Anda di halaman 1dari 9

ISSUE GIZI BURUK PADA BALITA DI INDONSIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Current Issue Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu: Bapak Andy Muharry, S.K.M, M.P.H

Disusun oleh:

Tata Taoikoh
204101112

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SILIWSNGI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini yang berjudul “Issue Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia” dapat tersusun
sampai dengan selesai.

Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui dan memahami isu kesehatan yang
ada di Indonesia, memenuhi salah satu tugas mata kuliah current isu promosi kesehatan.
Pada kesempatan ini, Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah membantu dengan memberikan bimbingannya dengan baik. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisamemahami masalah kesehatan
yang ada di Indonesia.
Bagi Penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Penulis. Untuk itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 19 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi buruk pada balita merupakan masalah kesehatan masyarakat
sejak dahulu. Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 sampai saat ini masih
belum dapat ditanggulangi dengan baik. Hal ini menyebabkan jumlah keluarga miskin
semakin banyak dan daya beli terhadap pangan menurun. Lebih lanjut, ketersediaan
bahan makanan dalam keluarga menjadi terbatas yang pada akhirnya berpotensi
menimbulkan terjadinya gizi kurang bahkan gizi buruk. Kekurangan gizi merupakan
faktor utama yang menyebabkan kematian bayi dan balita. Masalah gizi umumnya
disebabkan oleh dua faktor utama, yakni infeksi penyakit dan rendahnya asupan gizi
akibat kekurangan ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga atau pola asuhan yang
salah. Masalah gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita merupakan masalah yang
perlu ditanggulangi (Depkes RI, 2006).
Malnutrisi (Gizi Buruk) masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian
anak. Meskipun sering luput dari perhatian, pada tahun 1990 lebih dari 30% anak
balita di dunia memiliki berat badan rendah. Dengan kisaran 11% (sekitar 6,4 juta
orang) di amerika latin 27% ( 31,6 juta ) di afrika dan 41% (154,8 juta) di asia.
Prevalensi berat badan rendah terus menurun, dari 42,6% pada tahun 1975 menjadi
34,6% di tahun 1975 menjadi 34,6% di tahun 1995 tetapi kasus malnutrisi tidak
berkurang sesuai dengan angkatan yang di harapkan(Arisman,2007).
Di Indonesia angka gizi kurang tercatat pada tahun 2010 sebesar 4,9% dari
seluruh penduduk dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 5,7%. Status gizi balita
yang kurang akan berpengaruk ke perkembangan balaita. Prevalensi keterlambatan
perkembangan umum tidak diketahui secara pasti.
Laporan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dirilis Kementerian
Kesehatan menyebut bahwa angka gizi kurang balita Indonesia pada 2022 adalah 21,6
persen, menurun dari 24,4 persen pada 2021. Angka stunting nasional mengalami
penurunan konstan dalam enam survei yang dilakukan dalam 10 tahun terakhir.
Isu gizi buruk pada balita ini sudah banyak dialami oleh anak-anak balita di
Indonesia,maka dari itu isu tersebut harus cepat diselesaikan atau lebih diminimkan
lagi angka penderita gizi buruk pada balita yang ada di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka deskripsi rumusan
masalah tentang isu gizi buruk pada balita di iIndonesia yaitu “Apakah isu Gizi Buruk
pada balita di Indonesia setiap tahunnya meningkat apa berkurang?dan bagaimana
cara mengatasi agar angka isu tersebut tidak meningkat setiap tahunnya?”
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan isu gizi buruk
pada balita di Indonesia apakah masih meningkat atau tidak di setiap tahunnya,dan
cara untuk mengurangi atau mengatasi isu tersebut agar tidak terus meningkat kasus
tersebut.

D. Manfaat
Manfaat dari adanya penanganan isu kurang gizi tersebut dapat meningkatkan kualitas
Kesehatan bagi anak-anak di Indonesia,dan banyak anak bangsa yang hidup sehat dan
banyak anak yang berkreatifitas dengan otak dan tubuh yang normal.
BAB II
PEMBAHASAN

1. 5 Poin Isu
1) Aksesbilitas masyarakat terhadap program/pelayanan Kesehatan
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2019) di Yogyakarta menjelaskan bahwa
peran Pemerintah Kota dalam menanggulangi gizi buruk, yaitu peran
pemberdayaan dengan mengadakan program penyuluhan gizi, program
pemberdayaan keluarga sadar gizi dan program revitalisasi posyandu.
2) Pengetahuan masyarakat tentang Kesehatan (Gizi Buruk)
Persepsi masyarakat tentang gizi buruk secara umum masih keliru. Gizi buruk
pada balita digambarkan sebagai suatu keadaan fisik yang kurus dengan
disertai dengan gejala klinis yang sudah parah seperti busung lapar. Gizi buruk
dipandang berbahaya dan merupakan suatu ancaman, yang disebabkan oleh
faktor ekonomi dan terutama pola asuh. Pemanfaatan posyandu masih rendah
disebabkan oleh persepsi masyarakat terhadap penimbangan tidak penting,
pelaksanaan posyandu dalam jam sibuk, belum adanya kerjasama dan
koordinasi tokoh masyarakat, dan tersedianya dokter dan bidan untuk
mendapat pelayanan yang sama. Kondisi tersebut disebabkan rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi buruk dan manfaat posyandu.
3) Gaya hidup serta prilaku hidup bersih dan sehat/memicu terjadinya masalah
Kesehatan
Gaya hidup yang semakin hedonis juga mempengaruhi masalah makan
seseorang. Dengan alasan status sosial, kepraktisan dan modernisasi tak jarang
seorang ibu memilih makanan instan, makanan kaleng atau fast food dari pada
makanan segar yang padat gizi (Khumaidi, 1994). Dan tida sedikit juga kasus
gizi buruk di Indonesia disebabkan oleh kondisi ekonomi orang tua balita yang
kurang,sehingga orangtua pun tidak terlalu mementingkan gizi yang masuk
kedalam tubuh anaknya.
4) Keadilan di dalam program/pelayanan Kesehatan
Adapun, pemerintah menurut UU 36/2009 memiliki kewajiban dan tanggung
jawab untuk:[4]
1. menjamin ketersediaan bahan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi,
secara merata dan terjangkau bersama dengan pemerintah daerah dan
masyarakat;
2. menjaga agar bahan makanan memenuhi standar mutu gizi yang sudah
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
3. menetapkan standar angka kecukupan gizi, standar pelayanan gizi dan
standar tenaga gizi;
4. pemenuhan kecukupan gizi pada keluarga miskin dan dalam situasi
darurat;
5. pendidikan dan informasi yang benar tentang gizi kepada masyarakat;
6. upaya untuk mencapai status gizi yang baik, bersama dengan pemerintah
daerah dan masyarakat;
7. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
gizi dan pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi.
5) Respon terhadap masalah Kesehatan
Respon masyarakat terhadap isu gizi buruk yang ada di Indonesia yaitu
mereka hanya mengetahui kalo gizi buruk itu hanya perubahan fisik anak saja
lebih kurus dan kurang percayanya terhadap pelayanan kesehatan yang sudah
ada seperti posyandu yang masih banyak dianggap masih kurang bermanfaat
bagi mereka,namun tidak sedikit ibu juga yang sudah merasa ketakutan juga
setelah mengetahui bahayanya masalah Kesehatan gizi buruk pada anak-
anaknya,namun mereka belum bisa memperbaiki masalah tersebut dengan
sendirinya sehingga mereka lebih meminta bantuan kepada pemerintah agar
anak-anak mereka tidak mengalami permasalahan gizi.
2. Cara Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk mencegah gizi buruk dan stunting adalah dengan:
a. Memastikan asupan nutrisi yang cukup: Pastikan anak-anak mendapatkan
makanan yang seimbang, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
b. Memperhatikan kualitas makanan: Selain kuantitas, kualitas makanan juga
penting. Pastikan makanan yang diberikan adalah makanan yang sehat, bersih
dan aman dikonsumsi.
c. Menjaga sanitasi dan kebersihan: Infeksi dan penyakit dapat mengganggu
penyerapan nutrisi, sehingga penting untuk menjaga kebersihan dan sanitasi
untuk mencegah penyakit dan infeksi.
d. Memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama: ASI
mengandung nutrisi yang sangat baik bagi bayi dan membantu melindungi
mereka dari penyakit dan infeksi.
e. Pendidikan kesehatan: Pendidikan kesehatan dapat membantu orang tua dan
masyarakat memahami pentingnya nutrisi dan cara mencegah gizi buruk dan
stunting.
3. Hasil Diskusi
Tantangan dan hambatan dalam melakukan program pencegahan dan mengatsi
masalah gizi buruk.
1. Tantangan
- Masalah ekonomi masyarakat yang masih belum setabil sehingga banyak
masyarakat yang tidak bisa memberikan gizi yang baik bagi
perkembangan tubuh anak-anaknya.
- Rendahnya pengetahuan orang tua terutama ibu balita tentang kesadaran
gizi yang sangat penting bagi pertumbuhan anak terutama umur anak
masih balita,seharusnya ibu memberikan gizi seimbang pada anak dimulai
dari umur 6 bulan setelah anak sudah bisa makan (MP Asi).

2. Hambatan
Masih kurangnya pemahaman tentang masalah gizi buruk di Indonesia
dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum memahami betul masalah
gizi pada anak,dan masih kurangnya inovasi petugas kesehatan dalam
memnyampaikan pengetahuan gizi buruk pada masyarakat yang membuat
masyarakat kurang percaya atau bisa dianggap kurang bermanfaat pemahaman
yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.
3. Solusi dan Inovasi
a. Pembiayaan program gizi buruk yang diberikan oleh pemerintah dalam
menurunkan angka gizi buruk pada balita di Indonesia,karena alasan
terbanyak terjadinya masalah tersebut yaitu keadaan ekonomi
masyarakat.
b. Inovasi program “Sirami Gizi”
Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi (SIRAMI GIZI) merupkan layanan
jasa bidang kesehatan pada bayi dan balita yang beresiko dengan
masalah gizi agar menjadi anak TOKCER (Anak Tumbuh Optimal
Berkualitas dan Cerdas). Pengembangan inovasi ini dimulai sejak
2013, yang diinspirasi oleh program Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi untuk mempercepat pelayanan dengan semangat One
Program One Innovation.
c. Inovasi program “Pos Gita”
Pos Gizi Balita (Pos Gita) merupakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam mencegah terjadinya kasus gizi buruk dengan cara
makan bersama makanan padat gizi dan penyuluhan kesehatan.
Kegiatan kreativitas di Pos Gita melibatkan masyarakat, dilaku kan
langsung oleh kader Pos Gita dan ibu balita yang mengalami gizi
kurang. Bahan makanan yang akan dimasak dipersiapkan sendiri oleh
ibu balita secara gotong royong yang dipusatkan di satu tempat yang
telah difasilitasi oleh Pos Gita. Penyuluhan dilaksanakan dengan baik
dan distribusi pemberian makanan tambahan kepada balita gizi ku rang
dan balita gizi buruk dilaksanakan secara teratur.
4. Kesimpulan
Masih banyak orangtua terutama ibu yang kurang pengetahuan tentang ilmu
Kesehatan,seperti pola hidup yang sehat,Gizi yang harus masuk kedalam tubuh anak
itu apasaja,sehingga masih banyak terjadinya isu gizi buruk di Indonesia,dan ada juga
hambatan dari kurangnya pendapatan (kemiskinan) yang terjadi pada masyarakat
Indonesia. Maka dari itu kita sebagai tenaga Kesehatan dan pemerintah harus bisa
memaksimalkan lagi dalam memberikan program yang lebih agar bisa cepat
mengatasi permasalahan isu gizi buruk di Indonesia.

Daftar Pustaka
https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi?
gclid=CjwKCAjwjaWoBhAmEiwAXz8DBXavsdtZc7qYyidSf8ZZF5Tgr7u5tKDw4
ZoFuwbzgPNrFA4ZQ2nuvxoCURsQAvD_BwE
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1275/2/BAB%20I%20status%20gizi
%20riska.pdf
file:///C:/Users/Acer/Downloads/BAB%2520I%20(1).pdf
https://www.google.com/search?
q=bagaimana+upaya+pemerintah+mengatasi+isu+gizi+buruk&sca_esv=566814356&
biw=1280&bih=595&sxsrf=AM9HkKn7sOAJ0IlVFJx2TxpGiQR9iVjxfg
%3A1695179234752&ei=4mEKZeGyLezgseMP_6qu-
Ao&ved=0ahUKEwjhq_jgmriBAxVscGwGHX-
VC68Q4dUDCA8&uact=5&oq=bagaimana+upaya+pemerintah+mengatasi+isu+gizi
+buruk&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiM2JhZ2FpbWFuYSB1cGF5YSBwZW1lcm
ludGFoIG1lbmdhdGFzaSBpc3UgZ2l6aSBidXJ1azIFEAAYgAQyBRAAGIAEMgU
QABiABDIFEAAYgAQyBRAAGIAEMgUQABiABDIFEAAYgAQyBRAAGIAEM
gUQABiABDIFEAAYgARIrNkCUK0EWPjQAnABeAGQAQaYAYM5oAGe4wKq
AQ8yLjQuNS0yLjEuMC4xLjm4AQPIAQD4AQGoAhTCAgcQIxjqAhgnwgIWEC4
YAxiPARjlAhjqAhi0AhiMA9gBAcICFhAAGAMYjwEY5QIY6gIYtAIYjAPYAQH
CAgcQABgNGIAEwgIGEAAYBxge4gMEGAAgQYgGAboGBggBEAEYCw&sclie
nt=gws-wiz-serp
http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/37854
https://media.neliti.com/media/publications/3896-ID-fenomena-gizi-buruk-pada-
keluarga-dengan-status-ekonomi-baik-sebuah-studi-tentan.pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/a/usaha-usaha-perbaikan-gizi-keluarga-oleh-
pemerintah-indonesia-cl6682/
https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-03%20miko%20----RESPON
%20MASYARAKAT%20PEMINAT%20POSYANDU%20DI
%20PERKOTAAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai