Anda di halaman 1dari 52

INTERVENSI GIZI

INTERVENSI GIZI

KELOMPOK 6 :
1. Ria Kurnia Sari (22607040)
2. Gebyar ayu Ratih Kartika (226070041)
3. Sajun Tunom (226070042)
4. Durakmal (226070044)
5. Minar Sitanggang (226070045)
6. Hary Fermansyah (226070046)
7. Saman (226070047)
8. Bambang Sunargo (226070050)
PEMBAHASAN

1. Intervensi gizi
2. Masalah gizi di negara berkembang dan
intervensinya
3. Masalah gizi di Indonesia dan intervensinya
4. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi
masalah gizi di indonesia
5. Tantangan masalah gizi di indonesia
6. Rencana aksi gizi 2020-2024
7. Renstra Kemenkes 2020-2024
8. Masalah dalam intervensi gizi
INTERVENSI GIZI

DEFINISI:

Intervensi gizi merupakan


suatu tindakan yang di
dalamnya mencakup
perencanaan dan
implementasi untuk
mengatasi masalah gizi yang
sudah diidentifikasi.
INTERVENSI GIZI
TUJUAN:
Mengatasi atau memperbaiki
masalah gizi dengan
perencanaan dan implementasi
yang tepat sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi yang
dihadapi. (perilaku, faktor
resiko,lingkungan, dan status
kesehatan)
INTERVENSI GIZI DI NEGARA
BERKEMBANG
DEFINISI NEGARA
BERKEMBANG :
Negara yang dikategorikan
sebagai negara berkembang
adalah negara yang belum
mencapai tingkat negara maju,
tetapi bukan negara gagal (failed
state) atau berada diantara
negara maju dan negara gagal.
NEGARA BERKEMBANG
CIRI-CIRI:

Sebagian besar penduduk (>70%)


bekerja di sektor pertanian.
Industrinya biasanya
berlatarbelakang agraris, terutama
memanfaatkan hasil kehutanan,
pertanian, dan perikanan (Tenaga
pertanian masih mengandalkan
tenaga kerja manusia.
Luas lahan garapan relatif sempit
dengan teknologi yang sederhana
sehingga hasilnya tidak maksimal.
Pendapatan per kapita rendah.
CONTINUE...
Angka kelahiran dan kematian masih
tinggi.
Tingginya angka pengangguran karena
besarnya jumlah penduduk dan
terbatasnya lapangan pekerjaan.
Pendidikan formal tersebar secara tidak
merata dengan kualitas yang buruk.
Kelebihan jumlah penduduk yang
menyebabkan tidak terjangkau atau
tidak meratanya pelayanan sosial.
Kedudukan dan peran wanita sangat
terbatas dan cenderung dipandang
sebagai kelas dua.
NEGARA BERKEMBANG

AFRIKA Ethiopia, Kenya,Tunisia


AMERIKA Haiti, Venezuela, Peru
ASIA Indonesia, India, Filipina
EROPA Ukraina,Polandia, Serbia
AUSTRALIA Solomon, Tufalu, Nauru
OCEANIA Samoa, Fiji, Guam
MASALAH GIZI DI NEGARA BERKEMBANG
DAN INTERVENSINYA

MASALAH
 Protein Energy Malnutrition
 Obesity
 Micronutrient Deficiency
 Iron deficiency anemia
 Vit A deficiency
 Zinc deficiency
 Folate deficiency
MASALAH GIZI DI NEGARA BERKEMBANG
DAN INTERVENSINYA
INTERVENSI
 Suplementasi Makanan
 Pendidikan Gizi
 Fortifikasi
 Makanan formulasi
 Subsidi harga pangan
 Integrated program
Suplementasi Makanan
Suplemen kesehatan adalah
produk kesehatan yang
mengandung satu atau lebih
zat yang bersifat nutrisi atau
obat, yang bersifat nutrisi
termasuk vitamin, mineral, dan
asam asam‐ amino, sedangkan
yang bersifat menyembuhkan
umumnya diambil dari
tanaman atau jaringan tubuh
hewan yang
memiliki khasiat
meyembuhkan
Pendidikan Gizi

Pendidikan gizi adalah


tindakan dan usaha dengan
maksud untuk merubah
pikiran serta sikap
masyarakat dengan tujuan
menanamkan pengertian
kepada masyarakat
mengenai gizi yang baik
dikonsumsi sehari-hari.
Fortifikasi Fortifikasi pangan
adalah penambahan
satu atau lebih zat gizi
(nutrien) ke pangan.
Tujuan utama adalah
untuk meningkatkan
tingkat konsumsi dari
zat gizi yang
ditambahkan untuk
meningkatkan status
gizi populasi.
Makanan formulasi
Formulasi adalah rangkaian
kegiatan untuk merumuskan
kebutuhan gizi spesifik
penderita masalah gizi,
memilih bahan-bahan
makanan yang berkhasiat,
dan kemudian menentukan
proses pengolahan,
distribusi serta penyajian
yang tepat
Subsidi harga pangan
Subsidi pangan merupakan
alokasi anggaran yang
disalurkan dari pemerintah
ke masyarakat agar dapat
memenuhi hajat hidup
orang banyak sedemikian
rupa, sehingga harga
jualnya dapat dijangkau
masyarakat
Integrated program

Program lain yang


terintegrasi yang mendukung
perubahan status gizi
masyarakat.
Penyediaan air bersih
Penyetaraan gender
Penanggulangan
kemiskinan
MASALAH GIZI DI INDONESIA
DAN INTERVENSINYA
Masalah gizi di Indonesia:
1. Kurang Energi Protein
( KEP )
2. Anemia zat gizi (AGB)
3. Kurang vitamin A (KVA)
4. Gangg. akibat kekurangan
yodium (GAKI)
5. Obesitas
MASALAH GIZI DI INDONESIA
DAN INTERVENSINYA
Masalah gizi di
Indonesia:
 Underweight
 Stunting
 Wasting
MASALAH GIZI DI INDONESIA
DAN INTERVENSINYA
Hasil riset nasional terakhir menunjukkan
adanya perbaikan beberapa indikator gizi,
namun demikian Indonesia masih
termasuk negara yang mengalami masalah
beban gizi ganda (double burden of
malnutrition/DBM) karena tingginya
prevalensi kurang gizi dan kelebihan gizi
pada saat yang bersamaan.
MASALAH GIZI DI INDONESIA
DAN INTERVENSINYA
Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa
30.8% balita Indonesia mengalami
stunting dan sekitar 10.2% balita
mengalami gizi kurang (wasting). Anak-
anak yang mengalami masalah gizi
tersebut memiliki risiko 11.6 kali lebih
tinggi untuk mengalami kematian
dibanding anak-anak yang memiliki status
gizi baik.
SITUASI GIZI DI INDONESIA
MASALAH GIZI DI INDONESIA
DAN INTERVENSINYA
Selain itu, masalah kekurangan zat gizi mikro
masih mendominasi permasalah gizi di
Indonesia yang ditunjukkan dengan semakin
meningkatnya prevalensi anemia pada ibu
hamil dari 37.1% pada tahun 2013 menjadi
48.9% pada tahun 2018.
Sementara disisi lain, masalah gizi lebih dan
obesitas pada usia dewasa juga meningkat
secara signifikan dari 15% di tahun 2013
menjadi 22% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018)
MASALAH GIZI DI INDONESIA
DAN INTERVENSINYA
Kelompok usia remaja sangat rentan untuk
mengalami masalah gizi kurang maupun gizi
lebih. Diperkirakan hampir sepertiga remaja
puteri Indonesia akan memasuki fase kehamilan
dalam keadaan kurang gizi atau sebagai ibu
hamil berisiko tinggi karena kelebihan berat
badan (oeverweight). Riskesdas 2018
melaporkan bahwa overweight pada kelompok
umur 16 – 18 tahun meningkat cukup tajam dari
1.4% tahun 2010 menjadi 7.3% tahun 2013.
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya masalah beban
ganda gizi di Indonesia (double burden of malnutrition):

Pertama, asupan/konsumsi makanan yang tidak


adekuat. Hampir setengah dari masyarakat Indonesia
(45.7%) menkonsumsi energi kurang dari 70% dari
Angka Kecukupan Gizi (AKG)yang dianjurkan, dan
sekitar 36.1% masyarakat mengkonsumsi protein
kurang dari 80% AKG. Riskesdas 2018 menemukan
bahwa 93.5% penduduk usia > 10 tahun mengkonsumsi
sayur dan buah kurang dari 5 porsi per hari.
Kedua, terkait dengan pola penyakit, akses ke
fasilitas pelayanan kesehatan, akses air bersih
dan sanitasi. Prevalensi penyakit menular
masih cukup tinggi dan sangat terkait dengan
masalah gizi, terutama gizi kurang. Penyakit
tidak menular meningkat sebagai akibat dari
naiknya prevalensi obesitas yang menambah
beban sistem pelayanan kesehatan.
Ketiga, adalah tidak adekuatnya praktik
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak
(PMBA), kurangnya asupan makanan bergizi
pada ibu hamil dan menyusui, serta pola asuh
yang kurang baik. Hampir setengah bayi di
Indonesia (48%) mendapatkan makanan lebih
awal dari usia yang seharusnya (< 6 bulan)
dan makanan yang diberikan tersebut tidak
tepat untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN

Kementerian Kesehatan melalui Rencana


Strategis Kementerian tahun 2020 – 2024
berkomitmen untuk mendukung
pencapaian target perbaikan gizi yang
tercantum daam RPJMN 2020 - 2024
yaitu menurunkan prevalensi stunting dan
wasting pada balita masing-masing
menjadi 14% dan 7% pada tahun 2024
UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN
Selain itu, untuk mendukung tercapainya
percepatan perbaikan gizi terutama penurunan
stunting, pemerintah juga melanjutkan inisiatif
Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting
sebagai bagian dari kampanye anti-kemiskinan
yang lebih luas dari Pemerintah.
Ini bertujuan untuk memperkuat dukungan
politik dan kepemimpinan untuk gizi di semua
tingkatan, dan untuk memperkuat koordinasi
dan konvergensi lintas berbagai sektor.
UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN
Direktorat Gizi Masyarakat sebagai unit
teknis di Kementerian Kesehatan memiliki
tanggung jawab untuk menyusun program
gizi yang generik dan teknis terkait
intervensi gizi spesifik yang menyasar
langsung kelompok sasaran prioritas yaitu
kelompok 1000 hari pertama kehidupan,
mulai dari ibu hamil, ibu menyusui, bayi
dan baduta ditambah kelompok remaja
terutama remaja puteri.
UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN
Program gizi yang telah dilakukan dalam kurun 5 (lima) tahun
terakhir meliputi kegiatan yang sudah terbukti efektif memiliki
daya ungkit terhadap perbaikan gizi masyarakat terutama
pencegahan stunting, yaitu:
1. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri
2. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil
3. Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil KEK
4. Promosi/Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (IMD, ASI
Ekslusif, MPASI dan Menyusui sampai usia 2 tahun atau lebih)
5. Pemberian Vitamin A untuk bayi dan Balita
6. Pemantauan Pertumbuhan
7. Pemberian Makanan Tambahan untuk Balita Gizi Kurang
8. Manajement Terpadu Balita Gizi Buruk
Program pemerintah penanggulangan KEP
Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran
utama Ibu hamil, bayi, balita, anak-anak sekolah dasar.
Keterpaduan kegiatan bisa dilakukan dengan cara
penyuluhan gizi, peningkatan pendapatan, peningkatan
pelayanan kesehatan, keluarga berencana, peningkatan
peran serta masyarakat dan peningkatan upaya
pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga,
dasawisma dan posyandu.
 
Penanganan anemia gizi besi
Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE)
serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun
menyusui
Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta
pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin
kepada balita
Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah
agar lebih memperhatikan keadaan anak usia
sekolah serta pemeberian suplemen tambahan
kepada anak sekolah
Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja
serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja
wanita
Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB
kepada wanita usia subur (WUS)
Upaya Pemerintah Penanggulangan KVA :

Penyuluhan agar meningkatkan


konsumsi vitamin A dan pro
vitamin A
Distribusi kapsul vitamin A dosis
tinggi pada balita 1-5 tahun
(200.000 IU pada bulan februari
dan agustus), ibu nifas (200.000
IU), anak usia 6-12 bulan
(100.000 IU)
Penanggulangan GAKI
Penanggulangan masalah
GAKI secara khusus dilakukan
melalui pemberian kapsul
minyak beriodium/iodized oil
capsule kepada semua wanita
usia subur dan anak sekolah
dasar di daerah endemik.
Sumber makanan beryodium
yaitu makanan dari laut seperti
ikan, rumput laut dan sea food.
Penanganan overweight atau Obesitas terdiri
tiga tahapan yaitu
Pencegahan Primer: pendekatan komunitas
untuk mempromosikan cara hidup sehat.
(Usaha pencegahan dari lingkungan
keluarga, sekolah, tempat kerja dan pusat
kesehatan masyarakat)
Pencegahan sekunder: menurunkan
prevalensi Obesitas
Pencegahan tertier: mengurangi Obesitas dan
komplikasi penyakit yang ditimbulkannya
TANTANGAN MASALAH GIZI DI INDONESIA

1. Diet yang tidak adekuat dan kerawanan pangan


berkontribusi terhadap kekurangan gizi dan
obesitas:
a. Hampir setengah penduduk (45,7%) dengan
tingkat kecukupan energi sangatkurang (<70%
AKE) dan 36,1% dengan tingkat kecukupan
protein sangat kurang (<80% AKP). sementara
95,5% penduduk yang berusia 5 tahun keatas
mengonsumsi kurang dari lima porsi buah atau
sayur dalam sehari.
TANTANGAN MASALAH GIZI DI
INDONESIA
b. Akses ekonomi (keterjangkauan) pangan
dibandingkan dengan ketersediaan pangan
adalah penyebab utama kerawanan pangan.
c. Pengeluaran untuk makanan dan minuman
jadi, yang sebagian besar cenderung diproses,
meningkat sebanyak empat kali lipat antara
2007 dan 2017 yang didorong oleh industri
makanan dan minuman yang sedang
berkembang.
TANTANGAN MASALAH GIZI DI
INDONESIA
2. Penyakit, akses yang tidak memadai ke
pelayanan kesehatan, dan air dan sanitasi,
terkait dengan Beban Ganda Masalah Gizi:
a. Penyakit infeksi terus menyebar dan
memiliki keterkaitan dengan kekurangan gizi.
b. PTM sedang meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya obesitas dan menambah beban
sistem pelayanan kesehatan.
TANTANGAN MASALAH GIZI DI
INDONESIA
3. Pemberian makan pada bayi dan anak dan asupan
makanan ibu yang buruk, serta praktik perawatan ibu
dan pengasuhan anak yang suboptimal adalah
penyebab penting dari kekurangan gizi dan obesitas.
Diketahui bahwa tingkat menyusui meningkat tetapi
praktik pemberian makanan pendamping ASI yang
tidak sesuai terjadi di mana-mana.
4. Perekonomian yang berubah, demografi, relasi
gender, keyakinan sosial dan budaya, dan perubahan
iklim di Indonesia menawarkan peluang serta
ancaman terhadap gizi.
RENCANA AKSI GIZI 2020 – 2024

a) percepatan penurunan stunting dengan


peningkatan efektivitas intervensi spesifik,
perluasan dan penajaman intervensi sensitif
secara terintegrasi;
b) peningkatan intervensi yang bersifat life
saving dengan didukung data yang kuat
(evidence based policy) termasuk fortifikasi
dan pemberian multiple micronutrient;
RENCANA AKSI GIZI 2020 – 2024
c) penguatan advokasi, komunikasi sosial dan
perubahan perilaku hidup sehat terutama
mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis
konsumsi pangan (food based approach);
d) penguatan sistem surveilans gizi;
e) peningkatan komitmen dan pendampingan
bagi daerah dalam intervensi perbaikan gizi
dengan strategi sesuai kondisi setempat; dan
respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi
darurat.
RENCANA STRATEGIS KEMENKES 2020 – 2024
RENCANA STRATEGIS KEMENKES 2020 – 2024

Kementerian Kesehatan melalui Rencana Strategis


Kementerian tahun 2020 –2024 berkomitmen untuk
mendukung pencapaian target perbaikan gizi yang
tercantum daam RPJMN 2020 - 2024 yaitu menurunkan
prevalensi stunting dan wasting pada balita masing-masing
menjadi 14% dan 7% pada tahun 2024, maka Salah satu
tujuan Kementerian Kesehatan tahun 2020- 2024 yang
tercantum dalam peta strateginya adalah ‘Peningkatan
derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus
hidup’. Tujuan ini harus didukung melalui program generik
dan teknis yang tercantum di dalam sasaran strategisnya.
SASARAN STRATEGIS PEMBINAAN GIZI
MASYARAKAT
SASARAN STRATEGIS PEMBINAAN GIZI
MASYARAKAT
Berdasarkan analisa penyebab masalah seperti yang
terlihat pada gambar di atas diketahui bahwa intervensi
gizi spesifik berkontribusi terhadap penanganan
penyebab langsung dari masalah gizi.
Tujuan pembinaan gizi masyarakat adalah
meningkatkan cakupan kualitas pelayanan kesehatan
dan gizi terpadu untuk mengatasi masalah kekurangan
dan kelebihan gizi atau beban gizi ganda (double burden
of malnutrition). Pendekatan yang dilakukan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut adalah pendekatan
siklus hidup yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui,
bayi, balita, remaja, orang dewasa dan lansia.
SASARAN STRATEGIS PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka disusun


sasaran strategis sebagai berikut:
1. Meningkatkan status gizi wanita usia subur usia 15
– 49 tahun, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui
2. Meningkatkan status gizi bayi dan balita
3. Mengatasi permasalahan kekurangan zat gizi mikro
4. Meningkatkan akses terhadap pelayanan
manajemen terpadu tata laksana gizi buruk
5. Meningkatkan kapasitas fasyankes dan tenaga
kesehatan untuk pelayanan gizi yang berkualitas
SASARAN STRATEGIS PEMBINAAN GIZI
MASYARAKAT

6. Meningkatkan kesadaran gizi masyakarat melalui


pendidikan gizi, kampanye dan komunikasi perubahan
perilaku
7. Meningkatkan respon cepat penanganan gizi pada situasi
bencana
8. Meningkatkan sistem monitoring, evaluasi dan surveilans
9. Menguatkan penyusunan regulasi dan kebijakan gizi
dengan dukungan buktibukti ilmiah terkini (evidence-based
decision making)
10. Meningkatkan advokasi, koordinasi dan kerja sama
dengan lintas program dan sektor terkait
PROGRAM INTERVENSI, GAGAL?
Permasalahan pada keterandalan pasokan,
penyampaian dan distribusi makanan atau nutrien
Kapasitas Institusi yang tidak memadai
( pelatihan, supervisi, pemantauan, evaluasi,
keterlibatan masyarakat)
Penentuan sasaran dan kontrol yang buruk
terhadap siapa yang akan mendapatkan nutrien.
Kwalitas, kwantitas atau densitas makanan yang
tidak memadai sehingga subjek yang menjadi
sasaran tidak mendapat cukup makanan
Makanan yang digunakan tidak dapat diterima
secara kultural
Kekurangan pemahaman terhadap kepercayaan
dan persepsi tentang praktik distribusi makanan
didalam rumah tangga
Kekurangan konseling tentang kebutuhan akan
makanan tambahan
Kegagalan dalam menangani penyebab
kurangnya gizi yang penting
DAFTAR PUSTAKA

Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI


2007, Gizi dan kesehatan masyarakat
FAO, 2004. Incorporating Nutrition Consideration into
development policies and programmes
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI
Soekirman, 2008. Fortifikasi pangan: Program Gizi
Utama Masa Depan?
Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat
Tahun 2020-2025
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai