PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ciri anak usia sekolah (6 – 12 tahun) yang sehat diantaranya adalah
banyak bermain di luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta
berisiko terpapar sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat. Pada
tahapan usia ini, anak masih tumbuh sehingga kebutuhan gizi juga meningkat.
Karena sebagian besar waktu anak di siang hari berada di sekolah, menurut
survey BPOM pangan jajanan menyumbang 31,1 % energi dan 27, 4 %
protein.
Di antara perilaku risiko anak sekolah adalah kegemukan, yaitu asupan
zat gizi yang berlebihan. Asupan zat gizi yang berlebihan itu tidak diiringi
dengan pengeluaran energi yang cukup karena anak kurang melakukan
aktivitas fisik akibat game online, televise, gadget, atau terbatasnya lapangan
di sekitar rumah dan sekolah untuk bermain.
Status gizi anak usia sekolah pada saat ini tidak hanya terbatas pada
masalah kelebihan gizi (obesitas). Selain obesitas, perilaku jajan anak di
perkotaan yang tidak sehat menjadi masalah utama terutama terkait dengan
risiko konsumsi pangan yang tidak aman dan higienis. Sebagian besar
masalah gizi lain pada anak sekolah adalah kekurangan gizi, anemia dan juga
defisiensi yodium.
Masa remaja (adolescence) merupakan masa terjadinya perubahan yang
berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial.
Masa ini merupakan masa dengan banyak perubahan, di antaranya
pertambahan massa otot, jaringan lemak tubuh, dan perubahan hormon.
Perubahan tersebut memengaruhi kebutuhan gizi pada remaja. Selain itu,
kebutuhan gizi pada remaja juga dipengaruhi oleh faktor psikologis dan
sosial. Kebutuhan gizi pada remaja dipengaruhi oleh pertumbuhan pada masa
pubertas. Kebutuhan gizi yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan
yang cepat (growth spurt).
Untuk lebih memahami tentang gizi pada anak sekolah dan remaja,
penulis membuat makalah yang berjudul “Gizi Anak Sekolah dan
Remaja”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana gizi pada anak usia sekolah ?
2. Bagaimana gizi pada remaja ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang gizi pada anak sekolah
2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang gizi pada remaja
BAB II
PEMBAHASAN
Status gizi anak usia sekolah pada saat ini tidak hanya terbatas pada
masalah kelebihan gizi (obesitas). Selain obesitas, perilaku jajan anak di
perkotaan yang tidak sehat menjadi masalah utama terutama terkait
dengan risiko konsumsi pangan yang tidak aman dan higienis. Sebagian
besar masalah gizi lain pada anak sekolah adalah kekurangan gizi,
anemia dan juga defisiensi yodium.
Kebutuhan zat gizi makanan yang harus dipenuhi pada usia anak
sekolah yaitu :
a. Energi
Kebutuhan energi bagi anak ditentukan oleh metabolisme basal,
umur, aktivitas fisik, suhu lingkungan, dan kesehatan. Zat – zat gizi
yang mengandung energi disebut makronutrien (zat gizi makro) dan
terdiri dari protein, lemak dan karbohidrat. Tiap gram karbohidrat
dan protein mengandung 4 kkal, sedangkan tiap gram lemak
mengandung 9 kkal.
b. Protein
Kebutuhan protein per kilogram berat badan anak adalah tinggi
karena pertumbuhannya yang sangat cepat, untuk kemudian
berkurang seiring bertambahnya umur. Protein dikatakan adekuat
jika mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang
cukup, serta mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Oleh sebab itu,
sebagian protein yang diberikan harus protein berkualitas tinggi
seperti protein hewani. Susu sapi merupakan salah satu sumber
protein yang baik, sedangkan daging, ikan, dan telur mengandung
protein berkualitas tinggi. Tambahan protein dapat diperoleh dari
kacang – kacangan seperti tahu, tempe, dan juga sereal.
c. Mineral dan Vitamin
Mineral dan vitamin esensial merupakan zat gizi yang penting
bagi pertumbuhan dan kesehatan. Mineral seperti kalsium dan fosfor
berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Susu sapi mengandung
vitamin A dan B kompleks. Namun, susu sapi tidak mengandung zat
besi dan fluor sehingga kebutuhan zat tersebut harus disuplai oleh
bahan makanan lain seperti daging, sayuran dan buah.
d. Cairan
Jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh harus diperhatikan
dengan benar, terutama bagi anak sekolah yang mudah dehidrasi.
Pada umumnya anak sehat memerlukan 1000 – 1500 mL air setiap
hari.dalam keadaan sakit seperti infeksi dengan suhu badan yang
tinggi, diare, dan muntah, masukan cairan harus ditingkatkan untuk
menghindari memburuknya keadaan.
Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukan jumlah zat gizi
yang diperlukan tubuh unutk hidup sehat setiap hari bagi semua populasi
menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologi tertentu.
Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi (dietary
requirements). Angka kebutuhan gizi adalah jumlah zat-zat gizi minimal
yang dibutuhkan seseorang untuk mempertajankan status gizi adekuat.
Untuk anak yang suka makan jajanan, porsi nasi dapat dikurangi dan
digantikan dengan jajanan yang mengandung jumlah zat gizi relatif sama,
yang diistilahkan dengan bahan pangan penukar. Sebagai contoh, 1 porsi
nasi setara dengan :
Selain gizi seimbang, pada anak – anak, pola asuh yang baik akan
memberikan pengaruh yang baik pula terhadap status gizi. Pola asuh
yang baik akan memperhatikan kecukupan asupan zat gizi dan
pencegahan terjadinya penyakit. Selanjutnya, pola asuh, asupan gizi, dan
kejadian penyakit infeksi sangat dipengaruhi oleh akar masalah yang
meliputi faktor sosial, ekonomi dan budaya.
Tabel 13.3 Indikator Status Berat Badan dan Tinggi Badan untuk
Remaja
Indikator Antropometri Cut – off* Penilaian
Komplikasi
Medis
Stunting (PB/U PB/U atau <3
atau TB/U TB/U persentil
rendah
Kurus (IMT/U IMT/ U <5
rendah) persentil
b. Biokimia
Tes laboratorium digunakan untuk mengetahui kadar zat gizi
dalam darah, urine, maupun feses. Hasil dari pemeriksaan tersebut
memberikan gambaran terkait masalah kesehatan yang memengaruhi
nafsu makan dan status gizi sehingga dapat dilakukan tindak lanjut
secara tepat.
c. Fisik – Klinis
Pemeriksaan fisik – klinis merupakan pemeriksaan untuk
melihat adanya tanda yang terlihat terkait defisiensi zat gizi, seperti
edema, kehilangan otot dan jaringan lemak, rambut mudah rontok,
dan rambut berwarna kemerahan.
d. Riwayat Makan
Penilaian asupan makan memberikan informasi mengenai
jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, perubahan nafsu
makan, alergi dan intoleransi makanan, serta ketidakcukupan asupan
makan saat dan setelah sakit.
e. Ketahanan Pangan
Food and Nutrition Technical Assistance (2016) mendefinisikan
ketahanan pangan sebagai kondisi tercukupinya secara fisik dan
ekonomi dalam memperoleh makanan guna memenuhi kebutuhan
gizi sehari untuk hidup sehat dan produktif.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rendahnya asupan gizi anak usia sekolah diakibatkan oleh banyak faktor.
Anak usia sekolah sangat rentan dengan asupan gizi yang rendah atau buruk.
Pada usia ini pola makan anak dipengaruhi oleh teman dan lingkungan
sekitarnya. Jajanan yang banyak dijual di sekolah-sekolah termasuk ke dalam
makanan yang tidak bergizi sehingga dapat dikatakan bahwa anak usia
sekolah sangat rentan dengan asupan gizi yang buruk.
Asupan gizi yang buruk dapat berakibat fatal apabila terus dibiarkan,
defisiensi kalori yang dihasilkan protein akan menimbulkan penyakit seperti
marasmus dan kwashiorkor, defisiensi zat besi akan mengganggu kerja
hemoglobin dalam transportasi O2 keseluruh tubuh, defisiensi zat seng akan
mengganggu proses metabolisme protein. Selain itu, buruknya status gizi
anak sekolah semakin memperburuk kondisi bangsa Indonesia karena
generasi penerusnya tidak produktif. Orang tua saat ini terlalu membiarkan
anaknya mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah. Membiasakan anak
untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah merupakan cara yang efektif
dalam mengurangi kemungkinan anak membeli makanan di luar rumah.
Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik akan memberikan banyak
perubahan.
Remaja dapat dikategorikan rentan dalam mengahadapi masalah gizi.
Beberapa alasan yang membuat remaja dikategorikan rentan adalah (1)
percepatan pertumbuhan dan perkembangan gaya hidup memerlukan energi
dan zat gizi yang lebih banyak.(2) Perubahan gaya hidup dan kebiasaan
makan menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi. (3) aktiftas fisik
yang tinggi meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi. Di samping itu tidak
sedikit remaja yang makan secara berlebiha dan akhirnya mengalami obesitas
atau sebaliknya remaja yang membatasi makan karena kecemasan akan
bentuk tubuh sehingga mengalami kekurangan zat gizi.
Dengan melihat alasan-alasan tersebut maka perhatian dan penanganan
yang lebih besar untuk masalah gizi pada remaja. Cara yang dapat dilakukan
diantaranya adalah dengan melibatkan langsung remaja dalam pemilihan
makanan yang bergizi, memberikan pengertian tentang makanan sehat dan
melatih tanggung jawab remaja dalam hal perencanaan makanan,
pembelajaran, dan pemasakan.
B. Saran
Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan makanan yang
bergizi dan mengajarkan anak untuk mengonsumsi atau memilih makanan
yang bergizi. Pendekatan yang baik dengan anak dan komunikasi atau cara
penyampain pendidikan dasar mengenai makanan yang bergizi dapat
membuat anak lebih berhati-hati dalam memilih makanan atau jajanan.
Perhatian dari kedua orang tua sangat diperlukan terutama pada jajanan dan
makanan kesukaannya.
Pemberian pemahaman mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan gizi
pada usia remaja akan memberikan kesadaran pada anak usia remaja untuk
lebih memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsinya, serta akan
mengubah pandangan remaja terhadap diet yang dilakukan sehingga remaja
bisa mempertahankan dan meningkatkan status gizi dan kesehatannya dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Arisman. 2003. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Ayubi, Dian. 2007. Bahan Kuliah Dasar PKIP. Depok : Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI
Eva Ellya Sibagariang. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans
Info Media.
Pakar Gizi Indonesia. Editor Hardinsyah, I Dewa Nyoman Supariasa. 2017. Ilmu
Gizi: Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC