Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INDIVIDU

PENGARUH PEMBERIAN MEDIA EDUKASI POSTER DALAM MENINGKATKAN


PENGETAHUAN IBU BALITA BGM (Bawah Garis Normal)

Disusun oleh :

Wa Ode Novi Ike Alvionita


NIM. 402018728039

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
MANTINGAN
2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi masalah gizi yang
cukup besar, gizi buruk pada balita terjadi karena pada usia tersebut kebutuhan gizi lebih besar
dan balita merupakan tahapan usia yang rawan gizi. Terjadinya gizi buruk disebabkan rendahnya
angka konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG) (Supariasa, 2016).
Masa balita adalah masa yang sangat penting dan perlu diperhatian yang sangat serius
karena pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat. Pola asuh adalah
salah satu faktor yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam proses
pengasuhan sangat penting, pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang dapat menjadi dasar
untuk tumbuh kembang anak yang optimal (Fikawati, Syafaq dan karima, 2015).
Seribu hari pertama kehidupan anak (1000 HPK) adalah sejak hari pertama kehamilan
sampai anak berumur dua tahun yang dapat menentukan masa depan anak hingga dewasa. Seribu
hari pertama kehidupan sendiri terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan
pertama sejak bayi lahir yang disebut juga dengan golden period karena pada masa ini
pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat dan apabila dimanfaatkan akan
terjadi kerusakan yang bersifat permanent. Upaya penanggulangan gizi kurang memerlukan
pendekatan dari berbagai segi kehidupan. Pencegahan dan penanggulangan gizi kurang tidak
cukup dengan memperbaiki aspek makanan saja, akan tetapi juga lingkungan kehidupan balita
seperti, pola asuh, tersedianya air bersih dan kesehatan lingkungan.
Ketidaktahuan mengenai informasi tentang gizi dapat menyebabkan kurangnya mutu atau
kualitas gizi makanan keluarga khususnya makanan yang dikonsumsi balita. Tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi memengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih bahan makanan,
yang lebih lanjut akan memengaruhi keadaan gizi keluarganya (Ni’mah & Nadhiroh, 2015). Pola
asuh pun turut mempengaruhi status gizi karena berkaitan dengan asupan nutrisi yang baik akan
berdampak pada perkembangan anak yang lebih baik.
Adapun faktor resiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita meliputi :
faktor kemiskinan, status gizi hamil, berat badan lahir rendah (BBLR), panjang lahir, kurangnya
pemberian ASI ekslusif, sanitasi yang buruk, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu,
pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh. Pendapatan yang rendah akan mengakibatkan
lemahnya daya beli makanan bergizi. Ibu hamil dengan KEK beresiko melahirkan berat bayi
lahir rendah (BBLR) yang apabila tidak ditangani dengan baik akan beresiko mengalami
stunting. Status gizi ibu hamil yang buruk berkaitan dengan kejadian BBLR dan stunting.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penguraian latar belakang diatas dapat diuraikan rumusan masalah sebagai
berikut : Apakah dengan pemberian makanan tambahan pada balita bisa menambah berat badan
pada balita?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Secara umum tujuan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yaitu mahasiswi mampu

menciptakan media edukasi serta makanan tambahan sebagai penambah zat gizi pada balita.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswi dapat mengplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.

1.4 Manfaat

1.4.1 Akademik

Memenuhi tugas praktek kerja lapangan terkait gizi pada anak balita.

1.4.2 Masyarakat

Mendapatkan gambaran mengenai masalah gizi kurang pada balita dalam bidang
kesehatan sehingga dapat melakukan perencanaan intervensi kesehatan yang diperlukan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori
Pembentukan suatu bangsa yang maju ditentukan oleh kualitas sumber daya yang
dimiliki. Maka dari itu pembentukan kualitas sumber daya yang baik adalah suatu hal yang
penting, terutama generasi penerus. Kualitas generasi penerus bangsa yang sehat dan cerdas
ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan pada periode emas. Periode emas adalah
istilah yang digunakan untuk mendefinisikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan. 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) adalah masa awal kehidupan saat masih berada di dalam
kandungan hingga 2 tahun pertama kehidupan.
Dalam pemenuhan gizinya seribu hari pertama kehidupan mencakup pemenuhan gizi
selama masa kehamilan, masa pemberian ASI Eksklusif, dan masa pemberian ASI dan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Apabila pemenuhan gizi tersebut terbilang kurang
maka peluang mendapat gangguan pertumbuhan dan perkembanga akan lebih besar dan
gangguannya berkemungkinan bersifat permanen seumur hidup. Maka dari itulah 1.000 hari
pertama kehidupan menjadi penting dikarenakan masa-masa tersebut adalah masa yang
riskan. Pada saat itu, terutama dalam kandungan, organ-organ penting mulai terbentuk dan
berkembang. Setelah itu, masa 2 tahun setelah kelahiran merupakan masa anak mulai
beradaptasi dengan lingkungannya, berkembang dan mulai berfungsinya organ-organ, serta
merupakan puncak perkembangan fungsi kognisi anak. Seribu hari pertama menjadi riskan
bagi anak untuk terjadi gangguan terutama asupan gizi yang kurang maupun berlebih. Kedua
hal tersebut tentunya tidak baik untuk kesehatan anak. Akan tetapi, di Indonesia hal yang
sering terjadi adalah kurang asupan zat gizi
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk anak dibagi menjadi : anak usia 6-
11 bulan dengan rata-rata berat badan 9,0 kg dan tinggi badan 72 cm; anak usia 1-3 tahun
dengan rata-rata berat badan 13,0 kg dan tinggi badan 92 cm; dan anak usia 4-6 tahun dengan
rata-rata berat badan 19,0 kg dan tinggi badan 113 cm. Pemerintah mengupayakan untuk
menanggulangi permasalahan gizi buruk masih belum bisa dikatakan optimal. Dalam sebuah
kajian yang dilakukan oleh Kementerian kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa presentase
keluarga yang memenuhi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) hanya mencapai 29,6%. Kondisi
tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu, kepercayaan, tradisi dalam
keluarga dan peran tokoh masyarakat serta keterpaparan informasi Kadarzi.
Adapun dampak buruk jangka pendek yang dapat ditimbulkan oleh stunting yaitu
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Dampak buruk jangka panjang yang dapat ditimbulkan oleh
stunting adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah sakit dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. (Kemenkes
RI, 2017)
Adapun faktor resiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita meliputi :
faktor kemiskinan, status gizi ibu hamil, berat badan lahir rendah (BBLR), pemberian ASI
tidak esklusif, sanitasi yang buruk, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu, pengetahuan ibu
tentang gizi dan pola asuh. Pendapatan yang rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli
bahan makanan yang bervariasi dan bergizi. Ibu hamil yang menderita KEK memiliki resiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang apabila tidak ditangani dengan baik maka
akan berakibat stunting.

B. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi PKL
Penelitian dilakukan di Puskesmas Ngawi Purba, Kecamatan Ngawi, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur.

B. Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun ruang lingkup kegiatan yaitu :

1. Permasalahan gizi kurang pada balita


2. Perencanaan program gizi

C. Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini yaitu balita yang mengalami gizi kurang atau mengalami
status dibawah garis normal.

D. Alur Pengambilan data

Alur pengambilan data dalam penelitian ini meliputi :

1. Peneliti melakukan konfirmasi dan penjelasan kepada pihak puskesmas ngawi purba
mengenai penelitian yang dilakukan
2. Peneliti melakukan pencarian data balita berdasarkan data register penimbangan di
masing-masing Posyandu diwilayah karangasri.
3. Peneliti melakukan perkenalan dengan responden, menjelaskan prosedur penelitian,
tujuan serta manfaat penelitian, meminta ketersediaan menjadi responden.
4. Peneliti melakukan pengumpulan data pada responden mengenai BB, TB dan pola
makan balita

E. Pendampingan
Pelaksanaan pendampingan keluarga balita dilakukan dengan mempelajari potensi
keluarga, mempelajari permasalahan keluarga, kemudian melaksanakan dampingan
dengan advokasi, diskusi, demonstrasi, dan praktek. Pada tahap akhir dilakukan kajian
analisis perubahan berdasarkan indicator keberhasilan mengenai status gizi, pola makan,
pola asuh dan hygiene/kebersihan lingkungan.

F. Program Intervensi

Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi anak balita


2. Peningkatan pengetahuan mengenai makanan bergizi
3. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan
4. Peningkatan berat badan balita

I. ASESMEN (PENGKAJIAN)GIZI
1.     Data Umum
Nama                             : An. G
Tangga Lahir                 : 20 januari 2021
Tanggal Ambil Data      : 18 juni 2022
Jenis Kelamin               : Perempuan
Nama Ibu                        : Ny. M
Nama Ayah                    : Tn. A
Pekerjaan Ibu                : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah              : Buruh
Anak ke-                         : 1 dari 2 bersaudara
Agama                            : Islam
Alamat                             : Kp....................... 
2.     Assessment Gizi
a.    Antropometri
BB                       = 7,7 Kg
TB                       = 74,0 cm
Umur                   = 16 bulan
Z-score                = -0,92
·      Z-score BB/U            = 1,19
·      Z-score TB/U             = -3,53
·      Z-score BB/TB           = 1,86
·      Z-score IMT/U           = -2,51
Kesimpulan : An. H memiliki status gizi “sangat pendek”

b.         Data Biokimia
-
c.         Data Klinis/Fisik
An. H terlihat lebih pendek dari balita seusianya dan terlihat sedikit kurus, selain itu terlihat
lemah dan lesu.

d.         Dietary History
-         Tidak ASI Ekslusif, dan tidak diberi ASI sejak 3 hari yang lalu
-         Sering jajan di warung (seperti: minuman kemasan, snack ringan, goreng-gorengan)
-         Biasa makan nasi 2x/hari sebanyak ½ centong (makan pagi pukul 06.00 dan 16.00
-         Terbiasa makan pagi dengan goreng-gorengan seperti bala-bala 1 buah kecil
-         Jarang dan dalam porsi kecil makan bahan makanan hewani (2x/ minggu), bahan makanan
nabati (1x/minggu)
-         Sayuran dan buah hampir setiap hari dalam porsi kecil (5-6x/minggu)
Sumber Recall Kebutuhan Presentase Kesimpulan
Energi 656,5 kkal 972,66 kkal 67,5% Kurang
Protein 12,8 gram 20 gram 64 % Kurang
Lemak 21,7 gram 27,02 gram 80,3% Kurang
KH 73,7 gram 162,43 gram 45,4% Kurang

e.         Riwayat Personal
-     An H merupakan anak pertama
-     Pernah mengalami diare 2 bulan yang lalu
-     Sering batuk dan pilek (sekarang juga sedang batuk pilek)
-     Pernah di diagnosis ISPA 1 bulan terakhir
-     Belum lancar berbicara dan berjalan cepat
-     Pendapatan rata-rata keluarga sebesar Rp. 1000.000/bulan
  (dalam kategori rendah)
-     Pendidikan kedua orang tuanya tamatan Sekolah Dasar (SD)
3.     Diagnosa Gizi
a.    Domain Intake
       NI.1.4       Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan frekuensi, jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi kurang ditandai asupan energi hanya 67,5% dari kebutuhan total
sehari, dengan frekuensi makan hanya pukul 06.00 dan 16.00 selebihnya makan jajanan.
b.    Domain Klinis
                         -
c.    Domain Perilaku
       NB.1.1 Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi berkaitan dengan makanan yang
tidak seimbang dan tidak beragam ditandai dengan makan hanya dua kali sehari, makan bahan
makanan hewani 2x/minggu, nabati 1x/minggu, sayuran 5-6x/minggu, dan semuanya dalam
porsi kecil, serta seringnya jajan diwarung (setiap hari),

4.     Intervensi Gizi
a.     Tujuan
·           Meningkatkan asupan secara bertahap (80%)
·           Meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan makanan pada ibu
       balita
b.     Prinsip/Syarat
·           Memberikan asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat sesuai kebutuhan
·           Makanan yang diberikan adalah jenis makanan biasa
·           Diberikan melalui oral
·           Frekuensi makan 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan
·           Makanan diberikan porsi kecil tapi sering
5.         Preskripsi Gizi
          Perhitungan Kebutuhan
          Rumus WHO (0-3 tahun)
-       REE  = 61,0 x BB (kg) – 51
= 61,0 x 10 – 51
= 559 kkal
-       TEE   = REE x FA x FS
= 599 x 1,16 x 1,5
= 972,66 kkal
-       Protein          = 2 g/kg BB/hari
= 2 x 10 = 20 gram (8,2%)
-       Lemak            = 25% x 972,66/9 = 27,02 gram
-       Karbohidrat   = 66,8% x 972,66 = 162,43 gram

6.  Standar Makanan
BM Penukar Energi Protein Lemak KH
sumber KH 2,5 437,5 10 100
Hewani LS 1,5 112,5 10,5 7,5
Nabati 0,5 37,5 2,5 1,5 3,5
Sayur 1 25 1 5
Buah 2,5 125 30
Gula 2 100 24
Minyak 3 150 15
Jumlah 987,5 24 24 162,5

7.      Monitoring dan Evaluasi


Monitoring Dan Indikator Target
Evaluasi
Asupan makan Sesuai kebutuhan 972,66 kkal
bertahap (80%)
Pengetahuan ibu Pengetahuan Dapat memberikan
meningkat makan tepat frekuensi,
jumlah dan jenis
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Umum

2. Hasil Pendampingan
Dengan pendampingan ini didapatkan hasil adanya perubahan rutinitas ke
posyandu yang lebih baik, adanya perubahan pola makan balita sebelum dan sesudah
pendampingan menjadi lebih baik. Selain itu juga adanya perubahan hygiene/kebersihan
balita yang lebih baik dan adanya perubahan status gizi balita sebelum dan sesudah
pendampingan menjadi status gizi lebih baik.

3. Hasil Intervensi

4. Hasil Monitoring evaluasi


5. Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai