Anda di halaman 1dari 13

Makalah Gizi Seimbang Bagi Anak Remaja

Dan Dewasa

Nama Kelompok :

Meilani Nur Hasanah (191110005)

Dewi Sri Wulandari (191110010)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisas
elesai pada waktunya. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jombang, 19 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana makanan dan bagian – bagiannya
mempengaruhi kesehatan dan daya tahan makhluk hidup. Manusia membutuhkan berbagai
zat gizi untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Zat gizi adalah bahan kimia yang
terdapat dalam bahan pangan yang dibutuhkan tubuh untk menghasilkan energi, membangun
dan memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan.

Status gizi sebagai salah satu ukuran keberhasilan pembangunan kesehatan yang
dijadikan perhatian khusus masih difokuskan pada kondisi gizi balita yang dilihat dari
parameter berat badan dan tinggi badan saja. Padahal sebagai balita yang tumbuh menjadi
remaja nantinya tentu status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah
yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis sangat menentukan
dalam pertumbuha fisik, perkembangan, aktifitas, pemeliharaan kesehatan dan aktifitas
kehidupan lainnya.

Status derajat kesehatan pada remaja menjadi hal penting yang harus diperhatikan.
Status gizi, status anemia, dan tekanan darah merupakan contoh indukator kesehatan yang
perlu diperhatikan untuk mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Kecukupan gizi pada
remaja juga akan berpengaruh kedepannya terhadap tingkat kecerdasan. Periode remaja
menjadi salah satu tahapan kehidupan seseorang dimana pertumbuhan berat badan dan tinggi
badan mengalami puncaknya. Sehingga pengetahuan tentang pentingnya kecukupan gizi bagi
kesehatan remaja sangat dibutuhkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa kebutuhan gizi seimabng bagi anak remaja dan dewasa ?

b. Jelaskan pengaruh status gizi terhadap system reproduksi ?

1.3 TUJUAN MAKALAH

Agar mahasiswa dapat memahami kebutuhan gizi seimbang saat remaja dewasa dan
tau pengaruh status gizi terhadap system reproduksi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Gizi Seimbang Bagi Anak Remaja

2.1.1 Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja

Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar
mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu
para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa
tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil
survey menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10 tahun
kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas.

Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan cuma
bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang akan
datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko
osteoporosis saat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena
sebagian remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.

Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan
ilmu gizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa
makanan yang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang memenuhi
kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.

2.1.2 Keadaan Gizi Remaja Saat Ini

Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja.
Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan
alkohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para
remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari
masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga berat
badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan hamil”.
Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai masalah tersebut.

Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan
olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini, meski
dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di
samping zat aditif. Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat
kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini
menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.

Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:

1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat giziyang

lebih banyak.

2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energydan

zat gizi.

3.Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat,

Meningkatkan kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang

makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.

Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah anoreksia. Kelainan ini
pada umumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak pada usia 14 dan 18, karena “kegilaan”
mereka hendak melangsingkan badan. Penderita kelainan ini meningkat terus dari tahun
ketahun. Gambaran khasnya ialah kehilangan nafsu makan yang berat dan parah yang
disertaioleh amenore kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan serta
gangguan ovarium.

2.1.3 Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan
perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang dari
jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus
dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis,
biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.

Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis
besar,remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia 16
tahun remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900
padausia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal),
kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada
stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis (Wait dkk). Menganjurkan
penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energy yang lebih
baik. Perkiraan energy untuk remaja putra berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm,
sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.

Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan
usia kronologis. Untuk remaja putra, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm
tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis
mineral juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok
karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan
kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg remaja. Peningkatan
kebutuhan energi dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin di atas kebutuhan
semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan
pertambahan energi. Vitamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energi dari
karbohidrat.

Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan asupan vitamin B6, B12


dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk
menjaga agar sel dan jaringan baru tidak cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu
ditingkatkan disamping vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar
vitamin C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk,1986),
terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok.
2.2 Pengaruh Status Gizi Terhadap System Reproduksi

2.2.1 Deskripsi Status Kesehatan Gizi Remaja

Remaja merupakan sumber daya manusia jangka panjang dan calon generasi penerus
yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Populasi remaja merupakan kelompok
penduduk yang cukup besar. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), populasi remaja
diindonesia tahun 2015 mencapai 18,69 %dari total populasi penduduk indonesia. World
Health Organization (WHO) mengatakan bahwa remaja berada pada usia 10 – 15 tahun. Pada
usia tersebut remaja memiliki rasa pertumbuhan yang cepat dan kegiatan fisik yang aktif,
sehingga kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi jauh lebih besar dibandingkan dengan
sebelumnya, maka dari itu tingkat kesehatan remaja perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan perbaikan gizi penduduk usia remaja.

Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, menunjukkan bahwa secara nasional
jumlah remaja yang terdeteksi (prevalensi) kurus menurut Indeks Masa Tubuh menurut umur
(IMT/U) pada 13 – 15 tahun sebesar 11,1% (3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus) dan pada
umur 16 – 18 tahun sebesar 9,4 % (1,9% sangat kurus dan 7,5 % kurus). Prevalensi gemuk,
pada umur 13 – 15 tahun sebesar 10,8% (8,3% gemuk dan 2,5% obesitas), dan pada umur 16
– 18 tahun sebesar 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6% obesitas).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2004, remaja adalah


penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun. Jumlah kelompok usia 10 – 19 tahun di
Indonesia menurut sensus penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18, 69% dari
jumlah penduduk.

2.2.2 Pengaruh Status Gizi Terhadap Sistem Reproduksi

Usia reproduksi, tingkat aktivitas sangat mempengaruhi kebutuhan energi pada


remaja. Pengaruh gizi/nutrisi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sisten
reproduksi. Kekurangan nutrisi pada seorang yang mengalami anemia dan kurang berat badan
lebih banyak akan melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, dibandingkan dengan
wanita dengan usia reproduksi yang aman untuk hamil. Kekurangan zat gizi pada ibu hamil
yang menderita anemia dan kurang berat badan akan lebiih mempunyai kesempatan untuk
melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dibandng dengan ibu hamil yang dengan
asupan gizi yang cukup dan seimbang.
Pada wanita remaja usia 15 – 21 tahun status gizi sangat penting karena merupakan
persiapan calon ibu karena telah memasuki masa pubertas. Pubertas adalah suatu masa
kematangan kapasitas reproduksi. Pada anak perempuan ditandai dengan menstruasi. Cepat
lambatnya seseorang mengalami pubertas antara lain dipengaruhi oleh keadaan gizi. Seorang
anak yang gizinya lebih baik akan lebih cepat mengalami masa pubertas, sebaliknya anak
yang gizinya kurang baik akan terlambat mengalami pubertas. Tidak ada ketentuan secara
tepat kapan muai akan terjadi periode yang pertama kali, namun hal ini akan terjadi antara
usia 10 – 14 tahun, tapi sedikit lebih awal atau lebih lambat tidak semua anak sama. Pada
remaja, energi dan protein dibutuhkan lebih banayak dari orang dewasa, demikian pula
vitamin dan mineral. Vitamin B1, B2, dan B6 sangat penting untuk metabolisme karbohidrat
menjadi energi. Demikian pula Asam folat dan vitamin B12 unuk pembentukkan sel darah
merah, dan vitamin A untuk pertumbuhan yang diperlukan oleh jaringan.

Kebutuhan energi dan nutrisi pada remaja dipengaruhi oleh usia reproduksi, tingkat
aktivitas dan status nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan sedikit lebih tinggi untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan remaja tersebut. Remaja yang berasal dari sosial ekonomi rendah
sumber makanan pokok kurang terpenuhi, dan mempunyai resiko defisisensi zat besi sebelum
hamil. Pemberian tambahan energi diberlikan kepada remaja dengan berat badan rendah.
Penambahan energi didapatkan dengan meningkatkan nafsu makan, akan tetapi seorang
remaja sering terlalu memperhatikan penambahan berat badannya. Seorang remaja dapat
mengalami peningkatan resiko defisiensi zat besi, karena kebutuhan yang meningkat
sehubung pertumbuhan.

2.2.3 Masalah Gizi

a. Obesitas

Obesitas adalah kegemukan ataun kelebihan berat badan. Dikalangan remaja, obesitas
merupakan permasalahan yang mengkhawatirkan karena dapat menurunkan rasa percaya diri
seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan
diskriminasi dari lingkungam sekitar. Dapat dibayangkan jika obesitas terjadi pada remaja,
tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri. Berdasarkan data dari
Riskesdas 2007, prevalensi obesitas sentral pada usia 15 – 24 tahun adalah 8,09%.

Penelitian yang dilakukan oleh Cahcera(2000) terhadap remaja pada beberapa


wilayah dieropa barat menemukan bahwa terjacdi peningkatan prevalensi obesitas pada
remaja. Rata – rata asupan energi para remaja tersebut terlihat cukup, namun konsumsi lemak
jenuh menunjukkan peningkatan dan konsumsi serat justru menurun. Rata–rata asupan
milkconutrient menunjukkan angka yang sesuai dengan standar. Namun, pada remaja putri
asuoan zat besi dan kalsium masih rendah. Selain itu, ditemukan juga masalah–masalah
seperti merokok, mengonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang rendah dan diet yang
salah.

b. Kurang Energi Kronis (KEK)

Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK) pada umumnya
disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara drastis pada remaja
perempuan memiliki hubungan erat dengan faktor emosional. Salah satunya, takut gemuk
seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis. Makan makanan yang bervariasi
dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan
kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur,
kacang-kacangan atau susu perlu dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya
sehari sekali.

c. Anemia

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada
laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr % dan eritrosit 4,5 – 5,5 jt/mm. Sedangkan
pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr % dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm.

Remaja putri lebih mudah terserang anemia karena :

1) Pada umumnya lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang mengandung zat
besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh
akan zat besi tidak terpenuhi.
2) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makanan.
3) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui
feses.

Selain itu remaja putri juga mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi +
1,3 mg perhari, sehingga kebutuhan lebih banyak dari pada pria.
d. Jerawat

Sekitar 50% remaja mempunyai masalah dengan jerawat. Jerawat pada remaja merupakan
keadaan yang normal akibat dari pengaruh hormonal. Jerawat disebabkan oleh aktivitas
yang tinggi dan kelenjar sebaseus yang berada dibawah permukaan kulit. Jerawat sangat
berhubungan dengan pemilihan makanan. Makanan berlemak, minuman beralkohol, susu,
kacang, gula, dan coklat adalah penyebab utama. Beberapa penelitian yakin jika masukan
rendah zink dan konsumsi tinggi alkohol juga merupakan penyebab utama timbulnya
jerawat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada saat tersebut terjadi
pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan
dengantimbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi
kebutuhan,absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi.

Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan gizi
padaremaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya
pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh,
mineralisasitulang, dan perubahan aktifitas fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat pada
masa remajaadalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc.

3.2 Saran

Suatu tim interdisiplin akan lebih berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja di
klinik karena pendekatan tersebut akan menguntungkan, Dengan cara tersebut akan-
memberikan pelayanan medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan
membenarkan adanya pemeriksaan psikologik, menghindari terjadinya masalah nutrisi yang
akan merusak kesehatan, mempermudah dalam memeriksa nutrisi remaja secara
komprehensif dan akan menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen dan catatan
medik yang ada.
Daftar Pustaka

Pengantar Biostatistika Dan Aplikasi Pada Status Kesehatan Gizi Remaja, Penulis :
Zurnila Marli, Kesuma, Siti Rusdiana, Latifah Rahayu, Edy Fradinata. Diterbitkan oleh Syiah
Kuala University Press Darussalam – Banda Aceh, 23111, anggota IKAPI

Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, Penulis : Rifa Rahmi, SST, M. Kes, Rika Ruspita,SST,
M. Kes. Cetakan Pertama 2020, Diterbitkan oleh CV.Penerbit Qiara Media – Pasuruan,
Jawa Timur

Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan, Penulis : Sunita Almatsier, Susirah Soetardjo,
Moesijanti Soekarti. Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Bulding, anggota IKAPI, Jakarta 2011

Anda mungkin juga menyukai