Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“GANGGUAN GIZI PADA ANAK”


Disusun Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Fisik dan
Kesehatan Anak Usia Dini

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:

Nyoman Peri Natali (2329171007)


Anak Agung Ari Laksmi (2329171009)
Ni Putu Manik Erlin Cahyani (2329171014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Gangguan Gizi Pada Anak Usia Dini”. Adapun maksud tujuan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Fisik dan Kesehatan
AUD. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan Fisik dan Kesehatan AUD.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya


bagi kami dan masyarakat pada umumnya. Dengan menyadari ketidak
sempurnaan adalah dinamika kita sebagai manusia biasa, maka kami memohon
maaf apabila terjadi kesalahan-kesalahan dalam menyusun makalah ini, serta
kritik maupun saran akan sangat kami hargai sebagai perbaikan untuk kedepanya.
Sekali lagi kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam penyelesaian makalah “Gangguan Gizi Pada Anak Usia
Dini”.

Singaraja, 17 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan gizi merupakan aspek penting dalam upaya mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, sehingga perlu untuk dipahami oleh
semua pendidik PAUD. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 137
tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, menyatakan bahwa
pada enam aspek perkembangan, terdapat tingkat pencapaian perkembangan anak
menurut usia. Pada aspek fisik motorik, terdapat perilaku kesehatan dan keselamatan.
Dengan demikian, anak perlu mencapai kompetensi dasar perilaku kesehatan dan
keselamatan, dan agar tercapai, maka peran pendidik sangat strategis. Agar pendidik
memiliki kemampuan untuk membantu anak mencapai kompetensi dasar, maka
diperlukan pelatih yang dapat mentransfer dan mengembangkan materi kesehatan dan
gizi.
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Akan tetapi, di Indonesia masih terdapat
masalah gizi pada bayi di bawah lima tahun (balita), seperti stunted, underweight dan
wasted yang cukup tinggi. Hal ini tentu menghambat masyarakat Indonesia untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya karena apabila anak
mengalami masalah gizi maka akan meningkatkan risiko mengalami kematian dan
kesakitan dan terganggunya perkembangan kognitif.
Di Indonesia, permasalahan kesehatan dan gizi masih cukup banyak. Dari sisi
kesehatan, masih banyak anak usia dini yang mendapatkan gangguan kesehatan dan
belum mendapatkan penanganan yang tepat dalam arti mendapatkan akses layanan
kesehatan. Dari sisi gizi, masih banyak anak yang mengalami kekurangan gizi, dan di
sisi lain mengalami kelebihan gizi. Dengan demikian, perlu perhatian dalam upaya
penyelesaian masalah tersebut, yang dimulai dari anak usia dini.
Menurut UNICEF, status gizi pada anak secara langsung dipengaruhi oleh
asupan makanan dan infeksi penyakit. Namun, banyak faktor secara tidak langsung
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR). BBLR didefinisikan oleh WHO sebagai berat badan saat lahir <

1
2500 gram. BBLR dikaitkan dengan peningkatan risiko balita mengalami kesakitan
dan kematian.
Menurut Santrock (2007: 157) pada umumnya masalah kesehatan yang sering
dialami anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan.
Penelitian Pollitt, dkk, menunjukkan bahwa gizi sangat mempengaruhi perkembangan
kognitif anak. Pola makan anak sangat berkaitan erat dengan berbagai perubahan yang
terjadi di masyarakat, termasuk ketahanan pangan, ragam makanan, budaya, serta
kebiasaan masyarakat. Maraknya makanan cepat saji dengan berbagai variasi yang
sangat menarik untuk anak seperti hot dog, pizza, hamburger, menjadi kendala
tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi yang sehat. Perlu kreativitas
yang tinggi bagi pendidik dan orang tua untuk mengemas makanan sehat yang
menarik bagi anak layaknya makanan cepat saji. Di sisi lain, orangtua juga sering
kesulitan menyusun dan mengatur menu makanan. Kesulitan lain yang timbul adalah
pemilihan dan pengolahan bahan makanan dengan benar.
Dengan demikian, pendidik anak usia dini perlu memahami berbagai
permasalahan kesehatan dan gizi yang mungkin dialami oleh anak, serta berbagai
upaya penanggulangannya. Dengan demikian, dapat mengembangkan dan melakukan
transfer materi terkait pemeliharaan kesehatan dan gizi kepada pendidik PAUD.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang penulis paparkan, maka rumusan masalah untuk
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana ganguan kesehatan gizi pada Anak Usia Dini?
b. Bagaimana cara mengukur atau menilai status gizi pada Anak Usia Dini?
c. Bagaimana asesmen untuk mengetahui status gizi Anak Usia Dini?

1.3 Tujuan Pembahasan


Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan pembahasan sebagai berikut:
a. Mengetahui bagaimana ganguan kesehatan gizi pada Anak Usia Dini
b. Mengetahui bagaimana cara mengukur atau menilai status gizi pada Anak Usia
Dini
c. Menyusun asesmen untuk mengetahui status gizi Anak Usia Dini

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Kesehatan Gizi Pada Anak


2.1.1 Pengertian Gangguan Kesehatan Gizi Pada Anak
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh kembang anak di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak
dapat pulih), sedangkan kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak
anak. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan.
Gizi menjadi bagian sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita
yang di dalamnya memiliki keterkaitan yang erat hubungannya dengan kesehatan dan
kecerdasan.
Pemberian gizi yang kurang baik terutama terhadap anak-anak, akan
menurunkan potensi sumber daya pembangunan masyarakat. Gizi sangat erat
kaitannya dengan kesehatan seseorang. Agar fungsi tersebut dapat bekerja dengan
baik, jumlah zat gizi yang dikonsumsi seseorang harus sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Apabila tubuh mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhanya maka akan
terjadi kasus gizi kurang, sebaliknya apabila jumlah zat gizi yang akan dikonsumsi
berlebihan akan mengakibatkan tubuh kelebihan zat gizi.
Sedangkan banyak anak kekurangan gizi karena mereka tidak mendapatkan
cukup makanan. Atau jika mereka hanya mendapatkan makanan yang kurang
kandungan gizinya, misalnya makanan dengan banyak air dan serat di dalamnya,
seperti ubi kayu, talas akar, atau bubur jagung. Makanan jenis ini hanya membuat
anak-anak menjadi kenyang dan tidak memenuhi kebutuhan zat gizi untuk
pertumbuhannya. Kadang-kadang pada anak ditemukan kekurangan zat-zat gizi
tertentu, seperti kekurangan vitamin A, yodium, dan lain-lain.
Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak, termasuk dalam
kasus ringan seperti:
1. Pertumbuhan lambat
2. Perut bengkak
3. Tubuh kurus
4. Kehilangan nafsu makan

3
5. Kehilangan energi
6. Pucat (anemia)
7. Luka di sudut-sudut mulut
8. Sering pilek dan infeksi lainnya
9. Rabun ayam
Mencegah dan mengobati masalah kekurangan gizi pada anak-anak
sebenarnya cukup mudah, yaitu dengan memberikan makanan bergizi secara cukup,
atau cobalah untuk memberinya lebih banyak / sering makan. Selain itu penambahan
(fortifikasi) zat-zat nutrisi esensial misalnya zat besi, kalsium, vitamin, protein dll
pada makanan juga sangat baik untuk memenuhi kekurangan zat tersebut. Usahakan
selalu berpedoman pada pola gizi seimbang dalam memenuhi makan anak-anak.
Gizi buruk (severe wasting) dapat meningkatkan angka kesakitan dan
kematian serta meningkatkan risiko terjadinya stunting. Batasan masalah kesehatan
masyarakat menurut WHO untuk wasting seperti pada Table 1.1 Batasan Masalah
Kesehatan Masyarakat untuk Wasting menurut WHO
Table 2.1 Batasan Masalah Kesehatan Masyarakat untuk Wasting menurut WHO
Ambang Batas Kategori
< 2,5% sangat rendah
2,5 - 5% rendah
5 - < 10% sedang
10 - < 15% tinggi
> 15% sangat tingg
Gizi buruk merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kesehatan,
sesuai arah kebijakan RPJMN 2020-2024, target tahun 2024 adalah menurunkan
prevalensi wasting menjadi 7% dan stunting menjadi 14%. Penanganan balita gizi
buruk harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan
komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang.
Upaya penanggulangan gizi buruk dilakukan dengan pencegahan melalui penemuan
dini dan memobilisasi masyarakat serta penanganan sesuai dengan tata laksana kasus,
yang terintegrasi baik dengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Menurut
WHO, jika deteksi dini dan pemberdayaan masyarakat optimal, maka 80% atau
sekitar 644.000 kasus gizi buruk dapat ditangani secara rawat jalan.

4
2.1.2 Pencegahan Gizi Buruk Pada Anak
Dalam upaya menangani masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita,
kementerian kesehatan telah menetapkan kebijakan yang komprehensif meliputi
pencegahan, edukasi, dan penanggulangan balita gizi buruk. Penanggulangan
dilakukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) sedangkan balita gizi buruk
harus mendapatkan perawatan sesuai tata laksana balita gizi buruk yang ada.
Terkadang kesehatan tubuh bisa terganggu, misalkan dari pola makan yang salah atau
asupan nutrisi dalam tubuh kurang baik.

Kriteria anak gizi buruk:

 Gizi buruk tanpa komplikasi:


a. BB/TB: <-3 SD
b. Terlihat sangat kurus
c. Adanya edema
d. LILA <11.5 cm untuk anak 6-59 bulan
 Gizi buruk dengan komplikasi:
Gizi buruk degan tanda-tanda tersebut disertai salah satu atau lebih dari
tanda komplikasi medis berikut:
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran

Gizi buruk pada anak usia dini merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang kompleks. Akar masalahnya terkait dengan ketahan pangan dan gizi,
kemiskinan, pendidikan, keamanan, ketersediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
Upaya pencegahan gizi kurang pada anak usia dini perlu dilakukan sedini mungkin
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Upaya perbaikan status gizi ibu sejak masa remaja, yang dilanjukan dengan
a. Upaya peningkatan kesehatan ibu sebelum hamil. Antara lain;
menghindari hamil terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak
kehamilan dan terlalu banyak anak.

5
b. Penerapan pola hidup sehat, antara lain dengan memenuhi kebutuhan
gizi ibu pada masa kehamilan dan ifas. Pelayanan antenatal sesuai
dengan standar, termasuk konseling tentang kebutuhan gizi, tidak
terpapar asap rokok, memberikan kolostrum pada bayinya dengan
melakukan inisiasi menyusu dini yang diteruskan dengan ASI ekslusif,
serta melakukan stimulasi pada bayi sejak dalam kandungan.
2. Pemenuhan kebutuhan gizi balita yang dimulai dari ejak lahir dengan “standar
emas makanan bayi”:
a. Inisiasi menyusui dini (<1 jam setelah lahir)
b. ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan
c. Makanan pendamping ASI muali diberikan pada usia 6 bulan dan
diberikan secara tepat dan benar
d. ASI dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih
3. Penapisan massal untuk menemukan hambatan pertumbuhan dan gizi kurang
pada anak usia dini ditingkat masyarakat dilakukan secara berkala pada bulan
penimbangan dengan target cakupan penapisan 100%. Bila ditemukan masalah
maka bayi dirujuk ke petugas yang kompeten.
4. Perhatian khusus diberikan kepada bayi dan balita dengan factor resiko
mengalami kekurangan gizi, misalnya:
a. Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan kurang energy kronis dana tau
ibu usia remaja, bayi yang lahir pematur, kembar, lahir dengan
kelainan bawaan.
b. Balita dengan infeksi kronis atau infeksi akut berulang dan adanya
sumber penularan penyakit dari dalam atau luar rumah
c. Balita yang berasala dari keluarga yang berstatus sosio ekonomi
kurang
d. Balitas berkebutuhan khusus
e. Balita yang berada dilingkungan yang terkendala air bersih dan sanitasi
yang buruk

Semua balita dipantau pertumbuhannya secara rutin terutama balita


denagn factor resiko. Orangtua/ pengasuh diberikan konseling pemberian
makan sesuai usia, diberi pelayanan lainnya dan tindak lanjut sedini mungkin
untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

6
5. Dukungan program terkait
Hal ini diperlukan dalam upaya pemenuhan total cakupan pelayanan,
konseling pemberian makan sesuai umur damn penanganan balita sakit secara
komprehensif, serta promosi perubahan perilaku menuju pola hidup bersih dan
sehat. Fasilitas kesehatan primer dan rujukan berperan penting dalam
tatalaksana balita sakit sesuai standar.
6. Dukungan lintas sector
Hal ini diperluakan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih dana tau
pengadaan jamban keluarga, serta lingkungan sehat dalam uoaya pencegahan
penyakit infeksi berulang yang dapat emngakibatkan gizi buruk pada balita.
Demikian pula dalam pengaturan makanan/ cemilan yang sehat untuk anak.
7. Perhatian khusus diberikan kepada balita yang rentan memiliki gizi buruk,
melalui berbagai intervensi untuk pencegahan masalah gizi seperti tercakup
dalam upaya “seribu hari pertama dalam kehidupan.

2.2 Cara Mengetahui atau Mengukur Status Gizi Anak

2.3 Asesmen Status Gizi Anak

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Pembuatan isi makalah tentang gangguan kesehatan gizi pada anak usia dini
ini masih sangat jauh dari sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya. Serta kami menyadari bahwa
banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang
bisa dipertanggung jawabkan dari banyaknya sumber kami akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu kami harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 8 (2), 2020, 143
Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional HasilRiset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:
Kemenkes RI; 2018
Kementrian Kesehatan RI. Direktur jendral kesehatan bina gizi dan kesehatan Ibu dan
Balita,2014.
Komara, Iin, and Nurbayani Nirmala Putri. "Upaya meningkatkan pengetahuan gizi anak
usia dini melalui parenting." Journal on Education 1.4 (2019).
Kurnia, R. Pendidikan Gizi Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Educhild: Pendidikan dan
Sosial, 4.2 2014. Titah nurul lathifah tahar, Status gizi balita. Jurnal ilmiah
kesehatan 7 (1), 1-8, 2018 Program
Studi Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana. Jl. Kartini No.11 A, Salatiga, Jawa Tengah 50711, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai