertensi…………………...7

Tabel 2.2 Klasifikasi ESH dan ESC Hipertensi………………….…….7

Tabel 2.3 Penatalaksanaan Hipertensi…………………………………..12

Tabel 2.4 Skala untuk menentukan prioritas asuhan keperawatan……...46

Skema 2.1 Patway Hipertensi ……………………………………………10

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari seluruh lapisan


masyarakat karena dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun
jangka panjang (Ismarina,dkk,2015).Penderita hipertensi kurang atau bahkan
belum mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dalam mengontrol tekanan
darah, maka angka morbilitas dan mortalitas akan semakin sulit untuk
diperbaiki (Berek,2010).

Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat


yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada didunia.Kasus
penyakit hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun.Hampir satu
miliar orang atau kira-kira 26% dari populasi dewasa dunia mengalami
hipertensi per tahun (Ramdhani,2014)

Di Indonesia sendiri,berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2018 pada


penduduk umur > 18 tahun diketahui bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 31,3% laki-laki dan 36,9 % perempuan
dari total penduduk keseluruhan dan untuk prevalasi daerah perkotaan jauh
lebih tinggi di banding pedesaan yaitu dengan prevalensi perkotaan 34,4 %
dan pedesaan 33,7%.(Riskesdas,2018)

Pada orang dewasa yang menderita hipertensi mengalami berat badan


berlebih dan obesitas dapat meningkatkan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler dan beberapa jenis kanker (WHO, 2015).Hipertensi terjadi
berkaitan dengan beragam faktor risiko, baik yang tidak dapat diubah
maupun dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi
genetik, keadaan gizi, dan umur. Faktor risiko yang dapat diubah adalah
kegemukan, diet, dan aktifitas fisik/olahraga. Dilain pihak kegemukan
disebabkan oleh konsumsi makanan berlebihdan aktivitas fisik/olahraga
kurang(Muhammadun, 2010).
1
2

Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun.Terlebih disaat ini dengan pergeseran pola penyakit dari
penyakit sekunder ke penyakit tidak menular pada usia 15 tahun keatas,
seseorang lebih beresiko untuk terkena penyakit hipertensi. Penyakitini
biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal
belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya
(Gunawan,2012).

Hal ini jika tidak di tangani dengan baik akan mengalami berbagai macam
komplikasi seperti jantung,stoke, gangguan gagal ginjal kronik atau akut
,maka dari itu pada penderita penyakit hipertensi harus segera di tangani
sebelum menimbulkan berbagai macam komplikasi yang sangat
berbahaya,jadipada penaganan hipertensi memerlukan fungsi keluarga untuk
menangani masalah yang terjadi pada anggota keluarga yang mengalami
hipertensi .

Fungsi keluarga dalam menangani pasien dengan hipertensi meliputi 5 tugas


keluarga yang harus dilaksanakan seluruh anggota keluarga yaitu mengenal
masalah yang ada pada pasien hipertensi, memutuskan tindakan yang tepat
bagi keluarga yang mengalami hipertensi, memberikan perawatan pada
keluarga yang hipertensi dengan membatasi diet dan olahraga serta minum
obat secarat eratur, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatan keluarga dengan hipertensi dan menggunakan pelayanan kesehatan
yang ada jika ada kekambuhan pada keluarga yang hipertensi.Tugas
kesehatan keluarga tersebut adalah mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat dan
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Friedman, 1998)
dalam Fadilla (2010:30)

Dalam menuntakan masalah kesehatan yang ada di masyarakat di perlukan


pemberian peran keperawatan dalam penanggulangan hipertensi dengan cara
melakukan promotif dimana agar keluarga tidak mengalami hipertensi yang
berkepanjangan,kemudian dilakukan preventif pada keluarga untuk
3

menghindari terjadinya berbagai masalah kesehatan yang mengancam


kesehatan ,keluarga pun dapat mengetahui pencegahaanya pada hipertensi
dan penanganan lainnya .Jika sudah di lakukan preventif belum mampu
menanggualngi kesehatan dapat dilakukan kuratif yaitu dimana upaya
kesehatan yang dilakaukan untuk penyembuhan .

Peran perawat dalam menangani masyarakat yang mengalami masalah


kesehatan dapat menggunakan sumber daya yang ada dikeluarga ,dengan cara
menjelaskan tentang bahan – bahan yang mudah di dapat untuk menangani
masalah kesehatan ,seperti keluarga yang mengalami penyakit hipertensi
dapat menggunakan rebusan daun sirsak.Jika tidak dapat mengurangi rasa
sakit,keluarga dapat melakukan rehabilitative dimana keluarga meningkatkan
kesehatanya,agar hipertensi tidak terjadi secara terus menerus keluarga
mampu olahraga setiap hari agar dapat menggurangi rasa nyeri.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik membuat Makalah ilmiah dengan


judul“Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.J khususnya pada Ny.D dengan
Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priok
Jakarta Utara

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman secara nyata dengan merawat anggorta keluarga
dengan masalah Hipertensi

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan
masalah Hipertensi
b. Mampu menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan
pada keluarga yang mengalami Hipertensi
c. Mampu membuat perencanaan tindakan keluarga dengan masalah
Hipertensi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan
masalah Hipertensi
4

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan masalah


Hipertensi
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat dalam teori dan
kasus
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung,penghambat,serta
dapat mencari solusinya.
h. Mampu mendokumentasian asuhan keperawatan pada keluarga yang
mengalami Hipertensi

C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan
keperawatan keluarga Tn.J khususnya pada Ny.D dengan Hipertensi di RT 10
RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara yang
dilaksanakan pada tanggal …..April 2020

D. Metode Penulisan
Pada penyusunan makalah ilmiah ini metode yang digunakaan adalah :
1. Metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dimana penulis
mengambil satu kasus dan diberikan asuhan.Pada pengumpulan data
metode yang penulis gunakan adalah (wawancara,angket,observasi,
Pengakajian fisi,demonstrasi dan tekhnik pengumpulan data lainnya
sesuai kebetuhan).
2. Metode studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang
terkait dengan asuhan keperawatan keluarga .

E. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,rumusan
masalah,tujuan umum dan tujuan khusus,ruang lingkup ,metode penulisan
dan sistematika penulisan yang terkait dengan judul makalah ilmiah ini
yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga Tn J khususnya Ny.D yang
mengalami Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara.
5

2. BAB II TINJAUAN TEORI


Bab ini menguraikan konsep masalah keseahatn,konsep asuhan
keperawatan keluarga,konsep pengobatan non farmakologi yanga terkait
dengan judul makalah ilmiah ini yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga Tn
J khususnya Ny. D yang mengalami Hipertensi di RT 10 RW 06
Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara

3. BAB III TINJAUAN KASUS


Bab ini menguraikan proses asuhan keperawatan yang dimulai dari
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan ,perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang terkait dengan judul makalah ini yaitu
Asuhan Keperawatan Keluarga Tn J khususnya Ny.D yang mengalami
Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara.

4. BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan tentang perbandingan teori dan hasil
kasus yang terajadi sesui realita dengan asuhan keperawatan keluarga
yang di mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan
,perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang terkait dengan judul
makalah ini yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga Tn J khususnya Ny D
yang mengalami Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan Papanggo
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.

5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang sifatanya membangun
untuk diaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkait
dengan judul makalah ini yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga Tn J
khususnya Ny D yang mengalami Hipertensi di RT 10 RW 06 Kelurahan
Papanggo Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asam urat


1. Definisi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg
( WHO,2013; Ferri 2017).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten


dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
90 mmHg.Populasi manula,hipertensi sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer,dkk2010)

Hipertensi biasa dicatat sebagai tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan


sistolik merupakan tekanan darah maksimum dalam arteri yang
disebabkan sistoleventricular. Sedangkan tekanan diastolik merupakan.
tekanan minimum dalam arteri yang disebabkan oleh diastoleventricular
(Widyanto, S. dan Triwibowo, C, 2013).

2. Klasifikasi
Klasifikasi menurut ( Bell,dkk.2015)
1) Hipertensi Esensial (primer)
Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami
esensial(primer). Penyebab secara pasti belum diketahui. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial,yaitu faktor
genetic,stress dan psikologis ,faktor lingkungan ,dan diet.

2) Hipertensi sekunder lebih mudah dikendalikan dengan penggunaan


obat-obatan.Penyebab hipertensi sekunder di antaranya adalah berupa
kelainan ginjal; seperti obesitas,retensi insulin,hipertiroidisme,dan
pemakaian obat-obatan,seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

6
7

a. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

Table.2.1

Klasifikasi Hipertensi

Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Derajat
(mmHg) (mmHg)
< 12O dan < 80
Normal
120 - 139 Atau 80 – 89
Pre-hipertensi
140 - 159 Atau 90 – 99
Hipertensi derajat I

Hipertensi derajat II > 160 Atau > 100


( Sumber ; Bell,dkk,2015)

Buku :Asuhan Keperawatan Pada Paisien Dengan

Gangguan Kardiovaskuler hal 124

b. Klasifikasi menurut ESH dan ESC

Table.2.2

Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan European Society of


Hipertension (ESH) Dan Euroopean Sociaty of Cardiologi (ESC)

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


MmmHg
< 120 <80
Optimal
120 -129 80 – 84
Normal
130 – 139 85 -89
Normal tinggi
8

140 – 159 90 – 99
Hipertensi
derajat I
160 – 179 100 -109
Hipertensi
derajat II
>180 >110
Hipertensi
derajat III

Hipertensi >140 <90


Sistolik
terisolasi

(Sumber : ESH & ESC,2013 )


Buku : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Kardiovaskuler hal 125

3. Etiologi
Etiologi menurut ( M,Asikin.dkk,2010)
Sejumlah etiologi yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu usia,jenis
kelamin,ras dan pola hidup.
a. Usia
Pengidap hipertensi yang berusia lebih dari 35 tahun meningkatkan
insidensi penyakit arteri dan kematian premature.
b. Jenis Kelamin
Insidensi terjadinya hipertensi pada pria umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita.Namun,kejadian hipertensi pada wanita
mulai meningkat pada usia paruh baya,sehingga pada usia di aatas 65
tahun insidensi pada wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih sedikit dua kalinya
dibandingkan dengan orang yang berkulit putih.
d. Pola hidup
Penghasilan rendah tingkat pendidikan rendah,dan kehidupan atau
pekerjaan yang penh stress berhubungan dengan kejadian hipertensi
9

yang lebih tinggi.Obesitas juga di pandang sebagai faktor resiko


utama .Merokok dipandang sebagai faktor risiko tinggi bagi pengidap
hipertensi dan penyakit arteri coroner.Hipokolesterolemia dan
hiperglikemia merupakan faktor utama dalam perkembangan
aterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.

4. Patofisiologi
Patofisiologi menurut ( M.Asikin. dkk,2010)
Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu releks
beroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada
hipertensi, karena adanya berbagai gangguan genetic dan resiko
lingkungan, maka terjadi gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf
pusat dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, serta terjadinya inflamasi
dan resistensi insulin. Resistensi insulin dan gangguan neorohormonal
penyebabkan vasokontriksi sistemik dan penngkatan resistensi perifer.
Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang di sertai gangguan renin-
angiotensin-aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan air
di ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah merupakan dua
penyebab utama terjadinya hipertensi. Pusat yang menerima implus yang
dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak pada medulla di batan
otak.

Perubahan structural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer


bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut.Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan relakssi otot polos pembuluh darah, yang
pada akhirnya akan menurunkan kemampuan distensi. Konsekuensinya
yaitu kemampuan aorta dan arteri besar menjadi berkurang dalam
mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung ( volume
sekuncup) , sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan resistensi perifer (brunner dan suddath,2013)
10

5. Pathway

Skema 2.1

Genetic dan lingkungan

gangguan sistem saraf inflamasi


Resistensi Insulin
pusat dan sistem renin-
angiotensin-aldosteron

vasokontriksii Resistensi garam dan air

Peningkatan resistensi perifer Peningkatan volume darah

Hipertensi

(Sumber .Keperawatan Medikal Bedah :Sistem Kardiovaskuler : hal 78)

6. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda NIC NOC (Jilid 2, 2015). Tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan sebagai berikut :
a) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yan dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah,selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.

b) Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita
11

hipertensi yaitu mengeluh sakit kepala, lemas, kelelahan, sesak napas,


gelisah, mual, muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.

7. Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi penyebab hipertensi menurut
(Maryam,2010).
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisme.

b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.

c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi kapiler-kapiler ginjal,glomerulus.Dengan rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

d. Apnea pada saat tidur


Apnea adalah gangguan tidur berupa kesulitan bernafas yang terjadi
berulang kali pada saat tidur.Beberapa penelitian menunjukan adanya
12

hubungan antara pernafasan yang terhenti dan berkurangnya pasokan


oksigen untuk sementara waktu yang menyertai apnea saat terjadinya
hipertensi.Apnea pada saat tidur tidak selalu terlihat jelas.Namun jika
seseorang sering tidak tadap tidur nyenyak sepanjang malam dan
selalu mengantuk pada siang hari sebaiknya memeriksakan diri ke
dokter. Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan oksigen pada
saat tidur.Cara ini dapat menurunkan tekanan darah sedikit demi
sedikit .

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari penatalaksanaan farmakologi dan
penatalaksanaan non farmakologi yaitu :

Table 2.3
Penatalaksanaan Hipertensi

Jenis Penatalaksanaan Tindakan


Gangguan diuretic,golongan
Farmakologi
betablocer,golongan antagonis dan golongan
ACE inhibitor
Pola makan harus di batasi atau dikurangi
Non Farmakologi
terutama makanan yang mengandung garam
dan aktivitas olahraga

( M,Asikin,dkk,2010)

Buku : Sistem Kardiovaskuler hal 80

B. Konsep Dasar Nyeri


a. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
(IASP, 2011).
13

Menurut Kozier (2010), nyeri adalah keadaan yang sangat tidak


menyenangkan dan merupakan sensasi yang sangat personal yang tidak
dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi pikiran seseorang,
mengarahkan semua aktivitas dan mengubah kehidupan seseorang.

b. Klasifikasi Nyeri
Menurut Timby (2009),klasifikasi nyeri dibedakan menjadi:
a) Berdasarkan Lokasi Nyeri
1. Somatic Pain
Nyeri timbul karena gangguan bagian luar tubuh, nyeri dibagi
menjadi nyeri superfisial (Custaneous Pain), nyeri somatik dalam
dan nyeri viseral.

2. Nyeri Pantom (Phantom Pain)


Nyeri pantom merupakan nyeri khusus yang dirasakan klien yang
mengalami amputasi, oleh klien nyeri dipersepsikan berada pada
organ yang diamputasi seolah-olah organ yang diamputasi masih
ada. Contoh nyeri pada klien yang menjalani operasi pengangkatan
estremitas.

3. Nyeri Menjalar (Radiation Of Pain)


Nyeri menjalar merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat
awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri seakan menyebar ke
bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh, nyeri dapat
bersifat intermitten atau konstan. Contoh nyeri punggung bagian
bawah akibat ruptur diskus intravertebral disertai nyeri yang
menyebar pada tungkai dan iritasi saraf skiatik.

4. Nyeri Alih (Reffered Pain)


Nyeri alih merupakan nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral
yang menjalar ke organ lain sehingga nyeri dirasakan pada beberapa
tempat. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron sensori
dari organ yang mengalami myeri ke dalam medula spinalis dan
mengalami sinapsis dengan serabut saraf yang berada pada bagian
14

tubuh lainnya. Nyeri alih ini biasanya timbul pada lokasi atau tempat
yang berlawanan atau berjauhan dari lokasi asal nyeri.

b) Berdasarkan Etiologi Nyeri

1. Nyeri Fisiologi atau Nyeri Organik


Merupakan nyeri yang diakibatkan oleh kerusakan organ tubuh.
Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat adanya
cedera, penyakit, atau pembedahan salah satu atau beberapa organ.

2. Nyeri Psikogenik
Penyebab fisik nyeri sulit diidentifikasi karena nyeri ini disebabkan
oleh berbagai faktor psikologis. Nyeri ini terjadi karena efek-efek
psikoogenik seperti cemas dan takut yang dirasakan klien.

c. Fase Nyeri
Menurut Meinhart dan Mc Caffery, fase nyeri dideskripsikan sebagai
berikut :
1. Fase antisipasi, terjadi sebelum nyeri diterima. Fase ini bukan
merupakan fase yang paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang
belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut.
Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.

2. Fase sensasi, terjadi saat nyeri terasa. Fase ini terjadi ketika klien
merasa nyeri, karena nyeri itu bersifat subjektif, maka tiap orang dalam
menyikapi nyeri juga berbeda-beda.Toleransi terhadap nyeri juga akan
berbeda antara satu orang dengan yang lain. Orang yang mempunyai
tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri
dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil.
Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan
nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang toleransi terhadap nyerinya
rendah sudah mencari upaya membantu menjelaskan bagaimana orang
15

yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar
endorphin tiap individu, individu dengan endorphin tinggi sedikit
merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorphin merasakan
nyeri lebih besar.

3. Fase akibat (aftermath) Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang
atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari
perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien
mengalami gejala pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri
berkurang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh
kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri
berulang.

d. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan


oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual
dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun pengukuran dengan
teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
sendiri (Tamsuri, 2007).

Menurut Smeltzer,S.C Bare B.G (2010) adalah sebagai berikut :


a. Skala intensitas nyeri deskriptif
b. Skala identitas nyeri numeric
c. Skala analog visual
d. Skala nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3:
Nyeri ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
16

4–6:
Nyeri sedang, secara objektif klien mendesis, menyeringai dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7–9:
Nyeri berat, secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
napas dalam dan distraksi.
10 :
Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri


1. Usia
Usia mempengaruhi persepsi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri.
Perbedaan perkembangan pada orang dewasa dan anak sangat
memengaruhi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.Anak yang masih
kecil mempunyai kesulitan dalam menginterprestasikan nyeri,anak
akan kesulitan mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan
nyeri pada orang tua atau petugas kesehatan. Anak toodler dan
prasekolah juga akan mengalami kesulitan mengingat penjelasan
tentang nyeri dan mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang
dapat terjadi pada berbagai situasi. Begitu juga dengan lansia,
kemampuan lansia untuk menginterprestasikan nyeri dapat mengalami
komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakit disertai gejala samar-
samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama. Apabila
lansia memiliki sumber nyeri lebih dari satu, maka perawat harus
mengumpulkan pengkajian yang lebih terinci, dengan kata lain,
penyakit yang berbeda dapat menimbulkan gejala yang sama.

2. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
nyeri.Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespon
terhadap nyeri, akan tetapi beberapa kebudayaan memengaruhi pria
17

dan wanita dalam mengekspresikan nyeri.Misalnya seorang pria tidak


boleh menangis dan harus berani sehingga tidak boleh menangis
sedangkan wanita boleh menangis dalam situasi yang sama.

3. Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan dapat menimbulkan anggapan pada orang bahwa
memperlihatkan tanda-tanda kesakitan berarti memperlihatkan
kelemahan pribadinya,dalam hal seperti itu maka sifat tenang dan
pengendalian diri merupakan sifat yang terpuji. Pada beberapa
kebudayaan lain justru sebaliknya, memperlihatkan nyeri merupakan
suatu hal yang alamiah.

4. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan peningkatan nyeri,
sedangkan upaya untuk mengalihkan perhatian dihubungkan dengan
penurunan sensasi nyeri. Pengalihan perhatian dilakukan dengan cara
memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain
sehingga sensasi yang dialami klien dapat menurun.Berkurangnya
sensasi nyeri disebabkan oleh opiat endogen,yaitu endorfin dan
enkefalin yang merangsang kerja serabut berdiameter besar (beta A)
sehingga menghambat transmisi nyeri oleh serabut berdiameter kecil
(delta A dan C).

5. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri dapat memengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Tiap
klien akan memberikan respons yang berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberi kesan suatu ancaman, kehilangan, hukuman, atau
suatu tantangan.

6. Ansietas
Hubungan antara ansietas dengan nyeri merupakan suatu hal yang
kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri dan sebaliknya,
nyeri juga dapat menyebabkan timbulnya ansietas bagi klien yang
18

mengalami nyeri. Adanya bukti bahwa sistem limbik yang diyakini


dapat mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas juga dapat
memproses reaksi emosi terhadap nyeri yaitu dapat memperburuk atau
menghilangkan nyeri. Nyeri yang tidak kunjung sembuh dapat
mengakibatkan psikosis dan gangguan kepribadian.

7. Mekanisme koping
Gaya koping dapat memengaruhi klien dalam mengatasi nyeri. Klien
yang mempunyai lokus kendali internal mempersepsikan diri mereka
sebagai klien yang dapat mengendalikan lingkungan mereka serta hasil
akhir suatu peristiwa seperti nyeri, klien tersebut juga melaporkan
bahwa dirinya mengalami nyeri yang tidak terlalu berat. Sebaliknya
klien yang mempunyai lokus kendali eksternal, mempersepsikan
faktorfaktor lain di dalam lingkungan seperti perawat sebagai klien
yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir mereka.

8. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan peningkatan sensasi nyeri dan dapat
menurunkan kemampuan koping untuk mengatasi nyeri, apabila
kelelahan disertai dengan masalah tidur maka sensasi nyeri terasa
bertambah berat.

9. Pengalaman sebelumnya
Seorang klien yang tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi
pertama dapat mengganggu mekanisme koping terhadap nyeri, akan
tetapi pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa klien
tersebut akan dengan mudah menerima nyeri pada masa yang akan
datang, apabila klien sejak lama mengalami serangkaian episode nyeri
tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka ansietas
atau rasa takut akan muncul. Sebaliknya, apabila seorang klien
mengalami nyeri dengan jenis yang sama dan berhasil
menghilangkannya, maka akan lebih mudah bagi klien tersebut untuk
menginterprestasikan sensasi nyeri dank lien tersebut akan lebih siap
untuk melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri.
19

10. Dukungan keluarga dan social


Kehadiran orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien
dapat memengaruhi respons terhadap nyeri. Klien yang mengalami
nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat
untuk mendapatkan dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun
nyeri tetap dirasakan tetapi kehadiran orang terdekat dapat
meminimalkan rasa kesepian dan ketakutan. Bagi anak-anak, kehadiran
orang tua ketika mereka mengalami nyeri sangat penting.

f. Penatalaksanaan Nyeri
Seperti yang dikatakan Dewit (2008), penatalaksanaan nyeri yang efektif
juga dengan mengkombinasikan antara penatalaksanaan farmakologis dan
nonfarmakologis.Kedua tindakan ini akan memberikan tingkat
kenyamanan yang sangat memuaskan dalam waktu yang lama bagi pasien.
a. Tindakan farmakologis Menurut Smeltzer et al. (2010), dibagi
menjadi tiga kategori umum antara lain :
1) Anestesi local
Anestesi local bekerja dengan memblok konduksi saraf saat
diberikan langsung ke serabut saraf. Anestesi local dapat
memberikan langsung ke tempat yang cedera. Misalnya, anestesi
topical dalam bentuk semprot untuk luka bakar akibat sinar
matahari) atau cedera langsung ke serabut saraf melalui suntikan
atau saat pembedahan.

2) Opioid
Tujuan dari pemberian opioid adalah untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan kualitas hidup. Karena itu, rute, dosis dan frekuensi
pemberian ditentukan secara individual. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam menentukan rute, dosis dan frekuensi
pengobatan mencakup karakteristik nyeri. Misalnya, durasi dan
tingkat keparahan, status keseluruhan pasien, respon pasien
terhadap pengobatan analgesic, dan laporan pasien nyeri. Opioid
20

dapat diberikan melalui berbagai rute oral, intravena, subkutan,


intraspinal, intranasal, rektal dan transdermal.
3) NSAIDs (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs) NSAIDs
(Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs) diduga dapat
menurunkan nyeri dengan menghambat produksi prostaglandin
dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi
yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap
stimulus menyakitkan sebelumnya.

b. Tindakan nonfarmakologis Menurut Smeltzer et al. (2010), tindakan


non farmakologis dibagi menjadi :
1) Massage
Massage adalah tindakan kenyamanan yang dapat membantu
relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan dapat menurunkan
ansietas karena kontak fisik yang menyampaikan perhatian.
Massage juga dapat menurunkan intensitas nyeri dengan
meningkatkan sirkulasi superfisial ke area nyeri. Massage dapat
dilakukan di leher, punggung, tangan dan lengan, atau kaki.

2) Terapi es dan panas


Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan.

3) TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulation)


TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor
tidak nyeri (non nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada
serabut yang mentransmisikan nyeri. TENS menggunakan unit
yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang
pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar
atau mendengung pada area nyeri. Stimulasi dari TENS
21

diperkirakan mengaktivasi serabut saraf berdiameter besar yang


mengatur transmisi impuls nosiseptif di sistem saraf tepi dan
sistem saraf pusat, menghasilkan penurunan nyeri.

4) Teknik relaksasi
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri
dari nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama.Pasien
dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan
nyaman.

5) Distraksi
Distraksi merupakan tindakan dengan memfokuskan perhatian
pada sesuatu selain pada nyeri, misalnya menonton film dan
bermain catur.Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri
dengan menstimulasi sistem control desendens yang
mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan
ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain
nyeri.

6) Imajinasi terbimbing (guided imagery)


Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai
efek positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk
relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan
napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental dan
kenyamanan.

7) Terapi music
Terapi musik merupakan terapi yang murah dan efektif untuk
mengurangi nyeri dan kecemasan. Penelitian di kalangan wanita
lansia di Korea dan Amerika yang menjalani operasi ginekologi
22

menunjukkan penurunan nyeri setelah diberikan intervensi terapi


musik.

8) Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan
jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis.
Teknik ini membantu dalam memberikan peredaan nyeri
terutama dalam situasi sulit, misalnya luka bakar. Keefektifan
hipnosis tergantung pada kemampuan hipnotik individu

3. Konsep dasar Daun Sirsak


a. Definisi
Daun sirsak memiliki panjang 6 -18 cm ,lebar 3-7 cm,bertekstur
kasar,berbentuk bulat telur terbalik,bentuk eliptik,ujungnya lancip
pendek,daun bagian atas mengilap hijau dan gundul pucat kusam di
bagian bawah daun,berbentuk lateral saraf.Daun sirsak memiliki bau
tajam menyengat dengan tangkai daun pendek sekitar 3 -10 mm.

b. Efek farmakologi
Daun sirsak memiliki khasiat menurunkan tekanan darah (hipotensif)
pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Dun sirsak memiliki
sifat antibakteri dan antikejang Hipertensi yang dapat diobati adalah
hipertensi esensial, hipertensi karena kehamilan, dan hipertensi
klimakterik.Tekanan darah umumnya mulai turun sehari setelah
mengonsumsi daun sirsak yang diikuti dengan semakin baiknya gejala
subyektif, enak tidur, dan jumlah urin yang keluar meningkat.

c. Khasiat dan manfaat Daun Sirsak


Khasiat dari daun sirsak dapat menghilangkan antibacterial ,anikejang
dan menurunkan tekanan darah tinggi

d. Krisis Hipertensi
Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati hipertensi, disebabkan oleh
pembengkakan dan gangguan fungsi otak, ditandai oleh sakit kepala
23

dan gangguan kesadaran (kebingungan atau rasa kantuk). Papiledema


retina dan perdarahan fundus serta eksudat merupakan tanda lain
kerusakan organ target. Nyeri dada dapat merupakan tanda kerusakan
otot jantung (yang bisa berlanjut menjadi serangan jantung) atau
kadang diseksi aorta, robeknya dinding dalam aorta. Sesak nafas,
batuk, dan ekspektorasi dahak bernoda darah adalah cirri khas edema
paru. Kondisi ini adalah pembengkakan jaringan paru akibat gagal
ventrikel kiri, ketidakmampuan ventrikel kiri jantung untuk
memompa cukup darah dari paru-paru ke sistem arteri.

Penurunan fungsi ginjal secara cepat (cedera ginjal akut, acute kidney
injury) dan anemia hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-sel
darah) juga mungkin terjadi. Pada situasi ini harus dilakukan
penurunan tekanan darah secara cepat untuk mengehentikan
kerusakan organ yang sedang terjadi. Sebaliknya, tidak ada bukti
bahwa tekanan darah perlu diturunkan secara cepat dalam keadaan
hipertensi emergensi bila tidak ada bukti kerusakan pada organ target.
Penurunan tekanan darah yang terlalu agresif bukannya tanpa risiko.
Penggunaan obat-obatan oral untuk menurunkan tekanan darah secara
bertahap selama 24 sampai 48 jam dianjurkan dalam kondisi darurat
hipertensi.

e. Tindakan pencegahan
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tanpa menyadarinya.
Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk
mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan
terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah.
Ada pun pencegahan hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Menjaga berat badan normal (misalnya indeks massa tubuh 20-25
kg/m2)
2. Mengurangi asupan makanan yang mengandung natrium sampai <
100 mmol/hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium perhari)
24

3. Melakukan aktivitas fisik aerobic secara teratur, misalnya jalan


cepat (≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam
seminggu)
4. Membatasi konsumsi alcohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-
laki dan tidak lebih 2 unit/hari pada perempuan.
5. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (sedikitnya
lima porsi per hari).

Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah


setara dengan masing-masing obat anti hipertensi atau lebih
perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih baik. Penanganan
tipe pertama untuk hipertensi identik dengan menganjurkan perubahan
gaya hidup yang bersifat pencegahan dan meliputi perubahan diet,
olahraga, dan penurunan berat badan.

Semua perubahan ini telah terbukti menurunkan tekanan darah secara


bermakna pada orang dengan hipertensi. Jika hipertensi cukup tinggi
dan memerlukan pemberian obat dengan segera, perubahan gaya
hidup tetap disarankan. Berbagai program diiklankan dapat
mengurangi hipertensi dan dirancang untuk mengurangi tekanan
psikologis, misalnya bipfeedback, relaksasi,atau meditasi. Namun,
secara umum belum ada penelitian yang secara ilmiah mendukung
efektivitas program ini karena penelitian yang ada masih berkualitas
rendah.

Perubahan asupan diet seperti diet rendah natrium sangat bermanfaat.


Diet rendah natrium jangka panjang (lebih dari 4 minggu) pada
kaukasia efektif menurukan tekanan darah, baik pada penderita
hipertensi maupun pada orang dengan tekanan darah normal. Selain
itum diet DASH, suatu diet kaya kacang-kacangan, biji-bijian, ikan,
unggas, buah, dan sayuran yang dipromosikan oleh national heart,
lung and blood institute, terbukti berhasil menurunkan tekanan
darah.keistimewaan utama dari program ini adalah membatasi asupan
natrium namun kaya kalium.
25

f. Pengobatan dengan Daun Sirsak


Bahan :
1) Daun Sirsak 10 lembar
2) Air 3 gelas
Cara meramu:
Rebus daun sirsak bersama tiga gelas air.Biarkan hingga mendidih
dan tersisa sekitar dua gelas

Cara menggunakan :
Minum ramuan dua kali sehari,yaitu pagi dan sore hari.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat.Keluarga
didefinisikan dengan istilah kekerabatan dimana individu bersatu
dalam suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua.Dalam arti
luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan
personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi
dukungan yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan
(Stuart,2014)

Menurut Duval keluarga merupakan sekumpulan orang yang


dihubungkan oleh ikatan perkawinan,adopsi,kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan upaya yang umum,meningkatkan
perkembangan fisik mental,emosional dan sisial dari tiap anggota
keluarga (Harnilawati,2013)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena


hubungan darah,hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga,berinteraksi satu sama lain dan dalam
26

perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan


kebudayaan (Friedman,2010)

Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa keluarga merupakan


sekumpulan orang yang dihubungkan melalui ikatan perkawinan
,darah,adopsi serta tinggal dalam satu rumah.

b. Tipe Keluarga
Menurut Jhonson R (2011) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam
yaitu :
a. Tipe Keluaraga Tradisional
Secara tradisional keluarag dikelompokan menjadi 2,yaitu:
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari ayah,rbu dan anak yang a Besar dari keturunan atau adopsi
atau keduanya.
2. Keluarga Besar(Extended Family) adalah keluarga inti
ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek-nenek,paman,bibi)

b. Tipe Keluarga Non Tradisional


Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas
adalah :
1. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri,tinggal dalam pembentukan suatu rumah
dengan anak-anaknya,baik itu bawaan dari perkawinan
baru,satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah
2. Middle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang istri di rumah kedua-duanya
bekerja di rumah,anak-anak meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
3. Dyadic Nuclear
27

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak


yang keduanya atau salah satu bekerja di rumah.
4. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat peceraian atau kematian
pasangannyadan ank-anaknya dapat tinggal di rumah atau di
luar rumah .
5. Dual carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
6. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu.Keduanya saling mencari pada waktu –
waktu tertentu.
7. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
8. Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
9. Institusional
Yaitu anak-anak atau orang0orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
10. Communal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaaan fasilitas.
11. Grup Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya
di dalaam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah
kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-
anak.
12. Ummarried Parent and Child
Yaitu dua orang atau di mana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi
13. Cohibing Couple
28

Yaitu dua orang atau satu pasangaan yang tinggal bersama


tanpa kawin.
14. Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yaang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.

c. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimanaa keluargamelaksanakan
fungsi,keluarga di masyarakat.

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam di antaranya adalah :

a. Patrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberap generasi,dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b. Matrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

d. Peran Keluarga
Menurut friedman (2010), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
29

dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagi perasaan


yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dan istri dan anak anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan

2) Peranan ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota asyarakat dari
lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga.

3) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

e. Fungsi Pokok Keluarga


1) Menurut Marilyn & M,Friedman(2010)
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Efektif,adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untukmempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain .
2. Fungsi Sosialisasi, adalah fungsi menggembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah
3. Fungsi Reproduksi,adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga .
4. Fungsi Ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
30

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan


penghasilan untuk ememnuhi kebutuhan keluarga .
5. Fungsi Perawatan /pemeliharaan kesehatan,yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi

a. UU N0.tahun 1992 jo PP No.21 tahun 1994


Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi keagamaan
a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan
tujuan hidup seluruh anggota keluarga.
b) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehar-
hari kepada seluruh anggota keluarga.
c) Memberikan contoh konkritdalam hidup sehari-hari dalam
pengalaman dari ajarana agama.
d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajara anak
tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau
masyarakat.
e) Membina rasa,sikap dan praktik kehidupan keluarga
beragama sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.

2. Fungsi Budaya
a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan
bangsa yang ingin di pertahankan .
b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai .
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai
pengaruh negative globalisasi dunia .
d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya dapat berperilaku yang baik sesuai dengan norma
bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi
31

e. Membina budaya keluarga yang sesuai,selaras dan seimbang


dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.

3. Fungsi cinta kasih


a. Menumbuh kembangkan potensi kasih saying yang telah ada
antara anggota keluarga ke dalam symbol-simbol nyata
secara optimal dan terus menerus .
b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar antar
anggota keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.
c. Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.
d. Membina rasa,sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup
ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

4. Fungsi perlindungan
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari
rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar
keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari
luar.
c. Membina dan menjadikan stabilisasi dan keamanaan
keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.

5. Fungsi reproduksi
a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat baik anggota keluarga maupun bagi
keluarga sekitarnya.
b. Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik
maupun mental.
32

c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat,baik yang


berkaitan dengan waktu melahirkan,jarak antara dua anak
dan jumlah ideal anak yang di inginkan dalam keluarga.
d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal
yang kondusif menuju keluarag kecil bahagia sejahtera.

6. Fungsi Sosialisasi
a. Menyadari,merencanakan dan menciptakan lingkungan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak
perama dan utama
b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan
keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari
pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang
dijumpainnya baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal
yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan
kedewasaan(fisik dan mental),yang tidak kurang diberikan
oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi
dalam keluarag sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif
bagi anak,tetapi juga bagi orang tua dalam rangka
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.

7. Fungsi Ekonomi
a. Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan
dan perkembangan kehidupan keluarga.
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga.
33

c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah


dan perhatianya terhadap anggota keluarga berjalan secara
serasi,selaras dan seimbang.
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal
untuk mewujudkan keluarag kecil bahagia dan sejahtera.

8. Fungsi Pelestarian Lingkungan


a. Membina kesadaran,sikap dan praktik pelestarian lingkungan
intern keluarga .
b. Membina kesadaran,sikap dan praktik pelestarian lingkungan
ekstern keluarga.
c. Membina kesadaran ,sikap dan praktik pelestarian lingkungan
yang serasi,selaras dan seimbang anata lingkungan keluarga
dengan hidup masyarakat sekitarnya.
d. Membina kesadaran,sikap dan praktik pelestarian lingkungan
hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

f. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut friedman (2010), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu :
a. Keluarga baru, pasangan baru menikah yang belum mempunyai
anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB
5) Persiapan menjadi orang tua
6) Memahami prenatal care ( pengertian kehamilan, persalinan,
dan menjadi orang tua )

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan. Masa ini merupakan


transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
34

keluarga. Studi klasik le master ( 1975) dari 46 orang tua


dinyatakan 17% tidak bermasalah selebihnya dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan
2) Peningkatan perselisihan dan argument
3) Interupsi dalam jadwal continue
4) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain :
1. Adaptasi perubahan anggota keluarga ( peran, interaksi,
seksual dan kegiatan )
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan
3. Membagi peran dan tanggung jawab ( bagaimana peran
orange tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan
kehangantan
4. Bimbingan orang tua tentang perubahan dan perkembangan
anak
5. Konseling KB post partum 6 minggu
6. Menata ruang untuk anak
7. Biaya/ dana child bearing
8. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
9. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

c. Keluarga dengan anak pra sekolah


Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan
pada anak pra sekolah ( sesuai dengan tumbuh kembang,
proses belajar dan kontak sosial ) dan merencankan kelahiran
berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak lain juga terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar
keluarga
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
35

6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh


kembang anak

d. Keluarga dengan anak usia sekolah ( 6-13 tahun )


Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap luar rumah,sekolah
dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya
intelektual
3) Menyediakan aktivitas untuk anak
4) Menyesuaikan pada aktivitas komunikasi dengan
mengikut sertakan anak. Memenuhi kebutuhan yang
meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja ( 13-20 tahun)


1) Perkembangan terhadap remaja ( memberi kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab dan mengingat remaja
adalah seorang yang dewasa muda mulai memiliki
otonomi)
2) Memelihara komunikasi terbuka ( cegah gep komunikasi )
3) Memelihara keluarga intim dalam keluarga
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa


Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya. Meminta
kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.
1) Memperluas keluarga intim menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman
36

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga dan


menerima kepergian anaknya.

g. Konsep Asauhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama
dengan keluarga dan individu individu sebagai anggota keluarga.
Tahapan ini proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian,
perumusan diagnosis keperawatan, penyusunan perencanaan,
pelaksanaan asuhan, dan penilaian.Perawat keluarga dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga di Indonesia
memerlukan suatu bentuk kerangka model keperawatan keluarga yang
sesuai dengan kondisi masyarakat di Indonesia.

Model keperawatan keluarga tersebut akan membantu perawat


keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan ndividu sebagai anggota keluarga. Model yang
dikembangkan menggunaka teori model friedman dengan pendekatan
proses keperawatan. Model pengembangan ini memiliki lima tahapan
sesuai proses keperawatan. Yaitu : pengkajian keperawatan keluarga
dan anggota keluarga, perumusan diagnosis keperawatan keluarga,
perencanaan keperawatan keluarga, implementasi keperawatan
keluarga dan evaluasi keperawatan keluarga, kelima tahapan proses
keperawatan tersebut saling memengaruhi dan merupakan suatu
proses yang siklik serta saling mempengaruhi
1) Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana
seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga
yang dibinanya.Tahap pengkajian ini merupakan proses yang
sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
keluarga.asumsi yang mendasari pengkajian model freadman
37

antara lain, yaitu keluarga sebagai sistem social yang merupakan


kelompok kecil dari masyarakat. Friedman pembatasan enam
kategori dalam memberikan pertanyaan pertanyaan saat
melakukan pengkajian, yaitu data pengenalan keluarga, tahapan
tahapan pengkajian, yaitu : untuk mempermudah perawat dan
keluarga saat melakukan pengkajian, digunakan istilah penjajakan
pertama dan pengkajian kedua.
a) Pengkajian tahap pertama
Data data yang di kumpulkan pertama anatara lain:
a. Data umum
Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika
ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga, yang terdiri dari nama atau inisial,
jenis kelmain, status imunisasi dari masing masing
anggota keluarga dan genogram ( genogram keluarga
dalam tiga generasi ) yaitu :
1) Tipe keluarga
Menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.

2) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya susku bangsa terkait dengan
kesehatan

3) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

4) Status sosial ekonomi keluarga


Di tentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga
lainnya.
38

5) Aktivits rekreasi keluarga dan waktu luang


Rekreasi keluarga tidak hany dilihat kapan keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat
rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan
music juga merupakan aktivitas rekreasi

b. Riwayat dan tahapan keluarga


Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh
anak tertua dari keluarga inti
(1) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalnya.
(2) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan riwayat
kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing
masing, anggota dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga seperti penceraian, kematian,
dan keluarga yang hilang
(3) Riwayat keluarga sebelumnya, riwayat asal
keduanya orang tua ( seperti apa kehidupan keluarga
asalnya) berhubungan masa silam dan saat dengan
orang tua dari kedua orang tua.

c. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi
rumah, kamar mandi, dapur, kamar tidur, kebersihan
dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan perasaan
secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka.
2. Karakteristik lingkungann dan komunitas
tempattinggal tipe lingkungan tempat tinggal
komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal,
keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan
39

dan rumah, fasilitas fasilitas ekonomi dan


transportasi.
3. Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tinggal di daerah ini atau
apakah sering mempunyai kebisaan berpindah
berpindah tempat tinggal.
4. Perkumpulan keluaga dan interaksi dengan
masyarakat

d. Struktur keluarga
(1) Pola pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan
mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
(2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku
(3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran masing
masing anggota keluarga baik formal/informal
(4) Struktur nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan
mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga
berhubungan dengan kesehatan

e. Fungsi keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga diantaranya
a) Fungsi afektif
Pola kebutuhan keluarga-respon ;
(1) Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan
individu lain dalam keluarga
(2) Apakah orang tua /pasangan mampu
menggambarkan kebutuhan persoalan lain dari
anggota yag lain
(3) Bagaimana sensitifnya anggota keluarga dengan
melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan
perasaan dan kebutuhan orang lain.
40

(4) Apakah anggota keluarga mempunyai orang yang


dipercayainya Saling memperhatikan
(5) Sejauh mana anggota keluarga memberikan
perhatian satu sama lain bagaimana mereka saling
mendukung satu sama lain.
(6) Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara
lingkungan hubungan keluarga, sebaik apa
hubungan anggota keluarga dengan anggota
keluarga yang lain
(7) Apakah ada menunjukkan kasih sayang anggota
keluarga yang satu dengan yang lain.
(8) Apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga
dengan anggota keluarga yang lain Keterpisahan
dan keterikatan
(9) Bagaimana keluarga menanamkan perasaan
kebersamaan dengan anggota keluarga
(10) Apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di
keluarga dengan tahap perkembangan di keluarga.

b) Fungsi sosialisas
1. Bagaimana keluarga membesarkan anak dari keluarga
dalam area bidang : kontrol perilaku, disiplin,
penghargaan, hukuman, otonomi dan ketergantungan,
memberi dan menerima cinta serta latihan perilaku sesuai
dengan usia.

2. Siapa yang menerima tanggung jawab dan peran


membersarkan anak / fungsi anak atau fungsi sosialisasi,
apakah fungsi tersebut dipikul bersama, bagaimana cara
pengaturannya.

3. Bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga :


kebudayaan yang dianut dalam membesarkan anak.
41

4. Apakah keluarga merupakan risiko tinggi mendapat


masalah dalam membesarkan anak, faktor risiko apa yang
memungkinkan, apakah lingkungan memberikan
dukungan dalam perkembangan anak seperti tempat
bermain dan istirahat (kamar tidur sendiri)

c) Fungsi Reproduksi :
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam
pengendalian jumlah anak

b) Pengkajian tahap II
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat di lihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga.Pengkajian tahap ini lebih di fokuskan pada
kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat di lihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga.
Pengkajian keluarga tahap II menurut (malgaya,2010)
Hal hal yang di kaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah
1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, hal yang perlu di kaji adalah sejauh mana keluarga
mengenai fakta fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
:pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, seperti persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
adalah pengetahuan keluarga terhadap dampak/ konsekuensi
penyakit. Jika tidak mampu mengambil keputusan dikaji lagi
penyebab ketidakmampaun tersebut. hal yang perlu dikaji di
antaranya
42

a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai


sifat danluasnya masalah
b. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit
e. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap
masalah kesehatan
f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
g. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan
h. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan untuk mengatasi masalah.

3) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat


anggota keluarga yang sakit Yang perlu dikaji adalah :
a. Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (
sifat,penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara
perawatannya )
b. Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang di butuhkan
c. Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab,sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik,
psikososial )
d. Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan
e. Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit

4) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga


memelihara lingkungan rumah, baik fisik maupun psikologis
yang sehat. Hal yang perlu dikaji.
43

a. Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber


keluarga yang di miliki
b. Sejauh mana keluarga melihat keuntungan keuntungan/
manfaat pemeliharaan lingkungan
c. Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya higiene
sanitasi
d. Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan
penyakit
e. Sejauh mana sikap dan pandangan keluarga terhadap
hygiene sanitasi
f. Sejauh mana kekompkan antar keluarga

5) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga


menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di masyarakat.
Yang yang perlu dikaji adalah :
a. Sejauh mana keluarga mengethau keberadaan fasilitas
kesehatan
b. Sejauh mana keluarga mengetahui keuntungan keuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
c. Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan
d. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
terhadap petugas kesehatan
e. Apakah fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

2) Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan dari
diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan
hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga
termasuk masalah kesehatan actual dan potensial dengan peawat
keluarga termasuk masalah kesehatan actual dan potensial dengan
perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan
lisensi untuk menangani berdasarkan pendidikan dan pengalaman
( friedman,2010).diagnosis keperawatan adalah keputusan klnis
44

mengenai individu, keluarga,atau masyarakat yang memperoleh


melalui suatu proses pengumpulan data dan anlisis cermat dan
sistematis,memberkan dasar untuk menetapkan tindakan tindakan
di mana perawat bertanggung jawab melaksanakannya.

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian


terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,
lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi fungsi keluarga,
dan koping keluarga,baik yang bersifat actual, risiko, maupun
sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung
jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama
dengan keluarga berdasarkan kemampuan dan sumber daya
keluarga. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi
keluarga terhadap stressor stressor tersebut akan mempengaruhi
tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi fungsi keluarga, dan koping keluarga. Tipologi
atau sifat dari diagnosis keperawatan keluarga adalah aktual,
risiko dan sejahtera.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga bersifat aktual berarti


terjadi deficit atau gangguan kesehatan dalam keluarga dan hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, dimana masalah kesehatan yang di alami
keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan
cepat.Pada diagnosis keperawatan aktual factor yang
berhubungan merupakan etiologi, atau factor penunjang lain yang
telah memengaruhi perubahan status kesehatan keluarga.

Diagnosis keperawatan bersifat risiko (ancaman kesehatan)


berarti sudah ada data yang menunjang, namun belum terjadi
gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual
apabila tidak segera mendapatkan bantuan penyelesaian dari tim
kesehatan/ keperawatan.misalnya, lingkungan rumah yang kurang
bersih atau pola makan tidak adekuat.
45

Diagnosis keperawatan keluarga bersifat keadaan sejahtera (


wallnes) merupakan suatu keadaan dimana keluarga dalam
keadaan sejahtera sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.
Keluarga mungkin juga sampai pada titik,berekeinginan untuk
mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi dalam bidang tertentu.
Pada kasus ini, akan di pilih diagnosis( promosi ) kesehatan atau
kesejahteraan. Ini menunjukan kelurga siap pada keadaan sehat,
namun tetap ingin memfokuskan rencana perawatan mereka
untuk meningkatkan kekuatan dan model mereka( riedman,2010)

3) Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam sebuah proses
keperawatan keluarga.Tahap perencanaan ini merupakan proses
penyusunan sebagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah,menurunkan atau mengurangi maslaah klien dan
keluarga.Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan
tindakan yang ditentukan perawat berasama sama sasaran,yaitu
keluarag untuk dilaksanakan sehingga masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang telah diidentifikasikan dapat
diselesaiakn(Susanto,2012).

Dalalm perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang


harus dilakukan perawatan keluarga, yaitu menyusun tujuan,
mengidentifikasi sumber sumber,mengidentifikasi pendekatan
alternative,memilih intervensi perawatan sehingga dalam
menentukan perencanaan perawat keluarga memerlukan berbagai
pengetahuan dan keterampilan, di antaranya pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien,
batasan praktik keperawatan, kemampuan dalam melakukan kerja
sama dengan tingkat kesehatan lain, serta penyusunan prioritas.
46

1) Menetapkan prioritas masalah keperawatan


Menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperawatan keluarga
adalah dengan menggunkan skala menyusun prioritas dari
(Maglaya, 2009)
Tabel 2.4

Skala untuk menetukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga

No Kriteria Skor Bobot Pembenaran

Sifat masalah :

Skala:

1) Aktual 3
2 1
2) Risiko

3)Keadaan 1
sejahtera/diagnosis sehat

Kemungkinan masalah
dapat diubah

Skala:

1) Mudah
2

2) Sebagian 1 2

3) Tidak dapat 0

Potensi masalah untuk


dicegah

Skala

1) Tinggi
47

3 1
2) Cukup
2

3) Rendah
1
Menonjol masalah

Skala :

1)Masalah dirasakan dan 2


harus segera ditangani 1

2)Ada masalah tetapi tidak


1
perlu ditangani

3)Masau nglah tidak 0


dirasakan

( Maglaya,2009 )

Buku Asuhan keperawtan keluarga : hal 83

Skoring :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria


2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikan dengan bobot

Skor X bobot

Angka tertinggi

3. Jumlah skor untuk semua kriteria

4. Tentukan skor, nilai tertinggi menetukan urutan nomor


diagnose keluarga
48

2) Menetapkan tujuan keperawatan


Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan dalam sebuah
perencanaan dalam sangat menentukan keberhasilan penyelesaian
masalah kesehatan keluarga. Tujuan merupakan hasil yang ingin
dicapai untuk mengatasi masalah/diagnosis keperawatan dengan
kata lain tujuan merupakan sinonim dan kriteria hasil yang
mempunyai komponen sebagai berikut: S ( subjek ), P ( Predikat ),
K ( Kriteria), K ( Kondisi ), dan W ( Waktu ) dengan penjelasan
sebagai berikut :

S : perilaku klien/ keluarga yang di amati

P : Kondisi yang melengkapi klien/ keluarga

K : Kata kerja yang dapat di ukur atau menetukan tercapainya

tujuan

W : Waktu yang ingin di capai

Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang


dapat di capai atau dipertahankan melalui program intervensi
keperawatab ( mandiri ), ( carpenito, 1988). Sasaran merupakan
tujuan umum ( yang merupakan hasil akhir yang di tuju dengan
semua usaha). Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang
hasil yang diharapkan dari tindakan yang terdiri dari jangka
panjang dan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir
yang di harapkan dari rangkaian proses penyelesaian masaalh
keperawatan ( penyelesaian satu diagnose atau masalah). Misalnya

nyeri dapat diatasi


49

Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari


setiap akhir yang di harapkan dari setiap akhir kegiatan yang
dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran
jangka panjang.Misalnya :]\

Setelah dilakukan satu kali kunjungan, keluarga mengenal tentang


gizi kurang. Pada tujuan juga perlu di tentukan rencana evaluasi
yang merupakan kriteria ( tanda/ indicator yang menguur
pencapaian tujuan dan tolok ukur dari kegiatan tertentu ) dan
standard tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang ada,. Misalnya
:

1) gangguan tidur teratasi


2) BB anak meningkat 0,5 kg/ bln
3) keluarga dapat menjelaskan secara verbal : arti gizi kurang,
minimal
4) tanda dan gejala gizi kurang, minimal dua penyebab gizi
kurang

Kriteria merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran


tentang factor factor yang dapat memberi petunjuk, bahwa tujuan
telah tercapai dan digunakan dalam mambuat pertimbangan.
Dalam menyusun kriteria hasil berpedoman pada kritera SMART,
yaitu : S:Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan
arti ganda);M: Measureable ( tujuan dapat di ukur, khususnya
perilaku pasien;dapat di lihat, diraba, di rasakan, dan di bau); A
:Achieveble ( tujuan harus dapat di capai ); R: Reasonable ( tujuan
harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah ); dan T :Time
( batasan waktu/tujuan keperawatan). Prioritas untuk mengukur
intevensi dan mencapai intervensi, serta hasil yang diperkirakan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Kriteria hasil ( outcomes )
untuk diagnosis keperawatan mewakili status kesehatan klien
dapat di ubah atau di pertahankan melalui rencana asuhan
keperawatan yang mandiri sehingga dapat dibedakan anatara
diagnosis keperawatan dan masalah klaboratif ( nursalam, 2010)
50

3. Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga

Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada


keluarga yang dilaksanakan oleh perawat yang di tujukan pada
kegiatan yang berhubungan dengan promosi dalam
mempertahankan kesehatan keluarga. ( setiadi, 2008 )

Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah


dalam menyusun alternatif alternative dan mengidentifikasi
sumber sumber kekuatan dan keluarga ( sutanto, 2012)

Dalam setiap rencana keperawatan, perawat keluarga menetapkan


aktivitas untuk setiap tujuan keperawatan. Perawat keluarga
merencanakan apa kegaiatan yang akan dilakukan, kapan,
bagaimana melakukan, siapa yang melakukan dan berapa banyak
yang di lakukan.

4.) Pelaksanaan keperawatan


Pelaksanaan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga untuk mengadakan perbaikan kea rah perilaku
hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan, ketidakmampuan
yang dihadapi keluarga, hal tersebut terus menjadikan perhatian,
sehingga perawat diharapkan dapat memberikan kekuatan dan
membantu mengembangkan potensial-potensial yang ada
sehingga keluarga dan mempunyai kepercayaan diri dan mandiri
dalam menyelesaikan amsalah. Dalam kondisi ini untuk
membangkitkan minat keluarga dalam berprilaku hidup sehat,
maka perawat harus memahami teknikteknik motivasi.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat
4) Membantu keluarga untuk menemuka cara
51

5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

5.) Evaluasi
Tahap kelima atau tahap akhir dari proses keperawatan keluarga
dan menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang
diterapkan dalam perencanaan.
1. Metode-metode evaluasi
a. Observasilangsung
b. Memeriksa laporan atau dokumentasi
c. Latihan stimulus

2. Catatan perkembangan Catatan perkembangan keperawatan


merupakan indikator keberhasilan tindakan yang diberikan
pada keluarga oleh perawat keluarga Karakteristik evaluasi
dengan pedomana SOAP memeberikan keuntungan pada
perawat dengan uraian sebagai berikut :

a. Subjektif Pernyataan dan uraian keluarga, klien atau


sumber lain tentang perubahan yang dirasakans etelah
diberikan tindakan keperawatan.
b. Objektif Data-data yang bisa diamati, bisa berupa kemjuan
atau kemunduran dan status kesehatan sekarang.
c. Analisa Penyataan menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan dapat tertanggulangi
d. Planning Rencana yang ada dalam catatan perkembangan
merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang
dilanjutkan atau tidak sebuah rencana, sehingga inovasi
dan modifikasi bagi perawata keluarga.
52

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M., M. Nuralamsyah., Susaldi.(2016). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem


Kardiovaskule. Jakarta: Erlangga

Bell, et al. (2015). Hypertension :The Silent Killer : Updated JNC-8 Guideline
Recommendation. Alabama Pharmacy Association.

Harnilawati.(2013).Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Sulawesi Selatan :


Pustaka As Salam

Mardiana, Lina. 2012. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta : penebar swadaya.

Muhammadun. (2010). Hidup Bersama hipertensi. In Books : Yogyakarta

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas)(2018).Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian RI tahun 2018.

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasi
l%20Riskesdas%202018.pdf–Diakses Agustus 2018

Widyanto, F. C dan Triwibowo, C. (2013). Trend Disease Trend Penyakit Saat


Ini.Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai